eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe ... · 8. teman-teman mahasiswa program studi...

108
i EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KOTA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2012/2013 TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh RAODATUL JANNAH NIM S851108056 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: others

Post on 19-Jan-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

i

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS (SNH) DAN NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK PADA PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KOTA MATARAM

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

RAODATUL JANNAH

NIM S851108056

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ii

Page 3: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

iii

Page 4: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

iv

Page 5: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

v

MOTTO

“Sesungguhnya setelah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

kamu menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh.”

(Qs. Al insyiroh: 6-7)

Page 6: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk orang-orang yang terdekat di

hatiku, sebagai bukti kebaktianku di atas tetesan keringat, doa,

kesabaran, dan segala nasehat-nasehatnya.

Kedua orang tuaku Ayahanda H. Muslimin Mukhtar dan

Ibunda Hj. Asiah Jamil.

Yang ku hormati kakak-kakakku tercinta yang menjadi sumber

dorongan dan inspirasiku yang mengharapkan

keberhasilannku.

Orang yang selalu ada ketika aku putus harapan dan selalu

mengerti denganku, eka, may, mas gozali dan teman-temannku

yang tidak bisa aku sebut satu persatu.

Ku do‟akan semoga apa yang telah Ayahanda, Bunda, semua keluarga,

dan sahabat-sahabatku serta orang yang selalu mengerti dengannku

semoga amal baik kalian mendapat balasan dari-Nya.

Page 7: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

vii

Raodatul Jannah, S851108056. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Structured Numbered Heads (SNH) dan Tipe Numbered Heads Together

(NHT) Dengan Pendekatan Matematika Realistik Pada Prestasi Belajar

Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa. Pembimbing I : Prof.

Dr. Budiyono, M.Sc, Pembimbing II : Dr. Sri Subanti, M.Si. Tesis, Surakarta:

Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2013.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe

SNH, NHT dengan pendekatan matematika realistik, dan pembelajaran

konvensional; (2) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih

baik antara siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, dan

rendah; (3) pada masing-masing kategori kemandirian belajar siswa (tinggi,

sedang, dan rendah), manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih

baik, model pembelajaran kooperatif tipe SNH, NHT dengan pendekatan

matematika realistik atau pembelajaran konvensional; (4) pada masing-masing

model pembelajaran (SNH, NHT dengan pendekatan realistik, dan konvensional),

manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan

kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang atau kemandirian belajar

rendah.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kota Mataram

semester I tahun Pelajaran 2011/2012 dengan mengelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu sekolah kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Dasar

pengelompokkan adalah peringkat nilai ujian nasional Kota Mataram tahun 2011.

Pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random sampling.

Sekolah yang menjadi sampel adalah SMP Negeri 15 Mataram, SMP Negeri 8

Mataram, dan SMP Negeri 9 Mataram dan masing-masing sekolah diambil dua

kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Banyaknya

peserta didik pada kelas model pembelajaran kooperatif tipe SNH adalah 120

peserta didik, kelas model pembelajaran tipe NHT adalah 113 peserta didik, dan

kelas pembelajaran konvensional adalah 115 peserta didik. Uji coba instrumen

dilakukan di SMP Negeri 10 Mataram (kelas yang digunakan di luar sampel yang

digunakan dalam penelitian).

Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket,

dan tes. Metode dokumentasi diterapkan untuk mengetahui data nilai mid

semester I mata pelajaran matematika, yang selanjutnya digunakan untuk uji

keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode angket

digunakan untuk mengetahui kategori kemandirian belajar peserta didik, yang

kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kemandirian belajar

tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen tes diterapkan untuk mengetahui prestasi

belajar matematika pada materi SPLDV.

Page 8: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

viii

Teknik analisis data menggunakan analisis variansi dua jalan 3 x 3 dengan

sel tak sama dan taraf signifikansi 0,05. Sebelum dilakukan analisis variansi,

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas

dengan rumus Lilliefors diperoleh hasil semua sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan uji Bartlett diperoleh hasil kedua

kelompok populasi variansinya homogen.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) model pembelajaran SNH

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran NHT dan konvensional, model pembelajaran NHT

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

model konvensional; (2) prestasi belajar siswa dengan kemandirian belajar tinggi

lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa dengan kemandirian belajar sedang

dan rendah, sedangkan prestasi belajar siswa dengan kemandirian belajar sedang

sama baiknya dengan kemandirian belajar rendah; (3) pada masing-masing

tingkatan kemandirian belajar (tinggi, sedang, dan rendah), model pembelajaran

SNH dengan pendekatan realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang

lebih baik dibanding dengan penggunaan model pembelajaran NHT dengan

pendekatan realistik dan konvensional, sedangkan prestasi belajar siswa dengan

model pembelajaran NHT dengan pendekatan realistik lebih baik dibanding

dengan penggunaan model pembelajaran konvensional; (4) pada masing-masing

model pembelajaran (SNH, NHT pendekatan realistik, dan konvensional), prestasi

belajar siswa dengan kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi

belajar siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah, prestasi belajar

siswa dengan kemandirian belajar sedang sama baiknya dengan prestasi belajar

siswa dengan kemandirian belajar rendah.

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe SNH, NHT, pendekatan realistik, dan

kemandirian belajar siswa.

Page 9: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ix

Raodatul Jannah, S851108056. The Experimentation of the Cooperative

Learning Model of Structured Numbered Heads (SNH) Type and Numbered

Heads Together (NHT) Type with realistic Mathematics approach on the

Learning Achievement in Mathematics viewed from independence of learning

of the students. Principal Advisor: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Co-advisor : Dr. Sri

Subanti, M.Si. Thesis, Surakarta: The Graduate Program in Mathematics

Education, Sebelas Maret University, 2013.

ABSTRACT

The objectives of this research are to investigate: (1) which of the

cooperative learning models of SNH type, NHT type with realistic Mathematics

approach, and conventional type results in a better learning achievement in

Mathematics of the students; (2) which of the high, the medium, and the low

independence of learning of the students results in a better learning achievement

in Mathematics; (3) for each category of independence of learning of the students

(high, middle, and low), which one results in better achievement in Mathematics,

cooperative learning model of SNH type, NHT type with realistic Mathematics

approach, and conventional type; and (4) for each learning model (SNH type,

NHT type with realistic Mathematics approach, and conventional type), which

one results in better achievement in Mathematics, students who have high, middle,

or low independence of learning.

This research used quasi-experimental research method. The population of

this research was the eleventh (8th

) grade students of the state junior high schools

in Mataram in the first semester of the academic year of 2012/2013. They were

divided into three groups: high, medium, and low on the basis of the ranking of

the scores of the national exam of the junior high schools in Mataram in 2011.

This research used stratified cluster random sampling technique. The sample of

this research consisted of the students of SMP Negeri 15 Mataram, SMP Negeri 8

Mataram, SMP Negeri 9 Mataram. The students of each of the schools were

divided into two experimental classes and one control class.120 students were

given the cooperative learning model of SNH type with realistic Mathematics

approach, 113 students were given the cooperative learning model of NHT type

with realistic Mathematics approach, and 115 students were given the learning of

conventional type. The experiment on the instrument was conducted in SMP

Negeri 10 Mataram.

The data of the research were collected through documentation,

questionnaire, and test. Documentation was used to collect the data of the mid test

scores for Mathematics of first semester students which were subsequently used

for the balance test between the experimental class and the control class.

Questionnaire was used to collect the data of independence of learning of the

students which were subsequently classified into the high, the medium, and the

low independence of learning of the students. Meanwhile, test was used to collect

the data of the learning achievement in Mathematics in the main topic of the

discussion of system quadratic equations two variables.

Page 10: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

x

The data were then analyzed by using the unbalanced Two-Way Analysis

of Variance (ANNOVA) of 3 x 3 with unequal cells at the significance level of

0.05. The normality test and the homogeneity test were conducted prior to the

analysis of variance. The normality test was conducted by using the Lilliefors

formula and the result of the test was that all of the samples came from the

population with normal distribution. Meanwhile, the homogeneity test was

conducted by using the Bartlett formula and the result of the test was that both of

the population groups had homogeneous variance.

The results of the research are as follows: (1) the SNH type with realistic

Mathematics approach results in a better learning achievement in Mathematics of

the students than cooperative learning model of NHT type with realistic

Mathematics approach and conventional type, and the cooperative learning model

of NHT type with realistic Mathematics approach results in a better learning

achievement in Mathematics of the students than conventional type; (2) the

learning achievement of the students with the high independence of learning

results in a better achievement than the learning achievement of the students with

the middle and low independence of learning and the learning achievement of the

students with the middle independence of learning give the same mathematics

achievement as the low independence of learning; (3) for each category of

independence of learning of the students (high, middle, and low), cooperative

learning model of SNH type with realistic Mathematics approach results in better

achievement in Mathematics than cooperative model NHT type with realistic

Mathematics approach and conventional type, and cooperative learning model

NHT type with realistic Mathematics approach results in a better learning

achievement in Mathematics of the students than conventional type; and (4) for

each learning model (SNH type, NHT type with realistic Mathematics approach,

and conventional type), the learning achievement of the students with the high

independence of learning results in a better achievement than the learning

achievement of the students with the middle and low independence of learning

and the learning achievement of the students with the middle independence of

learning results as good as in the low independence of learning.

Keywords: Cooperative learning model of Structured Number Heads (SHT)

type, Number Heads Together (NHT) type, realistic Mathematics

approach, and independence of learning of the students.

Page 11: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah dan

innayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan sebaik-

baiknya. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

gelar Megister Program Studi Pendidikan Matematika.

Dari awal sampai akhir penulisan tesis ini banyak mendapatkan

bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan

studi di Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing I

yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

3. Dr. Sri Subanti, M.Si., sebagai pembimbing II yang telah memberikan arahan,

bimbingan, semangat, petunjuk dan kritik yang membangun sehingga tesis ini

dapat penulis selesaikan.

4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah banyak memberikan bekal ilmu

pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga kota Mataram yang telah

memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di lingkungan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olah Raga kota Mataram.

6. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Mataram, SMP Negeri 8 Mataram

dan SMP Negeri 9 Mataram yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian ini.

7. Guru dan semua siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Mataram, SMP Negeri 8

Mataram dan SMP Negeri 9 Mataram yang telah membantu penelitian ini.

Page 12: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xii

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan motivasi dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Penulis percaya bahwa Allah SWT akan selalu membalas segala kebaikan

yang telah diberikan kepada penulis dengan pahala dan barokah yang melimpah.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, Februari 2013

Penulis

Page 13: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

PERNYATAAN ........................................................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4

C. Pemilihan Masalah ............................................................................... 5

D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

E. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

F. Tujuan Masalah ................................................................................... 7

G. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 9

A. Kajian Teori ......................................................................................... 9

1. Pembelajaran matematika ............................................................. 9

2. Kemandirian Belajar ..................................................................... 14

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Structured Numbered Heads)

Dan (Numbered Heads Together) dengan Pendekatan

Matematika Realistik ..................................................................... 16

Page 14: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xiv

4. Pembelajaran Konvensional .......................................................... 29

B. Penelitian Yang Relavan ...................................................................... 31

C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 33

D. Hipotesis .............................................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 40

1. Tempat Penelitian .......................................................................... 40

2. Waktu Penelitian ............................................................................ 40

B. Jenis, Rancangan dan Prosedur Penelitian .......................................... 40

1. Jenis Penelitian .............................................................................. 40

2. Rancangan Penelitian ..................................................................... 42

3. Prosedur Penelitian ........................................................................ 42

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 43

1. Populasi ......................................................................................... 43

2. Sampel ............................................................................................ 43

3. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................... 44

D. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 46

1. Variabel Penelitian ......................................................................... 46

2. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 47

3. Instrumen dan Prosedur Uji Coba................................................... 49

E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 54

1. Uji Prasyarat Analisis .................................................................... 54

2. Uji Keseimbangan ......................................................................... 56

3. Pengajuan Hipotesis ....................................................................... 58

4. Uji Lanjut Anava ........................................................................... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 66

A. Hasil Uji Coba Instrumen .................................................................... 66

1. Hasil Uji Coba Angket Kemandirian Belajar Siswa .................... 66

2. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ......................... 67

B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal ................................................. 69

Page 15: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xv

1. Uji Normalitas ................................................................................ 69

2. Uji Homogenitas ............................................................................. 69

C. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 70

1. Data Kemandirian Belajar Siswa .................................................. 70

2. Data Prestasi Belajar ..................................................................... 72

D. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 73

1. Prasyarat analisis variansi dua jalan ............................................... 73

2. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 75

E. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ............................................... 79

1. Hipotesis Pertama ......................................................................... 79

2. Hipotesis Kedua ............................................................................ 82

3. Hipotesis Ketiga ........................................................................... 83

4. Hipotesis Keempat ........................................................................ 84

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .............................. 86

A. Kesimpulan .......................................................................................... 86

B. Impilikasi ............................................................................................. 87

C. Saran .................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 90

Page 16: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 DAFTAR NAMA SMP se-KOTA MATARAM

1.1 Daftar Nama SMP se-Kota Mataram ................................................... 94

1.2 Perhitungan Pengelompokkan SMPN se-Kota Mataram ..................... 95

1.3 Daftar Nama dan Nilai Uji Coba Instrumen ....................................... 97

LAMPIRAN 2 PERANGKAT PEMBELAJARAN

2.1 Silabus .................................................................................................. 99

2.2 RPP Model Pembelajaran Kooperatif tipe SNH

dengan pendekatan matematika realistik .............................................. 102

2.3 RPP Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

dengan pendekatan matematika realistik ............................................. 108

2.4 RPP Konvensional ................................................................................ 113

2.4 Lembar Kegiatan Siswa ....................................................................... 115

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PENELITIAN

3.1 Kisi-kisi dan Angket Kemandirian Belajar (Uji Coba) ...................... 130

3.2 Lembar Validasi Angket Kemandirian Belajar (Uji Coba) ................. 136

3.3 Uji Konsistensi Internal Angket Kemandirian Belajar ........................ 142

3.4 Uji Reliabilitas Angket Kemandirian Belajar ...................................... 142

3.5 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi (Uji Coba) .......................................... 146

3.6 Lembar Validasi Tes Prestasi .............................................................. 153

3.7 Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ................................. 159

3.8 Uji Reliabiitas Tes Prestasi .................................................................. 164

3.9 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi untuk Penelitian ................................. 166

LAMPIRAN 4 UJI KESEIMBANGAN

4.1 Data Kemampuan Awal Siswa ............................................................ 172

Page 17: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xvii

4. 2 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 1 ............................................. 177

4. 3 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 2 ............................................. 178

4. 4 Uji Normalitas Kelompok Kontrol ...................................................... 179

4. 5 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ................................................... 180

4.6 Uji Keseimbangan ................................................................................ 181

LAMPIRAN 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Perhitungan Pengkategorian Kemandirian Belajar Siswa .................... 183

5.2 Data Hasil Angket Kemandirian Belajar............................................... 184

5.3 Data Tes Prestasi Matematika .............................................................. 196

LAMPIRAN 6 HIPOTESIS

6.1 Uji Normalitas Kelompok SNH dengan pendekatan

matematika realistik .............................................................................. 203

6.2 Uji Normalitas Kelompok NHT dengan pendekatan

matematika realistik ........................................................................... 204

6.3 Uji Normalitas Kelompok Konvensional ............................................. 205

6.4 Uji Normalitas Kelompok Kemandirian Tinggi ................................... 206

6.5 Uji Normalitas Kelompok Kemandirian Sedang .................................. 207

6.6 Uji Normalitas Kelompok Kemandirian Rendah .................................. 208

6.7 Uji Homogenitas Model Pembelajaran ................................................ 209

6.8 Uji Homogenitas Kemandirian Belajar ................................................. 212

6.9 Uji ANAVA ........................................................................................ 215

LAMPIRAN 7 UJI LANJUT PASCA ANAVA

7.1 Komparasi Rerata Antar Baris ............................................................. 219

7.2 Komparasai Rerata Antar Kolom ......................................................... 221

LAMPIRAN 8 TABEL STATISTIK

8.1 Tabel Distribusi Normal Baku ............................................................. 223

8.2 Tabel Nilai Kritik Distribusi Uji Lilifors ............................................. 224

Page 18: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xviii

8.3 Tabel Nilai Kritik Distribusi Chi Squere ............................................. 225

8.4 Tabel Nilai Kritik Distribusi F ............................................................. 226

LAMPIRAN 9 SURAT-SURAT DAN DOKUMENTASI PENELITIAN

9.1 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kota Mataram ........................... 228

9.2 Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 15 Mataram ......................... 229

9.3 Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 8 Mataram ........................... 230

9.4 Surat Keterangan Penelitian dari SMPN 9 Mataram ........................... 231

9.5 Surat Keterangan Uji Coba Instrumen dari SMPN 10 Mataram ....... 232

9.6 Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 233

Page 19: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Siswa UN SMP se-Kota Mataram

Tahun Pelajaran 2010/2011 ......................................................... 2

Tabel 1.2 Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika UN SMP

se-Kota Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011 ........................... 3

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe SNH

dengan Pendekatan Realistik ...................................................... 25

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

dengan Pendekatan Realistik ....................................................... 28

Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional ........................... 31

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Kegiatan Penelitian. .................................. 40

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ................................................................. 41

Tabel 3.3 Data SMP Negeri Berdasarkan NUN di Kota Mataram ............ 45

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama............. 61

Tabel 4.1 Hasil Analisis Uji Normalitas Tes Kemampuan Awal ................ 69

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Awal .......................... 70

Tabel 4.3 Rangkuman Uji Keseimbangan Tes Kemampuan Awal ............. 70

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa .............. 72

Tabel 4.5. Hasil Tes Prestasi Belajar .......................................................... 72

Tabel 4.6 Rangkuman Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama................. 73

Tabel 4.7 Rangkuman Uji Keseimbangan Tes Kemampuan Awal ............. 74

Tabel 4.8 Rangkuman Jumlah Siswa Berdasarkan Angket

Kemandirian Belajar Siswa ......................................................... 74

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Prasyarat Anava Dua Jalan ...................... 75

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Prasyarat Anava Dua Jalan ................... 76

Tabel 4.11. Hasil Komparasi Rerata Antar Baris ........................................... 77

Tabel 4.12. Rangkuman Rerata dan Rerata Marginal .................................... 77

Tabel 4.13. Hasil Komparasi Rerata Antar Kolom ........................................ 78

Page 20: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi

berbagai bidang kehidupan termasuk didalamnya pendidikan. Pendidikan yang

mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah yang dapat

mengembangkan potensi siswa. Konsep pendidikan semakin penting ketika

seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena

bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk

menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di era

globalisasi saat ini (Irzani: 2009).

Usaha mencapai keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan

bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah semata, melainkan juga seluruh

masyarakat termasuk didalamnya adalah guru. Salah satu usaha untuk

meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika. Matematika merupakan sumber bagi ilmu pengetahuan

yang lain, artinya banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung

pada matematika. Dengan kata lain, matematika tumbuh dan berkembang untuk

dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu

pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya. Pendidikan matematika

mencakup proses mengajar, proses belajar, dan proses berpikir kreatif. Proses

mengajar dilakukan oleh pengajar dan proses belajar dilakukan oleh siswa sebagai

peserta didik.

Salah satu cara mengembangkan potensi siswa adalah dengan cara

memperbaiki proses pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya

ditentukan oleh kurikulum yang baru, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru,

wawasan pengetahuan yang luas, tetapi ditentukan pula oleh model pembelajaran

yang dikembangkan oleh guru. Dalam proses pembelajaran diperlukan suatu

model dan pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik.

1

Page 21: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

2

Misalnya model pembelajaran yang membiasakan siswa untuk aktif sehingga

akan mengembangkan sifat kreatif dan mandiri, dan salah satu pendekatan

pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari siswa sehingga

pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa.

Sidi (2001: 14) menyatakan bahwa: “faktor proses dan konteks sangat

menentukan output pendidikan”. Karena masalah-masalah seperti kurikulum,

kualitas guru, model pembelajaran, pendekatan pengajaran yang efektif dan

menyenangkan serta manajemennya menjadi sangat penting dalam proses

pendidikan di sekolah.

Pada kenyataannya metode pembelajaran yang kerap kali digunakan oleh

guru adalah metode konvensional yang mengandalkan metode ceramah, tanya

jawab, penugasan, tanpa melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai

dengan materi yang diajarkan ternyata berdampak kurang baik terhadap motivasi,

penguasaan materi daya serap siswa. Akibatnya kesempatan siswa untuk

mengalami proses penemuan bahan yang diajarkan tidak ada dan hal ini

berdampak kepada perolehan hasil yang tidak memadai. Akibatnya, prestasi

belajar matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah.

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Siswa UN SMP se-Kota Mataram Tahun Pelajaran

2010/2011

Interval

Nilai

Bhs.

Indonesia Bhs. Inggris Matematika IPA

10 - 4 71 4

9 – 9,99 391 2702 2392 1063

8 – 8,99 2261 1787 1896 2746

7 – 7,99 1704 608 630 1084

6 – 6,99 567 135 156 313

5 – 5,99 98 25 46 51

4 – 4,99 242 40 86 51

3 – 3,99 50 21 31 11

2 – 2,99 12 2 17 2

1 – 1,99 1

0 – 0,99

Jumlah 5325 5325 5325 5325

(sumber: Kemdiknas, 2011)

Page 22: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

3

Dari tabel distribusi nilai hasil ujian nasional diatas, terlihat bahwa untuk

mata pelajaran matematika masih terdapat 134 orang siswa dari 5325 orang

peserta atau 2,52% dari jumlah peserta ujian masih memperoleh nilai di bawah

standar nasional yaitu 5,50. Salah satunya dari persentase penguasaan materi soal

matematika UN 2011 SMPN pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

Tabel 1.2 Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika UN SMPN se-Kota

Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011

No Kemampuan yang diuji Provinsi

(%)

Nasional

(%)

1. Menentukan gradien, persamaan garis dan grafiknya 75.95 60.72

2. Menyelesaikan soal dengan menggunakan teorema

Pythagoras

85.47 80.39

3. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear

dua variabel

72.78 72.00

(sumber: Kemdiknas, 2011)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada kompetensi yang diuji

yaitu menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel, untuk

tingkat provinsi hanya 72,78 % untuk tingkat nasional 72,00%. Untuk itu,

diperlukan usaha untuk meningkatkan hasil belajar atau nilai tersebut agar seluruh

siswa dapat mencapai nilai standar kelulusan yang telah ditetapkan nasional.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah

mengubah pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang inovatif

dengan pendekatan matematika realistik.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah salah satu model

pembelajaran inovatif yang membuat siswa belajar lebih aktif, berpikir lebih

kritis, lebih berpartisipasi dalam proses belajar mengajar serta mampu berinteraksi

satu sama lain. Model pembelajaran yang seharusnya senantiasa merupakan

proses kegiatan interaksi guru dengan siswa serta interaksi antar siswa dengan

siswa yang akan membentuk sinergi yang saling menguntungkan semua anggota

(Anita Lie, 2007: 33), salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran ini juga mampu mengajak siswa bekerja secara bersama-

sama dan menyebabkan siswa aktif bekerja dalam kelompoknya.

Page 23: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

4

Model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH)

yang merupakan modifikasi dari Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu

model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan

setiap nomor mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan

kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerjasama. Guru meminta kerjasama

antar kelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan

siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa

dengan tugas yang sama bisa saling membantu dan mencocokkan hasil kerjasama

mereka. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Model pembelajaran kelompok tipe NHT, dimana peran guru dalam proses

belajar berkurang, guru berperan hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan

memotivasi siswa untuk belajar mandiri, serta siswa akan merasa senang

berdiskusi dengan kelompoknya, juga berinteraksi dengan teman sebaya. Ciri

utama dari model pembelajaran ini adalah penomoran dengan adanya penomoran

siswa akan merasa bertanggung jawab atas anggota kelompoknya.

Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman

sehari-hari dan menerapkan matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah

pendekatan matematika realistik (RME). RME berupaya untuk mengaitkan siswa

dalam proses pembelajaran matematika, dengan cara memberi kesempatan yang

sangat luas kepada siswa untuk melakukan proses yaitu mengembangkan

kreatifitas dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

pembelajaran matematika akan lebih bermakna bagi siswa.

Karakteristik siswa bermacam-macam diantaranya kecerdasan intelektual

(Intelligent Quotient), gaya kognitif, gaya belajar, kemandirian belajar siswa,

motivasi, minat atau bahkan pengaruh dari diri dan lingkungn di sekitar siswa.

Salah satu karakteristik siswa yang mungkin mempengaruhi hasil belajar

khususnya matematika adalah kemandirian belajar. Dalam kegiatan pembelajaran,

kemandirian sangat penting karena merupakan sikap pribadi yang sangat

diperlukan oleh setiap individu. Dengan kemandirian, siswa cenderung belajar

lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara

Page 24: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

5

efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa

bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai

kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, bekerja

secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani

mengemukakan gagasan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Ada kemungkinan masih rendahnya prestasi belajar matematika karena

kurang tepat penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan permasalahan

ini, dapat diteliti apakah setelah model pembelajaran diganti, prestasi belajar

matematika siswa menjadi lebih baik. Penelitian yang mungkin dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemilihan model

pembelajaran kooperatif dengan pendekatan matematika realistik sehingga

memungkinkan semua siswa mencapai keberhasilan.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena

matematika cenderung dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit,

membosankan, serta guru kurang kreatif memandirikan siswa saat

pembelajaran matematika, pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru

yang mungkin berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa, sehingga

perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan yang mempunyai kemandirian

belajar tinggi, sedang, dan rendah terhadap prestasi belajar matematika siswa.

3. Masih rendahnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena semangat

dan motivasi belajar matematika siswa yang kurang. Oleh karena itu, dapat

diteliti apakah semangat dan motivasi belajar matematika siswa tinggi maka

prestasi belajar matematika tinggi. Penelitian yang mungkin dapat dilakukan

untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membandingkan prestasi belajar

yang dihasilkan dari berbagai macam kategori motivasi berprestasi.

Page 25: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

6

C. Pemilihan Masalah

Dari ketiga masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin

melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama dan kedua yaitu

yang terkait dengan membandingkan pengaruh prestasi belajar siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads

(SNH) dengan pendekatan matematika realistik, Numbered Heads Together

(NHT) dengan pendekatan matematika realistik dan pembelajaran konvensional

yang ditinjau dari kemandirian belajar siswa.

Alasan dipilihnya masalah tersebut karena paradigma pembelajaran dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan pembelajaran berpusat

pada siswa (student centered) bukan pada guru (teacher centered).

D. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran

Structured Numbered Heads (SNH) dengan pendekatan matematika realistik,

Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan matematika realistik

dan konvensional.

2. Kemandirian belajar siswa dibatasi pada kemandirian belajar matematika di

sekolah dengan kategori: kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar

sedang, dan kemandirian belajar rendah.

3. Penelitian dilakukan di SMP Negeri se-Kota Mataram kelas VIII semester

ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

4. Pokok Bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sistem Persamaan

Linier Dua Variabel (SPLDV).

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah tersebut di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, model

pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) dengan

Page 26: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

7

pendekatan matematika realistik, tipe Numbered Heads Together (NHT)

dengan pendekatan matematika realistik atau pembelajaran konvensional?

2. Manakah diantara kemandirian belajar siswa yang mempunyai prestasi

belajar matematika yang lebih baik, siswa dengan kemandirian belajar tinggi,

sedang atau rendah?

3. Pada masing-masing kategori kemandirian belajar siswa manakah yang

mempunyai prestasi belajar lebih baik, siswa dengan diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) dengan

pendekatan matematika realistik, model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan matematika realistik

atau pembelajaran konvensional?

4. Pada masing-masing model pembelajaran manakah yang mempunyai prestasi

belajar matematika lebih baik, siswa dengan kemandirian belajar tinggi,

kemandirian belajar sedang atau kemandirian belajar rendah?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih baik antara model

pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) dengan

pendekatan matematika realistik, model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan matematika realistik

atau metode konvensional ditinjau dari kemandirian belajar siswa.

2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan kemandirian belajar tinggi,

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan

kemandirian belajar sedang dan rendah.

3. Untuk mengetahui apakah pada masing-masing kategori kemandirian belajar

siswa model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads

(SNH) dengan pendekatan matematika realistik menghasilkan prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan matematika realistik,

Page 27: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

8

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan

matematika realistik lebih baik dari metode konvensional.

4. Untuk mengetahui apakah pada masing-masing model pembelajaran

kemandirian belajar berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama dalam meningkatkan

prestasi belajar matematika siswa. Secara khusus penelitian ini memberikan

kontribusi kepada pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari

pembelajaran yang hanya mementingkan hasil ke pembelajaran yang juga

mementingkan prosesnya dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-

hari siswa dan pembelajaran yang bukan hanya berpusat pada guru (teacher

centered) tetapi yang harus lebih aktif adalah siswa (student centered).

2. Manfaat Praktis.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada guru dan siswa. Bagi guru matematika dapat digunakan sebagai

masukan untuk menentukan metode dan pendekatan mengajar yang tepat

dalam menyelenggarakan pembelajaran aktif dan kreatif, bagi siswa dapat

meningkatkan kemampuan matematika serta dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Page 28: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pembelajaran Matematika

Knirk dan Gustafson (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran

merupakan kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang

mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses

yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

konteks kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran sebagai proses interaksi antara guru dan siswa,

dimana siswa harus berpartisifasi aktif selama proses pembelajaran. Hal ini

didasarkan kepada pemikiran bahwa siswa harus menjadi fokus utama

kegiatan pembelajaran. Sebagai fokus utama, siswa memang harus terlibat

aktif dalam keseluruhan proses atau kegiatan pembelajaran agar mereka

langsung dapat memperoleh pengalaman sekaligus sebagai penerima

manfaat dari proses dan hasil pembelajaran tersebut.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi moderen, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Untuk

membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Menurut James dan James (1976) dalam Erman Suherman (2001:

16) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang

terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, serta geometri. Sedangkan

Kline (1973) dalam Erman Suherman (2001: 17) berpendapat bahwa

9

Page 29: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

10

matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna

karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi, dan alam.

Menurut Brown (2008) menyatakan bahwa: Pendidikan matematika

sebagai bidang penelitian yang dapat dipahami sebagai tradisi baru yang

muncul sebagai tambahan untuk pembelajaran dan pengajaran matematika

di sekolah (Mathematics education as a research field might be

understood as being a relatively new tradition emerging as an adjunct to

the learning and teaching of mathematics in schools).

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Soedjadi

(2000: 43), mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan

pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar

Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program

Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya

matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal

yaitu:

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,

jujur, efektif, dan efisien.

2) Merpersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

ilmu pengetahuan.

Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru

harus mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator

belajar bagi siswa. Dalam hal ini guru harus melakukan pemilihan

pendekatan atau model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

terlibat aktif sebagai pelaku utama proses belajar. Jadi, pembelajaran

matematika disini adalah upaya-upaya yang dilakukan seorang guru untuk

melibatkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar mereka

Page 30: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

11

langsung dapat memperoleh pengalaman sekaligus sebagai penerima

manfaat dari proses dan hasil pembelajaran tersebut.

b. Prestasi Belajar Matematika

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Marcuardt dalam

Soetarno Joyoatmojo (2011: 41) menyatakan belajar harus dipandang

sebagai gejala atau proses sosial karena kemampuan belajar seseorang

sangat ditentukan oleh kualitas dan sikap keterbukaan dalam menjalin

kerjasama dengan orang lain.

Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin (2007:

13) belajar (to learn) memiliki arti: memperoleh pengetahuan atau

menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai

pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan (to gain

knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, to

acquire trough experience, to be become informe of to find out.

Teori belajar konstruktivisme yang merupakan salah satu prinsip

psikologi pendidikan menyatakan bahwa guru tidak begitu saja

memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif

membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar bukanlah

sekedar menghafal akan tetapi, proses mengkonstruksi pengetahuan

melalui pengalaman, (Wina Sanjaya 2008: 246). Pengetahuan bukan hasil

“pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses

mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.

Menurut William and Jakson: (2006: 25), menyatakan bahwa:

Metode pendidikan dasar di kelas seharusnya dikonsep, didesain, dan

dikembangkan oleh guru. Namun belajar yang paling baik bagi siswa

dengan mengkontsruksi pengetahuannya dengan bantuan guru dan

sekolah, ahli pendidikan juga menyatakan bahwa belajar itu seharusnya

dalam lingkungan kolaboratif dan konstruktif. (A primary science methods

classroom was conceived, designed, and developed for preservice and

inservice teachers. Just as science educators believe that students learn

best by constructing their knowledge of the natural world with the aid of a

teacher and colleagues, science educators also believe that preservice and

inservice teachers should learn in a collaborative and constructivist

environment).

Page 31: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

12

Dalam pandangan kontruktivisme, belajar berarti aktif dalam

mengembangkan sendiri ilmu pengetahuan. Pembelajaran menuntut

partisipasi aktif siswa yang berpangkal pada asumsi bahwa ilmu

pengetahuan harus dibangun oleh siswa melalui pemberian kesempatan

untuk mendapatkan pengalaman belajar yang terkait dengan pemrolehan

ilmu pengetahuan tersebut. Orang yang belajar tidak dapat dianggap

sebagai bejana kosong yang siap diisi, melaikan merupakan pribadi yang

pada dasarnya adalah merupakan pribadi yang aktif yang berusaha mencari

makna dari apa yang dipelajari.

Belajar dalam pandangan kaum konstruktivistik Marlowe dan Page

dalam Soetarno Joyoatmojo (2011: 34) :

1) Proses perolehan informasi melalui aktivitas bertanya,

menginterpretasi, dan analisis;

2) Menggunakan informasi dan proses penalaran untuk mengembangkan,

membangun, dan mencari alternatif-alternatif pemaknaan dan

pemahaman atas konsep-konsep dan gagasan-gagasan;

3) Mengintegrasikan pengalaman yang sedang dihadapi dengan

pengalaman yang lalu atau pengetahuan yang telah dimiliki tentang

sesuatu hal. Dengan demikian, kaum kontruktivistik memaknai belajar

sebagai suatu proses mengkonstruksi, mengkreasi, menemukan dan

mengembangkan sendiri sebuah ilmu pengetahuan.

Di dalam kontruktivisme peran guru bukan memberi jawaban akhir

atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan untuk membentuk

(mengkonstruksi) pengetahuan matematika sehingga diperoleh struktur

matematika. Sedangkan dalam paradigma tradisional, guru mendominasi

pembelajaran dan guru senantiasa menjawab „dengan segera‟ terhadap

pertanyaan-pertanyaan siswa.

Dari beberapa pengertian tentang belajar yang telah diuraikan

diatas bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.

Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa, siswa harus aktif melakukan

Page 32: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

13

kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang

hal-hal yang sedang dipelajari.

Prestasi belajar dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Nana Sudjana (2011: 22),

mendefinisikan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Adapun menurut Slameto (2003: 23), prestasi belajar adalah penilaian

hasil usaha kegiatan hasil belajar yang dinyatakan dengan simbol, angka,

huruf maupun hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar

merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Jadi, prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil yang

dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar matematika

yang dinyatakan dalam hasil tes berupa nilai. Nilai ini dapat dinyatakan

dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan

hasil yang telah dicapai siswa.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam mencapai prestasi

belajar, antara lain faktor dari dalam siswa (faktor internal) dan faktor dari

luar (faktor eksternal). Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu:

1) Faktor internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) yang meliputi faktor kesehatan dan

cacat tubuh.

b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat,

kreativitas, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2) Faktor eksternal, yang terdiri dari faktor berikut:

a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi

antaranggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, dan latar

belakang kebudayaan.

Page 33: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

14

b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan disiplin

sekolah.

c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah faktor

keefektifan pembelajaran. Keefektifan pembelajaran akan ditentukan oleh

model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Apabila model

pembelajaran yang dipilih tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka

pembelajaran akan menjadi efektif sehingga prestasi belajar siswa

diharapkan optimal. Jadi, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang

digunakan guru akan berdampak pada tinggi rendahnya kemandirian

belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Kemandirian Belajar

a. Pengertian tentang Kemandirian Belajar

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 1988: 625),

kemandirian adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada

orang lain. Kemandirian belajar siswa dapat diawali dari kesadaran adanya

masalah, disusul dengan timbulnya niat melakukan kegiatan belajar secara

sengaja untuk menguasai suatu kompetensi yang diperlukan guna

mengatasi masalah dan kemandirian belajar siswa itu berlangsung tanpa

batuan orang lain.

Dalam kegiatan pembelajaran, kemandirian sangat penting karena

merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu.

Menurut Utari Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, siswa cenderung

belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur

belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu

mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan

bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.

Siswa yang mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis

Page 34: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

15

permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun

bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan.

Situasi belajar dapat dibentuk dengan cara berbeda, baik dengan

sendiri, kompetisi atau kerjasama. Tiap-tiap pembentukan itu dapat

digunakan untuk tujuan berbeda dan mengarahkan kepada hasil belajar

yang berbeda pula (a learning situation can be structured in different

ways, as an individual, competitie, or cooperative activity. Each of these

structures can be used for different purposes and can lead to different

learning outcomes) Peklaj ( 2006: 9).

Dalam pembelajaran modern sekarang ini dituntut terjadinya

pembelajaran dengan pencapaian tuntas yang dikenal dengan strategi

belajar tuntas. Pendekatan individual memegang peranan penting dalam

strategi belajar tuntas, di sanalah terjadi program pengayaan, program

perbaikan, tutorial, serta bentuk-bentuk pengajaran lain yang menuntut

kemandirian belajar yang tinggi setiap siswa.

b. Sistem Belajar Mandiri

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 22), dalam proses belajar

siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan

belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat.

Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya evaluasi, dan

keberhasilan belajar menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan

dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri.

Rochester Institut of Techonology (2000) dalam Utari Sumarmo,

mengidentifikasi beberapa karakteristik dalam kemandirian belajar, yaitu:

memilih tujuan belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memilih

dan menggunakan sumber belajar yang tersedia, bekerjasama dengan

individu lain, membangun makna, memahami pencapaian, keberhasilan

tidak cukup hanya dengan usaha dan kemampuan saja namun harus

disertai dengan kontrol diri. Paris dan Winograd juga mengidentifikasi

motivasi yaang berkelanjutan merupakan aspek yang penting dalam belajar

mandiri.

Page 35: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

16

Dengan demikian dalam penelitian ini, kemandirian belajar siswa

dicirikan oleh hal-hal berikut ini:

1) Adanya sikap mental siswa terhadap pelajaran matematika, sikap

mental tersebut meliputi:

a) Siswa mempunyai rasa percaya diri dan keuletan setiap belajar

matematika.

b) Adanya motivasi diri sendiri yang kuat untuk belajar matematika.

c) Keberanian siswa untuk berargumen atau bertanya.

d) Keberanian siswa mendemonstrasikan hasil pekerjaannya.

2) Adanya cara-cara belajar yang digunakan oleh siswa demi meraih

prestasi belajar matematika yang baik. Dalam hal ini harus mengarah

pada pedoman-pedoman umum untuk belajar mandiri, yaitu:

a) Keteraturan dalam belajar matematika.

b) Disiplin diri dalam belajar matematika.

c) Konsentrasi dalam belajar matematika.

d) Penggunaan waktu dalam belajar matematika.

e) Pemakaian sarana perpustakaan.

3) Sikap mandiri yang dimiliki oleh siswa, meliputi:

a) Cara-cara siswa dalam menyelesaikan setiap tugas atau PR

matematika.

b) Adanya keinginan untuk memperkaya pengetahuan dan materi

pelajaran.

c) Mempunyai sikap positif pada saat mengikuti pembelajaran

matematika.

Berdasarkan uraian kemandirian belajar dan sistem belajar mandiri

diatas, dalam penelitian ini kemandirian belajar didefinisikan sebagai

kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada

aktivitas dan tanggung jawab dengan didorong oleh motivasi dirinya

sendiri. Dalam melakukan aktivitas belajar siswa dituntut kemandirian

belajarnya, karena dengan adanya kemandirian belajar tersebut akan

tercapai prestasi belajar yang optimal.

Page 36: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

17

3. Model Pembelajaran Kooperatif Structured Numbered Heads (SNH)

dengan Pendekatan Matematika Realistik dan Numbered Heads Together

(NHT) dengan Pendekatan Matematika Realistik

a. Model Pembelajaran Kooperartif

Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial,

Agus Suprijono (2009: 46). Adapun Udin S. Winataputra dalam Soetarno

Joyoatmojo (2011: 102) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran atau

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Sedangkan Muhibin Syah (2005: 201), mengemukakan bahwa model

pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran

kepada peserta didik. Dari beberapa pendapat di atas, maka dalam

penelitian ini yang dimaksud model pembelajaran adalah suatu kerangka

konseptual yang sistematis yang berisi prosedur dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran untuk mencapi tujuan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang saat ini sedang marak

digunakan adalah model pembelajaran yang lebih mengedepankan kerja

sama. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning).

Menurut Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2011: 29) mengatakan

bahwa :

“Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara

kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap

pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang

Page 37: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

18

lain. (Cooperative learning is group learning activity organized in

such a way that learning is based on the socially structured change

of information between learners in group in which each learner is

held accountable for his or her own learning and is motivated to

increase the learning of others)”.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang bernaung dalam pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang menuntut keterlibatan

aktif siswa sekaligus dapat mengembangkan kemampuan bekerjasama atau

kemampuan untuk bekerja dalam tim. Hal ini senada dengan yang

diungkapkan Barkely, Cross, dan Major dalam Soetarno Joyoatmojo

(2011: 105) dengan adanya interaksi antar teman sebaya dalam

pembelajaran kooperatif merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan

keaktifan siswa.

Kelebihan dari pembelajaran kooperatif juga diungkapkan oleh Sri

Anitah dalam Soetarno Joyoatmojo (2011: 105) melalui prinsip-prinsip

dari model ini antara lain:

1) Memecahkan masalah bersama dalam kelompok sehingga terjadi

saling tukar pendapat, berbagi pengalaman, dan saling membantu satu

sama lain.

2) Mencapai tujuan tertentu yang sama melalui diskusi untuk

menentukan strategi pemecahan, pembuatan keputusan secara

bersama-sama.

3) Adanya ketergantungan yang positif yakni adanya saling bantu dan

kerjasama yang baik antar anggota kelompok dalam memecahkan

masalah.

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2012: 58)

mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur

dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu:

Page 38: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

19

a) Saling ketergantungan positif (Positive interdependence).

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang

saling membutuhkan inilah yang dimaksud denga saling

ketergantungan positif.

b) Tanggung jawab perseorangan (Personal responsibility).

Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

c) Interaksi promotif (Face to face promotive interaction).

Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi dalam

kelompok dimana setiap anggota saling mendorong dan membantu

anggota lain dalam usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan

menghasilkan sesuatu untuk tujuan bersama.

d) Komunikasi antaranggota (Interpersonal sklill).

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok

bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan mereka dalam mengutarakan

pendapatnya.

e) Pemrosesan kelompok (Group processing).

Pemrosesan mengandung arti menilai. Tujuan pemrosesan kelompok

adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan

kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan

kelompok.

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama

antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

hal ini, sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni

Page 39: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

20

mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Dengan begitu adanya pembelajaran kooperatif dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa.

b. Pendekatan Matematika Realistik

Menurut Erman Suherman (2001: 7), pendekatan (Approach)

pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam

pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi

dengan siswa.

Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi

pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam pengalaman

sehari-hari adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan ini

mengacu pada pendapat Freudenthal menyatakan bahwa pembelajaran

matematika sebaiknya berangkat dari aktivitas manusia Mathematics is

human activity (Erman Suherman, 2001: 128).

Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR menjadikan

pelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa, karena dibimbing untuk

menemukan konsep matematika dengan usaha mereka sendiri, Sutarto

Hadi (2005: 52). Dalam pendekatan matematika realistik dikenal dua jenis

matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers yaitu, matematisasi

horizontal, matematika dalam tingkat ini adalah matematika informal atau

pentransformasian masalah dalam dunia real kedalam masalah matematika

dan matematisasi vertikal jika mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi

dalam jangka panjang dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat

digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa

menggunakan bantuan konteks.

Menurut Zulkardi dalam Sofa (2008: 2), pendekatan matematika

realistik memiliki lima karakteristik, yaitu:

1) Menggunakan masalah kontekstual (The use of context).

Pembelajaran matematika diawali dengan masalah kontekstual,

sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman atau

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara langsung.

Page 40: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

21

2) Menggunakan berbagai model (The use models).

Istilah model berkaitan dengan model matematika yang dibangun

sendiri oleh siswa dalam mengaktualisasikan masalah kontekstual ke

dalam bahasa matematika, yang merupakan jembatan bagi siswa untuk

membuat sendiri model-model dari situasi nyata ke abstrak atau dari

situasi informal ke formal.

3) Kontribusi siswa (Student contributions).

Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan

berbagai strategi informal yang dapat mengarahkan pada

pengkonstruksian berbagai prosedur untuk memecahkan masalah.

Dengan kata lain, kontribusi yang besar dalam proses pembelajaran

diharapkan datang dari siswa, bukan dari guru. Artinya semua pikiran

atau pendapat siswa sangat diperhatikan dan dihargai.

4) Interaktivitas (Interactivity).

Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa

dengan perangkat pembelajaran merupakan hal yang sangat penting

dalam PMR. Bentuk-bentuk interaksi seperti: negosiasi, penjelasan,

pembenaran, persetujuan, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk

mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentuk-bentuk

pengetahuan matematika informal yang ditemukan sendiri oleh siswa.

5) Terintegrasi (Intertwining).

Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan

suatu topik (unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung

terjadinya proses pembelajaran yang lebih bermakna.

Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan

pendekatan PMR dalam penelitian ini sebagai berikut:

Langkah 1: Memahami masalah kontekstual

Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami

permasalahan tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini

adalah menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam

pembelajaran.

Page 41: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

22

Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual

Guru menjelaskan situasi atau kondisi soal dengan memberikan petunjuk

atau saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang

belum dipahami siswa. dan karakteristik yang muncul pada langkah ini

adalah adanya interaksi.

Langkah 3: Menyelesaikan masalah kontekstual

Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara

mereka sendiri. Cara pemecahan jawaban masalah berbeda lebih

diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal.

Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu

karakteristik kedua menggunakan model.

Langkah 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk

membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara

berkelompok untuk selanjutnya dibandingkan dan diskusikan pada diskusi

kelas. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang tergolong

dalam langkah ini adalah karakteristik ketiga yaitu menggunakan

kontribusi siswa (students constribution) dan karakteristik keempat yaitu

terdapat interaksi (interactivity) antara siswa dengan siswa lainnya.

Langkah 5. Menyimpulkan

Dari diskusi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik

kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur. Karakteristik

pembelajaran matematika realistik yang tergolong dalam langkah ini

adalah adanya interaksi (interactivity) antara siswa dengan guru

(pembimbing).

c. Structured Numbered Heads (SNH) dengan Pendekatan Realistik.

Structured Numbered Heads (SNH) merupakan pengembangan

dari Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini pertama

kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model Pembelajaran

kooperatif tipe SNH adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

Page 42: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

23

dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas

berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang

bernomor sama untuk bekerjasama. Guru menyuruh siswa untuk

bekerjasama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan

bergabung dengan siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam

kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu dan

mencocokkan hasil kerjasama mereka. Model ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat.

Dalam model SNH, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab

pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.

Menurut Miftahul Huda (2011: 131) langkah-langkah pembelajarannya

sebagai berikut:

1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam

kelompok diberi nomor.

2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.

Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan

mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal.

Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3

mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3) Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa

melibatkan kerjasama antar kelompok. Siswa diminta keluar dari

kelompoknya dan bergabung bersama siswa-siswa yang bernomor

sama dari kelompok lain. Dengan demikian, siswa-siswa dengan tugas

yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja

mereka.

Model pembelajaran kooperatif tipe SNH sangat tepat untuk

pembelajaran berkelompok karena model ini memudahkan dalam

pembagian tugas, untuk menghindari siswa mendominasi atau diam sama

sekali. Kelebihan model ini adalah setiap siswa menjadi siap dalam

belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan

Page 43: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

24

dapat bertukar pikiran dengan siswa lain. Model pembelajaran kooperatif

tipe SNH bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan

siswa.

Cara kerja dari model pembelajaran kooperatif tipe SNH (Anita

Lie, 2007: 60-61) adalah sebagai berikut:

1) Penomoran.

Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok belajar. Setiap siswa

dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Penugasan.

Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.

Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan

mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan pelaksanaan

soal. Siswa no. 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa no. 3

mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3) Diskusi.

Selain diskusi dengan kelompok, guru juga mengadakan kerjasama

antar kelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung

dengan siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam

kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling

membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.

4) Persentasi.

Setelah selesai diskusi, guru memanggil nomor siswa secara acak dari

tiap kelompok dan meminta siswa dari salah satu kelompok tersebut

untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Structured Numbered Heads (SNH) dengan pendekatan matematika

realistik yang dilakukan dalam penilitian ini adalah:

Page 44: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

25

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe SNH dengan

Pendekatan Matematika Realistik.

Langkah Kegiatan Guru

1) Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran dan memotivasi

siswa untuk belajar.

2) Mengorganisasikan

siswa dalam kelompok

belajar.

Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang beranggotakan 4-5 orang.

3) Menyajikan materi

pelajaran

Guru mengawali pembelajaran dengan

memberikan masalah kontekstual, yang

diakhiri dengan meminta siswa untuk

mendiskusikan LKS. Karakteristik PMR yang

muncul pada langkah ini adalah menggunakan

masalah kontekstual sebagai titik tolak dalam

pembelajaran.

4) Memberikan

penugasan/menyelesai

kan masalah

kontekstual

Siswa menyelesaikan masalah kontekstual

yang diberikan melalui LKS, guru

memberikan tugas kepada setiap anggota

kelompok berdasarkan pembagian nomor.

Karakteristik PMR yang muncul dalam

langkah ini adalah menggunakan model.

5) Melakukan diskusi

kelas

Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk membandingkan jawabannya dengan

cara keluar dari kelompoknya dan bergabung

dengan anggota kelompok lain yang bernomor

sama untuk berdiskusi. Karakteristik PMR

yang muncul dalam langkah ini adalah

menggunakan kontribusi siswa dan adanya

interaksi.

6) Persentasi Guru memanggil nomor siswa secara acak dari

tiap kelompok dan meminta siswa dari salah

satu kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas, sementara siswa

yang bernomor sama dari kelompok lain dapat

memberikan tambahan, selanjutnya guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk

memberi kesimpulan. Karakteristik PMR yang

muncul dalam langkah ini adalah

menggunakan kontribusi siswa.

Page 45: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

26

d. Numbered Heads Together (NHT) dengan Pendekatan Matematika

Realistik.

NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. NHT

adalah salah satu model pembelajaran yang bernaung dalam teori

konstruktivisme. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh

Spenser Kagan (1992) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

dalam pelajaran tersebut. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe NHT

merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir

sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk

duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor.

Setelah selesai, guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil

diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan

berpresentasi selanjutnya. Pemangggilan secara acak ini akan memastikan

semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut. Model ini juga

cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok

(Miftahul Huda, 2011: 130).

Pengelompokan secara heterogen merupakan ciri yang menonjol

pada model pembelajaran ini. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok

dalam pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang

berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan akademis

sedang dan seorang lainnya mempunyai kemapuan akademis yang kurang.

Secara umum, pengelompokan heterogen memudahkan pengelolaan kelas

karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi,

guru mendapatkan asisten untuk tiga orang.

Berikut adalah cara melaksanakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT menurut Miftahul Huda (2011: 130):

1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam

setiap kelompok mendapat nomor.

Page 46: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

27

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

3) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui

jawaban tersebut.

4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil secara bergantian mempresentasikan jawaban hasil diskusi

kelompok mereka.

Menurut Maheady (2006: 24), pembelajaran dengan Numbered

Head Together mengupayakan siswa berkonsentrasi terhadap pelajaran,

memusatkan pikiran untuk merasa siap menjawab pertanyaan, berpikir

kritis, serta lebih bergairah (Previous research has shown that Numbered

Heads Together is an efficient and effective instructional technique to

increase student responding and to improve achievement).

Sedangkan menurut Trianto (2007: 62) dalam mengajukan

pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase

sebagai sintak model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT):

1) Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok melalui LKS, dan

setiap kelompok mendiskusikan jawabannya.

3) Fase 3: Berpikir Bersama

Siswa menyatakan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4) Fase 4: Menjawab

Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka.

Page 47: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

28

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan

matematika realistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan

Pendekatan Matematika Realistik.

Langkah Kegiatan Guru

1) Menyampaikan tujuan

dan memotivasi

siswa

Menyampaikan semua tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran dan memotivasi

siswa untuk belajar.

2) Mengorganisasikan

siswa dalam

kelompok belajar.

Membagi siswa secara heterogen dan

memberikan penomoran.

3) Menyajikan materi

pelajaran

Guru mengawali pembelajaran dengan

memberikan masalah kontekstual kepada

siswa yang terkait dengan materi yang akan

diajarkan diakhiri dengan meminta siswa

untuk mendiskusikan LKS. Karakteristik

PMR yang muncul dalam langkah ini adalah

menggunakan masalah kontekstual sebagai

titik tolak dalam pembelajaran.

4) Berpikir bersama Siswa secara berkelompok memikirkan atau

mendiskusikan jawaban masalah kontekstual

dalam LKS. Guru memantau jalannya diskusi,

memberikan pengarahaan dan bimbingan

secukupnya pada kelompok yang mengalami

kesulitan. Karakteristik PMR yang muncul

dalam langkah ini adalah menggunkan

kontribusi siswa.

5) Menjawab Guru memanggil salah satu nomor siswa dari

tiap kelompok dan mempresentasikan

jawaban di depan kelas, sementara siswa yang

bernomor sama dari kelompok lain dapat

memberikan tambahan atau sanggahan.

Karakteristik PMR yang muncul dalam

langkah ini adalah adanya interaksi.

Keunggulan dari pembelajaran dengan model NHT dengan

pendekatan matematika realistik adalah:

a) Setiap anggota kelompok mengetahui jawaban yang merupakan hasil

diskusi dan dari pertanyaan yang disampaikan.

Page 48: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

29

b) Setiap anggota kelompok mempunyai kemampuan dan tanggung jawab

yang sama untuk mencoba menjawab pertanyaan.

c) Diperoleh jawaban atau hasil diskusi yang lebih akurat karena

didiskusikan 4-5 siswa.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

pendekatan matematika realistik adalah tidak semua anggota kelompok

dipanggil oleh guru atau mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan

hasil diskusinya di depan kelas.

e. Pembelajaran Konvensional

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 614) dinyatakan

bahwa “konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional sendiri

diartikan sebagai “apa yang sudah menjadi kebiasaan “. Oleh karena itu,

pembelajaran konvensional dapat juga disebut pembelajaran tradisional.

Goos (2004: 259) mengatakan: proses belajar tradisional adalah

proses belajar yang mengandalkan buku, peserta didik hanya

melihat dan mendengar, guru mengajar prosedur matematika dan

akhirnya peserta didik mengerjakan latihan. (In mathematics

classrooms using a traditional, textbook-dominated approach,

effective participation involves students in listening to and

wacthing the teacher demonstrate mathematical procedures, and

then practicing what was demonstrated by completing textbook

exercise).

Dalam metode pembelajaran konvensional guru lebih dominan dan

siswa cenderung pasif, sehingga siswa untuk mengemukakan dan

membahas suatu pandangan atau pendapat kurang. Metode pembelajaran

konvensional pada umumnya menggunakan metode ceramah, merupakan

metode mengajar paling banyak dipakai, terutama dalam bidang studi non

eksakta. Siswa memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa

isinya dan membuat catatan. Guru mendominasi dalam proses

pembelajarannyan dan lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian,

menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada

proses. Metode yang digunakan adalah metode ceramah yang diselingi

tanya jawab, serta pemberian pekerjaan rumah.

Page 49: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

30

Dalam penelitian ini yang dimaksud metode pembelajaran

konvensional yakni pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher

centered) dalam mentransfer pengetahuan, dimana siswa hanya

mendengarkan penjelasan dari guru tanpa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran. Pembelajarannya cenderung menggunakan metode ceramah

(demonstrasi) dan siswa cendrung hanya menerima informasi dari guru.

Menurut Sri Patmawati (2010), adapun langkah-langkah metode

pembelajaran konvensional yaitu:

1) Guru menyajikan informasi tentang konsep yang akan dipelajari;

2) Guru menerangkan konsep dan memberikan contoh aplikasi konsep;

3) Guru memeriksa pemahaman konsep siswa;

4) Guru memberikan soal;

5) Guru menyimpulkan pembelajaran.

Metode pembelajaran konvensional yang digunakan saat proses

pembelajaran pada dasarnya menitikberatkan pada keaktifan guru, sedang

siswa cenderung pasif sehingga pembelajaran konvensional dianggap

kurang efektif. Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode

pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan metode pembelajaran konvensional.

a) Dapat menampung siswa dalam kelas besar.

b) Kemajuan siswa berjalan teratur menurut tingkah laku.

c) Dapat disampaikan kepada siswa yang usianya hampir bersamaan

dalam satu kelas.

d) Buku-buku pelajaran dapat disesuaikan dengan taraf kesanggupan

kelas.

2) Kelemahan metode pembelajaran konvensional.

a) Siswa tidak dapat langsung menilai apa yang dipelajari.

b) Siswa tidak dapat menggunakan teknik ilmiah.

c) Siswa kurang memungkinkan dalam menyusun fakta dan

mengambil kesimpulan.

d) Belajar dan bekerja menjadi kurang efisien.

Page 50: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

31

Tabel 2.3 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Konvensional yang

Dilakukan Pada Penelitian Ini Adalah

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru

1) Menyampaikan

tujuan dan

mempersiapkan

siswa.

Guru menyampaikan indikator pembelajaran,

mengimformasikan latar belakang pelajaran dan

pentingnya pelajaran serta mempersiapkan siswa

untuk belajar.

2) Mendemonstrasi

kan pengetahuan

/keterampilan.

Guru mendemontrasikan keterampilan/menyajikan

informasi tahap demi tahap.

3) Membimbing

pelatihan.

Guru merencanakan dan memberikan pelatihan

awal.

4) Mengecek

pemahaman dan

memberi umpan

balik.

Guru mengecek apakah siswa telah berhasil

melaksanakan tugas, dan guru memberikan umpan

balik kepada siswa.

5) Memberikan

kesempatan

untuk pelatihan

lanjutan dan

penerapan.

Guru memberikan kesempatan melakukan pelatihan

lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif, pendekatan matematika

realistik, dan kemandirian belajar siswa. Penelitian yang berkaitan dengan model

pembelajaran kooperatif dilakukan oleh Zakaria, Chin, Daud (2010) dalam

Journal of social sciences menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif sangat

efektif diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga guru perlu

menerapkannya. Perbedaan mendasar dengan penelitian ini adalah ukuran

populasi, subjek, variabel yang diukur, materi, pokok, dan waktu penelitian.

Sedangkan persamaan dengan penelitian yang diteliti adalah sama-sama

menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Page 51: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

32

Penelitian yang dilakukan oleh Rosi Salindri (2011) dalam tesisnya

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT menghasilkan

prestasi belajar matematika yang sama dengan penggunaan model pembelajaran

Group Investigation pada materi pokok turunan fungsi. Persamaan dengan

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT, sedangkan perbedaannya terletak pada tipe pembelajaran SNH dengan

pendekatan realistik dan tinjauannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Robertus Morgana (2010) dalam tesisnya menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Robertus

Morgana dengan penelitian ini dimana keduanya sama-sama menggunakan model

kooperatif tipe NHT, sedangkan perbedaannya adalah pada tinjaunya.

Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan model kooperatif tipe NHT

dilakukan oleh Maheady, Michielli-Pendl, Harper, dan Mallette (2006) dalam

Journal of Behavioral Education. Ia menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan pemberian penghargaan yang dibandingkan dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT tanpa pemberian penghargaan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan pemberian penghargaan lebih efektif dalam meningkatkan

kemampuan prestasi belajar siswa sehingga berdampak pada peningkatan prestasi

belajar siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang diteliti adalah

sama-sama menggunakan model pembelajaran NHT. Sedangkan perbedaannya

adalah penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 6, sedangkan penelitian ini

dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP.

Widjaja dan Heck (2003) dalam Journal of Science and Mathematics

Education in Southeast Asia memperoleh kesimpulan bahwa masih terdapat

kesulitan dalam penerapan RME di Indonesia, namun RME dapat diperkenalkan

secara perlahan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam penelitian yang

dilakukan ini, peneliti mencoba menerapkan PMR untuk siswa sekolah menengah

pertama dengan memperhatikan karakteristik yang terdapat dalam PMR. Terdapat

pula artikel yang ditulis oleh Barnes (2004) dalam African Journal of Research in

Page 52: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

33

SMT Education, menyatakan bahwa RME telah memainkan peran dalam

menggalang dan mengatasi konsepsi alternatif dari siswa. Hal ini dengan

dilakukan terlebih dahulu penerapan prinsip dipandu dalam desain masalah

kontekstual. Masalah yang memulai proses dengan melihat siswa terlibat dalam

matematisasi horizontal atau vertikal, yang kemudian menghasilkan konsepsi

alternatif untuk dibahas dan ditangani. Penelitian yang dilakukan mencoba untuk

mengetahui efektifitas penerapan pendekatan matematika realistik untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa dengan melihat prinsip-prinsip PMR.

Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan kemandirian belajar siswa

dilakukan oleh Diah Ayu Kurniasih (2010) dalam tesisnya menunjukkan bahwa

prestasi belajar matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada

kemandirian belajar tinggi lebih baik dari kemandirian belajar sedang dan rendah.

Prestasi belajar matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada

kemandirian belajar sedang lebih baik dari kemandiria belajar rendah. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang diteliti adalah pada kemandirian belajar

siswa. Sedangkan perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang dipakai

serta materi yang diteliti.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di atas

digunakan sebagai rujukan dan kajian teori untuk penelitian yang dilakukan pada

penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran

yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe SNH, NHT dengan

pendekatan matematika realistik, dan metode pembelajaran konvensional yang

belum pernah diteliti sebelumnya. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, keberhasilan proses

belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Siswa yang memperoleh

prestasi belajar tinggi menunjukkan bahwa siswa tersebut mampu mencapai

tujuan belajarnya, sedangkan siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah

menunjukkan bahwa siswa tersebut belum dapat mencapai tujuan belajar yang

Page 53: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

34

diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya

adalah model pembelajaran dan kemandirian belajar.

1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan pendekatan

matematika realistik, NHT dengan pendekatan matematika realistik dan

konvensional terhadap prestasi belajar siswa.

Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengarunya terhadap

keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model dan pendekatan

pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan

mengajar. Agar model dan pendekatan pembelajaran terpilih dengan tepat,

seorang guru harus mengetahui macam-macam model dan pendekatan

pembelajaran dan mengetahui pula model pembelajaran yang sesuai dengan

materi pada pokok pembahasannya. Model pembelajaran kooperatif adalah

salah satu bentuk model pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat

konstruktivisme, dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan

mereka sendiri. Sedangkan pendekatan matematika realistik adalah cara yang

ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan

bisa beradaptasi dengan siswa. Siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran, apabila mereka dapat

saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya dan bisa

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari yang dikenal siswa. Dalam

penelitian ini, model pembelajaran yang diterapkan adalah model

pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan pendekatan matematika realistik,

NHT dengan pendekatan matematika realistik dan konvensional.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan pendekatan

matematika realistik, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya

dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya dan siswa diberi

kesempatan untuk melakukan proses yaitu mengembangkan kreatifitasnya

dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Model

pembelajaran SNH dengan pendekatan matematika realistik merupakan suatu

model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan

setiap nomor mendapat tugas berbeda-beda dan menyadari bahwa nomor

Page 54: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

35

yang dimilikinya mempunyai peluang yang sama untuk dipanggil dengan

nomor yang dimiliki oleh anggota kelompok lain guna mewakili

kelompoknya dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan nantinya

dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk

bekerjasama dan sangat tepat untuk pembelajaran berkelompok karena

memudahkan dalam pembagian tugas, untuk menghindari siswa mendominasi

atau diam sama sekali. Kelebihan model ini adalah setiap siswa menjadi siap

dalam belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan

dapat bertukar pikiran dengan siswa lain.

Proses belajar bagi siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif

tipe SNH dengan pendekatan matematika realistik lebih bermakna

dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT dengan

pendekatan matematika realistik. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe

NHT, setiap siswa dituntut untuk berperan aktif dalam melaksanakan diskusi

kelompok. Hanya saja, tanggung jawab individual dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih rendah dibandingkan tanggung

jawab individual dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SNH

dengan pendekatan matematika realistik. Dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan matematika realistik,

tidak menutup kemungkinan terdapat anggota kelompok yang hanya

mengandalkan salah seorang anggota kelompok dan menyerahkan semua

tugas kepada anggota kelompok yang mempunyai kemampuan tinggi.

Dengan demikian, pemahaman siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe SNH dengan pendekatan matematika realistik lebih optimal

dibandingkan pemahaman siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan pendekatan matematika realistik.

Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian

ini juga menggunakan pembelajaran konvensional yang umumnya

dilaksanakan secara klasikal. Metode yang digunakan adalah metode ceramah

yang diselingi tanya jawab, serta pemberian pekerjaan rumah. Pada

pembelajaran konvensional siswa hanya mendengarkan hal-hal yang

Page 55: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

36

disampaikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih pasif, karena guru lebih

dominan selama proses pembelajaran di kelas dan siswa tidak diberi

kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.

Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

SNH dengan pendekatan matematika realistik diharapkan dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan matematika realistik

dan konvensional.

2. Pengaruh perbedaan tingkat kemandirian belajar terhadap prestasi belajar.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus

memperhatikan karakteristik kemandirian belajar siswa karena kemandirian

belajar juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar matematika siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, kemandirian belajar

sangat penting karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat

diperlukan oleh setiap individu. Dengan kemandirian belajar, siswa

cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur

belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu

mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak,

serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang

mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang

komplek, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan

kelompok, dan berani mengemukakan gagasan. Dalam pembelajaran

matematika, kemandirian belajar dapat dilakukan dalam kegiatan berdiskusi.

Semakin besar peran aktif siswa dalam kegiatan tersebut, mengindikasikan

bahwa siswa tersebut memiliki kemandirian belajar yang tinggi, sehingga

siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi akan mempunyai prestasi

belajar yang baik pula. Sedangkan bagi siswa yang mempunyai kemandirian

belajar rendah tidak demikian halnya. Dengan demikian, prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik

dibandingkan kemandirian belajar sedang dan rendah. Sedangkan pada siswa

Page 56: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

37

yang mempunyai kemandirian belajar sedang akan mempunyai prestasi

belajar lebih baik dibandingkan kemandirian belajar rendah.

Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi akan terlibat lebih

aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang

memiliki kemandirian belajar rendah akan terlibat pasif dalam mengikuti

pembelajaran. Kemandirian belajar tinggi akan mendorong siswa untuk aktif

dalam mengikuti diskusi kelompok, mengajukan pertanyaan terhadap

penjelasan yang belum dipahami atau memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan mengenai suatu konsep dengan sungguh-sungguh. Hal ini akan

berdampak semakin tingginya pemahaman siswa terhadap konsep tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dimungkinkan prestasi belajar matematika

siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih baik dibandingkan

prestasi belajar matematika siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang

maupun rendah, dan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang lebih

baik dari yang memiliki kemandirian belajar rendah.

3. Perbandingan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi, sedang, dan rendah pada model pembelajaran kooperatif tipe SNH

dengan pendekatan matematika realistik, NHT dengan pendekatan

matematika realistik dan konvensional.

Adanya kemandirian belajar merupakan modal bagi siswa dalam

mengkonstruksi pemahaman matematika sehingga memperoleh prestasi

belajar matematika yang optimal. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki ketiga

kategori kemandirian belajar, siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi termasuk siswa yang aktif dalam melakukan diskusi kelompok,

mempunyai motivasi untuk belajar, mampu memantau, mengevaluasi, dan

mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan

mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan

bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.

Sehingga siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan pendekatan matematika

Page 57: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

38

realistik akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

model NHT dengan pendekatan matematika realistik dan konvensional.

Siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sudah

mempunyai motivasi untuk belajar, mampu memantau, mengevaluasi,

mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien.

Sehingga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan

pendekatan matematika realistik akan memberikan prestasi belajar lebih baik

dari penggunaan model NHT dengan pendekatan matematika realistik dan

konvensional.

Siswa dengan kemandirian belajar rendah lebih pasif dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran dan cenderung mengikuti pendapat teman satu

kelompok tanpa harus berpikir mandiri terlebih dahulu sehigga model SNH

dengan pendekatan matematika realistik dan konvensional lebih baik dari

model SNH dengan pendekatan matematika realistik.

4. Perbandingan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif

tipe SNH dengan pendekatan matematika realistik, NHT dengan pendekatan

matematika realistik, dan konvensional ditinjau dari kemandirian belajar.

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Efektivitas suatu model pembelajaran akan bergantung pada karakteristik

setiap siswa. Pada model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan

pendekatan matematika realistik sangat baik untuk meningkatkan tanggung

jawab individual siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok dan

merupakan model pembelajaran yang menuntut adanya peran aktif setiap

anggota kelompok dalam melakukan diskusi agar mampu mengkonstruksi

pemahamnnya karena materi yang dipelajarari dikaitkan langsung secara

kontekstual. Dengan kata lain, kemandirian dari dalam siswa sangat

diperlukan. Hal ini akan mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

dalam melakukan diskusi kelompok agar memiliki pemahaman yang optimal

terhadap konsep materi yang sedang dipelajari.

Oleh karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SNH

dengan pendekatan matematika realistik menuntut tanggung jawab yang lebih

Page 58: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

39

besar, terkait dengan langkah penomoran, siswa dikelompokkan dengan

diberi nomor, setiap nomor mendapat tugas yang berbeda sesuai dengan

nomor kepalanya dan nantinya dapat keluar dari kelompoknya dan bergabung

dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerjasama, membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dimungkinkan

bahwa pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe SNH

dengan pendekatan matematika realistik, prestasi belajar matematika siswa

yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih baik dibandingkan prestasi

belajar matematika siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang maupun

rendah.

Begitu juga dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan pendekatan matematika realistik yang mampu mengakomudasi

setiap perbedaaan karakteristik siswa, dimungkinkan bahwa prestasi belajar

matematika siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi akan

memberikan prestasi yang lebih baik kemandirian belajar sedang dan rendah.

Pada model pembelajaran konvensional siswa menjadi lebih pasif

karena guru lebih dominan selama proses pembelajaran di kelas, peran guru

mengajar dan menyebarkan informasi keilmuan kepada siswa. Pada siswa

yang mempunyai kemandirian belajar tinggi akan memberikan prestasi

belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemandirian belajar

sedang dan rendah, dan siswa kemandirian belajar sedang memberikan

prestasi belajar yang lebih baik dari kemandirian belajar rendah.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan pendekatan matematika

realistik lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dengan pendekatan matematika realistik dan konvensional, model

pembelajaran NHT dengan pendekatan matematika realistik lebih baik dari

pada pembelajaran konvensional.

Page 59: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

40

2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi lebih baik dibanding siswa yang mempunyai kemandirian belajar

sedang. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang mempunyai

prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai

kemandirian belajar rendah. Sedangkan siswa yang mempunyai kemandirian

belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah.

3. Pada masing-masing kategori kemandirian belajar (tinggi, sedang, dan

rendah) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan

pendekatan matematika realistik memberikan prestasi belajar yang lebih baik

dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan matematika

realistik dan konvensional, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

pendekatan matematika realistik memberikan prestasi belajar yang lebih baik

dari pembelajaran konvensional.

4. Pada masing-masing model pembelajaran tipe (SNH dengan pendekatan

matematika realistik, NHT dengan pendekatan matematika realistik dan

konvensional), prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai

kemandirian belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai

kemandirian belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai kemandirian

belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari siswa yang

mempunyai kemandirian belajar rendah.

Page 60: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara

Barat (NTB) dengan populasi adalah siswa SMP Negeri kelas VIII pada

semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil kelas VIII Tahun

Pelajaran 2012/2013 dengan rincian waktu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Kegiatan Penelitian.

Kegiatan Waktu

Persiapan

Pelaksanaan

Pengolahan

data

Penyusunan

tesis

- Konsultasi judul

- Pembuatan /pengajuan proposal

- Seminar proposal

- Ijin penelitian

- Uji coba angket

- Uji coba soal tes prestasi belajar

- Pembelajaran di kelas eksperimen

- Pengambilan data prestasi siswa.

- Analisis data

- Penulisan tesis dan konsultasi

April 2012

April – Mei 2012

17 Juli 2012

Agustus 2012

September minggu ke-2

September minggu ke-2

Oktober – November

November minggu ke-3

November 2012

November 2012 hingga

selesai

B. Jenis, Rancangan, dan Prosedur Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalah yang akan diteliti, maka jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian semu (quasi eksperimental),

41

Page 61: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

42

karena tidak dapat melakukan kontrol terhadap variabel luaran yang mungkin

berpengaruh terhadap variabel yang dibahas serta tidak mungkin melakukan

pengelompokkan responden secara ketat. Hal ini sesuai dengan pendapat:

Budiyono (2003: 82) menyatakan bahwa “tujuan penelitian

eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang

merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan

eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkkan untuk mengontrol dan untuk memanipulasikan

semua variabel yang relevan”.

Pada penelitian ini kelompok eksperimen I menggunakan model

pembelajaran SNH dengan pendekatan matematika realistik sedangkan

eksperimen II menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan

matematika realistik dan konvensional sebagai kelas kontrol. Untuk variabel

bebas yang lain adalah kemandirian belajar siswa dijadikan sebagai variabel

yang ikut mempengaruhi variabel terikat.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

faktorial 3 x 3. Adapun desain yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Rancangan Faktorial 3 x 3

Kemandirian Belajar (B)

Model Pembelajaran (A)

Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)

SNH (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13

NHT (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23

Konvensional (a3) (ab)31 (ab)32 (ab)33

Keterangan:

A : Model Pembelajaran.

B : Kemandirian Belajar.

a1 : Model pembelajaran SNH dengan pendekatan matematika realistik.

a2 : Model pembelajaran NHT dengan pendekatan matematika realistik.

a3 : Konvensional.

b1 : Kemandirian belajar tinggi.

42

Page 62: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

43

b2 : Kemandirian belajar sedang.

b3 : Kemandirian belajar rendah.

(ab)11 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi

dan mendapat pembelajaran model SNH pendekatan realistik.

(ab)12 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang

dan mendapat pembelajaran model SNH pendekatan realistik.

(ab)13 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah

dan mendapat pembelajaran model SNH pendekatan realistik

(ab)21 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi

dan mendapat pembelajaran model NHT pendekatan realistik

(ab)22 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang

dan mendapat pembelajaran model NHT pendekatan realistik.

(ab)23 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah

dan mendapat pembelajaran model NHT pendekatan realistik.

(ab)31 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi

dan mendapat pembelajaran konvensional.

(ab)32 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang

dan mendapat pembelajaran konvensional.

(ab)33 : Prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah

dan mendapat pembelajaran konvensional.

3. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan

dengan urutan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Menentukan populasi dan mempelajari karakteristik populasi.

b. Mengambil secara random sekolah dan kelas yang digunakan untuk

penelitian.

c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan.

d. Melakukan uji keseimbangan.

e. Melakukan uji coba untuk instrumen kemandirian belajar.

f. Mengambil data kemandirian belajar.

Page 63: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

44

g. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan pendekatan matematika realistik

pada kelompok I dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

pendekatan matematika realistik pada kelompok II.

h. Melakukan uji coba untuk tes prestasi belajar.

i. Mengukur prestasi hasil belajar siswa dengan menggunakan soal-soal tes

prestasi belajar yang sama untuk kedua kelompok.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2007: 130). Sedangkan, Sukmadinata (2010: 250) menyatakan

bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup

penelitian. Sugiyono (2009: 80) menyatakan bahwa populasi adalah bukan

hanya orang tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan

jumlah yang ada pada obyek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau obyek itu.

Dalam penelitian ini didefinisikan bahwa populasi merupakan

keseluruhan objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang

hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII

SMPN se- Kota Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Sampel

Saifuddin Azwar (2011: 79) mengemukakan bahwa: “sampel adalah

sebagaian atau wakil dari populasi yang akan diteliti”. Sedangkan menurut

Sugiyono (2009: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Selain itu, Sukmadinata (2010: 250)

menyatakan sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan

ditarik kesimpulannya

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah

sebagian dari populasi yang diambil/dipilih mewakili populasi dan harus

memenuhi syarat utama, yaitu reprensentatif artinya dapat mewakili semua

Page 64: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

45

sifat-sifat yang ada pada populasi. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan

digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara

stratified claster random sampling. Langkah-langkah pengambilan sampel,

sebagai berikut:

a) Dari populasi distratifikasi berdasarkan peringkat sekolah.

Pada tahap ini peneliti menggunakan data peringkat sekolah yang

dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan,

Kementrian Pendidikan Nasional Tahun 2011.

b) Setelah diurut, dikelompokkan menjadi tiga kelompok.

SMPN di Kota Mataram sebanyak 23 sekolah tetapi ada 2 sekolah yang

tidak diikutkan karena sudah bertaraf RSBI yakni SMPN 2 dan SMPN 6,

sehingga ada 21 sekolah yang dijadikan sampel penelitian dengan kategori

tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) SMPN

tahun pelajaran 2010/2011.

Tekniknya adalah dibagi tiga kelompok yaitu:

Tinggi jika X 1

2

Sedang jika 1

2 X

1

2

Rendah jika X 1

2

Dengan:

X = Nilai UN Sekolah

= Rerata nilai UN SMPN se-Kota Mataram

  = Standar deviasi nilai UN SMPN se-Kota Mataram

c) Tiap-tiap kelompok diambil satu sekolah secara random (sampling random

kluster).

Page 65: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

46

d) Tiap-tiap sekolah secara random diambil 3 kelas, yaitu satu kelas untuk

kelas eksperimen 1, satu kelas untuk kelas eksperimen 2 dan yang lain

sebagai kelas kontrol.

Tabel 3. 3 Data SMPN Berdasarkan Rerata NUN SMPN se-Kota Mataram

No Nama Sekolah Rerata NUN Kelompok

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

SMP NEGERI 7 MATARAM

SMP NEGERI 19 MATARAM

SMP NEGERI 20 MATARAM

SMP NEGERI 13 MATARAM

SMP NEGERI 12 MATARAM

SMP NEGERI 15 MATARAM

SMP NEGERI 1 MATARAM

SMP NEGERI 5 MATARAM

SMP NEGERI 8 MATARAM

SMP NEGERI 17 MATARAM

SMP NEGERI 14 MATARAM

SMP NEGERI 10 MATARAM

SMP NEGERI 21 MATARAM

SMP NEGERI 11 MATARAM

SMP NEGERI 3 MATARAM

SMP NEGERI 18 MATARAM

SMP NEGERI 9 MATARAM

SMP NEGERI 22 MATARAM

SMP NEGERI 4 MATARAM

SMP NEGERI 23 MATARAM

SMP NEGERI 16 MATARAM

9,09

9,08

8,89

8,83

8, 68

8, 67

8, 65

8, 62

8,58

8,57

8,51

8,35

8,33

8, 31

8,18

8,18

8,04

7,99

7,88

7,48

7,38

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

(sumber: Kemdiknas, 2011)

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, sampel dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu: kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah.

Dari ketiga kelompok diambil 1 (satu) SMP secara acak yang mewakili

kelompok tinggi dan terpilih SMP Negeri 15 Mataram, 1 (satu) SMP yang

Page 66: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

47

mewakili kelompok sedang dan terpilih SMP Negeri 8 Mataram dan 1 (satu)

SMP yang mewakili kelompok rendah dan terpilih SMP Negeri 9 Mataram.

Dari ketiga SMP tersebut, kemudian dilakukan pengundian lagi untuk

menentukan kelas manakah yang akan dijadikan sampel penelitian kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Pengambilan sampel

secara acak pada populasi dimaksudkan agar setiap kelas pada populasi dapat

terwakili. Setelah dilakukan pengundian masing-masing sekolah terpilih 3

kelas sebagai tempat penelitian sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas

eksperimen 2 dan kelas kontrol.

Hasil pengundian dari tiga sekolah tersebut di atas diperoleh sampel

penelitian yaitu siswa kelas VIII F, VIII K, VIII L SMP Negeri 15 Mataram,

siswa kelas VIII E, VIII F, VIII G SMP Negeri 8 Mataram dan siswa kelas

VIII F, VIII G, VIII H SMP Negeri 9 Mataram. Sampel kelas eksperimen 1

sebanyak 120, kelas eksperimen 2 sebanyak 113 siswa dan kelas kontrol

sebanyak 115 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu model

pembelajaran dan kemandirian belajar siswa dan satu variabel terikat yaitu

prestasi belajar matematika.

a. Variabel Bebas

1) Model Pembelajaran.

a) Definisi Operasional: Model pembelajaran adalah suatu kerangka

konseptual yang sistematis yang berisi prosedur dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapi tujuan

pembelajaran.

b) Skala pengukuran: Nominal dengan tiga kategori yaitu

pembelajaran dengan model SNH pendekatan matematika

realistik, NHT pendekatan matematika realistik dan konvensional.

c) Simbol: A dengan kategori a1, a2 dan a3.

Page 67: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

48

2) Kemandirian Belajar Siswa.

a) Definisi Operasional: Kemandirian belajar adalah kemampuan

siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada

aktivitas dan tanggung jawab dengan didorong oleh motivasi

dirinya sendiri.

b) Klasifikasi: Kemandirian belajar siswa meliputi tiga kategori:

kemandirian belajar tinggi (b1), sedang (b2) dan rendah (b3).

c) Skala Pengukuran: Skala interval yang diubah ke dalam skala

ordinal yang terdiri dari 3 kategori yaitu:

Kemandirian belajar tinggi jika X 1

2X s

Kemandirian belajar sedang jika 1

2X s X

1

2X s

Kemandirian belajar rendah jika X 1

2X s

Dengan:

X = Skor angket kemandirian belajar.

s = Standar deviasi gabungan dari skor angket.

X = Rerata gabungan dari skor angket.

d) Simbol: B dengan kategori b1, b2 dan b3.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika

siswa, yang datanya diambil dari tes prestasi belajar matematika siswa

pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

1) Definisi Operasional: Prestasi belajar matematika adalah hasil yang

dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar

matematika yang dinyatakan dalam hasil tes berupa nilai.

2) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika.

3) Skala Pengukuran : Skala interval.

4) Simbol : ab.

Page 68: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

49

2. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 236), metode dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan

sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai mid

semester.

b. Metode Kuesioner (Angket)

Menurut Budiyono (2003: 47), metode angket adalah cara

pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis

kepada subjek penelitian, responden atau sumber data untuk

dijawabannya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan metode angket, antara lain:

a) Pada kata pengantar, hendaknya dihindari hal-hal bersifat egosentris.

Berikanlah motivasi atau pengantar kepada pengisi angket untuk

bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket.

b) Pada petunjuk pengisian hendaknya menggunakan kata-kata yang

bersifat memerintah.

c) Pertanyaan hendaknya disusun dalam bahasa dan kalimat yang

mudah dimengerti dan jelas serta tidak mempunyai arti ganda.

d) Dihindarkan supaya pihak pengisi angket tidak banyak pengorbanan

(pemikiran) yang terlalu berat.

e) Pergunakanlah kata-kata yang netral, tidak menyinggung perasaan

dan harga diri pengisi angket.

f) Cantumkanlah kemungkinan jawaban sebanyak mungkin sehingga

memberikan peluang kepada pengisi angket untuk memilih yang

paling tepat.

g) Agar lebih mudah dalam skoring, sebaiknya digunakan bentuk

tertutup dari pada terbuka.

h) Cara menarik kesimpulan dari metode ini harus lebih hati-hati.

Page 69: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

50

Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket

kemandirian belajar yang bertujuan untuk mengetahui kategori

kemandirian belajar siswa. Angket dalam penelitian ini memuat

pertanyaan tentang kemandirian belajar matematika siswa yang berupa

soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban.

Pemberian skor untuk pertanyaan positif adalah:

1) Jika tidak menjawab diberi skor 0

2) Jika menjawab a diberi skor 4

3) Jika menjawab b diberi skor 3

4) Jika menjawab c diberi skor 2

5) Jika menjawab d diberi skor 1

Sedangkan untuk menjawab pertanyaan negatif adalah:

1) Jika tidak menjawab diberi skor 0

2) Jika menjawab a diberi skor 1

3) Jika menjawab b diberi skor 2

4) Jika menjawab c diberi skor 3

5) Jika menjawab d diberi skor 4

c. Metode Tes

Budiyono (2003: 54) berpendapat “metode tes adalah cara

pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan

atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian”. Untuk mengumpulkan

data prestasi belajar siswa digunakan metode tes dengan soal tes

berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Siswa yang

menjawab benar untuk setiap soal diberi nilai 1, dan jika salah atau tidak

menjawab diberi nilai 0. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa.

3. Instrumen dan Prosedur Uji Coba

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen

penelitian yang berupa soal-soal tes prestasi belajar matematika dan angket

kemandirian belajar siswa diuji cobakan terlebih dulu untuk melihat

kelayakannya.

Page 70: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

51

a. Uji Coba Instrumen Tes

1) Uji Validitas Isi

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila

tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil

ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes

tersebut. Tipe validitas terbagi atas validitas isi, validitas konstruk,

validitas berdasarkan kriteria. Dalam penyusunan dan pengembangan

tes prestasi belajar tipe validitas yang terpenting adalah validitas isi,

yaitu sejauh mana item-item dalam tes memang telah sesuai untuk

mengukur prestasi yang domainnya telah dibatasi secara spesifik

(Saifuddin Azwar, 2003: 187).

Agar tes mempunyai validitas isi harus diperhatikan hal-hal berikut:

1) Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh pembelajaran

tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.

2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan

materi yang diajarkan.

3) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal tes sudah dipelajari

dan dapat dipahami oleh tester.

Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan prosedur

dalam penyusunan tes sebagai berikut: a) menentukan kompetensi

dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang

diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku; b) menyusun kisi-kisi

soal tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih; c)

menyusun butir-butir soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat;

d) melakukan penilaian terhadap butir-butir soal tes.

Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi

tinggi atau tidak, biasanya dilakukan oleh para pakar (experts

judgement) dan semua kriteria penelaahan instrumen tes harus

disetujui oleh validator dalam hal ini oleh Irzani, M.Si., Lalu Zulkifli,

S.Pd dan Lukman, S.Pd.

Page 71: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

52

2) Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil

yang relatif sama pada waktu yang berlainan. Reliabilitas tes prestasi

belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:

2

11 21

t i i

t

s p qnr

n s

Dengan:

11r = koefisien reliabilitas instrumen.

n = banyaknya butir instrumen.

pi = proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i.

qi = 1- pi. 2

ts = variansi untuk skor total.

(Budiyono, 2003: 69)

Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,70.

3) Daya Pembeda

Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok

siswa pandai menjawab benar butir soal lebih banyak daripada

kelompok siswa tidak pandai. Dengan demikian, daya pembeda suatu

butir soal dapat dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dan

tidak pandai. Sebagai tolak ukur pandai atau tidak pandai adalah skor

total dari sekumpulan butir yang dianalisis. Rumus yang digunakan

untuk menghitung daya pembeda butir ke-i adalah rumus korelasi

produk momen dari Karl Pearson berikut:

2 22 2

pbis

n XY X YD r

n X X n Y Y

Dengan:

rxy = indeks daya pembeda untuk butir ke-i.

n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen).

X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba).

Y = skor total (dari subjek uji coba).

Page 72: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

53

Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy ≥ 0.3

(Budiyono, 2011: 33)

4) Tingkat Kesukaran Butir Soal

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran

seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Butir soal yang baik

adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya

tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat

kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal

digunakan rumus sebagai berikut:

B

PN

Dengan:

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya subjek yang menjawab benar.

N = banyaknya seluruh peserta tes.

(Zainal Arifin, 2012: 272)

Butir soal yang digunakan untuk menghimpun data penelitian ini

mempunyai interval tingkat kesukaran 0.3 ≤ P ≤ 0.7

b. Uji Coba Angket

Guna menjamin bahwa angket yang dipakai dalam penelitian ini

telah memenuhi kelayakan, sebelum digunakan angket diuji cobakan

terlebih dahulu. Adapun uji angket yang dilakukan adalah: validitas,

reliabilitas, dan konsistensi internal.

1) Uji Validitas Angket.

Menurut Budiyono (2003: 50), uji validitas dimaksudkan

untuk menguji apakah angket tersebut mampu mempresentasikan

validitas seluruh isi hal yang akan diukur. Untuk analisis validasi

angket harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pertanyaan harus representatif ditinjau dari materi yang akan

diuji.

Page 73: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

54

b. Titik berat pertanyaan harus sesuai dengan tujuan.

c. Tidak terdapat pernyataan yang mempunyai makna ganda.

d. Tidak diperlukan pengetahuan yang tidak atau belum diketahui

untuk menjawab pertanyaan.

Untuk mendapatkan validitas isi, pada angket penilaian

akan dinilai validitasnya oleh pakar atau validator. Jika ada salah

satu yang tidak disetujui maka instrumen tersebut belum valid,

artinya butir yang tidak disetujui tersebut harus direvisi atau

dibuang. Dalam hal ini divalidator oleh Drs. Mudin, M.Pd.,

Mahsan, S.Pd dan Drs. Kaharudin Ahmad.

2) Uji Reliabilitas Angket.

Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil

yang relatif sama pada waktu yang berlainan. Teknik Alpha dapat

dipakai untuk instrumen yang tidak dikotomus (misalnya pada

angket atau tes uraian). Reliabelitas angket diuji dengan teknik

Alpha yaitu:

2

11 21

1

i

t

snr

n s

Dengan:

11r = indeks reliabilitas instrumen.

n = banyaknya butir instrumen.

2

is = variansi belahan ke-i, i = 1, 2,…, n.

2

ts = variansi skor total yang diperoleh subjek uji coba.

(Budiyono, 2011: 18)

Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0.70

3) Konsistensi Internal Angket.

Untuk menentukan konsistensi internal masing-masing butir

dilihat dari korelasi antar butir-butir tersebut dengan skor totalnya.

Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk momen dari

Karl Pearson, sebagai berikut :

Page 74: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

55

r

2 22 2

xy

n XY X Y

n X X n Y Y

Dengan:

xyr = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i.

n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen).

X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba).

Y = skor total (dari subjek uji coba).

(Budiyono, 2003: 65)

Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika xyr ≥ 0,3.

E. Teknik Analisi Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat analisi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Karena itu, dalam

bagaian ini akan dituliskan masing-masing uji prasyarat analisis yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang

diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan

prosedur uji sebagai berikut:

1. Hipotesis:

H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

2. Tingkat signifikansi: α = 5%

3. Statistik uji.

L = Maks | ( ) ( )|

s

XXz i

i

Dengan:

F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N (0,1)

Page 75: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

56

S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah z.

Xi = skor responden.

s = standar deviasi.

4. Daerah Kritis.

DK = nLLL ;| dengan n adalah ukuran sampel.

5. Keputusan Uji.

Ho ditolak jika L hitung

(Budiyono, 2009: 170).

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi

penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji

homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi

Kuadrat dengan prosedur sebagai berikut:

1. Hipotesis:

Ho : 22

3

2

2

2

1 ... k (semua variansi sama).

H1 : paling sedikit ada satu variansi yang berbeda.

2. Tingkat signifikansi : α = 5%

3. Statistik uji yang digunakan:

2 22,303log logj jf RKG f s

c

Dengan:

1~ 22 k

k = banyaknya populasi = banyaknya sampel

N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

jf = nj – 1 = derajat kebebasan untuk

2

js ; j = 1,2,3,...k

f = N – k = 1

k

j

j

f

= derajat kebebasan untuk RKG

1 1 1  1

3( 1) j

ck f f

Page 76: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

57

RKG = rerata kuadrat galat = j

j

ss

f

2

2 21j

j j j j

j

XSS X n s

n

4. Daerah kritis

DK = 2 2 2

; 1k

5. Keputusan Uji

Ho ditolak jika uji 2

hitung terletak di daerah kritis.

(Budiyono, 2009: 176)

2. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah kelas

eksperimen 1 model SNH, kelas eksperimen 2 model NHT dan kelas kontrol

dengan metode konvensional dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum

dilakukan perlakuan kepada kelompok eksperimen. Prosedur uji

keseimbangan adalah uji anava satu jalan dengan sel tak sama sebagai

berikut:

1. Hipotesis

H0 : 1 2 3 (ketiga kelompok berasal dari populasi yang

berkemampuan awal sama).

H1 : paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama.

2. Taraf signifikan : α = 5%

3. Komputasi.

Jumlah kuadrat

2 2

– j

j j

T G

n NJKA

2

2

,

– j

ij

i j j j

JKGT

Xn

22

,

-  ij

i j

XKN

J TG

Page 77: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

58

Dengan:

JKA = jumlah kuadrat antar perlakuan.

JKG = jumlah kuadrat galat.

JKT = jumlah kuadrat total.

Derajat kebebasan

dkA = k – 1

dkG = N – k

dkT = N – 1

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,

diperoleh rataan kuadrat:

JKARKA

dkA

JKGRKG

dkG

Dengan:

RKA = rerata kuadrat antar perlakuan.

RKG = rerata kuadrat galat.

4. Statistik uji yang digunakan:

obs

RKAF

RKG

5. Daerah Kritis

; 1,k N kDK F F F

6. Keputusan Uji :

H0 ditolak jika harga statistik uji F berada di dalam daerah kritik atau

F DK . H0 diterima jika harga statistik uji F berada di luar daerah kritik

atau F DK . Jika H0 ditolak berarti populasi mempunyai rataan yang

tidak sama (populasi tak seimbang), jika H0 diterima berarti populasi

mempunyai rataan yang sama (populasi seimbang).

(Budiyono, 2009: 198)

Page 78: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

59

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan analisis variansi dua

jalan dengan sel tak sama. Sebelum anava dikenakan, dilakukan uji

persyaratan untuk anava yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika

diperlukan uji lanjut, maka akan digunakan uji Scheffe. Uji prasyarat pada

anava yaitu mengunakan metode yang sama pada uji prasyarat keseimbangan.

Prosedur uji anava dua jalan :

a. Model data sebagai berikut:

( )ijk i j ij ijkX

Dengan:

ijkX = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.

= rerata dari seluruh data amatan (rerata besar).

i = .i = efek baris ke-i pada variabel terikat.

j =. j = efek kolom ke-j pada variabel terikat.

( )ij = ( )ij i j

= interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.

ijk = deviasi data

ijkX terhadap rerata populasinya ( ijk ) yang

berdistribusi normal dengan rerata 0.

i= 1, 2, 3; dengan:

1 = model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan

pendekatan matematika realistik.

2 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

pendekatan matematika realistik.

3 = model pembelajaran konvensional.

j = 1, 2, 3; dengan:

1 = kategori kemandirian tinggi.

2 = kategori kemandirian sedang.

3 = kategori kemandirian rendah.

k = 1, 2, 3...,ijn dengan

ijn = banyaknya data amatan pada sel ij

Page 79: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

60

b. Prosedur dalam pengujian hipotesis dengan analisis variansi dua jalan

dengan sel tak sama yaitu:

1) Perumusan hipotesis.

HoA : 0i untuk setiap i = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan antara

model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa).

H1A : paling sedikit ada satu i yang tidak nol (ada perbedaan

antara model pembelajaran terhadap prestasi belajar).

HoB : j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan antar

kemandirian belajar terhadap prestasi belajar siswa).

H1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol (ada perbedaan

antara kemandirian belajar terhadap prestasi belajar).

HoAB : 0ij

untuk setiap i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada

interaksi antara model pembelajaran dan kemandirian

belajar terhadap prestasi belajar siswa).

H1AB : paling sedikit ada satu ij

yang tidak nol (ada interaksi

antara model pembelajaran dan kemandirian belajar

terhadap prestasi belajar siswa).

2) Tingkat signifikansi : α = 5%

3) Komputasi.

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini

didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut.

nij = banyaknya data amatan pada sel ij

hn = rerata harmonik frekuensi seluruh sel =

,

1

i j ij

pq

n

N = ,

ij

i j

n = banyaknya seluruh data amatan

2

2

ijk

k

ij ijk

k ij

X

SS Xn

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ijAB = rerata pada sel ij

Page 80: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

61

iji

j

A AB = jumlah rerata pada baris ke-i

ijj

i

B AB = jumlah rerata pada baris ke-j

,

ij

i j

G AB = jumlah rerata semua sel

Jumlah Kuadrat

2 2

ih

i

A GJKA n

q pq

2 2j

h

j

B GJKB n

p pq

2222 ji

h ij

ij i j

BAGJKAB n AB

pq q p

ij

ij

JKG SS

JKT JKA JKB JKAB JKG

Dengan:

JKA = jumlah kuadrat baris.

JKB = jumlah kuadrat kolom.

JKAB = jumlah kuadrat interaksi.

JKG = jumlah kuadrat galat.

JKT = jumlah kuadrat total.

Derajat Kebebasan

1

1

dkA p

dkB q

( 1)( 1)

1

dkAB p q

dkG N pq

dkT N

Rerata Kuadrat

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,

diperoleh rerata kuadrat berikut:

Page 81: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

62

RKA = (JKA)/(dkA)

RKB = (JKB)/(dkB)

RKAB = (JKAB)/(dkAB)

RKG = (JKG)/(dkG)

a) Statistik uji

1. untuk 0 AH adalah a

RKAF

RKG

2. untuk 0BH adalah b

RKBF

RKG

3. untuk 0 ABH adalah ab

RKABF

RKG

b) Daerah Kritis

Untuk Fa, daerah kritis DK = {F F > F(α; p – 1; N – pq)}

Untuk Fb, daerah kritis DK = {F F > F(α; q – 1; N – pq)}

Untuk Fab, daerah kritis DK = {F F > F(α; (p – 1)(q – 1); N – pq)}

c) Keputusan Uji

H0 ditolak jika F DK

d) Rangkuman Analisis Variansi.

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Keputusan Uji

Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F* H0 ditolak jika

obsF DK

H0 diterima

jika obsF DK

Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F*

Interaksi

(AB) JKAB (p-1) (q-1) RKAB Fab F*

Galat (G) JKG N-pq RKG - - -

Total JKT N-1 - - - -

Keterangan : F* = nilai F yang diperoleh dari tabel.

(Budiyono, 2009: 229-231)

Page 82: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

63

4. Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis

variansi, jika hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol ditolak.

Tujuannya utama dari komparasi ganda adalah untuk mengetahui perbedaan

rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel.

Metode komparasi ganda yang dipakai adalah metode Scheffe.

Langkah- langkah dalam menerapkan metode Scheffe yaitu:

a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.

b. Merumuskan hipotesis sesuai dengan komparasi tersebut.

c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1) Komparasi Rerata Antar Baris

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:

0 . .: i jH

1 . .: i jH

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah:

2. .

. .

. .

( )

1 1

i j

i j

i j

X XF

RKGn n

Dengan:

. .i jF = nilai obsF pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j

.iX = rerata pada baris ke-i

.jX = rerata pada baris ke-j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan

analisis variansi.

.in = ukuran sampel baris ke-i

.jn = ukuran sampel baris ke-j

2) Komparasi Rerata Antar Kolom

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:

0 . .: i jH

1 . .: i jH

Page 83: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

64

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah: 2

. .

. .

. .

( )

1 1

i j

i j

i j

X XF

RKGn n

Dengan:

. .i jF = nilai obsF pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

.iX = rerata pada kolom ke-i

. jX = rerata pada kolom ke-j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan

analisis variansi.

.in = ukuran sampel kolom ke-i

. jn = ukuran sampel kolom ke-j

3) Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom

yang sama adalah:

0 : ij kjH

1 : ij kjH

Metode Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang

sama adalah:

2( )

1 1

ij kj

ij kj

ij kj

X XF

RKGn n

Dengan:

ij kjF = nilai obsF pada pembandingan rerata pada sel ij dan rerata sel

kj

ijX = rerata pada sel ij

kjX = rerata pada sel kj

RKG = rerata kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan anava

nij = ukuran sel ij

nkj = ukuran sel kj

Page 84: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

65

4) Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris

yang sama adalah:

0 : ij ikH

1 : ij ikH

Metode Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama

adalah: 2( )

1 1

ij ik

ij ik

ij ik

X XF

RKGn n

Dengan:

ij ikF = nilai obsF pada pembandingan rerata pada sel ij dan rerata

sel ik

ijX = rerata pada sel ij

ikX = rerata pada sel ik

RKG = rerata kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan anava

nij = ukuran sel ij

ikn = ukuran sel ik

d. Taraf signifikansi = 5%

e. Menentukan daerah kritis (DK)

; 1,/ 1i j p N pqDK F F p F

; 1,/ 1i j q N pqDK F F q F

; 1,/ 1ij kj pq N pqDK F F pq F

; 1,/ 1ij ik pq N pqDK F F pq F

f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi

rerata.

g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).

(Budiyono, 2009: 215-217).

Page 85: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

66

BAB 1V

HASIL PENELITIAN

Pada Bab IV diperoleh hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa

kelas VIII L SMP Negeri 15 Mataram, kelas VIII G SMP Negeri 8 Mataram dan

VIII G SMP Negeri 9 Mataram yang pembelajarannya dengan menggunakan

model SNH dengan pendekatan realistik ( kelas eksperimen 1) dan pada siswa

kelas VIII K SMP Negeri 15 Mataram, kelas VIII E SMP Negeri 8 Mataram dan

VIII F SMP Negeri 9 Mataram yang pembelajarannya dengan menggunakan

model NHT dengan pendekatan realistik (kelas eksperimen 2), pada siswa kelas

VIII F SMP Negeri 15 Mataram, kelas VIII F SMP Negeri 8 Mataram dan VIII H

SMP Negeri 9 Mataram yang pembelajarannya dengan menggunakan model

konvensional serta kelas IX C SMP Negeri 10 Mataram sebagai kelas uji coba

instrumen penelitian.

A. Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk

memberikan data mengenai kemandirian belajar siswa dan tes prestasi belajar

matematika siswa. Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti. Oleh karena

itu, perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas isi dan

realiabilitas dari angket kemandirian belajar siswa dan tes prestasi belajar

matematika siswa. Uji coba instrumen penelitian tersebut dilaksanakan di SMP

Negeri 10 Mataram kelas IX C pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh data sebagai berikut:

1. Hasil Uji Coba Angket Kemandirian Belajar Siswa

a. Validitas Isi

Kriteria penelaahan validitas isi instrumen angket kemandirian

belajar siswa ini meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan

ini dilakukan dengan mengunakan lembar check list (√) oleh Drs. Mudin,

M.Pd., Mahsan, S.Pd guru SMK Mataram dan Drs. Kaharudin Ahmad

guru SMK N 1 Mataram diperoleh 30 butir angket dinyatakan valid karena

66

Page 86: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

67

telah memenuhi kriteria yang diberikan. Hasil validasi selengkapnya dari

validitas angket kemandirian belajar siswa oleh validator dapat dilihat

pada Lampiran 3. 2

b. Reliabilitas

Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha,

diperoleh r11= 0,99. Karena r11= 0,99 > 0, 70 sehingga angket kemandirian

belajar siswa dikatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 3

c. Konsistensi Internal

Instrumen angket kemandirian belajar siswa yang diujicobakan

terdiri dari 30 butir soal. Dari hasil uji konsistensi internal dengan

menggunakan rumus korelasi produk momen Karl-Pearson diperoleh 30

butir angket konsisten sebab rxy dari 30 butir angket tersebut lebih besar

dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.4

d. Penetapan Instrumen Angket Kemandirian belajar Siswa

Setelah dilakukan validasi, reliabilitas, dan konsistensi internal

terhadap 30 butir soal uji coba angket kemandirian belajar siswa sehingga

diperoleh 30 item angket kemandirian belajar digunakan untuk penelitian

dengan indeks reliabilitas 0, 99.

2. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika

Uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika terdiri dari 40 soal

pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban dilaksanakan di SMP Negeri 10

Mataram kelas IX C dengan responden sebanyak 36 siswa diperoleh nilai

maksimal 85,00 dan nilai minimal 7,5 serta rataan nilai 41,04, yang disajikan

pada Lampiran 1. 3, kemudian diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Validitas Isi

Kriteria penelaahan validitas isi instrument tes prestasi belajar

matematika ini meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaahan

ini dilakukan dengan mengunakan lembar check list (√) oleh 3 orang

validator, yaitu Irzani, M.Si, dosen Program studi Pendidikan matematika

Page 87: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

68

IAIN Mataram, Lalu Zulkifli, Lukman guru Matematika diperoleh bahwa

40 butir uji coba instrumen tes prestasi dinyatakan valid karena telah

memenuhi kriteria yang diberikan. Hasil validasi selengkapnya dari

validitas isi uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika oleh

validator dapat dilihat pada Lampiran 3.7

b. Reliabilitas

Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20,

diperoleh perhitungan r11= 0,897. Karena r11= 0,897 > 0,70 sehingga

instrumen tes dikatakan reliabel baik dan dapat digunkan dalam kaitannya

dengan indeks reliabilitas. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 3.8

c. Daya Pembeda

Tes prestasi belajar matematika yang diujicobakan terdiri dari 40

soal tes pilihan ganda. Dari hasil daya pembeda diperoleh 31 soal dengan

daya pembedanya berfungsi dengan baik, karena 31 soal tersebut rxy ≥ 0.3

sedangkan 9 soal yang tidak sesuai kriteria adalah nomor 6, 7, 19, 21, 27,

29, 30, 37, dan 40. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

3.9

d. Tingkat Kesukaran

Dari 40 soal tes prestasi belajar matematika yang diujicobakan

diperolah 38 soal tersebut termasuk soal yang cukup artinya tidak terlalu

mudah dan tidak terlalu sukar karena 0.3 ≤ P ≤ 0.7. Item tes prestasi belajar

yang tidak memenuhi kriteria adalah nomor 19 dan 30. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.9

e. Penetapan Instrumen Tes Prestasi Belajar

Dari uraian di atas tentang hasil uji coba instrumen tes prestasi

belajar, maka dapat disimpulkan bahwa dari 40 soal pilihan ganda tersebut

setelah melalui proses validitas isi, taraf kesukaran dan daya beda terdapat 9

butir soal yang tidak sesuai dengan kriteria yaitu nomor 6, 7, 19, 21, 27, 29,

30, 37, dan 40 yang telah peneliti tetapkan, sehingga ada 31 butir soal yang

dapat dipakai, namun demikian karena ada beberapa soal yang mempunyai

Page 88: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

69

indikator yang sama maka diambil 30 butir soal yang digunakan untuk

penelitian dengan indeks reliabilitas 0, 911.

B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal

Uji prasyarat dari suatu eksperimen adalah uji keseimbangan, dilakukan

untuk mengetahui apakah sampel mempunyai kemampuan awal yang sama. Nilai

yang digunakan dalam uji ini adalah nilai kemampuan awal yang diambil dari

nilai mid semester I. Hal ini bertujuan agar hasil dari eksperimen adalah benar

akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh lain.

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen 1 untuk

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2, hasil uji normalitas

kemampuan awal kelas eksperimen 2 untuk perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 4.3 dan hasil uji normalitas kemampuan awal kelas

kontrol untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.4.

Rangkuman hasil uji normalitas dapat disajikan dalam Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Analisis Uji Normalitas Tes Kemampuan Awal

Kelompok obsL L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Kelas Eksperimen 1 0,069 0,0833 H0 diterima Normal

Kelas Eksperimen 2 0,078 0,0808 H0 diterima Normal

Kelas Kontrol 0,062 0,0826 H0 diterima Normal

Berdasarkan pada Tabel 4.1 di atas, obsL untuk setiap kelompok lebih

kecil dari (0,05; )nL dengan daerah kritis 0,05; | nL L LDK maka obsL DK

dan H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas kemampuan awal kelas eksperimen 1, kelas

eksperimen 2 dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.2. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.5

Page 89: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

70

Tabel 4. 2. Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Awal

Sampel k 2 obs 2 0,05; 2

Keputusan Kesimpulan

Kelas 3 0, 1627 5, 992 H0 diterima Homogen

Berdasarkan pada Tabel 4.2 di atas, ternyata harga 2 obs lebih kecil

dari 2

0,05;2 dengan daerah kritis 2 2 2

0,05;2DK maka 2

obs DK dan

H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi

yang homogen.

3. Uji Keseimbangan

Setelah dipenuhi normalitas dan homogenitas data kemampuan awal

maka selanjutnya uji keseimbangan dengan anava satu jalan dilakukan dan

diperoleh data seperti tersaji pada Tabel 4.3. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 4.6

Tabel 4. 3. Rangkuman Uji Keseimbangan Tes Kemampuan Awal

Sumber JK DK RK Fobs Ftab

Model 3,608 2 1,804 0,042 3,00

Galat 14731,87 345 42,701 - -

Total 14735,48 347 - - -

Berdasarkan pada Tabel 4.3 di atas, diperoleh bahwa obsF lebih kecil

dari tabelF dengan daerah kritis 0,05;2,345| DK F F F maka obsF DK dan

H0 diterima, yang berarti bahwa ketiga kelas dalam keadaan awal yang

seimbang. Oleh karena itu ketiga kelas tersebut dapat diberi perlakuan yang

berbeda.

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Data Kemandirian Belajar Siswa

Data tentang kemandirian belajar siswa diperoleh dari angket

kemandirian belajar siswa dengan responden sebanyak 348 siswa dari 3 SMP,

Page 90: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

71

selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan skor

tertinggi dari masing-masing tingkatan kemandirian belajar yaitu tingkat

kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah.

Secara umum dari data hasil angket kemandirian belajar siswa

diperoleh gambaran bahwa 118 siswa berkemandirian belajar tinggi dengan

skor tertinggi 103, skor terendah 77, 116 siswa berkemandirian belajar sedang

dengan skor tertinggi 79 dan skor terendah 67, 114 siswa berkemandirian

belajar rendah dengan skor tertinggi 66 dan skor terendah 40.

Secara khusus pada kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran

dengan model SNH pendekatan realistik diperoleh: siswa kemandirian belajar

tinggi 40 dengan skor tertinggi 103, skor terendah 82 dan rata-rata 89,3 siswa

berkemandirian belajar sedang 40 dengan skor tertinggi 79 skor terendah 68

dan rata-rata 72,825, siswa berkemandirian rendah 40 dengan skor tertinggi 66

skor terendah 43 dan rata-rata 58,8.

Pada kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran dengan model NHT

pendekatan realistik diperoleh dari data angket yaitu: siswa kemandirian

belajar tinggi 40 dengan skor tertinggi 100, skor terendah 80 dan rata-rata

87,30 siswa berkemandirian belajar sedang 38 dengan skor tertinggi 78 skor

terendah 66 dan rata-rata 70,842, siswa berkemandirian rendah 35 dengan skor

tertinggi 65 skor terendah 47 dan rata-rata 57,0.

Sedangkan pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan

konvensional diperoleh data: siswa kemandirian belajar tinggi 38 dengan skor

tertinggi 89, skor terendah 77 dan rata-rata 81,711, siswa berkemandirian

belajar sedang 38 dengan skor tertinggi 76 skor terendah 66 dan rata-rata

71,18, siswa berkemandirian rendah 39 dengan skor tertinggi 65 skor terendah

40 dan rata-rata 58,72.

Jadi berdasarkan diskripsi data kemandirian di atas maka dari kelas

eksperimen 1 diperoleh siswa kemandirian belajar tinggi 40, siswa kemandirian

belajar sedang 40, siswa kemandirian belajar rendah 40. Pada kelas eksperimen

2 diperoleh siswa kemandirian belajar tinggi 40, siswa kemandirian belajar

sedang 38, siswa kemandirian belajar rendah 35. Sedangkan pada kelas kontrol

Page 91: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

72

terdapat siswa kemandirian belajar tinggi 38, siswa kemandirian belajar sedang

38 siswa kemandirian belajar rendah 39. Hasil deskripsi di atas terangkum

dalam Tabel 4. 4. selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.4

Tabel 4. 4. Rangkuman Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa

Model Skor Angket

Kemandirian Belajar

Skor maks 103 79 66 103

Skor min 82 68 43 43

Skor maks 100 78 65 100

Skor min 80 66 47 47

Skor maks 89 76 65 89

Skor min 77 66 40 40

Skor maks 103 79 66

Skor min 77 66 40

Tabel 4. 5. Rangkuman Jumlah Siswa Berdasarkan Angket Kemandirian

Belajar Siswa

Kelompok Kemandirian Belajar

Total Tinggi Sedang Rendah

Eksperimen 1 40 40 40 120

Eksperimen 2 40 38 35 113

Kontrol 38 38 39 115

Total 118 116 114 348

2. Data Prestasi Belajar

Setelah melakukan tes hasil prestasi belajar terhadap 348 responden

diperoleh data dengan nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata . Data

tes prestasi belajar terangkum pada Tabel 4. 5, dimana:

model SNH dengan pendekatan matematika realistik.

model NHT dengan pendekatan matematika realistik.

model konvensional.

kategori kemandirian belajar tinggi.

Page 92: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

73

= kategori kemandirian belajar sedang.

= kategori kemandirian belajar rendah.

Tabel 4. 6. Hasil Tes Prestasi Belajar

Nilai

Xmaks 93 93 87 93

Xmin 40 47 40 40

X 71,200 70,700 65,835 69,243

Xmaks 90 87 93 93

Xmin 40 40 40 40

X 68,175 61,974 62,371 64,175

Xmaks 80 77 83 83

Xmin 40 40 40 40

X 63,000 55,184 56,846 58,343

Xmaks 93 93 93

Xmin 40 40 40

X 67,460 62, 619 61,682

D. Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan analisis terhadap data hasil tes prestasi belajar siswa

kelas VIII SMPN di Kota Mataram semester I pada tahun pelajaaran 2012/2013

maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat anava dua jalan dengan sel tak sama

meliputi normalitas dan homogenitas.

1. Prasyarat analisis variansi dua jalan

a. Uji Normalitas

Uji normalitas masing-masing sampel dilakukan sebanyak 6 kali

dengan menggunakan metode Lilliefors. Berdasarkan uji yang telah

dilakukan (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.1 ) diperoleh harga

statistik uji untuk taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing sampel

disajikan pada Tabel 4.7

Page 93: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

74

Tabel 4. 7. Hasil Uji Normalitas Prasyarat Anava Dua Jalan

Kelompok Lobs L0,05; n Keputusan Kesimpulan

SNH dengan

pendekatan

realistik

0,056 L0,05; 120 = 0,081 H0 diterima Normal

NHT dengan

pendekatan

realistik

0,071 L0,05; 113 = 0,083 H0 diterima Normal

Konvensional

0,082 L0,05; 115 = 0,083 H0 diterima Normal

Tinggi 0,061 L0,05; 118 = 0,082 H0 diterima Normal

Sedang 0,074 L0,05; 116 = 0,083 H0 diterima Normal

Rendah 0,078 L0,05; 114 = 0,083 H0 diterima Normal

Berdasarkan pada Tabel 4.7 di atas, obsL untuk masing-masing

kelompok lebih kecil dari (0,05; )nL dengan daerah kritis

0,05; | nL L LDK maka maksL DK dan H0 diterima. Hal ini berarti

masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas antara kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan

kelas kontrol (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.7 )

dan uji homogenitas tingkat kemandirian belajar siswa dilakukan dengan

menggunkan metode Bartlett pada taraf signifikansi 0,05 (perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.8). Rangkuman hasil uji

homogenitas dapat disajikan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4. 8. Hasil Uji Homogenitas Prasyarat Anava Dua Jalan

Kelompok k 2 obs 2 0,05; 2 Keputusan Kesimpulan

Model

Pembelajaran 3 5,218 5,991 H0 diterima Homogen

Kemandirian

Belajar Siswa 3 0,838 5,991 H0 diterima Homogen

Page 94: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

75

Berdasarkan pada Tabel 4.8 di atas, pada masing kelompok model

pembelajaran dan kemandirian belajar siswa diperoleh harga 2 obs lebih

kecil dari 2

(0,05; )n dengan daerah kritis 2 2 2

0,05;2DK maka

2

obs DK dan H0 diterima, yang berarti bahwa populasi pada ketiga

model pembelajaran dan ketiga tingkat kemandirian belajar siswa

memiliki variansi yang sama (homogen).

2. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Tabel 4. 9. Rangkuman Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Keputusan

Model (A) 6888,061 2 3444,031 20,419 3,00 Ditolak

Kemandirian

Belajar (B)

2226,306 2 1113,153 6,599 3,00 Ditolak

Intraksi (AB) 693,417 4 173,354 1,028

2,37

Diterima

Galat (G) 57176,28 339 168,662 - - -

Total 66984,07 347 - - - -

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

dari penelitian dengan desain faktorial 3 x 3 yang terangkum pada Tabel 4.

9. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.9

Pada Tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa:

1) Pada efek utama baris (A) H0A ditolak.

Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar pada siswa yang

diberi perlakuan pembelajaran menggunakan model SNH (Structured

Numbered Heads), NHT (Numbered Heads Together) dengan

pendekatan matematika realistik dan konvensional.

Page 95: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

76

2) Pada efek utama kolom (B) H0B ditolak.

Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika

antara siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, dan

rendah.

3) Pada efek utama interaksi (AB) H0AB diterima.

Karena H0AB diterima berarti tidak ada interaksi antara model

pembelajaran dengan tingkatan kemandirian belajar siswa.

b. Uji Lanjut Pasca Anava

1) Uji Komparasi Rataan Antar Baris

Pada hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan pada

Tabel 4.9 diperoleh bahwa obsF > (0,05;2,339)F dengan daerah kritis DK =

{F | F > F0,05;2;339} maka obsF DK akibatnya H0A ditolak. Ini berarti,

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan

model SNH dengan pendekatan realistik dan pembelajaran dengan

mengunakan model NHT dengan pendekatan realistik dan metode

konvensional berbeda. Karena variabel model pembelajaran ada tiga

yaitu model SNH dengan pendekatan matematika realistik dan

pembelajaran dengan mengunakan model NHT dengan pendekatan

matematika realistik dan metode konvensional, maka uji lanjut pasca

anava dua jalan perlu dilakukan dengan menggunakan komparasi

rataan antar baris, dengan membandingkan antara rerata marginal dari

masing-masing metode pembelajaran. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 7.1 yang terangkum pada Tabel 4.10,

sedangkan untuk penyebaran rerata disajikan pada Tabel 4. 11.

Tabel 4.10 Hasil Komparasi Rerata Antar Baris

No Komparasi H0 H1 Ftab Fobs

Keputusan

Uji

1 µ1. vs µ2. µ1. = µ2. µ1. ≠ µ2. 6,0 10,550 0H ditolak

2 µ2. vs µ3. µ2. = µ3. µ2. ≠ µ3. 6,0 49,237 0H ditolak

3 µ1. vs µ3. µ1. = µ3. µ1. ≠ µ3. 6,0 13,679 0H ditolak

Page 96: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

77

Tabel 4.11 Rangkuman Rerata dan Rerata Marginal

Kelompok b1 b2 b3 Rerata

Marginal

a1 71, 200 70,700 65, 835 69, 243

a2 68,175 61, 974 62, 371 64,175

a3 63,000 55, 184 56, 846 58, 343

Rerata Marginal 67,460 62, 619 61, 682

Pada Tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa: 1) Pada komparasi

yang pertama ternyata nilai obsF > (0,05;2,339)2F dengan daerah kritis

;2,339/ 2DK F F F maka obsF DK dan 0H ditolak. Dengan

memperhatikan rerata marginal antara 1.X dan 2.X pada Tabel 4.11

diperoleh rerata marginal 1.X lebih tinggi daripada rerata marginal

2.X maka pembelajaran dengan menggunakan model SNH dengan

pendekatan matematika realistik lebih baik dari pembelajaran dengan

menggunakan model NHT dengan pendekatan matematika realistik. 2)

Pada komparasi kedua pada Tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa Fobs >

(0,05;2,339)2F dengan daerah kritis ;2,339/ 2DK F F F maka

obsF DK dan 0H ditolak. Pada Tabel 4.11 diperoleh bahwa rataan

marginal 2.X lebih tinggi dari rataan marginal 3.X maka prestasi

belajar siswa dengan menggunakan model NHT dengan pendekatan

matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran dengan

menggunakan metode konvensional. 3) Pada komparasi yang ketiga

pada Tabel 4.10 diperoleh bahwa Fobs > ;2,339/ 2DK F F F maka

obsF DK dan 0H ditolak. Pada Tabel 4.11 diperoleh rerata marginal

1.X lebih tinggi daripada rerata marginal 3.X berarti bahwa prestasi

belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran model SNH dengan

pendekatan matematika realistik lebih baik dari prestasi siswa dengan

pembelajaran metode konvensional.

Page 97: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

78

2) Uji Komparasi Rataan Antar Kolom

Pada hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan pada

Tabel 4.9 diperoleh bahwa obsF > (0,05;2,339)F dengan daerah kritis

(0,05;2,339) |FDK F F maka obsF DK akibatnya H0B ditolak. Ini

berarti, terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan kategori

kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah, sehingga diperlukan

uji lanjut pasca analisis variansi dua jalan yaitu uji Scheffe‟ untuk

komparasi antar kolom. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 7.2 yang terangkum pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Komparasi Rerata Antar Kolom

N

o Komparasi H0 H1 Ftab Fobs

Keputusan

Uji

1 µ.1 vs µ.2 µ.1 = µ.2 µ.1 ≠ µ.2 6,0 9,67 0H ditolak

2 µ.2 vs µ.3 µ.2 = µ.3 µ.2 ≠ µ.3 6,0 0,36 0H diterima

3 µ.1 vs µ.3 µ.1 = µ.3 µ.1 ≠ µ.3 6,0 13,65 0H ditolak

Pada Tabel 4.12 di atas diperoleh bahwa: 1) Pada komparasi

pertama ternyata nilai Fobs > 2(0,05;2,339)F dengan daerah kritis

;2,339/ 2DK F F F maka obsF DK dan 0H ditolak. Ini berarti,

siswa kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar sedang

mempunyai prestasi belajar yang berbeda. Pada Tabel 4. 11 diperoleh

bahwa rataan marginal .1X lebih tinggi dari rataan marginal .2X maka

disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kemandirian belajar tinggi

lebih baik dari prestasi belajar siswa kemandirian sedang. 2) Pada

komparasi kedua pada Tabel 4.12 diperoleh bahwa Fobs < 2(0,05;2,339)F

dengan daerah kritis ;2,339/ 2DK F F F maka obsF DK

akibatnya 0H diterima sehingga siswa kemandirian belajar sedang

dan kemandirian belajar rendah mempunyai prestasi yang sama. 3).

Pada komparasi ketiga pada Tabel 4.12 di atas diperoleh bahwa Fobs >

Page 98: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

79

2(0,05;2,339)F dengan daerah kritis ;2,339/ 2DK F F F maka

obsF DK akibatnya 0H ditolak sehingga siswa kemandirian belajar

tinggi dan kemandirian belajar rendah mempunyai prestasi yang

berbeda. Pada Tabel 4. 11 diperoleh bahwa rataan marginal .1X lebih

tinggi dari rataan marginal .3X maka prestasi belajar siswa

kemandirian belajar tinggi lebih baik dari prestasi siswa kemandirian

belajar rendah.

E. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fobs > ( ;2,339)F

dengan daerah kritis ;2,339/DK F F F atau FA = 20,419 > 3,00 maka

AF DK akibatnya H0A ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi belajar

siswa dengan pembelajaran menggunakan model SNH dengan pendekatan

matematika realistik dan dengan model NHT dengan pendekatan matematika

realistik maupun dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional

pada kompetensi dasar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Setelah dilakukan uji lanjut pasca anava dua jalan dengan uji Scheffe‟ yang

pertama F1.-2. > 2.F0,05;2;339 atau F1.-2. = 10,55029 > 6,00 yang terletak pada

daerah kritis, H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan prestasi belajar siswa

pada model SNH dan model NHT dengan pendekatan matematika realistik,

karena hanya dua perlakuan yang dibandingkan maka cukup dengan

memperhatikan rataan marginal dari model SNH dengan pendekatan realistik

(69,24) lebih tinggi dari rerata marginal pada model NHT dengan pendekatan

matematika realistik (64,18) maka prestasi belajar siswa dengan menggunakan

model SNH dengan pendekatan realistik lebih baik dari prestasi belajar siswa

dengan menggunakan model NHT dengan pendekatan matematika realistik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan

model SNH dengan pendekatan matematika realistik lebih baik daripada

Page 99: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

80

prestasi belajar siswa yang menggunakan model NHT dengan pendekatan

matematika realistik. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widjaja, Y & Heck, A. (2003) bahwa penggunaan pembelajaran dengan

pendekatan matematika realistik membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Dimana dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

realistik menjadikan pelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa, karena

dibimbing untuk menemukan konsep matematika dengan usaha mereka sendiri.

Hal tersebut dikarenakan pada model pembelajaran SNH dengan

pendekatan matematika realistik adalah suatu model pebelajaran dimana siswa

dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas

berbeda-beda sehingga siswa siap dalam belajar dan dapat melaksanakan

tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan

kelompoknya dan dapat bertukar pikiran dengan siswa lain, sehingga siswa

tidak hanya bergantung kepada teman kelompok dalam menyelesaikaan tugas,

sedangkan pada model NHT dengan pendekatan realistik tidak menutup

kemungkinan terdapat anggota kelompok yang hanya mengandalkan salah

seorang anggota kelompok dan menyerahkan semua tugas kepada anggota

kelompok yang mempunyai kemampuan tinggi.

Dari uji Scheffe‟ yang kedua F2.-3. > 2.F0,05;2;339 atau F2.-3. = 49,237 >

6,044 yang terletak pada dearah kritis, H0 ditolak yang artinya terdapat

perbedaan prestasi belajar siswa pada model NHT dengan pendekatan

matematika realistik dan pembelajaran dengan metode konvensional, karena

hanya dua perlakuan yang dibandingkan maka cukup dengan memperhatikan

rerata marginal dari model NHT pendekatan matematika realistik (64,18) lebih

tinggi dari rerata marginal pada pembelajaran konvensional (58,34) maka

prestasi belajar siswa dengan menggunakan model NHT dengan pendekatan

matematika realistik lebih baik dari prestasi belajar siswa yang menggunakan

metode konvensional. Hal itu dikarenakan pada model pembelajaran NHT

pendekatan matematika realistik setiap siswa dituntut berperan aktif dalam

melaksanakan diskusi kelompok sehingga memiliki pemahaman yang optimal,

sehingga siswa menjadi lebih aktif, sedangkan pada pembelajaran dengan

Page 100: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

81

metode konvensional siswa hanya mendengar, melihat, menerima transfer ilmu

dari guru sehingga keaktifan siswa sangat kurang dan guru lebih dominan

selama proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa

prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model NHT dengan

pendekatan matematika realistik lebih baik daripada siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode konvensional.

Dari uji Scheffe‟ yang ketiga F1.-3. > 2.F0,05;2;339 atau F1.-3. = 13,679 >

6,048 yang terletak pada dearah kritis, H0 ditolak yang artinya terdapat

perbedaan prestasi siswa pada model SNH dengan pendekatan matematika

realistik dan metode konvensional, karena hanya dua perlakuan yang

dibandingkan maka cukup dengan memperhatikan rerata marginal dari model

SNH dengan pendekatan matematika realistik (69,24) lebih tinggi dari rerata

marginal pada metode konvensional (58,34) maka prestasi belajar siswa

dengan menggunakan model SNH dengan pendekatan realistik lebih baik

daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran dengan

metode konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

siswa yang menggunakan model SNH dengan pendekatan matematika realistik

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan

metode konvensional. Hal tersebut dikarenakan pada model SNH dengan

pendekatan realistik siswa bukan haya dituntut aktif dalam kegiatan diskusi

tetapi juga dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam

saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya, sehingga siswa menjadi

siap dalam belajar. Sedangkan pada pembelajaran konvensional siswa menjadi

lebih pasif, karena guru lebih dominan selama proses pembelajaran di kelas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang diberi

pembelajaran dengan model SNH dengan pendekatan matematika realistik

memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada prestasi siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode konvensional.

Page 101: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

82

2. Hipotesis Kedua

Dari hasil anava dua jalan dengan sel yang tak sama diperoleh Fobs >

( ;2,339)F dengan daerah kritis ;2,339/DK F F F atau FB = 6,599 > 3,00

makaBF DK , akibatnya H0B

ditolak. Berarti kemandirian belajar siswa

berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi dasar

Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Setelah dilakukan uji lanjut

pasca anava dua jalan dengan uji Scheffe‟ yang pertama F.1-.2 > 2.F0,05;2;339

atau F.1-.2 = 9,673 > 6,0 yang terletak pada daerah kritis, H0 ditolak yang

artinya terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kemandirian belajar tinggi dan

siswa kemandirian belajar sedang, karena hanya dua perlakuan yang

dibandingkan maka cukup dengan memperhatikan rataan marginal dari

kemandirian belajar tinggi (67, 460) lebih tinggi dari rerata marginal pada

kemandirian belajar sedang (62,619) maka prestasi belajar siswa kemandirian

belajar tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa kemandirian belajar sedang.

Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa prestasi belajar matematika siswa

kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa

kemandirian belajar sedang, hal ini terjadi karena siswa yang mempuyai

kemandirian belajar tinggi cenderung belajar lebih aktif dan antusias dalam

mengikuti pembelajaran, mampu memantau, mengevaluasi, dan tidak

bergantung pada orang lain dalam mengerjakan tugas. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Diah Ayu Kurniasih (2010) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pada kemandirian tinggi lebih baik dari kemandiria

belajar sedang.

Pada uji Scheffe‟ yang kedua F.2-.3 > 2.F0,05;2;339 atau F.2-.3 = 0,356 <

6,0 yang tidak terletak pada daerah kritis, H0 diterima. Diperoleh simpulan

bahwa siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang mempunyai prestasi

yang sama dengan prestasi belajar siswa kemandirian belajar rendah. Hal ini

tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa siswa yang mempunyai kemandirian

belajar sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang

Page 102: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

83

mempunyai kemandirian belajar rendah. Hal ini dimungkinkan terjadi karena

peneliti tidak mampu mengontrol faktor-faktor luaran selain kemandirian

belajar siswa.

Pada uji Scheffe‟ yang ketiga F.1-.3 > 2.F0,05;2;339 atau F.1-.3 = 13,65 >

6,0 yang terletak pada daerah kritis, H0 ditolak. Diperoleh simpulan bahwa

siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi mempunyai prestasi yang

berbeda dengan siswa kemandirian belajar rendah, karena hanya dua

perlakuan yang dibandingkan maka cukup dengan memperhatikan rataan

marginal dari kemandirian belajar tinggi (67, 460) lebih tinggi dari rerata

marginal pada kemandirian belajar rendah (61,682) maka prestasi belajar

siswa kemandirian belajar tinggi lebih baik dari prestasi belajar siswa

kemandirian belajar rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa siswa

mempunyai kemandirian belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih

baik daripada siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah. Hal ini

dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi

cenderung belajar lebih aktif, mampu memantau, mengevaluasi dan mengatur

belajarnya secara efektif serta tidak merasa bergantung pada orang lain.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah

faktor eksternal dan faktor internal. Pada penelitian ini, karena peneliti tidak

mungkin mengontrol semua faktor luaran yang mempengaruhi prestasi belajar

seperti: faktor keluarga, faktor kecerdasan, faktor lingkungan, faktor ekonomi,

faktor jenis kelamin dan mungkin ada yang mengikuti tambahan pelajaran

secara pribadi di luar sekolah dan lain-lain, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa kemandirian siswa mempengaruhi prestasi belajar kecuali pada kasus

kemandirian belajar sedang dan rendah yang memiliki prestasi yang sama.

3. Hipotesis Ketiga

Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh (0,05;2,339)ABF F

dengan daerah kritis DK = {F | F > F0,05;4;339} atau FAB = 1,028 < 2,37 maka

ABF DK . Oleh karena itu, H0AB diterima yang berarti tidak ada interaksi

antara model pembelajaran dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi

Page 103: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

84

belajar matematika siswa. Karena tidak ada interaksi maka karakteristik

perbedaan rataan prestasi belajar antar sel dalam kolom yang sama akan sama

dengan karakteristik perbedaan rataan marginal barisnya. Dengan demikian,

pada masing-masing kategori kemandirian belajar (tinggi, sedang, dan rendah),

penggunaan model pembelajaran SNH dengan pendekatan matematika realistik

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dengan penggunaan

model pembelajaran NHT dengan pendekatan matematika realistik maupun

konvensional dan pada model pembelajaran NHT dengan pendekatan

matematika realistik juga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari

penggunaan metode pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan

hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa, pada masing-masing kategori

kemandirian belajar (tinggi, sedang, dan rendah) penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe SNH akan memberikan prestasi belajar yang lebih

baik dari model pembelajaran NHT dengan pendekatan matematika realistik

maupun konvensional, dan model pembelajaran NHT dengan pendekatan

matematika realistik memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari

pembelajaran konvensional.

4. Hipotesis Keempat

Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh (0,05;2,339)ABF F dengan

daerah kritis DK = {F | F > F0,05;4;339} atau FAB = 1,028 < 2,37 maka ABF DK .

Oleh karena itu, H0AB diterima yang berarti tidak ada interaksi antara model

pembelajaran dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar

matematika siswa. Karena tidak ada interaksi maka karakteristik perbedaan

prestasi belajar antar sel dalam baris yang sama akan sama juga dengan

karakteristik perbedaan marginal kolomnya. Dengan berdasarkan hipotesis

kedua ( 0BH ) maka dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing model

pembelajaran (SNH dengan pendekatan realistik, NHT dengan pendekatan

matematika realistik dan konvensional), prestasi belajar siswa dengan

kemandirian belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari

kemandirian belajar siswa sedang, prestasi belajar siswa dengan kemandirian

Page 104: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

85

belajar sedang sama dengan prestasi belajar siswa dengan kemandirian belajar

rendah dan prestasi belajar siswa dengan kemandirian belajar tinggi

menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari kemandirian belajar siswa

rendah. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis keempat yang menyatakan bahwa

pada masing-masing model pembelajaran (SNH dengan pendekatan

matematika realistik, NHT dengan pendekatan matematika realistik, dan

konvensional) prestasi belajar siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi akan lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai kemandirian

sedang dan rendah. Sedangkan, prestasi belajar siswa kemandirian belajar

sedang lebih baik dari kemandirian belajar rendah. Hal ini mungkinkan peneliti

tidak bisa mengontrol siswa yang bekerjasama pada saat mengerjakan soal tes.

Page 105: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

86

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung dengan hitungan analisis variansi

serta mengacu pada perumusan masalah pada bab I dan hipotesis pada bab II yang

telah diuraikan dimuka, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Siswa yang diberikan pembelajaran matematika menggunakan model SNH

(Structured Numbered Heads) dengan pendekatan matematika realistik

mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding dengan siswa yang diberi

pembelajaran matematika dengan menggunakan model NHT (Numbered

Heads Together) dengan pendekatan matematika realistik maupun model

konvensional. Prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan

model NHT (Numbered Heads Together) dengan pendekatan matematika

realistik mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan

prestasi belajar matematika siswa menggunkan metode konvensional.

2. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi mempunyai prestasi

belajar lebih baik dari siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang

dan rendah. Sedangkan siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang

dan rendah mempunyai prestasi yang sama.

3. Pada masing-masing tingkatan kemandirian belajar siswa, penggunaan

model pembelajaran SNH (Structured Numbered Heads) dengan pendekatan

matematika realistik memberikan prestasi belajar lebih baik dibading

menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) dengan pendekatan

matematika realistik maupun konvensional dan pada setiap tingkatan

kemandirian siswa penggunaan model NHT (Numbered Heads Together )

dengan pendekatan matematika realistik memberikan prestasi belajar yang

lebih baik dibanding menggunakan metode konvensional.

86

Page 106: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

87

4. Pada masing-masing model pembelajaran (SNH dengan pendekatan

matematika realistik, NHT dengan pendekatan matematika realistik, dan

konvensional), prestasi belajar siswa kemandirian belajar tinggi lebih baik

dari prestasi belajar siswa kemandirian sedang dan rendah, dan prestasi

belajar siswa kemandirian belajar sedang sama dengan prestasi belajar

belajar siswa kemandirian rendah.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,

maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik yang secara

teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

matematika.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika

dengan menggunakan model SNH (Structured Numbered Heads) dengan

pendekatan matematika realistik menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

NHT (Numbered Heads Together) dengan pendekatan matematika realistik.

Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika dengan model SNH (Structured

Numbered Heads) membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran,

siswa siap dalam belajar, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-

sungguh, dapat bertukar pikiran dengan siswa lain sehingga dengan model ini

siswa diharapkan dapat mengkonstruksi ide-ide dasar pada masing-masing

siswa, dan untuk menghindari siswa mendominasi atau diam sama sekali

karena masing-masing anggota kelompok mempunyai peluang yang sama

untuk dipanggil mempersentasikan hasil diskusi kelompok.

Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran,

kemandirian sangat penting karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang

sangat diperlukan oleh setiap individu. Siswa yang memiliki kemandirian

Page 107: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

88

belajar tinggi akan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih tinggi

pula. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi akan

terlibat lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, mengajukan

pertanyaan terhadap penjelasan yang belum dipahami atau memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan mengenai suatu konsep dengan sungguh-sungguh.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi seorang

pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan model

pembelajaran dan kemandirian belajar siswa. Pembelajaran matematika dengan

menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) dengan pendekatan

matematika realistik dapat dijadikan salah satu alternatif pendidik maupun

calon pendidik untuk melakukan proses pembelajaran terutama pada pokok

bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Selain itu untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa pendidik hendaknya harus memperhatikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah

kemandirian belajar siswa, yang sebenarnya dapat diupayakan seluruh siswa

memiliki kemandirian belajar tinggi.

.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan Implikasi di atas, ada beberapa hal yang

ingin perlu peneliti sarankan, yaitu:

1. Bagi Pendidik

a. Sesuai dengan hasil penelitian ini maka disarankan kepada guru mata

pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe SNH (Structured Numbered Heads) dengan pendekatan

matematika realistik pada kompetensi dasar Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel (SPLDV), karena peserta didik mampu terlibat aktif

dalam kerja kelompok dan siswa dapat mengaitkan secara langsung

materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

Page 108: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ... · 8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

89

b. Sesuai dengan hasil penelitian ini, guru disarankan memperhatikan

kemandirian belajar siswa, dimana pada masing-masing kategori

kemandirian belajar siswa (tinggi, sedang, dan rendah) akan lebih baik

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan

pendekatan matematika realistik daripada model NHT dan

konvensional. Sedangkan model NHT dengan pendekatan realistik akan

lebih baik daripada metode konvensional.

2. Bagi Peneliti Lain

a. Pada penelitian ini model dalam pembelajaran yang dipilih adalah

model SNH (Structured Numbered Heads) dengan pendekatan

matematika realistik dan model NHT (Numbered Heads Together)

dengan pendekatan matematika realistik yang ditinjau dari kemandirian

belajar siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat

melakukan penelitian yang lain, yang mungkin dari model yang akan

digunakan dalam penelitian bahkan mungkin dari tinjaun yang lainnya.

b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada kompetensi dasar Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada siswa kelas VIII SMP

Negeri di Kota Mataram, sehingga mungkin bisa diterapkan pada

kompetensi dasar dan pokok bahasan yang lain ataupun mungkin di

Kabupaten yang lain juga.

Harapan peneliti yang lain adalah apa yang telah diteliti pada

penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran

bagi siswa, pendidik pada umumnya dan peneliti pada khususnya.