eliminasi kdpk

Upload: sigit-nian-prasetyo

Post on 10-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

2.2Konsep kematian.2.2.1Pengertian kematian .Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan manusia(Buku Ajar Keperawatan Gerontik : 435).Pengertian kematian / mati adalah apabila seseorang tidak teraba lagi denyut nadinya tidak bernafas selama beberapa menit dan tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak.(Nugroho: 153).

2.2.2Penyebab kematian1.Penyakit.a.Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae).b.CVD (cerebrovascular disaese).c.CRF (chronic renal failure (gagal ginjal) ).d.Diabetes melitus (gangguan endokrin).e.MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) ).f.COPD (chronic obstruction pulmonary disaese)2.Kecelakaan (hematoma epidural).

2.2.3Ciri atau tanda klien lanjut usia menjelang kematian1.Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki2.Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya3.Kulit tampak pucat4.Denyut nadi mulai tak teratur5.Tekanan darah menurun6.Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.7.Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur.

2.2.3Tanda tanda meninggal secara klinis.Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu :1.Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.2.Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.3.Tidak ada reflek.4.Gambaran mendatar pada EKG.

2.2.4Tahap KematianTahap tahap ini tidak selamanya bruntutan secara tetapi dapat saling tindih. Kadangkadang klien lanjut usia melalui suatu tahap tertentu untuk kemudian kembali ketahap itu. Lama setiap tahap dapt bervariasi, mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah olah klien lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika perawat memperhatikan seksama dan cermat.(Nugroho:2008)1.Tahap Pertama ( Penolakan )Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasany, sikap itu ditandai dengan komentar saya?tidak, itu tidak mungkin. Selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak memerhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia bahkan menekan apa yg telah ia dengar atau mungkin akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan nonprofesional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa mau sudah diambang pintu.2.Tahap kedua (marah)tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali. Klien lanjut usia itu berkata mengapa saya? sering kali klien lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut usia lebih menganggap hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan disini merupakan mekanisme perthanan diri klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dankehidupan. Pada saat ini, perawat kesehatan harus berhati hati dalam memberi penilaian sebagai reaksi yang normal terhadap kemtian yang perlu diungkapkan.3.Tahap ketiga (tawar menawar )Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata , ya, benar aku, tapi... kemarahan biasnya mereda dan klien lanjut usia biasanya dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan tetapi, pada tahap tawar menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum mau tiba, dan akan menyiapkan beberpa hal, misalnya klien lanjut usia mempunyai permintaan terkhir untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.4.Tahap keempat (sedih/ depresi )Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata ya, benar aku hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena lanjut usia sedang dalam suaana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan dengan itu, dia harus meninggalkan semua hal menyenangkan yang telah dinikmatinya. Selam tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya perawat duduk dengan tenang disamping klien lanjut usia yang melalui masa sedihnya sebelum meninggal5.Tahap kelima (menerima/ asertif)Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.menjelang saat ini, klien lanjut usia telah membereskan segala urusan ysng belum selesesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin saja lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan . Dengan kata lain pasrah terhadap maut tidak berarti menerima maut.

2.2.5Pengaruh Kematian1.Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia :a.Bersikap kritis terhadap cara perawatan.b.Keluarga dapat menerima kondisinya.c.Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut.d.Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak dapat mengatasi rasa sedih.e.Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi.f.Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut dapat memperbesar beban emosi keluarga.g.Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan.2.Pengaruh kematian terhadap tetangga / teman :a.Simpati dan dukungan moril.b.Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan

2.2.6Pemenuhan kebutuhan klien menjelang kematian :a.Kebutuhan jasmaniah.Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda pada setiap orang. Tindakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( mis., sering mengubah posisi tidur, perawatan fisik, dan sebagainya ).b.Kebutuhan fisisologis.a)Kebersihan DiriKebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.b)Mengontrol Rasa SakitBeberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.c)Membebaskan Jalan NafasUntuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.d)BergerakApabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.e)NutrisiKlien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena atau Invus.f)EliminasiKarena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.g)Perubahan SensoriKlien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.c.Kebutuhan emosi.Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usiadalam menghadapi kematian.a)Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat ( ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah kematian ).b)Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya, lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak.c)Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.d.Kebutuhan sosialKlien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:a)Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.b)Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi.c)Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.d)Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya.e.Kebutuhan spirituala)Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.b)Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.c)Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.

2.2.7Pertimbangan khusus dalam perawatan :a.Tahap I ( penolakan dan rasa kesendirian ), mengenal atau mengetahui bahwa proses ini umumnya terjadi karena menyadari akan datangnya kematian atau ancaman maut.a)Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mempergunakan caranya sendiri dalam menghadapi kematian sejauh tidak merusak.b)Memfasilitasi klien lanjut usia dalam menghadapi kematian. Luangkan waktu 10 menit sehari, baik dengan bercakap cakap maupun sekedar bersamanya.b.Tahap II ( marah ), mengenal atau memahami tingkah laku serta tanda tandanya.a)Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengungkapkan kemarahannya dengan kata kata.b)Ingat, bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan, Mengapa hal ini terjadi pada diriku ? .c)Sering kali perasaan ini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai cara klien lanjut usia bertingkah laku.c.Tahap III ( tawar menawar ), menggambarkan proses seseorang yang berusaha menawar waktu.a)Klien lanjut usia akan mempergunakan ungkapan, seperti seandainya Saya...b)Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk menghadapi kematian dengan tawar menawar.c)Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan. Cara demikian dapat menunjukan kemampuan perawat untuk mendengarkan ungkapan perasaanya.d.Tahap IV ( depresi ), lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian yang tidak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedihan akan kematian itu sudah membayanginya.a)Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas. Jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarga menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekspresian kesedihanya. Anda boleh saja ikut berduka cita.b) Apakah saya akan mati ? Sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut usia tersebut hanya sekadar mengisi dan menghabiskan waktu untuk memperbincangkan perasaanya, bukannya mencari jawaban. Biasanya klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabanya. Apakah anda merasa akan meninggal dunia.e.Tahap V, membedakan antara sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap kematian yang akan terjadi. Sikap menerima : klien lanjut usia telah menerima, dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tak boleh menolak. Sikap menyerah : sebenarnya klien lanjut usia tidak menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal itu akan terjadi. Klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.a.Luangkan waktu untuk klien lanjut usia ( mungkin beberapa kali dalam sehari ). Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klieen lanjut usia. Oleh karena itu, sediakan waktu untuk mendiskusiakan perasaan mereka.b.Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan perhatianya sebanyak mungkin. Tindakan ini akan memberi ketenangan dan perasan aman.2.2.8Hak asasi pasien menjelang ajalLanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ia mati. Lanjut usia:1.Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah.2.Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan, walaupun dapat berubah.3.Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah mendekat dengan caranya sendiri.4.Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.5.Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberi rasa nyaman.6.Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.7.Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.8.Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.9.Berhak untuk tidak ditipu.10.Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima kematian.11.Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.12.Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak di hakimi atas keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain.13.Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.14.Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.

2.3Perawatan paliatif pada lanjut usia menjelang ajal2.3.1PengertianDalam memberi asuhan keperawtan kepada lanjut usia, yang menjadi objek adalah pasien lanjut usia (core), disusul dengan aspek pengobatan medis (cure), dan yang terakhir, perawatan dalam arti yang luas (care). Core, cure, dan care merupakan tiga aspek yang saling berkaitan dan saling berpengaruh. Kapanpun ajal menjemput, semua arang harus siap. Namun ternyata, semua orang, termasuk lanjut usia, akan merasa syok berat saat dokter memvonis bahwa penyakit yang dideritanyatidak bisa di sembuhkan atau tidak ada harapan untuk sembuh. Pada kondisi ketika lanjut usia menderita sakit yang telah berada pada stadium lanjut dan cure sudah tidak menjadi bagian yang dominan, care menjadi bagian yang paling berperan. Salah satu alternatif adalah perawatan paliatif.Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud dengan tindakan aktif antara lain mengurangi /menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis, social, dan spiritual.1.Tujuan perawatan paliatif.Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya di berikan kepada lanjut usia yang menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah di diangnosa oleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis, menderita kanker). Sebagaian besar pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut stadium paliatif, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (mis, kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis social, kultural, dan spiritual.Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang medis dan keperawatan, memungkinkan di upayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik, tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyman. Diperlukan pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia. Kualitas hidup adalah bebas dari segla sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut sehingga lebih menekankan rehabilitasi daripada pengobatan agar dapat menikmati kesenangan selama akhir hidupnya. Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat meringankan, bukan menyembuhkan. Jadi, perawtan paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangatdan motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai displin ilmu.

2.3.2Tim perawatan paliatifTim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja social medis, ahli gizi, rohaniawan, dan relawan. Perlu diingat bahwa tujuan perawatan paliatif adalah mengurangi beban penderitaan lanjut usia. Penderitaan terjadi bila ada salah satu apek yang tidak selaras, baik aspek fisik maupun psikis, peran dalam keluarga, masa depan yang tidak jelas, gangguan kemampuan untuk menolong diri, dan sebagainya.Untuk memahami dna mengatasi hal tersebut, peran tim interdisplin menjadi sangat penting / dominan. DR. Siti Annisa Nuhoni, Sp, RM dalam makalahnya, Konsep perawatan paliatif pada pasien kanker, mengatakan bahwa apa yang disebut sebagai gambaran klinis pasien tidak hanya gambaran seseorang yag sakit terbaring di tempat tidur , tetapi merupakan cerminan pasien sebagai individu dengan lingkungannya, keadaan rumah/tempat tinggalnya , pekerjaannya,teman,hobi,kesedihan, dan ketakutan.Keberhasilan keperawatan paliatif begantung pada kerjasama yang elektif dan pendekatan interdisplin antara dokter, perawat, pekerja sosial medis, rohaniawan, /pemuka agama/relawan/dan anggota pelayanan lain sesuai kebutuhan.Tim ini tidak mudah tanpa adanya semangat kebersamaan dalam memberi bantuan kepada pasien lanjut usia. Pemberi asuhan keperawatan pada pasien harus bekerjasama secara profesional,ihlas, dan dengan hati yang bersih. Perawatan paliatif lanjut usia bukan untuk intervensi yang bersifat kritis. Perawatan paliatif adalah perawatan yang terencana.walaupun dapat terjadi kondisi kritis dan kedaruratan medis yang tidak terduga, hal ini dapat diantisipasi, bahkan dapat dicegah melalui ikatan kerja tim yang solid dan kuat .

ASUHAN KEPERAWATAN PASIENMENJELANG AJAL DAN SAKARATUL MAUT

Kematian di definisikan sebagai kematian serebral yang diikuti oleh kematian somatik, pasien yang menghadapi kematian mempunyai harapan tertentu.Sakit gawat adalah suatu keadaan sakit yang menurut akal sehat klien lanjut usia itu tidak dapat lagi atau tiada harapan lagi untuk sembuh. Pasien yang menghadapi kematian mempunyai harapan tertentu kesiapan seseorang menghadapi kematian tergantung pada beberapa aspek antara lain:1.Aspek Psikologis:UsiaLoneliness (kesendirian) merasa sudah cukup berarti tugas sudah selesai.2.Aspek Spiritual:Tiga keutuhan dasar spiritual seseorang menghadapi kematian: menyadari dan menemukan makna hidup, meninggal dengan tenang menemukan makna hidup, meninggal dan tenang menemukan harapan hidup setelah mati.3.Aspek Sosial:Sosial isolation, menurunnya hubungan dengan orang lain.4.Aspek Fisik:Sakit terminal, sakit dalam waktu yang lama (kronis).Sakit yang akut

Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien menjelang ajal :1. Denial ( pengingkaran )Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya2. Anger ( Marah )Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal3. Bergaining ( tawar-menawar )Merupakan tahapan proses berduka dimana pasienmencoba menawar waktu untuk hidup4. Depetion ( depresi )Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman.

5. Acceptance ( penerimaan)Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

B. Sebab-sebab Kematian1.Penyakita.Keganasan, misalnya:a.Carsinoma Hatib.Carsinoma Mammaec.Carsinoma Parub.Penyakit Kronis, misalnya:a.CRF (Chronic Fenal Failure) : gangguan ginjalb.MCL (Myocard Infare) : gangguan kardiovaskuler.

2.Kecelakaan

C.Hak-hak asasi pasien menjelang ajal:1.Berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati.2.Berhak untuk tetap merasa punya harapan.3.Berhak untuk dirawat4.Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian5.Berhak untuk mengambil dan berpartisipasi mengenai perawatannya.6.Berhak untuk mengharapkan terus mendapatkan pelayanan medis.7.Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.8.Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri9.Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur.10.Berhak untuk tidak ditipu11.Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarga.12.Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.13.Berhak untuk mempertahankan individualitas.14.Behak untuk membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman keagamaan.15.Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.

D.HierarkiKebutuhan Seseorang Menjelang Ajal:1.Kebutuhan Integralitas BiologiBebas dari rasa sakit, mendapat gejala yang ringan tidak dalam keadaan lemah.2.Kebutuhan Safety dan ScurityAman merasa orang-orang berkata benar, percaya terhadap perawatan yang diberikan kepadanya beri kesempatan untuk mengungkapkan rasa takut.3.Kebutuhan BelongingBicara didengarkan mengungkapakn cinta dan berbagi cinta, bersama orang yang paling dekat.4.Kebutuhan Self EsteemTerjaganya identitas, merasa sebagai manusia normal yang baik dikehidupannya, mendapat respek seiring bertambahnya kelemahan, mendapat bantuan yang selayaknya.5.Kebutuhan Aktualisasi diri:Merasa berarti selama hidup dan ketika meninggal berbagi hal bijak dan pengalaman hidup dengan orang disekitarnya, pengalaman kematian sebagai tugas perkembangan.E.Ciri-Ciri Tanda-tanda Klien menjelang Ajal:1.Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada anggota badanbagian bawah.2.Menurunya Tanda Tanda Vital

Perawatan pasien sakaratul maut:a.Pengertian:Memberikan perawat khusus kepada pasien yang akan meninggal sakaratul maut.b.Tujuan:1.Memberi kepuasan dan ketenagaan kepada pasien dan keluarganya.2.Memberi kesan baik pada pasien lain disekitar.c.Persiapan alat:1. Tempat/ruang khusus (bila memungkinkan)2. Alat pemberian O23. Alat Resusitasi4. Tensi meter5. Stetoskop6. Pinset7. Kain kasa penekan dan air matang pada tempatnya8. Kertas tissue9. Kapas10. Handuk kecil/washlap untuk menyeka keringat pasien11. Alat tenun

d.Persiapan Pasien:1.Disisipkan sesuai agama dan kepercayaan2.Keluarga pasien diberitahu secara bijaksanae.Pelaksanaan:1.Pasien ditempatkan terpisah dari pasien lain.2.Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas3.Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien4.Usahakan pasien dalam keadaan bersih dan suasana tenang5.Bila bibir pasien kering, basahi dengan kain kasa basah6.Berikan bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan upacara keagamaan.

Perawatan pasien yang meninggal:a.Pengertian:Perawatan khusus kepada pasien yang baru saja meninggal.b.Tujuan:1.Memberihkan dan merapikan jenazah.2.Memberi rasa puas kepada keluarga pasien.c.Persiapan alat:1.Pakaian khusus (berakshort)2.Pembalut atau verban3.Bengkik4.Pinset5.Kapas lembab dan kain kasa secukupnya6.Pralatan yang diperlukan untuk membersihkan jenazah misal baskom7.Sprey/kain penutup jenazah8.Tempat pakaian kotor9.Surat kematian sesuai peraturan yang berlaku

d.Pelaksanaan:1.Keluarga pasien diberitahu dengan seksama, bagaimana jenazah akan dibersihkan.2.Petugas memakai pakaian khusus.3.Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai kebutuhan.4.Letak tangan pasien diatur menurut agama.5.Kelopak mata dirapatkan dan lubang-lubang pada tubuh ditutup.6.Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu7.Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan kedua ibu jari diikat verban.8.Jenazah ditutup rapi dengan kain penutup.9.Surat kematian harus diisi dengan lengkap.10.Jenazah dibawa ke kamar mayat.

Eliminasi1.1Pengertian EliminasiEliminasi adalah proses pembuangan sisia metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).1.2Kebutuhan eliminasi urineOrgan yang berperan dalam Eliminasi Urinea. GinjalMerupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.b. Kandung kemih (bladder, buli-buli)Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine).c. UretraMerupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.2.3Proses BerkemihUrine normal adalah pengeluaran cairan yang prosesnya tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra.Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan s`raf bila urinaria berisi 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).Ginjal memindahkan air dari darah berbentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu. Kemudian dikeluarkan melalui uretra.Komposisi urine :a. Air (96%)b. Larutan (4%)Larutan Organik: Urea, ammonia, keratin, dan asam uratLarutan Anorganik: Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.2.4Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urinea.Diet dan asupanJumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.b.Respon keinginan awal untuk berkemihKebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.c.Gaya hidupPerubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.d.Stres psikologisMeningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.e.Tingkat aktivitasEliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urineariajugadapatmenyebabkan.f.Tingkat perkembanganTingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.g.Kondisi penyakitKondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.h.SosiokulturalBudaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.i.Kebiasaan seseorangSeseorang yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.j.Tonus ototTonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.k.PembedahanPembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.l.PengobatanPemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.m.Pemeriksaan diagnostikPemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).2.5Gangguan/Masalah-masalah eliminasi urinea.RetensiAdanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.Menyebabkan distensi kandung kemih.Normal urine berada di kandung kemih 250 450 ml.Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 4000 ml urine.Tanda-tanda klinis retensiKetidaknyamanan daerah pubis.Distensi kandung kemihKetidak sanggupan unutk berkemih.Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 50 ml)Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.

PenyebabOperasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.Pembesaran kelenjar prostatStrukture urethra.Trauma sumsum tulang belakang.

b.Inkontinensi urineKetidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensi inkontinensi komplit. Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia inkontinensi sebagianPenyebab InkontinensiProses ketuaanPembesaran kelenjar prostatSpasme kandung kemihMenurunnya kesadaranMenggunakan obat narkotik sedativeJenis inkontinensi yang dapat dibedakan :Total inkontinensiAdalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perinela atau adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau kelainan neurologis.Stress inkontinensiKetidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen meningkat contohnya batuk, tertawa karena ketidaksanggupan sfingter eksternal menutup.Urge inkontinensiTerjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ketoilet tepat pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih.Fungisonal inkontinensiAdalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan sebagai inkontinensi persists karena secara fisik dan mental mengalami gangguan atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar mandi.Refleks inkontinensiAdalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung kemihnya penuh.c.EnuresisSering terjadi pada anak-anakUmumnya terjadi pada malam hari nocturnal enuresisDapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.Penyebab EnuresisKapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya.Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk kekamar mandi.Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, cekcok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedasAnak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.Perubahan pola eliminasi urineFrekuensiNormal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil. Canture / nokturia meningkatnya frekuensi berkemih pada malal hari, tetapi ini tidak akibat meningkatnya intake cairanUrgencyAdalah perasaan seseorang untuk berkemih. Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.DysuriaAdanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.PolyuriaProduksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik. Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.Urinari suppresiAdalah berhenti mendadak produksi urine. Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 120 ml/jam (720 1440 ml/hari) dewasa. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya 100 500 ml/hari. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan shock.2.6Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urinea. Pengumpulan Urine untuk Bahan PemeriksaanCara pengambilan urine antara lain:Pengambilan urine byasaMerupakan pengambilan urine dengan mengeluarkan urine secara byasa, yaitu buang air kecil. Byasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan. Dll.Pengambilan urine sterilMerupakan pengambilan urine dengan menggunakan alat steril. Dilakukan dengan katerisasiatau fungsi supra pubis yang bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.Pengambilanurine selama 24 jamMerupakan pengambilan urine yang di kumpulkan dalam waktu 24 jam. Bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jamdan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.Persiapan alat dan bahan1.Botol penampung beserta penutup2.Etiket khususProsedur kerja ( untuk pasien mampu buang air kecil sendiri )1.Cuci tangan2.Memberitahu tindakan yang akan di lakukan pada pasien3.Untuk pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, maka bantu untuk buang air kecil kemudian tamping dalam botol.4.Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri, maka anjurkan pasien untuk buang air kecil dan birkan urine yang pertama keluar dahulu, kemudian anjurkan menampung urine kedalam botol.5.Catat nama pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.6.Cuci tanganb.Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan UrinealHal ini dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine ( warna dan jumlah )Persiapan alat dan bahan1.Urineal2.Pengalas3.TisuProsedur kerja:1.Cuci tangan2.Memberitahu tindakan yang akan dilakukan pada pasien3.Pasang pengalas pada glutea4.Lepas pakaian bawah pasien5.Pasang urineal di bawah glutea/ pinggul atau di antara kedua paha.6.Anjurkan pasien untuk berkemih7.Merapikan alat8.Cuci tangan9.Menmdokumentasikan tindakan yang dilakukan. Catat warna, dan jumlah produksi urine.

c. Melakukan kateterisasiKaterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 2 type yaitu intermittent dan indwellingIndikasiTipe Intermitent1.Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi2.Retensi akut setelah trauma uretra3.Tidak mampu berrkemih akibat obat sedative atau analgesic4.Cedera tulang belakang5.Degenerasi neoromuskular secara progresif6.Untuk mengeluarkan urine residualTipe Indwelling1.Obstruksi aliran urine2.Post op uretra dan struktur disekitarnya3.Obstruksi uretra4.Inkontinensia dan disorientasi beratPersiapan alat dan bahan1.Sarung tangan steril2.Kateter steril3.Duk steril4.Minyak pelumas/jelly5.Larutan pembersih antiseptic ( kapas sublimat )6.Spuit yang berisi cairan7.Perlak dan alasnya8.Pinset anatomi9.Bengkok10.Urineal bag11.SampiranProsedur Kerja1.Cuci tangan2.Memberitahu tindakan yang akan dilakukan pada pasien3.Atur ruangan4.Pasang perlak5.Gunakan sarung tangan steril6.Pasang duk steril7.Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas kebawah8.Buka labia mayora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam9.Kateter diberi minyak pelumas/jelli pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik napas.10.Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades dengan menggunakan spuit bila dipasang permanen11.Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi kea rah samping12.Merapikan alat13.Cuci tangan2.7Kebutuhan eliminasi alvi ( Buang air besar )Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.2.8Proses Buang Air Besar (Defekasi)adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang.Secara umum, terdapat dua macam terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis.2.9Gangguan / Masalah Eliminasi Alvia.KonstipasiKonstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.b.DiareDiare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mula dan muntahc.Inkontinesia ususInkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.d.KembungKembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau ususe.HemorroidHemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lainf.Fecal ImpactionFecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.2.10Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasia.UsiaSetiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda.b.DietDiet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya.c.Asupan cairanPemasukana cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absopsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.d. AktivitasAktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasie. PengobatanPengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.f. Gaya hidupKebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang air besar di tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.h. PenyakitBeberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan system pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.i. NyeriAdanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomij. Kerusakan sensoris dan motorisKerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.2.11Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)a.Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaanb.Membantu pasien buang air besar dengan pispotc.Memberikan huknah rendahd.Memberikan huknah tinggie.Memberikan gliserinf.Mengeluarkan feses dengan jari