entrepreneurship

47
ENTERPRENEURSHIP : MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA, PERBEDAAN PRIA WIRAUSAHA DAN WANITA WIRAUSAHA, INTRAPREUNERSHIP diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Enterpreneurship Oleh : Kelompok 5 Geovani Deby Darsep Justerna Jeni Veronika Lenny Marlina Meiko Herlian PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

Upload: albertusbudi12

Post on 23-Oct-2015

237 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

enterpreneurship

TRANSCRIPT

Page 1: Entrepreneurship

ENTERPRENEURSHIP : MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA,

PERBEDAAN PRIA WIRAUSAHA DAN WANITA WIRAUSAHA,

INTRAPREUNERSHIP

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Enterpreneurship

Oleh :

Kelompok 5

Geovani Deby

Darsep Justerna

Jeni Veronika

Lenny Marlina

Meiko Herlian

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2013

Page 2: Entrepreneurship

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah

Enterpreneurship tentang : Menumbuhkan minat wirausaha, perbedaan wirausaha antara ria dan

wanita, intrapreunership. Pembuatan laporan ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa

dalam mencapai tujuan mata ajar Enterpreneurship sehingga para mahasiswa mampu

meningkatkan wawasan dan pengetahuannya.

Penulisan isi laporan ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu dikembangkan lebih

lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini dikarenakan faktor kemampuan dan lain

sebagainya yang menghambat proses pembuatannya, namun untuk memenuhi tugas dari dosen

Ns.CM Retno Sunartiasih ini, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin untuk memberikan

yang terbaik. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari semua

pihak, guna untuk perbaikan dan kesempurnaan isi dari laporan ini. Semoga laporan ini mampu

memberikan konstribusi positif dan bermakna dalam proses pembelajaran.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan makalah ini.

Padalarang, 9 September 2013

Penyusun

Page 3: Entrepreneurship

BAB I

PENDAHULUAN

Kewirausahaan adalah proses menciptakan suatu yang lain dengan menggunakan waktu

dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan

pribadi. Minat Wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subject untuk tertarik

menciptaakn suatu usaha yang kemudian mengorgansisir, mengatur, menanggung resiko, dan

mengembangkan usaha dan mengembangkan usaha yang diciptakan tersebut, minat wirausaha

berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha. Dengan adanya minar

seseorang dalam wirausaha, maka seseorang itu telah membuka peluang pekerjaan bagi dirinya

dan bahkan bagi orang lain.

Wanita pengusaha bertumbuh sangat pesat di Amerika, terutama disegmen bisnis kecil.

Pada saat ini wanita memiliki sepertiga dari semua bentuk bisnis, dan diharapkan akan

bertumbuh menjadi 50 % wanita pengusaha pada tahun 2000. Kebanyakan sekarang ini 80 %

wanita menggeluti bidang retailing dan jasa pelayanan. Sedangkan pria menjalankan banyak

usaha pabrik, konstruksi, transportasi, dan pertambangan. (Zimmer & Scarborough, 1996 :9).

Walaupun anatar pengusaha pria dan wanita pada umumnya sama namun dalam beberapa hal

ada perbedaan tingkat motivasinya dalam membuka bisnis.

Intrapreneurship merupakan satu metode mendorong serta memberikan fasilitas,

membuka kesempatan bagi seseorang dalam organisasi untuk menciptakan, mengerjakan sesuatu

yang beda dari yang lai secara lebih baik dan bertanggung jawab. Spirit entrepreneurship akan

meningkatkan pengembangan produk, diversifikasi, dan meningkatkan produk.

Page 4: Entrepreneurship

BAB II

PEMBAHASAN

A. Menumbuhkan Minat Berwirausaha

1. Pengertian

minat

Menurut slameto, minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu

hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau

dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Menurut Crow & Crow,

mengatakan minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk

mengahadapi atau berurusan dangan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (H. Djaaali, 2008)

Minat diartikan sebagai keenderungan subjek yang menetap, untuk tertarik pada

bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi

tersebut (Winkel, 2004)

Wirausaha

Menurut Bygrave (H. Buchari Alma, 2004), entrepreneurship is the person who

perceives on opportunity and creates an organization to persue it. (seorang wirausaha

adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi

untuk memanaatkan peluang tersebut.

Kewirausahaan adalah proses menciptakan suatu yang lain dengan menggunakan

waktu dan kegiatan disertai modal dan ridiko serta menerima balas jasa dan kepuasan

serta kebebasan pribadi.

Page 5: Entrepreneurship

Minat wirausaha

Minat merupakan kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu

masalah ataupun suatu situasi yang berkaitan dengan dirinya, yang dilakukannya

dengan sadar serta diikuti dengan rasa senang. (With Erington, 1986)

Minat merupakan aktivitas psikis manusia yang menyebabkan individu

memberikan perhatian kepada suatu objek yang selanjutnya akan diikuti oleh

kecenderungan untuk mendekati objek tersebut dengan perasaan senang. (Setiadi,

1987)

Minat Wirausaha adalah kemampuan untuk memberanikan diri dalam memenuhi

kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan hidup, memajukan usaha atau

menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Yanto)

Minat Wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subject untuk tertarik

menciptaakn suatu usaha yang kemudian mengorgansisir, mengatur, menanggung

resiko, dan mengembangkan usaha dan mengembangkan usaha yang diciptakan

tersebut, minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan

sebuah bidang usaha (Ari Soebandono, 2007)

Jadi minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk

bekerja keras atau berkemauan keras dengan adanya pemusatan perhatian untuk

berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yanga akan

dihadapi, senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan

usaha yang diciptakannya.

Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula

orang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat

membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah

tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak

membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasan.

Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah

maupun dalam mutu wirausaha itu sediri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan

bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa

Page 6: Entrepreneurship

dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan

persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

Jika kita perhatikan manfaat adanya wirausaha banyak sekali. Lebih rinci

manfaatnya antara lain :

1. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran

2. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi,

pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan, dsb.

3. Menjadi contoh bagi anggota masayarakat lain, sebagai pribadi unggul yang patut

dicontoh, diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji, jujur,

berani, hidup tidak merugikan orang lain.

4. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu menjaga

dan membangun lingkungan

5. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, sesuai

dengan kemampuannya.

6. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun

dalam menhadapi pekerjaan

7. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan

perintah- perintah agama.

8. Hidup secara efisien, tidak berfoya- foya dan tidak boros

9. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan

lingkungan

Ada dua Darmabakti wirausaha terhadap pembangunan bangsa, yaitu

1. Sebagai pengusaha, memberikan darma baktinya melancarkan proses produksi,

distribusi, dan konsumsi. Wirausaha mengatasi kesulitan lapangan kerja,

meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, meningkatkan ketahanan

nasional, mengurangi ketergantungan pada bangsa asing.

Page 7: Entrepreneurship

Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausaha

Keuntungan Menjadi Wirausaha

1. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri

2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang

secara penuh

3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal

4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha- usaha konkrit

5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos

Kelemahan Menjadi Wirausaha

1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika

resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser

resiko tersebut.

2. Bekerja keras dan waktu/ kerjanya panjang

3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus

berhemat.

4. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat

walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

B. Kebutuhan Akan Wirausaha

Pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan

mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 % dari jumlah

penduduknya. Jadi, jika negara kita berpenduduk 200 juta jiwa , maka wirausahawannya

harus lebih kurang sebanyak 4 juta.

Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri

untuk melihat peluang- peluang, mempunyai semangat, kemmapuan dan pikiran untuk

menaklukkan cara berpikir lamban dan malas. Seorang wirausahawan mempunyai peran

untuk mencari kombinasi- kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal,

yaitu :

Page 8: Entrepreneurship

- Pengenalan barang dan jasa baru

- Metode produksi baru

- Sumber bahan mentah baru’

- Pasar- pasar baru

- Organisasi industri baru

C. Bisakah Kewirausahawan Diajarkan ?

Di negara maju pertumbuhan wirausaha membawa peningkatan ekonomi yang

luar biasa. Pengusaha- penguasa baru ini telah memperkaya pasar dengan produk- produk

baru yang inovatif.

Di negara Indonesia , pengetahuan kewirausahaan diajarkan di sekolah dasar,

sekolah menegah, perguruan tinggi, dan di berbagai kursus bisnis. Jadi kesimpulannya

kewirausahaan itu dapat diajarkan. Berikanlah para siswa penanaman sika- sikap perilaku

untuk membuka bisnis kemudian kita akan membuat mereka menjadi seorang wirausaha

yang berbakat.

D. Pendidikan Kewirausahaan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan bertumbuh pesat di Eropa Amerika Serikat

baik ditingkat kursus- kursus ataupun di Universitas. Mata kuliah enterpreneurship

diberikan dalam bentuk kuliah umum., ataupun dalam bentuk konsentrasi program studi.

Tujuan Pendidiklan Kewirausahaan dan Pelatihan

Mengerti apa peranan perusahaan dalam sistem perekonomian

Keuntungan dan kelemahan berbagai bentuk perusahaan

Mengetahui karakteristik dan proses kewirausahaan

Mengerti perencanaan produk dan proses kewirausahaan

Mampu mengidentifikasi peluang bisnis dan menciptakan kreativitasserta

membentuk organisasi kerja sama

Mampu mengidentifikasi dan mencari sumber- sumber

Mengerti dasar- dasar : marketing, financial, organisasi, produksi

Mampu memimpin bisnis, menghadapi tantangan masa depan

Page 9: Entrepreneurship

E. Dorongan Merintis Wirausaha

Di Amerika ada budaya keinginan seseorang untuk menjadi bos sendiri, memiliki

peluang individual, menjadi sukses dan menghimpun kekayaan, ini semua merupakan

aspek yang utama dalam mendorong berdirinya kegiatan kewirausahaan.

Di negara lain mungkin motivasi mendirikan bisnis bukan mencari uang yang

utama akan tetapi ada motif- motif lain dibalik itu. Ada pula motivasi menjadi wirausaha

didorong oleh lingkungan yang banyak dijumpai berbagai macam perusahaan seperti di

daerah Silicon Valley (California). Lingkungan seperti ini sangat mendorong

pembentukan kewirausahaan.

Dorongan membentuk wirausaha juga datang dari teman sepergaulan, lingkungan

famili, sahabat dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha masalah yang

dihadapi dan cara- cara mengatasi masalahnya.

Pendidikan formal dan pengalaman bisnis kecil- kecilan yang dimiliki oleh

seseorang dapat menjadi potensi utama untuk menjadi wirausaha yang berhasil. Oleh

sebab itu dikatakan entrepreneur are not born- they develop. (Hisrisch-Peters, 1995).

F. Latar Belakang Wirausaha

a. Lingkungan Keluarga Semasa Kecil

Lingkungan dalam bentuk “role models” juga berpengaruh terhadap minat

berwirausaha. Role models ini biasanya melihat kepada orang tua, saudara, keluarga

yang lain (kakek, paman, bibi, anak), teman- teman, pasangan, atau pengusaha yang

sukses yang diidolakannya. Lingkungan profesional juga dapat diminta bantuan

seperti biro konsultan bisnis, mencakup keuangan, pemasaran, promosi, dsb, asosiasi

berbagai badan asosiasi bisnis, mentor, instruktur, dosen, atau guru bisnis.

b. Pendidikan

Banyak orang menyatakan bahwa tingkat pendidikan para wirausaha, agak rendah

dibandingkan dengan rata- rata populasi masyarakat. Namun, ini tidak signifikan,

karena tingkat pendidikan juga penting bagi pendidikan bagi wirausaha, terutama

dalam menjaga kontinuitas uasahanya dan mengatasi segala masalah yang dihadapi

Page 10: Entrepreneurship

diperlukan tingkat pendidikan yang memadai. Pada saat memulai usaha, tingkat

pendidikan tidak memegang peranan penting, malahan banyak diantara pengusaha

adalah orang- orang drop out seperti Andrew Carnegie.

c. Nilai- nilai (values) personal

Menurut Hisrrich ada value yang bersifat umum yang dapat diamati sebagai

karakteristik keberhasilan dalam berwirausaha yaitu:

1. Keinginan menghasilkan superior produk

2. Layanan berkualitas terhadap konsumen

3. Fleksibel, serta kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar

4. Kemampuan dalam manajemen (High calibre management)

5. Memiliki sopan santun dan etika dalam berbisnis

d. Usia

Satu hal yang perlu diingat ialah entrepreneurial experience is one of the best

predictors of success. Oleh sebab itu, kebanyakan wirausahawan berumur antara 22

sampai 55 tahun. Memulai usaha diluar usia ini tidak ada masalah, namun yang

bersangkutan kurang dalam pengalaman, atau terlambat dalam melangkah.

e. Riwayat Pekerjaan

Untuk memulai suatu usaha adakalanya seseorang memerlukan trigger, yang

bersumber dari pekerjaan sebelumnya. Mungkin saja seseorang tidak puas dengan

pekerjaan yang sekarang, tidak ada peluang untuk maju, tidak ada kemungkinan naik

pangkat, atau konflik di tempat kerja, ini semua dapat memicu seseorang memulai

rintisan usaha sendiri.

G. Beberapa Faktor Kritis Untuk Memulai Usaha Baru

Ada beberapa faktor kritis yang berperan dalam membuka usaha baru yaitu

1. Personal, menyangkut aspek- aspek kepribadian seseorang

2. Sociological, menyangkut masalah hubungan dengan family

3. Environmental, menyangkut hubungan dengan lingkungan (Bygrave, 1994 :3)

Page 11: Entrepreneurship

Faktor lain yang berpengaruh dalam membuka bisnis ialah pertimbangan antara

pengalaman dengan spirit, energi dan rasa optimis. Biasanya orang- orang muda lebih

optimis, energik, dibandingkan dengan orang- orang yang sudah berumur. Oleh sebab itu,

pembukaan usaha sebaiknya dilakukan pada saat seseorang memiliki rasa optimis dan

sudah dipertimbangkan secara matang.

H. Model Proses Kewirausahaan

Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh

Bygrave menjadi urutan langkah- langkah berikut ini :

Innovation (Inovasi )

Triggering Event (Pemicu)

Implementation

(Pelaksanaan )

Growth (Pertumbuhan)

Page 12: Entrepreneurship

1. Proses Inovasi

Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah keinginan berprestasi,

adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, faktor pendidikan dan faktor

pengalaman. Adanya inovasi yang berasal dari diri seseorang akan mendorong dia

mencari pemicu ke arah memulai usaha.

Sedangkan faktor- faktor environment mendorong inovasi adalah adanya peluang,

pengalaman dan kreativitas. Tidak diragukan lagi pengalaman dan kreativitas. Tidak

diragukan lagi pengalaman adalah sebagai guruyang berharga yang memicu perintisan

usaha, apalagi ditunjang oleh adanya peluang dan kreativitas.

2. Proses Pemicu

Beberapa faktor personal yang mendorong Triggering Event artinya yang memicu atau

memaksa seseorang untuk terjun ke dunia bisnis adalah:

Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang

Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain

Dorongan karena faktor usia

Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis

Faktor- faktor Environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah

Adanya persaingan dalam dunia kehidupan

Adanya sumber- sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki tabungan,

modal, warisan, memiliki bangunan yang lokasi strategis, dsb

Mengikuti latihan- latihan atau Incubator bisnis. Sekarang banyak kursus- kursus

bisnis dan lembaga manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan dan

incubator bisnis

Kebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan- kemudahan dalam

lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit, dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh

Depnaker.

Page 13: Entrepreneurship

Sedangkan faktor Sociological yang menjadi pemicu serta pelaksanaan bisnis

adalah

Adanya hubungan- hubungan atau relasi- relasi dengan orang lain

Adanya tim yang diajak kerja sama dalam berusaha

Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha

Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan

Adanya pengalaman- pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya

3. Proses Pelaksanaan

Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis asalah

sebagai berikut

Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total

Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama

Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis

Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai keberhasilan

4. Proses Pertumbuhan

Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor organisasi anatar lain :

Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua rencana dan

pelaksanaan operasional berjalan produktif

Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak

Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah membudaya

Adanya produk yang dibanggakan,atau keistimewaan yang dimiliki misalnya

kulaitas makanan, lokasi usaha, manajemen, personalia, dsb

Sedangkan faktor environment yang mendorong implementasi dan pertumbuhan

bisnis adalah sebagai berikut :

Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan

Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu

Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas keuangan

Adanya sumber- sumber yang tersedia, yang masih bisa dimanfaatkan

Page 14: Entrepreneurship

Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan bidang

ekonomi yang menguntungkan

I. Menilai Peluang Membuka Usaha Baru

Kadang-kadang seseorang yang ingin membuka usaha baru didorong oleh rasa

optimis berlebihan. Untuk menetralisir rasa optimis berlebihan tersebut, perlu dilakukan

evaluasi.Cara menevaluasi peluang tersebut, atau sekurang kurangnya orang lain tertarik

ikut serta dalam investasi yang akan di lakuakan, misalnya para penanam modal, atau

partner lain yang akan diikut sertakan. Masalahnya banyak issu berkembang bahwa

hanya satu dari sepuluh usaha baru yang akan sampai pada ualang tahunnya yang

kesepuluh dan perusahaan lainnya mati di tengah jalan. Ini mengingatkan kita akan kehati

hatian, tidak gegabah asal membuka usaha baru saja, tetapi harus memperhitungkan

segala kemungkinan yang akan di hadapi antara lain, teman yang akan di ajak kerjasama,

karyawan pembantu, sumber modal, komoditi yang akan di jual, dan kemungkinan daya

serappasar dan sebagainya.

Ada tiga komponen utama yang harus di teliti untuk membuka usaha baru yaitu

seperti di nyatakan oleh Bygrave : There are three crucial components for successful new

business : the opportunity, the entrepreneur (and he management team) and the

resources needed to start the company and make it grow (Bygrave 1994:10). Ketiga

komponen tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar : three driving forces ( Bygrave, 1994:10)

Uncertainty

Uncertainty Uncertainty

UncertaintyResources

EnterpreneurOpportunity

Fits&Gaps

Page 15: Entrepreneurship

Didalam gambit di atas di tunjukan betapa banyak ketidak pastian dalam membuka usaha

baru, yaitu ketidak pastian dalam membuka usaha baru dengan peluang yang ia harapkan,

kemudiaan antara wirausahawan, peluang dengan sumber daya yang tersedia, baik

sumberdaya manusia maupun sumberdaya non manusia. Oleh sebab itu, perlu disusun

suatu gambaran fits dan gaps., bagaimana menggambarkan kesenjangan yang terjadi dan

kesesuaian yang mungkin di buat, dan memanfaatkan peluang yang tampak oleh

pengambil inisiatif. Inilah yang di sebut dengan bisnis plan, dimana digambarkan ketiga

komponen utama tersebut dipadukan menjadi suatu perencanaan strategis yang sempurna.

Jadi disinilah pentingnya seorang mengambil inisiatif, seorang yang memiliki ide

cemerlang yang dapat mereka laksanakan.

Georges Deriot seorang penanam modal menyatakan : Always consider investing

in grade A man with a grade B idea. Never invest in a great B man with a grade A idea

(Bygrave, 1004:11). Dalam hal ini, Doriot menekankan bahwa yang penting adalah segi

manusianya bukan idenya, karena ide itu akan dilaksanakan oleh orang yang

bersangkutan yang akan menentukan keberhasilan usaha dikelak kemudian hari. Akan

lebih baik lagi bila ide yang baik tadi dilaksanakan oeh orang memiliki kemampuan yang

tinggi pula. Sebab ide itu harus dikembangkan dan di implementasikan, dioperasionalkan

dilapangan. Jadi, ini adalah hal penting yang akan membangun dan mengembangkan

suatu bisnis.

Jadi dalam hal ini bukan hanya mengandalkan pada nasip bail. Nasib baik itu

memang juga ada, akan dating nya nasip baik itu bukan mendadak kebetulan, akan tetapi

merupakan titik temu, yang dikatakan oleh Bygrave (1994:11) So in enterprenership, just

like any other profession, luck is wherepreparation and opportunity meet. Dalam hal ini

ada titik temu antara persiapan yang baik dengan peluang yang tersedia. Dalam

kehidupan bangsa kita yang beragama, nasib baik, merupakan titik temu antara berusaha

dan berdoa. Kita berusaha mencapai sukses, dan kita berdoa kepada Tuhan agar di beri

kelancaran dalam menjalankan usaha.

Insya Allah pada suatu saat dating lah nasib baik itu, yaitu adanya peuang dari

segala penjuru yang kita tidak bias membayangkan sebelumnya. Sumber risky itu sulit

untuk diduga, tetapi kita harus berusaha dan berdoa untuk memperolehnya. Kta kunci

disini ialah berusaha dan berdoa.

Page 16: Entrepreneurship

Wanita Wirausaha

Banyak pihak memahami bahwa kesempatan berkarya bagi perempuan lebih terbatas

dibandingkan dengan laki-laki. Data sejak tahun 2004 memperihatkan bahwa jumlah

perempuan yang aktif dalam bidang usaha masih jauh lebih sedikit dibandingkan laki-

laki. Teknologi dapat membuka kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan

peranannya di bidang usaha, selain sebagai salah satu faktor penentu dalam persaingan

juga memungkinkan perempuan untuk bekerja dirumah, mempertuas jaringan usaha atau

merigankan beban kerjanya (Ribhan, 2007).

A. Faktor- faktor yang menunjang/ menghambat wanita wirausaha

Ada beberapa faktor yang menunjang berkembangnya wanita karirdalam bidang

wirausaha, yaitu

1. Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa depan,

menjaga keharmonisan, kerja sama dalam rumah tangga dapat diterapkan dalam

kehidupan usaha.

2. Mendidik anggota keluarga agar berhasil di kemudian hari, dapat dikembangkan

dalam personal manajemen perusahaan.

3. Faktor adat istiadat, contohnya di Bali dan Sumatera Barat, dimana wanita

memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga.

4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat kue,

aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang

mengembangkan komoditi tersebut.

5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita karir,

menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiridalam berbagai bidang usaha.

Alasan utama kaum wanita terjun ke small business ialah (Bovee, 2004)

Entrepreneurial idea 35 %

Glass ceiling 22%

Glass ceiling adalah satu hambatan yang tidak kelihatan bagi wanita dan

keompok minoritas untuk mencapai posisi- jabatan lebih tinggi dalam

Page 17: Entrepreneurship

sebuah organisasi. Hambatan secara diam- diam ini, karena dominasi

karyawan pria, dan banyaknya gangguan bagi karyawan wanita karena

masalah keluarganya, kesehatan.

Bore in job 14 %

Downsized 10 %

Karakteristik Entrepreneur

1. Mereka memiliki disiplin tinggi

2. Selalu awas terhadap tujuan yang hendak dicapai

3. Selalu mendengarkan rasa intuisinya

4. Sopan pada orang lain

5. Mau belajar apa saja yang memudahkan ia mencapai tujuan

6. Mau belajar dari kesalahan

7. Selalu mencari peluang baru

8. Memiliki ambisi, berpikiran positif

9. Senang menghadapi resiko dengan membuat perhitungan yang matang

sebelumnya

B. Skala Mengukur Minat Wirausaha

Silahkan mengukur diri sendiri dengan cara melingkari salah satu angka yang

sesuai dengan pribadi anda. Arti dari masing masing angka ini ialah:

5 = Sangat Kuat

4 = Kuat

3 = sedang

2 = lemah

1 = lemah sekali

Sifat/ Perilaku Pilihan

Page 18: Entrepreneurship

Yakin pada diri sendiri 5 4 3 2 1

Optimis 5 4 3 2 1

Kepemimpinan 5 4 3 2 1

Fleksibel 5 4 3 2 1

Bisa mengelola uang 5 4 3 2 1

Imajinasi 5 4 3 2 1

Bisa merencana 5 4 3 2 1

Sabar 5 4 3 2 1

Tegas 5 4 3 2 1

Semangat 5 4 3 2 1

Tangung jawab 5 4 3 2 1

Kerja keras 5 4 3 2 1

Dorongan mencapai sesuatu 5 4 3 2 1

Integritas 5 4 3 2 1

Percaya diri 5 4 3 2 1

Realisme 5 4 3 2 1

Organisasi 5 4 3 2 1

Ketepatan 5 4 3 2 1

Ketenangan 5 4 3 2 1

Memperhitungkan resiko 5 4 3 2 1

Kesehatan fisik 5 4 3 2 1

Komunikasi dengan orang lain 5 4 3 2 1

Kebebasan 5 4 3 2 1

Bisa bergaul 5 4 3 2 1

Membuat keputusan 5 4 3 2 1

Bandingkan hasil pengukuran anda dengan hasil pengukuran terhadap wanita

yang sudah berpengalaman dalam dunia bisnis seperti di bawah ini : Dapat dilihat berapa

persen diantara mereka yang tergolong ke dalam kategori sangat kuat, kuat dan

sebagainya. Pada kolom terakhir dapat dilihat rata-rata nilai untuk masing masing sifat.

Sifat/perilaku % % % % % Rata-rata

Page 19: Entrepreneurship

5 4 3 2 1

Yakin pada diri sendiri 35 43 18 4 0 4.0

Optimis 42 38 17 3 3 4.2

Kepemimpinan 33 39 24 4 0 4.0

Fleksibilitas 32 35 29 4 1 3.9

Bisa mengelola uang 27 32 30 9 2 3.7

Imajinasi 45 29 24 2 0 4.1

Bisa merencana 24 37 29 9 1 3.7

Sabar 26 23 34 13 3 3.6

Tegas 30 38 28 4 1 3.9

Semangat 51 34 14 1 3 4.3

Tangung jawab 67 26 7 3 0 4.6

Kerja keras 66 27 7 1 3 4.6

Dorongan mencapai sesuatu 54 33 11 2 1 4.4

Integritas 75 17 8 0 0 4.7

Percaya diri 61 28 11 1 0 4.5

Realisme 31 41 25 3 0 4.0

Organisasi 32 35 26 6 1 4.0

Ketepatan 51 34 15 1 0 4.3

Ketenangan 27 35 34 4 0 3.8

Memperhitungkan resiko 25 39 29 6 3 3.8

Kesehatan fisik 46 27 22 4 3 4.2

Komunikasi dengan orang lain 41 40 16 2 3 4.2

Kebebasan 60 27 12 1 0 4.5

Bisa bergaul 47 41 11 1 0 4.3

Membuat keputusan 36 43 18 3 0 4.1

Jika anda seorang wanita dan ingin terjun ke dalam dunia bisnis,mangka angka-angka di atas

dapat menjadi pedoman, karena angka tersebut berasal dari angket terhadap 300 wanita

Page 20: Entrepreneurship

pengusaha di California. Keyakinan anda untuk membuka usaha dapat juga di tambah dengan

membaca sejarah hidup dan perkembangan dari wanita wanita pengusaha. Anda juga dapat

melakukan wawancara dengan wanita pengusaha yang sudah berhasil. Pedoman wawancaranya

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana sejarah hidup pemiliknya?

2. Apakah salah seorang family dari pemilik mempunyai usaha?

3. Apakah pemilik ini pernah bekerja di perusahaan sebelumnya?

4. Pernakah ia memimpin perusahaan sebelumnya?

5. Adakah dasar pengetahuan yang ia miliki yang mendorong untuk membuka usaha?

6. Mengapa ia terdorong untuk membuka bisnis?

7. Mengapa ia memilih bisnis di bidang ini?

8. Apakah bentuk hokum dari usaha ini?

9. Apakah ada perizinan yang perlu di urus dulu sebelum perusahaan berjalan?

10. Berapa jumlah uang yang ia miliki pada saat membuka usaha?

11. Dari mana ia mendapat uang itu?

12. Apakah jumlah uang tersebut cukuo ideal untuk memulai usaha?

13. Berapa lama ia mampu untuk mencapai titk “break event”?

14. Bagaimanakah perencanaan yang di buat oleh pemilik sebelum membuka usaha?

15. Berapa lama Ia menyusun perencanaan, dan apakah selalu di kembangkan?

16. Adakah tenaga ahli yang ia gunakan? Tenaga ahli bidang apa?

17. Bagaimana dan mengapa ia memilih lokasi di tempat ini?

18. Apakah ia mempromosikan pembukaan usahanya?

19. Masalah apakah yang ia hadapi sejak membuka usaha sampai sekarang?

20. Bagaimana mengatasi masalah itu?

21. Catatan apa saja yang ia buat dalam perusahaan?

22. Bagaimana reaksi familinya terhadap kegiatan usahanya?

23. Apakah keuntungan dan kerugian membuka usaha?

24. Informasi dan keterampilan apa saja yang di perlukan untuk membuka usaha ini?

25. Nasihat apa yang ia akan berikan, bila ada wanita lain yang ingin membuka usaha

sejenis?

26. Bagaimana masa depan dari usaha ini?

Page 21: Entrepreneurship

Pedoman wawancara dapatb anda tambahkan lagi sesuai dengan keperluan untuk

mewawancarai wanita pengusaha. Pada umumnya seorang pengusaha terbuka terhadap

seorang yang ingin memperoleh pengetahuan dari pengalamannya. Walaupun pada

umumnya pengusaha ini orang-orang sibuk, namun mereka akan selalu menyediakan waktu

bagi siapa saja yang ingin memperoleh informasi.

Pada umumnya orang terdorong membuka usaha sendiri, karena factor berikut:

1. Membuka kesempatan untuk memperoleh keuntungan

2. Memenuhi minat dan keuntungan pribadi

3. Terbuka kesempatan untuk menjasi” boss”

4. Adanya kebebasan dalam manajemen

Dengan adanya dorongan diatas maka pada saat permulaan orang ingin membuka usaha

dalam bentuk perorangan dan setelah usahanya berkembang maka orang akan mulai

mempertimbangkan bentuk usaha lain misalnya persekutuan yang berbadan hukum.

C. Faktor- Faktor Yang Menghambat

1. Faktor Kewanitaan, dimana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil, menyusui, tentu

agak mengganggu jalannya bisnis. Hal ini dapat diatasi dengan mendelegasikan

wewenang/ tugas kepada karyawan/ orang lain. Tentunya pendelegasian ini mempunyai

keuntungan dan kerugian. Jalannya perusahaan tidak akan persis sama bila dipimpin oleh

pemilik sendiri, jadi ada dua kemungkinan, lebih baik atau lebih buruk.

2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab

penuh dalam urusan dalam rumah tangga. Wanita tidak bebas melakukan perjalanan ke

luar kota. Juga anggapan/ kebiasaan dalam suatu rumah tangga bahwa suamilah yang

memberi nafkah, suami yang bekerja, maka sulit juga berkembangnya usaha menjadi

usaha yang besar.

3. Faktor emosional yang dimiliki wanita, di samping menguntungkan juga merugikan.

Misalnya dalam pengambilan keputusan, karena ada faktor emosiona, maka keputusan

yang diambilakan kehilangan rasionalitasnya. Juga dalam memimpin karyawan, muncul

Page 22: Entrepreneurship

elemen- elemen emosional yang mempengaruhi hubungan dengan karyawan pria atau

wanita yang tidak rasinal lagi.

4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga, akan berpengaruh

terhadap keuangan perusahaan. Kadang- kadang wanita pengusaha agak sulit dalam

mengeluarkan uang, dan harga- harga dipasang agak tinggi. Kebiasaan kaum ibu ialah

bila mau membeli, ia menawar rendah sekali, tapi bila menjual harga ingin tinggi sekali.

Sebab kegagalan Busines Kecil (Bovee 2004)

1. Management incompetence – kurang menguasai manajemen

2. Lack of industry experience – kurang pengalaman dalam industri

3. Inadequate financing – kekurangan modal

4. Poor business planning- perencanaa bisnis kurag mantang

5. Unclear or unrealistic goals- kurang jelas, tidak realistik dalam menetapkan tujuan

6. Failure to attract and keep target customer- tidak berhasil menarik konsumen

7. Uncontrolled growth- pertumbuhan tidak terkendali

8. Inappropriate location- lokasi kurang cocok

9. Poor inventory and financial controlls- keuangan kurang kontrol, persediaan barang

kurang mencukupi

Semua kelemahan- kelemahan dapat diatasi dengan berbagai cara dengan bantuan

teknologi yang semakin canggih dewasa ini, serta dunia pendidkan/pelatihan yang dapat

membantu kelemahan- kelemahan dalam manajemen emosional.

D. Perbedaan Wanita Wirausaha dan Pria Wirausaha

Wanita pengusaha bertumbuh sangat pesat di Amerika, terutama disegmen bisnis kecil.

Pada saat ini wanita memiliki sepertiga dari semua bentuk bisnis, dan diharapkan akan

bertumbuh menjadi 50 % wanita pengusaha pada tahun 2000. Kebanyakan sekarang ini

80 % wanita menggeluti bidang retailing dan jasa pelayanan. Sedangkan pria

menjalankan banyak usaha pabrik, konstruksi, transportasi, dan pertambangan. (Zimmer

& Scarborough, 1996 :9)

Page 23: Entrepreneurship

Walaupun anatar pengusaha pria dan wanita pada umumnya sama namun dalam beberapa

hal ada perbedaan tingkat motivasinya dalam membuka bisnis.

Perbedaan- perbedaan ini antara lain:

1. Wanita pengusaha dimotivasi untuk membuka bisnis karena ingin berprestasi dan adanya

frustasi dalam pekerjaan sebelumnya. Dia merasa terkekang tidak dapat menampilkan

kebolehannya dan mengembangkan bakat- bakat yang ada pada dirinya.

2. Dalam hal permodalan bisnis pria pengusaha lebih leluasa memperoleh sumber modal

sedangkan wanita pengusaha memperoleh sumber modal dari tabunagn, harta pribadi, dan

pinjaman pribadi. Agak kesulitan wanita pengusaha memperoleh pinjaman perbankan

dibandingkan kaum pria.

3. Mengenai karakteristik kepribadian wanita pengusaha mempunyai sifat toleransi dan

fleksibel, realistik dan kreatif, antusias dan enerjik dan mampu berhubungan dengan

lingkunga masyarakat dan memiliki medium level of self confidence, kaum pria self

confdencenya lebih tinggi dari kebanyakan wanita.

4. Usia memulai usaha pria rata- rata umur 25-35, sedangkan wanita di Amerika berusia 35-

45.

5. Kerabat yang menunjang pada pengusaha wanita adalah keluarganya, suami, organisasi

wanita dan kelompok- kelompok sepergaulannya.

6. Bentuk bisnis yang dibuka pada pria pengusaha lebih banyak ragamnya akan tetapi pada

wanita pengusaha kebanyakan berhubungan dengan bisnis jasa, pendidikan, konsultan,

dan public relations.

Intrapreneurship

Page 24: Entrepreneurship

1. Pengertian dan Manfaat

Hsirich menyatakan : intrapreneurship is one method for simulating and then

capitalizing on individualis in an organization who think that something can be done

differently and better.

Winardi (2008) mengemukakan intrapreneurship sebagai berikut: “intrapreneur

adalah setiap orang di antara pemimpin yang melaksanakan. Jadi intrapreneurship adalah

kewirausahaan yang terjadi dalam organisasi, dimana setiap orang pemimpin

melaksanakan idenya dan intrapreneur merupakan karyawan yang berani mengambil

risiko, menuangkan ide-idenya melalui sebuah inovasi dan bertujuan untuk memajukan

perusahaan.

Jadi intrapreneurship merupakan satu metode mendorong serta memberikan

fasilitas, membuka kesempatan bagi seseorang dalam organisasi untuk menciptakan,

mengerjakan sesuatu yang beda dari yang lai secara lebih baik dan bertanggung jawab.

Spirit entrepreneurship akan meningkatkan pengembangan produk, diversifikasi, dan

meningkatkan produk.

Intrapreneurship pada dasarnya adalah enterpreneurship dalam sebuah

enterpreneurship yang lebih besar. Intrapreneurship dapat dikatakan sebagai

implementasi sifat enterpreneurship yang dilakukan oleh pekerja dalam perusahaan.

Terdapat tiga pilar dalam intrapreneurship yaitu inovasi, pengambilan risiko yang

terkakulasi, dan kreativitas.

a. Inovasi

Inovasi adlah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru.

b. Pengambilan risiko yang terkakulasi

Merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan

dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar.

c. Kreativitas

Merupakan suatu kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan dimasa

depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan.

2. Karakter intrapreneurship:

Page 25: Entrepreneurship

a. Proaktif

Sikap proakti adalah antusias, inisiatif, dan kreati. Banyak orrang hanya menunggu

diperintah. Melakukan apa yangingin dilakukan, bukan apa yang seharusnya

dilakukan. Kondisi ini menjadi penghalang utama dalam kompetisi usaha.

b. Loyalitas

Sikap intrapreneurship bagi karyawan adalah loyalitas. Loyalitas adalah suatu

komitmen jangka panjang untuk dukungan, pengorbanan, dan pembelaan kepada

perusahaan. Loyalitas tidak dinilai pada masa senang, tapi justru bagaimana respon

kita pada masa-masa sulit.

c. Ketekunanan

Ketekunan membawa hikmah, karena dalam ketekunan ada pengharapan. Orang yang

tekun selalu dapat melihat keuntungan dari hasil kerjanya.

Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003) mmengemukakan karakteristik

intrapreneurship sebagai berikut:

a. Memahami lingkungan (understand the environment)

Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan

internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan.

b. Memiliki visi dan dapat menyesuaikan diri (visionary and flexible)

Intrapreneur harus memiliki kemmapuan untuk mewujudkan ide-idenya menjadi

kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda.

c. Mendorong terbentuknya tim kerja (encourage team work)

Intrapreneur harus memiliki kemampun untuk membangun tim kerja dan tim tersebut

bekerja dengan disiplin.

d. Mendorong terbentuknya diskusi terbuka (encorage open discussion)

Intrapreneur harus mampu mengadakan koalisi terbuka dalam usahanya membentuk

tim kerja yang bagus.

e. Membangun koalisi pendukung (builds a coalision of supporters)

Page 26: Entrepreneurship

Intrapreneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk mendukung

inovasinya. Koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen puncak.

f. Gigih (persists)

Intrapreneursip harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.

3. Dimensi intrapreneurship

a. Usaha Baru (new ventures). Menciptakan unit/divisi atau perusahaan baru.

b. Bisnis baru (new bussiness). Mengejar dan memasuki bisnis baru yang berkaitan

dengan produk atau pasar saat ini.

c. Inovasi produk/jasa (product/service innovativeness). Berinovasi diteknik dan proses

produksi.

d. Inovasi proses (process inovativeness). Berinovasi diteknik dan proses produksi.

e. Pembaruan diri (self-renewal). Reformulasi strategi, reorganisasi, dan perubahan

organisasi.

f. Mengambil risiko (risk taking). Berani mengambil kesempatan dengan segala

risikonya.

g. Aktif (proactiveness). Manajemen puncak menjadi panutan bawahannya dalam

berinisiatif.

h. Agresivitas bersaaing (competing aggresiveness). Agresif dalam menghadapi pesaing.

4. Keungggulan dan Kerugian intrapreneurship

a. Keunggulan

Keunggulan intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan

pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada perusahaan

sekarang.

b. Kerugian

Kepala perusahaan baru sebenarnya masih merupakan karyawan dari perusahaan inti

sehingga kebebasannya tidak seluas perusahaan utama, kepala perusahaan baru terikat

kontrak pada perusahaan lama. Keberhasilan dan berjalannya usaha perusahaan baru

bisa jadi sangat bergantung pada perusahaan inti/utama.

Page 27: Entrepreneurship

Menurut hill (2003) trdapat delapan hambatan intrapreneurship didalam suatu

perusahaan, yaitu:

Kurangnya penghargaan.

Perusahaan tidak memberikan penghargaan yang layak atas hasil kerja

karyawannya, sehingga karyawan enggan untuk mengeluarkan ide-ide dan

berinisiati.

Hukuman dan Kegagalan

Adanya hukuman bagi karyawan yang mengajukan ide-ide dan dilaksanakan

secara kompeten namun gagal.

Cara berpikir yang kuno

Cara berpikir yang kuno sering berbenturan dengan nilai-nilai intrapreneurship

yang akan dibangun, sehingga menjadi penghalang dalam berinisiatif.

Tidak adanya dukungan dan manajemen puncak

Manajemen puncak tidak siap bawahannya empunyai mental wirausaha

(mempunyai banyak ide dan inisiatif).

Kurangnya percobaan

Intrapreneurship kurang mengadakan percobaan yang lebih mendalam

mengenai produk/jasa inovatif, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai

harapan.

Kurangnya pengetahuan tentang intrapreneurship

Karyawan kurang memiliki pengetahuan mengenai intrapreneurship sehingga

ode-ide inovatif tidak direlisasikan.

Perlawanan terhadap perubahan

Perusahaan dalam keadaan stabil, sehingga manajemen puncak enggan untuk

melakukan perubahan.

Kurangnya bakat intrapreneurship

Perusahaan memiliki karyawan yang kurang memilki bakat intrapreneurship

sehingga mereka bekerja berdasarkan deskripsi pekerjaan saja.

5. Perbedaan Perusahaan Tradisional Dengan Intrapreneurship

Pada perusahaan tradisional, pokok- pokok aturan yang berlaku biasanya :

Page 28: Entrepreneurship

Harus mengikuti peraturan secara ketat, sesuai dengan yang telah digariskan

Tidak boleh menyimpang, berbuat kesalahan, tidak boleh gagal

Tidak boleh membuat inisiatif sendiri tapi tunggu instruksi atasan

Kondisi persyaratan ketat seperti ini sangat tidak kondusif munculnya kreativitas,

fleksibilitas, independensi dan keberanian karyawan.

Dalam Intrapreneurship kita jumpai suasana :

Karyawan bisa mengembangkan visinya, tujuan, dan kegiatannya

Ada pemeberian hadiah untuk pemikiran dan kegiatan positif seperti pengajuan

usul, eksperimen, pengembangan ide, dan tanggungjawab.

Perbandingan Antara Tradisional Managers, Entrepreneurs dan

Intrapreneurs

Sifat Tradisional Managers Entrepreneurs Intrapreneurs

Motif Utama

Kegiatan

Resiko

Status

Kesalahan &

kegagalan

Mengharapkan promosi

dan hadiah, ada kantor,

kekuasaan dan staff

Mendelegasikan, dan

banyak pengawasan

Sangat hati- hati

Sangat memperhatikan

Berusaha menghindari

Ada kebebasan, ada

peluang berkreasi

dan dapat uang

Terlibat secara

langsung

Lebih moderat

dalam mengambil

resiko

Tidak peduli dengan

simbol status

Terbiasa dengan

Ada kebebasan dan peluang

mengembangkan bakat dan

ada hadiah dari perusahaan

Lebih banyak terlibat

ketimbang mendelegasikan

kepada orang lain

Bersifat moderat dalam

mengambil resiko

Tidak terlalu

memperhatikan status,

hanya ingin keleluasaan

Mencoba tidak

Page 29: Entrepreneurship

Decisions

Latar

Belakang

Family

Hubungan

kesalahan

Setuju saja dengan

keputusan dari atasan

Anggota keluarga bekerja

di perusahaan/ kantor

Ada hirarki

kesalahan dan

kegagalan

Mengikuti mimpi,

intuisi sebagai

bahan pertimbangan

Pengusaha small

business,

profesional, atau

pertanian

Saling berhubungan

membicarakan kesalahan

sampai ia berhasil

Mencoba meyakinkan

kolega agar menyong

idenya

Pengusaha small business,

profesional, dan pertanian

Saling berhubungan dalam

kerangka hirarki

Jadi perbedaan entrepreneurship dan intrapreneurship adalah

Entrepneurship adalah orang yang mampu menciptakan lapangan kerja dan

memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi, mampu mengubah tantangan

menajdi sebuah peluang. Sedangkan Intrapreneurship adalah seorang entreprenurs

yang berada dalam sebuah organisasi yang sudah ada atau sedang berjalan.

6. Lingkungan atau Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship

a. Adanya penerapan teknologi dalam organisasi yang dapat membangkitkan keberanian,

dan menunjang ide- ide baru, sehingga karyawan tidak jadi penakut.

b. Terbuka peluang eksperimen, tidak takut pada kegiatan trial and error. Biasanya untuk

mendapatkan produk baru, ditempuh beberapa kegagalan, sampai memperoleh bentuk

produk baru yang sempurna, ini memakan waktu, berevolusi.

Page 30: Entrepreneurship

c. Tidak ada ukuran atau parameter baku untuk suatu keberhasilan

d. Harus tersedia dana yang cukup untuk melakukan kebebasan pengembangan ide

e. Harus dikembangkan tim multidisiplin, dan kerja sama antar bidang

f. Spirit intrapreneurship tidak berdasarkan pada perseorangan, tapi atas dasar sukarela

dan sistem hadiah. Hadiah perlu diberikan untuk semua energi, uasah yang dikeluarkan

untuk penciptaan yang baru

g. Akhirnya aktivitas spirit ini harus mendapat support dari top management baik secara

fisik maupun dalam bentuk financial

7. Karakteristik Kepemimpinan Intrapreneurship

Seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal maupun

eksternal secara utuh, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus kreatif agar dapat

mendorong spirit intrapreneurship. Karakteristik kepemimpinannya adalah sebagai

berikut :

a. Pemimpin intrapreneur harus fleksibel dan menciptakan manajemen yang memberi

kebebasan kreativitas

b. Mendorong munculnya teamwork, dengan pendekatan multidisiplin dari berbagai

keahlian, seperti engineering, produksi, marketing, keuangan, dsb. Harus diciptakan

diskusi terbuka untuk mencari sesuatu yang baru.

8. Membangun Iklim Intrapreneurship dalam Organisasi

Untuk membangun suasan intrapreneurship, maka sebuah organisasi harus

menetapkan prosedur yang menunjang. Kadang kala perlu minta bantuan konsultan untuk

menciptakan suasana tersebut.

Namun yang terpenting adalah komitmen dari seluruh jajaran manajemen, dari

top, upper, dan middle management. Komitment dan rencana ini disosialisasikan dalam

bentuk kegiatan internal marketing kepada seluruh karyawan. Dengan demikian iklim

intrapreneurship akan bergema di seluruh kegiatan organisasi. Pimpinan organisasi harus

pula menjelaskan ide apa, sasaran bagaimana yang hendak dicapai oleh organisasi dalam

periode tertentu. Selanjutnya gunakan fasilitas teknologi yang menunjang iklim

Page 31: Entrepreneurship

intrapreneurship. Organisasi harus tetap dekat dengan hati konsumen, harus belajar lebih

produktif dengan menggunakan sumber- sumber seefisien mungkin.

Jadi berilah kebeasan pada karyawan namun tetap terkendali dan

bertanggungjawab terhadap pekerjaanya.

9. Mengembangkan intrapreneurship di perusahaan

Agar intrapreneurship dapat berkembang didalam suatu perusahaan, Pinchot

(dalam Winardi, 2008) berpendapat bahwa perlu adanya lima macam faktor kebebasan,

yaitu:

a. Seleksi Diri

Perusahaan harus memberikan peluang kepada para inovator untuk

mengemukakan ide-ide mereka, dan bukan menjadikan tenggung jawab untuk

menghasilkan ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan kepada beberapa

individu atau kelompok-kelompok tertentu.

b. Tidak membiarkan ide-ide yang diciptakan diberi kepada pihak lain ditengah

jalan.

Setelah ide-ide muncul, para pengajar harus membiarkan orang-orang

yang menciptakan ide-ide tersebut melanjutkannya dan jangan

menginstruksikannya untuk menyerahkan ide tersebut kepada orang lain.

c. Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan

Kepada pihak yang memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu

untuk mengambil keputusan tentang pengembangan dan implementasi ide

tersebut.

d. Perlu diciptakan apa yang dinamakan waktu untuk membantu penciptaan

inovasi. Perusahaan yang menyediakan dan waktu memfasilitasikan inovasi.

e. Akhirnya falsafah penemuan “akbar”.

Pada beberapa perusahaan, terlihat gejala bahwa peimpinan puncaknya hanya

berminat pada ide-ide inovatif, yang dapat menciptakan hasil-hasil luar biasa.

Page 32: Entrepreneurship

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2010. Kewirausahaan. Bandung : AlfaBeta