enuresis
DESCRIPTION
ikjTRANSCRIPT
Enuresis adalah pengeluaran urin tanpa
sengaja pada umur saat pengendalian
pengeluaran urin yang seharusnya dapat
dilakukan atas kemauannya sendiri. Eneuresis
sering dikenal dengan istilah “ngompol”
Pembagian
Berdasarkan waktu, enuresis dibagi menjadi:
1. Nocturnal enuresis (sleep wetting /
bedwetting), yaitu enuresis yang terjadi
pada malam hari.
2. diurnal enuresis (awake wetting) yaitu
enuresis pada siang hari.
Penyebab?
1. Faktor keturunan.
Dari hasil penelitian, 77% anak mengalami
enuresis, jika kedua orang tuanya enuresis, 44 %
anak enuresis, bila salah satu orang tuanya
enuresis dan 15 % anak enuresis, bila kedua
orang tua sama sekali tidak enuresis.
2. Keterlambatan matangnya fungsi susunan
syaraf pusat (SSP).
Pada anak normal, ketika kandung kemih
sudah penuh oleh urine, system syaraf di
kandung kemihnya akan melapor kepada otak.
Kemudian otak akan mengirim pesan balik ke
kandung kemih, otak akan meminta kandung
kemih untuk menahan pengeluaran urine, sampai
si anak sudah siap di toilet. Tetapi ada anak
dengan keterlambatan matangnya SSP, proses ini
tidak terjadi. Sehingga saat kandung kemihnya
penuh, anak tidak dapat menahan keluarnya urine
tersebut.
3. Kurangnya kadar antidiuretic hormone
(ADH) dalam tubuh.
Hormon ini akan menyebabkan tubuh
seseorang memproduksi sedikit urine pada
malam hari. Tetapi pada anak enuresis, tubuhnya
tidak bisa membuat ADH dalam jumlah yang
mencukupi. Sehingga ketika sedang tidur,
tubuhnya menghasilkan banyak urine. Karna hal
itulah ia menjadi mengompol.
4. Keterlambatan perkembangan.
Disebabkan oleh kurangnya latihan pola
buang air yang baik (toilet training).
5. Faktor psikologis.
Faktor stress selama usia 2-4 tahun. Biasanya
berupa : pemisahan dari keluarga, kematian
orang tua, kelahiran saudara kandung (adik),
pindah rumah, dan pertengkaran. Enuresis karena
stress, bersifat kambuhan dan sementara.
6. Kondisi fisik terganggu.
Neurogenic bladder dan kelainan medula
spinalis lain yang terkait.
Penanganan
Penanganan pada penderita eneuresis dapat
berupa:
1. Perubahan kebiasaan
Mengurangi asupan air 2 jam sebelum
tidur
Hindari mengonsumsi minuman
berkafein
Orang tua membangunkan anaknya pada
malam hari untuk kencing
Latihan menahan kencing untuk
memperbesar kapasitas kandung kemih
agar waktu antara kencing menjadi lebih
lama
Minta anak membantu membersihkan
serta mengganti alas tempat tidurnya dan
mengganti piyama sendiri, serta memberi
hadiah bila anak tidak mengompol
2. Kencing sebelum tidur, dimana anak
diharuskan pergi ke toilet untuk buang air kecil
sebelum tidur pada setiap malamnya.
3. Psikoterapi, dengan cara melakukan
konseling pada anak dan harus dijelaskan pada
orang tua bahwa hal ini akan berhenti dengan
sendirinya, jadi diharapkan agar orang tua tidak
menghukum anak yang mengalami nocturnal
enuresis karena akan memperberat keadaan anak
tersebut