entrepreneurship
DESCRIPTION
enterpreneurshipTRANSCRIPT
ENTERPRENEURSHIP : MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA,
PERBEDAAN PRIA WIRAUSAHA DAN WANITA WIRAUSAHA,
INTRAPREUNERSHIP
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Enterpreneurship
Oleh :
Kelompok 5
Geovani Deby
Darsep Justerna
Jeni Veronika
Lenny Marlina
Meiko Herlian
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
Enterpreneurship tentang : Menumbuhkan minat wirausaha, perbedaan wirausaha antara ria dan
wanita, intrapreunership. Pembuatan laporan ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa
dalam mencapai tujuan mata ajar Enterpreneurship sehingga para mahasiswa mampu
meningkatkan wawasan dan pengetahuannya.
Penulisan isi laporan ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu dikembangkan lebih
lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini dikarenakan faktor kemampuan dan lain
sebagainya yang menghambat proses pembuatannya, namun untuk memenuhi tugas dari dosen
Ns.CM Retno Sunartiasih ini, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin untuk memberikan
yang terbaik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari semua
pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari laporan ini. Semoga laporan ini mampu
memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam proses pembelajaran.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Padalarang, 9 September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kewirausahaan adalah proses menciptakan suatu yang lain dengan menggunakan waktu
dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan
pribadi. Minat Wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subject untuk tertarik
menciptaakn suatu usaha yang kemudian mengorgansisir, mengatur, menanggung resiko, dan
mengembangkan usaha dan mengembangkan usaha yang diciptakan tersebut, minat wirausaha
berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha. Dengan adanya minar
seseorang dalam wirausaha, maka seseorang itu telah membuka peluang pekerjaan bagi dirinya
dan bahkan bagi orang lain.
Wanita pengusaha bertumbuh sangat pesat di Amerika, terutama disegmen bisnis kecil.
Pada saat ini wanita memiliki sepertiga dari semua bentuk bisnis, dan diharapkan akan
bertumbuh menjadi 50 % wanita pengusaha pada tahun 2000. Kebanyakan sekarang ini 80 %
wanita menggeluti bidang retailing dan jasa pelayanan. Sedangkan pria menjalankan banyak
usaha pabrik, konstruksi, transportasi, dan pertambangan. (Zimmer & Scarborough, 1996 :9).
Walaupun anatar pengusaha pria dan wanita pada umumnya sama namun dalam beberapa hal
ada perbedaan tingkat motivasinya dalam membuka bisnis.
Intrapreneurship merupakan satu metode mendorong serta memberikan fasilitas,
membuka kesempatan bagi seseorang dalam organisasi untuk menciptakan, mengerjakan sesuatu
yang beda dari yang lai secara lebih baik dan bertanggung jawab. Spirit entrepreneurship akan
meningkatkan pengembangan produk, diversifikasi, dan meningkatkan produk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menumbuhkan Minat Berwirausaha
1. Pengertian
minat
Menurut slameto, minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Menurut Crow & Crow,
mengatakan minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
mengahadapi atau berurusan dangan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (H. Djaaali, 2008)
Minat diartikan sebagai keenderungan subjek yang menetap, untuk tertarik pada
bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi
tersebut (Winkel, 2004)
Wirausaha
Menurut Bygrave (H. Buchari Alma, 2004), entrepreneurship is the person who
perceives on opportunity and creates an organization to persue it. (seorang wirausaha
adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi
untuk memanaatkan peluang tersebut.
Kewirausahaan adalah proses menciptakan suatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan disertai modal dan ridiko serta menerima balas jasa dan kepuasan
serta kebebasan pribadi.
Minat wirausaha
Minat merupakan kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu
masalah ataupun suatu situasi yang berkaitan dengan dirinya, yang dilakukannya
dengan sadar serta diikuti dengan rasa senang. (With Erington, 1986)
Minat merupakan aktivitas psikis manusia yang menyebabkan individu
memberikan perhatian kepada suatu objek yang selanjutnya akan diikuti oleh
kecenderungan untuk mendekati objek tersebut dengan perasaan senang. (Setiadi,
1987)
Minat Wirausaha adalah kemampuan untuk memberanikan diri dalam memenuhi
kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan hidup, memajukan usaha atau
menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Yanto)
Minat Wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subject untuk tertarik
menciptaakn suatu usaha yang kemudian mengorgansisir, mengatur, menanggung
resiko, dan mengembangkan usaha dan mengembangkan usaha yang diciptakan
tersebut, minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan
sebuah bidang usaha (Ari Soebandono, 2007)
Jadi minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk
bekerja keras atau berkemauan keras dengan adanya pemusatan perhatian untuk
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yanga akan
dihadapi, senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan
usaha yang diciptakannya.
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula
orang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.
Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat
membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah
tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak
membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasan.
Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah
maupun dalam mutu wirausaha itu sediri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan
bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa
dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan
persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.
Jika kita perhatikan manfaat adanya wirausaha banyak sekali. Lebih rinci
manfaatnya antara lain :
1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran
2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi,
pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan, dsb.
3. Menjadi contoh bagi anggota masayarakat lain, sebagai pribadi unggul yang patut
dicontoh, diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji, jujur,
berani, hidup tidak merugikan orang lain.
4. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga
dan membangun lingkungan
5. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, sesuai
dengan kemampuannya.
6. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun
dalam menhadapi pekerjaan
7. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan
perintah- perintah agama.
8. Hidup secara efisien, tidak berfoya- foya dan tidak boros
9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan
lingkungan
Ada dua Darmabakti wirausaha terhadap pembangunan bangsa, yaitu
1. Sebagai pengusaha, memberikan darma baktinya melancarkan proses produksi,
distribusi, dan konsumsi. Wirausaha mengatasi kesulitan lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, meningkatkan ketahanan
nasional, mengurangi ketergantungan pada bangsa asing.
Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha
Keuntungan Menjadi Wirausaha
1. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri
2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang
secara penuh
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal
4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha- usaha konkrit
5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos
Kelemahan Menjadi Wirausaha
1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika
resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser
resiko tersebut.
2. Bekerja keras dan waktu/ kerjanya panjang
3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus
berhemat.
4. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat
walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.
B. Kebutuhan Akan Wirausaha
Pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan
mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 % dari jumlah
penduduknya. Jadi, jika negara kita berpenduduk 200 juta jiwa , maka wirausahawannya
harus lebih kurang sebanyak 4 juta.
Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri
untuk melihat peluang- peluang, mempunyai semangat, kemmapuan dan pikiran untuk
menaklukkan cara berpikir lamban dan malas. Seorang wirausahawan mempunyai peran
untuk mencari kombinasi- kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal,
yaitu :
- Pengenalan barang dan jasa baru
- Metode produksi baru
- Sumber bahan mentah baru’
- Pasar- pasar baru
- Organisasi industri baru
C. Bisakah Kewirausahawan Diajarkan ?
Di negara maju pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi yang
luar biasa. Pengusaha- penguasa baru ini telah memperkaya pasar dengan produk- produk
baru yang inovatif.
Di negara Indonesia , pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar,
sekolah menegah, perguruan tinggi, dan di berbagai kursus bisnis. Jadi kesimpulannya
kewirausahaan itu dapat diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman sika- sikap perilaku
untuk membuka bisnis kemudian kita akan membuat mereka menjadi seorang wirausaha
yang berbakat.
D. Pendidikan Kewirausahaan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bertumbuh pesat di Eropa Amerika Serikat
baik ditingkat kursus- kursus ataupun di Universitas. Mata kuliah enterpreneurship
diberikan dalam bentuk kuliah umum., ataupun dalam bentuk konsentrasi program studi.
Tujuan Pendidiklan Kewirausahaan dan Pelatihan
Mengerti apa peranan perusahaan dalam sistem perekonomian
Keuntungan dan kelemahan berbagai bentuk perusahaan
Mengetahui karakteristik dan proses kewirausahaan
Mengerti perencanaan produk dan proses kewirausahaan
Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dan menciptakan kreativitasserta
membentuk organisasi kerja sama
Mampu mengidentifikasi dan mencari sumber- sumber
Mengerti dasar- dasar : marketing, financial, organisasi, produksi
Mampu memimpin bisnis, menghadapi tantangan masa depan
E. Dorongan Merintis Wirausaha
Di Amerika ada budaya keinginan seseorang untuk menjadi bos sendiri, memiliki
peluang individual, menjadi sukses dan menghimpun kekayaan, ini semua merupakan
aspek yang utama dalam mendorong berdirinya kegiatan kewirausahaan.
Di negara lain mungkin motivasi mendirikan bisnis bukan mencari uang yang
utama akan tetapi ada motif- motif lain dibalik itu. Ada pula motivasi menjadi wirausaha
didorong oleh lingkungan yang banyak dijumpai berbagai macam perusahaan seperti di
daerah Silicon Valley (California). Lingkungan seperti ini sangat mendorong
pembentukan kewirausahaan.
Dorongan membentuk wirausaha juga datang dari teman sepergaulan, lingkungan
famili, sahabat dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha masalah yang
dihadapi dan cara- cara mengatasi masalahnya.
Pendidikan formal dan pengalaman bisnis kecil- kecilan yang dimiliki oleh
seseorang dapat menjadi potensi utama untuk menjadi wirausaha yang berhasil. Oleh
sebab itu dikatakan entrepreneur are not born- they develop. (Hisrisch-Peters, 1995).
F. Latar Belakang Wirausaha
a. Lingkungan Keluarga Semasa Kecil
Lingkungan dalam bentuk “role models” juga berpengaruh terhadap minat
berwirausaha. Role models ini biasanya melihat kepada orang tua, saudara, keluarga
yang lain (kakek, paman, bibi, anak), teman- teman, pasangan, atau pengusaha yang
sukses yang diidolakannya. Lingkungan profesional juga dapat diminta bantuan
seperti biro konsultan bisnis, mencakup keuangan, pemasaran, promosi, dsb, asosiasi
berbagai badan asosiasi bisnis, mentor, instruktur, dosen, atau guru bisnis.
b. Pendidikan
Banyak orang menyatakan bahwa tingkat pendidikan para wirausaha, agak rendah
dibandingkan dengan rata- rata populasi masyarakat. Namun, ini tidak signifikan,
karena tingkat pendidikan juga penting bagi pendidikan bagi wirausaha, terutama
dalam menjaga kontinuitas uasahanya dan mengatasi segala masalah yang dihadapi
diperlukan tingkat pendidikan yang memadai. Pada saat memulai usaha, tingkat
pendidikan tidak memegang peranan penting, malahan banyak diantara pengusaha
adalah orang- orang drop out seperti Andrew Carnegie.
c. Nilai- nilai (values) personal
Menurut Hisrrich ada value yang bersifat umum yang dapat diamati sebagai
karakteristik keberhasilan dalam berwirausaha yaitu:
1. Keinginan menghasilkan superior produk
2. Layanan berkualitas terhadap konsumen
3. Fleksibel, serta kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar
4. Kemampuan dalam manajemen (High calibre management)
5. Memiliki sopan santun dan etika dalam berbisnis
d. Usia
Satu hal yang perlu diingat ialah entrepreneurial experience is one of the best
predictors of success. Oleh sebab itu, kebanyakan wirausahawan berumur antara 22
sampai 55 tahun. Memulai usaha diluar usia ini tidak ada masalah, namun yang
bersangkutan kurang dalam pengalaman, atau terlambat dalam melangkah.
e. Riwayat Pekerjaan
Untuk memulai suatu usaha adakalanya seseorang memerlukan trigger, yang
bersumber dari pekerjaan sebelumnya. Mungkin saja seseorang tidak puas dengan
pekerjaan yang sekarang, tidak ada peluang untuk maju, tidak ada kemungkinan naik
pangkat, atau konflik di tempat kerja, ini semua dapat memicu seseorang memulai
rintisan usaha sendiri.
G. Beberapa Faktor Kritis Untuk Memulai Usaha Baru
Ada beberapa faktor kritis yang berperan dalam membuka usaha baru yaitu
1. Personal, menyangkut aspek- aspek kepribadian seseorang
2. Sociological, menyangkut masalah hubungan dengan family
3. Environmental, menyangkut hubungan dengan lingkungan (Bygrave, 1994 :3)
Faktor lain yang berpengaruh dalam membuka bisnis ialah pertimbangan antara
pengalaman dengan spirit, energi dan rasa optimis. Biasanya orang- orang muda lebih
optimis, energik, dibandingkan dengan orang- orang yang sudah berumur. Oleh sebab itu,
pembukaan usaha sebaiknya dilakukan pada saat seseorang memiliki rasa optimis dan
sudah dipertimbangkan secara matang.
H. Model Proses Kewirausahaan
Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh
Bygrave menjadi urutan langkah- langkah berikut ini :
Innovation (Inovasi )
Triggering Event (Pemicu)
Implementation
(Pelaksanaan )
Growth (Pertumbuhan)
1. Proses Inovasi
Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah keinginan berprestasi,
adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, faktor pendidikan dan faktor
pengalaman. Adanya inovasi yang berasal dari diri seseorang akan mendorong dia
mencari pemicu ke arah memulai usaha.
Sedangkan faktor- faktor environment mendorong inovasi adalah adanya peluang,
pengalaman dan kreativitas. Tidak diragukan lagi pengalaman dan kreativitas. Tidak
diragukan lagi pengalaman adalah sebagai guruyang berharga yang memicu perintisan
usaha, apalagi ditunjang oleh adanya peluang dan kreativitas.
2. Proses Pemicu
Beberapa faktor personal yang mendorong Triggering Event artinya yang memicu atau
memaksa seseorang untuk terjun ke dunia bisnis adalah:
Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang
Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain
Dorongan karena faktor usia
Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis
Faktor- faktor Environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah
Adanya persaingan dalam dunia kehidupan
Adanya sumber- sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki tabungan,
modal, warisan, memiliki bangunan yang lokasi strategis, dsb
Mengikuti latihan- latihan atau Incubator bisnis. Sekarang banyak kursus- kursus
bisnis dan lembaga manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan dan
incubator bisnis
Kebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan- kemudahan dalam
lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit, dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh
Depnaker.
Sedangkan faktor Sociological yang menjadi pemicu serta pelaksanaan bisnis
adalah
Adanya hubungan- hubungan atau relasi- relasi dengan orang lain
Adanya tim yang diajak kerja sama dalam berusaha
Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha
Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan
Adanya pengalaman- pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya
3. Proses Pelaksanaan
Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis asalah
sebagai berikut
Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total
Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama
Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis
Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai keberhasilan
4. Proses Pertumbuhan
Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor organisasi anatar lain :
Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua rencana dan
pelaksanaan operasional berjalan produktif
Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak
Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah membudaya
Adanya produk yang dibanggakan,atau keistimewaan yang dimiliki misalnya
kulaitas makanan, lokasi usaha, manajemen, personalia, dsb
Sedangkan faktor environment yang mendorong implementasi dan pertumbuhan
bisnis adalah sebagai berikut :
Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan
Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu
Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas keuangan
Adanya sumber- sumber yang tersedia, yang masih bisa dimanfaatkan
Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan bidang
ekonomi yang menguntungkan
I. Menilai Peluang Membuka Usaha Baru
Kadang-kadang seseorang yang ingin membuka usaha baru didorong oleh rasa
optimis berlebihan. Untuk menetralisir rasa optimis berlebihan tersebut, perlu dilakukan
evaluasi.Cara menevaluasi peluang tersebut, atau sekurang kurangnya orang lain tertarik
ikut serta dalam investasi yang akan di lakuakan, misalnya para penanam modal, atau
partner lain yang akan diikut sertakan. Masalahnya banyak issu berkembang bahwa
hanya satu dari sepuluh usaha baru yang akan sampai pada ualang tahunnya yang
kesepuluh dan perusahaan lainnya mati di tengah jalan. Ini mengingatkan kita akan kehati
hatian, tidak gegabah asal membuka usaha baru saja, tetapi harus memperhitungkan
segala kemungkinan yang akan di hadapi antara lain, teman yang akan di ajak kerjasama,
karyawan pembantu, sumber modal, komoditi yang akan di jual, dan kemungkinan daya
serappasar dan sebagainya.
Ada tiga komponen utama yang harus di teliti untuk membuka usaha baru yaitu
seperti di nyatakan oleh Bygrave : There are three crucial components for successful new
business : the opportunity, the entrepreneur (and he management team) and the
resources needed to start the company and make it grow (Bygrave 1994:10). Ketiga
komponen tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Gambar : three driving forces ( Bygrave, 1994:10)
Uncertainty
Uncertainty Uncertainty
UncertaintyResources
EnterpreneurOpportunity
Fits&Gaps
Didalam gambit di atas di tunjukan betapa banyak ketidak pastian dalam membuka usaha
baru, yaitu ketidak pastian dalam membuka usaha baru dengan peluang yang ia harapkan,
kemudiaan antara wirausahawan, peluang dengan sumber daya yang tersedia, baik
sumberdaya manusia maupun sumberdaya non manusia. Oleh sebab itu, perlu disusun
suatu gambaran fits dan gaps., bagaimana menggambarkan kesenjangan yang terjadi dan
kesesuaian yang mungkin di buat, dan memanfaatkan peluang yang tampak oleh
pengambil inisiatif. Inilah yang di sebut dengan bisnis plan, dimana digambarkan ketiga
komponen utama tersebut dipadukan menjadi suatu perencanaan strategis yang sempurna.
Jadi disinilah pentingnya seorang mengambil inisiatif, seorang yang memiliki ide
cemerlang yang dapat mereka laksanakan.
Georges Deriot seorang penanam modal menyatakan : Always consider investing
in grade A man with a grade B idea. Never invest in a great B man with a grade A idea
(Bygrave, 1004:11). Dalam hal ini, Doriot menekankan bahwa yang penting adalah segi
manusianya bukan idenya, karena ide itu akan dilaksanakan oleh orang yang
bersangkutan yang akan menentukan keberhasilan usaha dikelak kemudian hari. Akan
lebih baik lagi bila ide yang baik tadi dilaksanakan oeh orang memiliki kemampuan yang
tinggi pula. Sebab ide itu harus dikembangkan dan di implementasikan, dioperasionalkan
dilapangan. Jadi, ini adalah hal penting yang akan membangun dan mengembangkan
suatu bisnis.
Jadi dalam hal ini bukan hanya mengandalkan pada nasip bail. Nasib baik itu
memang juga ada, akan dating nya nasip baik itu bukan mendadak kebetulan, akan tetapi
merupakan titik temu, yang dikatakan oleh Bygrave (1994:11) So in enterprenership, just
like any other profession, luck is wherepreparation and opportunity meet. Dalam hal ini
ada titik temu antara persiapan yang baik dengan peluang yang tersedia. Dalam
kehidupan bangsa kita yang beragama, nasib baik, merupakan titik temu antara berusaha
dan berdoa. Kita berusaha mencapai sukses, dan kita berdoa kepada Tuhan agar di beri
kelancaran dalam menjalankan usaha.
Insya Allah pada suatu saat dating lah nasib baik itu, yaitu adanya peuang dari
segala penjuru yang kita tidak bias membayangkan sebelumnya. Sumber risky itu sulit
untuk diduga, tetapi kita harus berusaha dan berdoa untuk memperolehnya. Kta kunci
disini ialah berusaha dan berdoa.
Wanita Wirausaha
Banyak pihak memahami bahwa kesempatan berkarya bagi perempuan lebih terbatas
dibandingkan dengan laki-laki. Data sejak tahun 2004 memperihatkan bahwa jumlah
perempuan yang aktif dalam bidang usaha masih jauh lebih sedikit dibandingkan laki-
laki. Teknologi dapat membuka kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan
peranannya di bidang usaha, selain sebagai salah satu faktor penentu dalam persaingan
juga memungkinkan perempuan untuk bekerja dirumah, mempertuas jaringan usaha atau
merigankan beban kerjanya (Ribhan, 2007).
A. Faktor- faktor yang menunjang/ menghambat wanita wirausaha
Ada beberapa faktor yang menunjang berkembangnya wanita karirdalam bidang
wirausaha, yaitu
1. Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa depan,
menjaga keharmonisan, kerja sama dalam rumah tangga dapat diterapkan dalam
kehidupan usaha.
2. Mendidik anggota keluarga agar berhasil di kemudian hari, dapat dikembangkan
dalam personal manajemen perusahaan.
3. Faktor adat istiadat, contohnya di Bali dan Sumatera Barat, dimana wanita
memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga.
4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat kue,
aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang
mengembangkan komoditi tersebut.
5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita karir,
menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiridalam berbagai bidang usaha.
Alasan utama kaum wanita terjun ke small business ialah (Bovee, 2004)
Entrepreneurial idea 35 %
Glass ceiling 22%
Glass ceiling adalah satu hambatan yang tidak kelihatan bagi wanita dan
keompok minoritas untuk mencapai posisi- jabatan lebih tinggi dalam
sebuah organisasi. Hambatan secara diam- diam ini, karena dominasi
karyawan pria, dan banyaknya gangguan bagi karyawan wanita karena
masalah keluarganya, kesehatan.
Bore in job 14 %
Downsized 10 %
Karakteristik Entrepreneur
1. Mereka memiliki disiplin tinggi
2. Selalu awas terhadap tujuan yang hendak dicapai
3. Selalu mendengarkan rasa intuisinya
4. Sopan pada orang lain
5. Mau belajar apa saja yang memudahkan ia mencapai tujuan
6. Mau belajar dari kesalahan
7. Selalu mencari peluang baru
8. Memiliki ambisi, berpikiran positif
9. Senang menghadapi resiko dengan membuat perhitungan yang matang
sebelumnya
B. Skala Mengukur Minat Wirausaha
Silahkan mengukur diri sendiri dengan cara melingkari salah satu angka yang
sesuai dengan pribadi anda. Arti dari masing masing angka ini ialah:
5 = Sangat Kuat
4 = Kuat
3 = sedang
2 = lemah
1 = lemah sekali
Sifat/ Perilaku Pilihan
Yakin pada diri sendiri 5 4 3 2 1
Optimis 5 4 3 2 1
Kepemimpinan 5 4 3 2 1
Fleksibel 5 4 3 2 1
Bisa mengelola uang 5 4 3 2 1
Imajinasi 5 4 3 2 1
Bisa merencana 5 4 3 2 1
Sabar 5 4 3 2 1
Tegas 5 4 3 2 1
Semangat 5 4 3 2 1
Tangung jawab 5 4 3 2 1
Kerja keras 5 4 3 2 1
Dorongan mencapai sesuatu 5 4 3 2 1
Integritas 5 4 3 2 1
Percaya diri 5 4 3 2 1
Realisme 5 4 3 2 1
Organisasi 5 4 3 2 1
Ketepatan 5 4 3 2 1
Ketenangan 5 4 3 2 1
Memperhitungkan resiko 5 4 3 2 1
Kesehatan fisik 5 4 3 2 1
Komunikasi dengan orang lain 5 4 3 2 1
Kebebasan 5 4 3 2 1
Bisa bergaul 5 4 3 2 1
Membuat keputusan 5 4 3 2 1
Bandingkan hasil pengukuran anda dengan hasil pengukuran terhadap wanita
yang sudah berpengalaman dalam dunia bisnis seperti di bawah ini : Dapat dilihat berapa
persen diantara mereka yang tergolong ke dalam kategori sangat kuat, kuat dan
sebagainya. Pada kolom terakhir dapat dilihat rata-rata nilai untuk masing masing sifat.
Sifat/perilaku % % % % % Rata-rata
5 4 3 2 1
Yakin pada diri sendiri 35 43 18 4 0 4.0
Optimis 42 38 17 3 3 4.2
Kepemimpinan 33 39 24 4 0 4.0
Fleksibilitas 32 35 29 4 1 3.9
Bisa mengelola uang 27 32 30 9 2 3.7
Imajinasi 45 29 24 2 0 4.1
Bisa merencana 24 37 29 9 1 3.7
Sabar 26 23 34 13 3 3.6
Tegas 30 38 28 4 1 3.9
Semangat 51 34 14 1 3 4.3
Tangung jawab 67 26 7 3 0 4.6
Kerja keras 66 27 7 1 3 4.6
Dorongan mencapai sesuatu 54 33 11 2 1 4.4
Integritas 75 17 8 0 0 4.7
Percaya diri 61 28 11 1 0 4.5
Realisme 31 41 25 3 0 4.0
Organisasi 32 35 26 6 1 4.0
Ketepatan 51 34 15 1 0 4.3
Ketenangan 27 35 34 4 0 3.8
Memperhitungkan resiko 25 39 29 6 3 3.8
Kesehatan fisik 46 27 22 4 3 4.2
Komunikasi dengan orang lain 41 40 16 2 3 4.2
Kebebasan 60 27 12 1 0 4.5
Bisa bergaul 47 41 11 1 0 4.3
Membuat keputusan 36 43 18 3 0 4.1
Jika anda seorang wanita dan ingin terjun ke dalam dunia bisnis,mangka angka-angka di atas
dapat menjadi pedoman, karena angka tersebut berasal dari angket terhadap 300 wanita
pengusaha di California. Keyakinan anda untuk membuka usaha dapat juga di tambah dengan
membaca sejarah hidup dan perkembangan dari wanita wanita pengusaha. Anda juga dapat
melakukan wawancara dengan wanita pengusaha yang sudah berhasil. Pedoman wawancaranya
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah hidup pemiliknya?
2. Apakah salah seorang family dari pemilik mempunyai usaha?
3. Apakah pemilik ini pernah bekerja di perusahaan sebelumnya?
4. Pernakah ia memimpin perusahaan sebelumnya?
5. Adakah dasar pengetahuan yang ia miliki yang mendorong untuk membuka usaha?
6. Mengapa ia terdorong untuk membuka bisnis?
7. Mengapa ia memilih bisnis di bidang ini?
8. Apakah bentuk hokum dari usaha ini?
9. Apakah ada perizinan yang perlu di urus dulu sebelum perusahaan berjalan?
10. Berapa jumlah uang yang ia miliki pada saat membuka usaha?
11. Dari mana ia mendapat uang itu?
12. Apakah jumlah uang tersebut cukuo ideal untuk memulai usaha?
13. Berapa lama ia mampu untuk mencapai titk “break event”?
14. Bagaimanakah perencanaan yang di buat oleh pemilik sebelum membuka usaha?
15. Berapa lama Ia menyusun perencanaan, dan apakah selalu di kembangkan?
16. Adakah tenaga ahli yang ia gunakan? Tenaga ahli bidang apa?
17. Bagaimana dan mengapa ia memilih lokasi di tempat ini?
18. Apakah ia mempromosikan pembukaan usahanya?
19. Masalah apakah yang ia hadapi sejak membuka usaha sampai sekarang?
20. Bagaimana mengatasi masalah itu?
21. Catatan apa saja yang ia buat dalam perusahaan?
22. Bagaimana reaksi familinya terhadap kegiatan usahanya?
23. Apakah keuntungan dan kerugian membuka usaha?
24. Informasi dan keterampilan apa saja yang di perlukan untuk membuka usaha ini?
25. Nasihat apa yang ia akan berikan, bila ada wanita lain yang ingin membuka usaha
sejenis?
26. Bagaimana masa depan dari usaha ini?
Pedoman wawancara dapatb anda tambahkan lagi sesuai dengan keperluan untuk
mewawancarai wanita pengusaha. Pada umumnya seorang pengusaha terbuka terhadap
seorang yang ingin memperoleh pengetahuan dari pengalamannya. Walaupun pada
umumnya pengusaha ini orang-orang sibuk, namun mereka akan selalu menyediakan waktu
bagi siapa saja yang ingin memperoleh informasi.
Pada umumnya orang terdorong membuka usaha sendiri, karena factor berikut:
1. Membuka kesempatan untuk memperoleh keuntungan
2. Memenuhi minat dan keuntungan pribadi
3. Terbuka kesempatan untuk menjasi” boss”
4. Adanya kebebasan dalam manajemen
Dengan adanya dorongan diatas maka pada saat permulaan orang ingin membuka usaha
dalam bentuk perorangan dan setelah usahanya berkembang maka orang akan mulai
mempertimbangkan bentuk usaha lain misalnya persekutuan yang berbadan hukum.
C. Faktor- Faktor Yang Menghambat
1. Faktor Kewanitaan, dimana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil, menyusui, tentu
agak mengganggu jalannya bisnis. Hal ini dapat diatasi dengan mendelegasikan
wewenang/ tugas kepada karyawan/ orang lain. Tentunya pendelegasian ini mempunyai
keuntungan dan kerugian. Jalannya perusahaan tidak akan persis sama bila dipimpin oleh
pemilik sendiri, jadi ada dua kemungkinan, lebih baik atau lebih buruk.
2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab
penuh dalam urusan dalam rumah tangga. Wanita tidak bebas melakukan perjalanan ke
luar kota. Juga anggapan/ kebiasaan dalam suatu rumah tangga bahwa suamilah yang
memberi nafkah, suami yang bekerja, maka sulit juga berkembangnya usaha menjadi
usaha yang besar.
3. Faktor emosional yang dimiliki wanita, di samping menguntungkan juga merugikan.
Misalnya dalam pengambilan keputusan, karena ada faktor emosiona, maka keputusan
yang diambilakan kehilangan rasionalitasnya. Juga dalam memimpin karyawan, muncul
elemen- elemen emosional yang mempengaruhi hubungan dengan karyawan pria atau
wanita yang tidak rasinal lagi.
4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga, akan berpengaruh
terhadap keuangan perusahaan. Kadang- kadang wanita pengusaha agak sulit dalam
mengeluarkan uang, dan harga- harga dipasang agak tinggi. Kebiasaan kaum ibu ialah
bila mau membeli, ia menawar rendah sekali, tapi bila menjual harga ingin tinggi sekali.
Sebab kegagalan Busines Kecil (Bovee 2004)
1. Management incompetence – kurang menguasai manajemen
2. Lack of industry experience – kurang pengalaman dalam industri
3. Inadequate financing – kekurangan modal
4. Poor business planning- perencanaa bisnis kurag mantang
5. Unclear or unrealistic goals- kurang jelas, tidak realistik dalam menetapkan tujuan
6. Failure to attract and keep target customer- tidak berhasil menarik konsumen
7. Uncontrolled growth- pertumbuhan tidak terkendali
8. Inappropriate location- lokasi kurang cocok
9. Poor inventory and financial controlls- keuangan kurang kontrol, persediaan barang
kurang mencukupi
Semua kelemahan- kelemahan dapat diatasi dengan berbagai cara dengan bantuan
teknologi yang semakin canggih dewasa ini, serta dunia pendidkan/pelatihan yang dapat
membantu kelemahan- kelemahan dalam manajemen emosional.
D. Perbedaan Wanita Wirausaha dan Pria Wirausaha
Wanita pengusaha bertumbuh sangat pesat di Amerika, terutama disegmen bisnis kecil.
Pada saat ini wanita memiliki sepertiga dari semua bentuk bisnis, dan diharapkan akan
bertumbuh menjadi 50 % wanita pengusaha pada tahun 2000. Kebanyakan sekarang ini
80 % wanita menggeluti bidang retailing dan jasa pelayanan. Sedangkan pria
menjalankan banyak usaha pabrik, konstruksi, transportasi, dan pertambangan. (Zimmer
& Scarborough, 1996 :9)
Walaupun anatar pengusaha pria dan wanita pada umumnya sama namun dalam beberapa
hal ada perbedaan tingkat motivasinya dalam membuka bisnis.
Perbedaan- perbedaan ini antara lain:
1. Wanita pengusaha dimotivasi untuk membuka bisnis karena ingin berprestasi dan adanya
frustasi dalam pekerjaan sebelumnya. Dia merasa terkekang tidak dapat menampilkan
kebolehannya dan mengembangkan bakat- bakat yang ada pada dirinya.
2. Dalam hal permodalan bisnis pria pengusaha lebih leluasa memperoleh sumber modal
sedangkan wanita pengusaha memperoleh sumber modal dari tabunagn, harta pribadi, dan
pinjaman pribadi. Agak kesulitan wanita pengusaha memperoleh pinjaman perbankan
dibandingkan kaum pria.
3. Mengenai karakteristik kepribadian wanita pengusaha mempunyai sifat toleransi dan
fleksibel, realistik dan kreatif, antusias dan enerjik dan mampu berhubungan dengan
lingkunga masyarakat dan memiliki medium level of self confidence, kaum pria self
confdencenya lebih tinggi dari kebanyakan wanita.
4. Usia memulai usaha pria rata- rata umur 25-35, sedangkan wanita di Amerika berusia 35-
45.
5. Kerabat yang menunjang pada pengusaha wanita adalah keluarganya, suami, organisasi
wanita dan kelompok- kelompok sepergaulannya.
6. Bentuk bisnis yang dibuka pada pria pengusaha lebih banyak ragamnya akan tetapi pada
wanita pengusaha kebanyakan berhubungan dengan bisnis jasa, pendidikan, konsultan,
dan public relations.
Intrapreneurship
1. Pengertian dan Manfaat
Hsirich menyatakan : intrapreneurship is one method for simulating and then
capitalizing on individualis in an organization who think that something can be done
differently and better.
Winardi (2008) mengemukakan intrapreneurship sebagai berikut: “intrapreneur
adalah setiap orang di antara pemimpin yang melaksanakan. Jadi intrapreneurship adalah
kewirausahaan yang terjadi dalam organisasi, dimana setiap orang pemimpin
melaksanakan idenya dan intrapreneur merupakan karyawan yang berani mengambil
risiko, menuangkan ide-idenya melalui sebuah inovasi dan bertujuan untuk memajukan
perusahaan.
Jadi intrapreneurship merupakan satu metode mendorong serta memberikan
fasilitas, membuka kesempatan bagi seseorang dalam organisasi untuk menciptakan,
mengerjakan sesuatu yang beda dari yang lai secara lebih baik dan bertanggung jawab.
Spirit entrepreneurship akan meningkatkan pengembangan produk, diversifikasi, dan
meningkatkan produk.
Intrapreneurship pada dasarnya adalah enterpreneurship dalam sebuah
enterpreneurship yang lebih besar. Intrapreneurship dapat dikatakan sebagai
implementasi sifat enterpreneurship yang dilakukan oleh pekerja dalam perusahaan.
Terdapat tiga pilar dalam intrapreneurship yaitu inovasi, pengambilan risiko yang
terkakulasi, dan kreativitas.
a. Inovasi
Inovasi adlah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru.
b. Pengambilan risiko yang terkakulasi
Merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan
dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar.
c. Kreativitas
Merupakan suatu kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan dimasa
depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan.
2. Karakter intrapreneurship:
a. Proaktif
Sikap proakti adalah antusias, inisiatif, dan kreati. Banyak orrang hanya menunggu
diperintah. Melakukan apa yangingin dilakukan, bukan apa yang seharusnya
dilakukan. Kondisi ini menjadi penghalang utama dalam kompetisi usaha.
b. Loyalitas
Sikap intrapreneurship bagi karyawan adalah loyalitas. Loyalitas adalah suatu
komitmen jangka panjang untuk dukungan, pengorbanan, dan pembelaan kepada
perusahaan. Loyalitas tidak dinilai pada masa senang, tapi justru bagaimana respon
kita pada masa-masa sulit.
c. Ketekunanan
Ketekunan membawa hikmah, karena dalam ketekunan ada pengharapan. Orang yang
tekun selalu dapat melihat keuntungan dari hasil kerjanya.
Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003) mmengemukakan karakteristik
intrapreneurship sebagai berikut:
a. Memahami lingkungan (understand the environment)
Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan
internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan.
b. Memiliki visi dan dapat menyesuaikan diri (visionary and flexible)
Intrapreneur harus memiliki kemmapuan untuk mewujudkan ide-idenya menjadi
kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda.
c. Mendorong terbentuknya tim kerja (encourage team work)
Intrapreneur harus memiliki kemampun untuk membangun tim kerja dan tim tersebut
bekerja dengan disiplin.
d. Mendorong terbentuknya diskusi terbuka (encorage open discussion)
Intrapreneur harus mampu mengadakan koalisi terbuka dalam usahanya membentuk
tim kerja yang bagus.
e. Membangun koalisi pendukung (builds a coalision of supporters)
Intrapreneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk mendukung
inovasinya. Koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen puncak.
f. Gigih (persists)
Intrapreneursip harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.
3. Dimensi intrapreneurship
a. Usaha Baru (new ventures). Menciptakan unit/divisi atau perusahaan baru.
b. Bisnis baru (new bussiness). Mengejar dan memasuki bisnis baru yang berkaitan
dengan produk atau pasar saat ini.
c. Inovasi produk/jasa (product/service innovativeness). Berinovasi diteknik dan proses
produksi.
d. Inovasi proses (process inovativeness). Berinovasi diteknik dan proses produksi.
e. Pembaruan diri (self-renewal). Reformulasi strategi, reorganisasi, dan perubahan
organisasi.
f. Mengambil risiko (risk taking). Berani mengambil kesempatan dengan segala
risikonya.
g. Aktif (proactiveness). Manajemen puncak menjadi panutan bawahannya dalam
berinisiatif.
h. Agresivitas bersaaing (competing aggresiveness). Agresif dalam menghadapi pesaing.
4. Keungggulan dan Kerugian intrapreneurship
a. Keunggulan
Keunggulan intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan
pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada perusahaan
sekarang.
b. Kerugian
Kepala perusahaan baru sebenarnya masih merupakan karyawan dari perusahaan inti
sehingga kebebasannya tidak seluas perusahaan utama, kepala perusahaan baru terikat
kontrak pada perusahaan lama. Keberhasilan dan berjalannya usaha perusahaan baru
bisa jadi sangat bergantung pada perusahaan inti/utama.
Menurut hill (2003) trdapat delapan hambatan intrapreneurship didalam suatu
perusahaan, yaitu:
Kurangnya penghargaan.
Perusahaan tidak memberikan penghargaan yang layak atas hasil kerja
karyawannya, sehingga karyawan enggan untuk mengeluarkan ide-ide dan
berinisiati.
Hukuman dan Kegagalan
Adanya hukuman bagi karyawan yang mengajukan ide-ide dan dilaksanakan
secara kompeten namun gagal.
Cara berpikir yang kuno
Cara berpikir yang kuno sering berbenturan dengan nilai-nilai intrapreneurship
yang akan dibangun, sehingga menjadi penghalang dalam berinisiatif.
Tidak adanya dukungan dan manajemen puncak
Manajemen puncak tidak siap bawahannya empunyai mental wirausaha
(mempunyai banyak ide dan inisiatif).
Kurangnya percobaan
Intrapreneurship kurang mengadakan percobaan yang lebih mendalam
mengenai produk/jasa inovatif, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai
harapan.
Kurangnya pengetahuan tentang intrapreneurship
Karyawan kurang memiliki pengetahuan mengenai intrapreneurship sehingga
ode-ide inovatif tidak direlisasikan.
Perlawanan terhadap perubahan
Perusahaan dalam keadaan stabil, sehingga manajemen puncak enggan untuk
melakukan perubahan.
Kurangnya bakat intrapreneurship
Perusahaan memiliki karyawan yang kurang memilki bakat intrapreneurship
sehingga mereka bekerja berdasarkan deskripsi pekerjaan saja.
5. Perbedaan Perusahaan Tradisional Dengan Intrapreneurship
Pada perusahaan tradisional, pokok- pokok aturan yang berlaku biasanya :
Harus mengikuti peraturan secara ketat, sesuai dengan yang telah digariskan
Tidak boleh menyimpang, berbuat kesalahan, tidak boleh gagal
Tidak boleh membuat inisiatif sendiri tapi tunggu instruksi atasan
Kondisi persyaratan ketat seperti ini sangat tidak kondusif munculnya kreativitas,
fleksibilitas, independensi dan keberanian karyawan.
Dalam Intrapreneurship kita jumpai suasana :
Karyawan bisa mengembangkan visinya, tujuan, dan kegiatannya
Ada pemeberian hadiah untuk pemikiran dan kegiatan positif seperti pengajuan
usul, eksperimen, pengembangan ide, dan tanggungjawab.
Perbandingan Antara Tradisional Managers, Entrepreneurs dan
Intrapreneurs
Sifat Tradisional Managers Entrepreneurs Intrapreneurs
Motif Utama
Kegiatan
Resiko
Status
Kesalahan &
kegagalan
Mengharapkan promosi
dan hadiah, ada kantor,
kekuasaan dan staff
Mendelegasikan, dan
banyak pengawasan
Sangat hati- hati
Sangat memperhatikan
Berusaha menghindari
Ada kebebasan, ada
peluang berkreasi
dan dapat uang
Terlibat secara
langsung
Lebih moderat
dalam mengambil
resiko
Tidak peduli dengan
simbol status
Terbiasa dengan
Ada kebebasan dan peluang
mengembangkan bakat dan
ada hadiah dari perusahaan
Lebih banyak terlibat
ketimbang mendelegasikan
kepada orang lain
Bersifat moderat dalam
mengambil resiko
Tidak terlalu
memperhatikan status,
hanya ingin keleluasaan
Mencoba tidak
Decisions
Latar
Belakang
Family
Hubungan
kesalahan
Setuju saja dengan
keputusan dari atasan
Anggota keluarga bekerja
di perusahaan/ kantor
Ada hirarki
kesalahan dan
kegagalan
Mengikuti mimpi,
intuisi sebagai
bahan pertimbangan
Pengusaha small
business,
profesional, atau
pertanian
Saling berhubungan
membicarakan kesalahan
sampai ia berhasil
Mencoba meyakinkan
kolega agar menyong
idenya
Pengusaha small business,
profesional, dan pertanian
Saling berhubungan dalam
kerangka hirarki
Jadi perbedaan entrepreneurship dan intrapreneurship adalah
Entrepneurship adalah orang yang mampu menciptakan lapangan kerja dan
memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi, mampu mengubah tantangan
menajdi sebuah peluang. Sedangkan Intrapreneurship adalah seorang entreprenurs
yang berada dalam sebuah organisasi yang sudah ada atau sedang berjalan.
6. Lingkungan atau Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship
a. Adanya penerapan teknologi dalam organisasi yang dapat membangkitkan keberanian,
dan menunjang ide- ide baru, sehingga karyawan tidak jadi penakut.
b. Terbuka peluang eksperimen, tidak takut pada kegiatan trial and error. Biasanya untuk
mendapatkan produk baru, ditempuh beberapa kegagalan, sampai memperoleh bentuk
produk baru yang sempurna, ini memakan waktu, berevolusi.
c. Tidak ada ukuran atau parameter baku untuk suatu keberhasilan
d. Harus tersedia dana yang cukup untuk melakukan kebebasan pengembangan ide
e. Harus dikembangkan tim multidisiplin, dan kerja sama antar bidang
f. Spirit intrapreneurship tidak berdasarkan pada perseorangan, tapi atas dasar sukarela
dan sistem hadiah. Hadiah perlu diberikan untuk semua energi, uasah yang dikeluarkan
untuk penciptaan yang baru
g. Akhirnya aktivitas spirit ini harus mendapat support dari top management baik secara
fisik maupun dalam bentuk financial
7. Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship
Seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal maupun
eksternal secara utuh, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus kreatif agar dapat
mendorong spirit intrapreneurship. Karakteristik kepemimpinannya adalah sebagai
berikut :
a. Pemimpin intrapreneur harus fleksibel dan menciptakan manajemen yang memberi
kebebasan kreativitas
b. Mendorong munculnya teamwork, dengan pendekatan multidisiplin dari berbagai
keahlian, seperti engineering, produksi, marketing, keuangan, dsb. Harus diciptakan
diskusi terbuka untuk mencari sesuatu yang baru.
8. Membangun Iklim Intrapreneurship dalam Organisasi
Untuk membangun suasan intrapreneurship, maka sebuah organisasi harus
menetapkan prosedur yang menunjang. Kadang kala perlu minta bantuan konsultan untuk
menciptakan suasana tersebut.
Namun yang terpenting adalah komitmen dari seluruh jajaran manajemen, dari
top, upper, dan middle management. Komitment dan rencana ini disosialisasikan dalam
bentuk kegiatan internal marketing kepada seluruh karyawan. Dengan demikian iklim
intrapreneurship akan bergema di seluruh kegiatan organisasi. Pimpinan organisasi harus
pula menjelaskan ide apa, sasaran bagaimana yang hendak dicapai oleh organisasi dalam
periode tertentu. Selanjutnya gunakan fasilitas teknologi yang menunjang iklim
intrapreneurship. Organisasi harus tetap dekat dengan hati konsumen, harus belajar lebih
produktif dengan menggunakan sumber- sumber seefisien mungkin.
Jadi berilah kebeasan pada karyawan namun tetap terkendali dan
bertanggungjawab terhadap pekerjaanya.
9. Mengembangkan intrapreneurship di perusahaan
Agar intrapreneurship dapat berkembang didalam suatu perusahaan, Pinchot
(dalam Winardi, 2008) berpendapat bahwa perlu adanya lima macam faktor kebebasan,
yaitu:
a. Seleksi Diri
Perusahaan harus memberikan peluang kepada para inovator untuk
mengemukakan ide-ide mereka, dan bukan menjadikan tenggung jawab untuk
menghasilkan ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan kepada beberapa
individu atau kelompok-kelompok tertentu.
b. Tidak membiarkan ide-ide yang diciptakan diberi kepada pihak lain ditengah
jalan.
Setelah ide-ide muncul, para pengajar harus membiarkan orang-orang
yang menciptakan ide-ide tersebut melanjutkannya dan jangan
menginstruksikannya untuk menyerahkan ide tersebut kepada orang lain.
c. Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan
Kepada pihak yang memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu
untuk mengambil keputusan tentang pengembangan dan implementasi ide
tersebut.
d. Perlu diciptakan apa yang dinamakan waktu untuk membantu penciptaan
inovasi. Perusahaan yang menyediakan dan waktu memfasilitasikan inovasi.
e. Akhirnya falsafah penemuan “akbar”.
Pada beberapa perusahaan, terlihat gejala bahwa peimpinan puncaknya hanya
berminat pada ide-ide inovatif, yang dapat menciptakan hasil-hasil luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2010. Kewirausahaan. Bandung : AlfaBeta