endoparasit kucing

10
1. Aelurostongylus Abstratus Siklus hidup cacing dewasa hidup bronchioli terminal dan saluran alveoli. Telurnya terdapat dalam saluran alveoli, membentuk nodulae kecil. Telur yang terletak dibagian luar dari gerombolsn telur akan menetas terlebih dahulu, dan larva yang bebas akan segera memasuki bagian saluran pernafasan, kearah ascenden menuju kearah tenggorok, pangkal tekak dan menyebarang ke faring sampai ke usus dan terbebas bersama tinja. Dalam keadaan bebas dapat bertahan hidup sampai 2 minggu. Untuk dapat lebih lama larva mencari hospes antara antara lain keyong epiphragmophora spp, angiolimax agrestis, helix asperus dan helminthoglypta californiensis. Dalam tubuh keong larva bertumbuh dua kali. Apabila keong termakan oleh katak, rodensia, burung dan sebagainya, dan binatang tersebut termakan oleh kucing, larva akan menembus kerongkongkongan, lambung dan usus kucing. Dengan mengikuti aliran darah larva sampai di paru-paru dan menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu. a. Patogenesis Nodulae yang berukuran 1 – 10 mm yangf terdapat pada jaringan subpleura, yang bersifat keras dan berwarna abu- abu berisikan telur maupun cacing, pada suatu saat dapat mengganggu saluran pernafasan. Kadang-kadang nodulae yang jumlahnya anyak bersifat fatal. Adanya nodulae yang mengganggu proses pernafasan menghasilkan gejala-gejala dispnoe, batuk dan sebagainya. b. Gejala klinis

Upload: putra-anugrah

Post on 25-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

Page 1: endoparasit kucing

1. Aelurostongylus Abstratus

Siklus hidup cacing dewasa hidup bronchioli terminal dan saluran alveoli.

Telurnya terdapat dalam saluran alveoli, membentuk nodulae kecil. Telur yang terletak

dibagian luar dari gerombolsn telur akan menetas terlebih dahulu, dan larva yang bebas

akan segera memasuki bagian saluran pernafasan, kearah ascenden menuju kearah

tenggorok, pangkal tekak dan menyebarang ke faring sampai ke usus dan terbebas

bersama tinja. Dalam keadaan bebas dapat bertahan hidup sampai 2 minggu. Untuk dapat

lebih lama larva mencari hospes antara antara lain keyong epiphragmophora spp,

angiolimax agrestis, helix asperus dan helminthoglypta californiensis. Dalam tubuh

keong larva bertumbuh dua kali. Apabila keong termakan oleh katak, rodensia, burung

dan sebagainya, dan binatang tersebut termakan oleh kucing, larva akan menembus

kerongkongkongan, lambung dan usus kucing. Dengan mengikuti aliran darah larva

sampai di paru-paru dan menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu.

a. Patogenesis

Nodulae yang berukuran 1 – 10 mm yangf terdapat pada jaringan subpleura, yang

bersifat keras dan berwarna abu-abu berisikan telur maupun cacing, pada suatu saat

dapat mengganggu saluran pernafasan. Kadang-kadang nodulae yang jumlahnya

anyak bersifat fatal. Adanya nodulae yang mengganggu proses pernafasan

menghasilkan gejala-gejala dispnoe, batuk dan sebagainya.

b. Gejala klinis

Penderita memperlihatkan gejala radang paru, berupa batuk, suhu tubuh yang

meningkat, dan keluarnya cairan eksudat dari hidung serta gejala bersin. Penderita

jadi kurus secara progresif. Selain gejala gangguan pernafasan juga dijumpai gejala

diare. Kesembuhan spontan dapat terjadi pada penyakit yang kronis, timbunan telur

dan parasit di dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan kematian mendadak.

c. Terapi

Selain pengobatan suportif, pengobatan dengan larutan NaI 20% yang disuntikan 3

kali dengan interval 5 hari dapat menghilangfkan larva di dalam tinja. Pemberian

dietilkarbamasin juga dapat menghilangkan darva di dalam tinja.

Pengobatan dengan levamisol 8-10 mg/kg selama 3 hari seperti terapi cacing paru-

paru llainnya juga memberikan hasil yang baiik. Pemberian ivermektin dengan dosis

0,4 mg/kg disuntikan subkutan dilaporkan memberikan hasil yang baik juga.

Page 2: endoparasit kucing

2. Ancylostoma tubaeforme dan ancylostoma braziliense

a. Siklus hidup

Infeksi melalui kulit( perkutan) Larva stadium ketiga yang infektif langsung

menembus kulit yang segera diikuti proses migrasi larva kedalam pembuluh

darah atau limfe, langusng ke jantung, paru-paru dan selanjutnya menuju

pangkal tekak, kerongkongan dan lambung. Selanjutnya larva akan berubah

menjadi cacing dewasa muda di dalam usus halus.

Infeksi secara oral

Larva stadium ketiga yang infekstif memasuki tuibuh melalui mulut bersama

makanan dan cairan susuyan gyang dikonsumsi. Larva tersebut bermigrasi

kedalam lapisan atas dari mukosa usus halus dalam beberapa hari setelah

tertelan, kemudian kembali ke lumen usus. Di dalam lumen menjadi dewasa

setelah mengalami beberapa kali moulting. Pada anak kucing yang rentan

periode prepaten minimum 14-17 hari.

Infeksi trans mamaria dan intra uterus

Dalam migrasinya larva dapat mencapai uterus dan menembus selaput janin

sehingga anak kucing yang baru dilahirkan telah mengandung larva di dalam

tubuhnya. Larva tersebut dapat juga mencapai kelenjar susu dan dapat terlarut

dalam air susu sehingga anak kucing yang masih menyususu dapat terinfeksi

melalui air susu.

Infeksi melalui hospes paratenik

Larva yang bermukim pada pada hewan yang bertindak sebagai hospes

paratenik misalnya mencit, dapat menginfeksi kucing yang rentan pada cacing

tambang bila hospes tersebut termakan oleh kucing.

b. Patogenesis

Penetrasi larva perkutan

Akibat penetrasi dapat menyebabkan radang pada kulit diantara jari kaki.

Dalam keadaan tertentu lesi kulit mirip dengan radang kulit yang disebabkan

oleh tungau demodex atau mirip dermatitis atopik. Pembesaran kaki ataupun

terjadinya deformitas pangkal kuku. Infeksi yang meluas dapat mencapai

sendi-sendi pada jari-jari nkaki.

Larva migran

Page 3: endoparasit kucing

Apabila migrasi larva melalui paru-paru cukup banyak dapat terjadi iritasi

pada paru-paru, termasuk saluran nafas, hingga terjadi batuk yang sifatnya

ringan sampai sedang.

Infeksi cacing dalam usus

Oleh adanya cacing dalam mukosa usus halus bebarapa perubahan yang terjadi

berupa anemia, radang usus ringan sampai berat, hipoproteinemia, terjadi

gannguan penyerapan makanan dan terjadinya penekanan terhadap respon

imunitas. Cacing tubaeforme termasuk dalam kategori penghisap darah sedang

ayng akibat akhirnya adalah berupa anemia berat. Anemia yang awalnya

berupa normositik normokromik yang kemudian oleh hilangnya zat besi,

anemia akan beubah menjadi tipe hipokromik mikrositik. Infeksi oleh cacing

brazielense menyebabkan hipoproteinemia, radang usus dan atropi parsial vili

intestinalis.

c. Gejala klinis

Feses kucing akan terlihat bercampur dengan darah. Konsistensu tinja lunak,

berwarna gelap. Selaput lendir mulut, mata, vagina dan kulit terlihat pucat karena

anemia. Radang yang ditimbulkan dapat menyebabkan penyempitan muara saluran

empedu. Bila eampedu tertahan dapat menyebabkan bilirubinemia (ikterus)

d. Terapi

Pengobatan untuk infeksi cacaing A. Braziliense dapat diberikan pyrantel pamoat 10 –

20 mg kg PO, ivermectin 0,024 mg/kg PO. Untuk pengobatan A tubaeforme dapat

diberikan tipe pengobatan pada A brazielense, juga dapat diberi dichlorvos 11 mg/kg

PO, milbemycin 2 mg/kg setiap bulan PO, selamectin 6 mg/kg setiap bulan secara

topikal.

3. Infeksi Cacing Gelang Pada Kucing

Ada dua jenis cacing yang menginfeksi kucing yaitu toxocara mystax dan toxocara

leonina.

a. Siklus hidup

Infeksi langsung

Telur infekstif yang mengandung larva stadium ke 2 dapat menginfeksi anak

anjing sampai umur 4 minggu secara langsung dan telur menetas dalam usus

halus, larva stadium ke 2 segera keluar dan bermigrasi ke dalam hati dalam

waktu 2 hari. Berkembang menjadi larva stadium ketiga akan bermigrasi

kedalam paru-paru. Di paru-paru larva bermigrasi dari alveoli ke broncioli lalu

Page 4: endoparasit kucing

ke bronchi selanjutnya ke batang tenggorokan. Lalu berpindah ke pharyng

yang selanjutnya menuju ke esophagus sampai ke dalam lambung dabn

akhirnya ke usus halus. Sampai di usus halus cacing mengalami perubahan

bentuk menjadi cacing dewasa.

Infeksi intra uterus

Hewan betina yang menelan telur cacing infektif, larva stadium ke 2 akan

berdiam di dalam jaringan somatik saat hewan bunting larva yang infektif

akan termobilisasi dan akan meembus plasenta dan selanjutnya mencapai

janin. Pada saat dilahirkan anak kucing telah terinfeksi oleh larva stadium ke 3

di dalam paru-parunya. Dalam waktu 1 minggu larva akan berkembang

menjadi stadium ke 4. dan perkembangan selanjutnya menjadi stadium ke 4

atau cacing muda di paru-paru Infeksi trans mamaria larva infektif yang ikut

terminum oleh anak kucing, di dalam lambung dan usus akan berkembang

menjadi larva stadium ke tida dan keempat dan selanjutnya menjadi cacig

dewasa.

Infeksi melalui hospes paratenik

Kucing yang memakan karkas binatang pengerat yang mengandung larva

dorman di dalam jaringantubuhnya. Larva dorman dapat langsung

berkembang di dalam usus halus kucing tanpa harus migrasi di dalam tubuh

kucing.

b. Patogenesis

Perjalanan larva yang melewati paru-paru dapat menyebabkan terjadinya edema pada

organ tersebut. Edema dapat megakibatkan batuk, dispnoe, selesma dengan eksudat

yang berbusa dan kadang disertai dengan darah. Infeksi cacing yang berat dapat

menyebabkan gangguan usus yang di tandai dengan sakit perut, obstruksi dan

perforasi usus hingga tampak gejala peritonitis.

c. Gejala klinis

Kucing akan terlihat lemah yang disebabkan oleh anemia. Ekspresi muka tampak

sayu, mata berair, mukosa mata dan mulut tampak pucat. Perut tampak tampa

menggantung. Kucing akan melas bergerak. Pada hewan muda sering gejala konvulsi

ditemukan ayng disebabkan oleh rangsangan syaraf pusat oleh toksin cacing.

d. Terapi

Pengobatan dengan piperazine dapat membunuh cacing dewasa di usus, pengobatan

dapat diulang 2- 3 minggu sesuai dengan periode prepaten cacing. Dosis yang

Page 5: endoparasit kucing

diberikan berkisar 100-200 mg/kg. Obat yang lain dapat diberikan dietilkarbamasin :

60 mg/kg, pyrantel pamoat 5-25 mg/kg, mebendazole 30-50 mg/kg selama 3 hari,

fenbendazole 30-50 mg/kg.

4. Taenia taeniaeformis

a. Siklus hidup

Cysticercus fasciolaris berkembang di dalam hati hospes antara yaitu rodentia tikus da

mencit. Larva yang memiliki skleks yang dihubungkan dengan strobiala yang

bersegmen akan terlihat seperti cacing pipih yang disesbut strobilocercus. Apabila ia

termakan oleh kucing strobilicercus tersebut akan terurai, hingga yang tertinggal

hanya strobila dan skoleksnyayang akan menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu.

b. Patogenesis

Cacing dewasa menembus mukosa usus demikian dalamnya. Hal ini dapat

menyebabkan perforasi usus. Cacing dewasa dapat mengganggu pencernaan makanan

yang serius.

c. Gejala

Gangguan pencernaan makanan akan mengakibatkan kekurusan, tumbuh kedengkik,

diare, dan dehidrasi. Bila terjadi perforasi hewan dapat mengakibatkan mati

mendadak.

d. Terapi

Mebendazole, Niklosamide, praziquantel 6,3 mg/kg dengan berqat kurang dari 1,8 kg

sedang yang lebih dari 1,8 dianjurkan 5 mg/kg

5. Toxoplasma gondii

a. Siklus hidup

Organisme ini bersifat obligat intraseluler memiliki daur hidup yang terdiri dari 2

stadium yaitu perbanyakan didalam sel epitel usus kucing, perkembangan dan

perbanyakan trofozoit berada diluar usus berbagai spesies mamalia termasuk felidae,

burung dan manusia. Di dalam sel usus kucing organisme berkembang dengan cara

seksual dan aseksual. Secara seksual terjadi pertemuan antara mikroganet dan

makrogamet dan mengahasilkan oosita. Stadium kedua yang bersifat sistemik dapat

melanjut menjadi fase proliferatif dalam keadaan infeksi akut.

Oraganisme berkembang pada sel hospes terutama pada sel retikuloendothelial.

Segera berbiak dengan membelah diri secara biner menghasilkan 8 atau 16 anakan

parasit. Didalam sel tersebut sel anakan mengalami pembersaran dan segera diikuti

Page 6: endoparasit kucing

dengan pembesaran sel, sel dapat pecah dan sel anakan bebas dan dapat menginfeksi

sel berikutnya. Organisme yang berbiak secara cepat dikenal dengan tachizoit dan

dapat berubah menjadai fase bradyzoit yang berkembang lambat. Oosista dibebaskan

bersama tinja kucing 1 sampai 2 minggu setelah kucing terinfeksi. Dalam keadaan

lembab dan hangat oosista menjadi masak dalam 1-5 hari, diikuti oleh proses

sporulasi hingga didalam oosista terbentuk 4 sporosista, yang masing-masing berisi 2

sporozoit. Apabila oosista termakan oleh hospes antara seperti tikus maka sporozoit

akan bebas dan menginfeksi sel-sel, terutama sel darah putih.

b. Patogenesis

Apabila daya tahan tubuh turun bradyzoit yang dalam keadaan dorman diberbagai

jaringan tubuh akan berubah menjadi trachizoit yang mampu menyebabkan proses

radang. Organ tubuh yang sering mengalami radang adalah otak, paru-paru, plasenta,

mata. Didalam usus toksoplasma bertumbuh dan berkembang secara seksual dapat

mengakibatkan enteritis, diare dan perdarahan. Kucing dapat mati dalam mati dalam

waktu 1-2 minggu bila terinfeksi secara akut.

c. Gejala klinis

Gejala yang menonjol pada yang bersifat sistemik akut meliputi demam, muntah,

diare, dispnoe, dan ikterus. Pada anak anjing yang terserang distemper terjadi

imunosupresi dan gejala toksoplasmosis yang timbul bersifat tidak menciri. Bila

organ paru-paru yang terserang maka terjadi geka;a demam, batuk, sesak nafas, dan

keluarnya cairan yang bersifat serous sampai mukopurulen akan menonjol. Pada

gangguan pencernaan gejala anoreksia, diare, kolik dan dehidrasi lebih banyak

ditemukan. Pada gejala syaraf, penderita memperlihatkan gejala ataxia, tremor,

kejang=kejang, jalan yang kaku atau kelemahan otot perifer. Pada stadium lanjut

terlihat penderita depresi atau apatis. Gangguan pada mata dapat berupa sebagai

rinitis, anterior uveitis, iridocyclitis maupun kerusakan mata syaraf opticus.

d. Terapi

Sediaan sulfa dan pyrimetamin efektif untuk menghambat sintesa asam folat oleh

organisme ini. Sediaan sulfa seperti sulfadiasin atau sulfadoxin, dosis sulfadiasin 120

mg/kg diberika selama 2-4 minggu. Dosis kombinasi yaitu sulfadiasin 60 mg/kg dan

untuk pyrimetamin 0,5 mg/kg. Dosis tersebut adalah untuk sehari.