entropi febrian
TRANSCRIPT
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 1/13
I. Judul Percobaan : Entropi Sistem
II. Hari/Tanggal Percobaan : Rabu, 26 Oktober 2011
III. Selesai Percobaan : Rabu, 26 Oktober 2011
IV. Tujuan Percobaan
Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa reaksi.
V. Tinjauan Pustaka
Wujud zat dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu: padat, cair, dan gas. Dalam
zat padat partikel - partikelnya tersusun secara sangat teratur. Sedangakan pada zat cair
partikel – partikelnya tersusun sedikit kurang teratur daripada zat padat. Dan untuk zat
yang berbentuk gas partikel – partikelnya tersusun sangat tidak teratur.
Proses tak reversibel (seperti pendinginan hingga mencapai temperatur yang sama
dengan temperatur lingkungan dan pemuaian bebas dari gas) adalah proses spontan,
sehingga proses itu disertai dengan kenaikan entropi. Kita dapat menyatakan bahwa proses
tak reversibel menghasilkan entropi. Sedangkan proses reversibel adalah perubahan yang
sangat seimbang, dengan sistem dalam keseimbangan dengan lingkungannya pada setiap
tahap. Setiap langkah yang sangat kecil di sepanjang jalannya bersifat reversibel dan
terjadi tanpa menyebarkan energi secara kacau, sehingga juga tanpa kenaikan entropi;
proses reversibel tidak menghasilkan entropi, melainkan hanya memindahkan entropi dari
satu bagian ke bagian lain (Atkins, 1986).
Untuk proses isoternal dan reversibel, perubahan entropi total dan sistem dan
sekelilingnya sama dengan nol. Demikian pula perubahan entropi untuk proses siklus
sama dengan nol. Proses-proses reversibel selalu berjalan sangat lama. Ini berarti proses-proses yang terjadi pada waktu yang pendek brupa proses irreversibel dan tentu saja
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 2/13
diikuti dengan kenaikan entropi dari sistemnya sendiri atau sistem dan sekitarnya
(Sukardjo, 2002).
Entropi zat padat bertambah apabila ia melebur menjadi cair dan semakin tinggi
apabila zat cair berubah menjadi gas. Sistem dan lingkungan pada suhu peralihan T
dimana kedua fasa berada dalam keseimbangan pada tekanan 1 atm. Pada tiik peralihan,
perpindahan energi diantara sistem dan lingkungan adalah terbalik. Pada tekanan
tetap.Titik lebur dari sebuah benda padat adalah suhu di mana benda tersebut akan
berubah wujud menjadi benda cair. Ketika dipandang dari sisi yang berlawanan (dari cair
menjadi padat) disebut titik beku. Pada sebagian besar benda, titik lebur dan titik beku
biasanya sama. Contoh, titik lebur dan titik beku dari "raksa" adalah 234,32 kelvin (-38,83
°C atau -37,89 °F) Namun, beberapa subtansi lainnya memiliki temperatur beku <--> cair
yang berbeda. contohnya "agar-agar", mencair pada suhu 85 °C (185 °F) dan membeku
dari suhu 32-40°C (89,6 - 104 °F); fenomena ini dikenal sebagai hysteresis
(http/id.Wikipedia.org).
Entalpi yang berhubungan erat dengan energi dalam, juga tidak dapat diukur, tetapi
hanya dapat didefinisikan dengan cara lain sehingga menjadi fungsi keadaan. Untuk
keadaan sistem tertentu terhadap nilai H yang khas. Ciri lain dari fungsi keadaan adalah
bahwa selisih nilai fungsi dua keadaan yang berbeda besarnya khas. Energi dalam yang
telah dijelaskan sebagai seluruh energi berkaitan dengan partikel-partikel materi di dalam
sistem, adalah sesuatu yang tidak dapat diukur. Tetapi, energi-dalam hanya tergantung
pada keadaan yang merupakan ciri suatu sistem dan tidak pada bagaimana keadaan-
keadaan tersebut dicapai. Kondisi suatu sistem mengacu pada keadaannya, dan setiap sifat
yang hanya tergantung pada keadaan dari suatu sistem disebut fungsi keadaan (Petrucci,
1987).
Reaksi spontan terjadi bila keadaan terbawa pada kondisi ketidakteraturan yang
lebih besar. Dalam volume yang mengembang, molekul gas individual memiliki derajat
kebebasan yang lebih besar untuk bergerak sehingga lebih tidak teratur. Sifat atau keadaan
perilaku partikular tadi dinyatakan ketidakteraturan perilaku partikel dalam sistem
terhadap semesta (lingkungan). Entropi didasarkan pada perubahan setiap keadaan yang
dialami partikel dari keadaan awal hingga keadaan akhirnya.
Semakin tinggi entropi suatu sistem, semakin tidak teratur pula sistem tersebut
(sistem menjadi lebih rumit, kompleks, sukar diprediksi secara absolut dan eksak).Ada
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 3/13
lagi hubungannya dengan keadaan reversibel dan ireversibel, kemudian gerak spontan dan
tidak spontan, adanya energi bebas Gibbs, ada polar dan non-polar, macam-macam ikatan
partikel baik kovalen, logam, van der walls, hidrogen, ionik, dan lain sebagainya. Entropi
(S) adalah variable keadaan bagi suatu system dalam kesetimbangan.Ini berarti bahwa S
selalu sama untuk system ketika system tersebut berada dalam kesetimbangan.Seperti
P,V,dan U,entropi adalah karakteristik dari system dalam kesetimbangan dengan syarat
system berubah dengan cara yang dapat dibalik (reversible). Satuan SI untuk entropi
adalah J/K. Bunyi hukum entropi “Jika dibiarkan sistem yang teratur akan menjadi tidak
stabil dan berkurang keteraturannya”.
Perubahan (atau proses) yang dapat dibalikkan (reversible) adalah perubahan di
mana nilai-nilai P,V,T dan U terdefinisi dengan baik selama perubahan.Jika proses
dibalik,maka P,V,T dan U akan kembali pada nilai mereka semula ketika system
dikembalikan sebagaimana sebelumnya.Agar dapat dibalik,suatu proses biasanya harus
lambat,dan system harus berada dekat dengan kesetimbangan selama berlangsungnya
seluruh perubahan.
Pada suhu nol mutlak, semua gerakan atom dan molekul berhenti, dan ketidak
teraturan – dan entropi – zat padat sempurna demikian adalah nol. (Entropi nol pada suhu
nol sesuai dengan hukum ketiga termodinamika). Semua zat diatas nol mutlak akan
memiliki nilai entropi positif yang terus bertambah seiring meningkatnya suhu. Saat
sebuah zat panas mendingin, energi termal yang terlepas darinya lewat ke udara sekitar,
yang berada pada suhu lebih rendah. Saat entropi zat yang mendingin menurun, entropi
udara sekitar meningkat. Faktanya, peningkatan entropi di udara lebih besar daripada
penurunan entropi pada zat yang mendingin. Ini sesuai dengan hukum kedua
termodinamika, yang mengatakan kalau entropi sistem dan lingkungannya selalu
meningkat dalam reaksi spontan. Jadi hukum pertama dan kedua termodinamika
menunjukkan kalau, untuk semua proses perubahan kimia di alam semesta, energi selalu
kekal namun entropi selalu meningkat.
Penerapan hukum termodinamika pada sistem kimia memungkinkan ahli kimia
meramalkan perilaku reaksi kimia. Saat energi dan entropi membantu pembentukan
molekul hasil, molekul pereaksi akan bertindak untuk membentuk molekul hasil hingga
keseimbangan tercapai antara hasil reaksi dan pereaksi. Rasio hasil reaksi dengan pereaksi
diberi istilah tetapan keseimbangan, yaitu sebuah fungsi selisih entropi dan energi antara
kedua zat. Walau begitu, termodinamika tidak dapat meramalkan kecepatan reaksi. Untuk
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 4/13
reaksi yang cepat, campuran hasil reaksi dan pereaksi yang seimbang dapat diperoleh
dalam waktu, waktunya busa mencapai ratusan tahun.
Uji perubahan entropi pada suatu reaksi kimia tertentu dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu :
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif artinya Mengamati perubahan fase yang terjadi setelah
zat-zat yang akan diuji direaksikan. Apakah terjadi perubahan fase, misal dari
padat ke cair,cair ke gas ,padat ke gas dan sebaliknya. Perubahan fase ini akan
menentukan suatu entropi naik (∆S) positif atau (∆S) negatif dilihat dari
ketidakaturan partikel suatu zat.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif artinya Menentukan Entropi lewat suatu perhitungan.
Yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Jika keadaan sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2,
maupunperubahan entropinya adalah sebesar
∫
Pada Proses isotermis sebagai berikut :
Rumus tersebut berlaku untuk proses isotermis baik reversible maupun
tak reversible walaupun kalor yang diserap Q<Qrev tidak berarti
VI. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi 3 buah
2. Termometer 0-100°C (±0,1°C) 1 buah
3. Spatula 1 buah
4. Tempat rol film plastik 4 buah
5. Gelas ukur 10 ml 1 buah
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 5/13
Bahan :
1. NaOH padat
2. KNO3 padat
3. Larutan HCl 0,1 M
4. NH4Cl
5. Aquades
6. Logam Mg
7. Ba(OH)2
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 6/13
VII. Cara Kerja
10 ml akuades 10 ml akuades
10 ml akuades
+ KNO3 padat
5 ml larutan
HCl
10 ml akuades
+ NaOH padat
- dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- di ukur suhu T1
- ditambahkan NaOH padat
- Digoyang sampai
larut
- dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
- di ukur suhu T1
- ditambahkan KNO3 padat
- dimasukkan kedalam tabung
reaksi
- di ukur suhu
T1
- ditambahkan
beberapa
potong logam
Mg
Hasil
T2 = …?
- Digoyang sampai
larut
- di ukur suhu T2
Ba(OH)2 padat 1 sendok
spatula + NH4Cl padat ±
setengah sendok spatula
Ba(OH)2 padat +
NH4Cl padat dalam
tem at lastik
- dimasukkan ke dalam tempat plastik
- di ukur suhu T1
Hasil
T2 = …?
- tempat plastik ditutup
- dikocok sampai timbul bau gas
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 7/13
VIII. Hasil Pengamatan
No Prosedur
percobaan
Hasil pengamatan Dugaan / reaksi Kesimpulan
1.a 10 ml aquades +
setengah sendok
spatula NaOH
padat
T1 = 30°C
NaOH = padatan
putih
m NaOH = 0,193
gram
T2 = 35°C
Larutan = jernih tak
berwarna
NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq)
Perubahan entropi meningkat
Perubahan
entropi
meningkat
Terjadi
perubahan
bentuk dari
padat ke cair
b 10 ml aquades +
setengah sendok
spatula KNO3
padat
T1 = 30°C
KNO3 = padatan
putih
m KNO3 = 0,070
gram
T2 = 31°C
Larutan = jernih tak
berwarna
KNO3(s) + H2O(l) →KOH(aq) +
HNO3(aq)
Perubahan entropi meningkat
Perubahan
entropi
meningkat
Terjadi
perubahan
bentuk dari
padat ke cair
c 5 ml larutan HCl +
potongan Mg
T1 = 31°C
Larutan HCl =
jernih tak berwarna
m Mg = 0,005gram
T2 = 32°C
2HCl(aq)+Mg(s)→MgCl2(aq)+H2(g)
Perubahan entropi meningkat
Perubahan
entropi
meningkat
Terjadi
perubahan
bentuk dari
padat ke cair
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 8/13
Mg = lempengan
abu-abu.
2 1 sendok spatula
Ba(OH)2 padat+ ½sendok spatula
NH4Cl padat
m Ba(OH)2 =
0,1481 gram
m NH4Cl = 0,016
gram
Ba(OH)2=serbuk
putih
NH4Cl=serbuk
putih
T1=31°C
T2=30°C
Timbul bau
amoniak
Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(s) →
BaCl2(s) + 2NH3(g) + 2H2O(l)
Perubahan entropi menurun
Perubahan
entropimenurun.
Reaksi
berlangsung
endotermis
karena ada
penurunan
suhu. ∆S
mempunyai
nilai negatif
dan ∆H
benilai
positif.
IX. Analisis Data
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, diperoleh hasil dari percobaan
yang telah tertera dalam tabel hasil pengamatan dan akan diuraikan sebagai berikut:
Tabung reaksi 1
Pada tabung reaksi yang pertama, yang berisikan 10 mL aquades memiliki suhu
awal (T1) sebesar 300C. Kemudian ditambahkan dengan NaOH padat dengan massa
0,1939 gram. Agar NaOH padat larut semua dalam aquades, maka tabung reaksi digoyang
sampai larutan homogen. Dengan adanya perlakuan tersebut, larutan tetap bening tidak
berwarna tetapi terjadi perubahan suhu yang ditandai dengan semakin panasnya tabung
reaksi. Kemudian suhu dicatat sebagai suhu akhir (T2) yaitu sebesar 350C. Berikut adalah
reaksi kimia yang terjadi pada proses tersebut:
NaOH(S) + H20(l) NaOH (aq)
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 9/13
Tabung reaksi 2
Pada tabung reaksi yang kedua, yang berisikan 10 mL aquades memiliki suhu awal
(T1) sebesar 30
0
C. Kemudian ditambahkan dengan KNO3 padat dengan massa 0, 070gram. Agar KNO3 padat larut semua dalam aquades, maka tabung reaksi digoyang sampai
larutan homogen, tetapi pada tabung reaksi yang kedua ini tidak dibutuhkan
penggoyangan yang lama. Dengan adanya perlakuan tersebut, tidak terjadi perubahan
warna pada larutan, yaitu larutan tetap jernih tidak berwarna. Kemudian suhu dicatat
sebagai suhu akhir (T2) yaitu sebesar 310C. Dan tidak terjadi peningkatan suhu yang
signifikan pada tabung reaksi yang kedua ini. Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi
pada proses tersebut:
KNO3(S)+ H20(l) KOH(Aq) + HNO3(Aq)
Tabung reaksi 3
Pada tabung reaksi yang ketiga, yang berisikan 10 mL HCl 0,1 M memilki suhu
awal (T1) sebesar 310C. Didapatkan suhu yang lebih besar karena HCl merupakan larutan
asam kuat. Setelah itu ditambahkan dengan beberapa logam Mg dengan massa 0,005
gram. Sebelum direaksikan dengan HCl,logam Mg tersebut diamplas terlebih dahulu
bagian permukaannya. Hal ini dilakukan agar logam Mg tersebut dapat lebih cepat
bereaksi dengan larutan HCl.
Setelah dicampurkan muncul gelembung-gelembung kecil pada larutan.
Gelembung-gelembung gas tersebut timbul dari logam Mg yang bereaksi dengan larutan
HCl. Kemudian suhu larutan dicatat sebagai suhu akhir (T2) yaitu sebesar 320C. Semakin
lama logam Mg tersebut semakin habis larut dengan larutan HCl. Pada larutan campuran
tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap jernih tidak bewarna. Berikut adalah reaksi kimia
yang terjadi pada proses tersebut:Mg(s) + HCl(Aq) MgCl2(Aq) + H2(g)
Percobaan kedua
Pada percobaan ini, digunakan tempat rol film plastic sebagai tempat zat yang akan
direaksikan. Setelah itu Ba(OH)2 padat dengan massa 0,128 gram direaksikan dengan
NH4Cl padat dengan massa 0,106 gram.
Kemudian dicatat suhunya sebagai suhu awal (T1) dan didapatkan suhu sebesar 31
0C. Setelah itu tempat rol film plastik ditutup dan dikocok hingga timbul bau gas yang
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 10/13
menyengat. Timbulnya gas tersebut menandakan bahwa antara Ba(OH)2 dan NH4Cl telah
bereaksi. Kemudian suhu dicatat sebagai suhu akhir (T2) dan didapatkan suhu sebesar 30
0C. Pada proses pencampuran zat ini tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap berwarna
putih. Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada proses tersebut:
Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(s) BaCl2(s) + 2NH3(g)+H2O(g)
X. Pembahasan
Pada tabung reaksi yang pertama setelah NaOH direaksikan dengan aquades terjadi
kenaikan temperatur pada larutan. Hal ini terjadi karena pada reaksi tersebut terjadi
penyerapan panas dari reaksi yang terjadi antara kedua zat dari lingkungan sehingga
termasuk reaksi endoterm. Jika dilihat dari perubahan fase yang terjadi antara kedua zat
sebelum dan sesudah bereaksi, yaitu dari padat ke cair, dari NaOH padat yang larut dalam
aquades sehingga terbentuk larutan NaOH. Maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
kenaikan perubahan entropi yang dikarenakan perubahan ketidakteraturan partikel NaOH
padat yang teratur menjadi partikel larutan NaOH yang kurang teratur. Dan jika dilihat
dari segi kuantitatif melalui perhitungan kalor yang terlibat dan perhitungan nilai
perubahan entropi ( , nilai perubahan entropi bernilai positif. Sehingga jika dilihat dari
segi kualitatif maupun kuantitatif menunjukkan hasil yang sama yaitu perubahan
entropinya meningkat ( positif) atau terjadi perubahan ketidakaturan partikel yang pada
awlnya teratur menjadi kurang teratur.
Pada tabung reaksi yang kedua, pada KNO3 padat yang direaksikan dengan aquades
terjadi kenaikan suhu. Jika dilihat dari perubahan fase yang terjadi antara kedua zat
sebelum dan sesudah bereaksi, yaitu dari padat ke cair, dari KNO3 padat yang larut dalam
aquades sehingga terbentuk larutan KNO3. Maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
kenaikan perubahan entropi yang dikarenakan perubahan ketidakteraturan partikel KNO3
padat yang teratur menjadi partikel larutan campuran yang kurang teratur. Dan jika dilihat
dari segi kuantitatif melalui perhitungan kalor yang terlibat dan perhitungan nilai
perubahan entropi ( , nilai perubahan entropi bernilai positif. Sehingga jika dilihat dari
segi kualitatif maupun kuantitatif menunjukkan hasil yang sama yaitu perubahan
entropinya meningkat ( positif) atau terjadi perubahan ketidakaturan partikel yang pada
awlnya teratur menjadi kurang teratur. Tetapi reaksi yang terjadi antara KNO3 dengan
aquades seharusnya merupakan reaksi eksoterm yang ditandai dengan dinginnya tabung
reaksi tempat larutan bereaksi, dengan kata lain suhu larutan menurun. Hal ini terjadi
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 11/13
karena telah terjadi pelepasan kalor menuju lingkungan. Jika suhu turun maka dari segi
kuantitatif seharusnya nilai perubahan entropi menjadi negatif juga. Nilai negatif ini
menunjukkan terjadinya perubahan ketidakturan partikel dari yang kurang teratur menjadi
lebih teratur.
Pada tabung reaksi yang ketiga, beberapa logam Mg yang direaksikan dengan
larutan HCl menimbulkan kenaikan suhu. Tabung reaksi sebagai tempat zat bereaksi
menjadi panas sehingga reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm yaitu telah terjadi
penyerapan panas dari lingkungan. Dan selain itu setelah logam Mg direaksikan dengan
HCl muncul gelembung-gelembung gas yang berasal dari logam Mg, yang menunjukkan
bahwa telah terjadi reaksi antara logam Mg dengan larutan HCl. Karena Mg berbentuk
logam dan konsentrasi HCl tidak begitu pekat sehingga diperlukan waktu yang lama
untuk melarutkan logam Mg dalam larutan HCl. Dilihat dari segi kualitatif dapat
diketahui telah terjadi perubahan fase zat terlarut (logam Mg) yang semula padat berubah
menjadi larutan campuran antara logam Mg dan larutan HCl, sehingga dapat disimpulkan
bahwa perubahan entropi bernilai positif. Yang berarti telah terjadi perubahan
ketidakaturan partikel dari yang awalnya teratur berubah menjadi kurang teratur. Dan jika
dilihat dari segi kuantitatif melalui perhitungan kalor yang terlibat dan perhitungan nilai
perubahan entropi ( , nilai perubahan entropi bernilai positif. Sehingga jika dilihat dari
segi kualitatif maupun kuantitatif menunjukkan hasil yang sama yaitu perubahan
entropinya meningkat ( positif).
Pada percobaan yang kedua, pencampuran antara Ba(OH)2 padat dengan NH4Cl
padat menimbulkan penurunan suhu setelah terjadi reaksi antara keduanya. Selain itu,
ketika kedua zat bereaksi tercium bau gas yang menyengat. Menurut reaksi, gas yang
dihasilkan ini adalah gas amoniak sehingga sedikit menyengat. Jika dilihat dari segi
kuantitatif, nilai perubahan entropi bernilai negatif. Sehingga dari uji kuantitatif
menunjukkan hasil yaitu perubahan entropinya menurun ( negatif).
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Jika terjadi kenaikan suhu, maka perubahan entropi bernilai positif yang berarti terjadi
perubahan ketidakaturan partikel suatu zat dari teratur menjadi tidak teratur, dengan
urutan besar sebagai berikut: padat < cair < gas.
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 12/13
Jika terjadi penurunan suhu, maka perubahan entropi bernilai negatif yang berarti
terjadi perubahan ketidakaturan partikel suatu zat tidak teratur menjadi teratur, dengan
urutan besar sebagai berikut: gas > cair > padat.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga
ΔH
positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil,
sehingga ΔH negatif.
XII. Jawaban Pertanyaan
1. Pada reaksi manakah terjadi kenaikan entropi? Dan pada reaksi manakah terjadi
kenaikan entalpi?
2. Pada reaksi manakah terjadi terjadi kenaikan entropi? Dan pada reaksi manakah
terjadi kenaikan entalpi?
Jawab
1. Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif.
Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil,
sehingga ΔH negatif.
Yang mengalami kenaikan entropi dan kenaikan entalpi adalah sebagai berikut :
NaOH(S) + H20(l) NaOH (aq) ; ∆H= +
Dan
Mg(s) + HCl(Aq) MgCl2(Aq) + H2(g) ; ∆H=+
2. Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif.
Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil,
sehingga ΔH negatif
Yang mengalami kenaikan entropi dan penurunan entalpi adalah sebagai berikut:
KNO3(S)+ H20(l) KOH(Aq) + HNO3(Aq) ; ∆H= -
Dan
Ba(OH)2(s) + 2NH4Cl(s) BaCl2(s) + 2NH3(g)+H2O(g) ; ∆H= -
5/17/2018 entropi febrian - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/entropi-febrian 13/13
XIII. Daftar Pustaka
Tjahjani Siti dkk. 2011. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II . Surabaya:
Laboratorium KimiaFisika.
Rohman Ijang and Mulyani Sri. (2004). Kimia Fisika I . Jakarta :Universitas Pendidikan
Indonesia
Keenan, et-al. 1991. Ilmu Kimia untuk Universitas. Alih Bahasa A.H. Pudjaatmaka.
Jakarta : Erlangga
Dogra,S.K., and Dogra, S..(1978).Kimia Fisik dan Soal-Soal:Penerbit Universitas
Indonesia