enantiomer.docx
DESCRIPTION
stereokimiaTRANSCRIPT
![Page 1: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/1.jpg)
A. Senyawa Kiral
Senyawa Kiral adalah ketika empat ligan yang berbeda terikat kepada
karbon tetravalent, menghasilkan molekul asimetris yang mana atom
karbon sebagai pusat asimetrisnya. Gambar berikut menunjukkan dua
isomer optik yang membuktikan adanya ligan yang berbeda disekitar
pusat kiral (Fanali S).
Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan tidak
dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya. Diastereomers pada
umumnya memiliki paling tidak dua pusat asimetris (satu diantaranya
mempunyai konfigurasi yang sama) dan bukan merupakan bayangan
cerminnya. Sebagian besar umumnya pusat kiral adalah diwakili oleh
karbon tetrahedral, meskipun atom lain, seperti nitrogen, sulfur, dan
phosphate, bisa ditemukan dalam stereoisomer. Senyawa yang memiliki
sedikitnya dua enantiomer adalah senyawa kiral (Fanali S).
Sifat utama dari stereoisomer adalah diwakili oleh perputaran cahaya
terpolarisasi kearah yang berbeda, berlawanan arah jarum jam (levo) dan
searah jarum jam (dektro) atau L(-)- isomer dan D(-)- isomer. Menurut
ketentuan Fischer, secara luas senyawa gula dan asam amino
menggunakan symbol D dan L, dan hal ini berdasarkan pada
perbandingan dengan senyawa +(-)-gliseraldehide dan saat ini digunakan
juga ketentuan Cahn-Ingold-Prelog menggunakan R da S.
![Page 2: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/2.jpg)
Rotasi optik untuk dua enantiomer dalam campuran rasemik adalah
sama (tidak memutar arah cahaya polarisasi). Sementara untuk
diastereomer tidak sama dengan enantiomer, diastereomers mungkin
memiliki perbedaan titik didih, titik beku dan atau kelarutan (Fanali S).
Pemisahan enantiomer dari rasemat, dengan kata lain pemisahan
rasemat, adalah masalah biasa dalam penelitian stereokimia seperti
halnya pada preparasi senyawa aktif biologi dalam obat. Masalahnya
adalah berbeda dengan diastereomer dan tipe jenis isomer lainnya,
enantiomer menunjukkan sifat fisika kimia yang sama (Davankov V.A.).
B. Penentuan Konfigurasi Enantiomer (Cairns D, 2004)
1. Ketentuan Fischer
Dengan mengunakan Proyeksi Fischer, sistem penggambaran konfigurasi
gugus disekitar pusat kiral yang berbeda (susunan ruang atom atau
gugus yang menempel pada karbon kiral), yaitu konvensi D dan L.
Metode ini banyak digunakan dalam biokimia dan kimia organik
terutama untuk karbohidrat dan asam amino. Gliseraldehida ditetapkan
sebagai senyawa standar untuk menentukan konfigurasi semua
![Page 3: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/3.jpg)
karbohidrat. Proyeksi Fischer terhadap gliseraldehida dengan rantai
karbon digambarkan secara vertical, dengan karbon yang paling
teroksidasi (aldehid) berada pada bagian paling atas. Gugus OH pada
pusat kiral digambarkan pada sisi sebelah kanan untuk isomer D dan sisi
sebelah kiri untuk isomer L. Ini berarti setiap gula yang memiliki
stereokimia yang sama dengan D-gliseraldehida termasuk gula seri D
(misalnya D-glukosa), sedangkan gula yang memiliki stereokimia yang
sama dengan L-gliseraldehida termasuk gula seri L.
Situasi ini analog untuk asam amino, jika proyeksi Fischer digambarkan
(rantai karbon vertikal dengan atom karbon yang paling teroksidasi
berada paling atas), maka semua asam amino “alami” yang ditemukan
dalam protein manusia, diketahui memiliki gugus NH3+ pada posisi
sebelah kiri proyeksi Fischer, yang sama dengan L-gliseraldehida,
sehingga asam-asam amino ini dikenal sebagai asam amino seri L. Hal
ini sangat menguntungkan dan bermanfaat dibidang kesehatan,
khususnya bidang Farmasi dalam hal rancangan obat dengan uji
toksisitas selektif, di mana diketahui asam amino pada mikroorganisme
memiliki konfigurasi yang berlawanan yaitu seri D, sebagai contoh
Penisillin yang menghambat enzim transpeptidase dalam sintesis dinding
sel mikroba, hal ini berhubungan dengan dipeptida D-alanin-D-alanin dari
dinding sel mikroba yang mirip dengan struktur penisillin. Sehingga
penisilin tidak toksik terhadap manusia yang memiliki L-alanin dalam
protein tubuh.
2. Ketentuan Cahn-Ingold-Prelog
Sistem yang paling sukses untuk menunjukkan konfigurasi senyawa-
senyawa umum adalah konvensi Cahn-Ingold-Prelog. System ini
menggunakan huruf R atau S untuk setiap pusat kiral dalam molekul dan
merupakan pilihan untuk menentukan konfigurasi pusat kiral molekul
obat. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral berdasarkan
nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki
prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan
paling akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah
ditentukan, kemudian dilihat susunan gugus mulai dari yang memiliki
priotitas rendah (biasanya H). jika urutan prioritas gugus tersusun
menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral, karbon kiral menerima
konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai konfigurasi S
(Sinister).
![Page 4: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/4.jpg)
C. Analisis Senyawa Kiral
Pemisahan enantiomer adalah penelitian yang banyak dilakukan dalam
analisis kimia, terutama dalam bidang biologi dan farmasi, karena obat
kiral diberikan sebagai sebagai salah satu enantiomer atau sebagai
campuran rasemat. Sering kali dua enantiomer dari obat rasemat yang
sama memiliki efek farmakologi yang berbeda. Sebagai contoh S(+)-
Propanolol sangat lebih aktif dari pada enantiomernya. Anastetik ketamin
diberikan sebagai campuran rasemat, dan S(+)-ketamin lebih potensi
dari pada R(-)-ketamin, disamping itu bentuk R(-)- menyebabkan efek
setelah operasi. Karena efek samping yang mungkin disebabkan oleh
hadirnya component campuran dalam rasemat obat, sehingga saat ini
kecendrungan industry farmasi dalam mempersiapkan obat dalam satu
enantiomer saja. Bagaimanapun hasilnya dari beberapa obat melalui
reaksi stereoselektif atau proses penyiapan pemisahan enantiomer bisa
memberikan bahan yang tidak murni. Jadi diperlukan metode analisis
yang sensitif karena daya pemisahan yang tinggi, diperlukan untuk
mengontrol proses sintesis senyawa kiral untuk sediaan farmasi.
Satu pendekatan dalam pemisahan enantiomer, kadang-kadang
ditunjukkan sebagai pemisahan enantiomer secara tidak langsung,
melibatkan penggabungan enantiomer dengan reagen kiral tambahan
untuk mengubah molekul tersebut menjadi diastereomer. Senyawa
diastrereomer tersebut bisa kemudian dipisahkan dengan beberapa
tehnik pemisahan akiral (Davankov V.A.).
![Page 5: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/5.jpg)
Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya dangan cara
yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai
suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya :
sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral
sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua
enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau
permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif
dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari
kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa
kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada
stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika
enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif
enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli
kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme
untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina
dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-
Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas
putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina,
sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy,
2006).
Metode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan
komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid
Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer
Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang
terutama digunakan untuk analisis dari golongan komponen yang
berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide, protein, sakarida,
obat, isomer optic dan lainnya. Dalam analisis CE proses pemisahan akan
tercapai jika analit, di bawah pengaruh pemberian medan listrik,
bergerak kearah detektor dengan kecepatan yang berbeda (Fanali S).
Selain metode CE merupakan analisis dengan daya pemisahan dan
efisiensi yang tinggi dan dapat dibandingkan dengan metode lainnya,
juga memiliki kelebihan lainnya yaitu : (Fanali S)
1. Volume sampel dan buffer yang diperlukan relatif dalam jumlah kecil
2. Kolom kiral yang mahal dapat dihindari karena kiral selektor dapat
ditambahkan dengan mudah ke BGE (Background Elektrolyte)
![Page 6: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/6.jpg)
3. Pemisahannya sangat reproduksibel karena buffer dengan kiral
selektor dapat diisi ulang saat proses
Beberapa obat yang beredar dalam bentuk campuran rasemik Contohnya
adalah: (Tanujaya H dan Melisa,2009)
1. Obat Thalidomide
Obat ini dipasarkan di Eropa sekira tahun 1959-1962 sebagai obat
penenang. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana enantiomer yang
berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Tetapi ibu hamil
yang mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru
mengalami masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya.
Sedikitnya terjadi 2000 kasus kelahiran bayi cacat pada tahun 1960-an.
Hal ini merupakan tragedi besar yang tidak dapat dilupakan dalam
sejarah obat-obat kiral.
2. Nikotin
(-)Nikotin dilaporkan lebih beracun dan berbahaya dibandingkan dengan
(+)Nikotin. Tanda “+” menyatakan arah rotasi polarimeter sesuai arah
jarum jam, sedangkan tanda “-” menyatakan arah rotasi polarimeter
berlawanan arah jarum jam.
3. Tiroksin
![Page 7: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/7.jpg)
Tiroksin adalah hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid. (-) Tiroksin
meregulasi metabolisme tubuh, sedangkan (+) Tiroksin tidak
menghasilkan efek regulasi apa pun.
4. Epinefrin
Epinefrin rasemik merupakan campuran 1:1 d-isomer dan l-isomer
epinefrin. Mekanisme aksi epinefrin adalah pada reseptor a adrenergik;
terbukti menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi udem.
Pengurangan udem mukosa larings akan meningkatkan diameter jalan
nafas sehingga stridor inspirasi dan retraksi akan berkurang. L-
Epinephrine itu sedikitnya sama efektif seperti epinephrine racemic
dalam perawatan laryngotracheitis dan tidak membawa resiko / efek
samping tambahan. L-Epinephrine juga lebih tersedia di seluruh dunia,
lebih murah, dan dapat direkomendasikan untuk mengobati
laryngotracheitis.
Aktivitas biologi dari dextro(+) enansiomer adrenergic agonists
(epinefrin) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan levo(—)
enantiomernya.
Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang dan berat.
Penderita yang telah diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk
dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat stridor saat istirahat, udara
yang masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup <2.
5. Tramadol
Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf
pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer,
Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi
berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et
al., 1993). Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi
mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan
reseptor opioid (Raffa et al., 1995; Gibson, 1996).
![Page 8: Enantiomer.docx](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013115/55cf9b12550346d033a49d9f/html5/thumbnails/8.jpg)
Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan
enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik
10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-)
menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor
alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol
ternyata kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline
daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan
sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer
diberikan pada aksi analgesik tramadol.
Sumber :
1. Melissa (06 8114 093) dan Helen Tanujaya (06 8114 133), Pengaruh
Bentuk Rasemik Suatu Obat Terhadap Efeknya Dalam
Tubuh http://yosefw.wordpress.com, Posted on March 20, 2009
2. Fendy (Kimia ITB) 26 September 2006, Molekul Kiral Dari
“Thalidomide” Sampai “L-
DOPA”, http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1111012990
3. Cairns D, 2004, “Intisari Kimia Farmasi” Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC
4. Fanali S, An Introduction Chiral Analisys by Capillary
Electrophoresis, Instituto di Cromatografia del Cansiglio Nazionale
delle Recerche, Area delle Recerch di Roma
5. DAVANKOV V.,A., ANALYTICAL CHIRAL SEPARATION
METHODS (IUPAC Recommendations 1997), Nesmeyanov-Institute of
Organo-Element Compounds, Russian Academy of Sciences Moscow, 1
178 13, Russia