ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen …
TRANSCRIPT
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS
KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY
DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
MIHRA ANGRIANINGSIH
105 382 610 13
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JANUARI 2018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat,
orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam
dan Pahala yang diberikan sama dengan para Nabi”.
( HR. Dailani dari Anas r.a )
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan keluargaku
Atas keikhlasan dan do’anya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vi
ABSTRAK
Mihra Angrianingsih, 2017. Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas
Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Nawir dan
pembimbing II Sam’un Mukramin.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah Ekspektasi Wisatawan terhadap
Kualitas Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu,
bahwa ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey
masih sangat rendah. Terutama terhadap komponen-komponen sebagai berikut
yaitu Lifeguard, tempat parkir, tempat sampah, dan kelengkapan informasi
melalui internet.
Tujuan penelitian ini adalah (i) untuk mengetahui bagaimana ekspektasi
wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u
Kabupaten Dompu. (ii) untuk mengetahui bagaimana dampak destinasi wisata
Lakey terhadap masyarakat di Desa Hu’u Kabupaten Dompu. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif. Informan di tentukan
secara purposive sampling berdasarkan karakteristik informan yang telah
ditetapkan. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.
Teknik analisis data yaitu menggunakan metode deskriptif analisis dan analisis
kualitatif. Sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber,
teknik dan waktu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) ekspektasi wisatawan terhadap
kualitas komponen destinasi wisata Lakey-Hu’u masih belum memuaskan. (ii)
dampak destinasi wisata Lakey terhadap Masyarakat Desa Hu’u yaitu dampak
positifnya berdampak terhadap ekonomi, lingkungan, dan kehidupan sosial. Dan
dampak negatifnya berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan.
Kata Kunci: Ekspektasi, Wisatawan, Kualitas, Komponen, Destinasi, Wisata
viii
KATA PENGANTAR
Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili
atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
Sang Khaliq. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang
kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga dalam
tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis
dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat
tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia Pendidikan Sosiologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih. Sembah sujudku
kepada ibunda Hj. Raodah Tulzannah, ayahanda Rusdin M. Amen dan ayahanda
Arsyad Muhtar, nenek dan kakek yang sudah luar biasa berjuang, berdoa,
mengasuh, membesarkan, mendidik, mendukung dan membiayai penulis dalam
proses pencarian ilmu. Serta salam sayang buat adikku Nur Devita Komalasari,
M. Irmansyah dan kakakku tersayang Nurlaela, Ika Angraeni dan Syamsurizal
yang telah menjadi salah-satu alasan penulis untuk tetap semangat sampai saat ini,
dan keluarga besar yang tiada hentinya memberikan motivasi terhadap penulis.
ix
Dengan segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Muhammad Nawir M.Pd., dan Sam’un Mukramin S.Pd., M.Pd selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, serta
menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal hingga selesai skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr. H. Abd.
Rahman Rahim, MM., M.Pd., Ph.D., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Nursalam, M.Si., Ketua
Jurusan Pendidikan Sosiologi, Dr. Muhammad Akhir, M.Pd., Sekretaris Jurusan
Pendidikan Sosiologi, serta Dr. H., selaku Penasehat Akademik selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasihku kepada Asriyani Imran, S.Pd., Mila Sasmita, S.Pd.,
Suanto R, S.Pd., Risman, S.Pd., Andi Ahmad Zulfikar, S.Pd., Lukman, S.Pd., dan
teman-teman seperjuanganku terkhusus angkatan 2013 Jurusan Pendidikan
Sosiologi kelas A atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya.
Dan ucapan terima kasihku kepada Nursyamsiah, S.Pd., Sri Dewi Ayu
Lestari, S.Pd., Sri Indah S.Pd., Zatriah Mursalin, S.Pd., Sitti Ahyana Mursaha,
S.Pd., serta teman-teman P2K SMP Negeri 1 Balocci yang selama ini telah
menemani penulis, berbagi suka dan duka. Tak lupa pula ucapan terima kasihku
terkhusus untuk Andika Arisman, Sri Emily Yanti S.Kep., Ners., dan Erni Yunita,
S.Pd., yang selalu mendukung dan menyemangati penulis hingga penyusunan
skripsi ini.
x
Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebut namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat. Amin Yaa Rabbal Aalamin.
Makassar, Januari 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................v
MOTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................................8
1. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................8
2. Konsep Mengenai Ekspektasi dan Pariwisata ...................................10
3. Elemen Pariwisata dan Lokasi Geografis .........................................15
4. Komponen Pariwisata .......................................................................16
xii
5. Jenis-jenis Pariwisata ........................................................................24
6. Tujuan dan Manfaat Pariwisata .........................................................30
7. Landasan Teori ..................................................................................34
B. Kerangka Pikir ........................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................41
B. Lokus Penelitian ......................................................................................42
C. Informan Penelitian .................................................................................42
D. Fokus Penelitian ......................................................................................43
E. Instrumen Penelitian................................................................................43
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...........................................................44
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................44
H. Teknik Analisis Data ...............................................................................47
I. Teknik Keabsahan Data ..........................................................................47
BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI
KHUSUS LATAR PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Kabupaten Dompu Sebagai Daerah Penelitian ..........49
1. Sejarah Singkat Kabupaten Dompu .................................................49
2. Kondisi Geografi dan Ekonomi .......................................................51
3. Topografi, Geologi dan Hidrologi ...................................................54
4. Kondisi Demografi ..........................................................................57
B. Deskripsi Khusus Wisata Lakey Di Desa Hu’u Kabupaten Dompu
sebagai Latar Penelitian ..........................................................................59
1. Sejarah Singkat Wisata Lakey..........................................................59
xiii
2. Komponen Destinasi Wisata Lakey .................................................60
3. Tingkat Pendidikan Mayarakat Desa Hu’u ......................................67
4. Mata Pancaharian .............................................................................68
5. Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................................68
6. Kehidupan Keberagamaan ...............................................................69
BAB V EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS
KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY
A. Ekspektasi Wisatawan Terhadap Kualitas Komponen Destinasi
Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu ...................................70
B. Program Improvisasi Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa
Hu’u Kabupaten Dompu .......................................................................75
BAB VII DAMPAK DESTINASI WISATA LAKEY
TERHADAP MASYARAKAT DESA HU’U
A. Dampak Positif ........................................................................................78
1. Dampak Terhadap Ekonomi.............................................................79
2. Dampak Terhadap Lingkungan ........................................................80
3. Dampak Terhadap Kehidupan Sosial ...............................................80
B. Dampak Negatif ......................................................................................81
1. Dampak Terhadap Lingkungan ........................................................82
2. Dampak Terhadap Kesehatan...........................................................83
BAB VII PEMBAHASAN
Ekspektasi Wisatawan Terhadap Kualitas Komponen Destinasi
Sebuah Pembahasan Teoretis ........................................................................84
xiv
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................87
B. Saran .......................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................92
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1. Kondisi Iklim Kabupaten Dompu ............................................................. 54
Tabel 4.2. Kondisi Topografi Kabupaten Dompu ...................................................... 55
Tabel 4.3. Keadaan Geologi Kabupaten Dompu ....................................................... 56
Tabel 4.4. Luas Adminitrasi dan Luas Areal Terbangun Kabupaten Dompu ............ 57
Tabel 4.5. Jumlah Rumah Tangga Miskin ................................................................. 58
Tabel 4.6. Hotel di destinasi Lakey-Hu’u .................................................................. 64
Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan masyarakat ................................................................ 67
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 92
2. Biodata Informan .......................................................................................... 106
3. Dokumentasi Penelitian Berupa Foto ............................................................ 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan
adanya pariwisata, suatu negara khususnya pemerintah daerah tempat obyek
wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata.
Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untuk
berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri
pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat,
peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Mata rantai yang kegiatannya
terkait dengan industri pariwisata tersebut mampu menghasilkan devisa dan dapat
pula digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.
Pariwisata di Indonesia pada dasawarsa ini mulai menunjukkan perkembangan
dan pertumbuhan menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri. Namun yang
masih harus diperhatikan bersama bahwa sejauh ini kesadaran dan pengertian
tentang pariwisata belum sampai menyentuh masyarakat secara umum. Memasuki
abad 21 secara nasional dunia kepariwisataan memulai babak baru setelah
dihantam berbagai kendala sebagai imbas dari krisis ekonomi yang membawa
kondisi kepariwisataan pada titik pertumbuhan terendah. Memulai program
penyelamatan (rescue program) yang dilaksanakan pemerintah di tengah-tengah
krisis (1997-1998), sektor pariwisata secara bertahap mulai pulih dengan makin
1
2
hidupnya berbagai aktivitas yang merupakan komponen dalam industri pariwisata
(Tahwin, 2003).
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang
memberikan kewenangan lebih luas pada pemerintah daerah untuk mengelola
wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan
untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Pemerintah
dalam hal ini para stakeholders kepariwisataan yang menyadari besarnya potensi
kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan serta membangun
aset obyek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal untuk bangkitnya
kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan memikirkan dan
mengusahakan serta membenahi potensi obyek dan daya tarik wisata.
Korten menguraikan dalam Kusmayadi dan Ervina (1999),
pengembangan sektor pariwisata hakekatnya merupakan interaksi antara
proses sosial, ekonomi, dan industri. Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat
di dalam proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Peran serta
masyarakat diharapkan mempunyai andil yang sangat besar dalam proses ini.
Untuk itu masyarakat ditempatkan pada posisi memiliki, mengelola,
merencanakan dan memutuskan tentang program yang melibatkan
kesejahteraannya.
Dari sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga
kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai
sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan
kepariwisataan. Pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotivasi sikap
toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa,
3
selain itu pariwisata juga mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi
terhadap nilai-nilai kehidupan.
Dari sudut ekonomi kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan
terhadap penerimaan daerah dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat
mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung. Adanya
pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai
dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Pariwisata memiliki berbagai komponen seperti wisatawan (tourist), sarana
wisata, daya tarik wisata dan jasa wisata. Semua komponen tersebut sangat
berperan penting dalam pariwisata salah satunya adalah wisatawan (tourist).
Wisatawan (tourist) adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan atau wisata yang memiliki tujuan tertentu dalam perjalanan yang
dilakukannya.
Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk mendapatkan
kesenangan bukan dalam rangka mencari nafkah. Kesenangan wisatawan dapat
diperoleh melalui kegiatan menikmati keindahan panorama alam, keunikan
budaya, event olahraga, bertualang atau menghadiri pertemuan seperti seminar,
konsorsium, kongres, musyawarah nasional, rapat kerja dan lain-lain. Para peserta
pertemuan itu biasanya mempergunakan waktu senggang, waktu istirahat, di sela
waktu libur dipergunakan untuk berwisata atau ada paket waktu yang sengaja
direncanakan untuk berkunjung ke objek wisata pada lokasi jarak dekat. Dalam
melakukan suatu perjalanan wisata, biasanya setiap wisatawan memiliki penilaian
4
dan harapan tersendiri terhadap suatu tempat wisata yang dikunjunginya. Harapan
itu sendiri biasa disebut dengan Ekspektasi. Ekspektasi adalah suatu keyakinan
atau kepercayaan individual sebelumnya mengenai hal-hal apa saja yang
seharusnya terjadi pada situasi tertentu.
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya Kabupaten Dompu terdapat
berbagai jenis daya tarik wisata, seperti daya tarik wisata alam, budaya dan
buatan. Dari sekian banyak daya tarik yang dimiliki, terdapat satu daya tarik
wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan khususnya wisatawan
mancanegara yaitu daya tarik destinasi wisata Lakey atau bisa juga disebut dengan
Lakey Peak. Destinasi wisata Lakey terletak di Kecamatan Hu’u Kabupaten
Dompu, destinasi ini dikenal sebagai salah satu destinasi berselancar (surfing)
terbaik di Indonesia bahkan dunia. Selain Ombaknya besar, di destinasi wisata
Lakey juga terdapat empat sport berselancar (surfing) yaitu: lakey peak, cable
stone, periscope lakey pipe dan nunggas.
Para peselancar yang datang ke destinasi wisata Lakey umumnya adalah
peselancar menggunakan papan selancar, body board, kite surfing. Sport lakey
peak merupakan tempat primadona bagi peselancar yang memiliki keahlian dan
keterampilan menggunakan papan selancar panjang karena ombaknya sangat
besar. Untuk menyemarakan suasana destinasi wisata Lakey pihak pengelola
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Dompu setiap
tahunnya menyelenggarakan event berselancar tingkat International di destinasi
wisata Lakey Peak.
5
Selain itu, masih terdapat berbagai fasilitas yang telah disediakan oleh
pengusaha lokal dan luar daerah yang telah melakukan investasi bertahun-tahun di
destinasi wisata Lakey yaitu: Restoran (Any Lestari Restoran, Aman Gati
Restoran, Fatmas Restoran dan Asmah Restoran), tempat hiburan (Primadona
Cottage adalah tempat karaokean terbesar di NTB) dan Penginapan yang berupa
Cottage dan Hotel (Monalisa Cottage, Alamanda Cottage, Ani Lestari Cottage,
Balumba Cottage, Puma Bungalows, dan Aman Gati Hotel).
Setelah semua hal itu terpenuhi maka yang harus diperhatikan sekarang
adalah bagaimana membuat setiap wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata
Lakey Hu’u merasa nyaman dan puas terhadap kualitas komponen destinasi
wisata Lakey. Khususnya destinasi wisata Lakey Hu’u penulis berusaha mencari
tahu seberapa jauh ekspektasi (harapan) wisatawan kedepannya terhadap Kualitas
Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu bagi
keberlangsungan dan kemajuan destinasi wisata Lakey Hu’u.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis proposal
yang berjudul: “Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas Komponen Destinasi
Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu”.
6
B. Rumusan Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terarah maka dalam hal ini
penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi
wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu?
2. Bagaimana dampak destinasi wisata Lakey terhadap masyarakat Desa Hu’u?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan yang telah
dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana ekspektasi wisatawan terhadap kualitas
komponen destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu.
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak destinasi wisata Lakey terhadap
masyarakat Desa Hu’u Kabupaten Dompu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam menambah
khasanah keilmuan dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial khususnya pada ilmu
sosiologi dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
7
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsi pengetahuan bagi
masyarakat khususnya tentang ekspektasi wisatawan terhadap kualitas
komponen destinasi wisata Lakey.
b) Bagi Wisatawan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan para wisatawan
mengenai industri pariwisata khususnya pada kualitas komponen destinasi wisata
Lakey.
c) Bagi Lembaga Terkait
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengembangkan industri pariwisata khususnya pada destinasi wisata Lakey.
d) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam
mengaplikasikan pengetahuan teoritik terhadap masalah praktik.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan tentang pariwisata telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu, yaitu dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Riswandi (2015), dalam penelitian yang berjudul: Dampak sosial wisata
pantai galesong Kabupaten Takalar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa: keberadaan wisata pantai Galesong membawa dampak positif dan
negatif. Dampak positif dari tempat wisata ini adalah memberikan manfaat
kepada pengunjung. Selain dari pemandangan yang indah, fasilitas berupa
resort dan taman bermain membuat tempat wisata ini sangat diminati
ditambah dengan posisi yang sangat strategis, sehingga wisata pantai
Galesong ini menjadi salah-satu tempat wisata pilihan oleh masyarakat yang
ada di sekitar pantai.
Dampak negatif dari banyaknya pengunjung ini adalah adanya masalah
antara beberapa pengunjung dengan masyarakat yang ada di sekitar pantai,
sehingga masyarakat beranggapan bahwa tempat wisata ini hanya
memberikan kerugian materil akibat banyaknya ternak berupa unggas yang
dimiliki oleh kendaraan pengunjung yang tidak tahu aturan dan ini
merupakan suatu penyimpangan sosial yang meresahkan masyarakat.
8
9
b. Sunarti Lanoho (2016), dalam penelitian yang berjudul: Pantai Losari
sebagai objek wisata Makassar (studi dekskriptif pengembangan pantai
Losari). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: pantai losari ini sangat
berkembang dalam pembangunan maupun dengan wisatawan yang sangat
ramai. Karena pantai Losari merupakan (ikon Kota Makassar). Dan adapun
pantai losari memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri, yaitu wisatawan
yang berkunjung ke pantai Losari ini dapat melihat pemandangan indah
matahari terbit dan matahari terbenam di posisi yang sama. Selama menunggu
pemandangan indah tersebut, wisatawan dapat mencoba berbagai ragam
masakan laut yang masih sangat segar dan jajanan yang lainnya.
Selain itu, pantai Losari memiliki daya tarik tersendiri maka dari itu kita
sebagai masyarakat harus memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan
objek wisa ta pantai dengan baik. Karena pemerintah ingin partisipasi atau
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan objek wisata yang sudah
berkembang saat ini. Pantai Losari memiliki fungsi sosial yang dilihat dari
segi totalitas pariwisata, maka terjadi interaksi antara warga, baik warga
pengunjung dan sekitarnya, juga dari berbagai daerah dan wisatawan
mancanegara.
c. Merliastri (2016), dalam penelitian yang berjudul: Dampak sosial ekonomi
masyarakat terhadap obyek wisata Maros Water Park Panttunuang Asue di
Kabupaten Maros, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: obyek
wisata Maros Water Park memiliki dampak di bidang ekonomi dan sosial.
Dampak ekonomi yaitu keberadaan Water Park di Dusun Pattunuang Asue
10
telah memberikan dampak ekonomi yang meningkat kearah yang lebih baik,
yaitu pendapatan masyarakat meningkat 100% dari 500.000 menjadi
1.000.000 begitupun peluang kerja masyarakat sekitar yaitu masyarakat yang
mulanya tidak bekerja menjadi karyawan di tempat wisata tersebut.
Dampak sosial, perubahan interaksi sosial masyarakat yaitu interaksi
antara tetangga sekitar rumah, interaksi masyarakat dengan pihak pengelola
Maros Water Park atau Sebaliknya, maupun interaksi antar masyarakat atau
Maros Water Park dengan pengunjungnya.
2. Konsep Mengenai Ekspektasi dan Pariwisata
a. Pengertian Ekspektasi
Widodo mengemukakan dalam Kurniansah (2015),
kata ekspektasi berasal dari bahasa Inggris, yang berarti expectation atau
expectancy. Bila diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia berarti
harapan atau tingkat harapan. Secara sederhana pengertian ekspektasi adalah
harapan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspektasi adalah harapan
besar yang dibebankan pada sesuatu yang dianggap akan mampu membawa
dampak yang baik atau yang lebih baik.
Pengertian ekspektasi menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
Boeree menguraikan dalam Dhuhuriyah (2014), bahwa:
Ekspektasi adalah harapan kesenangan yang tidak konstan, yang timbul dari
gagasan tentang sesuatu hal di masa depan.
Sutisna dalam Dhuhuriyah (2014), Menyatakan bahwa:
ekspektasi adalah suatu keyakinan atau kepercayaan individual sebelumnya
mengenai hal-hal apa saja yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.
Dalam uraian yang dikemukakan oleh Kurniansah (2015), dalam bahasa
Inggris, kita dapat menerjemahkan harapan dari kata hope dan expectation. Kedua
11
kata ini kelihatannya sama, namun dalam pemahamannya adalah berbeda. Hope
dan expextation adalah dua kata yang sering membuat kita bingung karena
kesamaan dalam konotasinya. Sebenarnya ada beberapa perbedaan antara kedua
kata dan istilah tersebut. Expectations sering dicirikan untuk sebuah keinginan
yang tidak terpenuhi. Di sisi lain hope bukan tentang keinginan yang terpenuhi.
Hope selalu mengenai sesuatu yang mungkin terjadi. Sedangkan Expectations
lebih luas bahkan sebagian besar mengenai sesuatu yang tidak mungkin terjadi
(sulit terjadi).
Pemahaman ini paling tidak menurut ukuran kondisi seseorang pada saat ini
terhadap sesuatu yang diinginkan dapat terjadi dimasa depan. Ini adalah salah satu
perbedaan utama dari keduanya. Hope adalah semua tentang imajinasi yang
sangat mungkin terjadi sedangkan expectation sering menyangkut imajinasi yang
berlebihan dan sulit terjadi. Expectations membuat anda seolah-olah dapat
mengendalikan hidup anda karena gairah dan obsesi, sementara hope adalah
chance (kesempatan) atau probabilitas dimana anda cenderung pasrah.
Expectation adalah pola pikir yang jauh lebih aktif bila dibandingkan dengan
hope. Hal ini karena fakta menunjukan bahwa ketika anda berharap (hope) akan
sesuatu, anda kadang lebih berserah diri pada takdir (destiny). Sedangkan dalam
kasus Expectation, anda mengupayakan segala upaya untuk menggapai atau
merealisasikannya. Pemikir berkeyakinan bahwa expectation kadang-kadang
dapat disamakan dengan keadaan "berharap-harap cemas". Perbedaan penting
lainnya antara hope dan expectation adalah bahwa expectation mungkin tidak
realistis.
12
Di sisi lain hope selalu tentang sesuatu yang realistis. Dalam pengertian ini
terkadang Expectation seolah-olah merupakan wujud dari Fantasy atau
Illusion. Expectation sering membawa kejutan., sedangkan Hope tidak selalu
membawa kejutan. Hal ini karena Hope melihat suatu kenyataan dan berharap
sesuatu darinya. Di sisi lain karena tidak adanya realitas dalam expectation, sering
berakhir pada sebuah keheranan atau kejutan. Hasil dari expectation sering
membuat kekecewaan sedangkan hope tidak selalu mengakibatkan kekecewaan.
Pikiran anda berada dalam keadaan atau kesiapan dalam hal hope. Di sisi lain
pikiran anda tidak dalam keadaan siap untuk menerima kenyataan dalam hal
expectation. Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan oleh Kurniansah diatas,
penulis menyimpulkan bahwa ekspektasi wisatawan merupakan sebuah keinginan
atau harapan seseorang (wisatawan) terhadap sesuatu yang belum terpenuhi.
b. Pengertian Pariwisata
Secara etimologis (Yoeti, 2010), menyatakan bahwa kata pariwisata berasal
dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu kata “pari” yang
artinya banyak, berkali-kali atau berputar-putar dan “wisata” berarti perjalanan,
bepergian, atau dalam bahasa inggris disebut travel. Jadi pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari
suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, pengertian pariwisata sesungguhnya
dapat dipadankan dengan kata tour dalam bahasa inggris. Sedangkan bentuk
jamak atau pembentukan kata benda untuk pariwisata adalah kepariwisataan atau
dalam bahasa inggris disebut tourism, yaitu hal-hal yang menyangkut pariwisata.
13
Orang yang melakukan kegiatan perjalanan (wisata) disebut wisatawan atau
dalam bahasa inggrisnya disebut traveller. Sedangkan orang yang melakukan
perjalanan berputar-putar atau berkali-kali (berpariwisata) disebut pariwisatawan
atau turis atau dalam bahasa inggrisnya disebut tourist. Dari pengertian ini dapat
dibedakan antara traveller dengan tourist, yang mana tourist merupakan bagian
dari traveller. Namun demikian dalam bahasa indonesia, baik traveller maupun
tourist keduanya disebut wisatawan karena kepariwisatawan sangat tidak lazim
digunakan.
Yoeti menguraikan dalam Arjana (2016),
Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan
tinggalnya orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara yang tidak
berhubungan dengan pencarian nafkah.
Menurut UU No.10/2009 tentang pariwisata yang perlu dipahami adalah:
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi, dalam jangka waktu sementara (Pasal 1 ayat 1).
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata (Pasal 1 ayat 2)
3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah (Pasal 1 ayat 3).
4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan
14
dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah
dan pengusaha (Pasal 1 ayat 4).
5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata (Pasal 1
ayat 5).
6) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan (Pasal 1 ayat 6).
7) Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata (Pasal 1
ayat 7).
8) Pengusaha periwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata (Pasal 1 ayat 8).
9) Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (Pasal 1 ayat 9).
Dalam UU No.10/2009 tentang pariwisata telah dijelaskan berbagai point-
point yang perlu dipahami, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami
makna dari sebuah kata atau kalimat. Misalnya makna dari kata wisata dan
pariwisata memiliki perbedaan yaitu dimana wisata adalah aktivitas yang
15
dilakukan seseorang untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu. Sedangkan
pariwisata adalah kegiatan-kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan dari pemerintah daerah.
3. Elemen Pariwisata dan Lokasi Geografi
Leiper yang dikutip Marpaung dalam Arjana (2016), mengemukakan tiga
elemen pariwisata, yakni lokasi geografis mencakup daerah asal wisatawan,
daerah tujuan dan daerah transit.
a. Daerah Asal Wisatawan
Daerah asal wisatawan adalah daerah dimana wisatawan berasal dari suatu
negara. Wisatawan memiliki rencana atau paket tujuan wisata baik dalam
negaranya sendiri atau negara orang lain.
Marpaung menguraikan dalam Arjana (2016:17),
“Di daerah inilah wisatawan diransang dan di motivasi untuk pergi ke suatu
obyek dan daya tarik wisata tempat wisatawan memperoleh segala informasi
yang dibutuhkan menyangkut kepergiannya dalam melakukan perjalanan
wisata”.
b. Daerah Tujuan Wisata
Daerah tujuan wisata atau destinasi wisata adalah daerah yang memiliki
obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan
lokal/domestik atau yang berasal dari berbagai negara (mancanegara) dan
tersedianya fasilitas penunjang transportasi dan akomodasi. Di daerah tujuan
wisatawan membutuhkan layanan jasa untuk menjawab tiga kebutuhan wisatawan
yakni: Something too see: sesuatu yang ingin dilihat, diamati, disaksikan atau
ditonton bersifat unik atau atraktif. Something to do: sesuatu yang ingin dilakukan
berupa kegiatan yang menghibur dan menyenangkan, dan Something to buy:
16
sesuatu yang ingin dibeli sebagai cendera mata (souvenir) berupa produk yang
khas daerah serta mudah dikemas.
c. Daerah Transit
Daerah transit adalah tempat persinggahan sementara wisatawan sebelum tiba
di daerah tujuan wisata. Transit terjadi karena rute alat transportasi yang
dipergunakan menempuh perjalanan dengan jarak yang jauh, terutama modal
transportasi pesawat udara. Daerah tempat transit ini tidak jarang bisa menjadi
daerah tujuan wisata jika memiliki obyek wisata yang menarik.
4. Komponen Pariwisata
a. Wisatawan (Tourist)
Wisatawan (tourist) adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan atau wisata yang memiliki tujuan tertentu dalam perjalanan yang
dilakukannya. Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk
mendapatkan kesenangan bukan dalam rangka mencari nafkah. Kesenangan
wisatawan dapat diperoleh melalui kegiatan menikmati keindahan panorama alam,
keunikan budaya, event olahraga, bertualang atau menghadiri pertemuan seperti
seminar, konsorsium, kongres, musyawarah nasional, rapat kerja dan lain-lain.
Para peserta pertemuan itu biasanya mempergunakan waktu senggang, waktu
istirahat, disela waktu libur dipergunakan untuk berwisata atau ada paket waktu
yang sengaja direncanakan untuk berkunjung ke objek wisata pada lokasi jarak
dekat.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara mengakibatkan peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat, munculnya ekonomi kelas menengah memicu
17
tumbuhnya pariwisata. Perkembangan pariwisata bukan saja dalam negeri atau
domestik, namun merambah menjadi pariwisata ke tingkat regional dan
internasional. Sebagai contoh kalangan orang berduit atau kelas menengah di
Indonesia, pergi berkunjung ke luar negeri terutama ke negara Jiran, Singapura,
Malaysia dan Bangkok untuk berwisata, terutama wisata belanja. Jadi wisatawan
benar-benar orang yang pergi ke suatu destini untuk mencari atau mendapat
kesenangan.
b. Sarana Wisata
Sarana dapat diartikan sebagai alat, wujudnya adalah hasil rekayasa manusia
untuk menunjang atau memudahkan manusia untuk meraih tujuan. Berbagai alat
atau teknologi yang sengaja dibangun untuk mempermudah wisatawan dan
menciptakan kesenangan dan kenyamanan bagi wisatawan dikenal sebagai sarana
wisata. Sarana wisata pada hakikatnya berbagai media, alat atau teknologi yang
dapat menunjang usaha pariwisata.
Menurut Undang-Undang Nomor 10/2009 tentang Kepariwisataan, dalam
pasal 14 dinyatakan, bahwa usaha pariwisata meliputi: 1) Daya tarik wisata, 2)
Kawasan pariwisata, 3) Jasa transportasi pariwisata, 4) Jasa perjalanan wisata, 5)
Jasa makanan dan minuman, 6) Penyediaan akomodasi, 7) Penyelenggaraan
kegiatan hiburan dan rekreasi, 8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi dan pameran, 9) Jasa Informasi Pariwisata, 10) Jasa konsultan
pariwisata, 11) Jasa pramuwisata, 12) Wisata tirta, 13) Spa.
18
c. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata di suatu daerah atau negara di timbulkan oleh unsur-unsur
geografi yang timbul karena proses alami dan proses budayawi. Ilmu geografi
banyak memberi sumbangan pada bidang kajian lain, termasuk dalam bidang
pariwisata sehingga di perguruan tinggi baik fakultas, jurusan atau program studi
geografi, ada mata kuliah geografi pariwisata. Disini banyak dikaji bagaimana
unsur-unsur geografi suatu wilayah terbentuk sampai pada wujudnya sekarang
yang berkembang dari produk menjadi atraksi dan obyek wisata.
Dalam konteks pariwisata produk itu memiliki daya tarik yang
dikelompokkan menjadi daya tarik natural atau alami (natural attraction), daya
tarik budaya (cultural attraction) dan daya tarik yang di sengaja dibuat (artificial
attraction). Obyek-obyek wisata ini menimbulkan daya tarik bagi wisatawan
sehingga daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi daya tarik wisata alam,
daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan dan daya tarik wisata
penyelenggaraan event. Daya tarik wisata sebagai berikut:
1) Daya Tarik Wisata Budaya (cultural attraction)
Di kemukakan lebih jauh oleh Ismayanti dalam Arjana (2016), budaya
merupakan hasil rekayasa manusia yang dalam bentuk rasa, cipta dan karsa
manusia. Budaya dibedakan menjadi tiga wujud yakni: gagasan, aktifitas dan
artefak.
a) Gagasan: merupakan kumpulan ide, nilai, norma atau peraturan yang bersifat
abstrak, tidak dapat di rabah atau di sentuh. Contoh karya sastra biasa di
simpan di museum.
19
b) Aktivitas: kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
suatu komunitas yang saling beriteraksi dan menjadi tradisi.
c) Artefak: adalah semua wujud kebudayaan berupa fisik, hasil dari aktivitas dan
hasil karya manusia berupa benda-benda yang dapat dilihat dan diraba
sifatnya konkret.
2) Daya Tarik Wisata Buatan (artificial attraction)
Daya tarik wisata buatan, banyak terdapat di perkotaan yang sengaja
dibangun untuk tempat rekreasi warga kota seperti, museum, taman-taman kota,
taman gembira, taman ria, taman nostalgia, kolam permandian, contoh lain adalah
taman impian jaya ancol, taman mini indonesia indah (jakarta), secret zoo (batu,
malang), kebun-kebun binatang di berbagai kota sebagainya. Beberapa dasawarsa
terakhir di berbagai daerah dikembangkan obyek wisata alam, untuk
memanfaatkan keindahan alam dan pelestarian lingkungan yang dikenal sebagai
ecotourism atau ekowisata dan terkait dengan kegiatan pertanian atau perkebunan
dikenal sebagai agrowisata.
Boo mengemukakan dalam Arjana (2016),
mendefinisikan ecotourism, tidak saja dipandang sebagai perjalanan sehat
secara ekologis, melainkan upaya mengkampanyekan konservasi melalui
perjalanan. Perjalanan secara nyata memberi kontribusi bagi konvertasi. Agro
wisata adalah bagian dari wisata, kegiatan yang memanfaatkan usaha agro
sebagai obyek wisata, dengan tujuan memperluas pengetahuan, Pengalaman
rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian.
Sesuai Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dan Menteri
Pertanian No. KM 47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989,
yang di maksud sebagai bentuk agrowisata adalah :
a. Kebun raya,
20
b. Perkebunan,
c. Tanaman pangan,
d. Hortikultura,
e. Perikanan,
f. Perternakan.
3) Daya tarik wisata yang ditimbulkan oleh event atau peristiwa tertentu adalah:
a) Traditional institution
Institusi atau lembaga-lembaga tradisional seringkali menjadi penarik bagi
wisatawan untuk dinikmati keunikannya atau dicari informasinya. Contoh untuk
ini adalah organisasi pengairan dibali yang disebut subak.
b) Traditional life style
Gaya hidup tradisional (traditional life style) biasanya masih sangat
dipertahankan oleh masyarakat dipedesaan yang jauh dari hingar bingar
kehidupan kota. Gaya hidup tampak dari kehidupan masyarakat sehari-hari,
seperti cara petani atau perternak, kehidupan gotong royong, cara melaksanakan
ritual kematian, ritual keagamaan dan sebagainnya yang sudah menjadi tradisi.
c) Ritual ceremonies
Upacara ritual (ritual ceremonies), terkait dengan kepercayaan-kepercayaan
lokal suatu masyarakat yang masih sangat dipertahankan. Pada masyarakat yang
sudah memeluk agama tertentu, kadang kala masih juga tetap dilakukan karena
sudah menjadi tradisi berbagai generasi.
21
d) Religion activities
Aktifitas keagamaan (religion activities), adalah aktifitas yang dilakukan oleh
penganut agama-agama yang dilakukan secara turun temurun. Seperti misalnya
umat islam, kristen, katolik, hindu, budha atau konghucu dalam merayakan hari-
hari besar dalam masyarakat tertentu memiliki keunikan sehingga menarik untuk
dikunjungi. Contoh yang baik untuk ini seperti perayaan maulid Nabi bagi umat
islam pada umumnya di Indonesia, grebek syawal merayakan idul fitri atau
lebaran di Yogyakarta. Perayaan jumat agung dalam rangka perayaan paska bagi
umat katolik di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tengara Timur. Perayaan nyepi
atau galungan dan kuningan bagi umat hindu terutama dibali.
e) Historical heritages
Peninggalan sejarah (historical heritages), di Indonesia banyak terdapat situs
atau tempat yang pada jaman dahulu memiliki peran dalam sejarah seperti situs
kerajaan-kerajaan, tempat-tempat ibadah yang memiliki nilai sejarah. Tokoh-
tokoh pelaku sejarah, terutama sejarah perjuangan, seringkali rumah, markas
perjuangan, senjata atau kuburan tempat dimakamkan menjadi tepat wisata.
Contoh untuk ini seperti, situs Kerajaan Majapahit di desa Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur, Kraton Yogyakarta, makam Bungkarno, Blitar di Jawa
Timur.
Museum juga merupakan media atau tempat untuk melestarikan berbagai
peninggalan sejarah, berupa foto-foto tokoh pejuang, lukisan, barang seni, dan
barang antik. Wisata yang bersifat edikatif atau melakukan studi terkait sejarah,
menjadikan museum sebagai tujuan wisata. Wisata seperti ini dikenal sebagai
22
widya wisata baik ke museum maupun obyek pengetahuan lainya. Foto Museum
Bung Karno di Kota Ende, Kabupaten Ende, Flores NTT dan museum Bung
Karno yang ada di Bengkulu, Propinsi Bengkulu.
f) Sport events
Sport events adalah peristiwa yang terkait dengan olahraga, events ini
menarik banyak orang untuk menyaksikan events itu baik dalam mencari
kejuaraan atau sekadar eksibisi. Events olahraga yang sekedar menjadi perhatian
dunia dengan menonton dan pemirsa televisi besar di dunia adalah piala dunia
sepak bola, untuk tahun 2014 ini di selengarakan di Brazilia pada pertengahan
bulan Juni sampai Juli 2014, empat tahun lalu di Afrika Selatan (South Afrika),
tahun 2010. Disamping itu, yang mengundang penonton dunia yang besar adalah
kejuaraan olimpiade musim panas dan musim dingin, pertandingan tinju
profesional, kejuaraan balap mobil formula, balap mobil Paris-Dakkar, kejuaraan
bulutangkis dan beberapa cabang olahraga lainya.
Datangnya tim olahraga dan supporter masing-masing akan menjadi
wisatawan ditempat events diselenggarakan, waktu diluar pertandingan
dimanfaatkan untuk berwisata pada obyek wisata setempat. Kehadiran tim dan
pendukung selama di daerah atau negara penyelengara akan menjadi tamu
sebagai tamu mereka membutuhkan akomodasi baik hotel, restoran. Jasa-jasa
yang dibutuhkan adalah jasa pramuwisata, jasa pramuniaga, jasa transport, dan
membeli sejumlah souvenir. Selama berada di negara tujuan para wisatawan akan
mebelanjakan sejumlah uang sehingga devisa yang masuk bagi negara
penyelengara. Oleh karena events olahraga menghasikan devisa bagi negara
23
penyelengara mengakibatkan banyak negara berlomba untuk bersaing untuk
mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah atau penyelengara.
g) Arts creation
Seni kreasi kini sangat berkembang di seluruh dunia, yang merupakan ajang
bagi pecinta dan pelaku seni untuk berkreasi. Berbagai kegiatan seni kreasi ini
menunjang ekonomi kreatif yang mengundang banyak orang untuk berkunjung
tentu sebagai wisatawan. Ekonomi kreatif dipelopori oleh inggris
mengembangkan ekonomi berbasis ide, gagasan dan teknologi.
d. Jasa Wisata
Usaha jasa wisata yang dapat menggerakan ekonomi masyarakat sangat
beragam baik langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
wisata. Para pelaku dapat menjual jasa untuk memperlancar perjalanan, memenuhi
kebutuhan wisatawan untuk akomodasi, mendapat petunjuk atau penjelasan
tentang obyek, serta terpenuhinya kebutuhan akan atraksi seni dan benda-benda
seni maupun tujuan menyelenggarakan pertemuan.
Keterlibatan pelaku menjual jasa dimungkinkan oleh munculnya peluang,
kepemilikan modal, keahlian/keterampilan, serta tersedianya teknologi. Pelaku
penjual jasa dalam kegiatan pariwisata memiliki peluang mendapatkan
penghasilan dan bahkan akan menjadi mata pencaharian. Kegiatan pariwisata
membuka kesempatan kerja yang luas disekitar obyek maupun yang jauh karena
jenis jasa sangat beragam dan luas, kaitannya bisa langsung atau tidak langsung.
Di antara jasa tersebut, yang berkembang pesat dekade terakhir adalah jasa
penyelenggara pertemuan atau kegiatan pameran atau expo. Pertumbuhan yang
24
cepat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga menimbulkan industri
yang dikenal sebagai MICE industries. Industri yang tergolong MICE itu adalah:
Meeting, Insentif, Konferensi, dan Expo. Di Indonesia daerah tujuan wisata yang
MICE industrinya berkembang baik adalah DKI Jakarta, Bali, Batam dan
beberapa kota lainnya.
Berbagai bentuk jasa memiliki nilai jual adalah:
1) Jasa transportasi
2) Jasa biro perjalanan
3) Jasa biro wisata
4) Jasa akomodasi (hotel dan restaurant)
5) Jasa pramuwisata (guide)
6) Jasa impresariat
7) Jasa penyedia cendramata
8) Jasa konsultan dan pusat informasi wisata
9) Jasa penyelenggara konferensi
10) Jasa kuliner
11) Jasa beauty care termasuk Spa, massage dan lain-lain.
5. Jenis-jenis Pariwisata
Dirjen pariwisata 1980 dan Arjana 1998 (Arjana, 2016), merujuk pada
berbagai referensi, mengemukakan berbagai jenis pariwisata dilihat dari berbagai
aspek, sesuai sifat dan dimensi pariwisata, seperti dikemukakan berikut ini:
25
a. Jenis Pariwisata Menurut Letak
1) Pariwisata Lokal (Local Tourism), perjalanan pariwisata jarak dekat
seperti piknik keluar kota atau tempat wisata yang dapat ditempuh
beberapa jam dengan kendaraan mobil.
2) Pariwisata Nasional (National Tourism/Domestik Tourism), adalah
dinamika perjalanan wisata dalam satu negara.
3) Pariwisata Mancanegara (World tourism/foreign tourism), meliputi
wisatawan yang masuk dari luar negeri (inbound tourism) dan wisatawan
yang berwisata keluar negeri (outgoing tourism).
b. Jenis Pariwisata Menurut Dampak pada Devisa
1) Pariwisata aktif (in tourism), wisatawan yang masuk ke suatu negara,
jenis ini dikembangkan untuk meraup devisa.
2) Pariwisata pasif (outgoing tourism), warga negara sendiri sebagai
wisatawan melakukan perjalanan keluar negeri. Jenis ini tidak
dikembangkan atau tidak di kampanyekan. Jika kondisi ekonomi ditandai
dengan income per capita yang baik untuk memiliki kemampuan sebagai
wisatawan ke luar negeri.
c. Jenis Pariwisata Menurut Waktu Kunjungan
1) Pariwisata musiman (seasional tourism), seperti wisata musim dingin
yang bersalju, wisata musim panas untuk mandi matahari atau wisata
musim petik buah dan sebagainya.
26
2) Pariwisata Okasional (occasional tourism), orang-orang melakukan
perjalanan wisata karena adanya daya tarik penyelenggaraan suatu
kegiatan (event) tertentu atau peristiwa/kejadian (occasion) tertentu.
d. Jenis Pariwisata Menurut Tujuan
1) Pariwisata bisnis (bussines tourism), perjalanan yang bertujuan
menyelesaikan urusan bisnis seperti melakukan meeting, pameran atau
expo dan lain-lain.
2) Pariwisata liburan (vacancy tourism)
3) Pariwisata pendidikan (educational tourism), seperti studi tour atau
widya wisata.
4) Pariwisata spiritual atau keagamaan (pilgrim tourism)
e. Jenis Pariwisata Menurut Jumlah Wisatawan
1) Pariwisata individual (individual tourism), seperti wisatawan yang
menggendong ransel (backpacker).
2) Pariwisata berombongan (group tourism) seperti dilakukan oleh
rombongan pelajar, karyawan melalui biro perjalanan dan agen
perjalanan.
f. Jenis pariwisata menurut biaya
1) Pariwisata mewah (deluxe tourism) fasilitas transpotasi berupa pesawat
dan kapal pesiar, biaya akomodasi yang di bayar dengan biaya tinggi
pada hotel-hotel berbintang empat, lima atau lima berlian.
2) Pariwisata yang berbiaya sedang (middle class tourism).
27
3) Pariwisata berbiaya murah (social tourism), jenis ini memang memilih
alternatif transportasi dan akomodasi yang serba murah tetapi aman dan
sehat dan tujuan wisata tercapai.
g. Jenis Pariwisata Menurut Obyek Wisata
1) Pariwisata budaya (cultural tourism), merupakan jenis pariwisata yang
menonjolkan atraksi-atraksi budaya yang unik dan menarik telah menjadi
ikon pariwisata suatu daerah.
2) Pariwisata kesehatan (reccuperational tourism), seperti mandi susu di
Eropa, mandi kopi di Jepang, mandi air panas dibeberapa tempat
Indonesia.
3) Pariwisata perdagangan (commercial tourism), jenis ini berkembang
seiring terbukanya era perdagangan bebas (free trade area) yang di tandai
dengan makin banyaknya event menyangkut promosi dan pertemuan-
pertemuan seperti kegiatan perdagangan sehingga menimbulkan kegiatan
pariwisata yang dinamis.
4) Pariwisata olahraga (sport tourism), jenis pariwisata yang satu ini mampu
menyedot pengunjung event olahraga tertentu seperti olimpiade, pesta
olahraga regional, SEA Games, Asian Games, kejuaraan dunia sepak bola
tentu yang paling akbar, disamping itu ada kejuaraan tinju profesional,
kejuaraan tenis, bulu tangkis dan sebagainya.
5) Pariwisata politik (political tourism), seperti parade tanggal 1 Mei di
Beijing meperingati hari buruh dan parade tanggal 1 Oktober di Rusia
memperingati Revolusi Bolsjevic.
28
6) Pariwisata spiritual/keagamaan (pilgrim tourism), seperti perjalanan naik
haji ke Mekkah bagi umat islam, mengunjungi Betlehem atau israel bagi
umat kristen dan berkunjung dan mandi-mandi di sungai gangga, India
bagi umat hindu dan wisatawan mancanegara mengunjungi Borobudur
bagi umat budha. Di Larantuka Flores Timur setiap perayaan pasca yang
dikenal sebagai Jumat Agung sejak beberapa tahun terakhir telah menarik
banyak wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Pariwisata ini terkait
dengan perjalanan yang bertujuan untuk melakukan peribadatan atau
pemujaan terhadap Tuhan sebagai acara keagamaan.
7) Pariwisata alam (Natural tourism), adalah obyek wisata yang
menyuguhkan atraksi asli dari alam atau lingkungan pulau, pegunungan,
laut, pantai, kekayaan fauna dan kekayaan flora.
8) Pariwisata syariah berpotensi untuk dikembangkan.
Seperti dikemukakan oleh Anonimus dalam Arjana (2016),
“Rekreasi bisa ditawarkan kepada wisatawan domestik yang sebentar
lagi libur lebaran dan juga kepada turis asing dengan memanfaatkan
kolaborasi dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI). Di sisi lain
daerah yang potensial sebaiknya proaktif mencari cara untuk
mengembangkan wisata syariah. Wisata syariah sebenarnya tidak
berbeda dengan rekreasi jenis lainnya. Pembedayaan adalah produk
serta sarana pendukungnya, seperti hotel dan restoran, tidak
bertentangan dengan nilai syariah. Misalnya, makanan yang dijajakan
telah berklasifikasi halal, tempat penginapan atau hotel memiliki
tempat ibadah dan prasarana untuk sembahyang seperti sajadah, dan
penunjuk arah kiblat. Tempat Spa juga menyesuaikan terapi pria untuk
konsumen pria dan sebaliknya. Wisata syariah diprediksi akan terus
berkembang. Menurut laporan kondisi ekonomi islam global 2013
yang diluncurkan oleh Thomson Reuters bekerja sama dinard
standard, nilai pasar pariwisata muslim dunia, di luar haji dan umrah,
mencapai 137 miliar dollar AS atau setara dengan 12,5 persen
pengeluaran global tahun 2012. Nilai ini diprediksi meningkat
menjadi 181 miliar dollar AS tahun 2018 karena dorongan
29
peningkatan populasi kaum muslim dan naiknya penghasilan (kompas,
19 Juli 2014 hlm. 17)”.
9) Wisata Laut/Pantai yang Dikembangkan
Kreatifitas berbagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa wisata,
sehingga ekspansi bisnisnya merambah berbagai kegiatan yang atraktif dan
eksotik. Bali Hai Cruises yang ada di denpasar bali misalnya, yang
dipublikasikan atau diiklankan lewat kalender yang disebar luaskan,
memanjakan wisatawan terutama mancanegara. Semua jenis aktivitas yang
dikembangkan tetap berbasis pada keindahan dan keunggulan yang ada
pada media pasir, pantai dan laut yang lengkap dengan segala peralatan
(equipment) yang dimanfaatkan. Berbagai bentuk itu adalah:
a) Bar and Grill
b) Aristocat evening cruise
c) Sunset dinner cruise
d) Castaway cruise
e) Three island day cruise
f) Dolphin cruise
g) Aristocat
h) Beach club cruise
i) Tide Beach resort
j) Reef cruise
k) Diving adventure
l) Optional Extras
30
10) Wisata Ruang Angkasa Sebagai Wisata Masa Depan
Wisata luar angkasa, pada suatu ketika nanti akan dapat terwujud sehingga
menjadi obyek wisata masa depan. Wujud dari obyek wisata luar angkasa
yang dirilis oleh media adalah laboratorium antariksa “plus” beberapa
hotel melayang. Dilengkapi dengan kebutuhan wisatawan, kamar, kabin,
teleskop besar untuk melihat planet bumi dari luar angkasa. Ide wisata
ruang angkasa ini dikembangkan oleh Orbital Technologies dan Rocket
and Space Corporation Energia. Tiga paket liburan yang disediakan
adalah: paket pendek 2-3 pekan, paket menengah 1-2 bulan, paket panjang
hingga ½ tahun.
Di informasikan lebih lanjut tentang Laboratorium Antariksa ini adalah
kapasitasnya 7 orang disamping crew kosmonot. Basisnya di Moskow sebagai
agen tunggal wisata luar angkasa. Pesawat pengangkut adalah pesawat ulang-
aling soyuz. Jarak 100 km dari bumi pada Orbital, kemiringan 51,6 derajat,
dapat melihat sunrise matahari terbit belasan kali dalam sehari. Target mulai
operasi 2015, fungsinya sebagai fasilitas pemeliharaan satelit dan tempat transit
perjalanan luar angkasa. Sistem docking universal dapat menampung pesawat
luar angkasa dari Rusia, Amerika Serikat dan Eropa (Harian Kompas).
6. Tujuan dan Manfaat Pariwisata
a. Tujuan pariwisata
Tujuan orang-orang melakukan perjalanan atau kunjungan sangat beraneka
ragam tergantung dari tujuan yang direncanakan. Mengetahui tujuan perjalanan
seseorang atau sekelompok orang akan dapat dipahami konteksnya dalam
31
pariwisata. Artinya, apakah perjalanan atau kunjungan itu terkait dengan kegiatan
wisata atau tidak terkait.
Ismayanti dalam Arjana (2016), mengelompokkan tujuan kunjungan menjadi
tiga yakni:
1) Leisure and recreation (vakansi dan rekreasi)
Segala kegiatan yang memiliki tujuan yaitu: Vakansi dan rekreasi,
mengunjungi event budaya, kunjungan bermotif terapi kesehatan, olahraga aktif
(amatir) dan tujuan berlibur. Semua kegiatan yang seperti itu termasuk kegiatan
bersenang-senang, bergembira dan bersifat hiburan.
2) Business and professional (bisnis dan profesional)
Kegiatan bisnis dan profesional bertujuan untuk mengikuti kegiatan rapat
(meeting), misi, perjalanan insentif, bisnis. Kegiatan pertemuan ilmiah seperti
seminar, simposium, kongres atau mengikuti kegiatan rapat kerja, pelatihan dan
pendidikan memiliki nilai wisata karena semua kegiatan itu dapat berdampak pada
pariwisata. Para peserta jika kegiatannya sudah selesai biasanya ingin
menggunakan waktu yang lowong/luang untuk mengunjungi obyek wisata.
Kegiatan ini bisanya diagendakan untuk berwisata jarak dekat, dalam kota atau ke
luar kota, teristimewa mengunjungi obyek wisata yang menarik.
3) Others tourism purposes (tujuan wisata lain)
Kunjungan dalam rangka belajar (widya wisata), pemulihan kesehatan, transit
dan berbagai tujuan lain yang tidak terkait dengan mencari nafkah dapat
digolongkan sebagai wisata tujuan lain.
32
b. Manfaat pariwisata
1) Dari segi ekonomi
Manfaat pariwisata dari segi ekonomi adalah pariwisata menghasilkan devisa
yang besar bagi negara sehingga meningkatkan perekonomian negara. Kontribusi
pariwisata menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1985 penukaran valuta asing senilai 95,105 juta dollar AS. Angka ini
mengalami kenaikan menjadi 456,105 juta dollar AS pada tahun 1990, dan pada
tahun 1997 (sesaat sebelum krismon) menjadi 1.380,454 juta dollar AS.
Selanjutnya, karena nilai tukar dollar yang melonjak, penukaran valuta asing
hanya mencapai nilai 865,078 juta dollar AS pada tahun 2000.
2) Dari segi budaya
Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat
pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka
akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi
pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut
berada. Dari interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai
budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal
yang dianut oleh masyarakat tersebut.
3) Dari segi lingkungan hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup karena sebuah
objek wisata apabila ingin mendapatkan banyak kunjungan dari wisatawan
haruslah terjaga kebersihannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan
menjaga lingkungan kita agar selalu terjaga kebersihannya. Pembangunan
33
pariwisata tidak mengakibatkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan
penurunan kualitas tanah atau lahan pertanian baik lahan perladangan maupun
persawahan. Kelestarian hutannya masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat
secara bersama-sama dan sepakat untuk melestarikan hutannya dan tanpa harus
ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya masyarakat lokal telah
sadar terhadap perlunya pelestarian hutan, karena kawasan hutan yang dimaksud
merupakan daerah resapan air yang bisa dipergunakan untuk kepentingan
hidupnya maupun makhluk hidup lainnya serta untuk keperluan pesawahan.
4) Dari segi nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan
Manfaat pariwisata yang kita dapat dari segi nilai pergaulan adalah kita
menjadi lebih banyak mempunyai teman dari berbagai negara dan kita bisa
mengetahui kebiasaan orang yang dari masing-masing negara tersebut sehingga
kita bisa mempelajari bagaimana kebiasaan yang baik di masing-masing negara.
Selain itu kita juga mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan dari pariwisata karena
dengan mempelajari pariwisata kita juga bisa tahu dimana letak dan keunggulan
sebuah objek wisata sehingga kita bisa mempelajari mengapa sebuah objek wisata
tersebut bisa maju dan bisa menerapkan di daerah objek wisata daerah kita yang
belum berkembang dengan baik.
5) Dari segi peluang dan kesempatan kerja
Pariwisata juga menciptakan kesempatan kerja. Sarana-sarana pariwisata
seperti hotel dan perjalanan adalah usaha yang “padat karya”. Menurut
perbandingan jauh lebih banyak untuk hotel dan restoran daripada untuk usaha-
usaha lainnya. Untuk setiap tempat tidur dibutuhkan kira-kira 2 orang tenaga. Di
34
Amerika Serikat untuk tempat tidur diperlukan 279 tenaga kerja. Sudah tentu
angka itu berbeda-beda menurut negaranya. Di Indonesia untuk setiap kamar
dibutuhkan kira-kira 2 tenaga kerja.
Itu semua mengenai tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan
pariwisata. Di samping itu, pariwisata juga menciptakan peluang kerja yang tidak
berhubungan langsung dengan pariwisata. Yang terpenting di bidang kontruksi
bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, restoran, toko
artshop dll. Wisatawan-wisatawan juga memerlukan makan dan minum, ini
semua secara tidak langsung menciptakan lapangan kerja pertanian. Jadi,
pariwisata mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan kesempatan kerja.
7. Landasan Teori
Ada dua teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teori konflik dan
teori Habitus. Adapun teori tersebut dijelaskan secara lebih terperinci sebagai
berikut:
a) Teori Konflik
Pariwisata melibatkan berbagai komponen di dalamnya dalam rangka
menyediakan jasa bagi wisatawan. Dalam interaksi komponen-komponen
pariwisata ini tidak selamanya berjalan harmonis. Lebih jauh, konflik dapat timbul
dari interaksi atau hubungan antara satu komponen pariwisata dengan komponen
pariwisata lainnya. Hal ini mendorong adanya analisis terhadap perilaku manusia
dalam perspektif teori konflik dalam rangka memenuhi kebutuhan laten berupa
status, kekuasaan serta sumber kekayaan, dan persediaan sumber daya pariwisata
yang terbatas.
35
Teori konflik yang dikembangkan Dahrendorf dalam Kinloch (2009) bersifat
multifaset, artinya bahwa konflik dapat terjadi antar pribadi, antar kelompok, dan
dapat berfungsi positif atau negatif. Sedangkan Marx dalam Ambo Upe (2010),
menggunakan strategi perjuangan kelas yang antagonistik antara proletar dengan
borjuis, menjadikan konflik sebagai strategi perjuangan, tidak multifaset seperti
Dahrendorf, melainkan diangkat menjadi strategi mengkonflikkan secara sistemik.
Menurut Coser dalam Ambo Upe (2010), konflik adalah perselisihan mengenai
nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber-
sumber kekayaan dan persediaan yang tidak mencukupi, dan pihak-pihak yang
sedang berselisih tidak hanya berusaha memperoleh barang yang diinginkan,
tetapi juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka.
Teori konflik ini akan diaplikasikan untuk mengkaji dampak pariwisata
terutama berkaitan dengan konflik yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan dan
sumber daya di Kabupaten Dompu. Selain itu, teori konflik juga akan dipakai
untuk mengkaji konflik lainnya yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya
konflik sumberdaya manusia. Solusi atas konflik dapat dijadikan dasar dalam
penyusunan strategi meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif.
b) Teori Habitus
Teori habitus yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pierre Felix
Bourdieu, seorang pemikir Prancis terkemuka yang lahir di Desa Denguin Distrik
Pyrenees Atlantiques barat daya Prancis, 1 Agustus 1930 dan meninggal dirumah
sakit Saint Antoine Paris, 23 Januari 2002.
36
Bourdieu dalam inti karya dan inti upayanya untuk menjebatani subjektivisme
dan objektivisme, terletak pada konsepnya tentang habitus dan lingkungan dan
hubungan dialektika antara keduanya. Sementara habitus ada didalam pikiran
aktor, lingkungan ada di luar pikiran mereka. Konsep habitus (kebiasaan) adalah
“struktur mental atau kognitif” yang digunakan aktor untuk menghadapi
kehidupan social. Aktor dibekali serangkaian skema atau pola yang
diinternalisasikan yang mereka gunakan untuk merasakan, memahami, menyadari,
dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola itulah aktor memproduksi tindakan
mereka dan juga menilainya. Secara dialektika habitus adalah “produk
internalisasi struktur” dunia sosial.
Habitus mencerminkan pembagian objektif dalam struktur kelas seperti
menurut umur, jenis kelamin, kelompok dan kelas sosial. Habitus diperoleh
sebagai akibat dari lamanya posisi dalam kehidupan sosial diduduki, jadi habitus
akan berbeda-beda tergantung pada wujud posisi seseorang dalam kehidupan
sosial, tidak setiap orang sama kebiasaannya, orang yang menduduki posisi yang
sama dalam kehidupan sosial cenderung memiliki kebiasaan yang sama. Dalam
pengertian ini habitus dapat pula menjadi fenomena kolektif. Habitus
memungkinkan orang memahami dunia sosial, tetapi dengan adanya banyak
habitus berarti kehidupan sosial dan strukturnya tidak dapak dipaksakan seragam
kepada seluruh aktor.
Habitus yang ada pada waktu tertentu merupakan hasil ciptaan kehidupan
kolektif yang berlangsung selama periode histories yang relative panjang.
“habitus yang merupakan produk histories menciptakan tindakan individu dan
37
kolektif dan karenanya sesuai dengan pola yang ditimbulkan oleh sejarah”.
Kebiasaan individu tertentu diperoleh melalui pengalaman hidupnya dan
mempunyai fungsi tertentu dalam sejarah dunia sosial dimana kebiasaan itu
terjadi. Habitus dapat bertahan lama dan dapat pula berubah dalam arti dapat
dialihkan dari satu bidang ke bidang yang lain. Tetapi, ada kemungkinan bagi
seseorang mempunyai habitus yang tidak pantas dan menderita apa yang disebut
Bourdieu sebagai hysteresis.
Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan sosial. Di satu pihak,
habitus adalah “struktur yang menstruktur” artinya habitus adalah sebuah struktur
yang menstruktur kehidupan sosial. Di lain pihak, habitus adalah “struktur yang
terstruktur” yakni ia adalah struktur yang distrukturisasi oleh dunia sosial. Dengan
kata lain Bourdieu melukiskan habitus sebagai “dialektika internalisasi dari
eksternalitas dan eksternalisasi dari internalitas”.
Tindakanlah yang mengentarai habitus dan kehidupan sosial. Di satu pihak,
habitus diciptakan melalui praktik (tindakan). Di pihak lain, habitus adalah hasil
tindakan yang diciptakan kehidupan sosial. Bourdieu menggunakan fungsi
perantara tindakan ketika ia mendefinisikan habitus sebagai “sistem yang tertata
tertuju pada fungsi praktis”. Sementara tindakan atau praktik cenderung
membentuk habitus. Habitus pada gilirannya berfungsi sebagai penyatu dan
menghasilkan praktik atau tindakan.
Walau habitus adalah sebuah struktur yang di internalisasikan, yang
mengendalikan pikiran dan pilihan tindakan, namun habitus tidak menentukannya.
Menurut Bourdieu, habitus semata-mata “mengusulkan” apa yang sebaiknya
38
dipikirkan orang dan apa yang sebaiknya mereka pilih untuk dilakukan. Dalam
menentukan pilihan, aktor menggunakan pertimbangan mendalam berdasarkan
kesadaran, meski proses pembuatan keputusan ini mencerminkan berperannya
habitus. Habitus menyediakan prinsip-prinsip yang dengan prinsip itu aktor
membuat pilihan dan memilih strategi yang akan digunakan dalam kehidupan
sosial. Seperti yang dikatakan Bourdieu dan Wacquant “orang tidaklah bodoh”
namun orang juga tidaklah rasional sepenuhnya. Aktor bertindak menurut cara
yang masuk akal. Mereka mempunyai perasaan dalam bertindak, ada logika untuk
apa orang bertindak dan itulah “logika tindakan”.
Robbins mendukung pendapat yang menyatakan logika tindakan adalah
“polythetic” yakni logika tindakan adalah kemampuan membenarkan secara
serentak aneka ragam makna atau tesis yang bertentangan secara membingungkan
dan secara logika (menurut logika formal) karena konteks yang menolak dari
pelaksanaannya adalah tindakan. Pernyataan ini bukan hanya karena menekankan
perbedaan antara logika praktis dan rasionilitasi (logika formal), tetapi juga karena
mengigatkan kepada “relasionalisme”. Bourdieu relasionalisme adalah konteks ini
penting karena menuntun untuk mengakui bahwa habitus bukanlah struktur yang
tetap dan tidak dapat berubah, tetapi diadaptasi oleh individu yang secara konstans
berubah dihadapan situasi yang saling bertentangan dimana mereka berbeda.
Habitus berfungsi “dibawah tingkat kesadaran dan bahasa, diluar jangkauan
pengamatan dan pengendalian oleh kemampuan”. Meski tidak disadari habitus
dan cara bekerjanya namun ia mewujudkan dirinya sendiri dalam aktivitas kita
yang sangat praktis seperti cara kita makan, berjalan, berbicara dan bahkan dalam
39
cara membuang ingus. Kebiasaan atau habitus ini berperan sebagai struktur, tetapi
orang tidak memberikan tanggapan terhadapnya atau terhadap struktur eksternal
yang mempengaruhi secara mekanis. Dialektika antara habitus dan lingkungan
adalah penting karena saling menentukan.
Habitus yang mantap hanya terbentuk, hanya berfungsi dan hanya sah dalam
sebuah lingkungan, habitus itu sendiri adalah “lingkungan dari kekuatan yang
ada”, sebuah situasi dinamis dimana kekuatan hanya terjelma dalam hubungan
dengan kecenderungan tertentu. Inilah mengapa habitus yang sama dapat makna
dan nilai yang berlawanan dalam konfirgurasi yang berbeda atau dalam sektor
yang berlawanan dari lingkungan yang sama. (Riswandi, 2015).
B. Kerangka Pikir
Pada setiap jenis penelitian, selalu menggunakan kerangka berfikir sebagai
alur dalam menentukan arah penelitian, hal ini untuk menghindari terjadinya
perluasan pembahasan yang menjadikan penelitian tidak terarah/terfokus.
Dalam melakukan penelitian tentang “Ekspektasi Wisatawan terhadap
Kualitas Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu”
akan dilakukan penelitian dilapangan sesuai dengan kerangka berfikir sebagai
pedomannya.
40
Skema Kerangka Pikir:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Ekspektasi Wisatawan terhadap
Kualitas Komponen Destinasi
Wisata Lakey di Desa Hu’u
Kabupaten Dompu
Ekspektasi
Wisatawan
Dampak Destinasi
wisata Lakey
Negatif Positif
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan apa adanya mengenai suatu variabel, gejala, keadaan atau
fenomena sosial tertentu. Dalam hal ini guna menganalisis data yang diperoleh
secara mendalam dan menyeluruh, dengan harapan dapat diketahui sejauh mana
Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas Komponen Destinasi Wisata Lakey.
Sebagaimana yang dikemukakan Ratna (2010), menyebutkan bahwa:
“Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok”.
Penggunaan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan subyek atau obyek yang diteliti pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk
mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha untuk
mengemukakan gejala secara lengkap didalam aspek yang diselidiki, agar jelas
keadaan dan kondisinya. Kemudian hasil deskripsi secara kualitatif untuk
mendapatkan gambaran mengenai keadaan subyek atau obyek penelitian yang
sesungguhnya di lapangan.
41
42
B. Lokus Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hu’u Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu
dan difokuskan pada masalah Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas Komponen
Destinasi Wisata Lakey.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang
dirinya atau orang lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau
pewawancara. Informan juga diartikan sebagai responden penelitian yang
berfungsi untuk menjaring sebanyak-banyaknya data dan informasi yang akan
berguna bagi pembentukan konsep dan proposisi sebagai temuan penelitian
(Lanoho, 2016).
Dalam penelitian ini informan dipilih secara sengaja (purposive) yang
digunakan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pengelola destinasi wisata Lakey
2. Masyarakat yang bekerja di destinasi wisata Lakey
3. Tokoh masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey
4. Pengunjung (wisatawan) di destinasi wisata Lakey, baik laki-laki maupun
perempuan dan sudah melakukan perjalanan (wisata) minimal tiga kali.
Untuk mendapatkan berbagai informasi yang dapat memberikan data yang
diperlukan dalam penilitian, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel
secara purposive sampling (judgmental sampling), yaitu penarikan sampel yang
dilakukan dengan cara mengambil subyek yang didasarkan pada tujuan tertentu
43
atau tidak semua populasi akan diteliti tetapi dipilih yang dianggap mewakili
(Kusherdyana, 2013).
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini yaitu Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas
Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kecamatan Hu’u Kabupaten
Dompu.
Kajian dalam penelitian ini akan difokuskan pada:
1. Bagaimana ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi
wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu.
2. Bagaimana dampak destinasi wisata Lakey terhadap masyarakat Desa Hu’u.
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai
metode-metode penelitian seperti observasi, wawancara dan dokumentasi,
memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Instrumen yang dimaksud yaitu
kamera, telepon genggam untuk recorder, pensil, ballpoint dan buku. Kamera
digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang
penting pada saat peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video. Recorder,
digunakan untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data baik
menggunakan metode wawancara, observasi, dan sebagainya. Sedangkan pensil,
ballpoint dan buku, digunakan untuk menulis informasi data yang didapat dari
narasumber.
44
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang tersedia dan dimanfaatkan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder. Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian melalui proses wawancara
dan berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder adalah data pendukung
yang tidak langsung dari narasumber atau non data primer.
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang utama yang terdapat dari subjek
penelitian. Data primer yaitu data yang dikumpulkan, dan diolah sendiri baik oleh
perorangan maupun organisasi langsung dari obyeknya (Kusherdyana, 2013).
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah wisatawan lokal maupun
mancanegara yang berada di destinasi wisata Lakey.
2. Data Sekunder
Selain sumber data primer juga diperlukan data sekunder yang berfungsi
sebagai pelengkap atau pendukung data primer. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh
orang lain atau organisasi lain (Kusherdyana, 2013).
Dokumen pribadi yang dapat menjadi data yang berharga untuk menelaah
situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya untuk dianalisis.
G. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis lakukan,
harus memiliki cara atau teknik untuk mendapatkan data atau informasi yang baik
45
dan terstruktur serta akurat dari setiap apa yang diteliti, sehingga kebenaran
informasi data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
Tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Untuk melakukan metode observasi sebaik-baiknya perlu latihan dan
pengalaman yang cukup, sekalipun banyak orang yang menganggap kegiatan
mengobservasi merupakan kegiatan yang paling mudah serta dapat dilakukan
secara sambil lalu. Mereka mungkin menganggap bahwa metode observasi
merupakan kegiatan sehari-hari dan tidak memerlukan pemahaman yang
mendalam sebab metode ini menggunakan mata untuk melihat dan mengamati
segala sesuatu yang ada disekeliling atau yang sedang kita hadapi, bahkan sering
kali hal ini terjadi tanpa sengaja atau tanpa suatu rencana.
Ratna (2010), mengemukakan bahwa:
“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang berlangsung”.
Metode observasi ini adalah data yang diperoleh melalui penelitian secara
langsung dengan mengadakan pengamatan didaerah atau dikawasan yang akan
diteliti.
2. Wawancara
“Wawancara atau yang sering juga disebut interview atau kuisioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (narasumber)” (Arikunto, 2010). Pendapat tersebut
sejalan dengan Ratna, (2010) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian
46
Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu Humaniora pada Umumnya yang menyatakan
bahwa:
Wawancara (interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data dengan
berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu
maupun individu dengan kelompok. Wawancara melibatkan dua komponen,
pewawancara yaitu peneliti itu sendiri dan orang yang diwawancarai.
Berdasarkan dari kedua pendapat tersebut, peneliti menarik kesimpulan
bahwa wawancara merupakan salah-satu metode pengumpulan data yang dapat
digambarkan sebagai sebuah interaksi yang melibatkan antara pewawancara
(orang yang bertanya) dengan yang diwawancarai (orang yang memberikan
jawaban atas pertanyaan), dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang sah
dan dapat dipercaya.
Penelitian ini menggunakan jenis wawancara terbuka. Wawancara terbuka
ialah sebuah wawancara yang dilakukan dengan tidak merahasiakan sebuah
informasi mengenai narasumbernya dan juga mempunyai pertanyaan-pertanyaan
yang tidak terbatas atau tidak terikat jawabannya.
3. Dokumentasi
“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya” (Arikunto,
2010).
Dokumentasi biasanya digunakan untuk memperoleh informasi dalam bentuk
catatan berupa buku, leaflet, pamphlet, surat kabar, katalong, foto, video, dan
catatan yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang dikaji, sehingga
diperoleh data-data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Bahkan
47
tidak menutup kemungkinan, penulis juga mencari data dokumen melalui internet
dengan tetap memperhatikan kebenaran informasinya.
H. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode diskriptif analisis yaitu
mencari dan menemukan hubungan antara data yang diperoleh dari penelitian
dengan landasan teori yang ada dan yang dipakai, sehingga memberikan
gambaran-gambaran konstruktif mengenai permasalahan yang diteliti. Di samping
itu, menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisis yaitu yang dinyatakan oleh responden secara
tertulis dan lisan, diteliti kembali dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
I. Teknik Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data dari penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik Triangulasi, yaitu:
1. Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, dengan cara
mengecek kembali data yang diperoleh dengan informasi dokumen lain serta
sumber informasi untuk mendapatkan derajat kepercayaan adanya informasi dan
kesamaan pandang serta pemikiran sehingga data yang diperoleh langsung
dianalisis.
2. Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas atau tingkat kepercayaan data
yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
48
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas
tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk
memastikan data mana yang dianggap benar.
3. Waktu
Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Dalam penelitian digunakan beberapa sumber buku sebagai acuan teoritis
(referensi), sehingga benar-benar dapat dibandingkan antara teori yang satu
dengan yang lain. Dengan membandingkan beberapa teori serta didukung dengan
beberapa data yang ada, sehingga peneliti dapat melaporkan hasil penelitian yang
disertai penjelasan-penjelasan sebagaimana yang ditentukan. Dengan demikian
akan menambah derajat kepercayaan data yang ada.
49
BAB IV
DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN
DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Kabupaten Dompu sebagai Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Dompu
Dompu dahulu kala merupakan salah satu daerah bekas kerajaan atau
kesultanan, kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua
khususnya di Indonesia Bagian Timur. Arkeolog dari Pusat Balai Penelitian
Arkeologi dan Purbakala, Sukandar dan Kusuma Ayu dari berbagai hasil
penelitiannya menyimpulkan Dompu atau (Kerajaan Dompo) adalah kerajaan
yang paling tua di wilayah timur Indonesia.
Berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di
daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai
Ncuhi”atau raja kecil. Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang
berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa
di daerah Soneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu).
Selanjutnya Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda
berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Dari
keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.
Menurut cerita rakyat dompu di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi Kula
yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi tersebut
kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat
menyebutkan, putra raja Tulang Bawang terdampar di daerah Woja dalam
49
50
pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bagian timur. Kemudian putra raja
Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para
Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang
pertama. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir
dari perkimpoian antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu.
Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora Bisu, yang
merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora
Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu.
Pada abad XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah. Kerajaan
dikacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa pihak
residen campur tangan, Sultan Abdull Azis, putra Sultan Abdullah yang kemudian
mengganti Sultan Yakub, ternyata tidak mampu banyak berbuat untuk memajukan
kerajaannya.
Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang
menghancurkan desa-desa yang ada di wilayah Dompu saat itu. Pada sekitar tahun
1809 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Gubernur Van Kraam untuk
memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima.
Pada 5-12 April 1815, ketika Gunung Tambora meletus, akhirnya sepertiga dari
penduduk tewas dan sepertiga lainnya berhasil melarikan diri. Sultan Abdull
Rasul II memindahkan Istana Bata yang merupakan Situs Doro Bata yang terletak
di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru, karena itu dia
disebut dengan gelar Bata Bou. Beliau diganti oleh putranya, Sultan Muhammad
Salahuddin.
51
Salahuddin mengadakan perbaikan dalam sistem dan hukum pemerintahaan.
Dia pun menetapkan hukum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim
ulama, sekaligus menetapkan hukum adat yang dipakai adalah hukum Islam yang
berlalu di wilayah kekuasaannya. Dalam menjalankan pemerintahaannya, Sultan
dibantu oleh majelis adat serta majelis hukum. Selanjutnya mereka (para
pembantu itu) disebut menteri dengan sebutan raja bicara, Rato Rasanae, Rato
Perenta, dan Rato Renda. Mereka tergabung suatu dewan adat, dan merupakan
badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan
memberhentikan Sultan.
Gunung Tambora yang meletus pada 10-11 April 1815, dalam catatan sejarah
Dompu, mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang
terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun
kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu. Pertambahan wilayah
Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi
Dompu Baru, yakni pergantian antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa
tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas
wilayahnya. Peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari
kelahiran Dompu, yang kemudian dikuatkan dengan Peraturan Daerah No.18
tanggal 19 Bulan Juni 2004.
2. Kondisi Geografi dan Iklim
a. Letak, Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Dompu terletak di Pulau Sumbawa bagian tengah, dengan sisi
selatan berbatasan langsung dengan Lautan Indonesia, sedangkan di bagian
52
lainnya dibatasi oleh Teluk Saleh di Barat Daya dan Laut Flores di bagian utara.
Adapun batas – batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima
2) Sebelah Selatan : Lautan Indonesia
3) Sebelah Timur : Kabupaten Bima
4) Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa
Secara administrasi Kabupaten Dompu terbagi dalam 8 (delapan) kecamatan,
72 desa dan 9 kelurahan, dengan perincian :
1) Kecamatan Hu’u terdiri atas 8 desa
2) Kecamatan Pajo terdiri atas 6 desa
3) Kecamatan Dompu terdiri atas 6 kelurahan dan 9 desa
4) Kecamatan Woja terdiri atas 3 kelurahan dan 11 desa
5) Kecamatan Kilo terdiri atas 6 desa
6) Kecamatan Kempo terdiri atas 8 desa
7) Kecamatan Manggelewa terdiri atas 12 desa
8) Kecamatan Pekat terdiri atas 12 desa.
Kabupaten Dompu merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota
yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Letak geografis Kabupaten Dompu
terletak antara 1170 42’ – 1180 30’ bujur timur dan 80 06’ – 90 05’ lintang selatan
dengan luas wilayah 2.324,55 Km2. Wilayah Kecamatan yang terluas yaitu
Kecamatan Pekat dengan luas 875.17 Km2, sedangkan wilayah kecamatan yang
terkecil adalah Kecamatan Pajo yaitu seluas 125.32 Km2. Dengan perincian:
1) Kecamatan Hu’u, dengan luas 186,50 Km2 (8,02%)
53
2) Kecamatan Pajo, dengan luas 125,32 Km2 (5,39%)
3) Kecamatan Dompu, dengan luas 223,27 Km2 (9,60%)
4) Kecamatan Woja, dengan luas 301,16 Km2 (12,95%)
5) Kecamatan Kilo, dengan luas 235,00 Km2 (10,10%)
6) Kecamatan Kempo, dengan luas 191,67 Km2 (8,24%)
7) Kecamatan Manggelewa, dengan luas 176,46 Km2 (7,59%);
b. Iklim
Kabupaten Dompu termasuk daerah yang beriklim tropis dengan musim
hujan rata-rata bulan Oktober sampai april setiap tahun. Curah hujan merupakan
jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang
diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal (bila tidak terjadi
evaporasi, runoff dan infiltrasi). Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh
BMKG adalah milimeter (mm).Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu)
milimeter atau tertampung air sebanyak 1 (satu) liter atau 1000 ml.
Curah hujan tertinggi di Kabupaten Dompu berdasarkan data statistik Tahun
2014 adalah sebesar 343mm, ini terjadi pada Bulan Januari di Kecamatan Hu’u.
Sedangkan curah hujan terendah adalah sebesar 6 mm dan terjadi pada Bulan Juli
di Kecamatan Pekat. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Dompu
yaitu sebesar 105 mm. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Dompu adalah 69,83
mm. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu selama 24 hari dan
terjadi di Kecamatan Dompu.
54
Tabel 4.1. Kondisi Iklim Kabupaten Dompu
No. Uraian Minimum Maximum
1. Suhu Udara (°C) 23,2 32,9
2. Kelembaban Udara (%) 72 85
3. Tekanan Udara (mBar) 1.009,2 1.014,1
4. Kecepatan Angin (not/jam) 0 14
5. Curah Hujan Perhari (mm) 0 287,3
6. Hari Hujan Perbulan 0 18
7. Arah Angin - Arah angin terbanyak di bulan
November-Desember bertiup dari
arah 360°
- Arah angin terbanyak di bulan April
bertiup dari arah
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian
Pengembangan Kabupaten Dompu 2015
3. Topografi, Geologi dan Hidrologi
a. Topografi
Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum
menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur,
dan secara vertikal yaitu ketinggian. Dilihat dari aspek topografis Kabupaten
Dompu, memiliki 56.784 Ha (23,43%) tanah dengan ketinggian antara 0–100
meter diatas permukaan laut. 123.020 Ha (52,92%) berada pada ketinggian antara
100–500 meter diatas permukaan laut, dan 38.558 Ha (16,59%) berada pada
ketinggian 500–1.000 meter di atas permukaan laut, serta terdapat 14.098 Ha
(6,06%) tanah berada pada ketinggian di atas 1.000 meter dari permukaan laut.
Bila di lihat dari tingkat kemiringan terdapat 43.470 Ha berada pada kemiringan
55
antara 0-2%, 81.795 Ha berada pada kemiringan antara 2-15% yang merupakan
areal paling luas, 75.785 Ha berada pada kemiringan 15-40%, dan terdapat 31.410
Ha berada pada kemiringan di atas 50%.
Secara umum kondisi topografi Kabupaten Dompu di dominasi oleh
kelerengan curam 15-40 % dan kelerengan landai 2-15%. Untuk detail kondisi
topografi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Kondisi Topografi Kabupaten Dompu
No. Kecamatan Klasifikasi Lereng Jumlah
(Ha) 0-2%
(datar)
2-15%
(landai)
15-40%
(curam)
40%
(sangat
curam)
1. Hu’u 2.822 4.695 6.416 1.717 15.650
2. Dompu 3.932 2.690 8.275 5.792 20.689
3. Woja 5.723 3.915 12.046 8.432 30.116
4. Kempo 3.450 8.434 6.133 1.150 19.167
5. Pekat 15.753 38.507 28.005 5.252 87.517
6. Kilo 3.995 470 13.865 5.170 23.500
7. Manggelewa 3.176 7.764 5.647 1.059 17.646
8. Pajo 3.316 4.754 7.409 5.170 18.170
Total 42.167 71.229 87.796 33.742,4 232.455
Presentase(%) 18,1 30,6 37,8 13,4 100,0
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian
Pengembangan Kabupaten Dompu 2015
56
b. Geologi
Geologi merupakan kondisi suatu batuan yang menyusun suatu wilayah yang
terbentuk pada masa lalu. Berdasarkan peta Geologi Indonesia kondisi geologi
yang terdapat di Kabupaten Dompu terdiri atas beberapa jenis batuan yang
didominasi oleh batuan gunung api tua dan batuan terobosan. Kondisi geologi
Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Keadaan Geologi Kabupaten Dompu
No. Jenis Batuan Luas
(Ha)
Presentase
(%)
1. Batuan Gunung Api Tua 1259.79 54.2
2. Batuan Gunung Api Muda 66.60 2.9
3. Batuan Terobosan 684.93 29.5
4. Batuan Alivium & Endapan Pantai 243.71 10.5
5. Batuan Gamping Berlapis 19.33 0.8
6. Tufa Dasitan 50.16 2.2
Jumlah Total 232.455 100.00
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian
Pengembangan Kabupaten Dompu 2015
c. Hidrologi
Dilihat dari aspek Hidrologis, Kabupaten Dompu memiliki persediaan air
yang cukup untuk keperluan hidup sehari-hari dan pengairan bagi lahan pertanian,
karena Kabupaten Dompu didukung oleh 19 aliran sungai besar dan beberapa
buah sungai kecil serta beberapa sumber mata air lain yang berair sepanjang tahun
57
yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan dan pengairan bagi masyarakat
Dompu.
4. Kondisi Demografi
a) Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Dompu pada Tahun 2015 berdasarkan hasil
sensus pada Tahun 2014 mencapai 234.665 jiwa, yang terdiri dari 118.490 jiwa
laki-laki dan 116.175 jiwa perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten Dompu
menempati peringkat ke tujuh terbesar di Nusa Tenggara Barat dengan jumlah
penduduk terbanyak berada di Kecamatan Woja (55.409 jiwa) dan jumlah terkecil
terdapat di Kecamatan Kilo (12.829 jiwa). Luas administrasi dan areal terbangun
Kabupaten Dompu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4. Luas Adminitrasi dan Luas Areal Terbangun Kabupaten Dompu
No Nama
Kecamatan
Jumlah
Desa/
Kelurahan
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
(Ha)
(%) thd
total
administrasi
(Ha) (%) thd luas
administrasi
1 Hu’u 8 18.650 8,02 154 0.76
2 Pajo 6 13.532 5,82 132 0.98
3 Dompu 15 22.327 9,60 881,8 3.95
4 Woja 14 30.116 12,96 264 0.87
5 Kilo 6 23.500 10,11 51,2 0.22
6 Kempo 8 19.167 8,25 27 0.14
7 Manggelewa 12 17.646 7,59 570,8 3.23
8 Pekat 12 87.517 37,65 6.855 6.12
58
No Nama
Kecamatan
Jumlah
Desa/
Kelurahan
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
(Ha)
(%) thd
total
administrasi
(Ha) (%) thd luas
administrasi
TOTAL 81 232.455 100,00 8935.8 16,27
Sumber : Kabupaten Dompu Dalam Angka, Tahun 2015
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah Administrasi terluas adalah
Kecamatan Pekat yaitu dengan luas 87.517 Ha sehingga persentase terhadap total
Wilayah Administrasi adalah 37,65 % dan Wilayah Administrasi tersempit
adalah Kecamatan Pajo yaitu dengan luas 13.532 Ha sehingga persentase terhadap
total Wilayah Administrasi adalah 5,82%.
Sedangkan untuk luas wilayah terbangun dapat diketahui wilayah terluas
adalah Kecamatan Pekat yaitu dengan luas 6.855 Ha sehingga persentase
terhadap total Wilayah Administrasi adalah 6.12% dan wilayah terbangun yang
menempati wilayah tersempit adalah Kecamatan Kempo dengan luas 27 Ha
sehingga persentase terhadap total Wilayah Administrasi kecamatan tersebut
adalah 0,14 %.
b) Penduduk Miskin
Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Dompu pada Tahun 2013
sebanyak 20.216 keluarga, dimana yang terbesar terdapat di Kecamatan Woja
sebanyak 4.743 keluarga. Adapun yang terkecil terdapat di Kecamatan Kilo
sebanyak 1.240 keluarga. Lebih jelasnya jumlah rumah tangga miskin di
Kabupaten Dompu dapat dilihat pada table berikut ini:
59
Tabel 4.5. Jumlah Rumah Tangga Miskin
Sumber: Survey Sosial Ekonomi Bappeda Kabupaten Dompu, Tahun
2015
B. Deskripsi Khusus Wisata Lakey di Desa Hu’u sebagai Latar Penelitian
1. Sejarah Singkat Wisata Lakey
Di desa Hu’u Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat
sebuah tempat wisata yang sering disebut dengan Lakey Peak. Lakey Peak
pertama kali diangkat sebagai tempat wisata pada tahun 1986, orang yang pertama
kali memperkenalkan gelombang Lakey adalah seorang pengusaha yang berasal
dari Bali yang bernama I Nyoman Radiase (Bobby) dan pengusaha dari Negara
Australia yang bernama Polking. Kedua pengusaha inilah yang telah menemukan
gelombang Lakey sehingga bisa diangkat sebagai tempat wisata, tujuan adanya
gelombang ini adalah untuk digunakan sebagai kegiatan Surfing.
No. Kecamatan Jumlah Rumah
Tangga (KK)
Miskin
1 Hu’u 2.096
2 Pajo 1.346
3 Dompu 3.719
4 Woja 4.743
5 Kilo 1.240
6 Kempo 1.629
7 Manggelewa 2.627
8 Pekat 2.816
Jumlah 20.216
60
Kedua pengusaha tersebut mulai mencari lokasi untuk membangun sebuah
bascamp yang digunakan sebagai tempat istirahat, kemudian mereka membeli
tanah milik warga desa Hu’u yang sekarang telah menjabat sebagai Kepala
Suku/adat desa Hu’u. Tanah tersebut digunakan untuk membangun sebuah
perusahaan, nama perusahaan pada saat itu adalah “Sarae Mandumba” dan
sekarang telah berganti nama menjadi “Periscope”. Kemudian mereka mulai
membuka dan memperkenalkan kepada dunia Nasional dan Internasional melalui
media koran dengan judul “Di Lakey desa Hu’u Kabupaten Dompu NTB di
temukan gelombang yang hampir sama dengan gelombang di Haway”, pada saat
itu di terbitkan oleh koran Surfing Of Live.
Setelah beredarnya berita tersebut, banyak wartawan dari berbagai negara
datang ingin melihat langsung gelombang Lakey tersebut dan memperkenalkan
pada dunia Internasional sehingga desa Hu’u mulai dikenal sebagai desa kawasan
wisata Lakey. Sebelum wisata Lakey muncul, Kabupaten Dompu tidak memiliki
kantor Dinas Pariwisata, setelah wisata Lakey diperkenalkan di dunia Nasional
dan Internasional maka didirikan kantor Dinas Pariwisata di Kabupaten Dompu.
(Wawancara dengan Kepala Suku/Adat Desa Hu’u, 04 September 2017).
2. Komponen Destinasi Wisata Lakey
Sebagai sebuah destinasi pariwisata yang telah berkembang lama, Destinasi
Pariwisata Lakey-Hu’u telah memiliki komponen-komponen penentu destinasi
pariwisata, keberadaan komponen-komponen tersebut menyuguhkan daya tarik
wisata di Lakey-Hu’u, serta berbagai akomodasi penunjang yang bertujuan untuk
61
memberikan pelayanan kepada wisatawan yang membutuhkan fasilitas selama
mengunjugi destinasi pariwisata Lakey-Hu’u.
Selain akomodasi, akses menuju Lakey-Hu’u sudah sangat bagus dan
keterlibatan masyarakatpun telah terlihat seperti menjadi seorang guide,
memberikan jasa perbaikan papan surfing (Ding Repair), pekerja di akomodasi
hotel dan berdagang di sekitar kawasan pariwisata Lakey-Hu’u. Komponen-
komponen penentu destinasi pariwisata Lakey-Hu’u antara lain: Attraction
(atraksi wisata), Accessibility (aksesibilitas), amenities (amenitas), Ancillary
(kelembagaan) dan community involvement (keterlibatan masyarakat). Komponen-
komponen destinasi pariwisata Lakey-Hu’u dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Atraksi Wisata
Atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk
dikunjungi dan dilihat (Pendit, 1999: 20). Destinasi pariwisata Lakey-Hu’u
tergolong sebuah Natural Attraction karena keindahan alamnya yang menjadi
atraksi utamanya. Sebagai zona yang diperuntukkan untuk kawasan pariwisata,
maka keindahan alam bahari perlu dijaga dengan baik.
1. Pantai
Kebaradaan Pantai Lakey menjadi daya tarik utama di destinasi pariwisata
Lakey-Hu’u, karena Pantai Lakey merupakan salah satu tempat surfing terbaik di
Indonesia bahkan Dunia. Pantai Lakey menyuguhkan berbagai jenis gelombang
yang dapat dinikmati oleh para wisatawan selama berkunjung di destinasi
pariwisata Lakey-Hu’u. terdapat enam jenis gelombang yang dapat kita jumpai di
Pantai Lakey ke enam jenis gelombang tersebut antara lain: Nanga Doros,
62
Cublestone, Nangas, Periscope, Lakey Pipe, dan Lakey Peak. Tetapi dari ke enam
jenis gelombang tersebut hanya tiga yang bisa digunakan sebagai tempat surfing
yaitu Lakey Peak, Lakey Pipe dan Periscope. Sisanya yaitu Nanga Doros,
Cublestone dan Nangas tidak digunakan karena sangat berbahaya.
a) Pasir Pantai
Selain memiliki pantai dengan jenis gelombang yang beragam, destinasi
pariwisata Lakey-Hu’u memiliki atraksi lain sebagai salah satu daya tarik yang
dapat dijumpai . Atraksi tersebut yaitu pasir pantai yang luas dengan garis pantai
yang dimiliki sangat panjang, kelebihan tersebut didukung juga dengan kondisi
pasir pantai yang putih. Keberadaan pasir pantai di destinasi pariwisata Lakey-
Hu’u telah memberikan banyak pilihan bagi para wisatawan untuk beraktivitas
selama mereka mengunjungi destinasi pariwisata Lakey-Hu’u. Kegiatan yang bisa
dilakukan di pasir pantai destinasi pariwisata Lakey-Hu’u antara lain melakukan
kegiatan sunbathing (berjemur), berolahraga, serta mengamati matahari terbenam
(sunset).
b) Kejuaraan Surfing tingkat Internasional
Kejuaraan Surfing Tingkat Internasional yang diadakan setiap tahunnya di
destinasi pariwisata Lakey-Hu’u, diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dalam
hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu sebagai
penyelenggara dan disponsori oleh Qiuksilver dan Ripcurl sebagai sponsor utama.
Tujuan dari diadakannya kejuaraan surfing di Lakey-Hu’u, tentu untuk
meningkatkan citra sekaligus mempromosikan destinasi pariwisata Lakey-Hu’u di
Indonesia maupun Dunia.
63
Terselenggaranya kejuaraan surfing di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u, telah
banyak menarik minat para peselancar dari berbagai negara seperti Amerika,
Australia, Brazil, Prancis, Afrika, Italy, Rusia, Inggris, serta negara Eropa lainnya.
Selain disediakan hadiah uang yang cukup besar, keunikan gelombang di pantai
Lakey telah menarik minat wisatawan untuk menaklukannya.
c) Olahraga Kitesurfing
Olahraga Kitesurfing atau disebut juga selancar layang adalah olahraga air
dengan perpaduan antara selancar dan paralayang. Olahraga ini sangat
membutuhkan angin berkekuatan besar untuk mendorong layang-layang yang
kemudian akan menggerakan papan selancar (Sandarani, 2015). Olahraga
Kitesurfing sebagai salah satu atraksi wisata di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u,
sejauh ini masih belum terlihat karena belum banyak wisatawan yang
melakukannya, tidak tersedianya peralatan penunjang olahraga kitesurfing yang
bisa disewa maupun dijual menjadi alasan kenapa olahraga tersebut masih belum
terlalu banyak terlihat. Saat ini, apabila wisatawan ingin melakukan olahraga
kitesurfing, mereka harus membawa sendiri peralatannya dari luar daerah seperti
dari Pulau Jawa dan Bali.
b. Amenitas
Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan menuju destinasi
pariwisata Lakey-Hu’u, keberadaan fasilitas penunjang dalam menjalankan
operasional kepariwisataan telah tersedia. Pembangunan fasilitas akomodasi
seperti hotel maupun fasilitas lainnya sangat diperlukan sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada wisatawan yang mengunjungi destinasi pariwisata
64
Lakey-Hu’u. Hotel yang terdapat di Lakey-Hu’u dapat dilihat pada Tabel 5.1
berikut ini:
Tabel 4.6. Hotel di destinasi Lakey-Hu’u
No. Nama Hotel Jumlah Kamar Tempat Tidur
1. Puma Bungalows 23 46
2. Hotel Adhyaksa 9 9
3. Balumba Cottages 31 54
4. Monalisa Cottages 20 40
5. Primadona Cottages 24 48
6. Alamanda 5 6
7. Aman Gati 52 104
8. Ani Lestari Hotel 28 56
9. Lakey Beach In Hotel 7 14
Total 199 377
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu, 2015
Berdasarkan Tabel 4.6. diketahui bahwa jumlah keseluruhan hotel yang
terdapat di Lakey-Hu’u yaitu 9 hotel. Dari semua hotel tersebut, belum ada hotel
yang berstandar berbintang 1 sampai 5, semuanya masih berstandar hotel melati,
dengan total jumlah kamar secara keseluruhan yaitu 181 kamar dan tempat tidur
berjumlah 377.
Selain fasilitas penginapan, ada juga usaha jasa pariwisata lainnya yang
terdapat di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u yaitu restoran dan rumah makan.
Untuk restoran di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u terdapat lima restoran yang
terdiri dari Fatma’s Restaurant, Blulagoon Restaurant, Amangati, Alis dan Lakey
Beach In Restaurant (Ibrahim, 2015: 58). Sedangkan rumah makan yang terdapat
di Lakey-Hu’u disediakan oleh masyarakat lokal. Fasilitas lainnya yang terdapat
65
di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u yaitu Ding Repair. Ding Repair merupakan
tempat untuk memperbaiki serta merawat papan surfing wisatawan. Tempat Ding
Repair dikelola langsung oleh masyarakat setempat, dengan adanya tempat
perbaikan tersebut akan menambah penghasilan masyarakat setempat.
c. Aksesibilitas
Untuk sampai ke Pantai Lakey-Hu’u dapat ditempuh melalui perjalanan darat
maupun udara, bila menggunakan sarana bus dari Kota Mataram dapat ditempuh
selama 11-12 jam perjalanan, termasuk menyeberangi Selat Alas menggunakan
kapal laut sekitar 2 jam. Wisatawan juga dapat menggunakan pesawat terbang
yang menempuh jarak rute Denpasar-Bima selama sekitar 1 jam 15 menit
ditambah 2 jam perjalanan darat dari Bima ke Lakey-Hu’u, sedangkan pesawat
dengan rute Mataram-Bima dapat ditempuh selama 1 jam ditambah 2 jam.
Kondisi jalan maupun alat transportasi yang menuju destinasi pariwisata Lakey-
Hu’u sudah cukup baik dengan kondisi aspal yang rata. Alat transportasi menuju
Lakey telah tersedia dengan kondisi alat transportasi yang bagus dan nyaman bagi
para wisatawan.
d. Pelayanan Pendukung yang Terorganisasi
Menurut Inskeep (1991: 77) ancillary service merupakan pelayanan yang
diberikan oleh destinasi kepada wisatawan dan industri, berupa pemasaran,
pengembangan dan koordinasi antar komponen destinasi. Fungsi ancillary service
ini dilakukan oleh organisasi/instansi pemerintah, swasta maupun gabungan
instansi pemerintah dan swasta. Untuk urusan kepariwisataan, destinasi pariwisata
Lakey-Hu’u memiliki kelembagaan pemerintah yang di atur oleh Dinas
66
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu untuk mengelola dan
mengembangkan destinasi pariwisata Lakey-Hu’u. Sedangkan di kawasan
destinasi pariwisata Lakey-Hu’u terdapat beberapa bentuk organisasi yang
mendukung pengembangan sekaligus terjun lansung dalam mengelola destinasi
pariwisata Lakey-Hu’u. Organisasi tersebut antara lain HPI (Himpunan
Pramuwisata Indonesia), lifeguard, Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan
pengemudi ojek yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat.
e. Keterlibatan Masyarakat
Satu kriteria tambahan sebagai pelengkap yang menjadi inti dari
pengembangan pariwisata itu sendiri yakni community involvement, (Madiun,
2008: 54). Keterlibatan masyarakat dalam memberikan pelayanan dan hubungan
yang tercipta antara wisatawan dan masyarakat lokal sebuah destinasi, akan
mempengaruhi juga apakah destinasi tersebut baik atau tidak untuk dikunjungi
oleh wisatawan. Berkembangnya destinasi pariwisata Lakey-Hu’u telah
memberikan dampak langsung kepada masyarakat terutama dampak ekonomi bagi
masyarakat lokal.
Menurut Bapak Johan, S.Sos. selaku Sekretaris Desa Hu’u membenarkan
bahwa:
“..sebagian hotel yang ada di Lakey-Hu’u adalah milik masyarakat
dompu dan telah membuka banyak peluang bagi masyarakat lokal untuk
bekerja di industri pariwisata. bentuk keterlibatan masyarakat lokal yaitu
bekerja menjadi guide, bekerja di hotel, pemilik warung makan, melayani
perbaikan papan surfing (Ding Repair) dan penjual papan Surfing di beberapa
outlet di Lakey-Hu’u, bentuk keterlibatan tersebut telah memberikan manfaat
tersendiri bagi mereka yang berkecimpung di industri pariwisata”.
(Wawancara, 04 September 2017).
67
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa hadirnya destinasi pariwisata
Lakey-Hu’u telah memberikaan manfaat langsung kepada masyarakat lokal. Tidak
hanya masyarakat lokal Lakey-Hu’u saja, tetapi masyarakat Kabupaten Dompu
yang telah membangun beberapa akomodasi perhotelan di Lakey-Hu’u dan telah
melibatkan masyarakat lokal sebagai karyawannya. Bentuk keterlibatan lainnya
yaitu masyarakat lokal telah banyak menjadi guide, membuka beberapa warung
makan serta pelayanan lainnya seperti perbaikan papan surfing (Ding Repair),
bahkan masyarakat lokal telah memiliki outlet penjualan papan surfing di
destinasi pariwisata Lakey-Hu’u.
3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Hu’u
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Hu’u masih relatif rendah. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan masyarakat
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 560 77,45
2 SLTP 40 5,53
3 SLTA 90 12,44
4 AKADEMI 3 0.41
5 S1 30 4.09
Jumlah 723 100 %
Sumber: profil Desa hu’u tahun 2016
Sebagian besar tingkat pendidikan penduduk di Desa Hu’u ini masih
berada di tingkat sekolah dasar. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir
masyarakat khususnya dalam mengelola kegiatan pariwisata, mereka akan
mengelola keberadaaan Taman Wisata Perairan (TWP) apa adanya tanpa analisa
usaha dan pemikiran jangka panjang.
68
4. Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
Desa Hu’u “ngupa ro dei mori ra woko” adalah lebih banyak pada bidang
pertanian dan peternakan. Sistem mata pencaharian ini adalah sistem yang sudah
turun temurun dalam masyarakat, karena biasanya areal persawahan atau kebun
serta ladang akan diwariskan secara turun temurun. Tetapi dalam masyarakat
Hu`u sendiri selain dari dua jenis mata pencaharian tersebut, juga terdapat mata
pencaharian lain yang dijalankan oleh masyarakatnya, yang secara keseluruhan
terdiri atas:
a. Pertanian atau kanggihi ro kanggama
b. Peternakan atau ntadi ro ntedi
c. Perniagaan atau daga ro landa
d. Douma loa ro dese (biasanya adalah penduduk yang menjadi pegawai, pandai
besi dan emas, juru ukir dan arsitek dan sebagainya). (Profil Desa Hu’u, 2016)
5. Kondisi Sosial dan Ekonomi
a) Kondisi Sosial
Sistem sosial kemasyarakatan disini adalah berkaitan dengan tatanan
kehidupan sosial masyarakat Desa Hu’u yang menyangkut beberapa aspek utama
yang membentuk pola hubungan sosial baik secara individu maupun secara
komunal atau sosial. Sistem sosial kemasyarakatan yang ada di Desa Hu’u terdiri
atas beberapa aspek yaitu stratifikasi dan pelapisan sosial, sistem pemerintahan,
serta pola kekerabatan.
69
b) Kondisi Ekonomi
Secara umum perekonomian masyarakat Desa Hu’u bekerja sebagai petani,
nelayan dan pedagang. Potensi unggulan desa di bidang pertanian berupa tanaman
padi, palawijaya dan jagung. Dibidang peternakan dan perikanan seperti Sapi,
Kerbau dan Kambing. (Profil Desa Hu’u, 2016).
6. Kondisi Keberagamaan
Penduduk asli Desa Hu’u mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini
merupakan syarat yang harus ditaati oleh masyarakat yang akan tinggal di Desa
Hu’u, bahwa mereka harus beragama Islam. Untuk warga yang beragama selain
Islam, tinggal dan menempati areal di luar kawasan Hu’u lama yang ada sekarang,
yaitu dekat dengan objek wisata pantai Lakey, di sebelah selatan Desa Hu’u.
(Wawancara dengan kepala suku/adat Desa Hu’u, H. Yusuf, S.Sos. 04 September
2017).
70
BAB V
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS
KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY
A. Ekspektasi Wisatawan Terhadap Kualitas Komponen Destinasi Wisata
Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu
Persepsi dan ekskpektasi dari informan sangat penting dinilai dari identitas
informan berdasarkan tingkat umur, pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka persepsi dan ekspektasinya semakin berpengaruh
terhadap ide pengembangan pariwisata untuk masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode observasi dan wawancara untuk mengetahui seberapa besar ekspektasi
wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey di desa Hu’u
Kabupaten Dompu dapat dilihat berdasarkan pendapat informan tentang
aksesibilitas, sarana dan prasarana di destinasi wisata Lakey-Hu’u. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan 13 informan yang berada di destinasi
wisata Lakey bahwa terdapat sembilan informan yang berpendapat cukup
lengkap, empat informan yang berpendapat kurang lengkap, informan yang
berpendapat sangat lengkap dan tidak lengkap tidak ada. secara umum sarana dan
prasarana menurut persepsi informan sudah cukup lengkap, akan tetapi masih
terdapat beberapa sarana dan prasarana pendukung yang kurang lengkap yang
disediakan oleh para pengelola destinasi. Sebagaimana diungkapkan oleh seorang
informan ibu NR (22 tahun), bahwa:
70
71
“Pengelola wisata harus menambah persediaan tempat sampah, parkiran
dan penjaga pantai” (Wawancara, 04 September 2017).
Hal senada diungkapkan oleh bapak JP (30 tahun) bahwa:
“Sarana dan prasarana pendukung yang perlu di tambah adalah
kendaraan wisata, tempat sampah dan agent travel” (Wawancara, 12
September 2017).
Hal senada pula disampaikan oleh ibu L (33 tahun), bahwa:
“Sarana dan prasarana yang masih kurang yaitu tempat sampah, penjual
souvenir dan tempat parkir” (Wawancara, 23 14 Oktober 2017).
Pendapat yang tak senada diungkapkan oleh Bapak SF (25 tahun), bahwa:
“Sarana dan prasarana yang masih kurang adalah tempat makan dan
tempat untuk bersantai” (Wawancara, 04 September 2017).
Hal yang tak senada pula diungkapkan oleh bapak HY (45 tahun), bahwa:
“sarana dan prasarana di destinasi wisata Lakey sudah cukup lengkap,
hanya saja ada beberapa fasilitas yang kurang seperti tempat sampah,
parkiran, lifeguard dan tempat santai” (Wawancara, 04 September 2017).
Berdasarkan pendapat dari berbagai informan diatas dapat disimpulkan
bahwa sarana dan prasarana pendukung yang masih kurang lengkap dan perlu
ditambah di destinasi wisata Lakey adalah tempat sampah, tempat parkir, penjaga
pantai (lifeguard), toko souvenir, baruga dan tempat bersantai, dan kelengkapan
informasi melalui internet, travel agent, brosur, dan tour informasi. Keenam
komponen tersebut menurut persepsi dari berbagai informan masih cukup rendah,
untuk itu perlu adanya peran para stakeholder untuk segera mengembangkan dan
menanggulangi hal tersebut secara baik dan menyediakan berbagai fasilitas
pendukung untuk kenyamanan para wisatawan yang berkunjung di destinasi
wisata Lakey-Hu’u.
Pengembangan pariwisata merupakan pembangunan yang menciptakan nilai
tambah dalam berbagai aspek bidang pariwisata, mulai dari sarana dan prasarana,
72
Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) dan aspek-aspek lainnya. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh seorang informan ibu F (35 tahun), bahwa:
“perkembangan dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u
masih kurang berkembang dan sebaiknya segera menyediakan dan
mengembangkan fasilitas-fasilitas pendukung seperti tempat sampah dan
parkiran” (Wawancara, 14 Oktober 2017).
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Ibu L (33 tahun), bahwa:
“perkembangan dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey masih kurang
dan perlu dikembangkan, sebaiknya pihak pengelola menyediakan dan
meningkatkan lagi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh para
pengunjung” (Wawancara, 14 Oktober 2017).
Sedangkan hal yang tak senada diungkapkan oleh bapak SF (25 tahun),
bahwa:
“pengembangan pengelolaan wisata Lakey sudah berkembang dengan
baik, dan sebaiknya disarankan kepada masyarakat agar memanfaatkan
peluang ini dengan sebaik mungkin misalnya membuat usaha pernak-pernik
khas Kabupaten Dompu sebagai buah tangan agar dapat membantu
perkembangan destinasi wisata Lakey” (Wawancara, 04 September 2017).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum
perkembangan dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u sudah
berkembang dengan baik, hanya saja ada beberapa komponen-komponen yang
kurang berkembang dan memerlukan penanggulangan secepatnya untuk
meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata lakey di
masa mendatang.
Pengembangan pariwisata menjadi pilihan penting bagi suatu negara atau
daerah karena multiefek yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata. Pertumbuhan
ekonomi merupakan dampak utama yang dicirikan oleh terbukannya lapangan
kerja, stimulasi investasi sehingga berkembang produk wisata baik barang
maupun jasa sehingga pariwisata terus berkembang.
73
Pengembangan suatu obyek wisata sangatlah penting terutama pada bagian
infrastruktur (prasarana), sarana dan akomodasi. Ketersediaan infrastruktur yang
memadai akan membuka isolasi daerah sehingga dapat mengembangkan ekonomi
dan akomodasi diartikan sebagai bagian dari kebutuhan manusia dalam perjalanan
sebagai tempat untuk menginap dan beristirahat. Untuk pengembangan suatu
obyek wisata tidak terlepas dari persepsi dan ekspektasi (harapan) wisatawan yang
dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi perkembangan suatu destinasi wisata.
Harapan merupakan bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan di
masa yang akan datang. Dengan adanya harapan ini bermaksud untuk mengetahui
keinginan wisatawan terhadap kualitas komponen di destinasi wisata Lakey di
Desa Hu’u yang perlu untuk dibenahi dan dikembangkan keberadaanya melalui
pandangan wisatawan. Berdasarkan adanya hasil persepsi dan harapan tersebut
setidaknya dapat membantu memberikan penilaian terhadap evaluasi kondisi
obyek wisata dan memberikan ide pengembangan baru untuk pengelola wisata
agar dapat tersinergi antara harapan dan keinginan wisatawan dan pemerintah
daerah serta pihak pengelola lainnya dalam mengupayakan pengembangan di
destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u. Seperti yang disampaikan oleh bapak J (37
tahun), bahwa:
“perlu adanya sistem pembaharuan sarana dan prasarana di destinasi
wisata Lakey agar wisatawan tidak merasa jenuh atau bosan terhadap fasilitas
yang telah disediakan, dan masih terdapat beberapa fasilitas yang masih
kurang dan perlu ditambah seperti persediaan tempat sampah, parkiran, dan
baruga atau tempat santai sudah banyak yang rusak dan beberapa fasilitas lain
yang perlu ditingkatkan lagi” (Wawancara, 28 September 2017).
74
Dari hasil wawancara dengan bapak J selaku sekretaris Desa Hu’u dapat
disimpulkan bahwa kondisi sarana dan prasarana di destinasi wisata Lakey-Hu’u
masih kurang memadai, dan memerlukan perbaikan atau diganti berbagai sarana
dan prasarana yang agak rusak atau sudah rusak parah sehingga perlu diganti demi
kenyamanan wisatawan dan perkembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u di masa
yang mendatang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu N (24 tahun), bahwa:
“saya menikmati perjalanan selama di pantai Lakey, tapi saya kurang
puas dengan fasilitas yang ada karena masih ada terdapat sampah-sampah
yang berserakan di mana-mana. Seharusnya pihak pengurus atau pengelola
lebih memperhatikan lingkungan sekitar pantai seperti menambah tempat
sampah agar kondisi pantai lebih terlihat indah” (Wawancara, 28 September
2017)
Pendapat yang senada diungkapkan oleh ibu NR (22 tahun), bahwa:
“...kurang memuaskan, kondisi pantai masih terlihat kotor, parkiran juga
tidak teratur sehingga banyak pengunjung yang datang parkir di dalam area
pantai” (Wawancara, 04 September 2017).
Hal yang tak senada diungkapkan oleh bapak JP (37 tahun), bahwa:
“selama berada di tempat wisata Lakey ini, saya cukup puas dengan
berbagai fasilitas yang ada, terutama pemandangan pantai dan kegiatan
surfing sehingga saya cukup puas menghabiskan waktu liburan bersama
keluarga” (Wawancara, 12 September 2017).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa destinasi wisata Lakey-Hu’u masih perlu
dikembangkan dan memperbaharui beberapa sarana dan prasarana sudah rusak
sehingga wisatawan merasa nyaman dan puas selama mengunjungi destinasi
wisata Lakey-Hu’u.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan berbagai informan yang
telah dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang disebarkan
kepada wisatawan, pengelola destinasi dan para pedagang dengan jumlah
informan 13 orang di destinasi wisata Lakey-Hu’u. Secara umum persepsi
75
wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey-Hu’u sudah baik
dan ekspektasinya cukup penting. Tetapi ada beberapa penilaian dari wisatawan
yang cukup rendah karena kualitas komponen tersebut belum memuaskan.
Komponen-komponen tersebut antara lain adalah penjaga pantai (lifeguard),
tempat parkir, tempat sampah, baruga dan tempat santai, toko souvenir dan
kelengkapan informasi melalui internet, travel agent, brosur dan tour informasi.
Sedangkan ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi
wisata Lakey-Hu’u cukup penting, artinya secara umum komponen-komponen
yang ada di destinasi wisata Lakey-Hu’u ke depannya masih perlu dikelola dan
dikembangkan secara maksimal. Ada empat komponen yang harus di prioritaskan
dan ditanggulangi segera mungkin karena menurut penilaian ekspektasi
wisatawan keempat komponen tersebut belum memuaskan, komponennya antara
lain adalah tempat parkir, tempat sampah, toko souvenir dan lifeguard.
B. Program Improvisasi Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa
Hu’u Kabupaten Dompu
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis, ada beberapa komponen-komponen yang memerlukan program
improvisasi atau perbaikan. Program improvisasi merupakan program perbaikan
yang perlu dilakukan oleh para stakeholder terhadap komponen destinasi wisata
Lakey-Hu’u. Adapun program improvisasi (perbaikan) yang bisa dilakukan oleh
para stakeholder adalah sebagai berikut:
1. Komponen yang perlu diprioritaskan adalah tempat parkir, lifeguard, tempat
memperbaiki papan surfing (ding pair), kondisi moda angkutan menuju
lokasi dan kelengkapan informasi melalui internet, travel agent, brosur
76
maupun tour information. Program perbaikan yang bisa dilakukan oleh para
stakeholder adalah segera menyediakan tempat parkir yang baik, aman,
nyaman dan teratur, menambah petugas lifeguard serta menyediakan
speedboat beserta peralatan keselamatannya, menambah fasilitas tempat ding
repair di kawasan Lakey-Hu’u, memperbaiki kondisi angkutan umum dan
mengundang para investor untuk mendirikan sebuah agen perjalanan (travel
agent) agar bisa menjual paket wisata menuju Lakey-Hu’u.
2. Atraksi wisata serta fasilitas yang tersedia di destinasi wisata Lakey-Hu’u
telah berhasil dikelola dengan baik oleh stakeholder, meskipun ada beberapa
fasilitas yang disediakan yang perlu mendapatkan prioritas penanganan utama
yang dianggap sangat penting dan harus dipertahankan dengan baik oleh
pemerintah daerah maupun pihak swasta yang mengelola destinasi wisata
Lakey-Hu’u, adapun fasilitasnya adalah kondisi pantai, kondisi pasir pantai,
perlombaan surfing, penginapan (hotel, bungalow, cottage, homestay),
restoran, bar, cafe. Program perbaikan yang bisa dilakukan adalah
melaksanakan kebersihan pantai dan pasir pantai setiap minggunya,
melakukan promosi yang lebih luas sehingga akan banyak peserta yang
mengikuti perlombaan surfing tersebut. Pengelolaan hotel, restoran, bar dan
cafe sebaiknya memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para karyawan
secara berkala serta tetap menjaga kondisi keamanan.
3. Dalam industri pariwisata khususnya untuk destinasi wisata Lakey-Hu’u,
meskipun komponen ini pengaruhnya kurang penting bagi wisatawan
(prioritas rendah), tetapi harus lebih ditingkatkan lagi karena menurut
77
wisatawan komponen ini sudah bagus dan cukup memuaskan. Adapun
fasilitas tersebut sebagai berikut: rumah makan, akses jalan menuju lokasi,
kemudahan mendapatkan alat transportasi, kemudahan untuk mendapatkan
informasi, sikap dan tingkah laku masyarakat, keterampilan berkomunikasi
dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata. Program yang bisa dilakukan
adalah menjaga kebersihan rumah makannya, apabila ada jalan yang rusak
untuk segera memperbaikinya, menyiapkan alat transportasi khusus
wisatawan di tempat-tempat yang strategis seperti terminal bus dan bandar
udara, menyediakan webside resmi dan mendirikan sebuah lembaga
kepariwisataan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan
tentang kepariwisataan terhadap masyarakat lokal, sehingga pengetahuan
mereka tentang pariwisata akan semakin bertambah.
78
BAB VI
DAMPAK DESTINASI WISATA LAKEY TERHADAP
MASYARAKAT DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU
Dunia pariwisata melibatkan berbagai komponen yakni pemerintah,
pengusaha (kecil menegah, besar), industri, pengrajin, seniman, budayawan,
masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Dalam realitasnya
pembangunan pariwisata tidak semata-mata menimbulkan dampak yang sifatnya
positif tetapi juga dapat menimbulkan dampak yang sifatnya negatif.
Pariwisata menimbulkan dampak yang sangat luas karena melibatkan
berbagai komponen masyarakat sehingga menimbulkan berbagai dampak dalam
berbagai bidang kehidupan. Bidang kehidupan yang terkena dampak aktivitas
pengembangan pariwisata adalah bidang ekonomi, di bidang IPTEK,
kependudukan dan lingkungan. Di samping itu, dampak yang timbul juga pada
bidang sosial, politik, budaya dan kesehatan. Dampak pariwisata memang bisa
bersifat positif maupun negatif, namun dampak positif jauh lebih besar, terutama
dalam bidang perekonomian dalam peningkatan kesejahteraan terutama bagi para
pelaku bisnis pariwisata dan usaha ikutannya. (Arjana, 2016).
Daya tarik wisata Lakey-Hu’u sebagai salah satu destinasi pariwisata yang
berada di Provinsi NTB tentu tidak luput dari perhatian banyak pihak terutama
bagi para investor maupun pedagang yang berniat untuk mengembangkan
usahanya di kawasan tersebut. Dengan adanya pengembangan destinasi wisata
Lakey-Hu’u memiliki dampak positif dan dampak negatif terhadap masyarakat.
78
79
A. Dampak Positif
Pengembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u memberikan dampak positif, di
bidang ekonomi, lingkungan dan kehidupan sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Dampak Terhadap Ekonomi
Pengembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u berdampak pada perekonomian
masyarakat setempat, pengelola, investor dan berbagai pihak yang bersangkutan.
Wisatawan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, masyarakat
pelaku bisnis memasok produknya untuk menangkap apa yang dibutuhkan oleh
wisatawan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu A (49 tahun), bahwa:
“Semenjak saya berjualan di tempat wisata Lakey ini, pendapatan saya
semakin bertambah dari pendapatan sebelumnya” (Wawancara, 23 September
2017).
Pendapat yang senada diungkapkan oleh bapak HY (45 tahun), bahwa:
“Dengan adanya destinasi wisata Lakey dapat membantu perekonomian
masyarakat dan membuka peluang bisnis bagi pengelola dan investor
lainnya” (Wawancara, 04 September 2017).
Jadi, sebelum berkembangnya destinasi wisata Lakey-Hu’u, ekonomi
masyarakat lebih sedikit dibandingkan sekarang. Misalnya sebelum destinasi
wisata Lakey berkembang pendapatan masyarakat ± Rp. 300.000 perhari, dan
sekarang meningkat menjadi ± Rp. 500.000 perhari, begitu pula dengan
pendapatan pengelola, investor dan berbagai pihak lainnya memiliki kesempatan
untuk menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh
wisatawan.
80
2. Dampak Terhadap Lingkungan
Prinsip dari tujuan orang-orang melakukan perjalanan wisata adalah
menikmati perjalanan, keindahan dan mendapatkan kesenangan dan kepuasaan.
Keadaan puas atau senang adalah perasaan sekaligus penilaian terhadap apa yang
dinikmati termasuk keadaan lingkungan yang dilalui atau yang dituju.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak HY (45 tahun), bahwa:
“dulu area sekitar destinasi wisata Lakey-Hu’u masih menjadi hutan
belantara, dan sekarang lingkungan destinasi wisata Lakey-Hu’u sudah ditata
dengan baik dan indah sehingga jalanan menuju destinasi Lakey-Hu’u sudah
di aspal dengan baik dan lingkungan sekitar area destinasi menjadi
lingkungan hijau dan didukung oleh berbagai fasilitas maupun akomodasi
yang disediakan dan didukung pula dengan pemandangan pantai yang sangat
indah” (Wawancara, 04 September 2017).
Dapat disimpulkan bahwa sebelum Lakey-Hu’u berkembang, kondisi jalan
menuju kawasan Lakey-Hu’u masih sangat buruk dan sulitnya menemukan alat
transportasi menuju destinasi dan pada saat itu destinasi wisata Lakey-Hu-u masih
terdapat sebagian hutan dan belum dikelola dengan baik. Dan saat ini, setelah
adanya pengembangan pariwisata Lakey-Hu’u akses menuju kawasan tersebut
telah bagus serta transportasi pun telah tersedia untuk menuju ke destinasi wisata
Lakey-Hu’u.
3. Dampak Terhadap Kehidupan Sosial
Destinasi wisata Lakey berdampak pada kehidupan sosial mayarakat yaitu
terjadinya interaksi dari berbagai pihak. Pengaruh wisatawan dalam interaksinya
dengan pelaku wisata dan masyarakat sangat kental karena setiap hari
bersinggungan dan mengamati perilaku wisatawan. Sikap ramah, menghormati
tamu besar dampaknya terhadap pengembangan wawasan dan membangkitkan
81
solidaritas kemanusiaan yang tinggi. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh
ibu F (35 tahun), bahwa:
“Dengan adanya tempat wisata Lakey, banyak masyarakat di Desa Hu’u
yang pintar bahasa inggris, padahal masyarakat tersebut tidak memiliki
pendidikan yang tinggi” (Wawancara, 14 Oktober 2017).
Bapak J (37 tahun), mengungkapkan bahwa:
“Destinasi wisata Lakey mendatangkan banyak manfaat, salah satunya
banyak masyarakat setempat pintar dalam hal berselancar, berbahasa inggris
dan terjalinnya interaksi yang baik antara masyarakat lokal dan wisatawan
mancanegara” (Wawancara, 28 September 2017).
Berdasarkan pendapat informan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya destinasi wisata Lakey-Hu’u banyak manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat setempat seperti terjalinnya interaksi antara pelaku wisata dan
masyarakat setempat sehingga mereka mendapatkan wawasan yang luas terutama
dalam berbahasa. Masyarakat setempat kebanyakan mahir dalam berbahasa
inggris, padahal mereka tidak menempuh jenjang pendidikan yang tinggi atau
melakukan kursus bahasa tertentu. Selain itu, masyarakat setempat juga memiliki
keahlian berselancar (surfing) dengan baik. Hal ini akibat timbulnya solidaritas
internasional antarmanusia, solidaritas kebangsaan yang semakin kental, karena
interaksi intensif antar individu mengakibatkan orang-orang saling mengenal
secara pribadi maupun komunitas.
B. Dampak Negatif
Dampak negatif yang disebabkan oleh pengembangan destinasi wisata Lakey-
Hu’u adalah sebagai berikut:
82
1. Dampak Terhadap Lingkungan
Ada beberapa hal yang tidak menguntungkan dari perkembangan destinasi
wisata Lakey-Hu’u yaitu berdampak pada lingkungan fisik. Jika mengabaikan
aspek pengelolaan tata ruang atau melanggar tata ruang. Pelanggaran atau
penyimpangan penggunaan akan merusak pelestarian lingkungan, abai terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan lingkungan akan kehilangan daya pesona
sebagai objek dan daya tarik wisata. Hal tersebut masih terdapat di destinasi
wisata Lakey-Hu’u sampai saat ini, padahal pemerintah Kabupaten Dompu sudah
mengeluarkan suatu Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan pengelolaan
pedagang di kawasan Lakey-Hu’u. Akan tetapi sampai saat ini, masih terdapat
para pedagang kaki lima yang menyalahgunakan aturan pemerintah daerah untuk
berdagang secara liar di destinasi wisata Lakey-Hu’u. Di sekitar area destinasi
banyak terdapat sampah-sampah non-organik (plastik) yang berserakan dimana-
mana, sehingga pemandangan sekitar area pantai menjadi tidak bagus dan
tercemar. Hal ini juga diakibat oleh kurangnya tata pengelolaan terhadap fasilitas
pendukung yang disediakn oleh para pengelola seperti persediaan tempah sampah
sehingga para pelaku wisata dan wisatawan tidak membuang sampah
sembarangan di sekitar destinasi wisata pantai. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh ibu N (24 tahun), bahwa:
“...masih ada terdapat sampah-sampah yang berserakan di mana-mana.
Seharusnya pihak pengurus atau pengelola lebih memperhatikan lingkungan
sekitar pantai seperti menambah tempat sampah agar kondisi pantai lebih
terlihat indah” (Wawancara, 28 September 2017).
Hal senada juga disampaikan oleh ibu NR (22), bahwa:
83
“...kondisi pantai masih terlihat kotor, parkiran juga tidak teratur
sehingga banyak pengunjung yang datang parkir di dalam area pantai”
(Wawancara, 04 September 2017).
2. Dampak Terhadap Kesehatan
Dari pengembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u menimbulkan dampak
buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat setempat, antara lain memberi akses
munculnya penyakit baru yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal yaitu
munculnya peredaran minuman keras yang mendapatkan akses yang lebih besar
untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Seperti diketahui, pergaulan wisatawan
terutama yang berasal dari luar negara Indonesia cenderung bebas dan budaya
minum-minuman yang beralkohol menjadi ciri kehidupannya. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh ibu A (49 tahun), bahwa:
“...banyak masyarakat setempat yang memiliki teman turis ikut
bergabung minum alkohol bersama temannya dan banyak juga wisatawan
yang datang menggunakan pantai Lakey-Hu’u sebagai tempat minum atau
mabuk-mabukan” (Wawancara, 23 September 2017).
Dapat disimpulkan bahwa terdapat masyarakat lokal maupun non-lokal yang
menyalahgunakan destinasi wisata Lakey-Hu’u sebagai tempat mabuk-mabukan
dan sebagainya, padahal seharusnya destinasi tersebut dijaga dan dilestarikan
sehingga wisatawan yang datang merasa aman dan nyaman selama berkunjung di
destinasi wisata Lakey-Hu’u.
84
BAB VII
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS
KOMPONEN DESTINASI SEBUAH PEMBAHASAN TEORETIS
Dunia pariwisata melibatkan berbagai komponen yakni pemerintah,
pengusaha (kecil, menegah, besar), industri pengrajin, seniman, budayawan,
masyarakat langsung maupun tidak langsung. Dalam realitasnya pembangunan
pariwisata tidak semata-mata menimbulkan dampak yang sifatnya positif tetapi
juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti halnya dalam interaksi antara
komponen-komponen wisata tidak selamanya berjalan harmonis, konflik dapat
timbul dari interaksi atau hubungan antara satu komponen wisata dengan
komponen pariwisata lainnya.
Marx menggunakan strategi perjuangan kelas yang antagonistik antara
proletar dengan borjuis, yang menjadikan konflik sebagai strategi perjuangan,
yang mengkonflikkan secara sistematik. Tidak multifaset seperti yang
diungkapkan oleh Dahrendrof, bahwa:
“konflik itu bersifat multifaset yang artinya bahwa konflik dapat terjadi
antar pribadi, antar kelompok, dan dapat berfungsi positif atau negatif”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya konflik berdampak negatif
tetapi juga memiliki dampak positif bagi masyarakat maupun berbagai pihak
lainnya. Seperti halnya di destinasi wisata Lakey-Hu’u dengan adanya
perkembangan berbagai komponen memberikan dampak positif yaitu
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan memberikan
peluang/kesempatan kerja kepada masyarakat setempat untuk bergabung atau
84
85
bekerja di destinasi wisata Lakey-Hu’u seperti menjadi penjaga pantai (lifeguard),
pelayan, pelatih berselancar (instruktur surfing), tukang masak (chef) dan berbagai
pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh para investor untuk mengembangkan
usaha yang mereka bangun seperti hotel, rumah makan (restaurant, cafe),
bungalows dan sebagainya.
Disamping itu, perkembangan destinasi wisata juga memberikan dampak
negatif yaitu tersingkirnya para pedagang setempat yang pertama kali menempati
tempat mereka berdagang dengan munculnya para investor yang ingin
membangun berbagai fasilitas lainnya dan didukung oleh peraturan daerah (perda)
bahwa pedagang dilarang menjual secara liar di sekitar area destinasi wisata
Lakey-Hu’u sehingga disitulah munculnya sebuah konflik antar pribadi maupun
kelompok seperti konflik antar pedagang lokal dengan para investor asing/dari
luar desa Hu’u. Akan tetapi konflik yang terjadi dapat terselesaikan dengan damai
dengan pemerintah daerah memberikan kebijakan kepada pedagang lokal agar
menyewa atau membeli tanah di area tertentu sesuai kebijakan pemda agar
pemandangan di destinasi wisata Lakey-Hu’u tidak dihalangi oleh bangunan-
bangunan liar.
Selain teori konflik, penulis juga menggunakan teori habitus yang
dikemukakan oleh Pierre Felix Bourdieu. Dalam inti karya dan inti upayanya
untuk menjembatani subjektivisme dan objektivisme, terletak pada konsepnya
tentang habitus dan lingkungan dan hubungan dialektika antara keduanya.
Sementara habitus ada di dalam pikiran aktor, lingkungan ada di luar pikiran
mereka. Konsep habitus (kebiasaan) adalah “struktur mental atau kognitif”. Dalam
86
mengamati dunia sosial kita seringkali melakukan perkiraan, dugaan, melakukan
perbandingan, berusaha mengingat kembali dan sebagainya. Seperti halnya dalam
melakukan kegiatan wisata pertama kali di destinasi wisata Lakey-Hu’u, seorang
wisatawan akan melakukan pengamatan awal terhadap lingkungan untuk
mengetahui bagaimana kebiasaan masyarakat setempat maupun kebiasaan para
petugas pelayanan di destinasi wisata Lakey dan wisatawan dapat menyesuaikan
kabiasaannya dengan lingkungan baru yang dikunjungi sehingga muncullah
interaksi antar pelaku wisata dengan wisatawan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilapangan bahwa pengaruh
wisatawan dalam interaksinya dengan pelaku wisata dan masyarakat sangat kental
karena setiap hari bersinggungan dan mengamati perilaku wisatawan. Sikap
ramah, dan menghormati tamu besar dampaknya terhadap pengembangan
wawasan masyarakat seperti di destinasi wisata Lakey-Hu’u banyak masyarakat
setempat/pedagang yang lumayan mahir dalam berbahasa inggris dan
membangkitkan solidaritas kemanusiaan yang tinggi sehingga mengakibatkan
orang-orang saling mengenal secara pribadi maupun komunitas.
87
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan serta ditunjang oleh
tinjauan pustaka, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey-
Hu’u masih cukup rendah, karena kualitas komponen tersebut belum
memuaskan wisatawan. Komponen-komponen yang belum memuaskan
menurut ekspektasi wisatawan antara lain adalah penjaga pantai (lifeguard)
tempat parkir, tempat sampah, baruga dan tempat saintai dan kelengkapan
informasi melalui internet, travel agent, brosur dan tour informasi.
2. Ada dua dampak destinasi wisata Lakey-Hu’u terhadap masyarakat, yaitu
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu berdampak terhadap
ekonomi yaitu dengan adanya perkembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u
pendapatan/perekonomian masyarakat, pengelola dan berbagai pihak investor
lainnya meningkat. Dampak terhadap lingkungan yaitu di destinasi wisata
Lakey-Hu’u sudah menjadi lingkungan hijau yang sudah kelola dengan baik,
dan akses menuju kawasan tersebut telah bagus serta transportasi pun telah
tersedia untuk menuju ke destinasi wisata Lakey-Hu’u. Selain itu, berdampak
terhadap kehidupan sosial yaitu terjalinnya interaksi antara pelaku wisata dan
masyarakat setempat sehingga mereka mendapatkan wawasan yang luas
terutama dalam berbahasa. Masyarakat setempat kebanyakan mahir dalam
87
88
berbahasa inggris, padahal mereka tidak menempuh jenjang pendidikan yang
tinggi atau melakukan kursus bahasa tertentu. Selain itu, masyarakat setempat
juga memiliki keahlian berselancar (surfing) dengan baik. Sedangkan dampak
negatifnya adalah berdampak terhadap lingkungan yaitu sekitar area destinasi
masih banyak terdapat sampah-sampah non-organik (plastik) yang berserakan
dimana-mana, sehingga pemandangan sekitar area pantai menjadi tidak bagus
dan tercemar. Hal ini juga diakibat oleh kurangnya tata pengelolaan terhadap
fasilitas pendukung yang disediakn oleh para pengelola seperti persediaan
tempah sampah sehingga para pelaku wisata dan wisatawan membuang
sampah sembarangan di sekitar destinasi wisata pantai. Dan dampak terhadap
kesehatan yaitu terdapat masyarakat lokal maupun non-lokal yang
menyalahgunakan destinasi wisata Lakey-Hu’u sebagai tempat mabuk-
mabukan dan sebagainya, padahal seharusnya destinasi tersebut dijaga dan
dilestarikan sehingga wisatawan yang datang merasa aman dan nyaman
selama berkunjung di destinasi wisata Lakey-Hu’u.
89
B. Saran
Adapun saran-saran yang disajikan dalam skripsi ini dimaksudkan sebagai
sumbangan pemikiran yang nantinya dapat menjadi input atau bahan
pertimbangan bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun saran-saran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah perlu mengembangkan lagi sarana dan prasarana yang ada
di destinasi wisata lakey, terutama lifeguard, tempat sampah, tempat parkir
dan kelengkapan informasi melalui internet agar lebih mempermudah para
wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata Lakey tersebut.
2. Bagi para pedagang yang berada di destinasi wisata Lakey, diharapkan agar
menjaga kebersihan lingkungan pantai sehingga lingkungan tidak tercemar
dan tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah
setempat.
3. Bagi para wisatawan agar lebih memelihara kebersihan lingkungan sekitar
pantai dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan di destinasi
wisata dengan baik.
4. Bagi pengelola, diharapkan agar lebih memperhatikan kenyamanan para
wisatawan dalam berbagai hal misalnya transportasi pendukung, kenyamanan
hotel, restoran dan mengadakan pembangunan toko-toko souvenir karena
berdasarkan hasil penelitian toko souvenir masih sangat kurang.
90
DAFTAR PUSTAKA
Arjana, I Gusti Bagus. 2016. Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta:
Rajawali Pers.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu. 2016. Dompu Dalam Angka 2015.
Bagyono. 2012. Pariwisata dan Perhotelan. Bandung: Alfabeta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan
Kabupaten Dompu. 2015.
Ibrahim. 2015. “Pengembangan Destinasi Pariwisata Lakey-Hu’u Berbasis
Pengembangan Berkelanjutan di Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara
Barat”. Tesis S2 Kajian Pariwisata. Denpasar: Universitas Udayana.
Inskep, Edward. 1991. Tourism Planing: An Integrated and Sustainable
Approach. Van Nostrand Reinhold. New York, Inc.
Kusherdyana. 2011. Pemahaman Lintas Budaya Dalam Konteks Pariwisata Dan
Hospitaliti. Bandung: Alfabeta
Kinloch, Graham C. 2009. Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi.
Bandung: Pustaka Setia.
Kusmayadi, Ervina. 1999. “Pengembangan Pariwisata Obyek Wisata Pantai
Sigandu Kabupaten Batang”. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kusherdyana, Samsudin Sulaiman. 2013. Pengantar Statistika Pariwisata.
Bandung: Alfabeta.
Kurniansah, Rizal. 2015. “Konsep Persepsi, Ekspektasi dan Destinasi
Pariwisata”. Akademi Pariwisata. Bali: Universitas Udayana.
Lanoho, Sunarti. 2016. “Pantai Losari sebagai Objek Wisata Makassar”. Skripsi
S1 Kajian Pariwisata. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Madiun, I Nyoman. 2008. “Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan
Kawasan Pariwisata Nusa Dua (Perspektif Kajian Budaya)” Disertasi:
Denpasar.
91
Merliastri. 2016. “Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat terhadap Obyek Wisata
Maros Water Park Pattunuang Asue di Kabupaten Maros”. S1 Kajian
Pariwisata. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Oka A. Yoeti. 2010. Dasar-dasar Pengertian Hospitaliti dan Pariwisata. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Pitana, I Gede. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Riswandi. 2015. “Dampak Sosial Wisata Pantai Galesong Kabupaten Takalar”.
Skripsi S1 Kajian Pariwisata. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-
ilmu Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suardi, dkk. 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa.
Tahwin, Muhammad. 2003. “Pengembangan Obyek Wisata sebagai sebuah
Industri Studi Kasus Kabupaten Rembang”. Jurnal Gemawisata, Vol. 1, No.
3/November 2003. Hlm. 236-249.
Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Utama, I Gusti Bagus Rai. 2012. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Dhuhuriyah. 2014. Teori Expectancy Feeling Harapan dalam Perspektif Psikologi
Islam. Www.academia.edu/8844204/Teori-Expectancy-Feeling-Harapan-
Dalam-Perspektif-Psikologi-Islam. Online. Di akses pada tanggal 21 Mei
2017.
Sandarani, Diah. 2015. Kitesurfing Olahraga Air yang Menggunakan Kekuatan
Hembusan Angin. http://extremeina.com/blog/kitesurfing-olahraga-air-yang-
menggunakan-kekuatan-hembusan-angin/. Di Akses 20 Oktober 2017.
92
Lampiran 1: Instrumen Penelitian
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEDAGANG
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN
DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU
I. Identitas Pewawancara
Nama : Mihra Angrianingsih
NIM : 10538261013
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Ekspektasi Wisatawan terhadap
Kualitas Komponen Destinasi Wisata
Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu
II. Identitas Informan
A. Karakteristik Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
B. Karakteristik Sosial Ekonomi
Status Perkawinan :
Tingkat Pendidikan :
Pekerjaan :
93
III. Tanggapan dan partisispasi masyarakat setempat terhadap destinasi
wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu
1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bekerja di destinasi wisata Lakey di Desa
Hu’u Kabupaten Dompu?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika Ya, jenis apa yang anda kerjakan? (Sebutkan)
3. Darimanakah modal/dana infrastruktur di lokasi destinasi wisata Lakey
tempat Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bekerja?
a. Sendiri c. Swasta
b. Kas desa d. Pemerintah daerah
4. Apakah dengan adanya destinasi wisata Lakey Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang kepariwisataan?
(misalnya penyuluhan tata mengelola kawasan objek wisata, penyuluhan
tentang menjaga kebersihan objek wisata, dll)
5. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana kondisi jalan untuk mencapai
destinasi wisata Lakey?
a. Kurang baik
b. Cukup baik
c. Baik
d. Baik sekali
6. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana solusi dengan adanya jalan yang
rusak atau sempit untuk menuju destinasi wisata Lakey?
94
7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri manfaat apa yang diperoleh bila ada
perbaikan jalan untuk pengembangan pariwisata dimasa yang akan
datang? (sebutkan)
8. Menurt Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana prasarana dan sarana yang ada di
destinasi wisata Lakey?
a. Kurang baik
b. Cukup baik
c. Baik
d. Baik sekali
9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasarana dan sarana apa saja yang masih
kurang dan fasilitas pendukung lainnya yang perlu di tambah di destinasi
wisata Lakey? (sebutkan)
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana tentang fasilitas-fasilitas yang
rusak di destinasi wisata Lakey?
a. Diperbaiki
b. Diganti
Alasan:
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasarana dan sarana apa saja yang sesuai
untuk destinasi wisata Lakey dimasa yang akan datang? (sebutkan)
12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, mengetahui perkembangan dalam
pengelolaan destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u?
a. Tidak tahu
b. Kurang
95
c. Ada, tapi kurang berkembang
d. Berkembang
13. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimanakah kondisi keamanan destinasi
wisata Lakey ini?
a. Tidak aman
b. Kurang aman
c. Aman
d. Sangat aman
14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dengan adanya destinasi wisata Lakey ini
apakah mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk setempat?
a. Ada
b. Tidak ada
15. Kalau ada, manfaat apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dapat dari adanya
destinasi wisata Lakey? (sebutkan)
16. Dengan adanya destinasi wisata Lakey, apa pengaruh terhadap
lingkungan sekitar?
17. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana hubungan atau kerjasama
penduduk setempat dengan pengelola destinasi wisata Lakey dalam
mengelola destinasi wisata Lakey?
a. Tidak ada kerjasama
b. Kurang kerjasama
c. Saling bekerjasama
96
18. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagi pengembangan destinasi
wisata Lakey untuk masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
19. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mendukung pengembangan destinasi wisata
Lakey?
a. Ya
b. Tidak
20. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri lakukan untuk ikut dalam mengembangkan
destinasi wisata Lakey?
97
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WISATAWAN
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN
DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU
IV. Identitas Pewawancara
Nama : Mihra Angrianingsih
NIM : 10538261013
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Ekspektasi Wisatawan terhadap
Kualitas Komponen Destinasi Wisata
Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu
V. Identitas Informan
C. Karakteristik Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
D. Karakteristik Sosial Ekonomi
Status Perkawinan :
Tingkat Pendidikan :
Pekerjaan :
98
III. Profil Sosio Psikografis Wisatawan
1. Untuk mencapai destinasi wisata Lakey ini, alat transportasi apa yang
anda gunakan?
a. Kendaraan pribadi
b. Angkutan umum
c. Bus wisata
d. Kendaraan travel wisata
2. Dengan siapa anda berkunjung di destinasi wisata Lakey ini?
a. Sendiri
b. Kelompok
c. Keluarga
d. Teman
3. Sudah berapa kali anda mengunjungi destinasi wisata Lakey ini dalam
setahun?
a. Satu kali
b. 2-3 kali
c. Lebih dari 3 kali
4. Berapa lama anda menghabiskan waktu dalam berkunjung ke destinasi
wisata Lakey? ................... (menit, jam, hari)
5. Dari mana anda memperoleh informasi mengenai destinasi wisata Lakey
ini?
a. Teman
b. Saudara
99
c. Surat kabar, radio, televisi
d. Lainnya, sebutkan ............................
6. Kegiatan wisata apakah yang dilakukan yang anda senangi selama berada
di destinasi wisata Lakey?
a. Menikmati pemandangan alam
b. Menikmati kuliner
c. Penelitian
d. Lainnya, ..........................................
7. Menurut anda jenis kegiatan apa yang menarik di destinasi wisata Lakey
ini?
a. Menikmati indahnya suasana pantai
b. Outbound
c. Adanya atraksi berselancar
d. Adanya atraksi budaya
8. Menurut anda bagaimana kondisi kebersihan destinasi wisata Lakey ini?
a. Sangat kotor
b. Kotor
c. Cukup bersih
d. Sangat bersih
9. Bagaimana kepuasaan Bapak/Ibi/Sdr/Sdri terhadap pelayanan petugas
destinasi wisata Lakey?
a. Tidak memuaskan
b. Kurang memuaskan
100
c. Memuaskan
d. Sangat memuaskan
10. Apakah anda merasa puas dalam melakukan kegiatan wisata di destinasi
wisata Lakey?
a. Tidak memuaskan
b. Kurang memuaskan
c. Memuaskan
d. Sangat memuaskan
11. Menurut anda bagaimana kelengkapan saran wisata di destinasi wisata
Lakey yang berupa penginapan, pusat informasi dan komunikasi,
restoran/rumah makan dan sarana lainnya?
a. Kurang lengkap
b. Cukup lengkap
c. Lengkap
12. Menurut anda bagaimana kondisi jalan yang ada di destinasi wisata
Lakey?
a. Kurang baik
b. Cukup baik
c. Baik
13. Menurut anda, kekurangan apa saja pada kondisi jalan menuju destinasi
wisata Lakey? (sebutkan)
14. Bagaimana saran anda, untuk kondisi jalan yang menuju destinasi wisata
Lakey di masa yang akan datang? (sebutkan)
101
15. Menurut anda, bagaimana kondisi toilet umum yang terdapat di destinasi
wisata Lakey?
a. Kurang baik
b. Cukup baik
c. Baik
16. Menurut anda, bagaimana kondisi tempat parkir yang terdapat di destinasi
wisata Lakey?
a. Kurang baik
b. Cukup baik
c. Baik
17. Menurut anda, bagaimana jumlah ketersediaan tempat pembuangan
sampah yang terdapat di destinasi wisata Lakey?
a. Kurang baik
b. Cukup baik
c. Baik
18. Menurut anda, bagaimana tentang fasilitas-fasilitas yang rusak di destinasi
wisata Lakey?
a. Diperbaiki
b. Diganti
19. Menurut anda, prasarana dan saran apa saja yang perlu ditambah untuk
destinasi wisata Lakey di masa yang akan datang?
20. Apakah anda ingin berkunjung kembali ke destinasi wisata Lakey?
a. Ya
102
b. Tidak
c. Tidak tau
21. Bila Ya, apakah alasan anda untuk berkunjung kembali ke destinasi
wisata Lakey?
IV. Saran Terhadap Pengembangan
Bagaimana sara-saran anda, bagi pengembangan destinasi wisata Lakey ini
untuk masa yang akan datang agar lebih menarik dan diminati?
103
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGELOLA
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN
DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU
VI. Identitas Pewawancara
Nama : Mihra Angrianingsih
NIM : 10538261013
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Ekspektasi Wisatawan terhadap
Kualitas Komponen Destinasi Wisata
Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu
VII. Identitas Informan
E. Karakteristik Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
F. Karakteristik Sosial Ekonomi
Status Perkawinan :
Tingkat Pendidikan :
Pekerjaan :
104
III. Tanggapan Terhadap Faktor Pendukung dan Penghambat
Pengembangan Destinasi Wisata Lakey
1. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimanakah perkembangan pengelolaan
destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u?
a. Tidak tau
b. Kurang berkembang
c. Cukup berkembang
d. Berkembang dengan baik
2. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimanakah kondisi keamanan destinasi
wisata Lakey ini?
a. Tidak aman
b. Kurang aman
c. Sangat aman
3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dengan adanya destinasi wisata Lakey ini
apakah mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk setempat?
a. Ada
b. Tidak ada
4. Kalau ada, manfaat apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dapatkan dari adanya
destinasi wisata Lakey? (sebutkan)
5. Dengan adanya destinasi wisata Lakey, apa pengaruh terhadap
lingkungan sekitar?
105
6. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana hubungan atau kerjasama
penduduk setempat dengan pengelola destinasi wisata dalam mengelola
destinasi wisata Lakey?
a. Tidak ada kerjasama
b. Kurang kerjasama
c. Saling bekerjasama
7. Bagaimana sara-saran Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagi pengembangan destinasi
wisata Lakey untuk masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?
8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, apa yang menjadi kendala dalam
pengembangan destinasi wisata Lakey ini?
9. Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
pengembangan destinasi wisata Lakey?
10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana prasarana dan sarana yang ada
dan apa saja yang masih kurang di destinasi wisata Lakey ini?
11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, prasarana dan sarana apa saja yang dapat
mendukung destinasi wisata Lakey ini?
12. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, upaya-upaya apa yang dapat dilakukan agar
destinasi wisata Lakey dapat berkembang lebih optimal?
106
Lampiran 2: Biodata Informan
Identitas Informan
No. Responden: 1
Nama : H. Yusuf, S.Sos
Usia : 45
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (kepala suku/adat desa Hu’u)
No. Responden: 2
Nama : Johan, S.Sos
Usia : 37
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS (sekretaris desa)
No. Responden: 3
Nama : Salmanfaris, S.Pd
Usia : 25
107
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta (kaur perencanaan)
No. Responden: 4
Nama : Laila
Usia : 33
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
No. Responden: 5
Nama : Fitrianti
Usia : 35
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Flores Lembata, NTT
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
108
No. Responden: 6
Nama : Aminah
Usia : 49
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
No. Responden: 7
Nama : Nur Rahma
Usia : 22
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kelurahan Monta Baru
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
No. Responden: 8
Nama : Sri Emilyanti, Amd. Keb.
Usia : 25
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Rasabou
Status Perkawinan : Belum Menikah
109
Tingkat Pendidikan : D3 Kebidanan
Pekerjaan : Bidan
No. Responden: 9
Nama : Nirwana, S.E
Usia : 24
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wirausaha
No. Responden: 10
Nama : Andri
Usia : 24
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Hu’u
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Instruktur Surfing
No. Responden: 11
Nama : Vicky Pretorius
Usia : 28
110
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Toronto
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No. Responden: 12
Nama : Johan Preterius
Usia : 30
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Toronto
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Photografer
No. Responden: 13
Nama : Peter Hill
Usia : 22
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sydney, Australia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
111
Lampiran: 3
Wawancara dengan Pengelola Destinasi Wisata Lakey-Hu’u
(Wawancara dengan Sekretaris Desa Hu’u, 04 September 2017)
(Wawancara dengan kepala suku/adat Desa Hu’u, 04 September 2017)
112
Wawancara dengan Pedagang di Destinasi Wisata Lakey-Hu’u
(Wawancara dengan pedagang di destinasi wisata Lakey)
(Wawancara dengan pedagang di destinasi wisata Lakey)
113
(Wawancara dengan pedagang di destinasi wisata Lakey)
(The Garden Bar)
114
Wawancara dengan Wisatawan Destinasi Lakey-Hu’u
(Wawancara dengan wisatawan lokal)
(Wawancara dengan wisatawan mancanegara)
115
(Wawancara dengan wisatawan lokal)
(Wawancara dengan wisatawan mancanegara)
116
(Wawancara dengan wisatawan lokal)
(wawancara dengan wisatawan sekaligus instruktur surfing)
117
(Penginapan Monalisa Cottage)
(Hotel Amangati)
118
(Fasilitas di destinasi Lakey-Hu’u)
119
(Pemandangan destinasi wisata Lakey-Hu’u)
120
RIWAYAT HIDUP
Mihra Angrianingsih, lahir di Kota Dompu, pada tanggal 31
Desember 1995. Anak pertama dari tiga bersaudara yakni
Muhammad Irmansyah dan Nur Devita Komalasari yang
merupakan buah kasih sayang dari pasangan Rusdin M.
Amen dan Raodah Tulzannah. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di MI (Madrasah Ibtidaiyah)
Attaqwa Wawonduru, dan lulus pada tahun 2007. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Woja Dompu, lulus
pada tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Woja Dompu dan tamat di tahun 2013 dan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Sosiologi
dan berhasil lulus di Program Strata 1 (S1) Kependidikan, dan menyelesaikan
gelar studi pada tahun 2018 dengan gelar Sarjana Pendidikan.