eksplorasi tumbuhan obat di desa perkebunan …
TRANSCRIPT
EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI DESA
PERKEBUNAN TAMBUNAN KECAMATAN
SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
ROSELYN IMMERDA MANURUNG
151201111
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI DESA
PERKEBUNAN TAMBUNAN KECAMATAN SALAPIAN
KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA
SKRIPSI
ROSELYN IMMERDA MANURUNG
151201111
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRAK
ROSELYN IMMERDA MANURUNG: Eksplorasi Tumbuhan Obat di Desa
Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Sumatera Utara,
dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.
Pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat mengingat perkembangan
industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan obat pada lahan sawit dan lahan campur
masyarakat dan memetakan sebaran tumbuhan obat di Desa Perkebunan
Tambunan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2019 sampai dengan
Juni 2019 di Desa Perkebunan Tambunan, Kecamatan Salapian, Kabupaten
Langkat. Penelitian dilakukan dengan inventarisasi pohon dengan membuat petak
transek ukuran plot tumbuhan obat 2 x 2 meter. Pemetaan peta menggunakan
Sistem Informasi Geografis. Jenis Tumbuhan Obat yang ditemukan di lahan sawit
sebanyak 17 jenis dan lahan campur sebanyak 10 jenis. Jumlah total keseluruhan
tumbuhan obat untuk jenis tumbuhan obat sebanyak 1944 individu tumbuhan.
Jenis tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah paitan sebanyak
468 individu tumbuhan, sedangkan jenis yang paling sedikit adalah bancir dan
katuk yang berjumlah 1 individu tumbuhan. Tumbuhan obat yang ditemukan
dominan merupakan jenis tumbuhan obat tradisional sebesar 77% dan beberapa
jenis lainnya merupkan jenis tubuhan obat potensial sebesar 23%. Persebaran
tumbuhan obat di lahan sawit tersebar merata dan di lahan campur tidak tersebar
merata.
Kata Kunci: Eksplorasi, Sistem Informasi Geografis (SIG), Tumbuhan Bawah,
Tumbuhan Obat
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRACT
ROSELYN IMMERDA MANURUNG: Exploration of Medicinal Plants in
Perkebunan Tambunan Village, Salapian Sub-District, Langkat District, North
Sumatra, supervised by RAHMAWATY and ABDUL RAUF.
The development of medicinal plant production is increasing considering the
development of the modern drug industry and traditional medicine continues to
increase. This research aimed to identify the types of medicinal plants on oil palm
land and mixed land and to map the distribution of medicinal plants in the
Perkebunan Tambunan Village, Salapian Sub-District, Langkat District. This
research was conducted from March 2019 to June 2019 in Perkebunan Tambunan
Village. The study was carried out with an inventory of trees by making transect
plot of medicinal plants 2 x 2 meter. Distribution maps are made using the
Geographic Information System. Types of medicinal plants found on oil palm land
are 17 species and mixed land are 10 species. The total number of medicinal
plants for medicinal plants are 1944 individual plants. The most common types of
medicinal plants were paitan as many as 468 individual plants, while the fewest
types were bancir and katuk which amounted to 1 individual plant. The dominant
medicinal plants were found as traditional medicinal plants at 77% and several
other types were potential medicinal plants at 23%. The distribution of
understorey on oil palm is spread evenly and in frigate land is not evenly
distributed.
Keywords: Exploration, Geographic Information System (GIS), Medicinal Plants,
Understorey
Universitas Sumatera Utara
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Pematangsiantar pada
tanggal 03 Juni 1997. Penulis merupakan anak ke-3 dari 3
bersaudara oleh pasangan Bapak Parulian Manurung dan Ibu
Christiani Simanjuntak.
Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD
Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar pada tahun 2003-2009,
pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di
SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar pada tahun 2009-2012, pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar pada tahun
2012-2015. Pada tahun 2015, penulis lulus di Fakultas Kehutanan USU melalui
jalur ujian tertulis SBMPTN. Penulis memilih minat Departemen Manajemen
Hutan.
Semasa kuliah penulis merupakan anggota organisasi HIMAS USU dan
UKM KMK USU UP FP (Unit Kegiatan Mahasiswa, Kebaktian Mahasiswa
Kristen USU, Unit Pelayanan, Fakultas Pertanian). Penulis juga pernah menjadi
asisten laboratorium Praktikum Geodesi dan Kartografi pada tahun 2017 dan
2018, dan asisten laboratorium Praktikum Inventarisasi Hutan pada tahun 2018.
Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Bulu pada tahun 2017. Pada tahun
2018 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di KPH Kedu Utara, Jawa Tengah. Pada awal tahun 2019 penulis
melaksanakan penelitian dengan judul “Eksplorasi Tumbuhan Obat di
Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Sumatera
Utara” di bawah bimbingan Ibu Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Bapak
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P.
Universitas Sumatera Utara
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan
Salapian Kabupaten Langkat Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapan terima kasih kepada ibu
Rahmawaty, S.Hut, M.Si., Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan bapak
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., M.P.,
Bapak Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si., dan Bapak Dr. Alfan Gunawan
Ahmad, S.Hut., M.Si. yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada saat sidang
meja hijau serta memberikan bimbingan dan berbagai masukan berharga kepada
penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua
Bapak Parulian Manurung dan Ibu Christiani Simanjuntak, Kak Lovlyani dan
Bang Andrew yang selalu memberi dukungan dari segi moril maupun materi
kepada penulis, dan rekan tim penelitian Ruth, Theresia, Levana, dan Richard
serta teman-teman Manajemen Hutan, HUT D 2015 dan teman-teman stambuk
2015 Fakultas Kehutanan yang telah bersedia membantu dan memberi dukungan
kepada penulis untuk pelaksanaan hingga penyusunan hasil penelitian.
Penelitian ini merupakan bagian dari hibah penelitian dasar
Talenta USU 2018 No.2590/UN5.1.R/PPM/2018. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada USU atas bantuan hibah penelitian yang
diberikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat ke
berbagai pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September 2019
Roselyn Manurung
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................. 3
Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Bawah ........................................................................................... 4
Tumbuhan Obat .............................................................................................. 4
Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat ..................................................... 5
Inventarisasi Tumbuhan Obat ......................................................................... 6
EksplorasiTumbuhan obat............................................................................... 7
Aplikasi SIG .................................................................................................... 8
METODOLOGI
Waktu dan Tempat ......................................................................................... 10
Keadaan Geografi Lokasi Penelitian .............................................................. 10
Alat dan Bahan ................................................................................................ 10
Prosedur Penelitian
Teknik Pengambilan Data ................................................................... 12
Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 13
Analisis Data ................................................................................................... 13
Penentuan Sample Responden ........................................................................ 14
Pembuatan Peta Sebaran Vegetasi .................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Vegetasi ................................................................................................. 17
Potensi Tumbuhan Obat .................................................................................. 18
Pengelompokkan Tumbuhan Obat .................................................................. 20
Pemanfaatan Tumbuhan Obat ......................................................................... 22
Peta Sebaran Tumbuhan Obat ......................................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................... 51
Saran ............................................................................................................... 51
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
LAMPIRAN .................................................................................................... 57
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan
Tambunan Kecamatan Salapian .............................................................. 17
2. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Sawit ..................................... 18
3. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Campur.................................. 18
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Administrasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan
Salapian Kabupeten Langkat ............................................................... 11
2. Petak Contoh Transek .......................................................................... 12
3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat ....................... 16
4. Diagram Venn Jenis Tumbuhan Bawah di Lahan Sawit dan Lahan
Campur Desa Perkebunan Tambunan .................................................. 19
5. Persentasi Pengelompokkan Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan
Tambunan ............................................................................................ 21
6. Tumbuhan Obat Asar-asar ................................................................... 23
7. Tumbuhan Obat Bancir ........................................................................ 24
8. Tumbuhan Obat Bayeman ................................................................... 25
9. Tumbuhan Obat Calincing ................................................................... 25
10. Tumbuhan Obat Beluntas .................................................................... 26
11. Tumbuhan Obat Gandarusa ................................................................. 27
12. Tumbuhan Obat Katuk ......................................................................... 27
13. Tumbuhan Obat Kecombrang .............................................................. 28
14. Tumbuhan Obat Kemukus ................................................................... 28
15. Tumbuhan Obat Krokot ....................................................................... 29
16. Tumbuhan Obat Kunyit ....................................................................... 30
17. Tumbuhan Obat Labu Kuning ............................................................. 30
18. Tumbuhan Obat Lempuyang ............................................................... 31
19. Tumbuhan Obat Lulangan ................................................................... 32
20. Tumbuhan Obat Meniran ..................................................................... 32
21. Tumbuhan Obat Paitan ........................................................................ 33
22. Tumbuhan Obat Pulutan ...................................................................... 34
23. Tumbuhan Obat Putri Malu ................................................................. 34
24. Tumbuhan Obat Rimbang .................................................................... 35
25. Tumbuhan Obat Senduduk .................................................................. 36 26. Tumbuhan Obat Senduduk Bulu .......................................................... 36
27. Tumbuhan Obat Talas .......................................................................... 37
28. Peta Persebaran Plot Vegetasi Penelitian Desa Perkebunan
Tambunan ............................................................................................ 39
29. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 1, 2, 3, 4 Lahan
Sawit Perkebunan Tambunan.............................................................. 40
30. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan.............................................. 41
31. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 12, 13, 14, 15,
16 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan.............................................. 42
32. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 17, 18, 19 Lahan
Sawit Perkebunan Tambunan.............................................................. 43
33. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 20, 21, 22
Lahan Sawit Perkebunan Tambunan .................................................. 44
Universitas Sumatera Utara
xi
34. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 23, 24, 25
Lahan Sawit Perkebunan Tambunan .................................................. 45
35. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan ................................. 46
36. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 33, 34, 35Lahan
Sawit Perkebunan Tambunan.............................................................. 47
37. Peta Persebaran Tumbuhan Bawah (Tumbuhan Obat) Plot 36, 37,
38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan ........................................... 48
38. Peta Persebaran Seluruh Vegetasi Penelitian Plot 36, 37, 38 Lahan
Campur Perkebunan Tambunan ........................................................... 49
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Keadaan Lahan Sawit Desa Perkebunan Tambunan............................... 58
2. Keadaan Lahan Campur Desa Perkebunan Tambunan ........................... 58
3. Kegiatan Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat Bersama Responden
Kunci ....................................................................................................... 59
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber genetik
(plasma nutfah) tanaman obat, memiliki kesempatan untuk memanfaatkan
kekayaan persediaan alami produk tanaman obat. Dari 40.000 spesies tumbuhan
di dunia, 28.000 spesies diantaranya tumbuh di wilayah Indonesia dan 80%
tumbuhan tersebut terbukti sebagai tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat.
Peluang pasar tanaman obat masih cukup luas, baik untuk pemenuhan kebutuhan
dalam negeri maupun ekspor. Kebutuhan dalam negeri setiap tahunnya meningkat
sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah Industri Obat Tradisional (IOT)
dan Industri Kecil Obat Tradisonal (IKOT) di Indonesia, belum termasuk
kebutuhan industri rumah tangga dan jamu gendong. Potensi untuk mendukung
pengembangan tanaman obat, khususnya jamu, di Indonesia sangat besar. Tidak
kurang dari 1.908 buah perusahaan obat tradisonal, yang terdiri dari 79 industri
obat tradisonal, 1.413 industri kecil obat tradisional, dan 416 industri rumah
tangga, telah berkembang dengan menghasilkan berbagai jenis ramuan obat dan
bahan baku yang beragam (Rukmana dan Yudirachman, 2016).
Menurut Qamariah, dkk (2019) pemanfaatan pekarangan di pedesaan
mempunyai banyak keuntungan terutama dalam meningkatan pendapatan
keluarga misalnya sebagai warung hidup, lumbung hidup, apotek hidup, sehingga
perlu dikembangkan secara intensif. Kenyataan saat ini, harga obat di pedesaan
sangat tinggi, sering tidak tersedia, apotek sering tutup dan lebih sering lagi dokter
tidak ada. Oleh karena itu penyediaan tanaman yang berfungsi sebagai obat herbal
di pekarangan sangat membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan. Tanaman
obat memiliki fungsi ganda yakni selain sebagai dekorasi halaman dapat juga
sebagai ramuan alami untuk mengobati berbagai penyakit. Masyarakat pedesaan
belum memahami tanaman obat. Tanaman obat memiliki banyak kegunaan, yaitu
selain sangat berguna menyembuhkan berbagai penyakit, tanaman ini juga banyak
dibutuhkan oleh industri obat-obatan, rumah sakit, dan perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang penjualan produk kesehatan. Beberapa ahli herbalis yakin
bahwa pemanfaatan bahan-bahan yang bersifat alamiah lebih diterima oleh tubuh
Universitas Sumatera Utara
2
manusia dibandingkan penggunaan bahan-bahan yang bersifat sintetik, walaupun
mereka tahu bahwa khasiat pemanfaatan bahan alami cenderung relatif lambat.
Salah satu daerah di Indonesia yang belum diketahui secara pasti potensi
dari tumbuhan obatnya adalah yang terdapat di Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara. Berdasarkan Laporan Akhir Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Langkat
tahun 2018, kondisi topografi Kabupaten Langkat bervariasi mulai dari datar
untuk daerah sekitar pesisir pantai, bergelombang dan berbukit sampai bergunung
untuk daerah hulu sungai, dengan ketinggian antara 0-1.200 m dpl, dengan garis
pantai sepanjang 110 km. Bagian Timur Laut berada disepanjang
Pantai Selat Malaka, topografi relatif datar kecuali daerah perbukitan. Luas
wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha, sekitar 8,74%
dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Laporan Akhir Bantuan
Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Langkat, secara
administratif, Kabupaten Langkat terdiri atas 23 wilayah kecamatan, 240 desa,
dan 37 kelurahan.
Pada Desa Perkebunan Tambunan terdapat lahan sawit dan beberapa
warga juga memiliki lahan campuran. Pada lahan campuran, masyarakat tidak
hanya menanam tumbuhan berkayu, namun juga tumbuhan-tumbuhan bawah yang
juga memiliki manfaat yang menguntungkan. Hairiah dan Ashari (2013)
mengatakan bahwa agroforestry tersusun dari bermacam-macam jenis pohon dan
tanaman bawah yang bervariasi umurnya, sehingga sistem ini relatif lebih aman
dari resiko gagal panen, dan lebih stabil terhadap goncangan pasar dan akibat
perubahan iklim. Pada lahan campuran masayarakat tersebut, selain tumbuhan
yang menghasilkan buah, getah serta kayu yang dapat dipanen, tumbuhan bawah
yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam dilahan tersebut banyak
juga memiliki khasiat sebagai obat. Tanaman obat tersebut umumnya dapat
dikelola sendiri sebagai obat tradisional keluarga. Namun, potensi obat yang
terdapat di lahan sawit dan lahan campuran tersebut belum diketahui secara pasti
oleh seluruh masyarakat desa ataupun masyarakat lain diluar desa. Oleh karena
itu, analisis potensi tumbuhan obat jenis tumbuhan bawah perlu dilakukan.
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas
lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya. Hal ini diakibatkan
Universitas Sumatera Utara
3
oleh semakin intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat
sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman
obat akibat perluasan pembangunan industri-industri besar. Penanaman tanaman
obat tradisional diperlukan dan digiatkan oleh masyarakat, selain menjaga
kelestarian alam, dapat juga menjaga kelestarian tanaman obat di Indonesia.
Wasito (2011) mengatakan bahwa eksploitasi tumbuhan obat yang dilakukan
secara terus menerus tanpa diimbangi budi daya yang baik akan menimbulkan
kepunahan bagi tanman obat tersebut, sehingga dengan budi daya yang baik mulai
dari pembibitan, penanaman sampai pemanenan tanaman obat akan dapat
dihasilkan simplisia dengan kualitas yang baik dan data di standarisasi.
Namun, kelimpahan serta potensi tanaman obat yang terdapat dalam
kawasan ini masih belum diketahui secara pasti persebaran dan keberadaannya.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan
bawah serta potensinya sebagai tanaman obat yang terdapat pada lahan
masyarakat Desa Perkebunan Tambunan serta memetakannya teknologi Sistem
Informasi Geografis (SIG).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi jenis tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Perkebunan
Tambunan Kabupaten Langkat
2. Memetakan sebaran tumbuhan obat di lahan masyarakat Desa Perkebunan
Tambunan Kabupaten Langkat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi informasi dan data potensi keanekaragaman tumbuhan obat di lahan
masyarakat Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat.
2. Mengetahui tumbuhan obat yang mendominasi di lahan masyarakat Desa
Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan bawah
suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa hutan alam
ataupun hutan tanaman. Nilai pilihan merupakan keterkaitan dengan potensi
dalam memberikan keuntungan dimasa datang, kepunahannya merupakan nilai
kerugian bagi kesejahteraan manusia, seperti misalnya potensi tumbuhan liar yang
berpotensi sebagai sumber obat-obatan dan koleksi plasma nutfah sebagai sumber
pemuliaan tanaman. Tumbuhan bawah juga mempunyai arti ekologis karena pada
hakekatnya tumbuhan bawah adalah sebagian dari penyusun ekosistem hutan.
Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan tanaman selain sebagai sumber
keragaman hayati juga berperan untuk melindungi tanah dan organisme tanah,
membantu menciptakan iklim mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari bahaya
erosi, serta dapat memelihara kesuburan tanah (Nikmah, dkk. 2016).
Tumbuhan bawah memiliki peran sangat penting dalam ekosistem, antara
lain dalam siklus hara, pengurangan erosi, peningkatan infiltrasi, sebagai sumber
plasma nutfah, sumber obat-obatan, pakan ternak dan satwa hutan, serta manfaat
lainnya yang belum diketahui (Abdiyani, 2008). Peran dalam siklus hara
tumbuhan bawah dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil
serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah, secara turun temurun. Di Indonesia
terdapat ± 300 kelompok etnis yang memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan
mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, kerajinan, dan upacara
adat (Karina, 2014). Pemanfaatan tumbuhan bawah sebagai obat telah banyak
dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat tradisional yang tinggal jauh dari
layanan kesehatan. Etnobotani tumbuhan obat merupakan salah satu bentuk
interaksi antara masyarakat dengan lingkungan alamnya (Hadi, dkk. 2016).
Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan
sebagai obat, baik yang ditanam maupun yang tumbuh secara liar. Tumbuhan
tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan dijadikan sebagai obat
Universitas Sumatera Utara
5
guna menyembuhkan penyakit. Pengobatan dengan tanaman tradisional
merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi manfaatnya yang
berguna dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Nursiyah, 2013).
Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi tumbuhan obat
tradisional, yaitu; jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya oleh
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku
obat tradisional; tumbuhan obat modern, yaitu; jenis tumbuhan yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; tumbuhan obat
potensial, yaitu; jenis tumbuhan obat yang diduga mengandung senyawa atau
bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau
penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud, 2004).
Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara
tradisional telah dilakukan pengobatan berdasarkan pengalaman dan
keanekaragman obat-obatan dapat menunjang adanya ketersediaan obat-obat
tradisional yang siap pakai. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tumbuhan
obat dapat ditelaah melalui dua pen dekatan, yaitu farmakologi dan ilmu
etnobotani (Jumiarni dan Komalasari, 2017).
Menurut Muswita dan Jalius (2012), eksplorasi pengetahuan lokal
mengenai tumbuhan obat (etno-medisin) merupakan riset pengetahuan tradisional
dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Maraknya biopirasi yang dilakukan oleh
pihak luar terhadap kekayaan plasma nutfah tumbuhan obat Indonesia harus
segera diantisipasi dengan menyediakan data base atas kepemilikan dan autentitas
spesies tersebut sebagai kekayaan biodiversitas Indonesia.
Potensi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat
di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh)
macam yaitu : habitus bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak.
Dari ke tujuh habitus ini, spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitus
pohon mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan
habitat lainnya, yaitu sebanyak 717 spesies (40,58%) (Zuhud, 2008).
Universitas Sumatera Utara
6
Pemanfaatan tumbuhan obat berkembang pesat, seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, tuntutan
konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Penggunaan tumbuhan sebagai
obat tradisonal juga semakin banyak diminati. Telah terbukti bahwa obat yang
berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan efek samping
jika dibandingkan obat–obatan kimia. Namun, peminat obat tradisional kurang
mengetahuin informasi yang memadai tentang jenis–jenis tumbuhan yang biasa
digunakan sebagai obat–obatan tradisional (Patriyani dkk., 2016).
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dikelompokkan
menjadi daun, batang, bunga, akar, umbi, buah, getah, rimpang dan biji. Namun
demikian, tidak sedikit masyarakat memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan
dalam pengobatannya. Persentase bagian yang digunakan paling tinggi adalah
daun (31%), sedangkan yang paling rendah adalah biji (3%). Tingginya frekuensi
pemanfaatan daun sebagai obat terkait dengan beberapa keunggulan seperti
produktivitas daun yang lebih banyak, lebih muda diperoleh dibandingkan dengan
bagian lain dan penggunaannya yang relatif muda karena dapat dipergunakan
secara langsung (Susiarti, 2015).
Inventarisasi Tumbuhan Obat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inventarisasi adalah pencatatan
atau pendataan barang milik kantor (sekolah, rumah tangga dan sebagainya) yang
digunakan dalam melaksanakan tugas. Pencatatan atau pengumpulan data (tentang
kegiatan hasil yang dicapai, pendapat umum, persurat kabaran, kebudayaan dan
sebagainya). Menurut Sugiama (2013), inventarisasi adalah serangkaian kegiatan
untuk melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan dan
mendokumentasikannya pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa inventarisasi tumbuhan merupakan suatu kegiatan untuk
mengelompokkan data maupun mengelompokkan suatu jenis tumbuhan yang ada
pada suatu wilayah.
Kegiatan inventarisasi merupakan kegiatan turun ke lapangan
mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di daerah tersebut.
Kegiatan inventarisasi ini meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi. Kegiatan
inventarisasi dan karakterisasi terhadap morfologi genotipe tanaman diharapkan
Universitas Sumatera Utara
7
dapat mengungkapkan potensi unggulan tanaman ini dan informasi yang
didapatkan digunakan sebagai acuan untuk mengenalkan jenis-jenis tumbuhan
yang ada di daerah dalam ruang lingkup yang lebih luas (Yuniarti, 2011).
Inventarisasi tumbuhan yang berkhasiat obat merupakan kegiatan
pendataan seluruh tumbuhan berkhasiat obat yang ada pada plot pengamatan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat
obat dan untuk mengetahui potensi tumbuhan berkhasiat obat. Plot yang diteliti
merupakan habitat alami dari beberapa jenis tumbuhan berkhasiat obat, namun
sampai saat ini hanya sebagian kecil saja yang telah teridentifikasi
keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh alami pada daerah
tertentu. Penelitian inventarisai tumbuhan berkhasiat obat dilakukan untuk
memberikan informasi identifikasi jenis tumbuhan berkhasiat obat yang
merupakan habitat alami pada plot yang akan diteliti tersebut
(Wibisono dan Azham, 2017).
Eksplorasi Tumbuhan Obat
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan
mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk
dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Kusumo, dkk. 2002).
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan
kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya
penggunaan varietas unggul baru, dan perusakan habitat sumberdaya genetik
tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Kegiatan eksplorasi diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas
lokal dan kerabat liar yang semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin
intensifnya penggunaan varietas unggul baru, perusakan habitat sumberdaya
genetik tanaman untuk memenuhi kebutuhan kehidupan tanaman obat akibat
perluasan pembangunan industri-industri besar yang tidak mengenal belas
kasihan. Plasma nutfah atau varietas baru yang ditemukan perlu diamati sifat dan
asalnya. Dalam buku Hernani dan Djauhariya (2004) dikatakan bahwa eksplorasi
dan pengembangan budidaya tumbuhan obat terus dikembangkan untuk mencapai
sasaran jangka panjang, yaitu mengurangi impor bahan baku obat sintesis guna
Universitas Sumatera Utara
8
menghemat devisa negara. Dimana kebutuhan bahan baku obat tradisional
terutama yang bersal dari tumbuhan sebagian besar masih diambil dari alam.
Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan
keanekaragaman tumbuhan obat-obatan dapat menunjang adanya
ketersediaanobat-obatan yang siap pakai. Manusia telah lama mengenal fungsi
tumbuhan sebagai penghasil obat-obatan dalam upaya menanggulangi masalah
kesehatan. Penemuan-penemuan itu bukan berdasarkan prilaku yang rasional
tetapi karena perasaan instinktif dan secara turun-temurun pengetahuan itu
dipertahankan dengan penuturan-penuturan secara lisan Setiap daerah atau suku
bangsa memiliki ciri khas masing-masing dalam hal pengobatan tradisional. Hal
ini disebabkan oleh kondisi alamnya khususnya ketersediaan tumbuh-tumbuhan
yang berkhasiat obat di masing-masing daerah, perbedaan falsafah budaya dan
adat istiadat yang melatarbelakanginya (Jumiarni dan Komalasari, 2017).
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi
berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis, serta
memanggil data bereferensi geografis yang berkembang pesat pada lima tahun
terakhir ini. Manfaat dari SIG adalah memberikan kemudahan kepada para
pengguna atau para pengambil keputusan untuk menentukan kebijaksanaan yang
akan diambil, khususnya yang berkaitan dengan aspek keruangan (spasial). Dalam
pengaplikasian Geographic information system (GIS) menggunakan perangkat
lunak Arcview yang merupakan salah satu perangkat lunak Dengan perangkat
lunak ini, pengguna dapat melakukan proses-proses seperti visualisasi, meng-
explore, membuat query, dan menganalisa (Wibowo, dkk. 2015).
Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem
seperti data input, yaitu subsistem yang bertugas untuk mengumpulkan data dan
mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber dan bertanggung
jawab dalam mengkonversi atau mentransfortasikan format-format data-data
aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG. Data output merupakan
subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
Universitas Sumatera Utara
9
basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: tabel,
grafik dan peta (Arkanuddin, 2012).
Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk pengumpulan data,
penyimpanan, analisis dan manipulasi referensi geografis, termasuk tata letak peta
untuk menunjukkan distribusi spasial fenomena geografis termasuk karakteristik
yang sesuai dengan yang ada di permukaan bumi (Rahmawaty, dkk. 2019).
Aplikasi Sistem Informasi Geografis telah banyak diterapkan dalam berbagai jenis
bidang pertanian dan kehutanan. Menurut Rahmawaty, dkk (2014),
Rahmawaty, dkk (2018), Rahmawaty, dkk (2019), Tarigan, dkk (2016), apikasi
Sistem Informasi Geografis dalam bidang pertanian dan kehutanan adalah
pemetaan kesesuaian lahan dan menyajikannya dalam bentuk peta,
Rahmawaty, dkk (2011) mengkaji penyebaran perkebunan kelapa sawit pada
kawasan hutan, Rahmawaty, dkk (2011) menganalisis perubahan tutupan lahan,
serta masih banyak pengaplikasian Sistem Informasi Geografis dalam berbagai
bidang penelitian.
Sistem Informasi Geografi mempunyai keistimewaan analisa yaitu analisa
overlay dan analisa proximity dimana analisa overlay merupakan proses integrasi
data dari lapisan-lapisan yang berbeda. Analisa spasial dilakukan dengan meng-
overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis. Overlay
peta merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan
menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru.
Konsep overlay peta yaitu alamat overlay peta merupakan hubungan interseksi
dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial; overlay peta mengkombinasikan
data spasial dan data attribut dari dua theme masukan. Tiga tipe fitur masukan,
melalui overlay yang merupakan polygon yaitu : Titik dengan polygon
menghasilkan keluaran dalam bentuk titik-titik; garis dengan poligon,
menghasilkan keluaran dalam bentuk garis; dan poligon dengan poligon
menghasilkan keluaran dalam bentuk poligon (Handayani, dkk. 2005).
Universitas Sumatera Utara
10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai dengan
Juni 2019, di Desa Perkebunan Tambunan Kabupaten Langkat. Kemudian
pengolahan data dilakukan di Laboratorium Inventarisasi Hutan, Program Studi
Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Keadaan Geografi Lokasi Penelitian
Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha,
sekitar 8,74% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Salapaian
terletak antara 03o15’13”-03
o36’48” Lintang Utara dan 98
o14’17”- 98
o22’24”
Bujur Timur. Kecamatan Salapian terletak 88 meter diatas permukaan laut (mdpl)
dengan luas 22173 Ha (221,73 km2). Kecamatan Salapian berbatasan dengan
Kecamatan Serapit (Sebelah Utara), Kecamatan Kutambaru (Sebelah Selatan),
Kecamatan Bohorok (Sebelah Barat) dan Kecamatan Kuala (Sebelah Timur).
Kecamatan Salapian terdiri dari 17 desa. Desa Perkebunan Tambunan memiliki
luas 9,34 km2 dengan rasio terhadap luas kecamatan sebesar 4,21%. Perkebunan
Tambunan terletak 03o25’39,06” Lintang Utara dan 98
o19’10,50” Bujur Timur
(Badan Pusat Statistik, 2018).
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada saat di lapangan adalah pisau, tali rafia,
sarung tangan, kompas, Global Positioning System (GPS), meteran,
hagahypsometer, kamera digital, Microsoft Excel, Software Arc. GIS 10.3, dan
alat tulis.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi penelitian,
vegetasi tanaman obat di lokasi penelitian, buku identifikasi pohon dan tanaman
obat, dan tally sheet
Universitas Sumatera Utara
11
Gambar 1. Peta Administrasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian
Universitas Sumatera Utara
12
Prosedur Penelitian
A. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data diawali dengan inventarisasi tumbuhan obat.
Boon dan Tideman (1950) dalam Soerinaga dan Indrawan (1998) menyebutkan
penentuan intensitas sampling 2% untuk kawasan hutan
1000-10000 Ha, dan intensitas sampling 10% untuk luasan kawasan kurang dari
1000 Ha. Pengambilan spesimen dilapangan dengan menggunakan metode petak
transek. Penentuan titik awal inventarisasi dalam jalur dilakukan dengan metode
purpossive sampling, dimana penetapan titik awal dilakukan berdasarkan tempat
yang dinilai banyak memiliki tumbuhan obatnya, selanjutnya dilakukan secara
systematic sampling, dimana pembuatan plot selanjutnya dilakukan secara teratur.
Pengambilan koleksi tumbuhan obat menggunakan metode sampling plot,
yaitu membuat plot di dalam jalur dengan intensitas sampling 10% dari luas lahan
sawit masyarakat ± 14 Ha dan lahan campuran ±1.2 Ha yang sudah dianggap
mewakili seluruh kawasan penelitian. Setiap jalur dibuat plot dengan ukuran 2 x 2
meter. Luas lahan sawit masyarakat yang di jadikan sebagai lokasi penelitian
adalah 14000 m2, sehingga jumlah seluruh petak contoh yang harus dibuat
sebanyak 35 plot, dan di lahan campuran seluas 1200 m2 dengan jumlah plot
sebanyak 3 plot. Inventarisasi ini bertujuan mengidentifikasi tumbuhan obat.
Pengamatan tumbuhan obat dilakukan secara eksploratif di dalam plot sepanjang
jalur pengamatan. Setiap petak dihitung jumlah individu dari setiap spesies.
Bentuk petak contoh pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.
20m
Gambar 2. Petak Contoh Pengambilan Data
20m
Universitas Sumatera Utara
13
Keterangan:
a. Petak A : petak ukur untuk semai dan tumbuhan bawah ukuran 2 × 2 m
b. Petak B : petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 × 5 m
c. Petak C : petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 × 10 m
d. Petak D : petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 × 20
a. Semai adalah anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi kurang 1,5 m
b. Pancang adalah anakan pohon tingginya ≥ 1,5 meter sampai diameter <7 cm.
c. Tiang adalah anakan pohon yang diameternya 10 cm sampai < 20 cm.
d. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm (Kusmana, 1997).
B. Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat dan bahan, serta kelengkapan
administrasi dan melakukan observasi.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pengambilan
sampel. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan pada saat pengambilan data di lapangan, mencakup data jenis
tumbuhan, jumlah spesies, jumlah individu, diameter pohon, tinggi pohon,
ketinggian titik lokasi petak contoh, dan ordinat lokasi petak contoh. Sedangkan
data sekunder mencakup data iklim, rencana pengelolaan kawasan, hasil-hasil
penelitian sebelumnya, data kelerengan dan topografi kawasan.
Analisis Data
Metode identifikasi jenis tanaman obat diawali dengan pengamatan
langsung di lapangan. Proses identifikasi jenis tumbuhan obat dari lapangan
sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.
2. Menanyakan identitas tumbuhan kepada masyarakat sekitar.
3. Mencocokkan gambar-gambar hasil dokumentasi maupun jenis yang
dikumpulkan dari lapangan dengan website yang menyediakan deskripsi
Universitas Sumatera Utara
14
tumbuhan yang ditemukan dan juga dilakukan dengan mencocokkan dengan
buku Tumbuhan Obat.
4. Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya.
5. Hasil identifikasi difoto dan dimasukkan ke dalam Tabel
Penelitian ini dilakukan dengancara pengambilan titik plot vegetasi
tanaman obat dengan menggunakan GPS untuk mengetahui sebaran vegetasi dan
tumbuhan obat. Pengolahan data untuk pembuatan peta sebaran vegetasi
dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan software
ArcGis 10.3. ArcGis 10.3 merupakan salah satu perangkat lunak desktop SIG dan
pemetaan yang dikembangkan oleh Environmental Systems Research Institute
(ESRI) (Prahasta, 2002).
Data yang dikelola dalam basis data ini berkaitan dengan ruang atau posisi
geografis (data spasial) maupun data yang bersifat deskriptif dan numerik/angka
yang akan dapat tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi. Dalam sistem ini
tiap jenis tema akan disimpan dalam bentuk layer atau lapisan peta secara digital
sehingga memudahkan untuk memperbaiki dan memperbaharui (updating) data,
serta mempermudah dalam pencarian data serta mempergunakannnya secara
tepat. Penambahan, pengurangan, dan perubahan data sangat mungkin dan mudah
dilakukan berdasarkan perkembangan data terkini (hasil survei terbaru), sehingga
peta yang dihasilkan adalah peta yang bersifat terbuka yang dapat diperbaharui
setiap saat.
Penentuan Sampel Responden
Sampel dalam penelitian ini yaitu responden kunci (key informant)
pemilihannya ditentukan dengan cara purposive sampling yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian melalui kuisioner secara langsung kepada masyarakat.
Responden kunci yakni seseorang yang memahami tentang tumbuhan obat
sekaligus mengkonsumsinya. Responden kunci berjumlah satu orang, yang
bernama Ibu Sumniarti (58 tahun), suku Jawa dengan pekerjaan sebagai peracik
tumbuhan obat di Desa Perkebunan Tambunan.
Universitas Sumatera Utara
15
Pembuatan Peta Sebaran Vegetasi
Hasil inventarisasi tumbuhan kehutanan dan tanaman obat dapat disajikan
dalam bentuk peta dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis
(SIG). Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Sistem ini merekam, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada
kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegarisikan operasi-operasi umum database
seperti query dan analisis staistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis
yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.
Pemetaan sebaran tumbuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode
inventarisasi dan pengambilan titik tumbuhan obat pada masing-masing plot yang
terdapat di lapangan. Data sebaran tumbuhan obat disimpan di GPS yang
berbentuk dari waypoint, selanjutnya di overlay dengan peta tempat lokasi
penelitian menggunakan software GIS. Pembuatan peta penyebaran tumbuhan
obat dilakukan dengan melakukan overlay antara peta administrasi Kabupaten
Langkat dengan data titik koordinat vegetasi tumbuhan yang diambil di lapangan
dengan menggunakan GPS. Koordinat GPS yang diambil pada lokasi penelitian
sebanyak 366 titik. Untuk pengambilan titik koordinat tumbuhan dengan
mengambil satu atau dua titik koordinat yang mewakili seluruh tumbuhan obat
yang sejenis yang berada dalam plot pengamatan. Pengolahan data titik koordinat
yang diperoleh dari lapangan sebagai berikut:
1. Data titik koordinat diolah dari data GPS ke komputer dengan menggunakan
software ArcGIS 10.3.
2. File titik koordinat GPS diubah kedalam bentuk shp dengan cara klik
Arctoolbox-conversion tools-from GPS- GPX to features, pilih dimana tempat
file koordinat GPS berada pada input GPX file dan tentukan tempat
penyimpanan shp GPS pada output features class.
3. Setelah diperoleh peta titik koordinat tumbuhan, selanjutnya titik tersebut di
overlaykan dengan peta administrasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan
Salapian Kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
16
4. Memasukan data shapfile hasil overlay tumbuhan obat.
5. Klik arctoolbox-analysistools-overlay-intersect.
6. Open attribute table shapfile hasil intersect.
7. Membuat field baru dan memasukan data hasil yang sesuai yaitu jenis tanaman
obat.
8. Membuat desain layout dan format peta yaitu judul, legenda, koordinat
geografis dan skala.
Gambar 3. Skema Alur Pembuatan Peta Sebaran Tumbuhan Obat
Data Lapangan Berupa Titik
Koordinat
Titik Koordinat Tumbuhan
Obat
ArcGis 10.3
Titik Koordinat vegetasi tumbuhan
obat
Overlay
Peta Dasar Lokasi Penelitian di
Desa Perkebunan Tambunan
Peta Sebaran Tumbuhan
Obat
Universitas Sumatera Utara
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Vegetasi
Hasil dari inventarisasi yang dilakukan di plot penelitian Desa Perkebunan
Tambunan Kecamatan Salapian dimana pada lahan sawit dan lahan campur
masyarakat dibawah tegakan karet, mahoni, dan cokelat dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan Tambunan
Kecamatan Salapian
No Nama Lokal Nama Latin Famili Jumlah
1 Asar-asar Selaginella deoderleinii Selaginellaceae 45
2 Bancir Bidens Pilosa Asteraceae 1
3 Bayeman Asystasia gangetica Acanthaceae 247
4 Beluntas Pluchea indica Asteraceae 437
5 Calincing Oxalis barrelieri Oxalidaceae 30
6 Katuk Sauropus androgynus Phyllanthaceae 1
7 Kemukus Piper cubeba Piperacea 47
8 Gandarusa Justicia gendarusa Lauraceae 22
9 Kecombrang Nicolaia speciosa Zingiberaceae 4
10 Krokot Portulaca oleracea L. Portulacaceae 158
11 Kunyit Curcuma longa Zingiberaceae 5
12 Labu Cucurbita moschata Cucurbitaceae 3
13 Lempuyang Zingiber zerumbet Zingiberaceae 3
14 Lulangan Eleusine indica Poaceae 13
15 Meniran Phyllanthus urinaria Phyllanthaceae 43
16 Paitan Axonopus compressus Poaceae 468
17 Pulutan Urena lobata Malvaceae 118
18 Putri Malu Mimosa pudica Fabaceae 28
19 Rimbang Solanum torvum Solanaceae 29
20 Senduduk Melastoma candidum Melastomataceae 130
21 Senduduk Bulu Melastoma afiine Melastomataceae 108
22 Talas Colocasia esculenta L. Araceae 4
Total 1944
Hasil pengelompokan tumbuhan yang diketahui sebagai tumbuhan obat
oleh masyarakat Desa Perkebunan Tambunan dapat dilihat pada pada Tabel 1.
Jenis tumbuhan bawah lebih banyak dijumpai pada lahan sawit di Desa
Perkebunan Tambunan dan hanya sedikit jenis herba yang terdapat di lahan
campur milik masyarakat. Jenis tumbuhan bawah yang paling banyak ditemukan
adalah jenis paitan yaitu sebanyak 468 dan yang paling sedikit adalah jenis katuk
dan bancir yang hanya ditemukan 1 buah. Trisna, dkk. (2018) mengatakan bahwa
habitat jenis paitan yaitu di lahan yang kering, pada dataran rendah sampai
dataran tinggi lebih kurang 1400 mdpl serta tumbuh baik di tempat terbuka atau
Universitas Sumatera Utara
18
terlindung. Persyaratan tumbuh jenis ini, dapat tumbuh baik pada tanah yang
berpasir atau berpasir lempung tanah, tetapi juga untuk tanah liat dan gambut,
berkembang di tanah yang terlalu subur. Maka, hal itu dapat membuat paitan
mampu mendominasi di Desa Perkebunan Tambunan.
Potensi Tumbuhan Obat
Jumlah spesies tumbuhan bawah berdasarkan famili dapat disajikan pada
Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 2. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Sawit No Famili Jumlah
1 Oxalidacae 1
2 Portulacaceae 1
3 Selaginellaceae 1
4 Asteraceae 2
5 Acanthaceae 1
6 Lauraceae 1
7 Poaceae 2
8 Phyllanthaceae 1
9 Malvaceae 1
10 Fabaceae 1
11 Solanaceae 1
12 Melastomataceae 2
13 Piperacea 1
14 Araceae 1
Tabel 3. Jumlah Famili Tumbuhan Obat di Lahan Campur
No Famili Jumlah
1 Acanthaceae 1
2 Phyllanthaceae 2
3 Zingiberaceae 3
4 Cucurbitaceae 1
5 Poaceae 1
6 Malvaceae 1
7 Araceae 1
Famili jenis tumbuhan bawah (Tabel 2) yang terdapat di lahan sawit
adalah sebanyak 14 famili. Famili Asteraceae, Poaceae, dan Melastomataceae
termasuk famili yang mendominasi pada lahan tersebut dikarenakan ketiga famili
tersebut ditemukan masing-masing berjumlah 2 pada lahan sawit. Sedangkan
famili lainnya hanya ditemukan 1 pada lahan sawit tersebut. Lahan campur
masyarakat (Tabel 3) didominasi oleh famili Zingiberaceae yang ditemukan
sebanyak 3 jenis tumbuhan bawah yang ditemukan termasuk famili tersebut,
Universitas Sumatera Utara
19
disusul oleh famili Phyllanthaceae sebanyak 2, selebihnya famili yang ditemukan
masing-masing hanya 1 pada lahan campur tersebut.
Jumlah tumbuhan obat dilahan sawit lebih banyak daripada di lahan
campur. Lahan sawit memiliki 12 spesies tumbuhan obat dan di lahan campur
memiliki 10 spesies tumbuhan obat, sedangkan spesies tumbuhan obat yang
dimiliki oleh kedua lahan tersebut ada 5 spesies. Jumlah dan jenis spesies tiap
lahan tersebut dapat disajikan dalam diagram venn (Gambar 4) sebagai berikut.
Gambar 4. Diagram Venn Jenis Tumbuhan Bawah di Lahan Sawit dan Lahan
Campur Desa Perkebunan Tambunan
Lahan sawit dan lahan campuran memiliki persamaan jenis tumbuhan
bawah (Gambar 4) yaitu jenis bayeman (Asystasia gangetica), lulangan
(Eleusine indica), meniran (Phyllanthus urinaria), pulutan (Urena lobata), dan
talas (Colocasia esculenta L.). terdapat 5 jenis tumbuhan bawah yang sama,
selebihnya berbeda. Persamaan jenis tumbuhan bawah tersebut dapat dikarenakan
tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh secara alami dan
mampu hidup pada tutupan lahan jenis apapun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Endarwati, dkk (2017) yang mengatakan bahwa tumbuhan bawah atau belukar
yang banyak ditemukan atau mendominasi lahan merupakan tanaman yang
mampu hidup di lahan manapun dan merupakan tanaman liar yang memberi
naungan pada tanaman utama.
Calincing
Krokot
Asar-asar
Bancir
Beluntas
Gandarusa
Paitan
Putri Malu
Rimbang
Senduduk
Senduduk Bulu
Kemukus
Katuk
Kecombrang
Kunyit
Labu
Lempuyang
Bayeman Lulangan Meniran Pulutan Talas
S Lahan Sawit Lahan Campur
Universitas Sumatera Utara
20
Lahan sawit memiliki 12 jenis tumbuhan bawah yang berbeda dari lahan
campur masyarakat. Perbedaan jenis tanaman pada suatu lahan dapat dipengaruhi
oleh tutupan tajuk, dimana tutupan tajuk membentuk iklim mikro yang berbeda
pada lantai hutan/lahan, sehingga mempengaruhi struktur dan komposisi jenis
tumbuhan bawah pada lahan tersebut. Hal ini sesuai dengan- pernyataan
Kunarso dan Azwar (2013) yang mengatakan bahwa perbedaan jenis tanaman
pokok pada hutan tanaman mempengaruhi struktur dan komposisi jenis tumbuhan
bawah. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan mikro dibawah tegakan yang
berbeda akibat perbedaan tingkat naungan. Jenis tanaman dengan penutupan tajuk
yang berbeda akan membentuk iklim mikro yang berbeda pada lantai hutan.
Sementara perbedaan kecepatan dekomposisi serasah pada tiap jenis tegakan
mengakibatkan suplai bahan organik di dalam tanah juga akan berbeda, sehingga
kualitas tanah pada tiap jenis tegakan juga akan berbeda. Hal ini juga akan
mempengaruhi tingkat keragaman jenis tumbuhan bawah.
Tumbuhan bawah dapat mendominasi di lahan sawit dikarenakan
tumbuhan bawah banyak yang mampu tumbuh di berbagai keadaan lingkungan
salah satu nya di lahan sawit dibanding dengan lahan campur. Menurut
Trisna, dkk (2018), hal ini dapat terjadi karena jenis yang tumbuh kebun kelapa
sawit ini diduga memiliki sifat yang mudah tumbuh di berbagai keadaan
lingkungan dan jenis tanah. Jenis-jenis tumbuhan bawah yang ada kebun kelapa
sawit yaitu jenis A. compressus, C. kyllingia, A. indica, E. guineensis, N. biserata,
S. indica dan C. esculenta. Jenis yang dominan pada suatu komunitas merupakan
jenis yang dapat beradaptasi dan memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya
secara efisien daripada jenis-jenis lainnya.
Pengelompokkan Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat yang terdapat di Desa Perkebunan Tambunan dapat
dikelompokkan menjadi tumbuhan obat tradisional dan tumbuhan obat potensial.
Perbandingan kelompok tumbuhan obat tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
21
Gambar 5. Persentasi Pengelompokkan Tumbuhan Obat di Desa Perkebunan
Tambunan
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tumbuhan jenis tumbuhan obat
tradisional lebih dominan, yaitu sebesar 77%, dan persentasi tumbuhan obat
potensial sebesar 23%. Tumbuahn obat tradisional merupakan tumbuhan obat
yang telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat keluarga maupun sebagai
bahan baku untuk meracik obat tradisional. Jenis tumbuhan obat yang termasuk
tumbuhan obat tradisional antara lain asar-asar (Selaginella doederleinii),
bayeman (Asystasia gangetica), calincing (Oxalis barrelieri), beluntas
(Pluchea indica), katuk (Sauropus androgynous), kecombrang
(Nicolaia speciosa), krokot (Portulaca oleracea), kunyit (Curcuma longa), labu
kuning (Curcubita moschata), lempuyang (Zingiber zerubet), lulangan
(Eleusine indica), meniran (Phyllanthus urinaria), pulutan (Urena lobata), putri
malu (Mimosa pudica), dan rimbang (Solanum torvum).
Tumbuhan obat potensial merupakan tumbuhan obat yang diduga
memiliki khasiat obat namun belum dibuktikan secara ilmiah, dan kelompok ini
masih jarang digunakan masyarakat sekitar dan hanya sebagai bahan obat yang
dapat dicampur dengan bahan lainnya. Tumbuhan yang termasuk ke dalam
kelompok tumbuhan obat potensial antara lain bancir (Bidens pilosa), gandarusa
(Justicia gandarusa), kemukus (Piper cubeba), paitan (Axonopus compressus),
dan talas (Colocasia esculenta).
77%
23%
Tumbuhan Obat Tradisional
Tumbuhan Obat Potensial
Tumbuhan Obat Modern
Universitas Sumatera Utara
22
Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Berdasarkan hasil wawancara responden peracik tumbuhan obat di Desa
Perkebunan Tambunan, dapat diketahui bahwa masyarakat mengetahui beberapa
jenis tumbuhan obat dan menggunakannya juga. Namun, masyarakat desa tersebut
juga ada sebagian yang kurang memanfaatkan tumbuhan obat sebagai pengobatan
tradisional Bagian-bagian yang umum digunakan oleh masyarakat sekitar untuk
membuat ramuan obat tradisional terdiri dari bagian-bagian tumbuhan seperti
daun, rimpang, bunga, buah, dan biji buah. Bagian-bagian tumbuhan tersebut ada
yang dapat langsung dikonsumsi, dan ada juga yang harus diolah terlebih dahulu
seperti direbus, digiling, dicincang, dihaluskan, dilumatkan, atau langsung
dimakan setelah dicuci bersih. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah
bagian daun dan yang paling sedikit dimanfaatkan adalah biji dan rimpang. Daun
paling banyak digunakan untuk mengolah ramuan obat tradisional dikarenakan
daun yang memiliki klorofil dan sebagai tepat fotosintesis dan penghasil makanan
pada tumbuhan yang memiliki banyak khasiat obat. Sesuai dengan penelitian
Tsauri & Rusli (2011), daun merupakan organ penting tempat fotosintat,
berstruktur lunak, memiliki kandungan air yang tinggi, kaya akan kandungan
minyak atsiri, fenol, senyawa kalium, dan klorofil. Kandungan zat pada daun
bermanfaat untuk kesehatan dan memiliki unsur-unsur yang dapat menyembuhkan
penyakit. Masyarakat sebagian besar memanfaatkan daun karena mempercayai
bahwa daun tanaman tertentu memiliki sifat sebagai pendinginan, oleh karena itu,
mereka dapat digunakan untuk mengobati demam dan menurunkan suhu tubuh
pasien (Kala 2006 dalam Rahmawaty, dkk 2019).
Hal dan cara pengolahannya juga yang umumnya paling mudah yakni
dengan direbus, dilumatkan, atau dikunyah. Cara pengolahan paling umum adalah
dengan cara direbus. Menurut Sada dan Tanjung (2010), pengolahan direbus
paling banyak dilakukan disebabkan karena cara ini paling mudah dilakukan jika
dibandingkan dengan cara pengolahan secara langsung atau dirauh, karena kedua
cara tersebut harus melewati beberapa tahap dalam pengolahannya.
Menurut pendapat responden dari hasil wawancara, masyarakat
memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk penyakit-penyakit ringan seperti
sakit perut, demam, muntah, mencret dan luka-luka. Namun beberapa masyarakat
Universitas Sumatera Utara
23
juga ada yang memiliki pengetahuan bahwa tanaman obat juga dapat sebagai obat
kanker, kanker payudara, dan penyakit-penyakit serius lainnya. Pada zaman
sekarang dengan banyaknya yang semakin mudah terserang penyakit, masyarakat
dunia tidak hanya menggunakan pengobatan modern. Namun juga sudah
menggunakan pengobatan tradisional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana
dan Yudirachman (2016) yang mengatakan bahwa saat ini penggunaan produk
tanaman obat semakin dipilih oleh masyarakat dunia. Pemanfaatan Tumbuhan
obat dan bagian-bagian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut.
a) Asar-asar (Selaginella doederleinii)
Khasiat obat yang dimiliki oleh tumbuhan asar-asar berdasarkan
responden kunci yang ditanya pada saat dilokasi penelitian adalah sebagai obat
sembur dada yang berfungsi menyembuhkan sesak napas. Seluruh bagian dari
tumbuhan ini dapat digunakan untuk membuat ramuan obat. Menurut
Hariana (2004), tumbuhan ini dikenal juga dengan sebutan cakar ayam. Cara
pengolahannya yakni dengan cara direbus, dan airnya rebusannya diminum.
Seluruh bagian tumbuhan, baik dalam kondisi kering dan segar, dapat
dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis, perut busung (ascites),
pengecilan hati, infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernafasan, kanker, serta
tulangpatah atau retak dan rematik. Gambar tumbuhan asar-asar dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Tumbuhan Obat Asar-asar
b) Bancir (Bidens Pilosa)
Tumbuhan bawah bancir menurut responden kunci memiliki khasiat obat
yang dapat meredakan sakit gigi dan sakit tenggorokan dengan mencampur
N= 3° 26' 2.604" E= 98° 19' 46.451"
Universitas Sumatera Utara
24
dengan bahan-bahan lain. Bagian yang digunakan adalah daunnya yang diolah
dengan cara direbus dan air rebusannya diminum. Menurut Djauhariya dan
Hernani (2004), tanaman ini dikenal juga dengan ajeran. Ajeran merupakan
tumbuhan semusim, batang tegak, bercabang. Bentuk batang segiempat, kulit
warna hijau, dan bulu tipis. Tinggi batang ajeran 40-200 cm. Daunnya bertangkai,
duduk berhadapan, dan menyirip ganda. Ajeran berkhasiat mengobati influenza,
demam, sakit tenggorokan, radang usus buntu, hepatitis akut, mencret, rematik
sendi, koreng, sakit gigi, bisul, mengobati luka luar, rabun mata, dan sakit gigi.
Gambar tumbuhan bancir dapat pada Gambar 7.
Gambar 7. Tumbuhan Obat Bancir
c) Bayeman (Asystasia gangetica)
Bayeman merupakan tumbuhan bawah yang memiliki khasiat sebagai obat
menyembuhkan luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Grubben (2004) yang
mengatakan bahwa tanaman ini dapat dikenal dengan rumput Israel. Di Afrika,
larutan dari tanaman ini digunakan untuk meringankan rasa sakit saat melahirkan,
dan getahnya digunakan untuk mengobati luka, meredakan otot kaku dan
pembesaran limpa pada anak-anak. Serbuk dan akarnya dipercaya memiliki efek
analgesik dan digunakan dalam mengobati sakit perut dan gigitan ular. Larutan
daunnya digunakan untuk mengobati epilepsi dan gangguan saluran kemih.
Gambar tumbuhan bayeman dapat dilihat pada Gambar 8.
N= 3° 26' 12.158" E= 98° 19' 37.084"
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 8. Tumbuhan Obat Bayeman
d) Belimbing Tanah/ Calincing (Oxalis barrelieri)
Manfaat dari tumbuhan calincing (belimbing tanah) menurut responden
kunci dapat menjadi sembur perut yaitu untuk mengobati sakit perut. Menurut
Badrunasar dan Santoso (2016), seperdu belimbing tanah (akar, daun, dan buah)
direbus hingga mendidih. Air rebusannya diminum dua kali sehari untuk
menyembuhkan wasir, darah tinggi, dan kencing manis. Air rebusan ini juga
dipercaya dapat mengatasi sakit buah pinggang, lemah jantung, dan
menghilangkan dahaga. Buah belimbing tanah yang segar dapat dimakan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi. Gambar tumbuhan calincing dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Tumbuhan Obat Calincing
e) Beluntas (Pluchea indica)
Tumbuhan bawah beluntas memiliki khasiat obat sebagai obat pegal linu,
penurun demam mengurangi keputihan pada wanita, rematik dan mengobati perut
kembung. Bagian yang digunakan umumnya adalah daunnya dan cara
N= 03° 26' 15.798" E= 098° 19' 34.085"
N= 3° 26' 2.348" E= 98° 19' 41.969"
Universitas Sumatera Utara
26
pengolahaanya dapat dilakukan dengan merebus daunnya. Mengobati rematik
dapat dilakukan dengan merebus akar beluntas dan meminum air rebusannya. Hal
ini didukung pernyataan Hariana (2004) yang mengatakan bahwa seluruh bagian
tumbuhan, baik segar maupun kering, dapat dimanfaatkan untuk mengobati
gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan bau badan, penurunan panas,
rematik dan nyeri pada persendian. Gambar tumbuhan beluntas dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Tumbuhan Obat Beluntas
f) Gandarusa (Justicia gendarusa)
Gandarusa merupakan tanaman perdu yang daunnya dapat memiliki
khasiat mengobati luka pada kulit yaitu dengan cara ditumbuk halus, kemudian
diolesk an pada luka. Untuk mempercepat penyembuhan, disarankan untuk
mengonsumsi air rebusan daun dan buah Gandarusa untuk membantu
mempercepat penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hariana (2004),
tanaman ini dapat juga disebut besi-besi atau gonorusa. Daun gandarusa, baik
segar maupun kering, dapat dimanfaatkan untuk mengobati bisul dan patah tulang,
memar dan keseleo, serta rematik. Gambar tumbuhan gandarusa dapat dilihat pada
Gambar 11.
N= 3° 26' 15.772" E= 98° 19' 34.006"
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 11. Tumbuhan Obat Gandarusa
g) Katuk (Sauropus androgynus)
Manfaat yang dimiliki katuk berdasarkan responden kunci dan beberapa
responden lainnya yang diwawancari, katuk bermanfaat untuk memperlancar ASI
bagi ibu yang baru melahirkan dengan cara meminum air rebusan dari daun katuk.
Tumbuhan tropis ini bercabang banyak, dan tingginya dapat mencapai 2,5 m
dengan daun hijau panjang 5-6 cm. Daun katuk berkhasiat sebagai pelancar ASI.
Penelitian dilakukan laboratorium dengan menggunakan model ayam telah
membuktikan bahwa ternyata daun katuk sangat baik untuk menurunkan
kolesterol. Turunnya angka resiko tersebut menunjukkan bahwa daun katuk dapat
mengurangi terjadinya penyakit stroke, darah tinggi, dan jantung coroner
(Agoes, 2010). Gambar tumbuhan katuk dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Tumbuhan Obat Katuk
h) Kecombrang (Nicolaia speciosa)
Kecombrang dapat memiliki khasiat sebagai obat kanker. Cara mengolahnya
juga cukup mudah yakni dengan dicampur dengan masakan kuah di rumah.
N= 3° 26' 5.084" E= 98° 19' 39.996"
N= 3° 25' 58.493" E= 98° 18' 24.761"
Universitas Sumatera Utara
28
Menurut Wirakusumah (1994), tanaman yang tingginya dapat mencapai 3 m ini
mempunyai daun berbentuk taji. Bunganya berbentuk tongkol dan berwarna
merah jambu. Batangnya bulat dan tidak bercabang. Khasiat dari Bunga tanaman
ini untuk menghilangkan bau keringat dan napas yang kurang sedap. Gambar
tumbuhan kecombrang dapat dilihat pada Gambar 13.
i) Kemukus (Piper cubeba)
Kemukus dapat sebagai obat sakit perut serta sesak napas dengan cara
merebus biji kemukus dengan beberapa bahan lainnya dan kemudian diminum.
Menurut Syukur dan Hernani (2001), tanaman ini merupakan liana yang
memanjat, perdu, batang sampai 2 cm, tinggi tanaman mencapai 15 cm. tanaman
ini dapat tumbuh liar di daerah hutan, pegunungan atau ladang yang rimbun.
Buahnya digunakan sebagai obat gonorrhoe, disentri, penyakit perut, pencampur
tonikum, ekspektoran, sesak napas, rematik, bau mulut, dan menghangatkan
badan. Gambar tumbuhan kemukus dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Tumbuhan Obat Kemukus
N= 3° 25' 59.202" E= 98° 18' 25.006"
Gambar 13. Tumbuhan Obat Kecombrang
N= 3° 26' 13.184" E= 98° 19' 35.287"
Universitas Sumatera Utara
29
j) Krokot (Portulaca oleracea)
Krokot mampu mengobati bisul di kulit dan juga sebagai penurun demam.
Cara mengolahnya pun cukup mudah dengan cara mengonsumsi air rebusan daun
tersebut seara rutin dan dapat meyembuhkan secara perlahan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Djauhariya dan Hernani (2004) yang mengatakan bahwa rokot
merupakan tumbuhan berumur setahun, batang merebah, bentuk bulat, lunak dan
berair, tidak berkayu, kulit batang berwarna cokelat keunguan. Daun tunggal
berbentuk bulat telur, tebal berdaging, duduk daun tersebar atau berhadapan,
tangkai pendek. Krokot berkhasiat sebagai obat disentri, radang usus buntu, sakit
perut, radang gusi, demam, digigit binatang berbisa, eksim, jantung berdebar,
kencing darah, dan bisul. Gambar tumbuhan krokot dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Tumbuhan Obat Krokot
k) Kunyit (Curcuma longa)
Manfaat dari kunyit telah banyak diketahui oleh masyarakat. Menurut
responden kunci yang diwawancarai, kunyit dapat membantu penyembuhan
maag, mengatasi perut kembung, mengurangi mual. Cara pengolahannya juga
cukup mudah yakni dapat direbus dan menjadi campuran untuk masakan rumah
dan dikonsumsi dengan aman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Syukur dan Hernani (2001) yang mengatakan bahwa rimpang kunyit dapat
digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat
cacing, bakterisida, obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulan,
mengobati keseleo, memar dan rematik obat asma, diabetes mellitus, usus buntu,
amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat dan noda hitam di
wajah, melindungi jantung, radang hidung, penurunan panas, menghilngkan rasa
N= 3° 26' 13.148" E= 98° 19' 35.338"
Universitas Sumatera Utara
30
gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka-luka dan obat penyakit hati.
Gambar tumbuhan kunyit dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Tumbuhan Obat Kunyit
l) Labu Kuning (Cucurbita moschata)
Labu kuning dapat untuk mempercantik kulit dan juga dapat menjadi
antikanker. Cara mengolah labu kuning yaitu dengan direbus atau dikukus.
Safriani (2015) mengatakan bahwa selain mengandung karbohidrat, labu kuning
juga kaya akan kandungan vitamin, terutama vitamin A dan C yang merupakan
antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan. Labu kuning merupakan salah satu
bahan pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi dan baik bagi tubuh manusia
yakni banyak mengandung beta karoten, vitamin A, serat, vitamin C, vitamin K,
dan Niacin atau vitamin B3. Serta mengandung mineral seperti kalium, zat besi,
fosfor, magnesium, dan kalium (Sudarman, 2018). Gambar tumbuhan labu kuning
dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Tumbuhan Obat Labu Kuning
N= 3° 25' 59.195" E= 98° 18' 24.916"
N= 3° 25' 59.187" E= 98° 18' 24.909"
Universitas Sumatera Utara
31
m) Lempuyang (Zingiber zerumbet)
Tumbuhan ini dapat sebagai obat masuk angin dengan cara rimpang
diparut, kemudian diperas dan airnya diminum. Untuk mengobati rematik dengan
cara rimpang dilumatkan dengan bahan lain keudia dioles di tempat yang sakit.
Menurut Rukmana dan Yudirachman (2016), lempuyang merupakan tanaman
semak semusim. Batang asli sebagai rimpang dibawah tanah, sedangkan batang
sem berupa kumpulan pelepah daun yang berseling diatas tanah, berbentuk bulat,
berwarna hijau. daun tumbuh tegak berseling, pelepah membentuk batang semu,
berwarna hijau. Rimpang berkhasiat sebagai obat pilek, radang usus, penambah
darah, asma, merangsang nafsu makan,mengurangi rasa nyeri, pembersih darah,
menurunkan kesuburan wanita, pencegah kehamilan, pereda kejang, obat penyakit
empedu, kuing, radang sendi, batuk rejan kolera, aneia, saraf, nyeri perut, dan
masuk angin. Gambar tumbuhan lempuyang dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Tumbuhan Obat Lempuyang
n) Lulangan (Eleusine indica)
Lulangan dapat mengatasi sakit perut yakni dengan cara menggiling halus
lulang yang sudah dicuci bersih, kemudia diseduh dengan air panas, disaring, dan
airnya diminum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djauhariya dan Hernani (2004)
yang mengatakan bahwa rumput belulang merupakan rumput-rumputan yang
berakar sangat kuat. Tinggi dapat mencapai 80 cm. Daun berbentuk pita, bunga
berbentuk payung, berwarna hijau muda atau putih kehijau-hijauan. Tumbuhan ini
berkhasiat untuk mengobati perut kembung atau masuk angin, dan mencret.
Gambar tumbuhan lulangan dapat dilihat pada Gambar 19.
N= 3° 25' 59.047" E= 98° 18' 24.318"
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
33
p) Paitan (Axonopus compressus)
Paitan dapat memiliki khasiat sebagai obat luka dengan cara dilumatkan
dengan bahan lainnya dan dibalut atau dioles ke luka. Axonopus compressus
tumbuh menahun dan membentuk lempengan rapat terutama pada lokasi yang
agak terlindung atau agak terbuka. Tinggi tanaman 20-50 cm; daun lanset lebar 6-
16 cm dan panjang 2,5-37 cm, kelopak daun melekat bersama, secara keseluruhan
tampak warna hijau muda/pucat, bunga majemuk terminal, rangkaian bunga
bercabang berhadapan, butir bijinya melekat pada tangkainya (Solikin, 2004).
Selain sebagai bahan pakan ternak, rumput ini juga dapat sebagai antibiotic
(Wahidah, 2013). Gambar tumbuhan paitan dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Tumbuhan Obat Paitan
q) Pulutan (Urena lobata)
Pulutan dapat berkhasiat sebagai penurun demam pada anak. Responden
kunci pada saat penelitian mengatakan bahwa cara mengolah pulutan yaitu bunga
pulutan ditumbuk halus dengan bahan lainnya dan dijadikan sebagai bedak yang
dioles ke tubuh anak, sehingga dapat menurunkan demam. Djauhariya dan
Hernani (2004) mengatakan bahwa pulutan termasuk herba perdu, batang tegak,
cabang banyak, kulit batang berserat, seluruh bagian kulit batang ditumbuhi bulu
halus, tinggi mencapai 1 m. Berdaun tunggal, duduk daun berseling, melekuk,
menjari 3-7 jari. Bunga berwarna ungu. Buah bulat berambut, beruang 5..
Tumbuhan ini berkhasiat sebagai obat demam, malaria, disentri, diare dan
rematik, gangguan pencernaan, keputihan, air kencing keruh, influenza, bengkak,
koreng berdarah, dan bisul. Gambar tumbuhan pulutan dapat dilihat pada
Gambar 22.
N= 3° 26' 15.780" E= 98° 19' 34.049"
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 22. Tumbuhan Obat Pulutan
r) Putri Malu (Mimosa pudica)
Daun puri malu dapat direbus dan berkhasiat sebagai obat flu dan batuk.
Cara pengolahaannya yaitu dengan merebus daun putri malu dan meminum air
rebusannya. Untuk mengobati asma, daun putri malu diseduh dengan air panas
dan meminum airnya secara rutin. Manurut Djauhariya dan Hernani (2004), putri
malu merupakan herba berumur setahun, batang erect ada pula yang tegak, warna
hijau atau cokelat kemerahan, berduri keras. Daun berbulu, berbentuk bundar
telur, warna hijau kemerahan. Bunga oval, berwarna merah jambu berdiameter 9
mm. Putri malu berkhasiat untuk mengobati asma, diare, bronchitis kronis, batuk,
reatik, gondongan, cacing askaris, dan susah tidur. Gambar tumbuhan ini dapat
dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Tumbuhan Obat Putri Malu
s) Rimbang (Solanum torvum)
Manfaat rimbang menurut respoden kunci yang diwawancarai dapat
bermanfaat sebagai obat sakit mata, sakit perut, dan penambah nafsu makan. Cara
N= 3° 26' 15.805" E= 98° 19' 34.081"
N= 3° 26' 3.482" E= 98° 19' 41.209"
Universitas Sumatera Utara
35
pengolahannya dapat direbus, dikonsumsi langsung, dijus, atau dicampur sebagai
bahan masakan. Hariana (2006) mengatakan bahwa tanaman ini dapat juga
disebut dengan takokak. Perbanyakan tanaman ni adalah dengan menggunakan
biji. Pemeliharaan tanaman cukup mudah antara lain membutuhkan cukup air
dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan, terutama
pupuk dsar. Akar dan daun dari tanaman ini berkhasiat untuk mengatasi penyakit
pinggang kaku dan bengkak terpukul, sakit lambung dan tidak datang haid, bisul
dan koreng, batuk kronis, serta jantung berdebar dan nyeri jantung. Gambar
tumbuhan rimbang dapat dilihat pada Gambar 24.
t) Senduduk/ Senggani (Melastoma candidum)
Senggani dapat sebagai obat sariawan dan menyembuhkan diare. Sariawan
dapat disembuhkan dengan mengunyah daun muda dengan garam, kemudian
airnya ditelan dan ampas nya dibuang. Diare dapat disembuhkan dengan
meminum air rebusan daun senggani dengan beberapa daun lainnya seperti daun
sembung dan daun manggis. Menurut Hariana (2006), tanaman ini memiliki
kandungan kimia flavonoid dan tannin. Senggani memiliki sifat pahit. Tanaman
ini berkhasiat sebagai penurun panas, penghilang rasa sakit, peluruh urine,
penghilang bengkak, pelancar aliran darah, dan penghenti pendarahan (emostatik).
Akarnya sebagai jamu setelah bersalin dan obat sakit gigi. Daunnya bermanfaat
untuk mengatasi diare, disentri, tonikum, keputihan, bahan pewarna, cacar, dan
berguna untuk wanita setelah bersalin. Selain itu, senggani juga mengatasi
gangguan pencernaan, hepatitis, keputihan, sariawa, mimisa, wasir berdarah, haid
berlebih an, pendarahan rahim diluar waktu haid, bekuan dalam pembuluh darah,
dan memperlancar ASI. Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 25.
N= 3° 26' 12.183" E= 98° 19' 35.896"
Gambar 24. Tumbuhan Obat Rimbang
Universitas Sumatera Utara
36
u) Senduduk Bulu (Melastoma afiine)
Senduduk bulu memiliki khasiat untuk megobati sariawan dan obat luka.
Menyembuhkan sariawan dapat dengan cara dikunyah, airnya ditelan dan
ampasnya dibuang. Penyembuhan luka dapat diolah dengan cara melumatkan
daun muda senduduk bulu dan kemudian dioles ke daerah luka. Hal ini sesuai
dengan pendapat Djauhariya dan Hernani (2004) yang mengatakan bahwa
Senduduk bulu merupakan tumbuhan liar, berumur menahun, batang perdu,
berkasu, bercabang. Daun warna hijau, tangkai dan tulang daun hijau keunguan.
Bentuk daun bundar, bundar telur atau lonjong, pinggir daun rata, kedua
permukaan daun berbulu halus. Bunga mengelompok pada ujung batang. Buah
buni, kulit warna cokelat muda. Senduduk berkhasiat mengobati mabuk karena
minuman alkohol, mencret pada anak-anak, diare, sariawan, pendarahan Rahim,
bisul, keracunan singkong, luka bakar, dan luka berdarah. Gambar tumbuhan
senduduk bulu dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26. Tumbuhan Obat Senduduk Bulu
N= 3° 26' 15.862" E= 98° 19' 34.060"
Gambar 25. Tumbuhan Obat Senduduk
N= 3° 26' 15.776" E= 98° 19' 34.060"
Universitas Sumatera Utara
37
v) Talas (Colocasia esculenta L.)
Talas dapat berkhasiat untuk menjaga kesehatan kulit dan dapat
melancarkan pencernaan. Talas dapat dikonsumsi dengan cara direbus terlebih
dahulu. Pada umumnya bagian yang dimanfaatkan adalah batang atau tangkai
daun talas yang dapat diolah menjadi bahan obat tradisonal. Tumbuhan yang
termasuk tumbuhan monokotil , ukuranya berkisar 50 cm sampai 150 cm.
Menurut penelitian Wijaya dkk (2014) Ekstrak tangkai daun talas mengandung
saponin, flavonoid tanin, alkaloid, steroid dan flavonoid yang berperan
menyembuhkan luka. Gambar tumbuhan talas dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Tumbuhan Obat Talas
Peta Sebaran Tumbuhan Obat
Setelah melakukan eksplorasi tumbuhan obat dilakukan pemetaan. proses
pemetaan, Pemetaan dilakukan untuk mengetahui koordinat tumbuhan obat dan
yang tersebar di lahan masyarakat Desa Perkebunan Tambunan. Peta merupakan
gambaran atau lukisan seluruh atau sebagian gambaran dari permukaan bumi yang
digambarkan pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala
tertentu dan dijelaskan dalam bentuk simbol dan dibuat mengikuti ukuran sama
luas, sama bentuk, sama jarak, dan sama arah. Pengertian peta secara umum
adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang
diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai
penjelas (Isnanini, 2015). Menurut PP Nomor 8 Tahun 2013, secara umum peta
didefinisikan sebagai gambaran dari unsur-unsur alam maupun buatan manusia
yang berada diatas maupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu.
N= 3° 26' 6.888" E= 98° 19' 38.606"
Universitas Sumatera Utara
38
Peta yang didapatkan dari BPKH Medan Wilayah I yang di overlay
dengan peta administrasi Desa Perkebunan Tambunan, didapat bahwa Desa
Perkebunan Tambunan umumnya memiliki kelerengan yang landai (8-15%) dan
datar (0-8%). Jenis tanah yang terdapat di Desa ini adalah aluvial kelabu. Tutupan
lahan pada Desa Perkebunan Tambunan didominasi oleh perkebunan dan
pertanian lahan kering. Tutupan yang paling luas adalah perkebunan sawit.
Tutupan lahan pemukiman hanya sedikit ditemukan pada Desa Perkebunan
Tambunan.
Dengan adanya pemetaan tumbuhan obat dapat bermanfaat untuk
mengetahui letak-letak persebaran tumbuhan obat pada plot penelitian di Desa
Perkebunan Tambunan. Hal ini juga dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang letak dari tumbuhan obat tersebut dan bagaimana
persebarannya pada plot-plot penelitian berdasarkan peta persebaran vegetasi
yang disajikan. Peta persebaran tanaman obat dapat dilihat pada Gambar 28
sampai dengan Gambar 38.
Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 28. Peta Persebaran Plot Vegetasi Desa Perkebunan Tambunan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
40
Gambar 29. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 1, 2, 3, 4 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
41
Gambar 30. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 31. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 12, 13, 14, 15, 16 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 32. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 17, 18, 19 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 33. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 20, 21, 22 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 34. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 23, 24, 25 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 35. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 36. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 33, 34, 35 Lahan Sawit Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 37. Peta Persebaran Tumbuhan Obat (Tumbuhan Bawah) Plot 36, 37, dan 38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
49
Gambar 38. Peta Persebaran Seluruh Tutupan Vegetasi Plot 36, 37, dan 38 Lahan Campur Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
50
Pada Desa Perkebunan Tambunan ditemukan berbagai jenis vegetasi yang
berpotensi menjadi tanaman obat. Titik-titik koordinat yang didapat dari lapangan
merupakan titik koordinat keberadaan tumbuhan yang berpotensi sebagai
tumbuhan obat. Titik koordinat tersebut dimasukkan ke dalam peta administrasi
sehingga didapat sebaran tumbuhan obat di lokasi penelitian. Dari titik koordinat
tersebut, setelah di overlay dengan peta administrasi, maka dapat dilihat sebaran
tumbuhan bawah yang berkhasiat obat yang terdapat pada lahan yang diteliti.
Persebaran tumbuhan obat jenis tumbuhan bawah di Desa Perkebunan
Tambunan tersebar merata. Penelitian yang dilakukan di lahan sawit masyarakat
terdiri dari 35 plot dan sawit yang terdapat di plot penelitian sebanyak 295 sawit.
Jenis tumbuhan bawah yang terdapat di lahan tersebut di plot satu dengan plot
lainnya memiliki jenis yang sama karena hanya terdapat dibawah satu tegakan.
Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 28 sampai Gambar 36. Lokasi lahan sawit
juga merupakan lahan yang cukup terbuka dikarenakan sawit tersebut sudah mati
sehingga lahan menjadi terbuka, dan keragaman jenis pada daerah terbuka lebih
tinggi dibanding daerah yang ternanungi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Djufri (2010) dalam Hadi, dkk. 2016 yang mengatakan bahwa indeks
keanekaragaman jenis pada daerah yang terbuka cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang ternaungi.
Lahan campuran (Gambar 37) terdiri dari 3 plot dilakukan dilahan seluas
1.2 Ha dimana jenis yang terdapat di lahan campuran terdapat juga jenis herba
pertanian seperti lempuyang, kunyit, dan labu. Persebaran tumbuhan bawah tidak
merata seperti di lahan sawit karena lahan capur tersebut juga ditumbuhi oleh
beberapa jenis pohon seperti karet, mahoni, cokelat, dan mengkudu (Gambar 38).
Lahan campur tersebut juga ditanami papaya, pisang, dan pinang.
Universitas Sumatera Utara
51
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah tumbuhan obat yang ditemukan di Desa Perkebunan Tambunan
berjumlah 22 jenis dan yang mendominasi adalah jenis Paitan
(Axonopus compressus) sebanyak 468 dan yang paling sedikit adalah jenis
bancir (Bidens Pilosa) dan katuk (Sauropus androgynus) yang hanya
berjumlah 1.
2. Peta persebaran tumbuhan bawah di Desa Perkebunan Tambunan
menunjukkan bahwa persebaran tumbuhan bawah di lahan sawit merata
karena jenis yang ditemukan di satu plot dapat ditemukan juga di plot lainnya,
sedangkan persebaran pada lahan campur tidak merata.
Saran
Penelitian ini memerlukan tindak lanjut untuk melindungi pengetahuan
dan pemanfaatan lokal masyarakat tentang tumbuhan obat, guna menghindari
kepunahan tradisi yang telah berlangsung dari generasi ke generasi berikutrnya
disekitar budaya masyarakat, serta diperlukan upaya budidaya jenis tumbuhan
bawah lokal di Desa Perkebunan Tambunan guna menjamin ketersediaanya dan
menghindari kepunahan.
Universitas Sumatera Utara
52
DAFTAR PUSTAKA
Abdiyani S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di
Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,
5(1):79-92.
Agoes, HA. 2010. Tanaman Obat Indonesia Buku 3. Salemba Medika. Jakarta.
Arkanuddin. 2012. Makalah Penerapan SIG dalam Kehutanan. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Badan Pusat Satistik. 2018. Kecamatan Salapian dalam Angka 2018. BPS
Kabupaten Langkat. Langkat.
Badrunasar A, Santoso HB. 2016. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Forda Press.
Bogor.
Djauhariya E dan Herani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Jakarta
Grubben GJH dan Denton OA. 2004. Plant Resources of Tropical Africa 2.
Backhuys Publisher. Wageningen.
Hadi E, Widyastuti SM, dan Wahyono S. 2016. Keanekaragaman Dan
Pemanfaatan Tumbuhan Bawah Pada Sistem Agroforestri Di Perbukitan
Menoreh, Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Manusia dan Lingkungan.23
(2):206-215.
Hairiah K dan Ashari S. 2013. Pertanian Masa Depan: Agroforestri, Manfaat, dan
Layanan Lingkungan. Prosiding. Seminar Nasional Agroforestry.
Universitas Brawijaya: 23-164.
Handayani N, Soelistijadi R, dan Sunardi. 2005. Pemanfaatan Analisis Spasial
untuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi. Jurnal
Teknologi Informasi DINAMIK, 10 (2) : 108-116.
Hariana HA. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri I. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hariana HA. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri III. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hernani dan Djauhariya E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Bogor
Isnaini N. 2015. Komparasi Penggunaan Media Google Earth dengan Peta Digital
pada Materi Persebaran Fauna Kelas XI IPS Di SMA Negeri 1 Semarang.
Jurnal Geografi, 12 (1) : 54-61.
Universitas Sumatera Utara
53
Jumiarni WA dan Komalasari O. 2017. Eksplorasi Jenis Dan Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Muna Di Permukiman Kota Wuna.
Traditional Medicine Journal, 22 (1) : 45-56.
Karina S. 2014. Jenis Tumbuhan Berguna Pada Pekarangan Masyarakat
Percampuran di Kelurahan Layana Indah Kecamatan Palu Timur Sulawesi
Tengah. Biocelebes, 8(2):1-12.
Kunarso A dan Azwar F. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada
Berbagai Tegakan Hutan Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman, 10 (2) : 85-98.
Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi.PT Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Kusumo SM, Hasanah S, Moeljoprawiro M, Thohari, Subandrijo A, Hardjamulia
A, Nurhadi, dan Kasim H. 2002. Pedoman pembentukan komisi daerah
plasma nutfah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Komisi
Nasional Plasma Nutfah. Bogor.
Laporan Akhir Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD. 2018.
Pemerintah Kabupaten Langkat. Langkat.
Muswita dan Jalius.2012. Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan Obat
di Suku Batin. Universitas Jambi. http://ejournal.forda-mof.org/
[23 Februari 2019].
Nikmah N, Jumari, dan Wiryani E. 2016. Struktur Komposisi Tumbuhan Bawah
Tegakan Jati Di Kebun Benih Klon (KBK) Padangan Bojonegoro. Jurnal
Biologi, 5 (1) : 30-38.
Nursiyah. 2013. Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional Yang Digunakan
Orang Tua Untuk Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecamatan
Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang
Patriyani A, Darsono R dan Kunto A. 2016. Analisis Pemetaan Dan
Pengembangan Potensi Komoditas Tanaman Obat di Kabupaten Pacitaan.
Agrista, 4(3):13–23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2013. Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang. Pemerintah Republik Indonesia. https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2013/8TAHUN2013PP.HTM
[25 Juni 2019].
Universitas Sumatera Utara
54
Purba S, Patana P, dan Jumilawaty E. 2014. Kelimpahan Jenis Dan Estimasi
Produktivitas Ficus spp. Sebagai Sumber Pakan Alami Orangutan Sumatera
(Pongo abelii) Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Taman
Nasional Gunung Leuser. Universitas Sumatera Utara.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/download/13200/5976
[15 Juli 2019].
Qamariah N, Handayani R, dan Novaryatiin S. 2019. Peningkatan Pengetahuan
Dan Keterampilan Ibu Rumah Tangga Dalam Pengolahan Tanaman Obat
Keluarga (TOGA) sebagai Ramuan Obat Tradisional. Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat, 4 (1) : 50-54.
Rahmawaty, Affifudin Y, dan Kurniawan H. 2011. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) dalam Mengkaji Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit
pada Kawasan Hutan. Prosiding. Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis
ke-59 USU. Medan.
Rahmawaty, Frastika S, Marpaung RME, Batubara R, Rauf A. 2019. Short
Communication: Use of Geographic Information System for mapping of
Aquilaria malaccensis land suitability in North Sumatra, Indonesia. Journal
of Biodiversitas, 20 (9) : 2561-2568.
Rahmawaty, Latifah S, Sinambela P. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis
dalam Menganalisis Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Toba
Samosir. Prosiding. Seminar Ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-60
USU. Medan.
Rahmawaty, Meilan AH, Riswan, Rauf A. 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Alpukat Berdasarkan Sistem Lahan Menggunakan Sistem Informasi
Geografis. Prosiding. Seminar Nasional MAPEKI XVII. Medan.
Rahmawaty, Rauf A, Frastika S. 2018. Mapping of Actual and Potential Land
Suitability for Oil Palm in Several Land Unit Using Geographic
Information System. IOP Publishing. Medan. http://smujo.id/biodiv/
article/view/4120/3396 [15 September 2019].
Rahmawaty, Samosir JB, Batubara R, Rauf A. 2019. Diversity and Distribution
of Medicinal Plants in the Universitas Sumatera Utara Arboretum of Deli
Serdang, North Sumatra, Indonesia. Journal of Biodiversitas, 20 (5) : 1457-
1465.
Rahmawaty, Villanueva TR, and Carandang MG. 2011. Participatory Land-Use
Allocation, Case Study in Besitang Watershed, Langkat North Sumatra,
Indonesia. Lambert Academic Publishing, Germany.
Rukmana R dan Yudirachman H. 2016. Farm Big Book Budidaya dan Pasca
Panen Tanman Obat Unggulan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
55
Sada J dan Tanjung R. 2010. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di
Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Supiori–Papua.
Jurnal Biologi Papua, 2 (2) : 39-46.
Safriani, Husna dan Rizkya. 2015. Pemanfaatan Pasta Labu Kuning
(Cucurbita moschata) Pada Pembuatan Mi Kering. Jurnal Argoindustri, 5
(2) : 85-94.
Setyowati FM dan Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat
Talang Mamak Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh Riau. Jurnal
Biodiversitas, 8(3):228-232.
Soerianegara I dan Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Solikin. 2004. Jenis-jenis Tumbuhan Suku Poaceae di Kebun Raya Purwodadi.
Jurnal Biodiversites, 5 (1) : 23-27.
Sudarman M. 2018. Pemanfaatan Labu Kuning (Cucurbita moschata Duch)
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cookies. Universitas Negeri Makasar.
eprints.unm.ac.id/10514/1/ARTIKEL.pdf [19 Juni 2019].
Sugiama AG. 2013. Manajemen Aset Pariwisata: Pelayanan Berkualitas Agar
Wisatawan Puas dan Loyal. Guardaya Intimarta. Bandung
Susiarti S. 2015. Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Masyarakat
Lokal Di Pulau Seram Maluku, 1(5):1083–1087.
Syukur C dan Hernani. 2001. Budidaya Tanman Obat Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Trisna, Wiryono, dan Apriyanto E. 2018. Tumbuhan Bawah pada Perkebunan
Kelapa Sawit Tua (TM) Dan Sawit Muda (TI) dengan Peremajaan Teknik
Underplanting di PT. Bio Nusantara Teknologi. Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 7(2): 61-69.
Tsauri, Rusli M. 2011. Studi Etnobotani Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Obat
Penyakit pada Anak di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep
Madura Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Wahidah B. 2013. Potensi Tumbuhan Obat Di Area Kampus Ii Uin Alauddin
Samata Gowa. Jurnal Tecnosains, 7 (1) : 111-119.
Wasito H. 2011. Obat Tradisonal Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
56
Wibisono Y dan Azham Z. 2017. Inventarisasi Jenis Tumbuhan yang Berkhasiat
sebagai Obat pada Plot Konservasi Tumbuhan Obat di KHDTK Samboja
Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnla AGRIFOR,
16 (1) : 125-140.
Wibowo K, Indra K dan Juju J. 2015. Sistem Informasi Geografis (Sig)
Menentukan Lokasi Pertambangan Batu Bara Di Provinsi Bengkulu
Berbasis Website. Jurnal Media Infotama, 11(1): 1858 – 2680.
Wijaya BA, Citraningtyas G dan Wehantouw F. 2014. Potensi ekstrak etanol
tangkai daun talas (Colocas esculenta) sebagai alternative obat luka pada
kulit kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3):211-219
Wirakusumah E dan Setyowati R. 1994. Cantik dan Bugar dengan Ramuan
Nabati. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yuniarti, 2011. Inventarisasi dan Karakterisasi Morfologis Tanaman Durian
(Durio zibethinus Murr.) di Kabupaten Tanah Datar. Plasma Nutfah.
https://www.academia.edu/6454511/Hasil_penelitian_Jurnal_plasma_nutfa
h_Inventarisasi_dan_Karakterisasi_Morfologis_Tanaman_Durian_Durio_zi
bethinus_Murr._di_Kabupaten_Tanah_Datar [15 Juli 2019].
Zuhud EAM. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan
Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Universitas Sumatera Utara
57
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
58
Lampiran 1. Keadaan Lahan Sawit Desa Perkebunan Tambunan
Lampiran 2. Keadaan Lahan Campur Desa Perkebunan Tambunan
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 3. Kegiatan Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat Bersama Responden
Kunci
Universitas Sumatera Utara
60
Universitas Sumatera Utara