laporan elektroforesis
TRANSCRIPT
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
BAB I
LANDASAN TEORI
Ringkasnya metode elektroforesis ini mulai berkembang akhir abad ke 19 setelah
ditemukan penelitian yang menunjukkan adanya efek dari listrik terhadap partikel-partikel
atau molekul-molekul yang bermuatan listrik, dalam ha1 ini termasuk juga protein
(PORNET, QUINCKE, HARDY. Dalm RICHARDSON dkk, 1986). Menurut PASSTEUR
dkk. (1988) elektroforesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti transport atau
perpindahan melalui partikel-partikel listrik.
1. 1. Struktur dan fungsi protein.
Sebelum melakukan metode elektroforesis guna mengetahui suatu populasi
ataupun sistematik dari suatu jenis hewan ataupun tumbuhan, sebaiknya didasari
terlebih dahulu dengan pengetahuan mengenai biokimia protein serta pengetahuan
tentang metode elektroforesis.
Bila dilihat dari struktur protein, hampir sebagian besar sel terbentuk dari
protein, karena di dalam sel bahan ini mencapai lebih dari separuh berat kering sel.
Protein akan menentukan bentuk dan struktur sebuah sel serta bertindak sebagai alat
utama pengenalan antar molekul dan proses katalis. Walaupun DNA menyimpan
informasi yang dibutuhkan untuk sebuah sel, peran langsungnya sangat kecil dalam
proses-proses di dalam sel (BRUCE dkk 1994).
Konformasi tiga demensi sebuah molekul protein ditentukan oleh urutan asam
aminonya. Dalam hal ini struktur pelipatannya dimantapkan oleh interaksi-interaksi
non kovalen antara bagian-bagian yang berbeda dalam rantai polipeptida. Asam-asam
amino dengan rantai-rantai samping yang hidrofobik cenderung menggerombol di
bagian sebelah dalam molekul, dan interaksi-interaksi ikatan hidrogen lokal antara
ikatan-ikatan peptids yang berdekatan menyebabkan terbentuknya alpha helix dan beta
sheet.
BRUCE dkk. (1994) mengatakan bahwa di dalam istilah komputer, DNA dan
mRNA dapat disamakan sebagai "perangkat lunak atau software" yaitu rangkaian
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
perintah yang diterima oleh sebuah sel dari induknya. Sedangkan protein dan molekul-
molekul RNA yang katalitik dapat dianggap sebagai "perangkat keras atau hardware",
yakni mesin pengeksekusi program-program yang tersimpan dalam memori.
DNA dan RNA adalah rantai-rantai nukleotida yang secara kimia hampir tidak
saling berbeda, sedangkan sebaliknya protein terbuat dari campuran 20 macam asam
amino yang sangat berlainan, masing-masing dengan sifat kimianya yang khas.
Keragaman inilah yang memungkinkan sifat kimia yang serba canggih dimiliki oleh
setiap protein, dan ini diduga dapat menjelaskan mengapa evolusi telah memilih
protein dari pada molekul RNA sebagai katalisator yang terbesar reaksinya di dalam
sel (BRUCE dkk 1994 dan RICARDSON dkk. 1986).
Menurut SCHULZ & SCHIRMER(1979) ada 16 asam amino yang berbeda
yang digunakan oleh hewan, dan masing-masing asam amino tersebut mempunyai
rantai samping yang berbeda pula. Rantai-rantai tersebut sangat berbeda dalam ukuran,
bentuk, dan perintah. Perintah tersebut dapat positif, negatif atau netral, bervariasi
untuk asam amino yang berbeda dan juga akan bervariasi dengan pH untuk setiap asam
amino.
Sedangkan fungsi biologi sebuah protein menurut BRUCE dkk. (1994) dan
RICHARDSON dkk. (1986) bergantung pada sifat-sifat kimia rinci di permukaannya.
Tempat-tempat pengikatan yang berupa rongga-rongga di permukaan protein dibentuk
oleh penempatan rantai-rantai samping asam amino secara tepat melalui pelipatan
protein. Dengan mengikat sangat kencang molekul-molekul antara pada reaksi-reaksi
yang tidak mantap, enzim-enzim mengkatalis perubahan-perubahan kimia pada
molekul-molekul substrat yang terikat, sering kali dengan bantuan molekul-molekul
ko-enzim yang kecil dan terikat kencang untuk menambah kecanggihan kimiawinya.
Laju-laju rekasi enzim sering dibatasi oleh difusi namun dapat ditingkatkan bila enzim
dan substratnya dikurung dalam kompartement kecil yang sama.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Protein alosterik dapat berubah-ubah bentuk bila ada ligan (sebuah molekul
protein mengikat sebuah molekul lain, maka molekul kedua disebut dengan ligan)
yang terikat pada permukaannya. Perubahan yang ditimbulkan oleh sebuah ligan sering
berpengaruh terhadap pengikatan ligan yang lain, karena itu membentuk suatu
mekanisme untuk pengaturan berbagai proses dalam sel. Perubahan-perubahan protein
seperti itu dapat dibuat terarah apabila diberi energi kimia tambahan. sebagai contoh,
apabila ATP, protein-protein dapat melakukan kerja yang bermanfaat misalnya
membangkitkan gaya mekanik atau memompa ion-ion agar dapat memintas sebuah
membran. "Mesin-mesin protein" yang sangat efisien dapat dibentuk dengan cara
menyertakan protein-protein yang selalu bergerak ke dalam kompleks-kompleks
multienzim; kompleks protein semacam ini tampaknya berfungsi menyelenggarakan
berbagai reaksi biologi yang utama BRUCE dkk. (1994) dan RICARDSON dkk.
(1986).
DNA dapat diisolasi dari setiap bagian mahkluk hidup yang mengandung
nukleus/ inti sel, dengan langkah-langkah berikut :
o Pengumpulan/panen sel-sel (cell harvest)
o Pemecahan sel-sel (cell lysis)
o Pencernaan protein agar asam nukleat dilepaskan (protein digestion)
o Pengendapanan DNA (DNA precipation
1. 2. Prinsip
Ada tiga prinsip utama dalam isolasi DNA yakni penghancuran (lisis), ektraksi
atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian
DNA. Prinsip elektroforesis agarose adalah teknik pemisahan asam nukleat/ protein
berdasarkan perbedaan medan listrik, molekul dan partikel bermuatan akan bergerak
ke arah elektrode yang memiliki muatan berlawanan di bawah pengaruh medan listrik.
Prinsip elektroforesis SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrilamide Gel
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Reaction) teknik pemisahan protein darah dengan migrasi komponen acrilamida
berdasarkan perbedaan berat molekul.
1. 3. Difinisi Elektroforesis.
Elektroforesis adalah suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan pada
pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam medan listrik (titik
isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik dipengaruhi oleh bentuk, ukuran,
besar muatan dan sifat kimia dari molekul (TITRAWANI 1996). Pemisahan dilakukan
berdasarkan perbedaan ukuran berat molekul dan muatan listrik yang dikandung oleh
makro-molekul tersebut. Bila arus listrik dialirkan pada suatu medium penyangga yang
telah berisi protein plasma maka komponen-komponen protein tersebut akan mulai
bermigrasi (RICARDSON dkk. 1986).
Menurut STENESH dalam TITRAWANI (1996) teknik elektroforesis dapat
dibedakan menjadi dua cara, yaitu : elektroforesis larutan (moving boundary
electrophoresis) dan elektroforesis daerah (zone electrophoresis). Pada teknik
elektroforesis larutan, larutan penyangga yang mengandung makro-molekul
ditempatkan dalam suatu kamar tertutup dan dialiri arus listrik. Kecepatan migrasi dari
makromolekul diukur dengan jalan melihat terjadinya pemisahan dari molekul (terlihat
seperti pita) di dalam pelarut. Sedangkan teknik elektroforesis daerah adalah
menggunakan suatu bahan padat yang berfungsi sebagai media penunjang yang berisi
(diberi) larutan penyangga.
Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA
berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa
digunakan antara lain agarosa. Dengan gel agarosa dapat dilakukan pemisahan sampel
DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (pb).
Molekul DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan
bermigrasi melalui matriks gel menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran
molekulnya, makin rendah laju migrasinya. Berat molekul suatu fragmen DNA dapat
diperkirakan dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-
fragmen molekul DNA strandar (marker) yang telah diketahui ukurannya. Visualisasi
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
DNA selanjutnya dilakukan di bawah paparan sinar ultraviolet setelah terlebih dulu gel
direndam di dalam larutan etidium bromid.
Mobilitas fragmen DNA pada gel elektroforesis sangat dipengaruhi oleh
komposisi dan kelarutan ion buffer elektroforesis. Jika konsentrasi ion-ion sangat
sedikit maka konduktifitas listrik sangat kecil dan migrasi DNA menjadi lambat.
Konsentrasi ion yang berlebih akan mengakibatkan gel mencair dan DNA
terdenaturasi. Selain buffer elektroforesis, teknik elektroforesis DNA juga memerlukan
loading buffer. Buffer ini berfungsi meningkatkan densitas sampel sehingga fragmen
tersebut berada di dasar well dan tidak menyebar. Fungsi lainnya adalah memberi
warna pada fragmen DNA sehingga mempermudah pengamatan proses elektroforesis.
Buffer ini dapat juga membantu pergerakan sampel ke anoda. Ukuran fragmen DNA
hasil pemotongan dengan endonuklease restriksi dapat ditentukan dengan memakai
penanda DNA (marker). Penanda DNA adalah fragmen DNA yang telah diketahui
ukurannya (Sambrook et al.1989).
Media penunjang yang biasa dipakai adalah gel agarose, gel pati, gel
poliakrilamida dan kertas sellulose poliasetat. Adapaun menurut SARGENT &
GEORGE (1975) elektroforesis daerah disebut sebagai elektroforesis gel dengan dua
buah model yaitu horizontal dan vertikal. Metode yang biasa digunakan adalah model
horizontal, karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu peralatan yang digunakan
sangat sederhana, relatif murah dan pemisahan untuk enzim tertentu dapat
menghasilkan pemisahan yang lebih baik.
a) Elektroforesis Gel (Gel Electrophoresis)
Elektroforesis Gel : teknik pemisahan dari DNA, RNA, dan protein
menggunakan dan protein menggunakan arus listrik pada matrik gel.
Metode elektroforesis gel
Elektroforesis gel agarosa (Agarose Gel Electrophoresis): digunakan untuk
separasi DNA dan RNA (200-50,000 pg ) asangan basa)
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Elektroforesis gel poliakrilamid (Poliacrylamide gel electrophoresis): digunakan
untuk separasi protein, dan DNA/RNA molekul “kecil”
Elektroforesis kapiler (Capillary electrophoresis)
1. 4. Kegunaan Metode Elektroforesis.
Telah disebutkan di atas bahwa pola protein tertentu dari satu spesies hewan
berbeda, secara elektroforesis akan memperlihatkan pola protein yang berbeda pula
pada hewan lainnya. Faktor tersebutlah yang menyebabkan pola protein dapat
digunakan untuk membedakan spesies hewan. Perbedaan pola protein inilah yang
seringkali digunakan sebab untuk membedakan populasi secara tepat kadangkala tidak
dapat dilakukan apabila hanya menggunakan pengamatan melalui morfologis saja.
Fenomena ini pula yang menyebabkan metode elektroforesis banyak dilakukan untuk
pengamatan taksonomi, sistematik dan genetik serta untuk mengindentifikasi spesies
hewan maupun tumbuhan (bio-sistematik). Dapat pula digunakan untuk melihat
phylogenetic reconstruction (rekonstruksi secara Filogenetik) dari suatu jenis hewan
atau tumbuhan.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
1. 5. Elektroforesis.
Sebelum dilakukan percobaan sebaiknya disiapkan dahulu alat dan bahan kimia
yang akan digunakan. Alat yang biasa digunakan adalah tabung Eppendorf,
mikropipet, tip, mortat, tabung Erlenmeyer, gelas ukur, penangas air (dengan suhu
80°C), magnetic stir rer, magnectic bar, sentrifuga, pinset, timbangan, pompa vacum,
cetakan gel 20 x 16 x 1 cm3, timer, meja pendingin, pembungkus plastik, freezer,
kawat halus untuk memotong gel, inkubator, power supply, pisau, penggaris, spidol,
kantong plastik tebal untuk menyimpan gel setelah pewarnaan, nampan plastik, spons
dan alat-alat tulis.
Sedangkan untuk bahan kimia yang digunakan, tergantung dari hewan atau
tumbuhan enzim apa yang akan diuji. Seperti misalnya larutan pengekstra yang
digunakan untuk jenis udang-udangan berdasarkan DICKSON dkk, (1983) adalah
menggunakan sistem enzim Esterase (EST), dan Malat dehidrogenase (MDH).
WIKNESWARI (1995) menggunakan Malik Enzim (ME), serta CHELIAK & PITEL
(1984) menggunakan Phosphat glukosa isomerase (PGI) dan lain sebagainya. Untuk
menentukan sistem enzim tersebut sebelumnya dilakukan uji optimalisasi terlebih
dahulu terhadap hewan yang akan diujikan.
Cara kerja terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. ekstraksi enzim, 2. pembuatan
gel pati, 3. penempatan sampel, 4. proses elektroforesis, 5. visualisasi sistem enzim, 6.
observasi gel dan 7. Metode analisis.
1. Ekstraksi enzim
Setelah sample dibersihkan ditempatkan di dalam mortar dan diberi larutan
pengekstrak sebanyak + 200 µ (tergantung dari banyak, sedikitnya sampel atau
besar kecilnya sampel). Kemudian sampel digerus hingga halus. Penggerusan
dilakukan pada kondisi dingin (+4°C) dan dilakukan di dalam meja pendingin,
agar suhu tetap konstan. Hasil gerusan tersebut dimasukkan ke dalam tabung
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Eppendorf dan kemudian dilakukan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama
20 menit. Supernatan yang didapat dipisahkan dari endapan, yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf dan disimpan dalam lemari pendingin
(Freezer) dengan suhu sekitar -70°C.
2. Pembuatan gel pati.
Pembuatan gel pati biasanya bermacam macam. Ada yang berasal dari pati
kentang, dan lain sebagainya. Setelah ditentukan banyaknya pati, maka diberikan
larutan buffer morfolin sitrat dengan pH 6.1 sebanyak 350 ml di dalam labu
erlenmeyer 1000 ml. Campuran tersebut kemudian dipanaskan dalam penangas air
dengan suhu + 80 °C, selama 25 menit. Panaskan lagi dengan magnetic bar dan
diaduk dengan menggunakan magnetic strirer selama 5 menit hingga mengental
membentuk gel yang bening.
Setelah gel mendidih, dilakukan pengisapan gelembung udara dengan cara diisap
dengan "water jet pump" dan setelah dingin, gel dituangkan ke dalam cetakan gel
yang berukuran 20 x 16 x 1 cm3 hingga rata dan biarkan mengeras pada suhu
kamar lebih kurang 60menit.
3. Penempatan sampel
Gel dilepaskan dari cetakan gel dengan cara mengiris keliling tepi gel dengan
menggunakan pisau. Bagian ujung gel diiris kira 2 cm dari salah satu tepinya yaitu
dari arah kotada yang dipakai sebagai penyimpan ekstra enzim.
Ekstrak enzim yang akan diuji dikeluarkan dari freezer dan biarkan sebentar
hingga mencair. Pengambilan ekstrak enzim dilakukan dengan cara mencelupkan
kertas saring berukuran 6x15 mm ke ekstrak enzim. Potongan kertas saring yang
telah berisi ekstrak enzim diletakkan dengan posisi tegak lurus ke celah irisan gel.
Jarak antara celah 1-1.5 mm. Sebagai indikator adanya pergerakkan maka pada
celah irisan gel tersebut diberikan sedikit biru brom fenol.
4. Proses elektroforesis
Gel yang telah siap kemudian diletakkan secara horizontal di atas kotak
elektroforesis yang telah berisi larutan penyangga elektroda. Proses ini dilakukan
di dalam lemari pendingin dengan suhu 4 °C.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Kedua sisi gel diberi spons yang telah dibasahi dengan larutan penyangga
elektroda sebagai jembatan antar larutan penyangga elektroda dengan gel. Setelah
itu gel ditutup dengan plastik dan di atas gel tersebut diberi gel yang dingin.
Proses elektroforesis dijalankan dengan memberi daya listrik pada gel. Pemberian
daya listrik disesuaikan dengan sampel yang akan digunakan, misalnya sebesar 50
- 70 µA, 50-60 µA atau 45-55 µA selama kurang lebih 3 jam.
Setelah terlihat bahwa biru brom fenol mencapai titik yang berjarak + 3 cm
dari ujung gel, maka proses elektroforesis dihentikan. Bagian gel yang tidak
terpakai dipotong, sedangkan potongan gel yang menjadi tempat migrasi enzim
diiris tipis secara horizontal dengan menggunakan gergaji yang berkawat tipis.
Gel diiris menjadi beberapa lembar gel yang kemudian setiap lembar diletakkan
dalam wadah plastik, untuk selanjutnya diwarnai sesuai enzim yang akan
dianalisis.
5. Visualisasi sistem enzim
Visualisasi sistem dilakukan dengan pewarna biokimia. Dengan komposisi yang
telah ditentukan sebelumnya.
6. Metode analisis
Dalam hal ini cara menganalisa hasil pita dari elektroforesis tersebut sangat
tergantung dari topik apa yang akan diteliti. Hasil visualisasi enzin berupa bintik
atau noda yang disebut pola pita (bandmorp). Macam pola pita dibedakan atas tipe
pola pita yang terbentuk. Semua tipe pola pita yang berbentuk diinterpretasikan
sebagai lokus isozim dan alel yang kemudian dijadikan dasar dalam pengukuran
parameter-parameter yang ada dalam suatu populasi (NEI 1977; BROWN &
WEIR 1983; ROTHE 1995). Lokus isozim adalah struktur gen yang memiliki
kemampuan menghasilkan enzim pengkatalisis reaksi biokimia tertentu,
sedangkan alel adalah salah satu dari dua atau lebih bentuk gen yang dapat
muncul pada satu lokus (SUZUKI dkk. 1993). Metode analisis dapat dilakukan
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
dengan beberapa cara misalnya metode analisis ekspresi alel, atau metode analisis
fenetik dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk menangani sampel dari mulai pengambilan di lapangan hingga
penyimpangan dapat diterangkan sebagai berikut:
Koleksi Sampel
Agar proses elektroforesis dapat berhasil dengan baik, tidak lepas dari proses
pengambilan sampel di lapangan. Untuk pengambilan sampel sangat
diperlukan pengertian dan pengetahuan yang benar terhadap metode serta
sampling yang digunakan. Disamping juga pengetahuan mengenai dasar bio-
kimia dari protein. Karena proses elektroforesis sangat berpengaruh dengan
jaringan-jaringan dan protein yang terdapat pada hewan koleksi.
Sampel yang akan diambil sedapat mungkin harus segar atau untuk hewan
diusahakan agar tetap hidup dan tidak boleh diawetkan dengan menggunakan
bahan pengawet alkohol ataupun formalin. Atau apabila hewan tersebut mati,
maka sebaiknya disimpan dalam bentuk dingin atau membeku (masukkan
dalam ice box yang diberi dry es atau masukkan ke dalam larutan nitrogen
cair).
Penanganan dan Penyimpanan Sampel
Apabila telah diperoleh sampel yang diinginkan, maka sampel segera dibawa
ke laboratorium untuk disimpan ke dalam freezer dengan suhu -50°C. Sampel-
sampel tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu panjang, hingga proses
elektroforesis siap dilakukan. Sebelum dimasukkan ke dalam freezer, sampel
disimpan dalam kotak plastik atau bila dalam bentuk jaringan atau supernatan
dapat dimasuukan ke dalam tabung Eppendorf.
Bahan
1. Sampel: Daging sapi dan daging bagi
2. Kit isolasi (High Pure PCR Template Preparation Kit)
a. Tissue Lysis Buffer
b. Proteinase K
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
c. Binding Buffer
d. Inhibitor Removal Buffer
e. Wash buffer
f. Elution buffer
g. Collection Tube
h. Filter tube
Alat
1. Microsentrifuge tube Vol. 1,5 ml (steril)
2. Micropipette 20-200 µl
3. Micropipette 100-1000 µl
4. Tips kuning (20-200 µl) steril
5. Tips biru (100-1000 µl) steril
6. Tangkai pisau bedah dan pisau bedah (steril)
7. Aluminium Foil
8. Vortex
9. Sentrifugator
Prosedur
1. Daging sapi dan daging babi masing-masing dipotong halus dan ditimbang 100 mg.
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam Microsentrifuge Tube untuk 1,5 ml
yang telah diberi label
2. Masing-masing tube tersebut ditambahkan 200 µl Tissue Lysis Buffer, kemudian
dihomogenkan dengan cara up and down.
3. Masing-masing ditambahkan 40 µl Proteinase K, dihomogenkan dengan vortex
selama 2 menit.
4. Kedua tube tersebut diinkubasi dalam water bath bersuhu 55-57 C selama 24 jam.
5. Masing-masing tube ditambahkan 200 µl Binding Buffer (berfungsi untuk mengikat
DNA agar terikat dalam filter), divortex 2 menit, dan diinkubasi dalam water bath 70
C selama 10 menit hingga membentuk larutan yang homogeny. ( jika belom
homogeny, waktu inkubasi ditambahkan).
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
6. Masing-masing ditambahkan 100 µl Isopropanol Absolut untuk presipetasi DNA,
divortex 1 menit
7. Masing-masing campuran dipipet seluruhnya dan dimasukkan ke dalam Filter Tube
yang telah dipasangkan Collection Tube. Divortex 2 menit, kemudian disentrifugasi 1
menit dengan kecepatan 8700 rpm. Cairan yang melewati filter dibuang bersamaan
collection tube. Filter tube dipasangkan dengan collection tube baru.
8. Masing-masing ditambahkan 500 µl Inhibitor Removal Buffer. Divortex 2 menit,
kemudian disentrifugasi 1 menit dengan kecepatan 8700 rpm. Cairan yang melewati
filter dibuang bersamaan collection tube. Filter tube dipasangkan dengan collection
tube baru.
9. Masing-masing ditambahkan 500 µl wash buffer. Divortex 2 menit, kemudian
disentrifugasi 1 menit engan kecepatan 8700 rpm. Cairan yang melewati filter
dibuang bresaaan collection tube. Filter tube dipasangkan dengan collection tube baru.
10. Masing-masing ditambahkan kembali 500 µl wah buffer. Divortex 2 menit, kemudian
disentrifugasi 1 menit dengan kecepatan 8700 rpm.
11. Cairan yang melewati filter dibuang, collection tube dipasangkan kembali.
Disentrifugasi 2 menit dengan kecepatan 8700 rpm untuk menghilangkan sisa Wash
Buffer. Cairan yang melewati filter dibuang bersamaan collection tube. Filter tube
dipasangkan dengan Microsentrifuge Tube steril.
12. Masing-masing ditambahkan 100 µl Elution Buffer (telah dihangatkan pada suhu 70
C minimal 5 menit). Divortex 2 menit, kemudian disentrifugasi 1 menit dengan
kecepatan 8700 rpm. Perlakuan ini dilakukan2 kali.
13. Filter tube dilepaskan dari Microsentrigue tube. Pada microsentrifuge tube telah
mengandung DNA terpurifikasi dan disimpan pda suhu 2 C untuk dianalisa
selanjutnya.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
BAB II
METODOLOGI
Judul Praktikum
Analisis DNA Babi dan Sapi dengan metode Elektroforesis
Tempat, Tanggal Praktikum
Laboratorium PNA. Jum’at, 20 juni 2014
Bahan
1. Aquabidest 500 ml
2. Larutan buffer TAE 10 x ( mengandung 24.2 gr Tris Base; 10 ml EDTA 0,5 M pH
8;5.7 ml As. Asetat Glacial; aquabidest Add 500 ml)
3. Agarose
4. Loading Dye
5. Ethidium Bromide 10 mg/ml
Alat
1. Micropipette 1-10 µl
2. Tips putih 1-10 µl
3. Satu set alat elektroforesis
4. Aluminium foil
5. Gel documentation
6. Spatula
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
7. Gelas ukur
8. Pipet tetis
9. Kaca arloji
10. Erlenmeyer
11. Hot plate
Prosedur Pembuatan
a. Pembuatan buffer elektroforesis TAE 1x, 1 liter
- 50 ml TAE 10 x dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml
- Add aquabidest sampai tanda batas dan dihomogenkan
b. Pembuatan gel agarosa 1%
- 0.5 gr agarosa dilarutkan dengan 50 ml TAE 1x
- Dipanaskan diatas hot plate sampai larutan menjadi bening dan mendidih.
Dihomogenkan.
- Larutan agarosa didiamkan hingga suhu 60 C dan ditambahkan 25 µl etidium
bromide 10 mg/l, diaduk hinga homogeny
- Larutan dituangkan pada gel caster dan comb disisipkan untuk membuat well
(sumur). Larutan agarose dibiarkan hingga mengeras.
- Gel diletakkan pada chamber electrophorsesis dengan posisi well pada muatan
negative (warna hitam). Kemudian buffer TAE 1x dituang hingga gel terendam
dalam chamber electrophoeresis namun tidak melebihi garis batas max buffer.
c. Loading sample
- Masing-masing sebanyak 5 µl DNA hasil isolasi ditaruh diatas aluminium foil.
Kemudian masing-masingnya ditambahkan 1 µl loading dye dan dihomogenkan
dengan menaik turunkan mikropipet.
- Masing-masing campuran tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam well agar
telah terpasang pada chamber
d. Running sampel
- Chamber ditutu rapat dan kabel chamber dihubungkan dengan power supply
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
- Running sampel dilakukan selama 45 menit dengan voltase 90 Volt 400 mA.
e. Dokumentasi gel agarose dengan gel Documentation
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Terlihat terbentuknya pita saat gel diamati diatas sinar UV.
Pembahasan
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Saat praktikum, kami melakukan elektroforesis dengan menggunakan sampel DNA
sapi dan DNA babi. Elektroforesis merupakan suatu teknik pemisahan molekul selular
berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan medan listrik yang dialirkan pada suatu
medium yang mengandung sampel yang dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan
memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan
negatif (Yuwono, 2005). Adapun perbedaan dari elektoforesis agarose dan SDS PAGE
adalah pada SDS PAGE yang dianalis adalah proteinnya. Prinsip kerjanya adalah jika
molekul yang bermuatan negatif (DNA) dilewatkan melalui suatu medium, misalnya gel
agarose, kemudian dialiri arus listrik dari satu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya
(positif), maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif
(Elektroforesis) melalui membran matriks gel agarose tersebut (Yuwono, 2005).
Dalam praktikum ini jenis elektroforesis yang digunakan adalah elektroforesis zona
dan menggunakan teknik elektroforesis horizontal karena menggunakan gel agarose yang
diletakkan pada alat elektroforesis secara horizontal dan teknik ini difungsikan untuk
analisais DNA. Proses isolasi DNA terdiri dari tiga tahapan diantaranya, lisis jaringan dan
membran sel, pemisahan DNA dari protein sel, dan presipitasi DNA.
Siapkan daging sapi dan daging babi lalu dipotong halus agar luas permukaan kontak
dengan reagen kimia lebih luas dan kemudian ditimbang. Kemudian masing masing
dimasukkan ke dalam microsentrifuge tube yang telah diberi label. Selanjutnya ditambahkan
Tissue lysis Buffer yang berfungsi untuk melisiskan sel. Lisis sel berfungsi untuk
mengeluarkan DNA yang terdapat di dalam sel dapat dipisahkan untuk dianalisa. Selanjutnya
ditambahkan proteinase K. penambahan proteinase K digunakan untuk merusak protein yang
menyelubungi di sekeliling DNA. Hal ini dilakukan agar DNA yang didapatkan merupakan
DNA murni yang tidak lagi terikat atau terselubungi oleh protein. Selanjutnya dilakukan
homogenasi dengan vortex selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan inkubasi selama 24 jam
pada water bath dengan suhu 55-57oC. Setelah 24 jam, dilakukan penambahan binding buffer
bertujuan untuk mengikat DNA agar dapat terikat pada filter tube. Selanjutnya dilakukan
vortex untuk homogenisasi, dan diinkubasi dalam waterbath 70oC selama 10 menit hingga
membentuk larutan yang homogen.
Selanjutnya ditambahkan isopropanol absolut yang berfungsi untuk mengumpulkan
DNA yang telah terpisah dan berada di lapisan air. Lalu dilakukan vortex selama 1 menit.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Masing masing campuran lalu dipipet seluruhnya dan dimasukkan ke dalam filter tube yang
telah dipasangkan collection tube. Selanjutnya divortex 2 menit dan disentrifugasi 1 menit
dengan kecepatan 8700 rpm untuk memisahkan antara endapan (pellet) dan supernatant.
Cairan yang melewati filter dibuang bersamaan collection tube. Filter tube dipasangkan
dengan collection tube baru. Selanjutnya masing - masing ditambahkan wash buffer yang
berfungsi untuk mencuci DNA yang sudah diikat dari pengotor pengotor enzim enzim/protein
protein. Proses pencucian ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk memastikan DNA yang
didapatkan benar benar murni dan bebas dari segala macam pengotor. Setelah itu, dilakukan
vortex 2 menit untuk homogenisasi dan lalu sentrifugasi dengan kecepatan 8700 rpm selama
1 menit.
Kemudian, tanpa penambahan reagen dilakukan sentrifugasi kembali dengan
kekuatan rpm yang sama selama 2 menit untuk menghilangkan sisa wash buffer yang
mungkin masih terdapat pada sampel. Cairan sisa wash buffer dibuang bersama dengan
collection tubenya. Lalu dipasangkan microsentrifuge steril pada filter tube. Selanjutnya
masing masing ditambahkan elusion buffer untuk mengelusi DNA yang telah murni. Elusion
buffer dapat berupa Tris HCl atau Tris EDTA ldengan pH 8-8,5. Selanjutnya dilakukan
vortex selam 2 menit untuk homogenisasi lalu disentrifuge 1 menit. Perlakuan ini dilakukan
sebanyak 2 kali. Selanjutnya, filter tube dilepaskan. Microsentrifuge steril selanjutnya akan
menampung DNA murni yang telah dilarutkan homogeny dalam buffer elusi yang telah siap
untuk dianalisa. Apabila sampel tidak diguakan langsung, sampel disimpan pada suhu 2oC
untuk menjaga stabilitas.
Dalam proses pengerjaan isolasi DNA harus steril, hati – hati, dan sediaan atau bahan
sesudah digunakan harus ditutup kembali agar tidak terkontaminasi dari mikroba. Dengan
dilakukan proses tersebut maka analisa yang didapat akan baik dan bagus.
Selanjutnya proses pembuatan gel agarose, secara umum proses pembuatan gel
agarose dilakukan dengan cara mencampurkan bubuk agarosa dengan larutan dengan 50 ml
TAE, dipanaskan diatas Hot plate sampai mendidih. Larutan TAE merupakan suatu buffer
yang mengandung Tris base, EDTA 0.5M dengan pH 8, asam asetat glacial, dan aquabides.
Kemudian didiamkan pada suhu 60˚C ditambah etidium bromida diaduk sampai homogen.
Bubuk agarosa yang digunakan sebanyak 0,5 gr dan larutan buffer 500 mL yang berperan
untuk memudahkan migrasi dari fragmen DNA berdasarkan perbedaan kekuatan ionik.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Penambahan etidium bromida dilakukan dengan tujuan mewarnai asam nukleat. Etidium
bromida adalah mutagen dan harus ditangani dengan hati-hati. Penanganannya harus
dilakukan dengan sarung tangan karet (Bowen 2000: 4). Cairan etidium bromida
ditambahkan dengan tujuan sebagai pewarna fluoresen untuk mendeteksi asam nukleat,
sehingga hasil elektroforesis nanti dapat diamati dibawah sinar UV. Etidium bromide akan
mengikat pasangan basa DNA dan dapat mengurangi mobilitas DNA. Larutannya ditiangkan
pada coaster dan Comb sampai agarosa tersebut mengeras. Penambahan buffer dilakukan
dengan tujuan mempermudah pengerasan gel saat dilakukan pemanasan. Tahap selanjutnya
adalah gel dimasukan dalam chamber yang bermuatan negatif, kemudian buffer dituang
sampai gel terendam tapi tidak melebihi garis batas maksimum buffer. Teknik elektroforesis
pada dasarnya berdasarkan pada fakta bahwa DNA cenderung bermuatan negatif pada pH
netral dengan buffer sebagai penyangga pH agar saat dilakukan elektroforesis dengan
memberikan daya listrik di kedua kutub maka DNA akan bergerak kekutub positif, inilah
prinsip kerja elektroforesis gel agarosa.
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan DNA hasil isolasi dengan loading dye yang
memiliki fungsi membantu sampel turun ke dalam well dan membantu memonitor berapa
lama proses elektroforesis telah berlangsung karena memiliki pewarna bromofenol biru
(Bowen 2000: 3). Pemindahan sampel DNA dilakukan oleh dua orang praktikan secara
bergantian. Proses pemindahan dilakukan dengan memakai mikropipet dan harus dilakukan
secara hati-hati agar campuran DNA dengan loading buffer tidak “meluber” ke bagian well
yang lain. DNA memiliki muatan negatif (DNA mengandung gugus PO4) sehingga
diharapkan akan bergerak menuju kutub positif (Martin 1996: 9).
Praktikum dilanjutkan dengan memasang penutup ruang elektroforesis dan diberikan
arus listrik. Gel dikeluarkan dari ruang elektroforesis setelah mengalami perubahan warna
dan dilihat dengan sinar UV. Medan listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung
sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik
yang adapada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul
yangbermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari
suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari
kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada nisbah
muatan terhadap massanya serta tergantung pulapada bentuk molekulnya. Secara umum,
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen
DNA. Pergerakan molekul terutama tergantung di muatan yang ada pada permukaan partikel,
tanda dan besarnya muatan pembawa oleh variasi group ionogenik. Tergantung kepada
kekuatan molekul listrik dan pH dari medium, sehingga pemisahan molekul dapat terjadi
karena efek seleksi dan medium yang sesuai.
Larutan DNA yang bermuatan negatif dimasukkan ke dalam sumur-sumur yang
terdapat pada gel agarosa dan diletakkan di kutup negatif, apabila dialiri arus listrik dengan
menggunakan larutan buffer yang sesuai maka DNA akan bergerak ke kutup positif. Laju
migrasi DNA dalam medan listrik berbanding terbalik dengan massa DNA. Migrasi DNA
terutama ditentukan oleh ukuran panjang danbentuk DNA. Fragmen DNA yang berukuran
kecil akan bermigrasi lebih cepat dibanding yang berukuran besar, sehingga elektroforesis
mampu memisahkan fragmen DNA berdasarkan ukuran panjangnya.
Dengan adanya Etilen Bromida yang berfungsi untuk visualisasi pada sinar UV
dimana urutan etidium bromida yang akan masuk diantara ikatan hidrogen pada DNA,
sehingga pita fragmen DNA akan kelihatan dibawah lampu UV 254 nm. Hal ini sesuai
dengan praktikum yang kami lakukan dimana terlihat pita-pita berwarna ketika dilihat pada
sinar UV 254 nm sehingga dapat kami simpulkan bahwa preparasi sampel yang kami lakukan
berhasil. Panjang amplikon bisa diperkirakan dengan membandingkannya dengan pita DNA
standar.
Pada penggunaan agar-agar untuk eletroforesis agarose, agar-agar yang digunakan
tidak boleh terlalu panas saat dituang ke dalam cetakan karena jika terlalu panas cetakan akan
retak retak dan agar-agar juga tidak boleh terlalu dingin karena agar-agar akan mengental dan
tidak dapat menjadi sumur. Saat menuang agar-agar ke dalam cetakan yang harus
diperhatikan adalah gelembung udara karena tidak boleh ada gelembung udara pada saat
mencetak agar-agar.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dari hasil elektroforesis yang diperoleh bahwa telah terbentuk pita yang
mengidentifikasi DNA sapi dan DNA babi.
2. Panjang amplikon bisa diperkirakan dengan membandingkannya dengan pita DNA
standar.
Saran
1. Peralatan yang digunakan untuk praktikum sebaiknya ditambah sehingga memudahkan untuk pengerjaan praktikum dan praktikan juga lebih memahami proses praktikum.
2. Dalam proses pengerjaan isolasi DNA harus steril, hati – hati, dan sediaan atau bahan
sesudah digunakan harus ditutup kembali agar tidak terkontaminasi dari mikroba.
Dengan dilakukan proses tersebut maka analisa yang didapat akan baik dan bagus.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
BROWN, A.H.D dan B.S. WEIR 1983. Measuring Variability in Plant Population. In : S.D.
TANKSLEY and T. J. ORTON (eds.), Isozymes in plant Genetics and Breed ing. Part
A. Elsevier Science Publisers, Amsterdam: 219 pp.
BRUCE, A., D. BRAY., J. LEWIS, M. RAFF., ROBERTS dan J.D. WATSON 1994. Biologi
Molekuler Sel Mengenai Sel. Edisi kedua PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 346
hal.
CHELIAK, W. M dan J. A. PITEL 1984. Techniques for Starch Gel Electrophoresis of
Enzymes from Forest Tree Species. Information Report PI - X - Y2. Petawawa
National Forestry Institute. Canadian Forestry Service Agriculture Canada : 127 pp.
DICKSON, R, SIEGMUND., S. SCHNEIDER, H. J. LINZEN, B. GIELENS, C. PREAUX.,
G. LONTIE., R. KELLER MANN dan J. F. LOTTSPEICH 1983. Complete Amino
Acid sequence of a Functional Unit from a Molluscan Hemocyanin (Helix pomatia).
Biol. Chem. Hoppe-Seyler 368 : 617 pp.
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
NEI, M. 1977. F-Statistic and Analysis of Gen Diversity in Subdivided Populations. Ann.
Hum. Genet, 41:255.
PASTEUR, N, G. PASTEUR., F. BONHOMME., J. CATALAN., J. BRITTON. dan
DAVIDIAN., 1988. Practical Isozyme Genetics. Laboratory of Ecological Genetics,
University of Montpellier 2. France: 54 pp.
RICHARDSON, B. J, P. R. BAVERSTOCK and M. ADAMS 1986. Allozyme
Electrophoresis. A Handbook for Animal Systematics and Population Studies.
Academic Press, Inc. San Diego : 410 pp.
ROTHE, G. M. 1995. Electrophoresis of Enzymes. Springer - Verlag. Berlin Heidelberg: 278
pp.
SARGENT, J. R. dan S. G. GEORGE 1975. Methods in Zone Electrophoresis BDH
Chemical LTD. Poole England: 219 pp.
DOKUMENTASI
A. PREPARASI SAMPEL
Siapkan daging sapi dan daging sapi segar Bersihkan masing-masing daging secara terpisah
Ambil bagian daging yang tidak berlemak (lakukan secara terpisah)
Potong halus (lakukan secara terpisah)
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Timbang 100mg masing-masing Masukan ke tube terpisah
Tambahkan 200µl tissue lysis buffer, homogenkan
Tambahkan 40µl protein K, homogenkan
Vortex 2 menit Hasil yang telah divortex, diInkubasi di waterbath selama 24jam suhu 60-70
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
PENGENCERAN LARUTAN TAE
TAE KONSENTRASI 10x DIENCERKAN 50 ml dalam 500ml
B. ALAT BAHAN
KIT PCR REAGEN YANG DIGUNAKAN
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
C. ISOLASI PROTEIN
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
\
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
D. PENYAIAPAN GEL AGAROSE
Bahan yang digunakan Pelarutan agarose menggunakan TAE
Pemanasan
Penambahan etidium bromida
Penuangan pada pencetak gel Penyisipan comb
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Letakan gel pada chamber elektroforesis
Penuangan buffer TAE Isolat DNA disimpan diatas aluminum foil
Tambahkan loading dye Pemasukan sampel kedalam sumur
Running sampel
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
ISOLASI DNA DAGING SAPI DAN DAGING BABI DENGAN
MENGGUNAKAN KIT ISOLASI
HIGH PURE PCR TEMPLATE PREPARATION KIT
DISUSUN OLEH :
Rahmi Sertiana 1111102000085
Ageng Hasna F 1111102000088
Nindya nurfitriani azhar 1111102000095
Galih Nurhadi 1111102000103
M.A.W. Khairrurrijal 1111102000102
Praktikum Halal, 27 Juni 2014
Beryl Zahyin A 1111102000106
Ana Yuliana 1111102000109
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014