ekoter barium
DESCRIPTION
Tugas mata kuliahTRANSCRIPT
PENGELOLAAN PENCEMARAN BARIUM DI PERAIRAN LAUT
Makalah ini Diajukan Sebagai Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Ekologi Terapan
TIRZA CAROL GRACIA TOMPODUNG
P052137564
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2014
PENGELOLAAN PENCEMARAN BARIUM di PERAIRAN LAUT
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sebagai Negara kepulauan dengan wilayah laut teritorial seluas 3,1 juta km²
dan 2,7 juta km² wilayah zona Ekonomi Eksklusif serta dengan garis pantai sepanjang
81.000 km, Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan yang besar dalam
mengembangkan dan mengelola potensi sumber daya laut yang dimiliki. Wilayah laut
Indonesia memiliki kekayaan alam yang kaya serta menyediakan jasa-jasa lingkungan
yang beragam, seperti minyak dan gas, mineral, perikanan, ekosistem terumbu karang
dan mangrove, maupun pariwisata. Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi
dengan lingkungan daratan, dimana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke
laut. Selain itu air laut juga menjadi tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang
jatuh dari atmosfir. Limbah yang mengandung polutan tersebut kemudian masuk ke
dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, dan sebagian lain
akan tenggelam ke dalam dasar laut yang kemudian terkonsentrasi ke sedimen, dan ada
juga sebagian yang masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut.
Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai
pencemaran yang terjadi di perairan laut. Contohnya seperti di Teluk Jakarta terjadi
pencemaran yang sangat merugikan bagi organisme laut serta manusia. Secara kimiawi,
pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut adalah sangat parah. Indikasinya yaitu
populasi kerang hijau yang berkembang sangat pesat, padahal hewan ini merupakan
indikator pencemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga, timbal, termasuk barium
yang telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat berbahaya, karena logam
berat diserap oleh manusia atau hewan yang memakannya, yang kemudian akan terjadi
akumulasi.
Barium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang
Ba dan nomor atom 56. Contoh kristal yang dihasilkan Barium antara lain adalah Barium
Sulfat (BaSo4) dan Contoh basa yang mengandung Barium antara lain Barium hidroksida
(Ba(OH)2). Senyawa barium dapat diproduksi oleh industri, yaitu seperti industri minyak
dan gas untuk membuat lumpur pengeboran. Barium masuk ke dalam udara selama
proses pertambangan, pemurnian, produksi senyawa barium, dan dari pembakaran batu
bara serta minyak. Selain itu Barium juga dapat digunakan untuk membuat cat, batu
bata, ubin, kaca, dan karet yang semuanya dibuat dari Barium Sulfat. Dalam melakukan
tes medis dan pengambilan foto sinar-X para Dokter juga menggunakan Barium.
Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau di
sungai. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Barium).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk
mengupas mengenai pencemaran air dan bagaimana pengendaliannya. Secara khusus
akan dibahas mengenai Barium sebagai sumber pencemaran, apa dampak negatifnya,
dan bagaimana penanggulangan pencemaran yang disebabkan oleh Barium. Harapannya
dengan adanya makalah ini maka akan timbul kesadaran dari kita semua, sehingga pada
akhirnya pencemaran tersebut dapat dikurangi.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah selain untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Barium sebagai sumber pencemar, dan bagaimana usaha pengendaliannya,
juga untuk melengkapi tugas Take Home Exam dari mata kuliah Ekologi Terapan.
Kiranya penulisan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai
Barium, pencemaran yang ditimbulkan, dampak dan penanggulangannya, terutama bagi
kia semua yang mencintai laut dan segala keindahan di dalamnya.
II. PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Pencemaran Perairan Laut
Menurut PP Tahun 1990 Nomor 20 Pasal (1) dan (2), Pencemaran Air adalah
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Berdasarkan pengertian pencemaran di atas, penyebab terjadinya
pencemaran dapat berupa masuknya mahluk, zat, energi atau komponen lain ke dalam
air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut diistilahkan sebagai
unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat
rutin misalnya seperti limbah buangan cair pada industri. Aspek penyebabnya dapat
yang disebabkan oleh alam atau oleh manusia. Pencemaran yang disebabkan oleh alam
tidak dapat berimplikasi dengan hukum, tetapi Pemerintah tetap harus bisa melakukan
usaha untuk menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibatnya dapat
dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai pada tingkat tertentu.
Adapun indikator bahwa suatu air/perairan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan yaitu sebagai berikut:
(1) Pencemaran secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan/kekeruhan air, perubahan suhu, warna dan adanya warna, bau dan rasa.
(2) Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia terlarut dan perubahan pH
(3) Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada di dalam suatu perairan, terutama pada ada atau tidak
adanya bakteri pathogen.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya yang
berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang
sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini,
racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk kedalam rantai makanan, semakin panjang
rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang
tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan
oksigen menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar sumber pencemaran
laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.
II.2 Mengenal Barium dan Dampak Negatif yang Ditimbulkan
Barium adalah logam berwarna keperak-
perakan yang ditemukan di alam. Hal ini terjadi
dikombinasikan dengan zat kimia lain seperti belerang
atau karbon dan oksigen. Kombinasi ini disebut senyawa.
Senyawa barium juga dapat di produksi oleh industri.
Senyawa barium digunakan oleh industri minyak dan gas untuk membuat
lumpur pengeboran. Lumpur pengeboran tersebut juga digunakan untuk membuat cat,
batu, bata, ubin, kaca dan karet. Selain itu, senyawa barium (barium sulfat) oleh dokter
kadang-kadang digunakan untuk melakukan tes medis/kesehatan dan untuk mengambil
x-ray perut (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Barium).
Ketika memasuki lingkungan, barium masuk ke udara pada saat
pertambangan dan penyulingan, dan memproduksi senyawa barium dari pembakaran
batu bara dan minyak. Beberapa senyawa barium larut dalam air dan dapat ditemukan
di danau-danau dan di sungai-sungai. Barium ditemukan sebagian besar di tanah dan
pada makanan pada tingkat rendah. Ikan dan organisme air juga bisa menumpuk
barium. Dampak yang ditimbulkan senyawa barium tergantung pada kelarutan senyawa
tersebut. Senyawa barium yang tidak larut dengan baik dalam air pada umumnya tidak
berbahaya dan sering digunakan oleh para doker untuk tujuan medis/kesehatan.
Senyawa barium yang larut dalam air dapat menyebabkan efek yang cukup berbahaya
bagi kesehatan manusia (http://nanosmartfilter.com/tag/barium-mudah-larut-dalam-
air/).
Seperti sifat logam lainnya, barium juga bersifat bersifat tahan urai, sifat
tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi dalam perairan.
Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara
langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara langsung
ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan
secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal dari perairan
tersebut, contohnya seperti ikan. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat
terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.
Logam Barium (Ba) dalam konsentrasi yang besar menyebabkan kelumpuhan
dan kematian. Sedangkan dalam konsentrasi kecil meyebabkan kesulitan bernapas,
tekanan darah meningkat, perubahan irama atau detak jantung, iritasi lambung,
kelemahan otot, pembengkakan hati dan ginjal, gangguan syaraf dan kerusakan jantung.
Sedangkan di perairan barium sangat mudah larut di air, sehingga mudah menyebar di
perairan (Mukono, 2002; Pada Jurnal milik Ahmad Yuzelma). Hal ini mungkin karena
kemampuannya untuk memblokir ion kalium yang sangat penting untuk fungsi yang
tepat dari sistem saraf. Dalam bentuk serbuk, Barium mudah terbakar pada temperatur
ruang.
Barium senyawa, jarang ditemui oleh kebanyakan orang. Semua senyawa
barium dianggap sangat beracun meskipun bukti awal muncul untuk menunjukkan
bahaya terbatas. Garam barium dapat merusak hati. Menghirup debu yang mengandung
senyawa barium juga dapat terakumulasi dalam paru-paru sehingga menyebabkan
kondisi yang disebut baritosis. Debu logam menyajikan bahaya kebakaran dan ledakan,
dan barium bubuk dapat menyala secara spontan di udara (Cai Wardana, 2012).
Logam barium harus disimpan harus disimpan di bawah cairan berbasis
petroleum (seperti minyak tanah) atau lain yang sesuai oksigen bebas-cairan yang
mengeluarkan udara. Namun sampai saat ini masih belum diketahui efek jika tertelan
barium pada tingkat rendah dalam jangka panjang. Namun dapat diprediksikan bahwa
kemungkinan besar bahwa barium tersebut dapat menyebabkan kanker
(http://mataairbali.com/at_bariumchemRI.php).
II.3 Pengendalian Pencemaran Barium di Perairan Laut
Upaya pencegahan maupun penanggulangan pencemaran laut telah diatur oleh
Pemerintah melalui PP No. 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut. Secara keseluruhan, terdapat dua strategi dasar pencegahan
pencemaran lingkungan laut yang berasal dari daratan (land-based) maupun dari lautan
(sea-based), yaitu:
(1) Analisis dampak lingkungan (environmental impact assesment), yang pada dasarnya
merupakan proses dan prosedur untuk memprediksi dampak ekologis dan sosial dari
suatu proyek pembangunan sehingga selanjutnya keputusan tentang alternatif
proyek dan lokasi serta pilihan desain proyek dapat dibuat.
(2) Kajian bahan kimia berbahaya (chemical hazard assesment), yang pada dasarnya
merupakan pendekatan yang digunakan dalam studi manufaktur dan pengembangan
bahan kimia beracun dan berbahaya, seperti pestisida dan bahan kimia industri.
Penanggulangan Pencemaran Laut
Dari uraian sebelumnya diatas, dapat dilihat bahwa dampak yang ditimbulkan
oleh logam berat, dalam topik ini yaitu Barium, adalah cukup mengkhawatirkan karena
selain mengancam rusaknya biota laut dapat juga mengakibatkan dampak buruk bagi
kesehatan manusia. Untuk itu diperlukan beberapa upaya untuk mengatasi pencemaran
yang terjadi pada perairan laut, antara lain dengan menetapkan standar kualitas
lingkungan laut yang disusun berdasarkan batasan kualitas air, biota dan sedimen yang
harus dijaga untuk suatu tingkat pemanfaatan tertentu. Atau cara lainnya yaitu dengan
menentukan standar emisi (effluent) pada suatu jenis kegiatan sebagai sumber
pencemaran umumnya didasarkan pada kemampuan atau ketersediaan teknologi yang
dapat digunakan untuk mengurangi emisi atau effluent kontaminan dari kegiatan
tersebut. Selain itu, metoda pendekatan dalam pengelolaan limbah industri dapat
bervariasi dari satu jenis limbah dengan jenis limbah lainnya, yaitu limbah padat, limbah
cair, limbah industrri, dan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Dalam pengelolaan limbah industri, beberapa teknologi dan metoda
penanganan limbah cair industri dapat diterapkan baik secara biologis, kimiawi maupuk
fisik tergantung pada jenis limbah yang ada. Kemampuan dan ketersediaan teknologi
yang ada dalam penanganan limbah cair industri, merupakan dasar dalam penentuan
standar baku mutu limbah cair industri yang telah ditetapkan dalam KepmenLH No. 51
Tahun 2004.
Dalam konteks pencegahan, teknologi diarahkan untuk usaha mitigasi
pencemaran laut, pemilihan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan dalam proses
industri, perencanaan manajemen lingkungan, pengembangan baku mutu lingkungan,
penataan kelembagaan pengelolaan lingkungan laut, dan pemberlakuan peratura
perundangan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Pengendalian pencemaran laut sebaiknya diarahkan untuk memastikan
adanya usaha pengendalian limbah-limbah yang dihasilkan oleh proses produksi pada
industri dan kegiatan domestik, sebelum akhirnya sisa kegiatan atau limbah tersebut
dibuang ke lingkungan laut secara aman.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran
akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan
didapat laut yang bersih, sehat, dan nyaman.
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya pertikel kimia,
limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Pencemarann
lingkungan laut di Indonesia masih tinggi, dikarenakan wilayah Indonesia memiliki laut
yang sangat luas dan garis pantai yang sangat panjang, ditandai dengan terjadinya
eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. Pencegahan
pencemaran dari diri sendiri dan kesadaran diri sendiri untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan laut di Indonesia.
Barium adalah termasuk logam berat yang ternyata bisa mengakibatkan
dampak yang cukup buruk bagi kesehatan manusia, apalagi jika senyawa barium telah
terakumulasi dalam jumlah yang cukup banyak.
III.2 Saran
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa pencemaran laut
mempunyai dampak buruk yang mengancam kehidupan biota laut, yang kemudian akan
berdampak pada kesehatan manusia sendiri, akibat banyaknya racun yang telah
terakumulasi pada biota laut tersebut.
Untuk itu, diharapkan kita sebagai penduduk Indonesia yang ingin
mempertahankan keindahan laut, dan mencintai sumber makanan yang berasal dari
laut, agar selalu menjaga kebersihan pantai. Perlu juga dilakukan berbagai aktivitas
terpadu untuk mengelola wilayah laut agar tingkat pencemarannya dapat diminimalkan
dan dapat dipertahankan kelestarian dari sumberdaya yang terkandung di dalamnya.
IV. Pustaka
Mukono, H.J. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya.
Yuzelma, Ahmad, A., Nofrizal. Jurnal Kajian Toksisitas Limbah Biosludge yang
Berasal dari IPAL Industri Pulp dan Kertas dengan Metode Toxicity Characteristic
Leaching Procedure. 2013.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Pasal (1) dan (2). Tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999. Tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Tentang Baku Mutu
Air Laut.
http://id.wikipedia.org/wiki/Barium. diakses pada tanggal 31 Januari 2014.
http://nanosmartfilter.com/tag/barium-mudah-larut-dalam-air/. Diakses pada
tanggal 31 Januari 2014
http://cai-sl.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-dampak-zat-barium.html.
diakses pada 1 Ferbruari 2014
http://hunting-ilmu-laporan.blogspot.com/2013/05/pencemaran-laut-di-
indonesia.html. Dikunjungi pada 2 Februari 2014.
http://mataairbali.com/at_bariumchemRI.php. Diakses pada 2 Februari 2014