ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

34
EKONOMI SYARIAH “KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM” MAKALAH diajukan untuk melengkapi tugas Matakuliah Ekonomi Syariah di Program Studi/Jurusan Manajemen Oleh Ronny Ferdika 120810201143 Wahyu Erna Hidayati 120810201295 Catur Firman Nurhuda 120810201296 Noviana Fazrin 120810201312 Nailin Nikmatul Maulidiyah 120810201348 S1 MANAJEMEN / KELAS MGT – D KELOMPOK 2 Ekonomi Syariah

Upload: world-bank

Post on 21-Jun-2015

7.199 views

Category:

Economy & Finance


3 download

DESCRIPTION

Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

EKONOMI SYARIAH “KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM”

MAKALAH

diajukan untuk melengkapi tugas Matakuliah Ekonomi Syariahdi Program Studi/Jurusan Manajemen

Oleh

Ronny Ferdika 120810201143

Wahyu Erna Hidayati 120810201295

Catur Firman Nurhuda 120810201296

Noviana Fazrin 120810201312

Nailin Nikmatul Maulidiyah 120810201348

S1 MANAJEMEN / KELAS MGT – D

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI/JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS JEMBER

SEPTEMBER 2014

Ekonomi Syariah

Page 2: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

PRAKATA

Puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. serta tidak lupa kepada

junjungan besar Nabi Muhammad SAW, karena atas hidayah-Nya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “EKONOMI SYARIAH KONSEP HARTA DAN

KEPEMILIKAN DALAM ISLAM”

Pada kesempatan ini juga, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah

ini, terutama kepada:

1. Dr. Deasy Wulandari, S.E, M.Si. selaku dosen pengampu Matakuliah Ekonomi Syariah;

2. orang tua yang selalu memberikan dukungan moral kepada penulis;

3. semua teman-teman di kampus yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, yang telah

banyak memberikan dorongan dan semangatnya, sekali lagi terima kasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu masih sarat dengan

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini ke depannya.

Akhir kata semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 28 September 2014

Penulis

ii

Ekonomi Syariah

Page 3: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………............................................ i

KATA PENGANTAR………………………………………….………............................. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………............................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………............................……… 1

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………............................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………….............................. 2

1.3 TUJUAN………………………………………………………............................ 2

1.4 MANFAAT…………………………………………………................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................... 3

2.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN……………………………………………….. 3

2.2 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN………………………………………………… 4

2.3 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEPEMILIKAN DALAM ISLAM……….… 4

2.4 CARA KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH)……….. 6

2.5 CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN

(AT-TASHARRUF FI AL MILKIYAH)………………………………………..... 9

2.6 CARA PEMBAGIAN HARTA DALAM ISLAM…………………………… 10

2.7 MAQASHID SYARIAH DALAM KEPEMILIKAN HARTA……………..… 15

2.8 KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM....................................................... 16

BAB 3 PENUTUP........................ ....................................................................................... 18

3.1 SIMPULAN...........................................................................................................

18

3.2 SARAN.................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19

Ekonomi Syariah

Page 4: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

iii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ekonomi Islam yang merupakan rahmatan lil alamin, kembali bangkit

menorehkan Blue Print-nya.  Keberadaannya sangat penting untuk memenuhi tuntutan

masyarakat akan kegagalan ekonomi konvensional. Bahkan, ekonomi Islam memiliki prinsip

dan karakteristik yang berbeda dengan sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini.

Sebenarnya, ekonomi Islam adalah bagian dari sistem Islam yang bersifat umum yang

berlandaskan pada prinsip pertengahan dan keseimbangan yang adil (tawadzun).  Islam,

menyeimbangkan kehidupan antara dunia dan akhirat, antara individu dan

masyarakat.  Keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara akal dan hati dan antara realita

dan fakta merupakan keseimbangan yang ada dalam individu.  Sedangkan dalam bidang

ekonomi, islam menyeimbangkan antara modal dan aktivitas, antara produksi dan konsumsi,

dan sebagainya. 

Adapun nilai pertengahan dan keseimbangan yang terpenting, yang merupakan karya

Islam dalam bidang ekonomi selain masalah harta adalahHak Kepemilikan (Ownership

Rights).  Dalam memandang hak milik ini islam sangat moderat.  Dan sangat bertolak

belakang dengan sistem kapitalis yang menyewakan hak milik pribadi, sistem sosialis yang

tidak mengakui hak milik individu1. 

Meskipun demikian, Masalah hak milik merupakan sebuah kata yang amat peka, dan

bukan sesuatu yang amat khusus bagi seorang manusia. Oleh karena itu, Islam sangat

mengakui adanya kepemilkan pribadi disamping kepemilikan umum.  Dan menjadikan hak

milik pribadi sebagai dasar bangunan ekonomi.  Dan Itu pun akan terwujud apabila ia

berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT, misalnya adalah memperoleh harta dengan jalan

yang halal.  Islam melarang keras kepemilikan atas harta yang digunakan untuk membuat

kezaliman atau kerusakan di muka bumi.

Karena begitu pentingnya aspek kepemilikan dalam bidang ekonomi, maka dalam

makalah ini saya mencoba membahas dan memaparkan tentang “Kepemilikan dan sebab-

sebabnya” sesuai dengan urgensinya.

1 http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014]

Ekonomi Syariah

Page 5: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengertian dari kepemilikan dalam Islam?

2. Apa sajakah jenis-jenis kepemilikan dalam Islam?

3. Apakah sebab-sebab timbulnya kepemilikan dalam Islam?

4. Bagaimanakah cara kepemilikan harta dalam Islam (al-milkiyah)?

5. Bagaimanakah cara pengelolaan kepemilikan dalam Islam itu (at-tasharruf fi al milkiyah)?

6. Bagaimanakah proses pembagian harta dalam Islam itu?

7. Apakah maqashid syariah dalam kepemilikan harta itu?

8. Bagaimanakah kedudukan harta dalam Islam?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengertian dari kepemilikan dalam Islam;

2. Mengetahui jenis-jenis kepemilikan dalam Islam;

3. Mengetahui sebab-sebab timbulnya kepemilikan dalam Islam;

4. Mengerti akan cara kepemilikan harta dalam Islam (al-milkiyah);

5. Mengerti akan cara pengelolaan kepemilikan dalam Islam itu (at-tasharruf fi al milkiyah);

6. Mengetahui tentang proses pembagian harta dalam Islam itu;

7. Mengetahui akan maqashid syariah dalam kepemilikan harta;

8. Mengetahui kedudukan harta dalam Islam.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Memperluas wawasan masyarakat tentang seluk beluk Ekonomi Syariah (Islam)

khususnya dalam hal kepemilikan dan harta dalam Islam;

2. Mengajak masyarakat agar mengerti dan tidak simpang siur akan kepemilikan dan

pembagian harta dalam Islam;

3. Memberikan gambaran konsep tentang Ekonomi Syariah (Islam) guna sebagai acuan

referensi.

Ekonomi Syariah

Page 6: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPEMILIKAN

Konsep Dasar kepemilikan dalam islam adalah firman Allah SWT2:

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi.  Dan jika kamu

melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya

Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.  Maka

Allah mengampuni siapa yang dikehendaki….”(Qs. Al-Baqarah : 284). 

Para Fuqaha mendefinisikan kepemilikan sebagai ” kewenangan atas sesuatu dan

kewenangan untuk menggunakannya/memanfaatkannya sesuai dengan

keinginannya, dan membuat orang lain tidak berhak atas benda tersebut kecuali

dengan alasan syariah”.

Ibnu Taimiyah mendefinisikan sebagai “sebuah kekuatan yang didasari atas syariat

untuk menggunakan sebuah obyek, tetapi kekuatan itu sangat bervariasi bentuk dan

tingkatannya. “  Misalnya, sesekali kekuatan itu sangat lengkap, sehingga pemilik

benda itu berhak menjual atau memberikan, meminjam atau menghibahkan,

mewariskan atau menggunakannya untuk tujuan yang produktif.  Tetapi, sekali

tempo, kekuatan itu tak lengkap karena hak dari sipemilik itu terbatas.

"Kepemilikan" berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang artinya

memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang

atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum.

“MILIK" adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu (barang) di mana orang

lain terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk

memanfaatkannya selama tidak ada hambatan legal yang menghalanginya3. 

Batasan teknis ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika ada orang yang

mendapatkan suatu barang atau harta melalui cara-cara yang dibenarkan oleh syara', maka

terjadilah suatu hubungan khusus antara barang tersebut dengan orang yang memperolehnya.

2 Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics “Ekonomi Syariah bukan Opsi. Tapi SOLUSI!”. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 366

3 http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014]

Ekonomi Syariah

Page 7: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Yaitu, yang memungkinkannya untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakannya

sesuai dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar'i.

Hambatan Syar’i Kepemilikan:

1. gila / sakit ingatan/ hilang akal;

2. masih terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang (belum balig).

2.2 JENIS-JENIS KEPEMILIKAN

Para fukoha membagi jenis-jenis kepemilikan menjadi dua, yaitu:

1. Kepemilikan sempurna (tamm): Kepemilikan sempurna adalah kepemilikan

seseorang terhadap barang dan juga manfaatnya sekaligus

2. Kepemilikan kurang (naaqis): Sedangkan kepemilikan kurang adalah yang hanya

memiliki substansinya saja atau manfaatnya saja.

Dua jenis kepemilikan ini mengacu kepada kenyataan bahwa manusia dalam

kapasitasnya sebagai pemilik suatu barang dapat mempergunakan dan memanfaatkan

susbstansinya saja, atau nilai gunanya saja atau kedua-duanya. Kedua-dua jenis kepemilikan

ini akan memiliki konsekuensi syara’ yang berbeda-beda ketika memasuki kontrak muamalah

seperti jual beli, sewa, pinjam-meminjam dan lain-lain.

2.3 SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan dalam syariah ada empat

macam yaitu:

1. Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan;

2. Akad;

3. Penggantian;

4. Turunan dari sesuatu yang dimiliki.

Kepemilikan yang sah menurut Islam adalah kepemilikan yang terlahir dari proses

yang disahkan Islam dan menurut pandangan Fiqh Islam terjadi karena:

1. Menjaga hak Umum;

2. Transaksi Pemindahan Hak;

3. Penggantian Posisi Pemilikan.  

Menurut Taqyudin an-Nabani dikatakan bahwa sebab-sebab kepemilikan seseorang

atas suatu barang dapat diperoleh melalui suatu lima sebab, yaitu:

1. Bekerja;

2. Warisan;

Ekonomi Syariah

Page 8: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup;

4. Harta pemberian Negara yang diberikan kepada rakyat;

5. Harta yang diperoleh seseorang tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun.

Kepenguasaan terhadap barang-barang yang diperbolehkan. Yang dimaksud dengan

barang-barang yang diperbolehkan di sini adalah barang (dapat juga berupa harta atau

kekayaan) yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada larangan syara’ untuk dimiliki

seperti air di sumbernya, rumput di padangnya, kayu dan pohon-pohon di belantara atau ikan

di sungai dan di laut.

Kepemilikan jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut4:

a) Kepenguasaan ini merupakan sebab yang menimbulkan kepemilikan terhadap suatu

barang yang sebelumnya tidak ada yang memilikinya;

b) Proses kepemilikan ini adalah karena aksi praktis dan bukan karena ucapan seperti

dalam akad.

Karena kepemilikan ini terjadi oleh sebab aksi praktis, maka dua persyaratan di

bawah ini mesti dipenuhi terlebih dahulu agar kepemilikan tersebut sah secara syar’i yaitu:

Belum ada orang lain yang mendahului ke tempat barang tersebut untuk

memperolehnya. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang lebih

dahulu mendapatkan (suatu barang mubah) sebelum saudara Muslim lainnya, maka

barang itu miliknya.”

Orang yang lebih dahulu mendapatkan barang tersebut harus berniat untuk

memilikinya, kalau tidak, maka barang itu tidak menjadi miliknya. Hal ini

mengacu kepada sabda Rasulullah SAW bahwa segala perkara itu tergantung pada

niat yang dikandungnya.

Bentuk-bentuk kepenguasaan terhadap barang yang diperbolehkan ini ada empat

macam yaitu:

a) Kepemilikan karena menghidupkan tanah mati;

b) Kepemilikan karena berburu atau memancing;

c) Rumput atau kayu yang diambil dari padang penggembalaan atau hutan belantara yang

tidak ada pemiliknya;

d) Kepenguasaan atas barang tambang.

Khusus bentuk yang keempat ini banyak perbedaan di kalangan para fukoha terutama

antara madzhab Hanafi dan madzhab Maliki. Bagi Hanafiyah, hak kepemilikan barang

4 http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 26 September 2014]

Ekonomi Syariah

Page 9: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

tambang ada pada pemilik tanah sedangkan bagi Malikiyah kepemilikan barang tambang ada

pada negara karena semua tambang, menurut madzhab ini, tidak dapat dimiliki oleh

seseorang dengan cara kepenguasaannya atas tanah atau tidak dapat dimiliki secara derivatif

dari kepemilikan atas tanah.

2.4 CARA KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH)

Sistem Ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan

manusia. Sistem ekonomi Islam adalah sempurna karena berasal dari wahyu, dan dari segi

kepemilikan, ia menerangkan kepada kita bahwa terdapat tiga jenis kepemilikan, yaitu5:

1) Hak Milik Umum, meliputi mineral-mineral dalam bentuk padat, cair dan gas

termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di

dalam perut bumi atau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif

tenaga serta industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib

diuruskan (dikelola) oleh Daulah Islamiyah (negara) manakala manfaatnya wajib

dikembalikan kepada rakyat.

Tipe pertama dari hak milik adalah pemilikan secara umum (kolektif). 

Konsep hak milik umum pada mulanya digunakan dalam islam dan tidak terdapat

pada masa sebelumnya. Hak milik dalam islam tentu saja memiliki makna yang

sangat berbeda dan tidak memiliki persamaan langsung dengan dimasud oleh sistem

kapitalis, sosialis dan komunis.  Maksudnya, tipe ini memiliki bentuk yang berbeda

beda. 

Misalnya: semua harta milik masyarakat yang memberikan pemilikan atau

pemanfaatan atas berbagai macam benda yang berbeda-beda kepada warganya.

Sebagian dari benda yang memberikan manfaat besar pada masyarakat berada di

bawah pengawasan umum, sementara sebagian yang lain diserahkan kepada individu. 

Pembagian mengenai harta yang menjadi milik masyarakat dengan milik individu

secara keseluruhan berdasarkan kepentingan umum.    Contoh lain, tentang pemilikan

harta kekayaan secara kolektif adalah wakaf.  

2) Hak Milik Negara, meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara

syar’ie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan dan

aktivitas industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara

membelanjakan perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat.

5 Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga. Hal. 42

Ekonomi Syariah

Page 10: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Tipe kedua dari kepemilikan adalah hak milik oleh negara.  Negara

membutuhkan hak milik untuk memperoleh pendapatan, sumber penghasilan dan

kekuasaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Misal, untuk

menyelenggarakan pendidikan, memelihara keadilan, regenerasi moral dan tatanan

masyarakat yang terjamin kesejahteraannya.  Menurut Ibn taimiyah, sumber utama

kekayaan negara adalah zakat, barang rampasan perang (ghanimah).  Selain itu,

negara juga meningkatkan sumber pengahsilan dengan mengenakan pajak kepada

warga negaranya, ketika dibutuhkan atau kebutuhannya meningkat.  Demikian pula,

berlaku bagi kekayaan yang tak diketahui pemiliknya, wakaf, hibah dan pungutan

denda termasuk sumber kekayaan negara. 

Kekayaan negara secara aktual merupakan kekayaan umum.  Kepala negara

hanya bertindak sebagai pemegang amanah.  Dan merupakan kewajiban negara untuk

mengeluarkan nya guna kepentingan umum.  Oleh karena itu, sangat dilarang

penggunaan kekayaan negara yang berlebih-lebihan.  Adalah merupakan kewajiban

negara melindungi hak fakirmiskin, bekerja keras bagi kemajuan ekonomi

masyarakat, mengembangkan sistem keamanan sosial dan mengurangi jurang

pemisah dalam hal distribusi pendapatan. 

3) Hak Milik Individu, selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh

dimiliki oleh individu secara syar’i dan setiap individu itu perlu membelanjakannya

secara syar’i juga. Proses kepemilikan harus didapatkan melalui cara yang sah

menurut agama Islam.

Islam mengakui adanya hak milik pribadi, dan menghargai pemiliknya, selama

harta itu diperoleh dengan jalur yang sah menurut agama islam.  Dan Islam tidak

melindungi kepemilikan harta benda yang diperoleh dengan jalan haram. 

Sehingga Imam Al-Ghazali membagi menjadi 6 jenis harta yang dilindungi oleh

Islam (sah menurut agama islam)6:

a. Diambil dari suatu sumber tanpa ada pemiliknya, misal: barang tambang,

menggarap lahan yang mati, berburu, mencari kayu bakar, mengambil air

sungai, dll.

b.  Diambil dari pemiliknya secara paksa karena adanya unsur halal, misal: harta

rampasan.

6 http://ricky-diah.blogspot.com/2011/09/-kepemilikan-dan-sebab-sebabnya.html [diakses pada 26 September 2014]

Ekonomi Syariah

Page 11: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

c.  Diambil secara paksa dari pemiliknya karena ia tidak melaksanakan kewajiban,

misal: zakat.

d. Diambil secara sah dari pemiliknya dan diganti, misal: jual beli dan ikatan

perjanjian dengan menjauhi syarat-syarat yang tidak sesuai syariat.

e.  Diambil tanpa diminta, misal: harta warisan setelah dilunasi hutang-hutangnya.

Penggunaan benda-benda milik pribadi tidak boleh berdampak negatif/ mudharat

pada orang lain, tapi memperhatikan masalah umat. Islam membenarkan hak milik

pribadi, karena islam memelihara keseimbangan antara pemuasan beragam watak

manusia dan kebaikan umum dimasyarakat. Dalam hubungan ini,  ada syarat yang

harus dipenuhi untuk mencapai kekuasaan individu dalam mengakui keberadaan

hak milik pribadi yaitu memperhatikan masalah umat. 

Islam mendorong pemilik harta untuk menyerahkan kelebihan

kekayaannya kepada masyarakat/umat setelah mememnuhi kepuasan untuk diri

sendiri dan keluarga (zakat).  Tetapi, membatasi hak untuk menggunakan harta itu

menurut kesukaannya sendiri. Hal ini dilakukan untuk perlindungan kebaikan

umum dan agar hak milik pribadi tidak memberikan dampak negatif pada orang

lain.  Inilah paham islam yang moderat dalam mengakui hak pribadi.  Ia

mengambil sikap moderat antara mereka yang mendewakan hak miik dan mereka

yang secara mutlak menafikan hak milik.

Dalam penggunaan hak milik pribadi untuk kepentingan pribadi dibatasi oleh

ketentuan syariat. Setiap individu memiiki kebebasan untuk menikmati hak

miliknya, menggunakannya secara produktif, memindahkannya, melindunginya

dari penyia-nyiaan harta.  Tetapi, haknya itu dibatasi oleh sejumlah limitasi

tertentu yang sesuai syariat, tentunya.  Ia tidak boleh menggunakannya semena-

mena, juga tak boleh menggunakannya untuk tujuan bermewah-mewahan.  Dalam

bertransaksi pun tidak boleh melakukan cara-cara yang terlarang. 

Karena manusia hanya sebagai pemegang amanah, maka sudah selayaknya

ia harus sanggup menerima batasan-batasan yang dibebankan oleh masyarakat

terhadap penggunaan harta benda tersebut.  Batasan tersebut semata-mata untuk

mencegah kecenderungan sebagian pemilik harta benda yang bertindak sewenang-

wenang (ekspolitasi) dalam masyarakat.  Pemilik harta yang baik adalah yang

bertenggang rasa dalam menikmati hak mereka denganbebas tanpa dibatasi dan

Ekonomi Syariah

Page 12: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

dipengaruhi oleh kecenderungan diatas sehingga dapat mencapai keadilan sosial

di dalam masyarakat. 

2.5 CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN (AT-TASHARRUF FI AL MILKIYAH)

Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki

mencakup dua kegiatan, yaitu7:

a) Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal)

Pembelanjaan harta (Infaqul Mal) adalah pemberian harta kekayaan yang

telah dimiliki. Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam

memberikan tuntunan bahawa harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk

nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infaq fi sabilillah, membayar zakat, dan

lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru

kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan hendaknya harta

tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli

barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain.

b) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)

Pengembangan harta (Tanmiyatul Mal) adalah kegiatan memperbanyak

jumlah harta yang telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan

harta yang telah dimiliki, wajib terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan

pengembangan harta. Secara umum Islam telah memberikan tuntunan

pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli, kerja sama

syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan.

Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan

jalan aktivitas riba, judi, serta aktivitas terlarang lainnya.

Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah

hak negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat.

Meskipun menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun

Allah SWT telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum

tersebut dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara

mengelola dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada

hukum-hukum yang telah dijelaskan oleh syara'.

7 Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. Op.Cit., hal. 367

Ekonomi Syariah

Page 13: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara

(Daulah Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal

serta hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga

telah memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola masing-

masing kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang

tertentu ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah

dijelaskan oleh syara’.

2.6 CARA PEMBAGIAN HARTA DALAM ISLAM8

1) Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim

Menurut Wahbah Zuhaili(1989,IV,hal.44), al-maal al mutaqawwim adalah harta yang

dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh syara' untuk

memanfaatkannya, seperti makanan, pakaian, kebun apel, dan lainnya. al-maal gairu al

mutaqawwim adalah harta yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya

harta tersebut belum sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia, seperti

mutiara di dasar laut, minyak di perut bumi, dan lainnya. Atau harta tersebut tidak

diperbolehkan syara' untuk dimanfaatkan, kecuali dalam keadaan darurat, seperti minuman

keras. Bagi seorang muslim, harta gairu al mutaqawwim tidak boleh dikonsumsi, kecuali

dalam keadaan darurat.

Namun demikian, yang diperbolehkan adalah kadar minimal yang bisa

menyelamatkan hidup, tidak boleh berlebihan. Bagi non-muslim, minuman keras dan babi

adalah harta mutaqwwim, ini menurut pandangan ulama Hanafiyah. Konsekuensinya, jika

terdapat seorang muslim atau non-muslim yang merusak kedua komoditas tersebut, maka

berkewajiban untuk menggantinya.

Berbeda dengan mayoritas ulama fiqh, kedua komoditas tersebut termasuk

dalam ghair mutaqawwim, sehingga tidak ada kewajiban untuk menggantinya. Dengan

alasan, bagi non-muslim yang hidup di daerah Islam harus tunduk aturan Islam dalam hal

kehidupan bermuamalah. Apa yang diperbolehkan bagi muslim, maka dibolehkan juga bagi

non-muslim, dan apa yang dilarang bagi muslim, juga berlaku bagi non-muslim.

Dengan adanya pembagian harta menjadi mutaqawwim dan ghair

mutaqawwim terdapat implikasi hukum yang harus diperhatikan:

8 http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 27 September 2014

Ekonomi Syariah

Page 14: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Sah atau tidaknya harta tersebut menjadi obyek transaksi. Al-maal al

mutaqawwim bisa dijadikan obyek transaksi, dan transaksi yang dilakukan sah

adanya. Misalnya jual beli, sewa-menyewa, hibah, syirkah, dan lainnya.

Untuk ghair mutaqawwim, tidak bisa dijadikan obyek transaksi, maka

transaksinya rusak atau batal adanya. Al-maal al mutaqawwim sebagai obyek

transaksi, merupakan syarat sahnya sebuah transaksi.

Adanya kewajiban untuk menggantinya, ketika terjadi kerusakan. Jika

hartamutaqawwim dirusak, maka harus diganti. Jika terdapat padanannya, maka

harus dganti semisalnya, namun tidak bisa diganti sesuai dengan nilainya.

Jika harta ghair mutaqawwim dimiliki oleh seorang muslim, maka tidak ada

kewajiban untuk menggantinya. Berbeda dengan non-muslim (yang hidup dalam

daerah kekuasaan Islam), jka hewan babinya dibunuh, atau minuman kerasnya

dibakar, maka ada kewajiban untuk menggantinya, karena keduanya

merupakan al-maal al mutaqawwim bagi kehidupan mereka, ini merupakan

pandangan ulama fiqh Hanafiyah.

2) 'Iqar dan Manqul

Menurut Hanafiyah (1989.IV, hal.46), manqul adalah harta yang memungkinkan

untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik bentuk fisiknya (dzat

atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan tersebut. Diantaranya adalah uang,

harta perdagangan, hewan, atau apa pun komoditas lain yang dapat ditimbang atau diukur.

Sedangkan 'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke tempat

lainnya, seperti tanah dan bangunan. Namun demikian, tanaman, bangunan atau apapun yang

terdapat di atas tanah, tidak bisa dikatakan sebagai iqar kecuali ia tetap mengikuti atau

bersatu dengan tanahnya. Jika tanah yang terdapat bangunannya dijual, maka tanah dan

bangunan tersebut merupakan harta 'iqar.

Namun, jika bangunan atau tanaman dijual secara terpisah dari tanahnya, maka

bangunan tersebut bukan merupakan harta 'iqar. Intinya, menurut Hanafiyah,

harta 'iqar hanya terfokus pada tanah, sedangkan manqul adalah harta selain tanah. Berbeda

dengan Hanafiyah, ulama madzhab Malikiyah cenderung memper sempit makna

harta manqul, dan memperluas makna harta iqar. Menurut malikiyah, manqul adalah harta

yang mungkin untuk dipindahkan atau ditransfer dari satu tempat ketempat lainnya tanpa

adanya perubahan atas bentuk fisik semula, seperti kendaraan, buku, pakaian, dan lainnya.

Ekonomi Syariah

Page 15: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Sedangkan 'iqar adalah harta yang secara asal tidak mungkin bisa dipindah atau

ditransfer. seperti tanah, atau mungkin dapat dipindah, akan tetapi terdapat perubahan atas

bentuk fisiknya, seperti pohon, ketika dipindah akan berubah menjadi lempengan kayu.

Dalam perkembanganya, harta manqul dapat berubah menjadi harta 'iqar, dan begitu

juga sebaliknya. Pintu, listrik, batu bata, semula merupakan harta manqul, akan tetapi setelah

melekat pada bangunan, maka akan berubah menjadi harta 'iqar. Begitu juga dengan batu

bara, minyak bumi, emas, ataupun barang tambang lainnya, semula merupakan harta 'iqar,

akan tetapi setelah berpisah dari tanah berubah menjadi harta manqul.

Dengan adanya pembagian harta menjadi 'iqar dan manqul, akan terdapat

beberapa implikasi hokum sebagai berikut:

Dalam harta 'iqar terdapat hak syuf'ah, sedangkan harta manqul tidak terdapat di

dalamnya, kecuali hartamanqul tersebut menempel pada harta 'iqar.

Menurut Hanafiyah, harta yang diperbolehkan untuk di -waqaf-kan adalah

harta 'iqar. Harta manqul diperbolehkan jika menempel atau ikut terhadap harta

'iqar, seperti me-waqaf-kan tanah beserta bangunan, perabotan, dan segala sesuatu

yang terdapat di atasnya. Atau harta manqul yang secara umum sudah menjadi

obyek waqaf, seperrti mushaf, kitab-kitab, atau peralatan jenazah. Berbeda

dengam jumhur ulama, menurut mereka. kedua macam harta tersebut dapat

dijadikan sebagai obyek waqaf.

Seorang wali tidak boleh menjual harta 'iqar atas orang yang berada dalam

tanggungannya, kecuali mendapatkan alasan yang dibenarkan syara', seperti untuk

membayar hutang, memenuhi kebutuhan darurat, atau kemaslahatan lain yang

bersifat urgen. Alangkah baiknya jika harta manqul yang lebih diproritaskan untuk

dijual, karena harta 'iqar diyakini memiliki kemaslahatan lebih besar bagi

pemilikinya, jadi tidak mudah untuk menjualnya.

Menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf, harta ;iqar boleh ditransaksikan, walaupun

belum diserahterimakan. Berbeda dengan harta manqul, ia tidak bisa

ditransaksikan sebelum ada serah-terima, karena kemungkinan terjadinya

kerusakan sangat besar.  

3) Mitsli dan Qilmi

Ekonomi Syariah

Page 16: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya

perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta mitsli dapat

dikatagorikan menjadi empat bagian:

Al makilaat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandu, terigu, beras.

Al mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti; kapas, besi, tembaga.

Al 'adadiyat (sesuatu yang dapat dihitung) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga

dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru,

perabotan rumah, dan lainnya.

Al dzira'iyat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-

bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian),

maka dikatagorikan sebagai harta qimi, seperti tanah;

Al maal al qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau

terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba,

tanah, kayu, dan lainnya. Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi

stiap satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga

termasuk dalam harta qimiadalah durian, semangka yang memilki kualitas dan

bentuk fisik yang berbeda.

Dalam perjalanannya, harta mistsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya;

Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan atau

scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi harta qimi;

Jika terjadi percampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang berbeda,

seperti modifikasi Toyota dan Honda, maka mobiltersebut menjadi harta qimi;

Jika harta qimi terdapat anyak padanannya di pasaran, maka secara otomatis

menjadi harta mitsli.

Dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi, memiliki implikasi hukum sebagai

berikut:

Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual-beli hanya dengan

menyebutkan jenis dan sifatnya, sedangkan harta qimi tidak bisa menjadi tsman.

Jika harta qimi dikaitkan dengan hak-hak finansial, maka harus disebutkan secara

detail, karena hal itu akan mempengaruhi nilai yang dicerminkannya, seperti

domba Australia, tentunya akan berbeda nilainya dengan domba Indonesia,

walaupun mungkin jenis dan sifatnya sama.

Ekonomi Syariah

Page 17: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib diganti dengan padanannya yang

mendekati nilai ekonomisnya (finansial), atau sama.

Tapi jika harta qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan keinginanya,

walaupun  tanpa izin dari pihak lain. Berbeda dengan harta qimi walaupun

mungkin jenisnya sama, tapi nilainya bisa berbeda, dengan demikian pengambilan

harus atas izin orang-orang yang berserikat.

Harta mitsli rentan dengan riba fadl. Jika terjadi pertukara diantara harta mitsli,

dan tidak terdaat persamaan dalam kualitas, kuantitas, dankadarnya, maka akan

terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan harta qimiyang relatif resisten terhadap

riba. Jika dipertukarkan dan terdapatperbedaan, maka tidak ada masalah.

Diperbolehkan menjual satu domba dengan dua domba. 

4) Istikhlaki dan Isti'mali

Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali

dengan merusak bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman,

kayu bakar, BBM, uang, dan lainnya. Jika kita ingin memanfaatkan makanan dan minuman,

maka kita harus memakan dan meminumnya sampai bentuk fisiknya tidak kita jumpai,

artinya barang tersebut tidak akan mendatangkan manfaat, kecuali dengan merusaknya.

Adapun untuk uang, cara mengkonsumsinya adalah dengan membelanjakanya. Ketika

uang tersebut keluar dari saku dan genggaman sang pemilik, maka uang tersebut dinyatakan

hilang dan hangus, karena sudah menjadi milik orang lain, walaupun mungkin secara fisik,

bentuk dan wujudnya masih tetap sama. Intinya, harta istikhlaki adalah harta yang hanya bisa

dikonsumsi sekali saja.

Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan tanpa harus

merusak bentuk fisiknya, seperti perkebunan, rumah kontrakan, kendaraan, pakaian, dan

lainnya. Berbeda dengan istikhlaki, harta isti'mali bisa dipakai dan dikonsumsi untuk

beberapa kali.

Harta istikhlaki bisa ditransaksikan dengan tujuan konsumsi, tidak bisa misalnya kita

meminjamkan dan atau menyewakan makanan. Sebaliknya, harta isti'mali bisa digunakan

sebagai obyek iijarah (sewa). Namun demikian kedua harta tersebut bisa dijadikan

sebagaiobyek jual beli atau titipan.

Disamping itu, Mustafa A. Zarqa juga membagi harta menjadi maal al ashl dan maal

al tsamarah. Yang dimaksud dengan maal al ashl adalah harta benda yang dapat

Ekonomi Syariah

Page 18: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

menghasilkan harta lain. Sedangkan harta maal al tsamarahadalah harta benda yang tumbuh

atau dihasilkan dari maal al ashl tanpa menyebabkan kerusakan atau kerugian atasnya.

Misalnya sebidang kebun menghasilkan buah-buahan.

Maka, kebun merupakan maal al ashl, sedang buah-buahan merupakan maal al

tsamarah (Zarqa,III,HAL.217-218). Pembagian harta ini menimbulkan beberapa

konsekuensi Implikasi hukum sebagai berikut:

Pada prinsipnya, harta wakaf tidk dapat dimiliki atau ditasharrufkan menjadi milik

peorangan, namun hal serupa dapat dilakukan terhadap hasil harta wakaf.

Harta yang dipruntukkan bagi kepentingan dan fasilitas umum, seerti jalan dan

pasar,pada prinsipnya tidak dapat dimiliki oleh erseorangan. Sedangkan

penghasilan dari harta umum ini dapat dimiliki (Mas'adi,2002, hal.27-28)

2.7 MAQASHID SYARIAH DALAM KEPEMILIKAN HARTA

Memelihara harta atau kepemilikan harta secara individu, umum dan kepemilikan

Negara merupakan salah satu dari lima unsur kemaslahatan dalam maqashid syariah (tujuan

syariah). Dilihat dari segi kepentingannya, memelihara harta dapat dibedakan menjadi tiga

peringkat9:

1. Memelihara harta dalam peringkat daruriyyat, seperti Syari’at tentang tatacara

pemilikan harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak

sah, apabila aturan itu dilanggar, maka berakibat terancamnya eksistensi harta.

2.   Memelihara harta dalam peringkat hajiyyat seperti syari’at tentang jual beli

dengan cara salam. Apabila cara ini tidak dipakai, maka tidak akan terancam

eksistensi harta, melainkan akan mempersulit orang yang memerlukan modal.

3.   Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyat, seperti ketentuan tentang

menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. Hal ini erat kaitannya dengan

etika bermuamalah atau etika bisnis. Hal ini juga akan mempengaruhi kepada sah

tidaknya jual beli itu, sebab peringkat yang ketiga ini juga merupakan syarat

adanya peringkat yang kedua dan pertama.

4. Hak milik individu, dalam mendapatkannya harus sesuai dengan syariat Islam

yaitu dengan cara bekerja ataupun warisan dan tidak boleh memakan harta orang

lain dengan cara yang bathil atau memakan hasil riba. Menggunakannya pun harus

9 http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html [diakses pada 27 September 2014

Ekonomi Syariah

Page 19: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

sesuai dengan syariat Islam, tidak digunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh

agama dan tidak digunakan untuk hal-hal yang bersifat mubazir atau pemborosan.

Selain itu, harus mengeluarkan zakat dan infaq guna membersihkan harta sesuai

dengan harta yang dimiliki.

5. Hak milik sosial ataupun umum, karena kepemilikan benda-benda ini secara umum

(air, rumput dan api) yang merupakan sumber daya alam manusia yang tidak

dapat dimiliki perorangan kecuali dalam keadaan tertentu, maka cara menjaganya

harus dilestarikan dan tidak digunakan dengan semena-mena. Misalnya, air sungai

dijaga kejernihanya dengan cara tidak membuang sampah atau limbah ke sungai.

Hutan dijaga kelestarian tumbuhannya, tidak boleh ada penebangan liar.

6. Hak milik Negara, pada dasarnya kekayaan Negara merupakan kekayaan umum,

namun pemerintah diamanahkan untuk mengelolanya dengan baik. Dengan begitu

suatu Negara dituntut mengelola kekayaan Negara dengan cara menjaga dan

mengelola sumber daya alam dan sumber pendapatan Negara jangan sampai

diambil alih oleh Negara lain dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan

pribadi (korupsi). Dan hasilnya digunakan untuk kepentingan umum juga, seperti

penyelenggaraan pendidikan, regenerasi moral, membangun sarana dan prasarana

umum, dan menyejahterakan masyarakat.

2.8 KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM10

1. Harta Sebagai Amanah Dari Allah SWT

Harta merupakan amanah bagi manusia, karena manusia tidak mampu mengadakan

sesuatu benda dari tiada menjadi ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Albert Einstein

(seorang ahli Ilmu Fisika), manusia tidak mampu menciptakan energi; yang mampu manusia

lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Jadi pencipta awal

segala energi adalah Allah SWT.

2. Harta Sebagai Perhiasan Hidup Manusia

Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan

menikmati harta, namun demikian manusia harus sadar bahwa harta yang dimilikinya

hanyalah merupakan perhiasan selama ia hidup di dunia. Sebagai perhiasan hidup, harta

10 http://digopriyanto6.blogspot.com/2013/07/seperti-apakah-pandangan-islam-mengenai.html [diakses pada 27 September 2014]

Ekonomi Syariah

Page 20: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

seringkali menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta kebanggaan diri sebagaimana yang

diungkapkan dalam Surah Al ‘Alaq ayat 6-7.

3. Harta Sebagai Ujian Keimanan

Dalam memperoleh dan memanfaatka harta, harus kita perhatikan apakah telah sesuai

atau tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Surah An Anfaal ayat 28 dikemukakan bahwa

sesungguhnya harta dan anak-anak adalah suatu cobaan dari Allah SWT.

4. Harta Sebagai Bekal Ibadah

Dengan memiliki harta maka kita dapat melaksanakan perintah Allah SWT dan

melaksanakan muamalah di antara sesama manusia melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah

sebagaimana yang dikemukakan dalam Surah At Taubah Ayat 41 & 60 serta Al Imran Ayat

133-134.

Ekonomi Syariah

Page 21: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

BAB 3

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Islam mengakui adanya hak milik pribadi (individu) dan memperbolehkan usaha-

usaha serta inisiatif individu di dalam menggunakan dan mengelola harta pribadinya.  Islam

juga telah memberikan batasan-batasan tertentu yang sesuai syariat sehingga seseorang dapat

menggunakan harta pribadinya tanpa merugikan kepentingan umum. Sebenarnya kerangka

sistem Islam secara keseluruhan ini dibentuk berdasarkan kebebasan individu di dalam

mencari dan memiliki harta benda dan campur tangan pemerintah (intervensi) yang sangat

terbatas hanya terhadap harta yang sangat diperlukan oleh masyarakat, selain itu tidak.

Namun, ada beberapa kepentingan umum yang tidak bisa di kelola dan dimiliki secara

perorangan (KA, pos, listrik, air, dsb), tapi semua itu menjadi milik dan dikelola oleh negara

untuk kepentingan umum. Kemudian terdapat perbedaan sifat hak milik, baik itu pribadi

maupun umum, yang terdapat dalam Islam dengan kapitalis dan komunis.  Di dalam kapitalis,

hak milik individu adalah mutlak tak terbatas.  Dalam komunis, hak milik diabaikan sama

sekali.  Sedangkan di dalam Islam, hak individu itu berada dalam keadaan norma, bukan tak

terbatas seperti yang terdapat dalam kapitalis, ataupun ditekan sama sekali seperti yang

terdapat dalam komunis.  Inilah sisi kemoderatan Islam dalam memandang hak milik.

3.2 SARAN

Ekonomi Syariah Islam telah terbukti dalam membangun ekonomi nasional jadi

pemerintah harus segera mempergunakan sistem ekonomi Islam untuk mencapai keadilan dan

kemakmuran bagi rakyat. Pemerintah jangan menghilangkan sistem ekonomi Islam pada era

sekarang ini melainkan harus terus menjaga ekonomi Syariah Islam.

Mengenai pembelanjaan harta, Islam mengajarkan agar membelanjakn hartanya mula-

mula untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan

keluarga yang menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ekonomi Syariah

Page 22: Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga

Rivai, Veitzhal dan Andi Buchari. 2009. Islamic Economics “Ekonomi Syariah bukan Opsi. Tapi SOLUSI!”. Jakarta: Bumi Aksara

Situs Internet

http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/kepemilikan-dalam-islam.html

http://dinilidari.blogspot.com/2011/10/-kepemilikan-dalam-islam.html

http://ricky-diah.blogspot.com/2011/09/-kepemilikan-dan-sebab-sebabnya.html

http://amrianidris.blogspot.com/2014/06/konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam.html

http://digopriyanto6.blogspot.com/2013/07/seperti-apakah-pandangan-islam-mengenai.html

Ekonomi Syariah