ekstrak kulit jeruk dari kiki korneliani

9
©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4 Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 93 PERBEDAAN DAYA PROTEKSI BERBAGAI EKSTRAK KULIT JERUK (Citrus sp.) SEBAGAI REPELEN TERHADAP KONTAK NYAMUK Aedes aegypti DAN Aedes albopictus DALAM UPAYA PERLINDUNGAN DIRI DARI PENYAKIT DBD Kiki Korneliani 1 1. Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi ABSTRAK Penyakit Demam Berdarah Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes diantaranya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Salah satu tindakan pencegahan terhadap kontak nyamuk adalah dengan pemakaian repelen yang pada umumnya berbahan aktif bahan kimia sintetis. Perlunya dicari bahan alami yang lebih aman dalam mengindari kontak dengan nyamuk, diantaranya penggunaan kulit jeruk. Kulit jeruk banyak mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai alternatif repelen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental sederhana dan bertujuan untuk mengetahui daya proteksi tiga jenis ekstrak kulit jeruk yaitu jeruk keprok, purut dan nipis sebagai repelen terhadap nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Total sampel yang digunakan adalah nyamuk betina sebanyak 150 ekor. Pengujian dilakukan dengan cara memasukan punggung telapak tangan secara bergantian antara yang diberi perlakuan dan kontrol (tidak diberi perlakuan) kedalam kurungan nyamuk dan dihitung jumlah nyamuk yang hinggap setiap jam, selama enam jam.Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata daya proteksi ekstrak kulit jeruk keprok terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti (55,33 %), sedangkan pada Ae. albopictus (57,42 %), rata-rata daya proteksi ekstrak kulit jeruk purut terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti (60,42 %) dan pada Ae. albopictus (61,94 %), ekstrak kulit jeruk nipis memiliki rata-rata daya proteksi terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti (57,64), sedangkan pada Ae. albopictus (58,33 %). Hasil analisis dengan menggunakan Anova menunjukan ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis sebagai repelen terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dalam upaya pencegahan penyakit DBD tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan nilai p-value (1,00). Ketiga jenis ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis memiliki potensi sebagai daya tolak, karena mampu bertahan selama 6 jam meskipun daya proteksinya tidak mencapai lebih dari 90 % hingga jam ke-6, maka dianjurkan penggunaan repelen secara berulang atau digunakan ketika serangga mulai aktif menggigit Kata kunci : Daya Proteksi, Kulit Jeruk, Ae. aegypti , Ae. albopictus

Upload: chafa-nick

Post on 27-Oct-2015

254 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PERBEDAAN DAYA PROTEKSI BERBAGAI EKSTRAK KULIT JERUK (Citrus sp.) SEBAGAI REPELEN TERHADAP KONTAK NYAMUK Aedes aegypti DAN Aedes albopictus DALAM UPAYA PERLINDUNGAN DIRI DARI PENYAKIT DBD

TRANSCRIPT

Page 1: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 93

PERBEDAAN DAYA PROTEKSI BERBAGAI EKSTRAK KULIT JERUK (Citrus sp.)

SEBAGAI REPELEN TERHADAP KONTAK NYAMUK Aedes aegypti DAN Aedes albopictus

DALAM UPAYA PERLINDUNGAN DIRI DARI PENYAKIT DBD

Kiki Korneliani1

1. Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes diantaranya adalah Aedes

aegypti dan Aedes albopictus merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia.

Salah satu tindakan pencegahan terhadap kontak nyamuk adalah dengan pemakaian repelen

yang pada umumnya berbahan aktif bahan kimia sintetis. Perlunya dicari bahan alami yang lebih

aman dalam mengindari kontak dengan nyamuk, diantaranya penggunaan kulit jeruk. Kulit jeruk

banyak mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai alternatif repelen. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental sederhana dan bertujuan untuk

mengetahui daya proteksi tiga jenis ekstrak kulit jeruk yaitu jeruk keprok, purut dan nipis sebagai

repelen terhadap nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Total sampel yang digunakan adalah

nyamuk betina sebanyak 150 ekor. Pengujian dilakukan dengan cara memasukan punggung

telapak tangan secara bergantian antara yang diberi perlakuan dan kontrol (tidak diberi perlakuan)

kedalam kurungan nyamuk dan dihitung jumlah nyamuk yang hinggap setiap jam, selama enam

jam.Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata daya proteksi ekstrak kulit jeruk keprok terhadap

kontak nyamuk Ae. aegypti (55,33 %), sedangkan pada Ae. albopictus (57,42 %), rata-rata daya

proteksi ekstrak kulit jeruk purut terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti (60,42 %) dan pada Ae.

albopictus (61,94 %), ekstrak kulit jeruk nipis memiliki rata-rata daya proteksi terhadap kontak

nyamuk Ae. aegypti (57,64), sedangkan pada Ae. albopictus (58,33 %). Hasil analisis dengan

menggunakan Anova menunjukan ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis sebagai

repelen terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dalam upaya pencegahan

penyakit DBD tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan nilai p-value (1,00). Ketiga jenis

ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis memiliki potensi sebagai daya tolak, karena

mampu bertahan selama 6 jam meskipun daya proteksinya tidak mencapai lebih dari 90 % hingga

jam ke-6, maka dianjurkan penggunaan repelen secara berulang atau digunakan ketika serangga

mulai aktif menggigit

Kata kunci : Daya Proteksi, Kulit Jeruk, Ae. aegypti, Ae. albopictus

Page 2: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 94

ABSTRACT

Dengue Haemorrhagic Fever disease, which is infected by Aedes among them Aedes aegypti and

aedes albopictus, is a health problem in the world, including in Indonesia. One of preventive efforts

on the mosquito’s contact is to use a repellent, which has an active material in general in form of

the chemical synthetic. There is a necessary to search a natural materials, that they are safer to

avoid a contact with the mosquito’s, among them, using the orange peel. The orange peel has

many a volatile oil and it can be used as a repellent alternative.This research is a quantitative

research using a simple experimental method and it is designed to find out the protection power of

three varieties of the orange peel extract, that is keprok, purut and nipis as the repellent against the

mosquito’s, such as Ae. aegypti and Ae. albopictus. Total sample has used as much as 150 female

mosquito’s. Testing is conducted in where the back palm hand is entered alternatively the back

palm hand has the treatment and the back palm hand has no treatment (control), into the

mosquito’s cage and then to compute the sum of mosquito’s that got perch each hour, for six

hours.The result of research has proved that the extract of peel orange keprok has an average of

the protective power against Ae aegypti mosquito’s contact as much as 55,33%, whereas in that of

Ae. albopictus as much as 57,42 %, the extract of peel orange purut has an average the protective

power against Ae. aegypti mosquito’s contact as much as 60,42 % and in that of Ae. albopictus as

much as 61,94 %, the extract of peel orange nipis has an average the protective power against Ae

aegypti mosquito’s contact as much as 57,64 %, whereas in that of Ae. albopictus as much as

58,33 %. The analysis results, using Anova, showed that the extract of peel orange keprok, purut

and nipis as the repellents against the contact of Ae. aegypti and Ae. albopictus have no the

significant difference with p-value (1,00). The three varieties of the orange peel extract, that keprok,

purut and nipis have the potential as a repellents, because they have able to maintain for 6 hours

although their protective power did not reached more than 90% up to sixth hour, so it is suggested

the using of repellant in repeating or it is used when the mosquito’s or insets begin to bite actively.

Keywords: Protective power, orange peel, Ae. aegypti, Ae. albopictus.

PENDAHULUAN

Nyamuk merupakan filum dari Arthropoda yang bisa berperan sebagai vektor penyakit

Arthropod-born viral disease. Spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit Arthropod-born

viral disease diantaranya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyebaran kedua spesies

nyamuk ini sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat penduduk juga

ditemukan di daerah pedesaan (rural). Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor utama sedangkan Ae.

albopictus merupakan vektor kedua dari penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) yang biasa

disebut Dengue Haemorrahagic Fever (DHF). DBD merupakan satu dari beberapa penyakit menular

yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Masalah DBD telah menjadi

Page 3: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 95

masalah klasik yang kejadiannya hampir dipastikan muncul setiap tahun terutama pada awal musim

penghujan (I Wayan S, 2008 dan Sudarto, 1992).

Di Indonesia jumlah kasus DBD setiap tahun cenderung meningkat dan persebarannya

semakin luas. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada saat ini endemis di sebagian besar

tanah air kita. Berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL Depkes RI, 2009 kasus DBD berfluktuasi dari

tahun ke tahun. Indonesia pernah mengalami kasus terbesar pada tahun 2005 di Asia Tenggara yaitu

95.270 orang (CFR = 1,36 %). Jumlah kasus tersebut meningkat 17% dan CFR meningkat 36%

dibanding tahun 2004. Tahun 2006 Depkes mencatat jumlah kasus sebesar 104.656 orang

(CFR=1,04 %), tahun 2007 terjadi peningkatan kasus sebesar 157..839 orang (CFR=1,01%),

selanjutnya pada tahun 2008 sebesar 133.402 orang (CFR=0,85 %) dan tahun 2009 sebesar 143.235

orang (CFR=0,92).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah DBD di Indonesia. Dalam program

pemberantasan DBD dilakukan upaya penemuan dan pengobatan penderita serta pengendalian vektor

untuk memutus rantai penularannya. Pengendalian vektor dapat digolongkan dalam pengendalian

alami (natural control) dan pengendalian buatan (artificial=applied control). Upaya pengendalian

buatan khususnya secara kimia telah banyak dilakukan untuk memutus kontak antara vektor dan

manusia. Berbagai larvasida dan insektisida telah digunakan untuk membunuh larva atau nyamuk

dewasa, namun senyawa kimia sintetik yang digunakan sebagai insektisida dapat menyebabkan sifat

resisten pada nyamuk karena seringnya paparan atau salah penggunaan dalam aplikasinya.

Dipasaran setidaknya ada empat bentuk sediaan obat anti nyamuk yang popular yaitu

semprot, bakar, elektrik dan lotion (repelen). Sebuah penelitian survey tentang alat yang dipergunakan

untuk mencegah gangguan/gigitan nyamuk dalam rangka KLB-DBD pada masyarakat di Jakarta Timur

didapatkan hasil penggunaan obat nyamuk semprot sebanyak 45 %, penggunaan repelen sebesar 35

% dan penggunaan obat nyamuk bakar sebesar 28 %. Penggunaan dikhlorvos dalam semprotan

(spray) bentuk aerosol telah dilarang peredarannya dibanyak negara karena membahayakan

kesehatan manusia, sedangkan propoxur masih diperbolehkan, walaupun telah menimbulkan ribuan

korban jiwa di Bhopal-India. Obat nyamuk bakar juga memiliki efek yang berbahaya untuk kesehatan

karena ada proses pembakaran yang membuat oksigen dalam ruangan berkurang, untuk obat nyamuk

elektrik risikonya tak jauh beda dengan obat nyamuk bakar maupun semprot karena ketiga jenis

sediaan obat nyamuk tersebut dapat terhirup. Inhalasi (hirupan) merupakan jalur cepat insektisida

menuju paru-paru sekaligus peredaran darah, yang bisa menimbulkan gangguan saraf, fungsi liver,

system pernafasan hingga efek karsinogenik (memicu kanker) dalam jangka panjang (Hasimi dkk,

2005 dan WHO, 1998).

Penggunaan repelen berbentuk lotion menjadi salah satu pilihan alternatif dalam menghindari

efek buruk dari bahan kimia yang bisa terhirup dan praktis digunakan dengan cara diaplikasikan pada

permukaan kulit tubuh. Repelen adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk

menjauhkan serangga dari manusia, sehingga dapat dihindari kontak atau gigitan serangga, ataupun

Page 4: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 96

gangguan oleh serangga terhadap manusia. Kenyataannya semua repelen yang beredar di Indonesia

berbahan aktif DEET (Diethyl toluamide) yang merupakan bahan kimia sintetis beracun dalam

konsentrasi 10-15%. DEET merupakan bahan kimia yang tidak dianjurkan penggunaannya bagi anak-

anak, wanita hamil, dan juga wanita menyusui. DEET bisa beracun dan berbahaya apabila

penggunaannya tidak sesuai dosis standar. DEET tidak larut dalam air sehingga dapat terserap ke

dalam tubuh melalui kulit dan mengalir melalui sirkulasi darah. Senyawa kimia dapat terbuang melalui

urin hanya 10 – 15 %, sebagian besar insektisida tersebut akan meracuni tubuh. Beberapa penelitian

melaporkan bahwa setelah pemakaian DEET terjadi keracunan dari efek ringan seperti pada kulit,

urtikaria sampai parah seperti ensefalopati (Sudarto, 1992 dan Koreng dkk, 2003).

Trend di dunia saat ini adalah dengan slogan Back to Nature, yaitu semangat hidup sehat

dengan kembali ke alam atau menggunakan bahan-bahan alami, termasuk dalam usaha

menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue. Kulit jeruk merupakan sampah atau limbah yang

mengandung minyak atsiri dan terdiri dari berbagai komponen. Rincian komponen minyak kulit jeruk

diantaranya adalah: limonen, mirsen, linalool, oktanal, decanal, sitronellol, neral, geraniol, dan

valensen. Jerry Butler dari University of Florida membuktikan, geraniol dan sitronellol merupakan salah

satu unsur kimia nabati dari kulit jeruk yang berfungsi untuk mengusir nyamuk, lalat dan semut. Selain

berfungsi untuk mengusir nyamuk sitronellol mempunyai sifat racun kontak yang jika masuk kedalam

tubuh nyamuk bisa menimbulkan kematian karena kehilangan cairan. Sedangkan berdasarkan

penelitian dari tanaman rempah dan obat Indonesia unsur linalool pada tanaman zodia telah terbukti

dapat menghalau nyamuk ( Minyak Kulit Jeruk diunduh dari : www.ristek.go.id. dan Mengenal

Geraniol dan Sitronellol diunduh dari : www.anekaplantasia.com.).

Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau

dibudidayakan. Jeruk memiliki enam genera dan genera yang paling banyak dikenal adalah jenis

Citrus. Subgenera Citrus memiliki sepuluh spesies dan delapan di antaranya sampai saat ini telah

menjadi jeruk. Dari delapan spesies yang ada, tiga diantaranya telah banyak dilakukan penelitian baik

pada buah, daun maupun pada kulitnya karena terdapat banyak manfaat dan khasiat di dalamnya,

umum dijumpai juga sering digunakan untuk berbagai keperluan, ketiga jenis jeruk tersebut adalah

jeruk keprok (C. reticulata), jeruk purut (C. hystrik) dan jeruk nipis (C. aurantifolia). Kulit jeruk memiliki

bau harum khas jeruk yang mendorong peneliti untuk mengkaji apakah kulit jeruk memang berpotensi

sebagai repelen, mengkaji kulit jeruk manakah diatara jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis yang

memiliki daya proteksi paling baik sebagai repelen.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu

rancangan percobaan yang diujikan pada kondisi homogen dengan metode eksperimental sederhana

yang disebut post test only control group design (Ahmad, 2003).

Sampel dalam penelitian ini adalah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus betina diambil dari

populasi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus di insektarium Loka Litbang P2B2 Ciamis.Teknik

Page 5: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 97

pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah purposive

sampling, yang dilakukan dengan memisahkan nyamuk Ae. aegypti dan nyamuk Ae. albopictus jantan

dari tempat penangkaran, kemudian mengambil nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus betina untuk

sampel dari tempat penangkaran secara random sampling. Sesuai dengan pedoman standar uji

repelen pada setiap perlakuan dan kontrol adalah 25 ekor nyamuk, sehingga total sampel yang

digunakan yaitu 150 ekor nyamuk (Damar, 2008).

Kriteria Inklusi : Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus betina, nyamuk yang berumur 3 – 5 hari,

nyamuk yang dapat terbang, nyamuk yang diberi larutan gula.

Kriteria Ekslusi : Nyamuk yang diberi darah, nyamuk yang mati.

Pengujian dilakukan selama enam jam berturut-turut dengan melihat daya proteksi masing-

masing perlakuan. Daya proteksi dihitung dengan rumus (Komisi Pestisida, 1995) :

%100xkontrolpadanyamuk

perlakuanpadakontrolpadakontaknyamukproteksiDaya

∑∑ ∑−

=

Setiap perlakuan diuji dengan cara dioleskan ke salah satu punggung telapak tangan sebanyak 0,3 ml

(hasil kabrasi), sedangkan lengan yang lainnya sebagai kontrol.Secara bergilir lengan dimasukan

kedalam kurungan nyamuk. Jumlah nyamuk yang hinggap dihitung pada setiap kali usikan. Jumlah

usikan pada setiap jam pengujian adalah enam. Jarak dari satu usikan ke usikan lain sekitar 10 detik,

satu kali usikan dianggap ulangan, sehingga jumlah ulangan setiap enam jam pengujian ini sebanyak

tiga puluh enam. Jumlah replikasi eksperimen/ulangan berdasarkan rumus (Kemas Ali , 1993) :

T (r-1) > 15

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah nyamuk yang kontak pada punggung telapak tangan

perlakuan dan kontrol, pada setiap jam dan setiap perlakuan, cara ukur observasi dan dicatat pada

lembaran isian,hasil ukur rata-rata jumlah nyamuk yang kontak pada lengan perlakuan dan kontrol

berdasarkan rumus daya proteksi.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk

nipis yang telah diekstraksi dengan teknik ekstraksi sederhana, cara ukur observasi dengan pipet

volume, hasil ukur ekstrak yang dioleskan pada punggung telapak tangan.

Variabel lingkungan fisik seperti suhu tubuh, suhu lingkungan, kelembaban lingkungan dan cara

pengolesan diukur dan dibuat sama.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis. Hasil

ekstraksi diperoleh dari 1 kg setiap jenis kulit jeruk yang dihaluskan kemudian ditumbuk dalam mortal

obat, selanjutnya ditambahkan pelarut air 50 ml dan diperas menggunakan hidrolik manual, hasil yang

berupa emulsi minyak atsiri kulit jeruk dimasukan ke dalam corong pisah dekantasi untuk memisahkan

fraksi air dan minyak atsiri, diamkan dilemari pendingin selama 24 jam.

Page 6: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 98

ANALISIS DATA

Analisis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan daya proteksi rata-rata ekstrak

kulit jeruk keprok, jeruk nipis dan jeruk purut terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus

dengan menggunakan uji statistika Anova dengan program SPSS (Statistical Package For The Social

Sciences) versi 13.

Aspek Etis Penelitian

Menggunakan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus strain Liverpool, yang diambil dari

daerah yang tidak endemis dan telah dibuktikan bukan sebagai vektor penyakit, tidak mengandung

virus Dengue dalam tubuhnya dan telah dibiakan lebih dari 400 generasi. Pengujian repelen dilakukan

sesuai dengan metoda standar uji repelen dari Komisi Pestisida.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1.

Rata-Rata Suhu Tubuh, Suhu dan Kelembaban Ruangan Uji

Kulit Jeruk Suhu Tubuh Suhu Kelembaban Keprok 36 26,66 87,08 Purut 35,92 26,66 87,08 Nipis 36,14 27 86 Rata-rata 36 26,77 86,72

Hasil pengukuran lingkungan fisik relatif stabil sehingga membuat variabel pengganggu ini

dalam kondisi terkendali, oleh karena suhu tubuh, suhu dan kelembaban lingkungan yang berfluktuatif

dapat berpengaruh terhadap aktifitas nyamuk dan kecepatan penguapan repelen dari kulit.

Tabel 2. Rata-Rata Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Keprok, Jeruk Purut Dan Jeruk Nipis Terhadap

Kontak Nyamuk Ae. aegypti

No Kulit Jeruk Daya proteksi pada jam ke (%) Rata-

rata 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam 1 Keprok 100 90,33 50 41,66 25 25 55,33 2 Purut 100 95,83 66,67 50 25 25 60,42 3 Nipis 100 95,83 50 50 25 25 57,64

Hasil pengujian selama 6 jam menunjukkan ekstrak kulit jeruk keprok memiliki rata-rata daya

proteksi terendah yaitu 55,33 %,. Ekstrak kulit jeruk purut memiliki rata-rata daya proteksi tertinggi

yaitu 60,42 %, sedangkan ekstrak kulit jeruk nipis memiliki rata-rata daya proteksi sebesar 57,64 %.

Tabel 3.

Rata-Rata Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Keprok, Jeruk Purut Dan Jeruk Nipis Terhadap Kontak Nyamuk Ae. albopictus

No Kulit Jeruk Daya proteksi pada jam ke (%) Rata-

rata 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6 jam 1 Keprok 100 91,67 50 41,66 36,16 25 57,42 2 Purut 100 96,67 75 50 25 25 61,94 3 Nipis 100 91,67 50 41,66 41,66 25 58,33

Page 7: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 99

Hasil pengujian selama 6 jam menunjukkan ekstrak kulit jeruk keprok memiliki rata-rata daya

proteksi terendah 57,42 %,. Untuk ekstrak kulit jeruk purut rata-rata daya proteksinya tertinggi yaitu

61,94 %, sedangkan ekstrak kulit jeruk nipis memiliki rata-rata daya proteksi sebesar yaitu 58,33 %.

Berdasarkan hasil pengujian selama 6 jam dengan menggunakan tiga jenis ekstrak kulit jeruk

yaitu keprok, jeruk purut dan jeruk nipis menunjukkan bahwa kulit jeruk purut mempunyai daya proteksi

tertinggi (61,94 %) terhadap kontak nyamuk Ae. albopictus, sedangkan daya proteksi terendah adalah

ekstrak kulit keprok (55,33 %) terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti.

Tabel 4. Hasil Uji Beda Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Keprok,

Jeruk Purut dan Jeruk Nipis Terhadap Kontak Nyamuk Ae. aegypti Dan Ae. albopictus

No Kulit Jeruk Sp Nyamuk Rata-rata St. Deviasi

F

Nilai P

1 Keprok Ae. aegypti Ae. albopictus Total

55, 33 57,42 56,38

45,47 45,58 44,72

0,067 1,00

2 Purut Ae. aegypti Ae. albopictus Total

60,42 61,94 61,18

42,41 43,34 42,58

3 Nipis Ae. aegypti Ae. albopictus Total

57,64 58,33 57,99

40,00 42,25 40,85

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata daya proteksi ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk

purut dan jeruk nipis, tidak berbeda secara nyata (tidak signifikan).

PEMBAHASAN

Seluruh hasil pengujian menunjukkan ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis

sebagai repelen mempunyai daya proteksi kurang dari 90 % selama enam jam terhadap kontak

nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis dapat

berfungsi sebagai repelen, karena mempunyai kandungan minyak atsiri diantaranya adalah sitronellol,

Grafik 1. Rata-Rata Daya Proteksi Ekstrak Kulit Jeruk Keprok, Jeruk Purut dan Jeruk Nipis Terhadap Kontak Nyamuk Ae. aegypti Dan Ae. albopictus

Page 8: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 100

geraniol, dan linalool, yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk (Mengenal Geraniol dan Sitronellol

diunduh dari : www.anekaplantasia.com.). Pengendalian dengan repelen baik kimia maupun botani

mempunyai target pada alat indera kimia nyamuk yaitu pada palp dan antenna. Organ ini sangat peka

dan dapat dirangsang oleh bau kimia, jika bau aktif ekstrak kulit jeruk ini mampu menutupi bau yang

dikeluarkan tubuh manusia sehingga mengganggu kemampuan nyamuk untuk mendeteksi manusia

maka nyamuk akan segera menghindari bau ekstrak tersebut (Agus Kardinan, 2007).

Ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis tidak temasuk repelen yang sesuai

dengan standar dari Komisi Pestisida Indonesia, karena daya proteksinya tidak mencapai rata-rata

90% hingga jam ke-6. Standar yang ada di Indonesia tidak sejalan dengan standar yang digunakan di

Kanada yang mengatakan bahwa suatu repelen dapat didaftarkan jika zat tersebut memberikan

proteksi lebih dari 95 % selama minimal 30 menit (Susi Tjajani, 2008). Pada dasarnya acuan Komisi

Pestisida di Indonesia ditujukan pada repelen dari bahan kimia sintetis yang komposisi senyawa

kimianya tidak mudah rusak. Selama ini DEET merupakan repelen yang paling baik untuk beberapa

spesies dengan perlindungan 6 – 8 jam, tetapi dengan melihat efek samping setelah penggunaannya,

banyak peneliti melakukan uji terhadap banyak tanaman sebagai sumber botani penolak serangga.

Pemanfaatan beberapa tanaman yang berpotensi sebagai repelen di Indonesia telah diteliti

diantaranya penelitian Nunik, Singgih, Soetiyono dan Chairul pada daun lerak, daun kecubung dan

daun orang-aring sebagai repelen Ae. aegypti pada tahun 2001 di lab Entomologi Kesehatan FKH, IPB

Bogor, hasil pengamatan didapatkan rata-rata daya proteksi lerak 61,43%, kecubung 63,64% dan

orang-aring 65,04%. Penelitian oleh Agus Kardinan yaitu potensi daun selasih sebagai repellent

terhadap nyamuk Ae. aegypti pada tahun 2006 di lab Entomologi IPB Bogor. Hasil pengamatan

didapatkan rata-rata daya proteksinya adalah 57,59% selama 6 jam setelah aplikasi, daya proteksi

tertinggi pada jam ke-1 (79,7%) dan jam ke-2 (54,2%). 8,18 Dari beberapa hasil penelitian yang telah

ada seperti diatas, tidak ada satupun daya tolak dari bahan alami yang mampu memproteksi lebih dari

90 % selama 6 jam, maka dianjurkan penggunaan repelen secara berulang dan karena daya kerjanya

dalam waktu singkat maka repelen sebaiknya digunakan ketika serangga mulai aktif menggigit.

Pemanfaatan bahan aktif dari ekstrak kulit jeruk sebagai repelen merupakan salah satu cara

alternatif untuk menghindari frekuensi kontak antara manusia dengan nyamuk sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan, namun pengendalian vektor tidak cukup hanya dengan satu cara,

pengendalian berbagai usaha terpadu bisa dilakukan misalnya pengendalian biologi, fisik, kimia dan

modifikasi lingkungan. Dengan melakukan pengendalian terpadu dan berkesinambungan diharapkan

tercapai pengendalian yang aman, mudah, murah, efektif dan dapat diterima masyarakat, sehingga

dapat menekan populasi vektor, mengurangi kontak dengan vektor dan dapat menurunkan angka

kesakitan terutama penyakit Demam Berdarah Dengue.

Page 9: ekstrak kulit jeruk dari Kiki Korneliani

©FKM-UNSIL 2011 ISBN 978-602-96943-1-4

Prosiding Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia” 12 April 2011 101

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tidak ada perbedaan daya proteksi ekstrak kulit jeruk keprok, jeruk purut dan jeruk nipis

sebagai repelen terhadap kontak nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dalam upaya perlindungan

diri dari penyakit DBD.

Saran

Repelen dari kulit jeruk ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif perlindungan diri dari

penyakit DBD, penggunaan repelen secara berulang dan digunakan ketika nyamuk mulai aktif

menggigit, dan melakukan penelitian pada jenis tanaman lain yang memiliki potensi sebagai repelen.

DAFTAR PUSTAKA 1. I Wayan Supartha. Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue.Dies Natalis Universitas

Udayana. Bali: 2008. h. 1.

2. Sudarto.Entomologi Kedokteran.Jakarta:EGC;1992, h 96 -105.

3. Depkes RI. Laporan Kasus DBD.Subdit Arbovirus. Jakarta : Ditjen PPM & PLP;2009.

4. M Hasimi, Supratman S Rita K, Enny M. Situasi Vektor Demam Berdarah Saat KLB di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Jakarta: Media Litbangkes Vol XV no 2; 2005.

5. World Health Organization. Draft guideline specifications for household insecticide product mosquito coils,

vaporising mats, liquid vaporisers, aerosols. Geneva : Report of the WHO informal consultation. ; feb 3-6, 1998.

6. Koreng G, Matsui D, Bailey B. DEET based insect repellents safety implications for children, pregnant and

lactating women. Canada : Canadian Mrdical Association Journal 169; 2003. p. 209-212. 7. Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Minyak Kulit

Jeruk.[diunduh 1 November 2009]. Tersedia dari : http://www.ristek.go.id..

8. Irna Inayah .Mengenal Geraniol dan Sitronellol.2007.[diunduh 1 November 2009]. Tersedia dari : http://www.anekaplantasia.com

9. Ahmad Watik Pratiknyo. Dasar-Dasar Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada; 2003. 10. Damar Tri Boewono. Standar Prosedur Kerja Pengujian Efikasi Terhadap Nyamuk Menggunakan Kandang

Uji Repellent Dengan Formulasi Gel, Kertas Tissue, Cair, Lotion dan Stick. Salatiga : Balai Besar Litbang VRP; 2008.

11. Komisi Pestisida Departemen Pertanian.Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Jakarta : 1995. h. 7-8.

12. Kemas Ali. Rancangan Percobaan Teori&Apikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada; 1993.

13. Agus Kardinan.Potensi Selasih sebagai Repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti.Bogor: Jurnal Litri;13(2); Juni 2007. h39-42.

14. Susy Tjajani. Daya Repelen Beberapa Minyak Esensial dan Deet terhadap Culex. Bandung : JKm: vol 7; 2 Februari 2008. H. 181-186.

15. Nunik S. Singgih H. Soetiyono P. Chairul. S. rarak, D metel dan E. prostate sebagai repellent Aedes aegypti. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.2001;131:h. 7-9.