perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id efek antifungi...

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EFEK ANTIFUNGI PERASAN KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton mentagrophytes SECARA in vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ESTI RAHMAWATI SURYANINGRUM G0007064 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: buikhuong

Post on 15-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEK ANTIFUNGI PERASAN KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix)

TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton mentagrophytes

SECARA in vitro

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ESTI RAHMAWATI SURYANINGRUM

G0007064

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Antifungi Perasan Kulit Jeruk Purut (Citrus

hystrix) terhadap Pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes

Secara In Vitro

Esti Rahmawati Suryaningrum, G0007064, Tahun 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Senin , tanggal 17 Januari 2011

Pembimbing Utama

Murkati, dr., M. Kes, Sp.ParK (..............................................) NIP : 19501224 197603 2 001 Pembimbing Pendamping

Yulia Sari, S.Si., M.Si (..............................................) NIP : 19800715 200812 2 001 Penguji Utama

Ruben Dharmawan, dr., Ir., Ph.D (..............................................) NIP : 19511120 198601 1 001 Penguji Pendamping

Sulistyo Santosa, dr (...............................................) NIP : 19451129 197612 1 001

Surakarta, Januari 2011

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes. Prof.Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. NIP : 196607021998022001 NIP : 194811071973101003

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2011

Esti Rahmawati Suryaningrum

NIM : G0007064

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ABSTRAK Esti Rahmawati Suryaningrum, G0007064, 2011. Efek Antifungi Perasan Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap Pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes Secara in vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek antifungi perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in vitro. Metode : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium kuasi dengan teknik random sampling. Subyek penelitian menggunakan biakan Trichophyton mentagrophytes pada Sabouraud Dextrose Agar plate. Penelitian menggunakan 6 kelompok perlakuan, yaitu akuades sebagai kontrol negatif, perasan kulit jeruk purut dengan konsentrasi 70%, 80%, 90% dan 100%, serta flukonazol 25 µg sebagai kontrol positif. Hasil diameter zona hambatan yang dihasilkan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney dengan a = 0,05. Hasil : Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan diameter zona hambat pada semua kelompok perlakuan. Dari hasil uji Mann Whitney didapat kesimpulan adanya perbedaan diameter zona hambat antara semua kelompok pasangan kelompok, kecuali antara kelompok perasan kulit jeruk purut konsentrasi 90% dengan kelompok perasan kulit jeruk purut konsentrasi 100%. Simpulan : Perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) mempunyai efek antifungi terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in vitro. Kata kunci : Efek Antifungi, Perasan Kulit Jeruk Purut, Trichophyton

mentagrophytes

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRACT

Esti Rahmawati Suryaningrum, G0007064, 2011. In Vitro Antifungal Effect of Leather Lime Juice (Citrus Hystrix) on The Growth of Trichophyton mentagrophytes. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective : The aim of this research was to know in vitro antifungal effect of leather lime juice (Citrus hystrix) on the growth of Trichophyton mentagrophytes. Methods : This research is a laboratorium experimental kuasi with random sampling technique. The subject of this research was Trichophyton mentagrophytes on Sabouraud Dextrose Agar plate. This research used 6 treatment groups, there were aquades as negative control, leather lime juice with concentration 70%, 80%, 90% and 100%, and also flukonazol 25 µg as positive control. The inhibition zone diameter that resulted was analyzed by Kruskal Wallis test and then continued with Mann Whitney test at a = 0,05 Results : The result of Kruskal Wallis test showed that there was inhibition zone diameter difference in all groups. The result of Mann Whitney test showed that there was inhibition zone diameter difference between all pair groups, except between leather lime juice concentration 90% group and leather lime juice concentracion 100% group. Conclusion : Leather lime juice (Citrus hystrix) has in vitro antifungal effect on the growth of Trichophyton mentagrophytes. Keywords : Antifungal effect, Leather lime juice, Trichophyton mentagrophytes

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia yang dilimpahkanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Antifungi Perasan Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) terhadap Pertumbuhan Trichophyton mentagrophtes secara in vitro”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan bantuan dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu: Berkat segala bimbingan dan bantuan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Murkati, dr., M. Kes, Sp.ParK, selaku Pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran bagi penulis. 4. Yulia Sari, S.Si., M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis. 5. Ruben Dharmawan, dr., Ir., Ph.D, selaku Penguji Utama yang telah

memberikan saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan penulisan skripsi ini. 6. Sulistyo Santosa, dr, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan

saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 7. Bagian skripsi Fakultas Kedokteran UNS, yang telah berkenan memberikan

informasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Dosen dan Staf Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UNS. 9. Bapak Jatmiko dan Ibu Yuli yang membantu penelitian penulis di

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta. 10. Bapak, Ibu, Mbak Dhian yang telah memberikan banyak dukungan, doa dan

semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman teman penulis: Tya, Brigitta, Priska, Galuh, Joice, Andreas, Charina,

Anggi, Monika, Tiur, Fatna, Andra, Rani, Senda, Endah, dan teman teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, dorongan semangat, motivasi, dukungan doa, dan saran yang telah diberikan.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.

Surakarta, Januari 2011

Esti Rahmawati Suryaningrum

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

hal. PRAKATA ...................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 5 A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5 B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 22 C. Hipotesis .................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24 A. Jenis Penelitian .......................................................................... 24 B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 24 C. Subjek Penelitian ....................................................................... 24 D. Teknik Sampling ........................................................................ 24 E. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………. 24 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 25 G. Rancangan Penelitian …………………………......................... 28 H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 30 I. Cara Kerja ................................................................................... 31 J. Analisis Data……......................................................... .............. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 41 A. Data Hasil Penelitian ................................................................. 41 B. Analisis Data ............................................................................. 44

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 47 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 51

A. Simpulan ................................................................................... 51 B. Saran .......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52 LAMPIRAN

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Rerata Diameter Zona Hambat Tricophyton mentagrophytes pada

Uji Pendahuluan ............................................................................ 41 Tabel 2 Rerata Diameter Zona Hambat Tricophyton mentagrophytes Dari

Tiga Kali Perasan ............................................................................ 42 Tabel 3 Ringkasan Hasil Uji Mann Whitney ................................................ 45

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran .................................................... 22 Gambar 2. Skema Uji Pendahuluan ........................................................... 28 Gambar 3. Skema Uji Penelitian ................................................................ 29 Gambar 4. Diagram Rerata Diameter Zona Hambat Masing-Masing

Kelompok Perlakuan Pada Uji Pendahuluan .......................... 42 Gambar 5. Diagram Rerata Diameter Zona Hambat Masing-Masing

Kelompok Perlakuan Pada Uji Penelitian ............................... 43

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Trichophyton

mentagrophytes pada Uji Pendahuluan Lampiran 2. Tabel Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Trichophyton

mentagrophytes Perasan I Lampiran 3. Tabel Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Trichophyton

mentagrophytes Perasan II Lampiran 4. Tabel Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Trichophyton

mentagrophytes Perasan III Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Kolmogorof Smirnof dan Uji homogenitas

Levene Test Lampiran 6. Hasil Uji Non Parametrik Kruskal Wallis Lampiran 7. Hasil Uji Mann Whitney Lampiran 8. Tabel Chi-square Lampiran 9. Foto Hasil Penelitian Lampiran 10. Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infeksi jamur superfisialis (mikosis superfisialis) pada kulit termasuk

penyakit yang paling sering dijumpai di dunia. Angka insidensi pada tahun

1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia

sangat bervariasi, dimulai dari persentase terendah sebesar 4,8 persen

(Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 persen (Surakarta) dari

seluruh kasus infeksi jamur superfisialis (Adiguna, 2001).

Perkembangan infeksi jamur di Indonesia terutama karena udara

lembab dan tingkat kesehatan yang kurang, baik karena lingkungan padat

penduduk atau sosial ekonomi yang rendah (Isselbacher et al., 1999). Pada

penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit

tersebut oleh karena kontak langsung dengan jamur tersebut, atau benda-benda

yang sudah terkontaminasi oleh jamur, atau pun kontak langsung dengan

penderita (Nasution, 2005).

Dermatofitosis merupakan salah satu jenis mikosis superfisialis.

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan

golongan jamur dermatofita (Djuanda, 2000). Salah satu golongan jamur

dermatofita adalah Trichophyton mentagrophytes.

Golongan jamur dermatofita mempunyai sifat mencernakan keratin.

Salah satu sifat keratofilik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita,

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

misalnya sifat faali, taksonomis, antigenic, kebutuhan zat makanan untuk

pertumbuhannya, dan penyebab penyakit (Djuanda, 2000).

Selain itu, terjadinya infeksi berulang sangat mengganggu penderita

baik dari segi psikososial dan ekonomi (Nurjanti, 2006).

Obat antifungi mempunyai kemampuan untuk menghambat

pertumbuhan jamur dengan diikuti kecepatan pengelupasan kulit (Isselbacher

et al., 1999). Akan tetapi pemakaian obat antifungi masih banyak kendalanya,

diantaranya biaya obat yang mahal dan tidak semua daerah tersedia, serta

resistensi terhadap obat akibat pemakaian yang tidak adekuat seperti

pengobatan dosis tinggi waktu singkat, intermitten, dan dosis rendah jangka

lama (Hapson dan Rahmawati, 2008).

Pemilihan obat alternatif antifungi dari herbal ini karena beberapa

alasan. Pertama, obat-obat alamiah ini lebih aman dan diyakini kurang

memberikan efek samping jika dibanding obat-obat farmasetik, kalaupun ada

efek samping munculnya lambat (Herman, 2001). Juga untuk mengatasi fungi

yang telah resisten terhadap beberapa obat farmasetik.

Pemanfaatan bahan tumbuh-tumbuhan untuk tujuan pengobatan

penyakit kulit akibat jamur dikenal juga oleh nenek moyang kita, umumnya

pemakaiannya berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, penilaian dan

pengkajian khasiatnya secara ilmiah perlu dilakukan baik secara in vitro

maupun in vivo (Sundari dan Winarno, 2001).

Salah satu tanaman tradisional yang diharapkan dapat digunakan untuk

pengobatan dermatofitosis adalah kulit jeruk purut. Kandungan utama kulit

jeruk adalah pektin dan minyak atsiri. Kandungan pektin dalam kulit jeruk

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berkisar 15-25% dari berat kering. Sedangkan kandungan minyak atsiri dalam

kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah jeruk

purut juga mengandung senyawa minyak atsiri, tetapi kadar minyak atsiri

yang paling tinggi terdapat pada bagian kulit buah (Mardiyati, 2008).

Komponen utama dalam minyak atsiri kulit jeruk purut yang berfungsi sebagai

antifungi adalah senyawa limonene (29,2%) dan β-pinene (30,6%).

Selain minyak atsiri, kulit jeruk purut juga mengandung senyawa

saponin dan metabolit sekunder seperti flavonoid, kumarin, dan steroid

triterpenoid. Saponin dan flavonoid merupakan golongan terbesar dari fenol.

Jawetz (1992) menyatakan bahwa fenol dan persenyawaan dari fenolik

merupakan unsur antikuman yang kuat pada konsentrasi yang biasa digunakan

(larutan air 1 – 2%). Fenol dan derivatnya dapat menimbulkan denaturasi

protein. Saponin diketahui memiliki sifat antimikroba, sedangkan flavonoid

mampu merusak membran mikroba (Volk dan Wheeler, 1988).

Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian untuk

mengetahui bagaimana efek antifungi perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in vitro.

B. Perumusan Masalah

Apakah perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) mempunyai efek

antifungi dan berapa konsentrasi optimalnya terhadap pertumbuhan

Trichophyton mentagrophytes secara in vitro?

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya efek antifungi perasan kulit jeruk purut (Citrus

hystrix) terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in

vitro.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui konsentrasi optimal perasan kulit jeruk purut (Citrus

hystrix) terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in

vitro.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memiliki data bahwa perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix)

memiliki efek antifungi terhadap pertumbuhan Trichophyton

mentagrophytes secara in vitro

2. Manfaat Aplikatif

Sebagai informasi kepada peneliti selanjutnya untuk dilakukan uji pra

klinik perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap pertumbuhan

Trichophyton mentagrophytes yang terbukti sebagai kandidat antifungi

secara in vitro.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Jeruk Purut (Citrus hystrix)

a. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus hystrix

(Dalimartha, 2005)

b. Nama daerah

Sumatera: unte mukur, unte pangir (Batak), lemau purut, lemau

sarakan (Lampung), lemao puruik (Minangkabau), dema kafalo (Nias).

Jawa: limau purut, jeruk wangi, jeruk purut (Sunda, Jawa). Bali: jeruk

linglang, jeruk purut. Flores: mude matang busur, mude nelu. Sulawesi:

ahusi lepea (Seram), lemo puru (Bragi.s). Maluku: Munte kereng

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

(Alf'uru), usi ela (Amhoh), lemo jobatai, wama faleela (Halmahera)

(Dalimartha, 2005).

c. Morfologi Tanaman

Pohonnya rendah atau perdu, namun bila dibiarkan tumbuh alami

dapat mencapai ketinggian 12 m. Batang yang tua berbentuk hijau tua,

berbentuk bulat, polos, atau berbintik-bintik. Tata letak tajuk tanaman

tidak beraturan dan cabang-cabangnya rapat. Dahan dan ranting-

rantingnya bersudut tajam, berwarna hijau tua, berbintik-bintik, dan

berduri di ketiak daun. Duri-durinya pendek, kaku, hitam, ujungnya

coklat, dan panjangnya 0,2 cm – 1,0 cm. Letak daun jeruk purut

terpencar atau silih berganti dan bertangkai agak panjang serta

bersayap lebar. Bentuk daun terbagi dua (Bernard T., 2005) bulat telur,

ujungnya tumpul, berbau sedap, mengkilap, dan berwarna hijau

kekuning-kuningan. Tanaman jeruk purut berbunga majemuk

(Rukmana, 2003). Bernard T. (2005) menyebutkan daun jeruk purut

memiliki panjang 8-12 cm dan lebar 3-5 cm. Bunganya terletak di

ketiak daun atau di ujung tangkai, tajuk bunga berjumlah 4-5 lembar,

dan benang sari berjumlah 24 – 30 helai. Buah jeruk purut berbentuk

bulat sampai bundar, ukurannya kecil, kulit buah tidak rata, rasanya

asam dan berbau sedap (Rukmana, 2003).

d. Kandungan Kimia Jeruk Purut

Jeruk purut memiliki rasa agak asin dan pahit. Beberapa bahan

kimia yang terkandung dalam jeruk purut diantaranya daun minyak

atsiri 1,0-1,5%, steroid triterpenoid, minyak atsiri dengan kandungan

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

sitrat 2,0-2,5% (Hariana, 2007), senyawa metabolit sekunder yaitu

kumarin, flavonoid, steroid, fenolik dan minyak atsiri (Setiawan, 2000).

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang

umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai

pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk

tumbuhan itu sendiri ataupun lingkungannya (Lenny, 2006).

Kulit buah jeruk purut mengandung saponin dan tanin 1 %

(Hariana, 2007). Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan pada kulit

buah jeruk purut banyak terdapat senyawa golongan kumarin, juga

adanya senyawa lain yaitu flavonoid dan steroid. Flavonoid yang

terdapat pada jeruk purut antara lain narirutin, naringin, hesperidin,

neohesperidin, nobiletin, dan tangeretin (Ogawa K, et al., 2001).

Daunnya mengandung vitamin E dengan konsentrasi 398,3 mg/kg

(Ling SL dan Mohamed S., 2001). Senyawa kumarin yang berasal dari

buah jeruk purut juga telah dilaporkan oleh Murakami (1999).

Senyawa utama yang terkandung dalam minyak kulit buah adalah β-

pinene (30,6%), limonene (29,2%) dan sabinene (22,6%).

Sedangkan α-terpeneol (15.8%), β-pinene (15.1 %) dan limonene

(9.1 %) adalah senyawa utama dalam minyak buah (Ibrahim,et al.,

1996).

e. Khasiat dan Penggunaan

Jeruk purut merupakan buah yang dikenal luas oleh masyarakat

Indonesia, dan memiliki banyak kegunaan. Baik daun maupun

buahnya banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bagian daun

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

biasanya digunakan untuk mengatasi badan letih dan lelah setelah sakit

berat dan juga untuk penyedap masakan. Sedangkan kulit buah jeruk

purut digunakan sebagai obat bisul, panas dalam, radang kulit, radang

payudara, kulit bersisik dan kulit mengelupas (Dalimartha, 2000).

Buah jeruk purut juga sering digunakan untuk mengatasi influenza,

badan terasa lelah, dan mewangikan rambut (Dalimartha,

2005). Selain itu kulit buah jeruk purut digunakan untuk penyedap

masakan, pembuatan kue, sebagai manisan (Setiadi dan Parmin, 2004),

dan sebagai stimulan (Dalimartha, 2005). Efek farmakologik jeruk

purut diantaranya anti-spasmodik dan antiseptik (Hariana, 2007).

f. Kandungan Antifungi pada Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)

Kulit jeruk nipis mengandung minyak atsiri, saponin, kumarin,

flavonoid, dan steroid triterpenoid, yang masing-masing mempunyai

efek sebagai antifungi.

1) Minyak atsiri

senyawa golongan ini terdiri atas senyawa monoterpena,

sedangkan stearoptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigenasi

umumnya berwujud padat. Stearoptena ini umumnya terdiri atas

senyawa turunan oksigen dari terpena (Agusta, 2002).

Manfaat minyak atsiri secara umum terhadap tumbuhan itu

sendiri adalah Ditinjau dari segi fisika, minyak atsiri mengandung

dua golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena

dalah bagian hidrokarbon dalam minyak atsiri dan berwujud cair.

Umumnya sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan hewan

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

(hama). Namun sebaliknya, minyak atsiri juga berfungsi sebagai

penarik serangga untuk membantu proses penyerbukan (Agusta,

2000). Untuk pengobatan manusia sebagai antibakteri dan

antifungi, serta penolak nyamuk (Agusta, 2002).

Minyak atsiri jeruk purut mengandung kandungan kimia β-

pinene dan limonene. Senyawa β-pinene telah terbukti mempunyai

efek antifungi dengan cara menghambat sintesis DNA, RNA,

dinding polisakarida dan ergosterol membran sel (Xia Z, 1999).

Sedangkan, hasil penelitian Hassanzadeh, et al. (2009)

membuktikan bahwa senyawa limonene mempunyai kemampuan

untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan

Aspergillus niger.

2) Saponin

Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa,

xylosa, rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu

aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa triterpenoid, steroid atau

steroid alkaloid. Aglikon dapat mengandung satu atau lebih ikatan

C-C tak jenuh. Rantai oligosakarida umumnya terikat pada posisi

C3 (monodesmosidic), tetapi beberapa saponin mempunyai gugus

gula tambahan pada C26 atau C28 (bidesmosidic). Struktur saponin

yang sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur aglikon,

sifat dasar rantai dan posisi penempelan gugus gula pada aglikon

(Faure, 2002).

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Saponin diketahui mempunyai efek sebagai antimikroba,

antifungi dan melindungi tanaman dari serangan serangga. Saponin

mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi. Aktivitas

fungisida terhadap Trichoderma viride telah digunakan sebagai

metode untuk mengindetifikasikan saponin. Mekanisme kerja

saponin sebagai antifungi berhubungan dengan interaksi saponin

dengan membran sterol (Morrissey, 1999).

3) Kumarin

Kumarin adalah suatu metabolit dari tumbuhan yang sering

dijumpai sebagai glikosidal. Kumarin mungkin juga berupa

senyawa jadian yang terbentuk karena hidrolisis asam glikosil-o-

hidroksi sinamat secara enzimatik dan kemudian segera terjadi

siklikasi menjadi lakton, tepatnya lakton asam-o-hidroksisinamat.

Hampir semua kumarin alam mempunyai oksigen (hidroksil atau

alkosil) pada C-7. Pada posisi lain dapat pula teroksigenasi dan

sering pula terdapat rantai samping alkil (Robinson, 1991).

Aktivitas antifungi dan anti bakteri pada senyawa kumarin

telah dibuktikan pada percobaan Wardakhan dan Nadia (2007).

Pada percobaan ini dibuktikan bahwa kumarin mempunyai

aktivitas antibakteri pada bakteri gram negatif (Escherichia coli

dan Pseudomonas aeruginosa), dan gram positif (Bacillus subtilis

dan Bacillus cereus) dan juga aktivitas antifungi terhadap Candida

albicans.

4) Flavonoid

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Flavonoid terdapat pada hampir seluruh tanaman tingkat tinggi

sebagai metabolit sekunder dengan fungsi proteksi yang tinggi

dalam melindungi jaringan tanaman dari kerusakan akibat radiasi

ultraviolet, melindungi tanaman dari infeksi, serta berperan penting

pada fotosintesis, transfer energi, respirasi, dan biosintesis

komponen toksik (Middleton, 2000). Senyawa ini merupakan zat

warna merah, biru, ungu atau kuning yang ditemukan dalam

tumbuh-tumbuhan.

Malik, dkk (2007) telah melakukan uji aktivitas antijamur

senyawa flavonoid secara in vitro menggunakan tiga jenis biakan

jamur Candida albicans, Epidermophyton flocosum dan

Microsporum gypseum dengan metode difusi agar menggunakan

cakram kertas. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan

bahwa flavonoid juga mempunyai efek antifungi.

5) Steroid (Steroid Triterpenoid)

Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak

dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan

vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan

terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit

sekunder. Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri

yang dihasilkan oleh tumbuhan (Lenny, 2006).

Salah satu tipe terpenoid adalah triterpenoid. Triterpenoid,

contohnya lanosterol, merupakan bahan dasar bagi senyawa-

senyawa steroid. Steroid merupakan senyawa bioaktif yang

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Triterpenoid memiliki atom C30.

Senyawa ini tersebar luas dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan

(Lenny, 2006).

Tumbuhan yang mengandung senyawa Triterpenoid mempunyai

nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungi,

insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus

(Robinson,1991).

2. Trichophyton mentagrophytes

a. Klasifikasi

Kingdom : Fungi

Divisi : Eumycophyta

Kelas : Deuteromycetes

Bangsa : Melanconiales

Suku : Moniliaceae

Genus : Trichophyton

Spesies : Trichophyton mentagrophytes

(Ananthanarayan dan Paniker, 2000)

b. Morfologi

Divisi ini memiliki ciri hifa bersekat, reproduksi dengan cara

aseksual menggunakan konidiospora, sedangkan reproduksi seksual

belum diketahui sehingga jamur kelas ini disebut jamur imferfekti.

Pada biakan Trichophyton mentagrophytes membentuk koloni dan

konidia yang khas, koloninya dapat berbentuk seperti kapas sampai

granular, memiliki kelompok mikronidia yang terbentuk sferis

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menyerupai buah anggur, terdapat mikronidia yang menyerupai kapas

tapi jarang ditemukan (Jawetz et al., 2004).

Makronidia berbentuk panjang seperti pensil, sedangkan

mikronidia lecil, berdinding tipis, dan berbentuk lonjong dan terletak

pada konidiofora yang pendek dan tersusun secara satu persatu atau

berkelompok pada sisi hifa (Srisasi, 2003). Genus Trichophtyon

memiliki dinding tipis, makronidia halus dan mikronidia banyak

(Talaro K dan Talaro A, 1999). Trichophyton mentagrophytes bisa

tumbuh baik pada media Sabouraud Dextrose Agar pada suhu kamar

(Jawetz et al., 2004).

c. Habitat

Jamur Trichophyton adalah dermatofita yang habitatnya di tanah,

manusia, dan hewan. Terutama pada daerrah yang beriklim tropis dan

basah. Berdasarkan afinitasnya, genus Trichophyton dibagi menjadi

geofilik (hidup di tanah), antropofilik (hidup pada tubuh manusia), dan

zoofilik (hidup pada hewan). Sedangkan Trichophyton mentagrophytes

adalah jamur antropofilik dan zoofilik (Jawetz et al., 2004).

d. Patogenesis

Infeksi Trichophyton menyebabkan timbulnya bercak melingkar

dan berbatas tegas yang tertutup dengan sisik atau gelembung kecil

atau dikenal dengan istilah ring worm atau tinea. Trichophyton paling

sering menyebabkan Tinea capitis, Tinea favosa, Tinea corporis, Tinea

imbrikata, Tinea kruris, Tinea manus dan pedis, Tinea unguinum.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1) Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala

yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Dermatofitosis ini

umumnya menyerang anak prapubertas. Jamur menyerang stratum

korneum dan masuk ke folikel rambut yang selanjutnya akan

menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut,

bergantung pada spesiesnya (Daili, dkk., 2005). Kelainan ini dapat

ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan

kadang kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang

disebut kerion (Djuanda, 2000)

Di dalam klinik, tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk

yang jelas (Madani, 2000):

a) Grey patch ringworm

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang

biasanya disebabkan oleh genus microsporium dan sering

ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul

merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan

membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.

Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi

abu-abu dan tidak berkilat lagi Semua rambut di daerah

tersebut terserang oleh jamur sehingga terbentuk alopesia

setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Pada

pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melampaui

batas-batas grey patch tersebut.

b) Kerion

Kerion merupakan reaksi peradangan yang berat pada tinea

kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah

dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila

penyebabnya Microsporium canis dan Microsporium gypseum,

pembentukan kerion ini lebih sering dilihat. Terlihat agak

kurang bila penyebabnya Tricophyton tonsurans, dan sedikit

sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton violaceum.

Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut yang berakibat

alopesia yang menetap. Parut yang menonjol kadang-kadang

dapat terbentuk.

c) Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh

Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Rambut

yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang

tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung

rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan

gambaran khas yaitu black dot.

2) Tinea kruris

Tinea kruris lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang pada

wanita. Tepi eritematosa yang berskuama pelan-pelan menjalar ke

bawah paha bagian dalam, dan meluas ke arah belakang ke daerah

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

perineum dan gluteus. Penyebabnya biasanya adalah

Epidermophyton flocossum, kadang-kadang dapat juga disebabkan

oleh Trichophyton rubrum (Madani, 2000).

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi

berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah

tengahnya. Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa

bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan

biasanya akibat garukan (Madani, 2000).

3) Tinea korporis

Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak

berambut (glabrous skin). Menurut Madani (2000) penyebab

tersering penyakit ini adalah Trichophyton rubrum dan

Trichophyton mentagrophytes.

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau

lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang kadang

dengan daerah vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya

biasanya lebih tenang. Kadang kadang terlihat erosi dan krusta

akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak terpisah

satu dengan yang lain (Brown dan Burns, 2005).

Pada kasus dermatofitosis dengan gambaran klinis tidak khas,

diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

penunjang berupa pemeriksaan kulit dengan larutan KOH 10-20 %

(Daili et al., 2005).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4) Tinea imbrikata

Tinea imbrikata merupakan bentuk khas tinea korporis yang

disebabkan oleh Trichophyton concentrium. Tinea imbrikata mulai

dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan

menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah terlepas dari

dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi

dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran skuama yang

konsentris (Daili et al., 2005).

5) Tinea favosa

Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh

Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan

Microsporum gypseum. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala

sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan

berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan

berbagai ukuran. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai

kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan

kulit berbentuk cawan yang khas yang kemudian menjadi jaringan

parut. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada para

penderita favus. Kadang kadang penyakit ini dapat menyerupai

dermatitis seboroika (Daili et al., 2005).

6) Tinea manus dan pedis

Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot atau “Ring worm of the

foot”. Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang

banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai

sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif

bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat

dan nyeri bila ada infeksi sekunder (Madani, 2000). Ada 3 bentuk

Tinea pedis:

a) Bentuk intertriginosa

Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi,

di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi

disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat

jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi

fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat

menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala

umum.

b) Bentuk hiperkeratosis

Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit

disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung

kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura

yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

c) Bentuk vesikuler subakut

Kelainan-kelainan yang timbul dimulai pada daerah sekitar

antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.

Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di

bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-

vesikel ini pecah akan meninggalkan skuama melingkar yang

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

disebut collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan

memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas.

Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi

pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.

Penyebab utamanya ialah Trichophyton rubrum, Trichophyton

mentagrophytes, dan Epidermofiton floccosum.

7) Tinea unguium (Onikomikosis)

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur

penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal

proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di

mulai dari tepi ujung dan leukonikia trikofita bila di mulai dari

bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi,

rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku

tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur

(Madani, 2000).

Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali,

penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini

setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan

keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang

penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah

terkena penyakit. Penyebab utama adalah Trichophyton rubrum

dan Trichophyton mentagrophytes (Madani,2000).

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Flukonazol

a. Pengertian

Flukonazol adalah antifungi derivat trazol yang digunakan untuk

pengobatan infeksi jamur baik superfisialis maupun sistemik. Bersifat

larut dalam air dan alkohol serta di bawah nama dagang Difulcan atau

Trican (Tjay dan Rahardja, 2002)

b. Farmakodinamika

Flukonazol adalah inhibitor terhadap enzim yang bergantung pada

sitokrom P-450, 14-demethylase sehingga menghambat biosintesis

ergosterol. Pengurangan ergosterol, yang merupakan sterol utama yang

terdapat di dalam membran sel jamur, dan akumulasi sterol-sterol yang

mengalami metilase menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah

fungsi sel yang berhubungan dengan membran (Mertesacker, 2006)

c. Farmakokinetik

Flukonazol diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa

dipengaruhi oleh adanya makanan atau keasaman lambung. Obat ini

tersebar rata ke dalam cairan tubuh juga dalam sputum dan saliva.

Kadarnya dalam cairan cerebrosponal 50%-90% kadar plasma. Ikatan

dengan protein plasma 11%-12%. Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah

beberapa kali pemberian 100 mg. Metabolisme di hepar mencapai

11%. Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal

mencapai melebihi 90% klirens ginjal (Katzung, 1998).

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d. Indikasi dan Kontraindikasi

Obat antifungi ini selain dapat digunakan untuk mengobati

kandidiasis mikosa dan kandidiosis kutan juga efektif untuk perawatan

berbagai jenis gangguan dermatosis dan pytyriasis versikolor yang

dapat diberikan secara oral dan parenteral (Mertesacker, 2006).

Kontraindikasi obat ini, yaitu pada penderita yang hipersensitif

terhadap flukonazol atau antifungi lain golongan azol dan yang

mempunyai resiko aritmia jantung (Katzung, 1998).

e. Dosis dan cara pemberian

Flukonazol tersedia untuk pemakaian peroral dalam kapsul yang

mengandung 50 mg dan 150 mg. Dosis yang disarankan 100-400 mg

perhari. Dosis untuk infeksi kulit yang resisten atau pada indikasi

profilaksis yaitu 150-300 mg per minggu. Pada infeksi sistemik atau

berat digunakan dosis 50-600 mg perhari dan untuk infeksi yang

darurat seperti meningitis karena jamur diberikan dosis 800 mg

perhari. Dosis untuk anak-anak yaitu 6-12 mg/kg/hari (Tjay dan

Rahardja, 2002; Katzung, 1998).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Perasan kulit jeruk purut mengandung minyak atsiri,

saponin, flavonoid, kumarin, dan steroid triterpenoid

Kerusakan membran sel Trichophyton mentagrophytes

Variabel luar terkendali - Umur jamur - Jumlah sampel - Kuman

kontaminan - Suhu inkubasi

Terjadi hambatan pertumbuhan

Trichophyton mentagrophytes

Mendenaturasi protein membran sel Trichophyton

mentagrophytes

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

C. Hipotesis

Perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) mempunyai efek antifungi

terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in vitro.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium kuasi.

B. Subjek Penelitian

Biakan Trichophyton mentagrophytes yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta

C. Lokasi Penelitian

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel untuk pembuatan media subkultur dilakukan secara

random, yaitu dengan mengambil koloni jamur Trichophyton mentagrophytes

dalam Saboraud Dextrose Agar Slant

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : a. konsentrasi perasan kulit jeruk purut

b. flukonazol 25 µg

2. Variabel tergantung : zona hambatan

3. Variabel luar yang terkendali : a. Umur jamur

b. Jumlah koloni Trichophyton

mentagrophytes

c. Kuman kontaminan

d. Suhu inkubasi

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas :

a. Konsentrasi perasan kulit jeruk purut

Air perasan berwujud larutan dalam air dan mengandung seluruh

komponen senyawa dalam tumbuhan segarnya. Jumlah air perasan

sebanding dengan material awal, dan hanya bahan yang tidak terlarut

yang tetap tinggal (Nopianti, 2008 cit Voigt, 1995).

Perasan kulit jeruk purut didapatkan dengan cara melumatkan kulit

jeruk purut dan menyaringnya dua kali. Penyaringan pertama

dilakukan dengan saringan plastik yang dilapisi kain, kemudian

penyaringan berikutnya dengan kertas saring untuk mendapatkan hasil

perasan air yang bagus dan tanpa endapan. Air hasil saringan dianggap

konsentrasi 100%. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

interval.

Konsentrasi perasan kulit jeruk purut yang digunakan dalam uji

pendahuluan adalah konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Hal

ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayah dan

Subakir (2010) mengenai efektifitas air perasan buah jeruk purut pada

konsentrasi 25% terhadap pertumbuhan Malassezia sp. Berdasarkan

hasil uji pendahuluan, maka pada uji penelitian menggunakan

konsentrasi perasan kulit jeruk purut 70%, 80%, 90%, dan 100%. Uji

penelitian diulang sebanyak 3 kali dengan perasan kulit jeruk purut

yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memperkecil penyimpangan

kualitas perasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

b. Flukonazol 25 µg

Flukonazol adalah obat antifungi derivat triazol yang digunakan

sebagai kontrol positif. Flukonazol dengan merek dagang diflucan

yang mengandung 50 mg flukonazol. Flukonazol yang digunakan

sebesar 25 µg karena sudah terbukti sebagai obat antifungi. Skala

ukuran variabel ini adalah nominal.

2. Variabel tergantung :

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah zona hambatan. Zona

hambatan merupakan daerah lingkaran jernih melingkar yang terbentuk

karena efek antifungi terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton

mentagrophytes. Diameter diukur dalam milimeter menggunakan

penggaris. Zona hambatan yang sesungguhnya adalah rerata dari jumlah

diameter terbesar dan diameter terkecil zona hambatan. Skala ukuran

variabel ini adalah rasio.

3. Variabel luar terkendali

a. Umur Jamur

Umur jamur dapat dikendalikan dengan subkultur Trichophyton

mentagrophytes yang berumur 5 hari pada Sabouraud Dextrose Agar.

b. Jumlah Koloni Trichophyton mentagrophytes

Penanaman jamur menggunakan standar Mc. Farland. Standar Mc

Farland ini dipakai agar diperoleh jumlah koloni jamur yang seragam

sebelum ditanam pada Saboraud Dextrose Agar. 0,5 standar Mr

Farland terdiri dari 1x107 sampai 1x108 koloni /mL (Quelab, 2005).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Kuman kontaminan

Kuman kontaminan adalah tumbuhnya kuman lain yang dapat

terkontaminasi pada Sabouraud Dextrose Agar. Tumbuhnya kuman ini

dapat dikendalikan dengan memberi kloramfenikol (Mansjoer et al,

2000). Setiap 1000 ml Sabouraud Dextrose Agar cair memerlukan 400

mg kloramfenikol (Bridson, 1998).

d. Suhu inkubasi

Suhu yang dipakai untuk inkubasi jamur. Jamur diinkubasi pada

suhu kamar selama 4 hari.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

G. Rancangan Penelitian

1. Uji Pendahuluan

Gambar 2. Skema Uji Pendahuluan

Biakan Trichophyton mentagrophytes diinokulasikan pada media Sabouroud Dextrosa

Agar (5 cawan Petri)

Dibuat 4 sumuran dengan diameter 6 mm pada setiap cawan untuk pemberian perlakuan

Kontrol (-) Akuades

Perasan kulit jeruk purut dengan konsentrasi 20%, 40%,

60%, 80%, dan 100%

Diinkubasikan selama 4 hari pada suhu kamar

Diameter zona hambat diukur

Kontrol (+) Flukonazol 25 µg

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Uji Penelitian

Gambar 3. Skema Uji Penelitian

Catatan: Uji penelitian diulang sebanyak 3 kali dengan perasan kulit jeruk

purut yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memperkecil penyimpangan

kualitas perasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Dibuat 5 sumuran dengan diameter 6 mm pada setiap cawan untuk pemberian perlakuan

Kontrol (-) Akuades

Perasan kulit jeruk purut dengan konsentrasi 70%, 80%,

90%, dan 100%. Masing-masing diulang 5 kali

Diinkubasikan selama 4 hari pada suhu kamar

Diameter zona hambat diukur

Kontrol (+) Flukonazol 25 µg

Biakan Trichophyton mentagrophytes diinokulasikan pada media Sabouroud Dextrosa

Agar (7 cawan Petri)

Uji Kruskal Wallis

Uji Mann Whitney

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

H. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

a. Cawan Petri dengan diameter 10 cm

b. Oshe kolong

c. Tabung reaksi

d. Beaker glass

e. Alat pembuat sumuran berdiameter 6 mm

f. Pipet

g. Mikropipet

h. Penggaris

i. 0,5 standar Mc Farland

j. Autoklaf

k. Lampu spiritus

l. Kertas saring

m. Saringan plastik

n. Blender

2. Bahan Penelitian

a. Biakan Trichophyton mentagrophytes

b. Sabouroud Dextrose Agar (SDA)

c. Perasan kulit jeruk purut

d. Akuades

e. Diflucan yang mengandung 50 mg flukonazol 1 kapsul

f. Alkohol 96%

g. NaCl 0,9%

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

h. Kloramfenikol

I. Cara Kerja

1. Uji Pendahuluan

a. Tahap Persiapan

1) Perasan Kulit Jeruk Purut

Mencuci bersih jeruk purut terlebih dahulu dengan

menggunakan air mengalir, tujuannya untuk menghilangkan

kotoran yang menempel. Kemudian merendamnya di dalam

alkohol 96% agar jeruk purut lebih steril dan bebas dari

kontaminasi. Mengupas jeruk purut untuk diambil bagian kulitnya

saja. Selanjutnya melumatkan 100 gram irisan kulit jeruk purut

tersebut menggunakan blender dengan dicampur 100 ml akuades.

Hasil dari proses pelumatan kemudian diperas dan disaring dua

kali. Penyaringan pertama dilakukan dengan saringan plastik yang

dilapisi kain, kemudian penyaringan berikutnya dengan kertas

saring untuk mendapatkan hasil perasan air yang bagus dan tanpa

endapan. Air hasil saringan dianggap konsentrasi 100%.

2) Pembiakan Trichophyton mentagrophytes

Biakan jamur diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi

Universitas Setia Budi Surakarta. Trichophyton mentagrophytes

yang diperoleh merupakan biakan subkultur 5 hari dalam

Sabouraud Dextrosa Agar Slant.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Tahap Uji Pendahuluan

1) Persiapan preparat obat flukonazol 25 µg

Preparat flukonazol yang dipakai adalah Diflucan. Satu kapsul

Diflucan mengandung 50 mg flukonazol. Satu kapsul flukonazol

50 mg dilarutkan dengan 100 ml akuades. Pengenceran ini adalah

pengenceran pertama.

ó 50 mg dlm 100 ml

ó 0,5 mg/ 1 ml

ó 500 µg/ 1 ml

Kemudian dengan rumus :

N1 · V1 = N2 · V2

500 · V1 = 25 · 100

V1 = 5 ml

Jadi, untuk mendapatkan kadar flukonazol 25 µg, 5 ml dari hasil

pengenceran pertama dilarutkan ke dalam 100 ml akuades (V2).

Zona sensitivitas flukonazol 25 µg berdasarkan standar yang

ada adalah sebagai berikut:

Flukonazol : ≥ 19 mm = sensitif

: 13 – 18 mm = intermediate

: ≤ 12 = resisten

(Barry & Brown, 1996)

2) Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar

Menyiapkan Sabouraud Dextrose Agar bubuk 10 gram

kemudian menambahkannya dengan akuades 150 ml, lalu

V1 = Volume yang tersedia N1 = Kadar flukonazol awal V2 = Volume yang akan

digunakan N2 = Kadar flukonazol akhir

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

memanaskan sambil mengaduk sampai tercampur homogen.

Menambahkan kloramfenikol pada media cair untuk mencegah

tumbuhnya kuman kontaminan. Setiap 1000 ml Sabouraud

Dextrose Agar cair memerlukan 400 mg kloramfenikol, maka:

Kloramfenikol yang diperlukan untuk 150 ml Sabouraud Dextrose

Agar = 150 ml x 400mg = 60 mg

1000 ml

Setiap 250 mg kloramfenikol dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9%.

Maka:

NaCl 0,9% yang diperlukan = 60 mg x 10 ml = 2,4 ml

250 mg

(Bridson, 1998)

Jadi memerlukan 60 mg kloramfenikol untuk melarutkan dalam 2,4

ml NaCl 0,9%.

Kemudian setelah itu mensterilkan media cair yang telah

ditambah larutan kloramfenikol dengan autoklaf pada suhu 1210C

selama 15 menit bersama dengan peralatan penelitian lain yang

dibutuhkan. Menuangkan Sabouraud Dextrosa Agar cair dalam 5

cawan Petri yang telah disterilkan dan membiarkan sampai dingin.

3) Pembuatan suspensi dan inokulum Trichophyton mentagrophytes

Mengambil biakan Trichophyton mentagrophytes dengan

menggunakan oshe steril kemudian memasukkan ke dalam larutan

NaCl 0,9% sampai mencapai kekeruhan yang ekivalen dengan 0,5

standart Mc Farland. Menginokulasikan sampel cair Trichophyton

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

mentagrophytes sebanyak 0,2 ml ke dalam tiap-tiap cawan Petri

yang berisi Sabouraud Dextrose Agar. Menggoyang agar untuk

meratakan sampel Trichophyton mentagrophytes.

4) Pengenceran perasan kulit jeruk purut

Mengencerkan hasil perasan kulit jeruk purut yang telah

disiapkan saat tahap persiapan uji pendahuluan. Perasan diencerkan

dengan akuades sehingga diperoleh konsentrasi 20%, 40%, 60%,

80%, dan 100%. Penentuan konsentrasi tersebut berdasar dari hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayah dan Subakir (2010)

mengenai efektifitas air perasan buah jeruk purut 25% terhadap

pertumbuhan Malassezia sp. Pembuatan perasan konsentrasi 20%,

40%, 60%, 80%, dan 100% tersebut berasal dari pengenceran air

perasan konsentrasi 100%. Adapun cara pengencerannya menurut

Ahmad (1996) sebagai berikut:

- Perasan konsentrasi 20% berasal dari 20 ml (perasan konsentrasi

100%) + akuades 100ml.

- Perasan konsentrasi 40% berasal dari 40 ml (perasan konsentrasi

100%) + akuades 100ml.

- Perasan konsentrasi 60% berasal dari 60 ml (perasan konsentrasi

100%) + akuades 100ml.

- Perasan konsentrasi 80% berasal dari 80 ml (perasan konsentrasi

100%) + akuades 100ml.

- Perasan konsentrasi 100% merupakan perasan asli yang tidak

perlu diencerkan

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

5) Memberi perlakuan ke dalam 5 cawan Petri dengan perasan kulit

jeruk purut, akuades, flukonazol 25 µg

Langkah pertama dalam tahap ini adalah membuat 4 sumuran

berdiameter 6 mm pada masing-masing cawan Petri. Pada masing-

masing sumuran diisi 0,05 ml akuades sebagai kontrol negatif, 0,05

ml flukonazol 25 µg sebagai kontrol positif, dan 0,05 ml perasan

kulit jeruk purut dengan konsentrasi berbeda-beda, yaitu 20%,

40%, 60%, 80%, dan 100%.

Selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar selama 4 hari. Setelah

diinkubasi, dilakukan pengukur diamater daerah yang bening (zona

hambatan) dengan menggunakan penggaris melewati pusat

sumuran.

2. Uji Penelitian

a. Tahap Persiapan

1) Perasan Kulit Jeruk Purut

Mencuci bersih jeruk purut terlebih dahulu dengan

menggunakan air mengalir, tujuannya untuk menghilangkan

kotoran yang menempel. Kemudian merendamnya di dalam

alkohol 96% agar jeruk purut lebih steril dan bebas dari

kontaminasi. Mengupas jeruk purut untuk diambil bagian kulitnya

saja. Selanjutnya melumatkan 100 gram irisan kulit jeruk purut

tersebut menggunakan blender dengan dicampur 100 ml akuades.

Hasil dari proses pelumatan kemudian diperas dan disaring dua

kali. Penyaringan pertama dilakukan dengan saringan plastik yang

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dilapisi kain, kemudian penyaringan berikutnya dengan kertas

saring untuk mendapatkan hasil perasan air yang bagus dan tanpa

endapan. Air hasil saringan dianggap konsentrasi 100%.

2) Pembiakan Trichophyton mentagrophytes

Memperoleh biakan jamur diperoleh dari laboratorium

Mikrobiologi Universitas Setia Budi Surakarta. Trichophyton

mentagrophytes yang diperoleh merupakan biakan subkultur 5 hari

dalam Sabouraud Dextrosa Agar Slant.

b. Tahap Uji Penelitian

1) Penentuan besar ulangan

Dihitung dengan rumus Federer

(n-1) (t-1) > 15

Keterangan

n : besar ulangan

t : jumlah kelompok perlakuan

Karena pada penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan,

maka :

(n-1) (t-1) > 15

(n-1) (6-1) > 15

5n > 20

n > 4

Jadi, untuk setiap kelompok, jumlah pengulangan harus lebih dari

4. Dalam penelitian ini menggunakan 5 kali ulangan dalam setiap

kelompok.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2) Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar

Menyiapan Sabouraud Dextrose Agar bubuk 13 gram dan

menambahkan akuades 200 ml, lalu memanaskan sambil

mengaduk sampai tercampur homogen. Menambahkan

kloramfenikol pada media cair untuk mencegah tumbuhnya kuman

kontaminan. Setiap 1000 ml Sabouraud Dextrose Agar cair

memerlukan 400 mg kloramfenikol, maka:

Kloramfenikol yang diperlukan untuk 150 ml Sabouraud Dextrose

Agar = 200 ml x 400mg = 80 mg

1000 ml

Setiap 250 mg kloramfenikol dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9%,

Maka:

NaCl 0,9% yang diperlukan = 80 mg x 10 ml = 3,2 ml

250 mg

(Bridson, 1998)

Jadi diperlukan 80 mg kloramfenikol dilarutkan dalam 3,2 ml NaCl

0,9%.

Kemudian mensterilkan media cair yang telah ditambah larutan

kloramfenikol dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit

bersama dengan peralatan penelitian lain yang dibutuhkan.

Menuangkan Sabouraud Dextrosa Agar cair dalam 5 cawan Petri

yang telah disterilkan dan membiarkan sampai dingin.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3) Pembuatan suspensi dan inokulum Trichophyton mentagrophytes

Memperoleh biakan jamur dari Laboratorium Mikrobiologi

Universitas Setia Budi Surakarta. Trichophyton mentagrophytes

yang diperoleh merupakan biakan sub kultur 5 hari dalam

Sabouraud Dextrose Agar miring. Mengambil biakan dengan

menggunakan oshe steril kemudian memasukkan ke dalam larutan

NaCl 0,9% sampai mencapai kekeruhan yang ekivalen dengan 0,5

standart Mc Farland. Menginokulasikan sampel cair Trichophyton

mentagrophytes sebanyak 0,2 ml ke dalam tiap-tiap cawan petri

yang berisi Sabouraud Dextrose Agar. Menggoyang agar untuk

meratakan sampel Trichophyton mentagrophytes.

4) Pengenceran perasan kulit jeruk purut

Mengencerkan hasil perasan kulit jeruk purut yang telah

disiapkan pada saat tahap persiapan uji pendahuluan sehingga

diperoleh konsentrasi 70%, 80%, 90% dan 100%.

5) Memberi perlakuan ke dalam 7 cawan Petri dengan perasan kulit

jeruk purut, akuades dan flukonazol 25 µg

Langkah pertama dalam tahap ini adalah membuat 5 sumuran

berdiameter 6 mm pada masing-masing cawan Petri. Pada masing-

masing sumuran diisi 0,05 ml akuades sebagai kontrol negatif, 0,05

ml flukonazol 25 µg sebagai kontrol positif, dan 0,05 ml perasan

kulit jeruk purut dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100%.

Selanjutnya diiinkubasi pada suhu kamar selama 4 hari. Setelah

diinkubasi, dilakukan pengukuran diamater daerah yang bening

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

(zona hambatan) dengan menggunakan penggaris melewati pusat

sumuran.

Mengulang tahap penelitian poin a dan b dengan perasan kulit

jeruk purut yang berbeda. Pengulangan perasan dilakukan

sebanyak 3 kali.

J. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik non parametrik, yaitu

uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Mann Whitney. Uji Kruskal Wallis

adalah uji untuk menentukan apakah terdapat perbedaan antar kelompok yang

diuji (α = 0,05).

Hipotesis:

H0 : Tidak ada perbedaan antar kelompok perlakuan

H1 : Ada perbedaan antar kelompok perlakuan.

Pengambilan keputusan:

Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak

Uji Mann Whitney digunakan untuk membandingkan rerata diameter zona

hambatan antar kelompok sehingga dapat diketahui kelompok mana yang

berbeda secara signifikan atau tidak dengan kelompok lain (α = 0,05).

Hipotesis:

H0 : Tidak ada perbedaan antara kelompok yang dibandingkan.

H1 : Ada perbedaan antara kelompok yang dibandingkan.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Pengambilan keputusan:

Jika probabilitas > 0.05 maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak

Data diolah dengan menggunakan Statistical Producy and Service Solution

(SPSS) 16,00 for Windows (Budiarto, 2002).

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Dari uji pendahuluan yang dilakukan sebelum uji penelitian, diperoleh

data sebagai berikut :

Tabel 1. Rerata Diameter Zona Hambat Trichophtyon mentagrophytes pada Uji Pendahuluan

Perlakuan Rerata Diameter

Zona Hambat (mm)* Akuades (kontrol negatif)

6

Flukonazol 25 µg (kontrol positif)

37,2

Perasan kulit jeruk purut 20%

14

Perasan kulit jeruk purut 40%

15

Perasan kulit jeruk purut 60%

13

Perasan kulit jeruk purut 80%

22,5

Perasan kulit jeruk purut 100%

19

Sumber data : Primer, Desember 2010

Keterangan: * Pengukuran diameter zona hambat termasuk diameter sumuran 6 mm

Data selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 1. Dari Tabel 1 di atas

dapat dibuat grafik yang menggambarkan rerata diameter zona hambatan pada

masing-masing perlakuan.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Gambar 4. Diagram Rerata Diameter Zona Hambat (mm) Masing-Masing Kelompok Perlakuan pada Uji Pendahuluan

Pada uji penelitian, konsentrasi perasan kulit jeruk purut yang digunakan

adalah 70%, 80%, 90%, dan 100%. Dilakukan pengulangan percobaan

sebanyak 3 kali dengan perasan kulit jeruk purut yang berbeda. Hasil masing-

masing penelitian dapat dilihat pada lampiran 2, 3, dan 4. Adapun rerata hasil

penelitian eksperimental laboratorium efek antifungi perasan kulit jeruk purut

(Citrus hystrix) terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes secara in

vitro pada Sabouraud Dextrose Agar adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Rerata Diameter Zona Hambat Trichophyton mentagrophytes Dari Tiga Kali Perasan

Diameter Zona Hambat (mm)

Akuades Rerata Perasan Kulit Jeruk Purut* Flukonazol

25 µg 70% 80% 90% 100%

Perasan I 6 13,4 20 21,8 21,4 26,4

Perasan II 6 13,2 18,6 22,2 21 25

Perasan III 6 12,4 20 21 23 25

Rerata 6 13 19,5 21,7 21,8 25,5

Sumber data : Primer, Desember 2010

*Keterangan: Pengukuran diameter zona hambat termasuk diameter sumuran 6 mm

6

14 1513

22,519

37,2

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Akuades Perasan KulitJeruk Purut

20%

Perasan KulitJeruk Purut

40%

Perasan KulitJeruk Purut

60%

Perasan KulitJeruk Purut

80%

Perasan KulitJeruk Purut

100%

Flukonazol25ug

Kelompok Perlakuan

Dia

met

er Z

on

a H

amb

at (

mm

)

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dari tabel 2 di atas dapat dibuat diagram yang menggambarkan zona

hambatan perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap Trichophyton

mentagrophytes secara in vitro pada masing-masing kelompok perlakuan.

Gambar 5. Diagram Rerata Diameter Zona Hambat (mm) Masing-Masing Kelompok Perlakuan pada Uji Penelitian

Pada diagram di atas dapat dilihat adanya perbedaan rata-rata diameter

zona hambatan pada masing-masing kelompok perlakuan. Semakin tinggi

konsentrasi perasan yang digunakan, semakin besar zona hambatan yang

terbentuk. Kelompok perlakuan dengan menggunakan akuades (kontrol

negatif) tidak menunjukkan adanya zona hambatan. Sedangkan kelompok

perlakuan dengan flukonazol 25 µg (kontrol positif) menunjukkan rata-rata

diameter zona hambatan 25,5 mm terhadap Tricophyton mentagrophytes.

6

13

19,521,7 21,8

25,5

0

5

10

15

20

25

30

Akuades Perasan KulitJeruk Purut

70%

Perasan KulitJeruk Purut

80%

Perasan KulitJeruk Purut

90%

Perasan KulitJeruk Purut

100%

Flukonazol25ug

Kelompok Perlakuan

Dia

met

er Z

on

a H

amb

at (

mm

)

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

B. Analisis Data

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov (lampiran 5). Didapatkan nilai signifikansi diatas 0.05 yang

menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Setelah itu, homogenitas data

diuji menggunakan Levene Test (lampiran 5), didapatkan nilai signifikansi

dibawah 0.05, maka data dinyatakan tidak homogen. Data terdistribusi normal

tetapi tidak homogen, maka syarat untuk uji one way ANOVA tidak terpenuhi.

Sehingga digunakan uji homolognya, yaitu uji Kruskal Wallis yang kemudian

dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Data diolah dengan program Statistical

Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows.

1. Uji Kruskal Wallis

Dari hasil yang diperoleh, terdapat perbedaan antara keenam kelompok

perlakuan. Dari uji statistik Kruskal Wallis (lampiran 6) dengan tingkat

kemaknaan (α) 0.05, diperoleh nilai t hitung 16.222 dan nilai t tabel

(lampiran 8) 11.070. Maka diketahui bahwa nilai t hitung lebih besar dari

nilai t tabel yang menunjukkan hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis

alternatif (H1) diterima. Jadi, terdapat perbedaan diameter zona hambatan

antara keenam kelompok perlakuan dengan nilai probabilitas 0.006, lebih

kecil dari 0.05.

2. Uji Mann Whitney

Uji Mann Whitney digunakan untuk membandingkan seberapa jauh

perbedaan rerata diameter zona hambatan antar kelompok perlakuan.

Berikut adalah ringkasan hasil Uji Mann Whitney dari lampiran 6:

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann Whitney

Kelompok Nilai P Tingkat Kemaknaan

Akuades Flukonazol 25 µg

0.034 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 70%

0.037 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 80%

0.034 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 90%

0.037 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 100%

0.037 Bermakna

Flukonazol 25 µg Perasan kulit jeruk purut 70%

0.046 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 80%

0.046 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 90%

0.046 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 100%

0.046 Bermakna

Perasan Kulit Jeruk purut 70%

Perasan kulit jeruk purut 80%

0.046 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 90%

0.050 Bermakna

Perasan kulit jeruk purut 100%

0.050 Bermakna

Perasan Kulit Jeruk purut 80%

Perasan kulit jeruk purut 90%

0.046 Bermakna

Perasan Kulit Jeruk purut 80%

Perasan kulit jeruk purut 100%

0.046 Bermakna

Perasan Kulit Jeruk purut 90%

Perasan kulit jeruk purut 100%

1.000 Tidak Bermakna

Sesuai hasil uji Mann Whitney di atas, dapat diketahui bahwa :

a. Terdapat perbedaan antara diameter zona hambat kelompok akuades

(kontrol negatif) dengan flukonazol 25 µg (kontrol positif). Antara

akuades dengan perasan kulit jeruk purut pada seluruh tingkat

konsentrasi (70%, 80%, 90%, dan 100%) juga terdapat perbedaan

diameter zona hambat.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b. Terdapat perbedaan antara diameter zona hambat kelompok flukonazol

25 µg (kontrol positif) dengan perasan kulit jeruk purut pada seluruh

tingkat konsentrasi (70%, 80%, 90%, dan 100%).

c. Didalam kelompok perasan kulit jeruk purut sendiri, terdapat

perbedaan antara diameter zona hambat konsentrasi 70% dengan

konsentrasi 80%, 90% dan 100%; serta antara diameter zona hambat

konsentrasi 80% dengan konsentrasi 90% dan 100%. Akan tetapi tidak

terdapat perbedaan antara diameter zona hambat konsentrasi 90%

dengan konsentrasi 100%.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB V

PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu.

Uji pendahuluan digunakan untuk menentukan konsentrasi perasan kulit jeruk

purut yang akan digunakan dalam penelitian. Uji pendahuluan dimulai dengan

konsentrasi perasan kulit jeruk purut 20% karena mengacu pada penelitian yang

telah dilakukan oleh Hidayah dan Subakir (2010) mengenai efektifitas air perasan

buah jeruk purut 20% terhadap pertumbuhan Malassezia sp. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk purut 25% dibandingkan

ketokonazol 2% terhadap pertumbuhan Malassezia sp. pada ketombe.

Sampel dari penelitian tersebut adalah biakan (+) Malassezia sp. pada

Sabouraud Dextrose Agar olive oil. Biakan (+) Malassezia sp. tersebut diencerkan

sesuai dengan standar McFarland 0,5 dan diambil 0,1 cc untuk ditanamkan pada

Sabouraud Dextrose Agar olive oil dengan air perasan jeruk purut 25% dan

Sabouraud Dextrose Agar olive oil dengan ketokonazol 2%. Media dimasukkan

ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam, kemudian diamati

pertumbuhan Malassezia sp.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 30 cawan biakan (+) Malassezia sp.

pada Sabouraud Dextrose Agar olive oil dengan air perasan jeruk purut 25%, 21

cawan dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (+) dan 9 cawan dinyatakan

pertumbuhan Malassezia sp. (-). Sedangkan dari 30 cawan biakan (+) Malassezia

sp. pada Sabouraud Dextrose Agar olive oil dengan ketokonazol 2%, 2 cawan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dinyatakan pertumbuhan Malassezia sp. (+) dan 28 cawan dinyatakan

pertumbuhan Malassezia sp. (-).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi perasan jeruk

purut sebesar 25% sudah mampu memberikan efek sebagai antifungi. Atas dasar

tersebut, maka perasan kulit jeruk purut dalam penelitian ini digunakan

konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%.

Uji pendahuluan juga melibatkan flukonazol 25 µg sebagai kontrol positif

untuk memperkirakan konsentrasi perasan kulit jeruk purut yang mampu

menyamai diameter zona hambatan yang dihasilkan kontrol positif. Kontrol

positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah flukonazol 25 µg karena sudah

terbukti sebagai obat antifungi. Flukonazol merupakan derivat triazol yang efektif

untuk perawatan berbagai jenis gangguan dermatofitosis (Mertesacker, 2006).

Dari hasil uji pendahuluan, didapatkan hasil bahwa perasan kulit jeruk

purut memiliki zona hambatan maksimal pada konsentrasi 80%, yaitu sebesar

22,5 mm. Atas dasar tersebut, konsentrasi perasan kulit jeruk purut yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah 70%, 80%, 90%, dan 100%. Akan tetapi

pada konsentrasi maksimal 80%, perasan jeruk purut tetap tidak mampu

menyamai diameter zona hambatan yang dihasilkan oleh flukonazol 25 µg yaitu

sebesar 37,2 mm.

Pada tahap uji penelitian, dilakukan dilakukan 3 kali penelitian dengan

menggunakan perasan jeruk purut yang berbeda. Kemudian dari ketiga hasil

tersebut diambil rata-rata yang menunjukkan hasil akhir dari penelitian. Hal ini

dilakukan untuk memperkecil penyimpangan kualitas perasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kelompok perlakuan dengan flukonazol 25 µg (kontrol positif) memiliki

perbedaan yang signifikan terhadap perasan kulit jeruk purut pada seluruh tingkat

konsentrasi (70%, 80%, 90%, dan 100%). Akan tetapi zona hambatan yang

terbentuk pada semua kelompok perlakuan lebih kecil dibandingkan dengan zona

hambatan flukonazol 25 µg. Dilihat dari rerata hasil penelitian pada tabel 2,

perasan kulit jeruk purut konsentrasi 70% menghasilkan zona hambatan sebesar

13 mm, konsentrasi 80% menghasilkan zona hambatan 19,5 mm, konsentrasi 90%

dengan zona hambatan 21,7 mm, dan konsentrasi 100% menghasilkan zona

hambatan sebesar 21,8 mm. Sedangkan flukonazol 25 µg mampu menghasilkan

diameter zona hambatan sebesar 25,5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa efek

antifungi perasan kulit jeruk purut konsentrasi 70%, 80%, 90% dan 100% lebih

kecil dibandingkan flukonazol 25 µg.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara perasan kulit jeruk purut

konsentrasi 70% dengan konsentrasi 80%, 90% dan 100%; serta antara

konsentrasi 80% dengan konsentrasi 90% dan 100%. Akan tetapi pada kelompok

perlakuan perasan kulit jeruk purut konsentrasi 90% terdapat perbedaan yang

tidak signifikan terhadap konsentrasi 100%. Zona hambatan yang terbentuk pada

konsentrasi 90% sebesar 21,7 mm, sama dengan zona hambatan yang terbentuk

pada konsentrasi 100% yaitu sebesar 21,8 mm. Sehingga kedua kelompok

perlakuan menunjukkan daya hambat yang setara terhadap Tricophyton

mentagrophytes.

Zona hambatan yang terbentuk pada semua kelompok perlakuan perasan

kulit jeruk purut menunjukkan bahwa terdapat efek antifungi pada kelompok

perlakuan tersebut. Terdapat perbedaan zona hambatan yang terbentuk pada

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

masing-masing konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi perasan yang digunakan,

semakin besar zona hambatan yang terbentuk.

Zona hambatan dapat terbentuk pada perlakuan dengan perasan kulit jeruk

purut karena di dalam perasan tersebut mengandung berbagai senyawa, seperti

minyak atsiri, saponin, flavonoid, kumarin, dan steroid triterpenoid. Senyawa

senyawa inilah yang memberikan efek antifungi terhadap jamur Trichophyton

mentagrophytes.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EFEK ANTIFUNGI ...eprints.uns.ac.id/7901/1/178991111201110581.pdf · kulit buah jeruk sekitar 70-92% (Prabasari, 2009). Daun, kulit dan buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa

perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) mempunyai efek antifungi dan pada

konsentrasi 100% memiliki daya hambat optimal dalam pertumbuhan

Trichophyton mentagrophytes secara in vitro.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa aktif

yang terkandung dalam perasan kulit jeruk purut (Citrus hystrix) yang paling

berpengaruh dapat menghambat pertumbuhan jamur Trichophyton

mentagrophytes.