epistemologi tafsir sufi (studi terhadap tafsir al-sulami...

32
EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami> dan al-Qushayri>) Disertasi Oleh: Arsyad Abrar 12.3.00.0.05.01.0045 Pembimbing: Prof. Dr. Yunasril Ali, MA. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. KONSENTRASI TAFSIR SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Upload: hangoc

Post on 11-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI

(Studi terhadap Tafsir al-Sulami> dan al-Qushayri>)

Disertasi

Oleh:

Arsyad Abrar

12.3.00.0.05.01.0045

Pembimbing:

Prof. Dr. Yunasril Ali, MA.

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

KONSENTRASI TAFSIR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah Swt,

Tuhan semesta alam. Berkat rahmat dan ‘inayah-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan penulisan disertasi ini sesuai dengan apa yang

diharapkan. Demikian juga, shalawat dan salam penulis sampaikan

kepada panutan sekalian alam, Nabi Muhammad Saw.

Setelah melalui pengkajian dan pembahasan dengan literatur dan

referensi yang ada, pada akhirnya penulisan disertasi ini telah dapat

diselesaikan dengan dengan baik. Disertasi yang mengkaji tema

penafsiran sufi ini mencoba menguraikan data-data tentang otoritas

penafsiran sufi, dan menguatkan bahwa sufi dengan penafsiran

Alqurannya memiliki otoritas dalam penafsiran Alquran.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A.; Direktur Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Masykuri

Abdillah, MA. Para Asisten Direktur, yaitu: Prof. Dr. Didin Saepuddin,

MA, dan Dr. J.M. Muslimin, MA. Serta seluruh staf pengajar Jakarta,

terkhusus Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Suwito, MA dan Dr.

Yusuf Rahman, MA penulis ucapkan terima kasih atas kesempatan

untuk belajar dan menimba ilmu, memberikan arahan dan motivasi

selama masa perkuliahan. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada seluruh

karyawan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah banyak membantu sehingga menjadikan proses perkuliahan lancar

dan nyaman.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingginya kepada

pembimbing, yaitu Prof. Dr. Yunsril Ali, MA dan Prof. Dr. H. Ahmad

Thib Raya, MA yang telah banyak membantu penulis memberikan saran

dan arahan dalam penulisan dan penyelesaian disertasi ini ditengah

aktivitas mereka sebagai dosen tetap Fakultas Syariah dan Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah serta dosen

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ikut

memberikan kritik dalam ujian-ujian sebelumnya. Hal yang sama juga

penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA, Prof. Dr.

Kautsar Azhari Noer, MA dan Prof. Dr. Abdul Hadi WM, MA, sebagai

Page 3: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

iv

penguji yang telah memberikan banyak masukan dan kritikan yang

bermanfaat untuk penelitian ini menjadi lebih baik.

Rasa cinta, kasih sayang dan ucap syukur dihaturkan kepada

Papa Drs. H. Bakhtiar Effendi dan Mama Yunidar Jamal, BA, yang

dengan penuh kasih sayang terus memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis untuk senantiasa berkreasi menuntut ilmu sejak kecil

hingga saat ini, dan senantiasa mendoakan penulis dalam setiap untaian

doa mereka untuk keselamatan penulis dunia dan akhirat. Kebahagian

yang sempurna adalah menjadi apa yang diharapkan oleh kedua orang

tua. Semoga ini menjadi amal saleh.

Special Thanks untuk penyeru kebaikanku dan buah hati

tercinta, dengan kebaikan dan ketulusan hatinya jualah disertasi ini

dapat diselesaikan pada waktu yang tepat. Terimakasih atas segala hal

yang telah dicurahkan, berupa perhatian, semangat dan tak kenal lelah

untuk selalu mengingatkan dan memberikan saran selama disertasi ini

dalam proses penelitian.

Page 4: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

xi

ABSTRAK

Disertasi ini membuktikan bahwa tafsir Alquran yang diterapkan oleh

sebagian kelompok sufi memiliki dasar yang berasal dari Alquran dan Sunnah. Sufi

dalam tafsir Alquran juga memiliki epistemologi sendiri yang memberikan sikap

legal dalam tafsir. Penelitian ini juga menguatkan bahwa tafsir Alquran yang

dilakukan oleh kelompok sufi memiliki relasi yang rasional, yang pada dasarnya

tidak bertentangan dengan Alquran itu sendiri.

Penelitian ini sejalan dengan apa yang diuraikan oleh Machasin (2005),

‘Abd al-Rah}i>m Ah}mad al-Zaqah (2007). Menurut mereka konsep sufi pada saat ini

merupakan kontemplasi dari syariat dan tasawuf. Sufi tidak lagi identik dengan

pemahaman yang tidak benar dan banyak melakukan praktek bid’ah. Penelitian ini

mendukung pendapat Alexander D. Knysh (2007), yang menyimpulkan bahwa

‚interpretasi sufi merupakan suatu hasil dari proses pembacaan Alquran yang tidak

terputus selama bertahun-tahun dalam rangka meng-ekstrak (istinbath) makna yang

tersembunyi.

Adapun perbedaan dengan akademik lainnya adalah menolak apa yang

diuraikan oleh Michael A.Sells, dalam Early Islamic Mysticism: Sufi, Qur’an, Mi’raj, Poetic and Theological Writings. Ia menyimpulkan bahwa pola tafsir sufi

itu cenderung pada sastra. Dengan kata lain, tafsir sufi hanya menghasilkan sebuah

karya sastra dalam bentuk puisi, syair dan yang sejenisnya. Penelitian ini juga tidak

sependapat dengan hasil temuan Annabel Keeler dalam ‚Sufi Tafsir as a Mirror:

al-Qushayri the murshid in his lat}a>’if al-isha>rat‛, yang menyimpulkan bahwa tafsir

sufi utamanya adalah merefleksikan kapasitas spiritual, tingkat iluminasi. Secara

umum ia menilai bahwa konsep tafsir sufi memiliki orientasi doktrin, wawasan

spiritual dan tempramen.

Sumber utama dalam penelitian ini adalah kitab H}aqa>’iq al-Tafsi>r, yang

ditulis oleh Abu> ‘Abd al-Rah}ma>n al-Sulami> dan kitab Lat}a>’if al-Isha>ra>t, yang

merupakan karya al-Qushayri>. Sumber sekunder untuk melengkapi penelitian ini

adalah karya tulis yang dinilai memiliki relevansi terhadap penulisan ini.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif-komparatif analitis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, oleh

karena itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai penguat adalah

studi pemikiran tokoh dengan pendekatan sosio historis. Penggunaan pendekatan

ini ditujukan untuk menganalisis tiga unsur kajian, yakni: (1) mengkaji teks itu

sendiri, (2) akar-akar historis secara kritis serta latarbelakang yang kontroversial,

dan (3) kondisi sosio-historis yang melingkupinya. Dengan pendekatan historis

akan tampak pola keragaman (diversity), perubahan (change), dan kesinambungan

(continuity). Pendekatan filosofis dalam penelitian ini ditujukan untuk

menjelaskan struktur dasar dari pemikiran al-Sulami> dan al-Qushayri>.

Page 5: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

xiii

ABSTRACT

This dissertation proves that the quranic interpretation which

applied by some Sufis has authority in the interpretation. This

dissertation also intend to confirms that the quranic interpretation

which were performed by Sufi group has a rational relation, and it is not

contradict with the Koran itself. The method of interpretation Sufi will

produce a good interpretation.

This research agrees with opinions of Machasin (2005), and

'Abd al-Rahim Ahmad al-Zaqah (2007). According to them,

understanding of Sufi is the contemplation of law and Sufism. Sufi is

not identical to bad understanding and invent acting. Furthermore, this

research also supports Alexander D. Knysh opinion’s (2007). He

concludes that the sufi interpretation is a result of the process of reading

the koran for years in order to extract (istinba>t}) hidden meaning.

This research reject the idea of Michael A.Sells, in the Early Islamic Mysticism: Sufi, Qur'an, Mi'raj, poetic and Theological Writings. He concluded that the pattern of the mystical interpretation

tends to literature. In other words, the interpretation of Sufi only

produce a literary work in the form of poetry. This study also disagrees

with the findings of Annabel Keeler in "Sufi Commentary as a Mirror:

al-Qushayri the Murshid in his lat} a> 'if al-isha> rat" ,who concluded that

the main Sufi interpretation is reflection of spiritual capacity, level of

illumination. In general, she considered that the interpretation of the

sufi concept have doctrine orientation, spiritual insight and

temperament. The major sources of discussion in this study are the book

H}aqa> 'iq al-Tafsi>r, which was written by Abu> Abd al-Rah}ma> n al-Sulami>

and Lat}a>' if al-Isha> ra> t, al-Qushayri’>s tafsir. The secondary sources are

the papers that have relevance with this writing.

In this research the writer uses descriptive-analytical method,

and socio-historical approach. The use of this approach is intended to

analyze three elements of the study, namely: (1) examine the text itself,

(2) the historical roots critical and controversial background, and (3)

socio-historical conditions surrounding it. With a historical approach

would seem pattern diversity (diversity), change (change), and

continuity (continuity).

Page 6: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

xv

التجريد أيدت ىذه الرسالة على أن . ىذه الرسالة تثبت أن التفسري الصويف ىو أحد من التفاسري ادلعتربة

و تفسري الذي يتبع من خالل طريقة . التفسري الصويف لو عالقة عقالنية، ال يتعارض مع القرآن نفسو .الصوفية سوف ينتج تفسري شامال

و من وجهة . Abd al-Rah}i>m Ah}mad (2007)‘، و Machasinنص على ذلك .Alexander Dيدعم رأي . يتضمن الشريعة و التصوف نظرىم، تعاليم الصوفية يف ىذا الوقت ىو

Knysh( 2007) وخيلص إىل أن التفسري الصويف ىو نتيجة من عملية قراءة القرآن اليت ال تنقطع ، لسنوات من أجل انتزاع ادلعىن اخلفي

وخلص اىل امنا منط . ، يف كتابتو Michael A. Sells نتائج ىذه الدراسة قد ردت فكرة. و التفسري الصويف ينتج سوى العمل األديب يف شكل الشعر وما شابو ذلك.التفسري الصويف مييل إىل األدب

أنو خلص : التعليق الصوفية باعتبارىا مرآة" يف Annabel keleerختتلف ىذه الدراسة أيضا على نتائج بشكل عام، اعترب أن مفهوم . إىل أن التفسري الصويف الرئيسي ىو انعكاس لقدرة روحية، ومستوى اإلضاءة

.تفسري الصوفية لو عقيدة التوجو والبصرية الروحيةادلصدر الرئيسي يف ىذا البحث ىو حقائق التفسري ، الذي كتبو أبو عبد الرمحن السلمي وكتاب

.و أما ادلصادر الثانوية فهي الورقة اليت قيمت دعم كتابة ىذه السطور.لطائف اإلشار ا ت، للقشرييالنهج ادلتبع يف ىذه الدراسة ىو هنج االجتماعي . طريقة يف ىذا البحث الوصفي ادلقارن

دراسة النص (1): وادلقصود من استخدام ىذا النهج لتحليل العناصر الثالثة من الدراسة، وىي. والتارخيي. الظروف االجتماعية والتارخيية احمليطة بو (3)اجلذور التارخيية اخللفية احلرجة وادلثرية للجدل، و (2)نفسو،

. مع ادلنهج التارخيي ويبدو تنوع منط، والتغيري، واالستدامة

Page 7: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

xvii

Pedoman Transliterasi

Pedoman alih aksara Arab ke Latin merujuk kepada pedoman

transliterasi Library of Congress.

Pedoman Transliterasi Arab-Latin:

{d = ض ’ = ء {t = ط B = ب {z = ظ T = ت ‘ = ع Th = ث gh = غ J = ج f = ف {h = ح q = ق Kh = خ k = ك D = د l = ل Dh = ذ m = م R = ر n = ن Z = ز h = ه S = س w = و Sh = ش y = ي {s = ص

Vokal dan Diftong:

Vokal pendek a = َ i = ِ u = ُ

Vokal panjang a> = ْا i> = يْا u> = وْا

Diftong ay = َيْا aw = َوْا

Page 8: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

xix

DAFTAR ISI

EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI

(Studi terhadap Tafsir al-Sulami> dan al-Qushayri>)

KATA PENGATAR .......................................................................................................................... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ............................................................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................... ix

ABSTRAK ......................................................................................................................................... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................................................ xvii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... xix

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 1

B. Permasalahan ........................................................................................................................ 15

1. Identifikasi Masalah ....................................................................................................... 15

2. Pembatasan Masalah ...................................................................................................... 16

3. Perumusan Masalah........................................................................................................ 16

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................................................... 16

D. Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 19

E. Kegunaan Penelitian ............................................................................................................. 20

F. Metodologi Penelitian .......................................................................................................... 20

1. Sumber Data Penelitian ................................................................................................. 20

2. Sifat dan Jenis Penelitian ............................................................................................... 21

3. Metode Penelitian .......................................................................................................... 22

G. Sistematika Penulisan ........................................................................................................... 22

BAB II

DISKURSUS ESOTERIK DALAM TAFSIR ALQURAN .............................................................. 25

A. Historisitas Tafsir Sufi ......................................................................................................... 26

B. Kerangka dan Alur Perdebatan Tafsir Sufi .......................................................................... 46

C. Pemahaman Makna Tafsir Batin Alquran ............................................................................ 56

BAB III

PENGARUH AJARAN SUFI DALAM KONSTRUK TAFSIR ...................................................... 63

A. Al-Sulami> dan al-Qushayri> dalam Perspektif Akademis...................................................... 63

B. Pendekatan Isha>ri> dalam Tafsir ............................................................................................ 71

C. Takwil dan Tafsir dalam Perspektif Sufi ............................................................................. 84

BAB IV

DIALEKTIKA DAN PROBLEMATIKA TAFSIR .......................................................................... 93

A. Tendensi Sufi dalam Memahami Alquran ............................................................................ 95

1. Konsep al-Sulami> terhadap Teks Alquran ..................................................................... 104

2. Formulasi Tafsir al-Qushayri> ......................................................................................... 110

B. Struktur Bahasa dan Pemaknaan ‘Ulu>m al-Qur’a>n .............................................................. 114

C. Corak Sufi Sebagai Kritikan Orientasi Fikih ....................................................................... 117

BAB V

APLIKASI PEMAHAMAN SUFI DALAM TAFSIR ALQURAN ................................................. 125

A. Operasional Tafsir al-Sulami dan al-Qushayri ..................................................................... 125

B. Komparasi Tafsir al-Sulami> dan al-Qushayri>. (Arti dan Peran Teks. Kajian terhadap Surah

al-Fatihah) ............................................................................................................................. 147

Page 9: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

xx

C. Isyarat dan Simbol. Telaah terhadap Huruf al-Muqat}t}a‘ah ................................................. 174

D. Tafsir Sufi dalam Konsep Ajaran Tasawuf .......................................................................... 181

1. Taubat ............................................................................................................................ 181

2. Sabar ............................................................................................................................... 184

3. Tawakal .......................................................................................................................... 185

4. Ridha .............................................................................................................................. 187

E. Validitas Tafsir Sufi ............................................................................................................. 189

1. Teori Koherensi .............................................................................................................. 190

2. Teori Korespondensi ...................................................................................................... 192

3. Teori Pragmatisme ......................................................................................................... 193

BAB VI

PENUTUP ......................................................................................................................................... 195

A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 195

B. Implikasi Penelitian .............................................................................................................. 196

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 199

INDEKS ............................................................................................................................................. 219

GLOSARI .......................................................................................................................................... 225

Page 10: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdebatan tentang tafsir sufi berawal dari cara pandang

dan perbedaan para akademisi dalam memahami problematika

tafsir yang dilakukan oleh kaum sufi. Setidaknya perdebatan ini

telah melahirkan dua kelompok besar. Satu kelompok menanggapi

dengan penolakan, bahwa sejatinya tafsir sufi tersebut bukan

sebagai sebuah produk tafsir. Sisanya memberikan tanggapan

positif dengan memberikan ruang untuk melakukan pengkajian

yang lebih mendalam.1

Tafsir sufi bermula dari berkembangnya paham tasawuf.

Keberadaan tafsir sufi ini merupakan antitesis dari tafsir fikih

yang memahami Alquran dengan menggunakan pendekatan

hukum. Pada tahapan proses, tafsir sufi melampaui tafsir fikih

dengan menggunakan pendekatan batin (isha>ri>) yang lebih

menimbangkan penggunaan hati. Dengan bahasa yang sederhana

tafsir sufi ini merupakan kritikan terhadap tafsir fikih.2

Pembelajaran tasawuf yang memasuki dimensi tafsir

Alquran, dengan tegas ingin menggambarkan bahwa Alquran pada

dasarnya memiliki sisi batin dalam tafsir, yang mana maknanya

tidak lari dari teks ayat.3 Begitu juga dalam keyakinan sufi,

Alquran mengandung makna batin berorientasi esoteris-sufi yang

terdapat dalam setiap ayat, melampaui bacaan yang tidak terbaca

(qira>’ah ma> la yuqra), makna yang tidak tersurat (al-maskut ‘anhu)

1Di antaranya adalah Alexander D. Knysh. ‚Esoterisme Kalam Tuhan:

Sentralitas al-Qur’an dalam Tasawuf‛. Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. 1

Januari 2007. Lihat juga, John Kaltner, Introducing The Qur’an: For Today Readers (Minneapolis: Fortress Press, 2011), 7.

2Hasan Hanafi. ‚Signifikansi Tafsir Sufi Bagi Spiritualitas Islam

Kontemporer‛, Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. Januari 2007, 204. 3Nasaruddin Umar, ‚Apa itu Wahdatul Wujud [Bagian 3]‛, Republika.

Jumat, 31 Mei 2013.

Page 11: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

2

dalam ayat Alquran yang dikenal dengan ‘Ilm isha>rah.4 Lebih

lanjut, menurut para sufi, menafsirkan Alquran berdasarkan

analisis kebahasaan saja tidak cukup dan hal itu baru memasuki

pada makna teks ayat, yang mana menurut sufi itu merupakan

badan akidah, sedangkan tafsir sufi menempati posisi ruhnya.5

Praktik tafsir sufi pada dasarnya berjalan beriringan dengan

awal kemunculan tasawuf. Menurut Taufiq Tawil, yang dikutip

oleh Cecep Alba, esensi ajaran tasawuf awal muncul pada abad

pertama dan kedua Hijriah, yang sangat identik dengan faham

asketisme. Pada abad ke 3 Hijriah, tasawuf mulai membicarakan

latihan spritual yang dapat membawa manusia semakin dekat

kepada Tuhannya. Pada abad ketiga dan keempat ini, tasawuf

memiliki fungsi sebagai cara untuk mensucikan jiwa dan

menghasilkan makrifat dengan jalan kashf dan isyra>q. Pada zaman

ini, lahir karya-karya tasawuf yang menggambarkan orientasi

tasawuf. Di antaranya, yaitu: al-Luma>‘, karya al-T}u>si>, Risa>lah al-Qushayriyyah, karya imam al-Qushayri>, al-Ta‘a>ruf li> Madhhab Ahl at-Tas}awwuf karya al-Kala>badhi ( w. 990 H) dan T}abaqa>t al-S}u>fiyyah karya al-Sulami>. (w. 412 H))

6

Salah satu kekeliruan di antara kalangan sarjana Alquran

dalam memberikan penilaian terhadap tafsir sufi adalah tidak

adanya sikap terbuka untuk memahami kajian tafsir sufi lebih

mendalam. Pada dasarnya, bila dikaji secara mendetail, tafsir sufi

memiliki sumber penguat yang berasal dari Alquran. Meskipun

terkadang tafsir sufi dalam kasus tertentu tidak sesuai dengan

makna lahiriah, akan tetapi hal tersebut bukan merupakan

4Aik Iksan Anshori, Tafsir Isha>ri: Pendekatan Hermeneutika Sufi

Tafsir Shaikh ‘Abd al-Qa>dir al-Jila>ni (Ciputat: Referensi, 2012), 1. Lihat juga,

al-Sarra>j al-Tu>si, al-Luma’ fi Ta>rikh al-Tasawuf al-Isla>mi> (Beirut: Dar al-

Kutub al-‘Ilmiyah, 2001), 100. 5Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta:

LkiS, 2012), 22. 6Cecep Alba, ‚Pola Tafsir Al-Qur’an Ibnu ‘Arabi: Studi Analisis

Metodologis terhadap Tafsir yang bercorak Tasawuf , Tafsir al-Qur’an al-Karim

Ibnu ‘Arabi‛. Disertasi pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2004, 3-4.

Page 12: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

3

kekeliruan, selama makna lahir tersebut mendapatkan pembenaran

menurut kaidah bahasa Arab.7

Hal senada diuraikan oleh al-Jili (w. 805 H/ 1405 M)

sebagaimana yang dikutip oleh Yunasril Ali, bahwa Alquran

memiliki tiga tingkatan pengetahuan dan ajaran di dalamnya,8

yaitu:

a. Pengetahuan dan ajaran yang harus disampaikan kepada

umat secara umum. Pengetahuan dan ajaran yang demikian

disebut syariat. Yaitu pengetahuan dan ajaran yang bersifat

formal

b. Pengetahuan dan ajaran yang hanya disampaikan kepada

umat secara selektif kepada orang-orang tertentu saja. Hal

ini yang dikenal dengan ilmu hakikat, yaitu ajaran batiniah

yang menjadi inti dari syariat

c. Pengetahuan dan ajaran yang harus dirahasiakan, yaitu

yang berkaitan dengan rahasia-rahasia ketuhanan.

Pengetahuan ketiga ini hanya dimiliki oleh orang-orang

tertentu yang melihat sesuatu dengan al-kashf al-ila>hi>.

Jika kita melihat uraian di atas tentang tiga bagian pokok

tersebut, maka tafsr sufi ini berada pada tingkatan yang kedua.

Karena menggunakan aspek batin yang menjadi isyarat untuk

mendapatkan pengetahuan. Penjelasan di atas memiliki kesamaan

dengan apa yang dikutip oleh Ami>n al-Khu>li> (w. 1385 H), yang

dijadikan referensi oleh Sunarwato, bahwa khazanah intelektual

Islam terbagi ke dalam tiga hal. Yaitu:

a. Ilmu yang matang dan final, yaitu ilmu nahwu dan ilmu ushul.

b. Ilmu yang matang tapi belum final, yaitu ilmu fikih dan ilmu

hadis.

7Oman Fathurrahman, Ith}a>f al-Dhaki>. Tafsir Wahdatul Wujud bagi

Muslim Nusantara ( Jakarta : Mizan, 2012), 77. 8Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi: Perkembangan Konsep Insan Kamil

Ibn ‘Arabi oleh al-Ji>li> (Jakarta: Paramadina, 1997 ), 169.

Page 13: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

4

c. Ilmu yang belum matang dan belum final, yaitu ilmu bayan dan

ilmu tafsir.9

Tafsir isha>ri> – dalam konteks memahami makna Alquran -

memiliki dasar yang kuat dalam sejarah tafsir. Ini bukan

merupakan hal yang baru dalam Alquran. Alquran sendiri juga

mendorong kita melakukan tafsir dan memahaminya. Lebih lanjut

Alquran juga memberikan informasi pada kita bahwa Alquran

memiliki dimensi zahir dan dimensi batin.10

Dalam satu riwayat diceritakan bagaimana sahabat Nabi

Saw berbeda pendapat dalam memahami atau menafsirkan satu

ayat. Ayat tersebut adalah QS. al-Nas}r [110]: 1.11

Di antara

sahabat ada yang memahami ayat tersebut dengan mengikuti apa

yang ada pada zahir ayat. Dengan pemahaman bahwa ayat tersebut

merupakan perintah Allah untuk senantiasa bertahmid dan

memohon ampunan. Adapun sahabat nabi yang lain memahami

bahwa ayat tersebut merupakan isyarat bahwa ajal nabi Saw

sudah sangat dekat. Ini menunjukan bahwa tidak semua sahabat

memahami apa yang ada di belakang teks ayat. Hanya sebagian

orang tertentu saja yang bisa memahami makna batin Alquran.12

Di waktu yang berbeda, respon yang dimunculkan ‘Umar

Ibn al-Khat}t}a>b pun demikian, ketika mendengar telah turunnya

9Sunarwoto, ‚Nasr Hamid Abu Zayd dan Rekonstruksi Studi-studi

Al-Qur’an dalam Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya, ed. Syahiron

Syamsuddin (Yogyakarta: Islamika, 2003 ), 103. 10

Muh}ammad H}usein ad-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000 ), 261. Menurut ad-Dhahabi salah satu bukti adanya

makna batin (esoteris) bagi Alquran adalah ketidakpahaman orang-orang kafir

dalam memahami apa yang tersirat dalam Alquran. Mereka hanya sekedar

melihat apa yang ada dalam teks ayat, tapi tidak memahami secara baik maksud

dan tujuan Allah dari ayat tersebut. Maksud dan tujuan inilah yang menurut ad-

Dhahabi adalah makna batin Alquran. Muhammad Husein ad-Dhahabi, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Maktabah Wahbah, 2000 ), 262.

11

ا الَّل ِإا َذ اْص َذ ْص ُرا ِإ َذ ا َذ اَذا َذ ْص ُر

12Muh}ammad H}usein ad-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000 ), 263.

Page 14: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

5

QS. al-Maidah (5): 3,13

ia pun menangis, karena ia memahami

tidak ada yang datang setelah mencapai kesempurnaan kecuali

kekurangan. Kondisi ‘Umar ini berbeda dengan sebagian sahabat

lainnya yang berbahagia ketika mendengar ayat ini. 14

Pembahasan tentang tafsir sufi Alquran menjelaskan bahwa

telah terjadinya pergeseran epistem dalam tafsir Alquran.

Perubahan ini bisa saja dipelopori atau dipengaruhi oleh kondisi

lokal dan bahkan politik dari setiap mufasir. Dengan kata lain kita

mesti menyikapi produk tafsir sebagai organisme yang hidup dan

berkembang.15

Ada banyak tipe dalam hal ini. Sebagian sarjana

menyikapi Alquran sebagai sebuah kitab kontemporer yang mesti

diselaraskan dengan kondisi zaman melalui pendekatan linguistik,

semiotika, sejarah dan lain sebaginya. Sehingga melahirkan sebuah

kesimpulan bahwa Alquran pada dasarnya lahir sebagai jawaban

terhadap realita sosial di mana Alquran diturunkan.16

Sebagian

lagi menyikapi Alquran sebagai produk yang hadir di tengah

masyarakat yang sedang dalam masa peralihan dan hilangnya

wujud kepribadian suatu masyarakat, komunitas dan suatu bangsa

secara umum. Di tengah kondisi seperti itu, Alquran telah menjadi

manifestasi dari perwujudan kehendak Allah di bumi,

menampilkan dirinya dalam bentuk lisan manusia, agar manusia

paham terhadap apa yang dikehendaki oleh Allah. Ini menunjukan

bahwa manusia memiliki peran sebagai yang memberikan

pemahaman terhadap Alquran tersebut.17

Bila demikian, hal ini akan mengarah pada suatu hasil akhir

bahwa Alquran akan sangat identik dengan warna dan kebutuhan

13 مَذادِإيًن افَذمَذنِإا ااَذكُرمُرا ْلْصِإسْصَلَذ يتُر ا َذرَذضِإ ا ِإعْصمَذِتِإ اعَذلَذيْصكُرمْص ا َذأَذْتْصَذمْصتُر ادِإينَذكُرمْص ااَذكُرمْص مَذلْصتُر اْصي َذوْصمَذاأَذكْصيمٌرا ارَذ ِإ افَذ ِإ َّلا الَّل َذا َذ ُرورٌر اْلِإِإ ْصٍة ا ُر َذ َذ ِإ ٍة ا َذْصمَذ َذ ٍةا َذي ْص َذ ا ِإ ضْص ُر َّل

14

Muh}ammad Jama>l al-Di>n al-Qa>simi>, Tafsi>r al-Qa>simi> Mah}a>sin al-Ta’wi>l (Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah, 1997), 41.

15M. Jamil, ‚Pergeseran Epistemologi Dalam Tradisi Tafsir Al-

Qur’an‛, Jurnal Ilmiah Abadi Ilmu, Vol. 4, No.1 Juni 2011, 469. 16

M. Hilaly Basya, ‚Mendialogkan Teks Agama dengan Makna Zaman:

Menuju Transformasi Sosial‛,Al-Huda, Vol. III, No. 11. 2005, 11. 17

Nasaruddin Umar, ‚Menimbang Hermeneutika‛ . Jurnal Studi Al-Qur’an. Vol. 1, No. 1, Januari 2006, 41.

Page 15: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

6

lokalitas dan kasus tertentu. Tidak hanya itu, perbedaan kondisi

dan waktu yang sangat jauh, memaksakan tafsir Alquran

melahirkan pergerakan yang sangat signifikan. Setidaknya ada dua

faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Faktor pertama, bersifat

eksternal, yang terdiri dari pengaruh politik, lingkungan, budaya

dan sosial. Kedua, yaitu faktor internal, yaitu faktor paradigma

sang pemikir dan faktor teks itu sendiri.18

Sehingga hal ini

melahirkan pembacaan dan peradaban yang baru untuk tafsir

Alquran itu sendiri.

Hal yang sama juga telah digagas dan dipertegas oleh Nas}r

H}a>mid Abu> Zayd, yang mengkaji keterkaitan wahyu dengan

budaya masyarakat Arab. Kajian tersebut menghasilkan sebuah

pandangan bahwa Alquran merupakan tindakan Tuhan yang selalu

berkaitan dengan realitas. Oleh karena itu, Alquran telah berubah

menjadi sebuah teks profan sebagaimana teks-teks lainnya.

Sehingga bisa dibaca dan dipahami dengan menggunakan

pendekatan apa pun.19

Salah satu isu dalam tema tafsir Alquran adalah

pembicaraan tentang tesktual dan kontekstual tafsir Alquran.

Kedua pendekatan dalam memahami Alquran tersebut menurut

Yusuf Rahman, menjadi pembeda antara kelompok muslim salafi

dengan muslim progresif. Muslim salafi condong menggunakan

pendekatan tekstualitas dalam memahami Alquran. Sebaliknya

kelompok muslim progresif lebih memilih pendekatan kontekstual

dalam memahami Alquran.20

Kontekstual lebih rincinya mengandung dua makna.

Pertama, bagian dari teks atau pernyataan yang menyelimuti kata,

atau bagian tertentu yang menentukan maknanya. Kedua, adalah

‚di mana suatu peristiwa itu terjadi‛. Hal tersebut menunjukan,

bahwa kontekstual tersebut memiliki relasi dengan konteks.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman kontekstual

18

M.Sadik, ‚Alquran Dalam Perdebatan Pemahaman Tekstual dan

Kontelstual‛, Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.1 April 2009, 53. 19

Aksin Wijaya, ‚Relasi Alquran dan Budaya Lokal‛, Hermenia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Vol. 4, No. 2 Juli-Desember 2005, 236.

20Yusuf Rahman, ‚Tafsir Tekstual dan Kontekstual terhadap al-

Qur’an dan Hadis (Kajian terhadap Muslim Salafi dan Muslim Progresif)‛,

Journal of Qur’an and hadith Studies, Vol. 1, No. 2, 2012, 297.

Page 16: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

7

tersebut adalah pemahaman teks yang dikuatkan dengan penilaian

terhadap situasi dan kondisi ketika teks tersebut muncul,

disamping menggunakan pendekatan kebahasaan.21

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pembacaan

atau tafsir Alquran secara kontekstual adalah suatu proses tafsir

Alquran yang tidak terkurung dalam pembahasan bahasa semata.

Melainkan dengan menguatkan tafsir tersebut dengan kondisi dan

berbagai situasi yang dinilai sejalan dan memiliki relasi yang

terjadi. Sehingga akan menjadikan sebuah teks (nas ayat) menjadi

lebih hidup dan seoalah-olah berada dalam kehidupan masyarakat.

Alquran adalah sebuah pedoman dan petunjuk yang ada

dalam bentuk bacaan.22

Oleh karena itu, untuk mendapatkan

makna yang mendekati kebenaran, diharuskan memiliki beberapa

komponen yang otoritatif untuk mendapatkan pesan Alquran yang

menjadi inspirasi majunya suatu peradaban. Alquran berbeda

dengan kitab-kitab samawi sebelumnya. Alquran memiliki ruang

bebas bicara untuk mendapatkan pengertian yang mengarah pada

kebenaran. Ruang tersebut adalah tafsir.23

Meskipun demikian,

bukan berarti tafsir tersebut, akan bisa dilakukan sesuka hati dan

keinginan. Sarjana muslim klasik telah memagari kode etik

tertentu dalam rangka memberikan bingkai dan arahan tafsir

Alquran. Sehingga hal ini menjadi suatu seni membaca Alquran

21

M.Sadik, ‚Alquran Dalam Perdebatan Pemahaman Tekstual dan

Kontelstual‛, Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.1 April 2009, 53. 22

Nur al-Di>n ‘Itr, ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Damaskus: Mat}ba‘ al-S}aba>h,

1996), 10. 23

Tafsir ini berasal dari bahasa Arab, dengan asal kata fa-sa-ra. Secara

bahasa memiliki pengertian al-iba>nah, al-kashf dan al-iz}ha>r. Ketiga kata

tersebut bila kita beri pemahaman dalam bahasa Indonesia menjadi penjelasan,

penyingkapan dan pemunculan. Dengan demikian tafsir dapat dipahami

sebagai suatu upaya penyingkapan suatu maksud dari teks atau lafaz yang sulit

dipahami. Adapun tafsir secara istilah adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji

cara berdialog dengan teks Alquran, indikator-indikatornya, hukum-hukum dan

kandungan yang ada di dalamnya. Manna>‘ al-Qat}t}a>n, Maba>hi>th fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Riya>d}: Dar al-Rashi>d, tth), 333. Defenisi yang lain menyebutkan bahwa

tafsir Alquran adalah suatu disiplin ilmu yang membahas segala hal yang

berkaitan dengan Alquran yang ditinjau dari sisi dalalahnya, untuk disesuaikan

dengan kehendak Allah, sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri. Kha>lid

‘Uthma>n al-Sabt, Qawa>‘id at-Tafsi>r Jam‘an wa Dira>sah (Kairo: Dar Ibn ‘Affa>n,

2001), 29.

Page 17: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

8

bagi para sarjana muslim dalam memunculkan pesan dan makna

kehendak Tuhan dalam Alquran.24

Hal tersebut kiranya yang

menjadi kendala terhadap laju diterimanya tafsir sufi. Yang

cenderung keluar dari main stream tafsir.25

Satu hal yang sering diabaikan adalah bahwa tafsir sufi ini

merupakan tafsir yang juga berlandaskan pada Alquran dan

Sunnah. Menurut catatan Seyyed Hosein Nasr, Alquran selain

sebagai sumber hukum, ia juga merupakan jalan atau t}ari>qah. Nabi

Saw merupakan figur dan sumber penting dalam kehidupan para

sufi. Adapun sosok nabi merupakan jiwa yang disinari oleh Allah

sebagaimana diwahyukan di dalam Alquran, sehingga tepat sekali

dikatakan bahwa wahyu Alquran adalah sumber tasawuf.26

Alquran merupakan sumber inspirasi dalam setiap tindakan

muslim dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai teks suci kiranya

adalah hal yang wajar jika ketergantungan terhadap Alquran

sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perkembangan

muslim saat ini. Banyak kalangan yang tertarik untuk mempelajari

Alquran, tidak hanya muslim yang memberikan ketertarikan untuk

mendalami Alquran. Kalangan luar juga memiliki semangat yang

sama dalam memberikan perhatian serius terhadap segala polemik

yang muncul atau yang terinspirasi dalam permasalahan Alquran.27

24

Secara umum istilah tafsir lebih dominan dan popular sebagai suatu

proses untuk memahami Alquran. Yang berisikan tentang cara mengurai

bahasa, konteks dan pesan-pesan yang terkandung dalam teks atau nash kitab

suci. Syahiron Syamsuddin [Ed], Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya

(Yogyakarta: Islamika, 2003), xxi. 25

Menurut Hasan Hanafi, pengaruh kekuasan memberikan kontribusi

dalam perkembangan tafsir sufi ini. Setiap penguasa akan mempertahankan

pemikiran yang mampu menopang masa jayanya. Bilamana hal tersebut telah

menjadi ancaman, maka itu akan segera disingkirkan. Melihat uraian tersebut,

maka adanya suatu indikasi bahwa potret tafsir sufi telah mengalami tekanan

dari penguasa. Hal ini lebih disebabkan karena, sifat dan out put tafsir sufi,

cenderung mengutamakan kehidupan akhirat dari pada dunia. Hasan, Hanafi.

‚Signifikansi Tafsir Sufi Bagi Spiritualitas Islam Kontemporer‛, Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. Januari 2007. 204.

26Seyyed Hossein Nasr, ‚Al-Qur’an Sebagai Fondasi Spiritualitas

Islam‛ dalam Islamic Spirituality Foundations. Seyyed Hossein Nasr (Ed), ter.

Rahmani Astuti (Bandung: Mizan, 2002), 10. 27

Sebut saja seperti Ignaz Goldziher dalam Die Richtungen der Islamidchen Koranauslegung, , Richard C. Martin dalam Understanding the

Page 18: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

9

Meminjam istilah Goldziher, bahwa tafsir pada tahap awal telah

melahirkan tafsir idiologis atau aliran. Hal ini logis, karen tidak

semua kalangan mendapatkan legitimasi dalam menafsirkan

Alquran sehingga, mereka yang pakar dan memiliki wewenang

menjadikan faksi-faksi dalam tafsir Alquran.28

Tafsir–tafsir esoteris terhadap Alquran pada dasarnya

disatukan melalui prinsip simbolisme, sebagaimana dipahami

dalam pengertian tradisionalnya. Bahkan, simbolisme berfungsi

sebagai kata kuci untuk semua itu sehingga tafsir-tafsir itu bisa

juga disebut sebagai ‚tafsir-tafsir simbolis‛. Proses tafsir simbolis

ini selanjutnya dikenal sebagai takwil, yang secara teknis

bermakna hermeneutika simbolis dan spiritual.29

Makna batin

menjadi kunci dalam tafsir esoteris ini. Makna batin Alquran

adalah makna yang terkandung di dalam teks ayat, yang menjadi

apa yang dimaksudkan oleh Allah. Adapun zahir Alquran adalah

apa yang diturunkan melalui lisan Arab, yang bisa langusng

dipahami oleh orang Arab yang tersusun dengan kata-kata.30

Tafsir sufi memiliki dua kategori. Pertama ditinjau dengan

melalui pemahaman teologis, yakni definisi yang diuraikan oleh

Ahlu Sunnah wal Jama’ah yang masih selektif dan memberikan

batasan yang masih dipengaruhi oleh tradisi Sunni. Kedua,

pemahaman secara tematik taksonomis, yaitu dengan melakukan

peninjauan subtansi pemikiran dalam lintasan sejarah yang

berkaitan dengan perkembangan tafsir sufi.31

Dalam proses tafsir ditemukan adanya tiga faktor yang

tidak bisa dipisahkan dan saling memiliki keterkaitan. Hal tersebut

Quran in Text dan Context , Richard Bell dalam The Alquran Translated, with a Critical Rearrangement of The Surah, John Burton dalam The Collection of The Al-Quran. Serta masih banyak para orientalis yang kajiannya terhadap

Alquran cukup menarik untuk ditelaah ulang. 28

Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir Dari Aliran Klasik Hingga Modern,

ter. M. Alaika Salamullah dkk (Yogyakarta: eLSAQ, 2006), 3. 29

Abdurrhman Habil, ‚Tafsir-Tafsir Tradisional Al-Qur’an‛ dalam

Islamic Spirituality Foundations. Seyyes Hossein Nasr (Ed), ter. Rahnmani

Astuti (Bandung: Mizan, 2002), 33. 30

Muh}ammad H}useyn ad-Dhahabi, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000 ), 265. 31

Aik Iksan Anshori, Tafsir Ishari. Pendekatan Hermeneutika Sufi Tafsir Shaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani, 31.

Page 19: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

10

adalah, dunia pengarang, dunia teks, dan dunia pembaca. Selain

ketiga faktor di atas, keberadaan konteks juga mempunyai peran

yang penting dalam memahami peristiwa turunnya wahyu. Sebab

ayat-ayat Alquran tidak akan dapat dimengerti dengan baik

kecuali dengan memperhatikan realitas yang melatar

belakanginya. Indikasi ini muncul dengan konsep asba>b al-nuzu>l dan na>sikh wa al mansu>kh yang telah menjadi pembicaraan khusus

dalam studi ‘Ulu>m al-Qur’a>n. 32

Alquran secara utuh telah mengandung tiga hal penting.

Pertama adalah terkait dengan teks Alquran itu sendiri. Kedua,

berkaitan dengan pembaca sekaligus penafsir. Ketiga, adalah

audien yang menjadi objek ketika Alquran telah melewati proses

tafsir.33

Ketiga kandungan yang ada dalam pembelajaran atau

tafsir Alquran tersebut, pada akhirnya akan memiliki pengaruh dan

tujuan yang berbeda. Hal tersebut adalah suatu fenomena yang

wajar, mengingat sifat dasar dari Alquran tersebut adalah

melahirkan relativisme dengan batasan-batasan yang disepakati.

Dalam pengertian luas, sufisme dapat dideskripsikan

sebagai interiorisasi dan intensifikasi dari keyakinan dan praktik

Islam. Berbagai kecaman ditujukan pada sufisme. Tidak sedikit di

antara yang menjadi penyebab ini berupa pengaruh sosial dan

politik para guru sufi, yang sering mengancam kekuasaan serta

hak-hak istimewa para ahli hukum dan bahkan penguasa.34

Tidak

dapat diingkari bahwa sufi sebagai gerakan dan ajaran memiliki

pengaruh yang kuat. Ini dibuktikan dengan tawaran dari kalangan

sufi terkait dengan perspektif teologis jauh lebih atraktif bagi

bagian terbesar mayoritas muslim dibandingkan kalam, yang

merupakan kajian akademis dengan dampak praktis yang kecil

32

Akhmad Muzakki, ‚Kontribusi Semiotika Dalam Memahami

Bahasa Alquran‛, Islamica, Vol. 4 No.1, September 2009, 35. 33

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ibn Taymiyah, bahwa ada tiga

hal yang mesti diperhatikan ketika ingin menafsirkan Alquran. Pertama adalah

siapa yang mengatakan, kedua kepada siapa dituturkan, ketiga ditujukan

kepada siapa. Muzairi, ‚Hermeneutik Dalam Pemikiran Islam‛ dalam

Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya. Syahiron Syamsuddin (Ed),

(Yogyakarta: Islamika, 2003), 62. 34

Hasan Hanafi. ‚Signifikansi Tafsir Sufi Bagi Spiritualitas Islam

Kontemporer‛, Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. Januari 2007.

Page 20: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

11

terhadap kebanyakan orang.35

Apabila kalam dan fikih sangat

didominasi oleh peran akal untuk menetapkan kategori-kategori

dan distinksi-distinksi, otoritas sufi bergantung pada fakultas jiwa

yang lain untuk menjembatani kesenjangan dan membuat jalinan.36

Tafsir sufi atau sufi masih menyisakan pro dan kontra di

kalangan para pakar. Sebagian ada yang menerima, sisanya

menolak dengan alasan yang diskriminatif. Tafsir Alquran selalu

identik dengan tafsir eksoterik. Suatu tafsir yang hanya mengkaji

aspek luar tafsir. Hal ini yang telah menjadi tradisi kuat dalam

tafsir Alquran. Bahkan hegemoni tafsir eksoterik ini, kerap

menjadi penghambat bagi kalangan atau pemikiran lain yang

memiliki cara pandang berbeda. Yaitu menelaah pesan-pesan

Alquran melalui sisi esoterik, makna batin dari Alquran.

Penolakan terhadap sufi ditengarai karena adanya

penyimpangan dalam praktik keagamaan yang menjadi ritualitas

sufi. Sufi terkesan sebagai kelompok yang mengusung pemahaman

tradisional dan menjauhi dunia. Said Nursi memiliki pandangan

yang berbeda dalam hal ini. Ia menawarkan satu alternatif yang

menurutnya didasarkan pada Alquran dalam meniti jalan sufisme,

tanpa menafikan adanya cara-cara yang lain. Hal ini ia namakan

dengan h}aqi>qa. Menurutnya sufisme harus dipraktikkan dalam

bingkai dan tanpa meninggalkan syariah, karena syariah bukanlah

sisi luar dari Islam , tapi merupakan satu sistem utuh yang

mencakup inner dan sekaligus outer aspect dari Islam.37

Tafsir sufi adalah tafsir yang memiliki perbedaan mencolok

dengan tafsir lainnya. Hal ini disebabkan oleh perangkat dalam

tafsir sufi ini mengacu pada ilmu tasawuf yang para mufasirnya

merupakan seorang sa>lik dalam kesufian.38

Nasaruddin Umar

menempatkan tafsir sufi ini sebagai takwil. Karena takwil pada

35

Hasan Hanafi. ‚Signifikansi Tafsir Sufi Bagi Spiritualitas Islam

Kontemporer‛, Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. Januari 2007. 36

Muh}ammad Ibn T}ayyi>b, Isla>m al-Mut}asawwifah (Damaskus: Dar al-

Tali’ah, 2007), 39. 37

Machasin, ‚Bediuzzaman Said Nursi and the Sufi Tradition‛ Al-Jami’ah Vol. 43, No.1, 2005, 2.

38Syarif, ‚Persepektif Interaksi Antar Penganut Agama: Analisis

Komparatif Tafsir Fikih dan Tafsir Sufi‛ (Disertasi di Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), 59-60.

Page 21: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

12

dasarnya merupakan bagian dari tafsir. Dinamakan takwil karena

proses pemahamannya lebih mendalam daripada sekedar

menafsirkan Alquran.39

Adapun nama lain dari tafsir sufi ini adalah tafsir isha>ri>.

Satu hal yang menjadi keistimewaan dalam tafsir sufi adalah,

bahwa para sufi (penafsir) menafsirkan Alquran dengan

menggunakan mata batin (bas}i>rah) dan insting, berbeda dengan

kebanyakan mufasir yang memfokuskan memahami Alquran

melalui indera dan akal.40

Muh}ammad H}usayn ad-Dhahabi>

menggolongkan bahwa tafsir isha>ri> ini merupakan bagian dari

tafsir sufi. Ia membagi tafsir sufi ke dalam dua bagian besar.

Pertama adalah tafsi>r s}u>fi al-naz}ari> dan kedua adalah tafsi>r s}u>fi al-isha>ri>.41

Seringkali kita terjebak dalam memahami tafsir sufi ini

dengan menyamakannya kepada satu bentuk tafsir yang mirip

dengan tafsir isha>ri>, yaitu tafsir batiniah. Perbedaan yang

mencolok antara kedua tafsir ini, pertama, tafsir batiniah lahir

dari agama majusi. Kedua, tafsir batiniah lebih meyakini makna

batin yang ada dalam Alquran. Dalam perkembangannya,

pemahaman kelompok batiniah hanya menafsirkan Alquran

dengan mendalami makna batin saja tanpa didasarkan dengan

pengetahuan ijtihad, kecuali hanya dengan keinginan mereka

semata.42

Secara definitif tafsir isha>ri> ini dapat dikategorikan ke

dalam bentuk pentakwilan ayat-ayat Alquran yang berbeda dengan

apa yang tampak pada zahirnya.43

Hal tersebut dilakukan dengan

adanya tuntunan isyarat-isyarat yang didapatkan melalui proses

39

Nasaruddin Umar. ‚Kontruksi Takwil Dalam Tafsir Sufi dan Syiah.

Sebuah Studi Perbandingan‛. Jurnal Studi Al-Qur’an. Vol. 2, No.1, 2007, 39. 40

Fais}al Bari>r ‘Aun Al-Tas}awwuf al-Isla>mi> at-T}ari>q wa Rija>l (Maktabah Sa‘id Ra‘fat Jami‘ah ‘Ayn al-Shams, 1983), 17.

41Muh}ammad H}usayn ad-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000 ), 251. 42

T. Mairizal, ‚Tafsir Dengan Pendekatan Isyari: Kajian Terhadap

Kitab Haqaiq at-Tafsir Karya Abu ‘Abdirrahman As-Sulami‛ (Tesis di Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), 47. 43

Mukhtar al-Fajja>ri, Hafariya>t fi al-Ta’wi>l al-Isla>mi> Dirasah al-Maja>l al-Ma’rifi al-Us}u>li> al-Awwa>l li> Tafsi>r al-Su>fi> (Yordania: ‘Alam al-Kutb al-

Hadith, 2008), 443.

Page 22: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

13

suluk. Hasil dari tafsir ini bisa saja dikompromikan dengan makna

teks ayat.44

Ini menjadi sebuah rumusan dari tafsir isha>ri> atau

tafsir sufi ini, yaitu sebuah tafsir dengan tidak meninggalkan salah

satu dari dua tafsir yang ada. Tidak meinggalkan makna batin,

tidak pula mengabaikan teks ayat. Yang terjadi pada dasarnya

adalah ‚crossing over‛ yakni menyebrang dari yang satu kepada

yang lain, dari makna lahir ke rahasia.45

Penelitian ini secara serius ditulis untuk menanggapi

pendapat yang mengatakan, bahwa tafsir sufi adalah tafsir Alquran

yang irasional dan tidak layak dijadikan rujukan dalam

menafsirkan Alquran.46

Dalam menjawab kritikan tersebut,

diperlukan media untuk dijadikan sebagai bahan kajian. Di antara

karya tafsir sufi yang lahir pada generasi awal-awal sufi, setelah

masa al-Tustari (w. 283 H) yang diklaim sebagai karya pertama

terkait tafsir sufi adalah H{aqa>’iq al-Tafsi>r, ditulis oleh Abu> ‘Abd

al-Rah{ma>n al-Sulami>.(w. 412 H)47

dan Lat}a>’if al-Isha>ra>t, yang

ditulis oleh al-Qushayri> (w. 465 H ).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian ini menitik

beratkan fokus kajian untuk mendalami epistemologi tafsir sufi.

Adapun yang dimaksud dengan ‚Epistemologi Tafsir Sufi‛ adalah

penelitian yang menjelaskan tentang hakikat tafsir sufi, serta

bagaimana validitas dan metode tafsir Alquran yang diterapkan

dalam tafsir sufi. Khususnya dalam karya tafsir yang ditulis oleh

al-Sulami> dan al-Qushayri>.

Secara lebih sistematis, keinginan penulis untuk meneliti

epistemologi tafsir sufi studi terhadap H}aqa>‘iq al-Tafsi>r karya al-

Sulami> dan Lat}a>’if al-Isha>ra>t, karya al-Qushayri> dilatari oleh

beberapa alasan. Alasan utama adalah dalam pengamatan penulis,

penjelasan atau tafsir Alquran yang dilakukan oleh para sufi,

44

Muh}ammad Husayn ad-Dhahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000 ), 261. 45

Mulyadhi Kartanegara, ‚Tafsir Sufi Tentang Cahaya‛ Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.1, No. 1 Januari 2006, 31.

46Annabel Keeler. ‚Sufi Tafsir as a Mirror: al-Qushayri the Murshid in

his Lat}a>’if al-Isha>rat‛, Journal Of Qur’anic Studies Iqra>’ Bismi Rabbika. Vol. 8,

Issue 1, 2006, 5. 47

Alexander D. Knysh, ‚Esoterisme Kalam Tuhan: Sentralitas al-

Qur’an dalam Tasawuf‛. Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. 1 Januari 2007, 76.

Page 23: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

14

merupakan tafsir sufi yang sama sekali tidak menanggalkan sisi

rasional. Pola tafsir sufi yang diterapkan oleh kedua tokoh di atas

mengarah pada kombinasi antara tafsir yang tidak mengabaikan

syariah dan tafsir yang dihasilkan melalui riyadah (pelatihan

spiritual) sufi. Dengan kata lain, tafsir sufi ini sama sekali tidak

mengabaikan teks ayat dan tidak pula mengabaikan makna yang

terkandung di dalam ayat. Sebagai contoh apa yang dijelaskan

oleh al-Sulami dalam menafsirkan makna ibadah, (dalam surah al-

fatihah) baginya ibadah kepada Allah haruslah disertai dengan niat

yang tulus, yaitu memutuskan segala bentuk keinginan dan tujuan

dalam beribadah.48

al-Qushayri> pun memiliki pandangan yang

sama, bahwa sejatinya ibadah itu merupakan sikap patuh dan

tunduk dengan mengerahkan segala kemampuan. Karena dengan

ibadah itu, maka akan menjadi mulia seorang hamba.49

Penelitian ini mengkaji tentang pola-pola dan corak tafsir

Alquran yang diterapkan oleh sebagian kelompok sufi, dan

membuktikan bahwa hal tersebut memiliki otoritas dalam tafsir.

Selain itu juga membuktikan bahwa tafsir Alquran yang dilakukan

oleh kelompok sufi memiliki relasi yang rasional, yang pada

dasarnya tidak bertentangan dengan Alquran itu sendiri. Dengan

kata lain, penelitian ini mengungkap adanya pergeseran

epistemologi, dan sisi lain dalam wilayah tafsir yang selama ini

dianggap sebagai sebuah upaya dan kreativitas suci dalam

memahami Alquran. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan

terkait hal di atas, di sini penulis melakukan fokus pembahasan

dengan judul ‚Epistemologi Tafsir Sufi. (Studi terhadap Tafsir al-

Sulami> dan al-Qushayri>)‛. Objek kajian dalam penelitian ini

adalah kitab H}aqa>’iq al-Tafsi>r, yang ditulis oleh Abu> Abd al-

Rah}ma>n al-Sulami> (w. 412 H) dan kitab Lat}a>’if al-Isha>ra>t, yang

merupakan karya al-Qushayri>.(w. 465 H)

Pemilihan kedua tokoh tersebut sebagai bahan kajian

dalam penelitian ini memiliki beberapa alasan. Hal yang pertama

adalah kedua tokoh ini merupakan tokoh sufi yang tergolong

kedalam generasi awal, sehingga adalah hal yang tepat untuk

48

al-Sulami>, H}aqa>’iq al-Tafsi>r (Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah, 2001),

Jilid 1, 36. 49

al-Qushayri>, Lat}a>’if al-Isha>ra>t (Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah,

2007), Jilid 1, 12.

Page 24: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

15

mengkaji pemikiran sufi dengan merujuk kepada generasi pertama

paham sufi itu lahir. Alasan kedua, baik al-Sulami> dan al-Qushayri>

memiliki karya tafsir, namun meski keduanya hidup pada saat

yang hampir bersamaan, corak dan model tafsir yang ditampilkan

berbeda. Adapun faktor terakhir yang mendorong kajian ini

penting untuk dilakukan adalah pada zaman di mana al-Qusahyri>

hidup merupakan zaman kebangkitan kedua kekuatan keagamaan,

yaitu keagamaan yang diusung oleh para sufi, dan para ahli fikih.

Kondisi ini pada akhirnya menimbulkan banyak perdebatan terkait

siapa yang lebih berhak untuk memegang peran dalam hal

keagamaan.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dalam banyak literatur, kajian ini –tafsir sufi- yang fokus

untuk membaca asal usul dan arah tafsir Alquran al-Sulami> dan al-

Qushayri>, memiliki beberapa persoalan yang banyak yang layak

untuk dipertanyakan. Beberapa hal tersebut antara lain;

a. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan melahirkan wacana

sufi dalam tafsir Alquran

b. Apakah ada pengaruh mazhab tertentu dalam tafsir Alquran

yang dihasilkan pendekatan sufi

c. Apakah tafsir Alquran yang dihasilkan melalui perenungan sufi

saat ini dipengaruhi oleh pembacaan kontekstual Alquran

d. Apakah Tafsir Alquran yang dihasilkan melalui perenungan sufi

saat ini didominasi oleh pemahaman tekstual

e. Sejauh mana relasi pemikiran para sufi ikut memberikan

pengaruh terhadap perkembangan tafsir sufi yang terjadi dalam

kelompok keagamaan Islam

Page 25: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

16

2. Pembatasan Masalah

Untuk menjadikan pembahasan dalam penelitian ini lebih

baik dan fokus dengan tema dan sumber permasalahan. Maka

dalam hal ini penulis memberikan batasan masalah. Adapun yang

menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menguraikan faktor apa saja yang menjadi landasan utama

dalam tafsir sufi

b. Menjelaskan arah dan wilayah yang menjadi sasaran dalam

tafsir al-Sulami> dan al-Qushayri>

c. Memberikan uraian terhadap kasus-kasus tafsir Alquran yang

dihasilkan oleh narasi dan nalar kritik tafsir sufi

d. Menjelaskan sisi orisinal tafsir Alquran yang mengandung

pemahaman tasawuf tertentu dalam pemikiran al-Sulami> dan

al-Qushayri>

e. Menjelaskan epistemologi tafsir sufi yang dilakukan oleh al-

Sulami> dan al-Qushayri>.

3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

hakikat epistemologi tafsir sufi, khususnya dalam tafsir yang

ditulis oleh al-Sulami> dan al-Qushayri>?

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Selanjutnya pada kajian terdahulu ini, penulis dalam hal ini

secara umum membagi dua buah betuk kajian terdaulu. Pertama

adalah yang mewakili kajian tentang pergeseran epistemologi

tafsir Alquran. Kedua adalah kajian yang banyak mendalami seluk

beluk dan orientasi tafsir sufi yang menjadi objek kajian.

Perkawinan antara dua sumber itu, menurut hemat penulis akan

menjadikan penelitian ini semakin berwarna dan kaya akan

wacana.

Page 26: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

17

Adapun tulisan yang berkaitan dengan pengkajian tafsir

sufi antara lain adalah: ‚Perspektif Interaksi Antar Penganut

Agama (Analisis Komparatif Tafsir Fikih dan Tafsir Sufi ), karya

ini ditulis oleh Syarif. Tulisan ini merupakan disertasi di Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Inti dari tulisan ini

adalah memberikan gambaran serta batasan tentang tafsir sufi dan

tafsir fikih. Yang paling penting dalam tulisan ini adalah

memberikan penawaran solusi konflik dengan menggunakan

pendekatan tafsir sufi. Titik lemah dalam tulisan ini adalah belum

matangnya contoh-contoh serta aplikasi dari tafsir sufi tersebut.

Selanjutnya adalah apa yang diuraikan oleh Machasin,

dalam ‚Bediuzzaman Said Nursi and the Sufi Tradition‛ Al-Jami’ah Vol. 43, No.1, 2005. Menurutnya, konsep sufi pada saat

ini adalah kontemplasi dari syariat dan tasawuf. Sufi tidak lagi

identik dengan pemahaman yang kolot dan banyak melakukan

praktik bid’ah. Kesimpulan tersebut ditemukan dalam mendalami

pemahaman dan aplikasi tasawuf Sa’id Nursi. Pendapat ini sejalan

dengan Sayyid Muh}ammad ‘Abd al-Qadi>r Aza>d, ‚al-Tas}awwuf

kama> Yus}awwiruhu al-Kita>b wa al-Sunnah‛ fi A‘ma>l Multaqi> al-Tas}awwuf al-Isla>mi> al-‘Alami (1995), yang menyimpulkan bahwa

secara praktik, tasawuf dan pola pemahamannya telah menjadi

tradisi yang kuat pada zaman sahabat nabi.

Adapun yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

penulis temukan dalam ‚Tafsir Dengan Pendekatan Isyari (Kajian

Terhadap Kitab Haqaiq at-Tafsir Karya Abu ‘Abdirrahman as-

Sulami [325-412H]), T. Mairizal menyimpulkan bahwa tafsir

isyari adalah sebuah tafsir yang dapat dipertahankan

kebenarannya. Meskipun menggunakan isyari sebagai sebuah

pendekatan memahami Alquran, tidak serta merta menjadikan

tafsir isyari sama dengan tafsir batiniah. Bahkan adakalanya, tafsir

isyari juga merujuk pada Alquran dan Hadis.

Tafsir Ishari Pendekatan Hermeneutika Sufi Tafsir Shaikh ‘Abd al-Qa>dir al-Jila>ni>, (2012) yang ditulis oleh Aik Iksan Anshori

memberikan ruang untuk mendalami apa yang dimaksud dengan

tafsir sufi. Ia menyimpulkan bahwa tafsir isha>ri> pada dasarnya

adalah legal selama tidak resistensi dan mematuhi kaidah tafsir

Page 27: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

18

Alquran.50

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan bagi penulis

adalah sikap dari pengarang buku ini yang masih memposisikan

tafsir isha>ri> sebagai produk yang diletakkan tidak sejajar dengan

tafsir konvensional pada umumnya. Di sini terlihat, hasil

penelitian ini belum memberi ruang yang kuat, hanya memberi

dasar untuk menjadikan tafsir isha>ri> sebagai suatu alternatif lain.

Abdurrahman Habil (1997) dalam ‚Tafsir-tafsir Esoteris

Tradisional Al-Qur’an‛ menjelaskan bahwa tafsir sufi memiliki

landasan yang kuat berasal dari Alquran dan Sunnah. Menurutnya

unsur-unsur pembacaan simbolis Alquran ini dapat ditemukan

dalam Alquran sendiri. sesungguhnya tidak berlebihan bila

dikatakan bahwa prinsip-prinsip tafsir esoteris-simbolis atas

Alquran terjewantahkan di dalam Alquran itu sendiri. Dengan

demikian Alquran adalah tafsir paling pertama dan dengan

sendirinya, paling baik atas dirinya.51

Adapun Annabel Keeler dalam ‚Sufi Tafsir as a Mirror: al-

Qushayri the murshid in his lat}a>’if al-isha>ra>t‛ menyimpulkan

bahwa tafsir sufi utamanya adalah merefleksikan kapasitas

spiritual, tingkat iluminasi. Secara umum ia menilai bahwa konsep

tafsir sufi memiliki orientasi doktrin, wawasan spiritual dan

tempramen.52

Satu hal yang diabaikan oleh Keeler Annabel dalam

penelitiannya ini adalah sisi rasionalitas tafsir sufi. Sehingga

sebagai peneliti ia juga larut dengan objek yang ia kaji.

Berbeda dengan Annabel Keeler dan Michael A.Sells.

Alexander D. Knysh, dalam ‚Esoterisme Kalam Tuhan:

Sentralitas al-Qur’an dalam Tasawuf‛. (2007), menyimpulkan

bahwa ‚interpretasi sufi merupakan suatu hasil dari proses

pembacaan Alquran yang tidak terputus selama bertahun-tahun

dalam rangka meng-ekstrak (istinbath) makna yang

50

Aik Iksan Anshori, Tafsir Isha>ri Pendekatan Hermeneutika Sufi Tafsir Shaikh ‘Abd Qa>dir al-Jila>ni> (Ciputat: Referensi, 2012), 190.

51 Seyyed Hossein Nasr [ed], Ensiklopedi Tematis Spritualitas Islam ,

ter. Rahmani Astuti (Bandung : Mizan, 2002), 35-36. 52

Annabel Keeler, ‚Sufi Tafsir as a Mirror: al-Qushayri the murshid in

his lat}a>’if al-isha>rat‛ Journal Of Qur’anic Studies Iqra>’ Bismi Rabbika. Vol. 8.

Issue 1 2006, 200.

Page 28: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

19

tersembunyi.‛53

. Penelitian ini sangat membantu dalam

memberikan pijakan bahwa tafsir sufi memiliki dimensi rasional

yang sangat kuat. Adapun isha>ri> yang sering diperdebatkan

merupakan hasil dari rasional tafsir sufi yang dilakukan sejak

lama. Hal yang sama juga dibuktikan oleh ‘Abd al-Rah}i>m Ah}mad

al-Zaqah, dalam ‚al-Ittija>h al-Isha>ri> fi Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m

Mafhu>muhu, wa Nash’atuhu, wa Adillatuhu, wa Shuru>t}uhu, wa

D}awa>bit}uhu‛, al-Majallah al-Urduniyah fi Dira>sah al-Isla>miyah,

Vol. 3, No.1 2007.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah penelitian ini mencoba untuk mengurai bagian

terpenting dari tafsir sufi, yaitu berkaitan dengan sisi epistemologi

yang secara mendalam mengkaji sumber, metode, karakterisitik

tafsir sufi yang dilakukan oleh al-Sulami> dan al-Qushayri>.

D. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan dalam penelitian ini, sehingga

penelitian ini memang benar-benar layak dan menarik untuk dikaji

lebih lanjut dan komprehensif. Tujuan tersebut antara lain adalah;

untuk memberikan penjelasan tentang epistemologi dan corak

tafsir Alquran sufi dalam pemikiran al-Sulami> dan al-Qushayri>.

Menguraikan beberapa elemen-elemen yang ada

berdasarkan fakta, bahwa di dalam pembacaan Alquran telah

terjadi pergeseran epistemologi tafsir. Membuktikan bahwa

semangat dari tafsir sufi adalah semangat spiritual Alquran yang

selalu mengedepankan simbol dan pemaknaan yang berbeda,

namun tidak bertentangan dengan Islam. Terakhir, penelitian ini

ditujukan untuk membuktikan bahwa tafsir Alquran yang ada

dalam kelompok tertentu untuk beberapa kasus, dilatarbelakangi

oleh kepentingan dan landasan filosofis-politik. Sekaligus

menguatkan adanya sisi lokalitas dalam tafsir Alquran.

E. Kegunaan Penelitian

53

Alexander D. Knysh, ‚Esoterisme Kalam Tuhan: Sentralitas al-

Qur’an dalam Tasawuf‛. Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.2, No. 1 Januari 2007.

Page 29: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

20

Ada dua bentuk kegunaan dalam penelitian ini. kegunaan

pertama adalah yang bersifat umum. Kedua adalah yang bersifat

khusus. Adapun kegunaan penelitian ini yang bersifat umum

adalah menjadikan penelitian ini sebagai salah satu solusi dalam

memahami beragamnya tafsir Alquran. Serta diharapkan

penelitian ini mampu memberikan gambaran tentang tafsir sufi,

khususnya melalui pengkajian terhadap hasil pemikiran al-

Qushayri> dan al-Sulami>, serta diharapkan mampu membangun cara

pandang yang baik dan obyektif. Adapun kegunaan penelitian ini

secara khusus adalah memberikan wawasan dan cara pandang baru

terhadap fenomena tafsir Alquran.

F. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yang menitik

beratkan kajian terhadap objek penelitian melalui penelusuran

buku-buku dan litertatur yang ada. Adapun sumber utama yang

menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah kitab H}aqa>’iq al-Tafsi>r, yang ditulis oleh Abu> Abd al-Rah}ma>n al-Sulami> dan kitab

Lat}a>’if al-Isha>ra>t, yang merupakan karya al-Qushayri>. Sedangkan

sumber sekunder adalah karya tulis yang dinilai mendukung

penulisan ini, serta karangan yang berkaitan dengan tafsir sufi, dan

yang mendukung penelitian ini secara umum.

2. Sifat dan Jenis Penelitian

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini

bagian dari penelitian kajian pustaka. Fokus penelitian lebih

tertuju dengan tulisan-tulisan dan hasil penelitian ilmiah yang

mengkaji sufi, tasawuf, dan pemahaman mereka terhadap Alquran.

Untuk menguji keberadaan data-data yang didapatkan, di sini

penulis menggunakan teori the history of idea . Teori ini membagi

tahapan perkembangan tafsir pada tiga tahapan. Pertama dikenal

dengan istilah era formatif. Kedua periode ini dikenal dengan

sebutan era afirmatif dan bentuk yang terakhir dari teori ini

Page 30: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

21

menghasilkan periode tafsir yang dikenal disebut dengan periode

reformatif. Teori the history of idea dalam penelitian ini berguna

untuk menelisik corak perkembangan tafsir yang berbeda pada

setiap generasinya. Dengan demikian, hal ini mampu memberikan

banyak informasi yang baik untuk melihat cikal bakal serta hal-hal

yang ikut memberikan peran dalam pertumbuhan tafsir sufi.

Selain menggunakan teori di atas, penulis juga

menggunakan teori hermenutika dialogis sebagai alat bantu untuk

memahami tindakan dan aktifitas mufasir dalam melakukan tafsir

Alquran. Hermenutika dialogis ini merupakan teori hermeneutika

yang digagas oleh Hans Georg Gadamer (1900-2002). Alasan

digunakan teori ini dikarenakan teori ini memberikan cara pandang

untuk menilai sejauh mana obyektivitas dan subyektivitas mufasir

dalam menafsirkan Alquran. Secara umum teori ini membantu

dalam hal menilai sejauh mana pengarang, dalam hal ini adalah

mufasir terpengaruh oleh tradisi yang ada di sekitarnya. Dalam

teorinya, Gadamer menyimpulkan bahwa eksistensi manusia selalu

bersifat situasional. Teori ini juga memberikan kontribusi dalam

meninjau latar belakang mufasir. Karena berdasarkan teori ini,

seseorang yang melakukan tafsir pada dasarnya telah memiliki

pemahaman yang akan dibangun. Itu juga yang pada akhirnya

melahirkan dialektika antara penafsir dengan yang ditafsirkan.54

3. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah

deskriptif-komparatif analitis. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode deskriptif-analitis, maka pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai penguat adalah studi

pemikiran tokoh dengan pendekatan sosio-historis. Pendekatan

historis-filosofis model strukturalisme genetic55 dan pendekatan

54

Lihat, Hans Gadamer, Truht and Method (New York: the Seabury

Press, 2009), 251, 266. Lihat juga, Irsyadunnas, Hermeneutika Feminisme Dalam Pemikiran Tokoh Islam Kontemporer (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2013), 28-31. 55

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:

Reka Sarasin, 1996), 164-165.

Page 31: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

22

filosofis. Penggunaan pendekatan ini ditujukan untuk menganalisis

tiga unsur kajian, yakni: (1) mengkaji teks itu sendiri, (2) akar-

akar historis secara kritis serta latar belakang yang kontroversial,

dan (3) kondisi sosio-historis yang melingkupinya. Dengan

pendekatan historis akan tampak pola keragaman (diversity),

perubahan (change), dan kesinambungan (continuity). Sedangkan

dengan pendektan filosofis ditujuan untuk menampakan struktur

dasar dari pemikiran al-Sulami> dan al-Qushayri>. Menelusuri

struktur fundamental ini yang menjadi ciri pendekatan filosofis.56

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih rincinya dan terarahnya penelitian ini, di sini

akan dijelaskan secara umum sistematika penulisan atau

penelitian. Adapun gambaran dari sistematika penulisan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama dalam penelitian ini berisikan tentang

pendahuluan yang sebagaimana lazimnya berkaitan tentang; latar

belakang masalah, permasalahan, penelitian terdahulu yang

relevan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua dalam penelitian ini menjelaskan tentang

pemetaan wilayah literatur tafsir sufi. Meliputi kajian asal-usul

dan perkembangan kaum sufi, yang dimulai pada abad 2 hingga 5

Hijriah. Dalam bab ini juga menjelaskan signifikansi spritual

Alquran, yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan

pembacaan esoteris Alquran. Hal ini dirasa perlu untuk

memperkenalkan apa yang dimaksud dengan tasawuf, sufi dan

esoteris tersebut. Sehingga tidak terjadi kekeliruan ketika

membedakan antara tafsir sufi dan tafsir batin. Bab dua ini

sekaligus membantah temuan yang mengatakan bahwa tafsir sufi

hanya memiliki orientasi spiritual yang meninggalkan sisi rasional

dalam tafsir Alquran. Pada bab dua ini ditutup dengan kritikan

para pengkaji Islam dan orientalis tentang problematika tafsir sufi.

Bab ketiga dalam disertasi ini menjelaskan potret

keagamaan al-Sulami> dan al-Qushayri> sebagai objek utama dalam

56

Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 285.

Page 32: EPISTEMOLOGI TAFSIR SUFI (Studi terhadap Tafsir al-Sulami ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39541/1/Arsyad... · E. Kegunaan Penelitian ... 2. Sifat dan Jenis

23

pembahasan ini. Oleh karena itu bab ini mengkaji tentang biografi

al-Sulami> dan al-Qushayri>, dimulai dari latar belakang kehidupan

keluarganya, jenjang pendidikan, karya-karya tulisnya, sosio

kultural atau kondisi masyarakat sekitar dan prestasi apa saja yang

pernah ia dapatkan. Ini perlu diuraikan karena memberikan kita

informasi terkait corak sufi yang dipahami oleh keduanya, yang

mana juga berpengaruh pada kualitas tafsirnya. Pada bab ini juga

dijelaskan berbagai polemik terkait kritik metodologi tafsir yang

diterapkan oleh al-Qushayri> dan al-Sulami>. Lebih ditekankan

pembahasan tentang aspek tafsir sufi yang merupakan berbasis

esoteris dan takwil. Dalam bab ini juga dijelaskan kembali faktor-

faktor yang menumbuhkan subjektif spiritual sufi, yang

melahirkan simbol-simbol dalam tafsir dan pemahaman. Ini

dianggap perlu karena akan memberikan banyak informasi terkait

asal-usul dan formasi tafsir sufi.

Bab empat memberikan penjelasan tentang dialektika dan

problema tafsir sufi yang dilakukan oleh al-Sulami> dan al-

Qushayri. Kajian ini meliputi pembahasan konsep dan formulasi

tafsir, yang diikuti dengan faktor-faktor pendukung dalam tafsir

sufi, seperti berapa besar pengaruh dan penerapan ulum al-Quran

dalam tafsir sufi. Ini penting dilakukan untuk mendapatkan

informasi yang lebih tentang esensi dari tafsir sufi.

Bab kelima merupakan penjelasan tentang titik temu

antara tafsir sufi al-Sulami> dan al-Qushayri>. Perbedaan metodologi

di antara keduanya juga menjadi fokus dalam bab ini. Hal ini

penting untuk melacak sejauh mana peran dan kontribusi tasawuf

dalam tafsir keduanya. Pada akhir bab akan dijelaskan tentang

aplikasi tafsir sufi.

Bab keenam ini merupakan bab penutup. Menjelaskan

tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini. Serta memberikan

penjelasan agar penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut,

dalam bab ini juga dilengkapi dengan saran.