es krim__d5_13.70.0062_dayvelin samantha

Upload: praktikum-tpsusu

Post on 03-Mar-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    1/22

    Acara II

    ES KRIM

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    Disusun oleh :

    Dayvelin Samantha

    13.70.0062

    Kelompok D5

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2016

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    2/22

    1

    1. PENDAHULUAN

    1.1.Topik

    Praktikum Teknologi Pengolahan Susu mengenai bab Es Krim dilakukan oleh kloter D

    pada hari Selasa, 31 Mei 2016 pukul 15.00 di Laboratorium Rekayasa Pangan

    bersamaan dengan pengamatan susu pasteurisasi dan susu fermentasi. Selama

    praktikum, praktikan didampingi oleh asisten dosen praktikum Teknologi Pengolahan

    Susu yaitu Beatrix Restiani dan Hedrianus Supriyana selaku laboran. Praktikan harus

    memakai jas lab, sepatu tertutup, dan bagi praktikan yang memiliki rambut panjang

    wajib mengikat rambutnya. Setelah memasuki laboratorium dan semua kelompok sudah

    lengkap, asisten dosen memberikan instruksi langkah kerja yang harus dilakukan.

    Setelah itu, praktikan dapat langsung memulai praktikum. Pada praktikum ini, whipped

    cream dan susu full cream dikocok hingga mengembang kemudian ditambah dengan

    gula, essence vanillayang kemudian dibekukan selama 16 jam dan diamati tekstur, rasa,

    flavor, dan overrunnya. Kuis mengenai susu pasteurisasi diberikan pada hari yang sama

    di bagian akhir praktikum. Sebelum pulang, praktikan diharuskan membersihkan alat-

    alat yang digunakan dan mengembalikannya ke tempat semula. Praktikum berakhir

    sekitar pukul 17.00. Pengamatan es krim dilakukan keesokan harinya pada Rabu, 1 Juni

    2016 pukul 15.00. Praktikan juga melengkapi hasil pengamatan di modul dan diacc oleh

    asisten dosen yang bersangkutan.

    1.2.Tujuan Praktikum

    Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan ice cream

    dengan bahan dasar yang berbeda (dengan custard dan tanpa custard) dan mengetahui

    perbedaan kedua jenis ice cream tersebut berdasarkan karakteristik fisik (kenampakan,

    tekstur, dan overrun) serta karakteristik organoleptiknya.

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    3/22

    2

    2. HASIL PENGAMATAN

    2.1.

    Foto Es Krim

    Foto mengenai es krim setelah pemecahan kristal es dapat dilihat pada gambar 1.

    (a) (b) (c) (d) (e)

    Gambar 1. (a) Kelompok D1, (b) kelompok D2, (c) kelompok D3, (d) kelompok D4, dan (e) kelompok D5

    2.2.Karakteristik Es Krim

    Hasil pengamatan mengenai karakteristik es krim dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Karakteristik Es Krim

    Kel. Formula Waktu Flavor Rasa Tekstur Overrun(%)

    D1 Mix1

    Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Susu=Kuat

    Manis=manis

    Halus

    100Setelah prosespemecahan kristal es +++ Susu=Kuat

    Manis=manis

    Halus

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    4/22

    3

    D2 Mix1

    Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Susu=Kuat

    Manis=manis

    Halus

    50Setelah proses pemecahan kristal es +++ Susu=Kuat

    Manis=manis

    Kasar

    D3 Mix1

    Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Susu=Kuat

    Manis=manis

    Halus

    64Setelah proses pemecahan kristal es +++ Susu=Kuat

    Manis=manis

    Kasar

    D4 Mix2Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Susu=tidak KuatManis=manis Halus

    81,55Setelah proses pemecahan kristal es +++ Susu=tidak Kuat

    Manis=manis

    Kasar

    D5 Mix2

    Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Susu=tidak Kuat

    Manis= agak manis

    Halus

    34,25Setelah proses pemecahan kristal es +++ Susu=tidak Kuat

    Manis=manis

    Halus

    Keterangan:

    -

    Rasa : meliputi rasa susu (kuat atau tidak) dan tingkat kemanisan (tidak manis, agak manis, manis, atau sangat manis)

    -

    Tekstur : ukuran kristal es saat dirasakan (kasar atau halus)

    - Flavor :Tidak creamy : +

    Agak creamy : ++Creamy : +++

    Sangat creamy : ++++

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa terdapat 2 macam adonan yang digunakan yaitu mix 1 untuk kelompok

    D1, D2, dan D3, sedangkan mix 2 untuk kelompok D4 dan D5. Kedua adonan tersebut sama-sama disimpan dalam freezer selama 16 jam

    dan proses pemecahan kristal es. Parameter yang diamati adalah flavor, rasa, tekstur, dan overrun.Flavor yang didapatkan dari semua

    kelompok adalah sama yaitu creamy. Es krim untuk adonan 1 pada kelompok D1, D2, dan D3 adalah sama yaitu rasa susunya kuat dan

    manis, sedangkan es krim adonan 2 pada kelompok D4 dan D5 adalah rasa susu tidak kuat dan manis serta agak manis. Untuk parameter

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    5/22

    4

    tekstur, beberapa kelompok didapatkan hasil bahwa tekstur es krim setelah penyimpanan dan pemecahan kristal es adalah halus. Overrun

    tertinggi ada pada kelompok D1 yaitu sebesar 100%, sedangkan overrunpaling rendah ada pada kelompok D5 yaitu sebesar 34,25%.

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    6/22

    5

    3. PEMBAHASAN

    Makanan beku yang dibuat dari campuran produk susu dengan kandungan persentase

    lemak susu tertentu, dicampur dengan telur, yang dapat ditambah dengan bahan penegascita rasa dan pewarna tertentu sehingga lebih menarik disebut dengan es krim. Es krim

    mengandung protein yang tinggi di samping kandungan vitamin dan mineral.

    Kandungan kalori yang cukup tinggi pada es krim disebabkan karena tingginya tingkat

    gula yang menyebabkan rasa manis yang tinggi pada es krim (Saleh, 2004). Bahan

    pokok dalam pembuatan es krim adalah susu, krim, gula, bahan flavor, bahan penstabil

    dan pengemulsi dengan komposisi bahannya adalah air sebanyak 63%, protein sebanyak

    4,6%, lemak sebanyak 11,5%, laktosa sebanyak 5%, sukrosa/dekstrosa sebanyak 15 %,

    bahan penstabil sebanyak 0,25-0,5%, bahan flavor, dan abu sebanyak 0,9%. Susu dan

    krim saja tidak cukup berkontribusi padatan bukan lemak sehingga bahan harus

    dilengkapi dengan padatan bukan lemak kering. Lemak yang berasal dari krim dan susu

    berkontribusi terhadap flavor dan tekstur pada produk, sedangkan penambahan

    kandungan lemak akan membuat tekstur menjadi lebih baik dan es krim menjadi

    semakin tahan terhadap proses pencairan (Buckle et al.et al., 1987).

    Es krim dibuat dengan cara pengocokan supaya produk yang dihasilkan memiliki selyang berisi udara. Hal ini sangat penting karena dapat mencegah es krim menjadi padat,

    keras, dan terlalu dingin di mulut. Selain itu pengocokan juga dapat meningkatkan

    overrun yaitu meningkatnya volume es krim karena udara bercampur dalam proses

    pembekuan. Pengocokan telur dapat menyebabkan telur menjadi kaku dan bagian-

    bagian gelembung udaranya bertambah. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas

    pengocokan dan stabilitas buih dari telur adalah sangat penting untuk meningkatkan

    kualitas produk (Potter & Hotchkiss, 1996).

    Pada praktikum ini ada 2 macam adonan es krim yang dibuat, yaitu mix 1 untuk

    kelompok D1, D2, dan D3 dan mix 2 untuk kelompok D4 dan D5. Pada adonan 1

    digunakan susu full cream, whipped cream bubuk, icing sugar, esssence vanilla,

    sedangkan pada adonan 2 digunakan susu full cream, whipped cream cair, gula kastor,

    kuning telur, dan esssence vanilla. Es krim yang menggunakan kuning telur sering

    disebut sebagai es krim custard. Pada kedua adonan es krim sama-sama menggunakan

    susu full cream. Menurut Herschdoerfer (1986) susu dan susu skim termasuk bahan

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    7/22

    6

    dasar yang umumnya digunakan dalam pembuatan es krim. Tetapi pada industri usaha

    kecil yang digunakan adalah bubuk susu skim dan juga ditambahkan bubuk wheyyang

    dapat meningkatkan komposisi es krim tersebut. Krim merupakan sumber lemak susu

    yang paling baik. Gula yang biasa digunakan dalam pembuatan es krim adalah sukrosa.

    Sedangkan penambahan rasa pada es krim dapat menggunakan vanila atau coklat.

    Penambahan bahan perasa tersebut tergantung dari jenis dan seberapa kuat rasa yang

    diinginkan. Menurut Arbuckle (1986) dalam Masykuri, dkk (2012) flavor yang

    ditambahkan sangat mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen.

    Bennion & Hughes (1975) menambahkan bahwa susu krim dan whipped cream

    digunakan dalam pembuatan es krim karena kandungan lemaknya yang tinggi.

    Tingginya kandungan lemak tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap flavor,

    massa, dan tekstur es krim. Selain itu jika kandungan lemaknya semakin tinggi maka

    tekstur es krim ketahanan es krim terhadap proses pencairan juga semakin baik. Selain

    lemak komposisi lain yang ada pada es krim adalah padatan susu bukan lemak atau

    bahan padat dari serum di mana keduanya juga berpengaruh terhadap tekstur dan nilai

    gizi es krim. Jika susu yang tidak mengandung lemak atau susu skim dengan laktosa

    terlalu banyak digunakan sebagai bahan padat bukan lemak maka dapat menyebabkan

    kemungkinan terjadinya kristalisasi laktosa yang bersifat seperti pasir (sandiness).

    Semakin banyak padatan susu maka kandungan air dalam es krim juga menurun.

    Persentase susu evaporasi yang terlalu tinggi juga menghasilkan tekstur es krim yang

    berpasir karena kristalisasi laktosa. Oleh karena itulah diperlukan minimal 11%serum

    solidyang mencegah produk berpasir. Akan tetapi jika terlalu banyak bahan padat dari

    serum produk yang dihasilkan justru memiliki flavor susu kental manis yang terlalu

    kuat.

    Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah gula. Pada adonan 1

    digunakan icing sugar atau gula bubuk, sedangkan pada adonan 2 digunakan gula kastor

    atau gula pasir yang memiliki kristal yang kecil. Gula tersebut sama-sama memiliki

    fungsi untuk memberikan rasa manis dan dapat mengikat air yang ada dalam es krim

    sehingga kristal es yang terbentuk semakin kecil dan membuat tekstur es krim menjadi

    lebih lembut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Reineccius (1994) yang menyatakan

    bahwa penambahan gula berfungsi untuk memberikan rasa manis pada produk dan

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    8/22

    7

    membantu mengentalkan adonan. Akan tetapi pemberian gula yang berlebihan dapat

    menurunkan titik beku dalam pengocokan sehingga menghambat pembekuan dan tidak

    terbentuk padatan dalam freezer dalam waktu yang singkat. Menurut Bennion &

    Hughes (1975) penggunaan gula yang berlebihan juga dapat menurunkan

    pengembangan. Astawan & Astawan (1988) menambahkan bahwa penambahan jumlah

    gula dengan tepat dapat memudahkan masuknya udara dalam adonan dan membuat

    tekstur es krim menjadi lebih lembut. Tingkat kemanisan es krim sebagai akibat dari

    adanya penambahan gula menjadi sumber kalori yang tinggi pada es krim. Gula bubuk

    atau icing sugar memiliki kristal yang jauh lebih kecil daripada gula kastor. Oleh sebab

    itu tekstur es krim yang menggunakan icing sugar seharusnya lebih lembut daripada es

    krim yang menggunakan gula kastor.

    Pada adonan 2 digunakan kuning telur sebagai bahan pengemulsi, sedangkan pada

    adonan 1 tidak menggunakan kuning telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Potter

    & Hotchkiss (1996) bahwa kuning telur termasuk bahan pengemulsi alami yang baik

    karena mengandung lesitin. Bahan pengemulsi akan membantu menyebarkan globula

    lemak selama pengocokan dan mencegah terjadinya penggumpalan. Selain itu bahan

    pengemulsi juga dapat meningkatkan busa untuk mendapatkan overrun yang

    diinginkan. Batas overrun pada es krim adalah 70-100 %. Es krim yang memiliki

    overrun 100% berarti memiliki volume udara yang sama dengan volume campuran

    setelah beku. Bahan pengemulsi juga membantu dalam pembentukan es krim yang

    kering dan kaku. Penggunaan kuning telur ini juga sesuai dengan pernyataan dari

    Buckle et al. (1987) yang menyatakan bahwa bahan penstabil yang paling sering

    digunakan adalah lesitin atau kuning telur yang dibekukan. Pernyataan di atas juga

    sesuai dengan pernyataan dari Susrini (2003) dalam Hakim (2012) bahwa bahan

    pengemulsi dapat mengurangi tegangan permukaan antara fase air dan fase lemak yang

    ada pada es krim. Bahan penstabil memiliki fungsi untuk mempertahankan stabilitas

    emulsi, mencegah pembentukan kristal es yang besar, menurunkan kecepatan meleleh,

    memperbaiki sifat produk, dan memperbaiki tekstur. Tekstur es krim juga dipengaruhi

    proses pembekuan cepat di mana akan menghasilkan tekstur es berukuran kecil dan

    halus serta lembut.

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    9/22

    8

    Dalam pembuatan es krim adonan 1 yang harus dilakukan adalah mencampurkan semua

    bahan yang ada kemudian dilakukan pengadukan sampai adonan menjadi tercampur

    rata. Lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik 1 liter dan diukur panjang, tinggi, dan

    lebarnya dan dihitung sebagai volume adonan sebelum pengocokan. Setelah itu

    dilakukan pengocokan sampai adonan menjadi mengembang dan kaku. Lalu adonan

    kembali dimasukkan ke dalam wadah dan dihitung sebagai volume adonan setelah

    pengocokan. Adonan tersebut dimasukkan ke dalam freezer selama 16 jam hingga es

    krim ini beku dan teksturnya menjadi solid. Setelah disimpan selama 16 jam maka es

    krim dikocok lagi dengan menggunakan mixer untuk mendispersi kristal es yang

    terbentuk. Pengocokan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan supaya tekstur

    es krim menjadi lembut. Untuk adonan kedua ada sedikit perbedaan dalam proses

    pembuataannya, yaitu whipping cream dikocok sampai mengembang dan kaku. Lalu

    ditutup dengan cling wrap dan dimasukkan ke dalam chiller selama 1 jam. Di samping

    itu kuning telur, gula kastor, dan essence vanilla dikocok di wadah yang berbeda sampai

    tercampur merata. Susu full cream dipanaskan sampai sedikit mengental kemudian

    adonan custard dicampurkan ke dalam susu full cream yang telah dipanaskan.

    Kemudian ditutup dengan cling wrap dan juga dimasukkan ke dalam chiller selama 1

    jam. Setelah itu kedua adonan tersebut dicampur dengan menggunakan solet sampai

    merata dan diukur panjang, lebar, dan tingginya dan disebut sebagai volume adonan

    sebelum pengocokan. Adonan tersebut dikocok kembali dengan menggunakan mixer

    sampai mengembang dan kembali dimasukkan ke dalam wadah dan diukur panjang,

    lebar, tingginya dan dihitung sebagai volume adonan sesudah pengocokan. Adonan

    tersebut dimasukkan ke dalam freezer selama 16 jam hingga es krim ini beku dan

    teksturnya menjadi solid. Setelah disimpan selama 16 jam maka es krim dikocok lagi

    dengan menggunakan mixer untuk mendispersi kristal es yang terbentuk. Pengocokantersebut dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan supaya tekstur es krim menjadi lembut.

    Hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran kristal es yang terbentuk sehingga tekstur

    es krim menjadi lebih lembut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bennion & Hughes

    (1975) yang menyatakan bahwa proses pengocokan berulang pada pembuatan es krim

    memiliki fungsi supaya diperoleh kristal es yang kecil. Jika es krim hanya dikocok

    hanya sekali maka kristal es yang terbentuk akan besar-besar sekalipun sudah

    mengalami pengocokan dengan kecepatan tinggi. Selain itu proses pembekuan cepat

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    10/22

    9

    dengan menggunakan temperatur rendah juga dapat membentuk kristal es yang

    berukuran kecil.

    Pembuatan es krim adonan 1 tidak membutuhkan pemanasan dan hal ini sesuai denganpernyataan dari Astawan & Astawan (1988) bahwa pembuatan es krim tanpa custard

    tidak melalui tahap pasteurisasi dan homogenisasi. Pada proses pembuatan es krim

    adonan 2 dilakukan pemanasan susu full cream terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan dari Bennion & Hughes (1975) yang menyatakan bahwa pemanasan

    dilakukan sampai mendidih. Hal ini bertujuan untuk mengubah protein susu dan

    membentuk lapisan lemak pada susu serta memecah lapisan protein yang berada di

    sekitar globula lemak. Pecahnya lapisan pada bahan pengemulsi akan mengakibatkan

    globula lemak semakin menyatu sehingga es krim menjadi lebih stabil. Es krim yang

    dikeluarkan darifreezerselama beberapa waktu dapat mengalami sineresis. Oleh sebab

    itu untuk mencegah terjadinya sineresis perlu ditambahkan bahan penstabil. Kekentalan

    es krim sangat dipengaruhi oleh komposisi adonan, jenis dan kualitas bahan, proses

    penanganan atau suhu, dan kadar lemak yang ada dalam bahan (Usmiati & Abubakar,

    2009).

    Tahapan yang dilakukan dalam praktikum ini sudah sesuai dengan pernyataan dariAstawan & Astawan (1988) bahwa tahapan dalam proses pembuatan es krim adalah :

    Pencampuran

    Bahan cair ditimbang dan dipanaskan hingga mencapai suhu 40-50C. Kemudian bahan

    kering seperti gula dan bahan penstabil juga dapat ditambahkan dan dicampurkan

    supaya tercampur merata.

    Pasteurisasi

    Pasteurisasi dilakukan dengan menggunakan panas dan waktu tertentu supayamencegah kerusakan yang disebabkan oleh bakteri karena adanya penambahan lemak

    dan gula. Umumnya proses pateurisasi dilakukan selama 30 menit pada suhu 67C

    untuk metode holder dan 25 detik pada suhu 80C untuk metode HTST.

    Homogenisasi

    Homogenisasi bertujuan untuk mencegah tercampur aduknya susu selama pembuihan,

    mengurangi waktu pematangan campuran, memperkecil partikel lemak, memperhalus

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    11/22

    10

    dan melembutkan adonan, serta mempengaruhi kekentalan sehingga tekstur dan masa

    (body) es krim menjadi lebih baik.

    Penguatan adonan

    Adonan es krim disimpan pada temperatur 4,4oC selama 3-24 jam. Selama proses

    proses ini lemak yang meleleh akan kembali membentuk padatan yang bersama dengan

    bahan lainnya mulai mengembang bersama air, protein susu juga mengembang bersama

    air, dan akan meningkatkan viskositas dari adonan es krim. Hal ini akan mempengaruhi

    proses pengocokan menjadi lebih singkat dan tekstur es krim menjadi lebih halus serta

    es krim lebih sukar untuk meleleh.

    Pembekuan dan pembuihan (whipping)

    Pembekuan dan pembuihan berpengaruh penting terhadap tekstur es krim yang

    mengeras. Pembekuan dan pembuihan adalah proses yang terus-menerus dan selalu

    dilaksanakan pada suhu 10C. Pembekuan harus dilakukan secepat mungkin supaya

    kristal es yang terbentuk tidak terlalu besar dan mengakibatkan tekstur kurang lembut.

    Parameter yang diamati pada praktikum pembuatan es krim ini dilakukan secara

    organoleptik atau sensori dan fisik. Secara organoleptik, parameter yang diamati adalah

    flavor, rasa, dan tekstur, sedangkan secara fisik yang diukur adalah volume

    pengembangan (overrun) es krim. Berdasarkan pengamatan secara sensori atau

    organoleptik, didapatkan hasil bahwa semua es krim memiliki flavor yang creamybaik

    yang menggunakan adonan 1 maupun 2. Flavor creamy tersebut dihasilkan dari lemak

    yang terkandung pada susu krim dan whipped cream yang digunakan. Hal ini sesuai

    dengan pernyataan dari Herschdoerfer (1986) bahwa susu dan susu skim termasuk

    bahan dasar yang umumnya digunakan dalam pembuatan es krim. Krim merupakan

    sumber lemak susu yang paling baik. Bennion & Hughes (1975) menambahkan bahwa

    susu krim dan whipped cream digunakan dalam pembuatan es krim karena kandungan

    lemaknya yang tinggi. Tingginya kandungan lemak tersebut dapat memberikan

    kontribusi terhadap flavor, massa, dan tekstur es krim. Hal ini juga sesuai dengan

    pernyataan dari Berger (1997) dalam Rahmawati, dkk (2010) yang menyatakan bahwa

    full cream adalah bagian yang paling banyak mengandung lemak pada susu dan

    memiliki fungsi untuk memberikan aroma susu dan mencegah pembentukan kristal

    yang terlalu besar.

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    12/22

    11

    Parameter sensori kedua yang diamati adalah rasa. Pada es krim yang menggunakan

    adonan 1 didapatkan hasil bahwa es krim memiliki rasa susu yang kuat dan manis. Hal

    ini disebabkan karena adanya susufull cream yang memiliki rasa susu yang sangat kuat

    sehingga pada hasil akhir es krim juga masih terdapat rasa susu, sedangkan pada es krim

    yang menggunakan adonan 2 rasa susunya tidak terlalu kuat dan rasanya manis serta

    agak manis. Hal ini disebabkan karena pada es krim adonan 2 dilakukan proses

    pemasakan susu terlebih dahulu sehingga sebagian komponen yang ada dalam susu

    menjadi tidak stabil dan sebagai akibatnya rasa dan aroma susu menjadi tidak terlalu

    kuat. Rasa manis yang ada pada es krim adonan 1 dan 2 disebabkan karena adanya gula

    yang ditambahkan dalam adonan. Gula berkontribusi terhadap rasa manis dan tekstur

    yang lembut pada es krim. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Reineccius (1994)

    yang menyatakan bahwa penambahan gula berfungsi untuk memberikan rasa manis

    pada produk dan membantu mengentalkan adonan. Akan tetapi pemberian gula yang

    berlebihan dapat menurunkan titik beku dalam pengocokan sehingga menghambat

    pembekuan dan tidak terbentuk padatan dalam freezer dalam waktu yang singkat.

    Astawan & Astawan (1988) menambahkan bahwa penambahan jumlah gula dengan

    tepat dapat memudahkan masuknya udara dalam adonan dan membuat tekstur es krim

    menjadi lebih lembut. Tingkat kemanisan es krim sebagai akibat dari adanya

    penambahan gula menjadi sumber kalori yang tinggi pada es krim.

    Parameter ketiga yang diamati adalah tekstur es krim. Tekstur es krim diamati setelah

    penyimpanan selama 16 jam dan setelah proses pemecahan kristal es. Pada kelompok

    D1 yang menggunakan adonan 1 didapatkan tekstur yang halus dan setelah pemecahan

    kristal juga didapatkan tekstur yang halus, sedangkan pada kelompok D2 dan D3 yang

    menggunakan adonan 1 dan D4 yang menggunakan adonan 2 didapatkan hasil bahwa

    teksturnya halus setelah penyimpanan selama 16 jam dan berubah menjadi kasar setelah

    pemecahan kristal es. Pada kelompok D5 yang menggunakan adonan 2 didapatkan hasil

    bahwa tekstur setelah penyimpanan 16 jam dan pemecahan kristal sama-sama halus.

    Seharusnya tekstur es krim setelah dilakukan pemecahan kristal es menjadi lebih lembut

    atau halus. Karena pemecahan kristal dilakukan dengan cara pengocokan berulang dapat

    merusak dinding es yang terbentuk sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil. Kristal es

    yang kecil tersebut akan membuat tekstur es krim menjadi lebih halus atau lembut. Hal

    ini sesuai dengan pernyataan dari Bennion & Hughes (1975) yang menyatakan bahwa

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    13/22

    12

    proses pengocokan berulang pada pembuatan es krim memiliki fungsi supaya diperoleh

    kristal es yang kecil. Jika es krim hanya dikocok hanya sekali maka kristal es yang

    terbentuk akan besar-besar sekalipun sudah mengalami pengocokan dengan kecepatan

    tinggi. Kristal es yang kecil tersebut membuat tekstur es krim setelah pemecahan kristal

    es menjadi lebih lembut.

    Tekstur kasar dan lembut serta rasa yang manis dan kurang manis tersebut tidak hanya

    dipengaruhi oleh kristal es yang terbentuk, tetapi juga bisa disebabkan karena gula yang

    digunakan dalam adonan. Pada adonan 1 digunakan icing sugar, sedangkan pada

    adonan 2 digunakan gula kastor yang memiliki kristal yang lebih besar daripada gula

    bubuk atau icing sugar. Kristal gula yang lebih kecil membuat gula menjadi lebih

    mudah larut sehingga rasa manis yang terbentuk juga lebih tinggi dan tekstur menjadi

    lebih lembut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suter (1996) bahwa gula kastor

    adalah gula yang memiliki ukuran kristal lebih halus daripada gula pasir, memiliki

    warna putih bersih, dan sering digunakan untuk campuran dalam bahan pembuatan

    cake, cookies,ataupastrykarena mudah larut/bercampur dengan bahan lain. Sifat yang

    mudah larut ini dapat menyebabkan produk memiliki rasa yang lebih manis. Gula kastor

    digunakan untuk mempercepat proses pengocokan telur, sedangkan gula bubuk ( icing

    sugar) mengalami proses penghalusan sehingga berbentuk bubuk dan sering disebut

    juga dengan gula tepung. Gula jenis ini memiliki kristal yang lebih kecil sehingga

    mudah larut dan cocok digunakan untuk membuat krim atau menjadi taburan pada cake

    atau kue kering.

    Pengamatan secara fisik dilakukan dengan cara mengukur volume pengembangan

    adonan atau sering disebut sebagai overrun. Secara keseluruhan, es krim yang

    menggunakan adonan 1 memiliki overrun yang lebih tinggi daripada es krim yangmenggunakan adonan 2. Padahal seharusnya overrun adonan 2 leih besar daripada

    adonan 1. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan kuning telur pada adonan 2.

    Kuning telur tersebut membantu pengembangan adonan menjadi lebih tinggi sehingga

    didapatkan nilai overrun yang lebih tinggi juga. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

    Potter & Hotchkiss (1996) bahwa telur termasuk bahan yang dapat menangkap udara

    dengan baik melalui buih yang dihasilkan. Pengocokan telur menyebabkan telur

    menjadi kaku dan gelembung udara akan bertambah sehingga dapat meningkatkan nilai

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    14/22

    13

    overrun karena mampu memerangkap udara. Selain itu kuning telur juga merupakan

    bahan pengemulsi alami yang baik karena mengandung lesitin dan dapat meningkatkan

    pembentukan busa untuk mendapatkan overrunyang diinginkan.

    Faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam pembuatan makanan beku adalah lemak

    dan telur. Lemak adalah faktor utama yang mempengaruhi flavor karena krim

    merupakan bagian terbesar dalam makanan beku seperti es krim. Lemak yang terlalu

    banyak dapat mengakibatkan tekstur menjadi keras. Lemak pada susu memberikan

    produk dengan rasa yang khas dan dapat meningkatkan tekstur. Selain itu lemak

    merupakan sumber kalori yang paling tinggi daripada karbohidrat dan protein sehingga

    menyumbangkan tingkat energi yang besar pada es krim. Lemak susu memiliki bentuk

    jutaan bola-bola kecil berdiameter 3 mikron dan mempunyai permukaan yang luas

    sehingga susu mudah menyerap flavorasing. Lemak dari krim dan susu berkontribusi

    terhadap flavor, massa, dan tekstur pada produk. Kandungan lemak dapat membuat

    tekstur menjadi lebih baik dan es krim memiliki ketahanan yang tinggi terhadap proses

    pencairan. Selain lemak komposisi lain yang ada pada es krim adalah padatan susu

    bukan lemak atau bahan padat dari serum di mana keduanya juga berpengaruh terhadap

    tekstur dan nilai gizi es krim. Jika susu yang tidak mengandung lemak atau susu skim

    dengan laktosa terlalu banyak digunakan sebagai bahan padat bukan lemak maka dapat

    menyebabkan kemungkinan terjadinya kristalisasi laktosa yang bersifat seperti pasir

    (sandiness). Semakin banyak padatan susu maka kandungan air dalam es krim juga

    menurun. Persentase susu evaporasi yang terlalu tinggi juga menghasilkan tekstur es

    krim yang berpasir karena kristalisasi laktosa. Oleh karena itulah diperlukan minimal

    11%serum solidyang mencegah produk berpasir. Akan tetapi jika terlalu banyak bahan

    padat dari serum produk yang dihasilkan justru memilikiflavorsusu kental manis yang

    terlalu kuat (Bennion & Hughes, 1975).

    Karakteristik dan tekstur es krim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

    komposisi adonan, jenis dan kualitas bahan, proses penanganan, penambahan flavor,

    suhu, dan kadar lemak bahan. Selain itu konsistensi es krim sebagian besar dipengaruhi

    oleh komposisi adonan, jenis dan kualitas bahan, proses penanganan maupun suhu, dan

    kadar lemak bahan (Astawan & Astawan, 1988).Flavordan pewarna yang ditambahkan

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    15/22

    14

    pada produk juga akan berpengaruh penting terhadap rasa dan penampakan suatu

    produk (Potter & Hotchkiss, 1996). Menurut Suprayitno, dkk (2001 dalam Putri, dkk

    (2014) tekstur pada es krim dipengaruhi oleh ukuran dari kristal es, gelembung udara,

    komposisi ICM, cara pengolahan, dan penyimpanan es krim. Tekstur es krim yang baik

    adalah halus/lembut (smooth), tidak keras, dan tampak mengkilap (Padaga dan Sawitri,

    2005 dalam Putri, dkk (2014). Gula yang digunakan minimal 12%, gula juga digunakan

    untuk memperoleh tekstur es krim yang halus (Susrini, 2003 dalam Putri, dkk (2014).

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai overrunpada es krim adalah :

    Bahan Pengemulsi

    Menyebarkan globula lemak selama pengocokan, mencegah supaya adonan tidak

    mengalami penggumpalan, meningkatkan busa untuk mendapatkan overrun yang

    diinginkan (Bennion & Hughes, 1975).

    Penggunaan Krim

    Selama proses pengocokan udara yang masuk menyebabkan busa dan partikel- partikel

    lemak bergabung dan menghasilkan karakteristik yang kaku atau whipped cream

    menjadi stabil. Gelembung- gelembung udara yang terbentuk akan bertahan karena

    adanya lapisan tipis protein yang melingkupi permukaan partikel lemak. Pengembangan

    cream berfungsi untuk meningkatkan penggumpalan partikel lemak dan pada suhu

    rendah dapat meningkatkan viskositas dan meningkatkan pengembangan pada cream

    (Bennion & Hughes, 1975).

    Penambahan gula

    Dapat menurunkan volume, kekerasan, tetapi meningkatkan waktu yang dibutuhkan

    untuk pengembangan creamjika gula ditambahkan sebelum proses whipping (Bennion

    & Hughes, 1975).

    Proses pendinginan

    Memberikan tekstur yang baik pada es krim, menghasilkan overrun yang tinggi, dan

    membentuk tekstur es krim yang padat (Sulistyawati, 2000). Untuk dapat mencapai

    overrun yang baik maka kondisi pembekuan harus cepat yaitu sekitar 2 jam untuk

    mencegah terbentuknya kristal es yang kasar (Saleh, 2004).

    Menurut Douglas (2000) dalam Rahmawati, dkk (2010) bahan penstabil (stabilizer)

    adalah bahan aditif yang ditambahkan dalam jumlah kecil dan berfungsi untuk

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    16/22

    15

    mempertahankan emulsi sekaligus memperbaiki kelembutan produk es krim, mencegah

    pembentukan kristal es yang besar pada es krim, memberikan keseragaman produk,

    memberikan ketahanan agar tidak meleleh atau mencair dan memperbaiki sifat produk.

    Es krim yang diperoleh dengan penambahan bahan penstabil memiliki tekstur yang

    lebih halus dan lembut.

    Farida (2005) dalam Handayani, dkk (2014) menambahkan bahwa jika semakin banyak

    udara yang terperangkap maka semakin besar pula volume produk tersebut di mana

    banyak atau sedikitnya udara yang terperangkap di dalam es krim disebut sebagai

    overrun. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi jumlah udara yang terperangkap

    yaitu gula dan lemak yang terdapat pada es krim. Level gula 12% menghasilkan overrun

    yang tinggi karena jumlah padatan yang terdapat pada adonan es krim lebih rendah.

    Penambahan gula yang terlalu tinggi akan meningkatkan jumlah padatan adonan

    sehingga menyebabkan nilai overrun menurun, sedangkan menurut Clarke (2004)

    dalam Handayani, dkk (2014) tinggi rendahnya overrun dipengaruhi proses

    homogenisasi karena selain mempengaruhi penangkapan udara, homogenisasi juga

    berfungsi untuk mengubah partikel udara besar sehingga menjadi gelembung yang lebih

    kecil. Semakin banyak udara pada es krim maka membuat es krim semakin mudah

    untuk meleleh. Produk es krim yang memiliki overrun tinggi dapat diartikan sebagai

    busa beku yang terdapat di dalam pada es krim. Marshall et all., (2003) dalam Putri, dkk

    (2014) menyatakan bahwa nilai overrun yang rendah dipengaruhi oleh peningkatan

    viskositas. Hal ini akan mengurangi jumlah udara yang masuk pada waktu aerasi selama

    proses pembekuan. Nilai overrun yang tinggi akan menghasilkan tekstur yang lembut,

    tetapi sebaliknya yaitu jika nilai overrun rendah maka tekstur yang dihasilkan akan

    lebih kasar. Tinggi rendahnya overrun dipengaruhi oleh jenis dan jumlah emulsifier

    yang digunakan (Suryani, 2006 dalam Putri, dkk (2014)).

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    17/22

    16

    4. KESIMPULAN

    Prinsip pembuatan es krim dengan menggunakan adonan tanpa custard adalah

    dengan mencampurkan semua bahan, pembentukan buih, pengukuran volume awal,

    pengocokan, pengukuran volume akhir, pendinginan, pembekuan, serta pemecahan

    kristal es.

    Prinsip pembuatan es krim dengan adonan custard adalah dengan pengocokan

    whipped cream, pemanasan susu full cream, pengocokan kuning telur, essence

    vanilla, dan gula, pendinginan, pencampuran adonan, pengukuran volume awal,

    pengocokan, pengukuran volume akhir, pendinginan, pembekuan, serta pemecahan

    kristal es.

    Flavor es krim adonan custard dan tanpa custard adalah creamy.

    Rasa es krim dengan menggunakan adonan tanpa custard lebih memiliki rasa susu

    yang kuat dan lebih manis.

    Tekstur es krim dengan menggunakan adonan custard lebih halus saat setelah

    penyimpanan 16 jam dan pemecahan kristal es.

    Nilai overrun es krim yang menggunakan adonan custard lebih tinggi daripada es

    krim dengan adonan tanpacustard.

    Semarang, 9 Juni 2016

    Praktikan, Asisten Dosen,

    Kelompok D5 - Beatrix Restiani

    Dayvelin Samantha

    13.70.0062

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    18/22

    17

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Arbuckle, W. S. 1986. Ice Cream. The AVI Publishing Co. inc., London. dalam

    Masykuri, Y.B. Pramono, D. Ardilia. 2012. Resistensi Pelelehan, Over--Run,

    Dan Tingkat Kesukaan Es Krim Vanilla Yang Terbuat Dari Bahan UtamaKombinasi Krim Susu Dan Santan Kelapa. Vol. 1 No. 3, 2012 Jurnal Aplikasi

    Teknologi Pangan.

    Astawan, M. & M.W. Astawan. (1988). Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat

    Guna. CV Akademika Pressindo. Jakarta.

    Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co, Inc.

    New York.

    Berger, K. G. 1997. Ice cream. Pages 413490 in Food Emulsions. 3rd ed. S. E. Friberg

    and K. Larsson, ed. Marcel Dekker, Inc., New York. dalam Rahmawati, dkk.

    2010. Tingkat Penambahan Bahan Pengembang Pada Pembuatan Es Krim Instan

    Ditinjau Dari Mutu Organoleptik Dan Tingkat Kelarutan. Universitas Brawijaya.

    Malang

    Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootton. (1987). Ilmu Pangan.

    Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Clarke, C. 2004. The Science of Ice Cream. Royal Society of Chemistry. 43 128.

    dalam Handayani, dkk. 2014. Overrun, Waktu Leleh Dan Kesukaaan Es Krim

    Yogurt Susu Sapi Dengan Persentase Gula Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah

    Peternakan2(1): 1-7. Purwokerto.

    Douglas, G. 2000. Structure of Ice Cream. dalam Rahmawati, dkk. 2010. Tingkat

    Penambahan Bahan Pengembang Pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau Dari

    Mutu Organoleptik Dan Tingkat Kelarutan. Universitas Brawijaya. Malang.

    Farida, Z. 2005. Kekerasan dan Overrun Es Krim yang Dibuat Menggunakan Susu Sapi

    Maupun Susu Kambing dengan Persentase Gula yang Berbeda. Skripsi.

    Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Peternakan. Purwokerto. Hal 20 - 24.

    dalam Handayani, dkk. 2014. Overrun, Waktu Leleh Dan Kesukaaan Es Krim

    Yogurt Susu Sapi Dengan Persentase Gula Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah

    Peternakan2(1): 1-7. Purwokerto.

    Herschdoerfer, S.M. (1986). Quality Control In The Food Industry Volume 3. Academic

    Press. Toronto

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    19/22

    18

    Marshall, R.T., D. Goff and R.W. Hartel. 2003. Ice Cream 6th Edition. Plenum

    Publisher: New York. dalam Putri, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung

    Porang (Amorphophallus onchophyllus) pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau

    dari Kualitas Fisik dan Organoleptik. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan

    Biosistem Vol. 2 No. 3. Universitas Brawijaya. Malang.

    Padaga, M. Ch, dan M. E. Sawitri. 2005. Membuat Es Krim yang Sehat. Tekno Pangan.

    Jakarta.

    dalam Putri, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Porang

    (Amorphophallus onchophyllus) pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau dari

    Kualitas Fisik dan Organoleptik. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan

    Biosistem Vol. 2 No. 3. Universitas Brawijaya. Malang.

    Potter, N.N. & J.H. Hotchkiss. (1996). Food Science 5thEdition. CBS Publishers and

    Distributors. New Delhi.

    Reineccius, G. (1994). Source Book of Flavor 2ndEdition. Chapman & Hall. New York.

    Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Universitas

    Sumatera Utara.

    Sulistyawati. (2000).Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi

    Offset.Yogyakarta.

    Suprayitno, E, H, Kartikaningsih, dan S, Rahayu. 2001. Proses pembuatan Es Krim

    dengan Menggunakan Stabilisator Natrium Alginat dari Sargassum sp. Jurnal

    Makanan Tradisional Indonesia. 1 (3): 23-27. dalam Putri, dkk. 2014. Pengaruh

    Penambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) pada Pembuatan Es

    Krim Instan Ditinjau dari Kualitas Fisik dan Organoleptik. Jurnal Keteknikan

    Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3. Universitas Brawijaya. Malang.

    Suryani, T. D. 2006. Pengaruh Tingkat Penggunaan Starter Yoghhurt Terhadap

    Overrun, Kecepatan Meleleh, dan Mutu Organoleptik Fermented Ice Cream.

    dalam Putri, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Porang (Amorphophallus

    onchophyllus) pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau dari Kualitas Fisik danOrganoleptik. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3.

    Universitas Brawijaya. Malang.

    Susrini, 2003. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Peternakan UB.

    Malang. dalam Hakim, dkk. 2012. Penambahan Gum Guar Pada Pembuatan Es

    Krim Instan Ditinjau dari Viskositas, Overrun, dan Kecepatan Meleleh.

    Universitas Brawijaya.

    Susrini. 2003. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Peternakan Universitas

    Brawijaya. Malang. dalam Putri, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung

    Porang (Amorphophallus onchophyllus) pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    20/22

    19

    dari Kualitas Fisik dan Organoleptik. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan

    Biosistem Vol. 2 No. 3. Universitas Brawijaya. Malang.

    Suter, I K. (1996). Perubahan Gula dan Asam Organik Pengantar Teknologi Pangan.

    PT. Gramedia. Jakarta.

    Usmiati & Abubakar. (2009). Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    21/22

    20

    6. LAMPIRAN

    6.1.Perhitungan

    Rumus:

    Volume = p l t

    =(volume setelah pengocokan volume sebelum pengocokan)

    volume sebelum pengocokan 100%

    Kelompok D1

    Volume sebelum pengocokan = 12,5 13 2,5 = 698,75cm

    Volume setelah pengocokan = 12,5 13 5 = 1397,5 cm

    =(1397,5 698,75)

    698,75 100% = 100%

    Kelompok D2

    Volume sebelum pengocokan = 18 15 3 = 810 cm

    Volume setelah pengocokan = 18 15 4,5 = 1215 cm

    =

    (1215 810)

    810 100% = 50%

    Kelompok D3

    Volume sebelum pengocokan =(24,7 11,6 2,8)= 802,256cm

    Volume setelah pengocokan = 24,7 11,6 4,6 = 1317,992 cm

    =(1317,992 802,256)

    802,256 100% = 64%

    Kelompok D4

    Volume sebelum pengocokan =(23,5 16 1,5) + 368 = 932 cm

    Volume setelah pengocokan = 23,5 16 4,5 = 1692 cm

    =(1692 932)

    932 100% = 81,55%

  • 7/26/2019 ES KRIM__D5_13.70.0062_Dayvelin Samantha

    22/22

    21

    Kelompok D5

    Volume sebelum pengocokan =(21 11,5 2,2) + 368 = 899,1 cm

    Volume setelah pengocokan = 21 11,5 5 = 1207,5 cm

    =(1207,5 899,1)

    899,1 100% = 34,25%

    6.2.Jurnal

    6.3.Laporan Sementara