enam cara menyempurnakan shalat kita

11
ENAM CARA MENYEMPURNAKAN SHALAT KITA. Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarohkatuh. 1. DALIL- DALIL SHALAT. A. Dalil Al-Qur’an : 1. Firman Allah Al Qur’an Surat Al-Ankabut (29); ayat (45) : Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. 2. Firman Allah Al Qur’an Surat Thaha (20); ayat (14) : Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-KU (Dzikir). 3. Firman Allah Al Qur’an, Surat An-Nisa’ (4); ayat (103) : Artinya :”Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang- orang yang beriman. Disamping itu masih banyak lagi misalnya dalil-dalil shalat, antara lain yang termaktup pada : QS. Al Baqarah (2) : (43); QS. Al Baqarah (2) :(: (45); QS. Al Baqarah (2) :(: (238); QS.Al-An’am (6) : (162); QS. Al-Isra’ (17) :(: (78-79);

Upload: amanda-diah-maharani

Post on 16-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

ENAM CARA MENYEMPURNAKAN SHALAT KITA.

Assalamualaykum warrahmatullahi wabarohkatuh.

1. DALIL- DALIL SHALAT.A. Dalil Al-Quran :1. Firman Allah Al Quran Surat Al-Ankabut (29); ayat (45) :Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.2. Firman Allah Al Quran Surat Thaha (20); ayat (14) :Artinya : Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-KU (Dzikir).3. Firman Allah Al Quran, Surat An-Nisa (4); ayat (103) :Artinya :Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.Disamping itu masih banyak lagi misalnya dalil-dalil shalat, antara lain yang termaktup pada : QS. Al Baqarah (2) : (43); QS. Al Baqarah (2) :(: (45); QS. Al Baqarah (2) :(: (238); QS.Al-Anam (6) : (162); QS. Al-Isra (17) :(: (78-79); B. Dalil-Dali Hadits.1. Rasulullah SAW bersabda :Yang artinya : Shalat adalah tiang agama, maka siapa yang mendirikan shalat berarti menegakkan sendi-sendi agama, dan siapa yang meninggalkan shalat berarti ia telah meruntuhkan sendi-sendi agama.2. Rasulullah SAW bersabda :Yang artinya : Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, baiklah seluruh amalnya. Sebaliknya jika shalatnya jelek, maka jeleklah semua amalnya.3. Peristiwa Isra Miraj.4. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya, :Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab di hari Kiamat nanti adalah shalatnya, maka barangsiapa yang shalatnya baik, sungguh ia telah berbahagia dan akan selamat dan jika kurang baik shalatnya, maka ia akan sengsara dan merugi. (HR. Mundzir, Thabrani dan Turmudzi).R I W A Y A T.Seorang bertanya kepada Nabi SAW, Ya Rasulullah, terangkanlah kepadaku, apa yang paling berat dan apa yang paling ringan dalam beragama Islam?.Nabi bersabda, Yang paling ringan dalam beragama Islam ialah membaca syahadat atau kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah.Sedang yang paling berat adalah hidup jujur (dapat dipercaya). Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur. (HR. Ahmad Bazzar).Kalau seseorang itu beriman, mestinya ia jujur. Kalau tidak jujur, berarti tidak beriman. Kalau orang rajin shalat, mestinya juga jujur. Kalau tidak jujur, berarti sia-sialah shalatnya. Kalau tidak jujur, berarti zakatnya tidak memberi dampak positif bagi dirinya.Anas, RA berkata, Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi SAW selalu berpesan tentang kejujuran. Beliau bersabda, Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji.HR Ahmad BazzarThobaroni menyebutkan sahabat Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, Ciri orang munafik itu ada tiga, yaitu bicara dusta, berjanji palsu, dan ia berkhianat jika mendapat amanat (tidak jujur). (HR. Bukhari).Abdullah bin Utsman berkata, Rasulullah bersabda, Ada empat sikap yang kalau ada pada diri seseorang maka yang bersangkutan adalah munafik tulen, yaitu kalau dapat amanat, ia berkhianat (tidak jujur); kalau berkata, selalu bohong; kalau berjanji, janji palsu; kalau berbisnis, licik. (HR Bukhari Muslim).Orang jujur itu disayangi Allah. Dan, orang yang tidak jujur dimurkai Allah SWT. Kejujuran menjadi salah satu sifat utama Nabi, salah satu akhlak penting orang-orang saleh.Kejujuran adalah kunci keberkahan. Kalau kejujuran sudah hilang ditengah-tengah masyarakat, keberkahanpun akan hilang pula. Dan, apabila keberkahan sudah hilang, kehidupan menjadi kering, hampa tanpa makna.Kehidupan diwarnai dengan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, dan kekecewaan karena sulit mencari manusia yang jujur.

Adapun enam cara untuk menyerpurnakan shalat kita, meliputi :1. Semangat dan bergairah.Ketika kita akan menjalankan shalat, harus semangat dan bergairah, karena Allah SWT tidak senang melihat umat-umatnya bermalas-malasan. Allah sebagai penguasa, sehingga berhak memanggil siapapun. Oleh karena itu, kalau yang malas dilihat Allah adalah wajar. Mari kita sejenak untuk merenung dan mereviev (melihat ke belakang) pada tahun 2009, ketika kita bareng-bareng memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Ketika adzan dikumandangkan, bahkan sebelum adzan berkumandang, orang-orang pada berduyun-duyun menuju ke masjid terdekat. Kemudian toko-toko pada tutup, karena pemilik toko akan segera melaksanakan shalat . Hal ini juga sesuai sebagaimana firman Allah pada QS. Al-Jumuah, ayat (9) yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kau mengetahui.Sekarang kita coba bandingkan dengan keadaan di Indonesia atau lingkungan di sekitar kita. Sudahkan kita bisa melaksanakan sebagaimana yang diserukan muadzin pada saat adzan serta mengamalkan apa yang termaktup pada QS. Surat Jumuah (9) tersebut. Barangkali yang sering terjadi, nanti dulu ah belum iqamah, meskipun datang terlambatpun shalat kita tetap sah, namun yang membedakan adalah keutamaan shalat (dalam hal ini Allah lah yang lebih mengetahui).Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apa konsekuensi apabila kita terlambat atau tidak men-segerakan datang ke masjid untuk melaksanakan shalat???. Sebagaimana firman Allah pada QS. Surat Maryam (19) ayat (59), yang artinya Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya,maka kelak mereka akan tersesat. Menurut Said bin Musayyab, bahwa yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera shalat dhuhur hingga datang waktu Ashar, tidak segera shalat Ashar hingga datang waktu Maghrip, tidak segera Maghrip hingga datang waktu Isya , tidak segera shalat Isya sampai datang waktu Subuh, dan tidak segera shalat Subuh hingga terbit matahari, maka barangsiapa yang mati, sedang ia masih berbuat seperti itu dan tidak bertobat, niscaya Allah akan menetapkannya sebagai orang yang tersesat ke jurang Jahanam yang dalam dengan situasi yang sangat tidak enak.Allah SWT telah berfirman pada QS. Surat Al-Maaun (107), ayat (4-5), yang artinya Maka celakalah orang-orang yang mengerjakan shalat, (yaitu) orang-orang yang melalaikan shalatnya.. Melalaikan shalat maksudnya mengganggap ringan shalat. Saad bin Abi Waqqas mengatakan, yang artinya Saya bertanya kepada Rasul;ullah SAW, tentang oranmg yang melalaikan shalatnya, maka beliau menjawab : Maksudnya orang yang melambatkannya. (HR. Bazzar). Yang dimaksud melambatkan ialah menunda shalat sampai keluar waktunya dengan mengganggap remeh, maka orang semacam inilah yang kelak pada hari kiamat akan disiksa oleh Allah SWT, dengan siksaan neraka Wail; yaitu azab yng amat pedih.

2. Kehadiran hati.Untuk sementara waktu ketika akan shalat, kita harus mengosongkan hati dari kesibukan duniawi. Dalam sehari 24 jam, dengan meluangkan waktu sekitar 5-7 menit, bahkan kurang dari itu untuk shalat, adalah waktu yang sangat pendek dan tidak berarti.3. KhusyuTempatnya dalam hati4. Mengangan-angan makna.Orang yang mengerjakan shalat, sebaiknya mengerti dan akan arti bacaan shalat.5. Pandangan ke arah tempat sujud.Ketika melaksanakan shalat, pandangan harus ke arah sujud, meskipun kita berada di depan Kabah.6. Berdzikir dan berdoa setelah shalat.

PENUTUP : INDAHNYA SHOLAT : Bila engkau jadikan sholat itu hanya penggugur kewajiban, maka kau akan terburu-buru mengerjakannya. Bila kau jadikan sholat itu hanya sebagai kewajiban, maka kau tak akan menikmati hadirnya Allah saat kau mengerjakannya. Jadikanlah sholat itu pertemuan kau nanti dengan Tuhanmu (Allah). Jadikanlah sholat itu sebagai cara terbaik kau bercerita dengan Allah. Jadikanlah sholat itu sebagai kondisi terbaik untuk berkeluh kesah dengan Allah. Bayangkan ketika adzan berkumandang, tangan Allah melambai ke depanmu untuk mengajak kau lebih dekat dengan-NYA. Bayangkan ketika kau takbir, Allah melihatmu, Allah senyum untukmu dan Allah bangga terhadapmu. Bayangkan ketika rukuk, Allah menopang badanmu, hingga kau tak terjatuh, hingga kau rasakan damai dalam sentuhan-NYA. Bayangkan ketika sujud, Allah mengelus kepalamu. Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu : Aku Mencintai hamba-KU. Bayangkan ketika kau duduk diantara dua sujud, Allah berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan: Aku tak akan diam bila ada yang mengusikmu. Bayangkan ketika kau salam Allah menjawabnya , lalu kau seperti manusia berhati bersih setelah itu.Insyaa Allah, sungguh nikmat shalat yang kita lakukan . Aamiin ya Rabbal Alamin.

5. NASEHAT IMAM AL-GHAZALI.Dalam kitabnya Mukasyafah al-Qulub : Al-Muqanib ila Hadrah Allam al-Ghuyub fi Ilm at-Tashawwuf Imam al-Ghazali mengutip pernyataan Al-Fiqih Abu Layts tentang tanda takutnya seorang hamba pada Allah SWT. Menurut al-Fiqih Abu Layts, tanda takut pada Allah SWT tampak pada tujuh (7) hal :1. Lidahnya. Ia mencegahnya dari berkata dusta, menggunjing, memfitnah, menipu, dan perkataan yang tidak berguna. Sebaliknya, ia menyibukkannya dengan Dzikir pada Allah SWT, membaca Al-Quran, dan menghafal ilmu.2. Qalbunya. Ia keluarkan dari dalam qalbunya rasa permusuhan, kedengkian dan hasud. Penyakit qalbu ini tidak dapat diobati kecuali dengan ilmu dan amal.3. Pandangannya. Ia tidak memandang segala sesuatu yang diharamkan. Pandangannya juga tak ditujukan pada keduniaan dengan penuh kecintaan. Sebaliknya, ia memandang kepada sesuatu dengan mengambil pelajaran, tanpa memandang sesuatu yang tidak halal baginya.4. Perutnya. Ia tidak memasukkan ke dalam perutnya sesuatu yang haram.5. Tangannya. Ia tidak mengulurkan tangannya pada sesuatu yang haram. Tetapi ia menggunakannya untuk sesuatu yang mendatangkan ketaatan pada Allah SWT.6. Kakinya. Ia tidak berjalan untuk bermaksiat pada Allah, tetapi ia berjalan dalam ketaatan dan keridhaan-NYA, serta dalam bergaul dengan para ulama dan orang shaleh.7. Ketaatannya. Ia menjadikan ketaatannya semata-mata untuk mencari keridhoan Allah SWT serta takut akan riya dan munafik. (Mukasyafah al-Qulud :Al-Nuqanib ila Hadrah Allam al-Ghuyub fi Ilm at-Tashawwuf).

6. AWAS JANGAN TERJERUMUS DALAM GHIBAH/GOSIPKetika gaya hidup kapitalis-materialistik telah menjadi paradigma dominan, sedikit demi sedikit dan tanpa disadari, banyak orang mulai mengabaikan prinsip halal dan haram. Baik dan buruk tidak lagi ditimbang dengan ajaran agama. Tolok ukur kebenaran dan etika disandarkan kepada materi dan manfaat. Akhirnya sesuatu yang jelas-jelas haram dengan enteng dilanggar demi apa yang disebut profesionalisme, bisnis dan sebagainya.Ironisnya lagi, perbuatan-perbuatan haram tersebut dikemas sedemikian rupa hingga menjadi sebuah profesi untuk mencari nafkah. Contohnya adalah ghibah atau yang kita kenal pada zaman sekarang ini dengan istilah gosip. Gosip merupakan sebuah kata yang lumayan populer pada saat ini. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, menggosip sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Percakapan tanpa dibumbui gosip terasa tidak menarik walaupun mereka mengetahui bahwa menjadi bahan gosip tidak menyenangkan.Di zaman sekarang ini, ghibah atau gosip tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang keji dan menjijikan, akan tetapi dipandang sebagai hiburan sekaligus lahan bisnis yang menguntungkan, padahal ghibah adalah perbuatan keji dan menjinjikan.Memang benar, ghibah atau gosip dianggap remeh, dan telah dijadikan profesi oleh sebagian orang untuk mendapatkan apa yang namanya keuntungan, padahal Allah dan Rasul-NYA telah mengharamkan ghibah dengan dalil pelarangan yang bersifat pasti. Allah SWT berfirman :Artinya :Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan-kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian dari kamu menggunjing (gosip) sebahagian yang lain. Sukalah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati??? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujarat : 12).Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Qurthubiy menyatakan , Allah SWT telah melarang ghibah (gosip), yaitu menceritakan suatu hal yang ada pada diri seseorang. Adapun jika menceritakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada pada diri seseorang, maka ia sedang berdusta.Definisi ghibah (gosip) telah dijelaskan dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda : Tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan ghibah??? Para shahabat menjawab, Allah dan Rasul-NYA lebih tahu. Rasulullah bersabda, Kalian menyebut sesuatu dari kawan kalian yang ia sangat benci jika disebutkan. Para shahabat bertanya, bagaimana seandainya kami menceritakan apa yang memang terjadi pada saudara kami?. Rasulullah menjawab, Jika engkau menceritakan apa yang terjadi pada saudaramu berarti kamu telah menggunjingnya, dan apabila engkau menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada saudaramu, maka engkau telah membohonginya. (HR. Muslim).Al-Hasan menyatakan, ghibah itu ada tiga sisi. Semuanya telah disebutkan dalam kitabullah : yaitu al ghibah (menggunjing), al-ifki (gosip), dan al-buthaan (berdusta). Ghibah adalah menceritakan sesuatu yang memang ada pada diri saudaranya. Sedangkan al-ifki (gosip) adalah menceritakan sesuatu tentang saudaranya, dimana saudaranya itu tidak pernah menceritakannya kepada kita secara langsung. Sedangkan al-buthaan adalah menceritakan sesuatu yang tidak ada pada saudaranya.Pada dasarnya tidak ada perbuatan yang lebih menjijikan dari pada memakan daging, nanah serta darah dari bangkai saudaranya. Perbuatan semacam ini hanya dilakukan oleh orang yang tidak waras, dan berbudi pekerti rendah.Namun anehnya, betapa banyak orang yang suka melakukan ghibah (gosip), bahkan menjadikannya sebagai profesi untuk mendapatkan harta. Misalnya, para peekrja yang bergulat di bidang infotaiment. Seringkali mereka membuat program-program acara yang penuh dengan penggunjingan, dan gosip-gosip murahan. Acara ini dikemas sedemikian rupa sehingga sangat diminati pemirsa. Padahal, acara-acara semacam itu telah menjatuhkan siapa saja, pengelolanya maupun yang menyaksikan ke dalam dosa.

1.