elektroforesis

23
ELEKTROFORESIS GEL AGAROSA Oleh: Nama : Kasriati Heruningsih NIM : B1J011155 Kelompok : 3 Rombongan : IV Asisten : Roman Bramandita LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER

Upload: kasriati-heruningsih

Post on 20-Jan-2016

337 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan elektroforesis

TRANSCRIPT

Page 1: elektroforesis

ELEKTROFORESIS GEL AGAROSA

Oleh:

Nama : Kasriati HeruningsihNIM : B1J011155 Kelompok : 3 Rombongan : IVAsisten : Roman Bramandita

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2013

Page 2: elektroforesis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode elektroforesis mulai berkembang akhir abad ke-19 setelah ditemukan

penelitian yang menunjukkan adanya penelitian yang menunjukkan adanya efek dari

listrik terhadap partikel-partikel atau molekul-molekul yang bermuatan listrik, dalam

hal ini termasuk juga protein. Elektroforesis berasal dari bahasa Yunani yang

mempunyai arti transport atau perpindahan melalui partikel-partikel listrik.

Metode elekroforesis telah digunakan dan dikembangkan di dalam teknik analisa

untuk penelitian di bidang biologi dan genetika. Di dalam ilmu biologi maupun

biologi molekuler, metode elektrorofesis banyak digunakan untuk taksonomi,

sistematik dan genetik dari hewan ataupun tumbuhan (Hiller dan Davidson, 1994).

Prinsip kerja dari elektroforesis gel agarosa adalah memisahkan sampel DNA

berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya.  Analisis

hasil amplifikasi dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa yang berperan sebagai

sirkuit elektrik untuk memisahkan fragmen-fragmen DNA berdasarkan jumlah

nukleotida penyusunnya. Semakin kecil ukuran pasang basa nukleotidanya, akan

semakin mudah bermigrasi dan berada di bagian gel yang dekat dengan anoda. Pita-

pita DNA yang terbentuk diamati dengan alat UV transiluminator dan penentuan

ukuran fragmen dilakukan dengan cara membandingkan mobilitas fragmen DNA

dengan DNA standar yang telah diketahui ukurannya (Radji et al., 2010).

Metoda elektroforesis gel agarosa didasarkan pada pergerakan mulekul

bermuatan dalam media penyangga matriks stabil di bawah pengaruh medan listrik.

Media yang umum digunakan adalah gel agarosa atau poliakrilamid. Elektroforesis

gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang berukuran lebih besar

dari 100 pb dan dijalankan secara horizontal, sedangkan elektroforesis poliakrilamid

dapat memisahkan 1 pb dan dijalankan secara vertikal. Elektroforesis poliakrilamid

biasanya digunakan untuk menentukan urutan DNA (sekuensing) (Suryanto, 2003).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melakukan cara kerja elektroforesis

gel agarosa.

Page 3: elektroforesis

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan yang digunakan adalah DNA marker (misalnya DNA λ yang dipotong

dengan Hind III), sampel DNA (missal DNA kromosom bakteri dan DNA kromosom

buah), agarosa, larutan buffer TAE 50x (242 g tris-base; 57,1 g asam asetat glacial;

100 ml EDTA 0,5 M pH 8; dilarutkan dalam akuades hingga 1000 ml), akuades,

Loading dye 6x (0,25% bromophenol blue; 0,25% xylene cyalol; 15% ficoll tipe

4000; EDTA 120 mM) dan larutan Etidium Bromid (EtBr).

Alat yang digunakan adalah gelas ukur 1000 ml, hot plate dan stirer, labu

erlenmeyer 50 ml, tabung eppendorf, sarung tangan, seperangkat mikropipet beserta

tipnya (Bio-Rad dan Axygen Scientific), kertas parafilm, seperangkat alat

elektroforesis, UV transluminator, kaca mata UV dan kamera digital.

B. Metode

1. Sebanyak 0,6 gram agarosa ditambahkan kedalam 500 ml larutan buffer TAE

1x. Larutan buffer TAE 1x dibuat dari 10 ml larutan buffer TAE 50x

ditambahkan dengan akuades sebanyak 490 ml.

2. Larutan tersebut dipanaskan dan dihomogenkan sampai homogen diatas hot

plate. Larutan didinginkan sampai suam-suam kuku kemudian ditambahkan 1

µl larutan EtBr dan dihomogenkan.

3. Baki gel agarosa disiapkan, lekatkan selotip di tiap ujung baki gel agarosa

(pastikan bahwa selotip melekat kuat dan tidak ada lubang pada masing-masing

ujung baki).

4. Sisir elektroforesis dipasang di salah satu ujung baki gel agarosa dengan posisi

hampir menyentuh dasar baki.

5. Larutan agarosa dituang ke dalam baki gel agarosa, biarkan hingga larutan

berubah menjadi gel yang padat. Sisir diambil dengan hati-hati, lepaskan

selotip dari ujung-ujung baki.

6. Masukkan baki yang telah berisi gel agarosa ke dalam tangki elektroforesis

yang telah diisi dengan larutan bufer TAE 1x (pastikan bahwa gel terendam

seluruhnya dalam TAE).

Page 4: elektroforesis

7. Siapkan sekitar 5 cm kertas parafilm di dekat tangki elektroforesis.

8. Masukkan 10 µl sampel DNA dan 2 µl loading dye 6x (hasil PCR) ke dalam

sumuran gel agarosa dengan cara mencampurkan kedua bahan tersebut terlebih

dahulu secara merata pada kertas parafilm menggunakan mikropipet, antara

sampel dan loading dye 5:1. Kemudian masukan DNA marka (DNA λ 1 µl)

menggunakan mikropipet.

9. Buatlah catatan mengenai nomor sumuran dan jenis sampel DNA yang

dimasukkan.

10. Hubungkan kabel dari sumber arus ke tangki elektroforesis (pastikan bahwa

kabel yang tersambung ke kutub negatif berada di dekat sumuran, sedang kabel

yang tersambung ke kutub positif berada jauh dari sumuran; jika tidak

demikian, ubahlah posisi baki/gel ke arah sebaliknya).

11. Nyalakan sumber arus, aturlah volatase dan waktu running hingga diperoleh

angka 100 V dan 30 menit dengan cara menekan tombol yang sesuai pada

sumber arus 400 mA.

12. Jalankan elektroforesis (lakukan running) dengan cara menekan tombol run

pada sumber arus.

13. Elektroforesis akan berhenti apabila waktu yang ditetapkan sudah habis, yang

ditandai oleh adanya bunyi alarm. Matikan sumber arus dan angkatlah baki dari

tangki elektroforesis.

14. Keluarkan gel dan letakkan di atas UV transluminator (letakkan selubung kaca

hitam di atas UV transluminator).

15. Nyalakan UV transluminator, amati pita-pita DNA yang tervisualisasi.

Dokumentasikan dengan kamera digital.

Page 5: elektroforesis

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Hasil Visualisasi Elektroforesis DNA

Keterangan :

1. DNA marka

2. DNA kromosom bakteri

3. DNA kromosom buah

1

2

3

Page 6: elektroforesis

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum kelompok 3 menggunakan sampel DNA

kromosom bakteri E. coli dan DNA kromosom buah pepaya menunjukkan bahwa

tidak terdapat pita DNA yang terwarnai, sehingga tidak dapat diketahui laju

migrasinya. Hal ini disebabkan karena beberapa kemungkinan, diantaranya adalah sel

tersebut belum lisis sehingga DNA tidak keluar dari sel atau DNA telah mengalami

degradasi pada waktu melakukan proses isolasi. Sedangkan menurut Soedarmadji

(1996) Hasil elektroforesis akan didapatkan pita-pita yang terpisahkan

berdasarkan berat molekulnya. Tebal tipisnya pita yang terbentuk dari pita

tersebut menunjukkan kandungan atau banyaknya molekul yang mempunyai berat

molekul yang sama dan berada pada posisi pita yang sama. Hal ini sejalan

dengan prinsip pergerakan molekul bermuatan, yakni molekul bermuatan dapat

bergerak bebas di bawah pengaruh medan listrik, molekul dengan muatan dan

ukuran yang sama akan terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau berdekatan.

Elektroforesis merupakan teknik yang digunakan untuk memisahkan dan

memurnikan fragmen-fragmen DNA ataupun RNA yang memiliki muatan listrik di

bawah pengaruh medan listrik. Prinsip elektroforesis adalah memisahkan molekul

berdasarkan muatannya. DNA yang bermuatan negative karena adanya gugus fosfat

akan bergerak ke arah kutub positif selama elektroforesis. Fragmen DNA mempunyai

muatan negative yang sama untuk tiap-tiap ukuran panjang, sehingga pergerakan

DNA ini akan memiliki kecepatan yang sama untuk mencapai kutub positif

(Nugroho, 2010).

Pergerakan yang sama antar molekul DNA ini tidak akan dapat digunakan

untuk memisahkan DNA berdasarkan ukurannya. Hal inilah yang menyebabkan

digunakannya gel untuk memperlambat pergerakan DNA. Gel ini merupakan polimer

sehingga akan membentuk semacam jaring-jaring untuk memerangkap DNA. DNA

dengan ukuran yang lebih besar akan lebih sulit melewati lubang atau pori dari gel

sehingga DNA dengan sendirinya akan terpisah berdasarkan besarnya ukuran karena

kemampuan dari DNA yang berbeda-beda dalam melewati pori dalam gel. Media

pendukung yang digunakan dalam elektroforesis, antara lain kertas/membrane

selulosa, gel pati, gel poliakrilamida, dan gel agarosa (Nugroho, 2010).

Elektroforesis gel merupakan teknik utama dalam biologi molekular dan

biasanya dilakukan untuk tujuan analisis, namun dapat pula digunakan sebagai teknik

Page 7: elektroforesis

preparative untuk memurnikan molekul sebelum digunakan dalam metode-metode

sekuensing DNA, atau immuno blotting yang merupakan metode-metode

karakterisasi lebih lanjut. Gel yang digunakan adalah agarosa yang berasal dari

ekstrak rumput laut yang telah dimurnikan. Marka atau penanda yang digunakan

pada proses running merupakan campuran molekul dengan ukuran berbedabeda yang

dapat digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel. Setelah tahap

running selesai, dilakukan metode staining dan destaining. Staining methods yaitu

pewarnaan gel agarosa dilakukan dengan menggunakan larutan etidium bromida

(Etbr) selama 15 menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar molekul sampel

berpendar dalam sinar ultraviolet. Destaining methods atau penghilangan warna

dilakukan dengan cara gel dimasukkan ke dalam air (akuades) selama 5 hingga 7

menit (Nugroho, 2010).

Hasil penelitian Hadi (2005) tentang karakterisasi fragmen DNA gen

glukoamilase (GLU1) produk PCR dengan analisis restriksi menunjukkan hasil

elektroforesis gel agarosa dengan urutan DNA marka sebagai berikut :

Gambar 1. Hasil elektroforesis gel agarosa 2%

Keterangan :

a. DNA kromosom Endomycopsis fibuligera ITB R cc.64 hasil isolasi.

b. DNA plasmid psfGLU1 (kontrol positif).

c. Fragmen DNA hasil PCR E. fibuligera ITB.R.cc.64.

d. FragmenDNA hasil PCR pSfGLU1.

Page 8: elektroforesis

e. Direct Load Wide Range DNA Marker.

Fungsi masing-masing dari bahan yang digunakan adalah diantaranya sampel

DNA kromosom bakteri dan DNA kromosom buah sebagai sampel, DNA marka

sebagai pembanding, buffer TAE ( tris-base 24,2 g sebagai penyeimbang pH DNA

sampel, asam asetat glasial 5,71 g sebagai elektrolit dan EDTA 0,5M 10 ml yang

berfungsi untuk menginaktifkan enzim DNAse), akuades untuk mencuci EtBr yang

tidak menyisip, loading dye 6x sebagai pemberat yang terdiri dari 0,25%

bromophenol blue (penanda jalannya DNA), 0,25% xylene cyalol (penanda paling

awal jalannya migrasi), 15% ficoll tipe 4000 (sebagai pemberat) dan EDTA 120 mM

(menginaktivasi DNAse), larutan Etidium Bromida sebagai pewarna yang akan

menyisip diantara basa-basa nitrogen DNA dan akan menunjukkan posisi fragment-

fragment dengan ukuran yang berbeda. Fungsi dari alat yang digunakan diantaranya

gelas ukur untuk menampung larutan, labu erlenmeyer berfungsi sebagai tempat

reaksi kimianya, mikropipet untuk mengambil larutan dengan ukuran yang sangat

kecil, sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari EtBr yang bersifat

karsinogenik dan juga mencegah DNase dari tangan mengkontaminasi bahan-bahan

yang akan digunakan, UV transiluminator berfungsi dalam proses visualisasi dan alat

elektroforesis yang sangat berperan selama proses elektroforesis berlangsung

(Situmorang, 1985). Menurut Gonzalez (2004), bahwa semakin besar ukuran

molekul DNA-nya, semakin rendah laju migrasinya, jika hubungan antara ukuran

molekul dan laju migrasi dipetakan dalam suatu grafik logaritmik, maka akan

diperoleh kurva linier. Semakin rapat agarosa maka hubungannya dengan laju

migrasi adalah semakin lambat, begitu sebaliknya apabila semakin renggang agarosa

maka laju migrasinya akan semakin cepat.

Macam – macam elektroforesis menurut Suryanto, (2003) adalah sebagai

berikut:

1. Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas sebagai

fase diam dan partikel yang terlarut sebagai fase gerak, terutama ion-ion

kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi sepanjang

system pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada muatan

atau valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan, konsentrasi

elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorbsivitas zat terlarut.

Page 9: elektroforesis

2. Elektroforesis gel kanji adalah teknik elektroforesis dikembangkan untuk

memisahkan biomolekul yang lebih besar. Tahun 1955 Smithies

mendemonstrasikan bahwa gel yang terbuat dari larutan kanji dapat digunakan

untuk memisahkan protein-protein serum manusia. Caranya yaitu dengan

menuangkan larutan kanji panas ke dalam cetakan plastik, setelah dibiarkan

mendingin kanji tersebut akan membentuk gel yang padat namun rapuh. Gel

kanji berperan sebagai fasa diam (stationary phase) yang menggantikan kertas

saring Whatman pada teknik terdahulu. Ternyata elektroforesis gel yang

diperkenalkan Smithies memicu ilmuwan lain untuk menemukan bahan kimia

lain yang dapat digunakan sebagai bahan gel yang lebih baik, seperti gel agarosa

dan polimer akrilamida. Penemuan elektroforesis gel kanji di awal karir Smithies

membawanya menerima hadiah nobel bidang kedokteran tahun 2007.

3. Teknik elektroforesis gel makin berkembang dan disempurnakan, hingga 12

tahun kemudian ditemukan gel poliakrilamida (PAGE = Polyacrilamide Gel

Electrophoresis) yang terbentuk melalui proses polimerisasi akrilamida dan bis-

akrilamida. PAGE ini sanggup memisahkan campuran DNA/RNA atau protein

dengan ukuran lebih besar. Meskipun aplikasi elektroforesis makin berkembang

luas, namun ternyata teknik ini masih menyerah jika digunakan untuk

memisahkan DNA dengan ukuran yang super besar, misalnya DNA kromosom.

Campuran DNA kromosom tidak dapat dipisahkan meskipun ukuran mereka

berbeda-beda.

4. Pulse-Field Gel Electrophoresis (PFGE). Pertengahan 1980-an, Schwartz dan

Cantor memberitahukan ide cerdasnya untuk memisahkan campuran DNA

berukuran super besar menggunakan teknik yang dinamakan Pulse-field

Gradient Gel Electrophoresis (PFGE), yang menggunakan pulsa-pulsa pendek

medan listrik tegak lurus yang arahnya berganti-ganti. Teknik PFGE kini

digunakan secara luas oleh para ahli biologi dalam studi genotyping berskala

masif, juga analisa epidemiologi molekular pada patogen.

5. Dua dimensi gel elektroforesis (2-D), sebuah teknologi yang memungkinkan

banyak digunakan untuk evaluasi banyak protein. Beberapa langkah dari proses

telah dioptimalkan selama beberapa tahun terakhir. Teknik ini memberikan suatu

penyelesaian yang sangat baik. Pengenalan elektroforesis gel different 2-D

Page 10: elektroforesis

(DIGE) memungkinkan perbandingan sampel protein yang berbeda dalam gel

yang sama, memperkuat analisis kuantitatif dari 2-D (Nilo et al., 2010).

Menurut Jusuf (2001) terdapat dua jenis elektroforesis, yaitu :

1. Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas sebagai

fase diam dan partikel bermuatan yang terlarut sebagai fase gerak, terutama ialah

ion-ion kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi

sepanjang sistem pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada

muatan atau valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan,

konsentrasi elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorpsivitas zat terlarut.

2. Elektroforesis gel ialah elektroforesis yang menggunakan gel sebagai fase diam

untuk memisahkan molekul-molekul. Awalnya elektoforesis gel dilakukan

dengan medium gel kanji (sebagai fase diam) untuk memisahkan biomolekul

yang lebih besar seperti protein-protein. Kemudian elektroforesis gel

berkembang dengan menjadikan agarosa dan poliakrilamida sebagai gel media.

Gel yang digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang

(crosslinked) yang porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Elektroforesis

gel terdiri dari gel pati, gel agar, dan gel poliakrilamid. Pemisahkan protein atau

asam nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau oligonukleotida), gel yang

digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida, dibuat dengan konsentrasi

berbeda-beda antara akrilamida dan zat yang memungkinkan pertautan silang (cross-

linker), menghasilkan jaringan poliakrilamida dengan ukuran rongga berbeda-beda.

Gel poliakrilamid merupakan gel elektroforesis yang paling sering digunakan karena

poliakrilamid lebih efektif untuk diaplikasikan pada asam nukleat, lipoprotein dan

lain-lain. Gel poliakrilamid dapat digunakan pada berbagai jenis protein dan asam

nukleat dengan ukuran 5 sampai 500 asam basa. Pemisahkan asam nukleat yang lebih

besar (lebih besar dari beberapa ratus basa), gel yang digunakan adalah agarosa (dari

ekstrak rumput laut) yang sudah dimurnikan. Gel pati berasal dari ektrak kentang.

Gel ini biasanya digunakan untuk memisahkan enzim dan protein dengan ukuran 100

kilo Dalton. Sumuran gel ini terletak ditengah-tengah yang bertujuan untuk

mengetahui suplai protein. Bila protein bersifat asam maka akan bermigrasi kekutub

negatif, bila bernigrasi ke kutub positif berarti bersifat asam. Apabila bersifat netral

maka tidak akan terjai migrasi (Mathew, 1990).

Page 11: elektroforesis

Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks penyangga yang

banyak dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat. Elektroforesis gel agarosa

adalah teknik untuk memisahkan molekul berdasarkan ukuran (berat molekul),

muatan listrik dan struktur fisik molekulnya. Elektroforesis DNA merupakan teknik

untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan

struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa digunakan antara lain agarosa.

Elektroforesis gel agarosa dapat dilakukan untuk memisahkan sampel DNA dengan

ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (bp). Gel poliakrilamid

(PAGE = polyacrilamida gel electrophoresis) merupakan matriks penyangga

yang banyak dipakai untuk separasi protein (Diaz-Alaniz, 2012).

Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan migrasi dari molekul protein

menurut Soedarmadji (1996) adalah sebagai berikut :

1. Ukuran molekul protein.

Migrasi molekul protein berukuran besar lebih lambat daripada migrasi

molekul berukuran kecil.

2. Konsentrasi gel.

Migrasi molekul protein pada gel berkosentrasi rendah lebih cepat

daripada migrasi molekul protein yang sama pada gel berkosentrasi tinggi.

3. Bufer (penyangga).

Dapat berperan sebagai penstabil medium pendukung dan dapat

mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion sebagai pembawa

protein yang bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan

meningkatkan panas sehingga aliran listrik menjadi maksimal. Hal ini

dapat mempercepat gerakan molekul protein. Kekuatan ion rendah dalam

bufer akan menurunkan panas sehingga aliran listrik akan sangat minimal dan

migrasi molekul protein sangat lambat.

4. Medium penyangga.

Medium pendukung ideal untuk elektroforesis adalah bahan kimia inert yang

bersifat relatif stabil, mudah ditangani dan mempunyai daya serap yang baik,

sebagai migrasi elektron atau penyaringan berdasarkan ukuran molekul

seperti gel poliakrilamid.

5. Jika ukuran pori dari medium kira-kira sama dengan molekul, maka

molekul yang lebih kecil akan berpindah lebih bebas di dalam medan

Page 12: elektroforesis

listrik, sedangkan molekul yang lebih besar akan dibatasi dalam

migrasinya. Besarnya pori-pori dapat diatur dengan mengubah

konsentrasi penyusun gel poliakrilamidnya yaitu akrilamid dan biakrilamid.

6. Kekuatan voltase.

Voltase yang dipakai rendah (100-500) V, kecepatan migrasi molekul

sebanding dengan tingginya voltase yang digunakan. Voltase yang dipakai

tinggi (500-10000) V, mobilitas molekul meningkat secara lebih tajam dan

digunakan untuk memisahkan senyawa dengan BM rendah serta jenis arus

yang dipakai selalu harus searah bukan bolak balik.

7. Temperatur medium disaat proses elektroforesis berlangsung.

Jika temperatur tinggi akan mempercepat proses bermigrasinya protein dan

sebaliknya jika temperatur rendah akan mengurangi kekuatan bermigrasinya

protein.

Page 13: elektroforesis

IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan

bahwa:

1. Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA

berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya.

2. Elektroforesis yang sering digunakan ada 3 macam yaitu, gel pati, gel

poliakrilamida, dan gel agarosa

3. Hasil yang didapat adalah DNA sampel tidak tervisualisasi, pita-pita dari

DNA sampel yang diamati tidak tampak pada elektroforesis gel agarosa.

4. Faktor yang mempengaruhi laju migrasi diantaranya adalah ukuran molekul

protein, konsentrasi gel, buffer (penyangga), medium penyangga, kekuatan

voltase dan temperatur medium disaat proses elektroforesis berlangsung.

B. Saran

Untuk praktikum selanjutnya setiap kelompok melakukan acara praktikum

dari pembuatan agarosa sampai visualisasi tidak beberapa kelompok dijadikan satu.

Sehingga praktikan lebih memahami dan mengerti cara kerja praktikum tersebut.

Page 14: elektroforesis

DAFTAR REFERENSI

Diaz-Alanis, A.A. Cuellar-Cruz, M. Romero, A.M. Marin, V.M. Urtiz-Estrada, N. Valles, E.G.R. Flores, M.C dan Ruiz-Baca, E. 2012. Analysis by genotyping and by two-dimensional gel electrophoresis of clinical isolates of Streptococcus mutans: A preliminary report. 6(1).

Hiller, A.J. & B.E. Davidson. 1994. The use of pulsed field gel elctrophoresis for microbial strain identification. Australasian Biotecnol. 4: 167-168.

Gonzalez, R. A. 2004. Morphological and RAPD analysis of hybridization between Quercus affinis and Q. laurina (Fagaceae), two Mexican red oaks. Am. J. of Bot. 91(3):401-409.

Hadi, S. 2005. Karakterisasi Fragmen DNA Gen Glukoamilase (GLU1) Produk PCR dengan Analisis Restriksi. Berk. Penel. Hayati: 11 (81–79).

Jusuf, M. 2001. Genetika I. Sagung Seto, Jakarta.

Mathew, Christopher K. 1990. Biochemistry The Benjamin. Cummings, California.

Nilo, R., Saffie, C., Lilley, K., Baeza-Yates, R., Cambiazo, V., Campos-Vargas, R., González, M., Meisel, L.A., Retamales, J., Silva, H. and Orellana, A. 2010. Proteomic analysis of peach fruit mesocarp softening and chilling injury using difference gel electrophoresis (DIGE). BMC Genomics, 11:43

Nugroho, A.R. 2010. Analisis Integrasi dan Ekspresi Gen Ketahanan Terhadap Geminivirus (AV1) pada Tembakau Transgenik. IPB, Bogor.

Radji, Maksum , Anglia Puspaningrum, dan Atiek Sumiati. 2010. Deteksi Cepat Bakteri Escherichia Coli dalam Sampel Air dengan Metode Polymerase Chain Reaction Menggunakan Primer 16E1 dan 16E2. Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi. Departemen Farmasi, FMIPA, Universitas Indonesia: Depok. Makara, Sains, 14 (1): 39-43.

Situmorang, M. 1985. Teknik Elektroforesis Agarosa. Erlangga, Jakarta.

Soedarmaji, S. 1996. Teknik Analisa Biokimiawi. Edisi Pertama.Liberty, Yogyakarta.

Suryanto Dwi. 2003. Melihat Keanekaragaman Organisme melalui beberapa Teknik Genetika Molekuler. Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.