makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
DESCRIPTION
harta dan hak kepemilikanTRANSCRIPT
MAKALAH AYAT DAN HADITS
EKONOMI
“Harta dan Hak Kepemilikan”
Dosen Pengampu : Muhammad Izza, MSI.
Disusun oleh :
1. Moch. Ari Wibowo (2013002003)
2. Miftahuddin (2013002009)
3. Tri Hadi Susanto (2013002005)
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
STIE MUHAMMADIYAH PEKALONGAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah Ayat dan Hadits
Ekonomi yang berjudul “Harta dan Hak kepemilikan” yang mana pembahasannya
meliputi : Pengertian Harta, Kedudukan dan Fungsi Harta, Pengertian Hak dan
Milik, Sebab-sebab Kepemilikan dan Macam-macam Kepemilikan itu sendiri.
Makalah ini dapat kami susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
nilai Mata Kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi pada salah satu Mata Kuliah Program
Studi Ekonomi Islam di STIE Muhammadiyah Pekalongan. Tak Luput makalah
ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta dorongan dari Orangtua, Dosen
Pengampu dan Teman-teman seperjuangan, Dalam Penyusunan Makalah kami
mengambil referensi dari buku-buku Karya Muhammad Abu Zahrah, Wahab Al
Zuhaily, Rahmat Syafe’i, Hendi Suhendi, Harun Nasroen, Mohammad Hidayat,
dll.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat kekurangan, Oleh karena itu
semua kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Kami harapkan guna
perbaikan selanjutnya. Akhirnya Penyusun berharap kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.,
Pekalongan, 25 Oktober 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover.....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBHASAN.....................................................................................................................3
2.1. Pengertian Harta........................................................................................................3
2.2. Harta Menurut Imam Madzab...................................................................................4
2.3. Kedudukan dan Fungsi Harta....................................................................................5
2.4. Pengertian Hak dan Milik.........................................................................................8
2.5. Sebab-Sebab Kepemilikan......................................................................................10
2.6. Macam-macam Kepemilikan..................................................................................13
BAB III..............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak
akan bisa terpisah darinya. Secara umum, harta merupakan sesuatu yang disukai
manusia, seperti hasil pertanian, perak dan emas, ternak atau barang-barang lain
yang termasuk perhiasan dunia.
Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan
demi menambah kenikmatan materi dan religi, dia tidak boleh berdiri sebagai
penghalang antara dirinya dengan harta. Namun, semua motivasi ini dibatasi
dengan tiga syarat, yaitu harta dikumpulkannya dengan cara yang halal,
dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta ini harus dikeluarkan hak
Allah dan masyarakat tempat dia hidup.
Harta yang dimiliki setiap individu selain didapatkan dan digunakan juga
harus dijaga. Menjaga harta berhubungan dengan menjaga jiwa, karena harta akan
menjaga jiwa agar jauh dari bencana dan mengupayakan kesempurnaan
kehormatan jiwa tersebut. Menjaga jiwa menuntut adanya perlindungan dari
segala bentuk penganiayaan, baik pembunuhan, pemotongan anggota badan atau
tindak melukai fisik.
Harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah SWT.
kemudian Allah telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta
tersebut melalui izin-Nya sehingga orang tersebut sah memiliki harta tersebut.
Adanya pemilikan seseorang atas harta kepemilikian individu tertentu mencakup
juga kegiatan memanfaatkan dan mengembangkan kepemilikan harta yang telah
dimilikinya tersebut. Setiap muslim yang telah secara sah memiliki harta tertentu
maka ia berhak memanfaatkan dan mengembangkan hartanya. Hanya saja dalam
memanfaatkan dan mengembangkan harta yang telah dimilikinya tersebut ia tetap
1
wajib terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan pengembangan harta.
Namun sebaliknya kondisi saat ini khususnya di Indonesia ada batas-batas
kepemilikan harta yang sebenarnya dapat dimiliki untuk umum. Bahkan banyak
intervensi Negara asing yang ingin menguasai kepemilikan umum menjadi milik
pribadi.
Berangkat dari permasalahan diatas, maka makalah ini akan menguraikan
Makna harta dalam pandangan Islam, Kedudukan dan Fungsi Harta, Makna dari
Hak dan Kepemilikan, Sebab-sebab Kepemilikan dan Macam-macam
kepemilikan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Harta atau Mal ?
2. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi Harta atau Mal ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Hak dan Milik ?
4. Apa Saja Sebab-sebab Kepemilikan itu ?
5. Apa Saja Macam-macam Kepemilikan itu ?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Harta atau Mal.
2. Untuk Mengetahui kedudukan dan fungsi Harta atau Mal.
3. Untuk Mengetahui Makna dari Hak dan Milik.
4. Untuk Mengetahui Sebab-sebab Kepemilikan.
5. Untuk Mengetahui Macam-macam Kepemilikan.
6.
2
BAB II
PEMBHASAN
2.1. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari kata - ميال- بميل مال
yang menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga
diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka
pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun manfaat.
Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun menurut
istilah, ialah “segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar di
antara manusia”1
Menurut ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Nasrun Haroen,2 al-mal
(harta) yaitu:
أو الحاجة وقت الى إدخاره ويمكن االنسان طبع إليه يميل ما
به وينتفع واحرازه حيازتة يمكن ما كان
“Segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau
segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan.”
Menurut jumhur ulama (selain ulama Hanafiyah) yang juga dikutip oleh
Nasroen Haroen, al-mal (harta) yaitu:
بضمانه متلفها يلزم قيمة له ما كل
"segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenal ganti rugi bagi orang
yang merusak atau melenyapkannya."
1 Wahab al-Zuhaily, Al Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2005), juz 4, hlm.8.2 Muhammad Abu Zahrah, Al-Milkiyah wa Nazhariyah al-‘aqad fi al-syari’ah al-Islamiyah, (Mesir; Dar al-Fikr al-Arabi, 1962), hlm. 15.
3
Harta tidak saja bersifat materi melainkan juga termasuk manfaat dari
suatu benda. Akan tetapi, ulama Hanafiyah berpendirian bahwa yang dimaksud
dengan harta itu hanya bersifat materi.
Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak
dicampuri penggunaannya oleh orang lain. Adapun harta adalah sesuatu yang
dapat disimpan untuk digunakan ketika dibutuhkan. Dalam penggunaannya, harta
dapat dicampuri oleh orang lain. Jadi, menurut ulama Hanafiyah, yang dimaksud
harta hanyalah sesuatu yang berwujud (a’yan).
2.2. Harta Menurut Imam Madzab
a) Madzab Hanafi
Dalam pandangan ulama hanafiyah yang dimaksud dengan mal ialah
membedakan antara hak milik dengan harta. Sementara jumhur ulama tidak
membedakannya. Ulama hanafiyah membedakan antara Hak milik dengan Harta :
a) Hak Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak
dicampuri penggunaannya oleh orang lain.
b) Harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk digunakan ketika
dibutuhkan, dalam penggunaannya bisa dicampuri orang lain. sesuatu yang
digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga
dibutuhkan atau bisa juga harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk
digunakan ketika dibutuhkan, dalam penggunaannya bisa dicampuri oleh orang
lain, maka menurut Hanafiah yang dimaksud harta hanyalah sesuatu yang
berwujud (a’yan).
b) Madzab Maliki
4
Mendefinisikan hak milik menjadi dua macam. Pertama, adalah hak yang
melekat pada seseorang yang menghalangi orang lain untuk menguasainya.
Kedua, sesuatu yang diakui sebagai hak milik secara ’urf (adat).
c) Madzab Syafi’i
Mendefinisikan hak milik juga menjadi dua macam. Pertama, adalah
sesuatu yang bermanfaat bagi pemiliknya; kedua, bernilai harta.
d) Madzab Hambali
Mendefinisikan hak milik menjadi dua macam. Pertama, sesuatu yang
mempunyai nilai ekonomi; kedua, dilindungi undang-undang
Dari 4 madzab tersebut dapat disimpulkan tentang pengertian harta atau hak milik:
1. Sesuatu itu dapat diambil manfaat
2. Sesuatu itu mempunyai nilai ekonomi
3. Sesuatu itu secara ’urf (adat yang benar) diakui sebagai hak milik
4. Adanya perlindungan undang-undang yang mengaturnya.
2.3. Kedudukan dan Fungsi Harta
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta
dimasukkan ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa, akal keturunan dan harta.
Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi manusia,
harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana
untuk memenuhi kesenangan dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan
akhirat.
Allah berfirman: Surat At-Taghaabun: 15
5
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di
sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Harta sebagai sarana untuk memenuhi kesenangan, Allah berfirman: Surat
Ali-Imran: 14
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).”
Harta sebagai sarana untuk menghimpun bekal menuju kehidupan akhirat,
Allah berfirman: Surat Al-Baqarah: 262.
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Adapun fungsi harta dapat dijelaskan sebagai berikut :3
3 Lihat Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm. 27-29. Lihat pula Rahmat Syafe’i. Fiqh Muamalah, hlm. 30-31.
6
Fungsi harta sangat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik maupun
kegunaan hal yang jelek. Di antara sekian banyak fungsi harta sebagai berikut :
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah),
sebab untuk beribadah diperlukan alat-alat, seperti kain untuk menutup aurat
dalam pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat,
sedekah dan hibah.
2. Untuk meningkatkan (ketakwaan) kepada Allah, sebab kekafiran cenderung
dekat kepada kekafiran, sehingga pemilikan harta dimaksudkan untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
3. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya,
sebagaimana firman Allah: Surat An-Nisa: 9.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”
4. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
Nabi SAW bersabda:
يصيبا حتى لدنياة وآلخرة آلخرته الدنيا ترك من كم بخير ليس
) البخارى ( رواه اآلخرة الى بالغ الدن فإن جميعا
“Bukanlah orang yang baik yang meninggalkan masalah dunia untuk masalah
akhirat, dan yang meniggalkan masalah akhirat untuk urusan dunia, sehingga
seimbang di antara keduanya, karena masalah dunia adalah menyampaikan
manusia kepada masalah akhirat.”
7
5. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut ilmu
tanpa biaya akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak dapat kuliah di
perguruan tinggi, jika ia tidak memiliki biaya.
6. Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan, yakni adanya
pembantu dan tuan, adanya orang kaya dan miskin yang saling membutuhkan,
sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
7. Untuk menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dan keperluan
antara satu sama lain. Firman Allah: Surat Al-Hasyr: 7.
“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu.”
Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian
kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah. Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik
harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu
sesama manusia.
2.4. Pengertian Hak dan Milik
Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara etimologi
mempunyai beberapa pengertian yang berbeda, di antaranya berarti: milik,
ketetapan dan kepastian, menetapkan dan mejelaskan, bagian (kewajiban), dan
kebenaran.
Contoh al-haqq diartikan dengan ketepatan dan kepastian terdapat dalam
surat Yasin ayat 7:
“Sesungguhnya telah pasti Berlaku Perkataan (ketentuan Allah) terhadap
kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.”
8
Dalam mitologi fiqh terdapat beberapa pengertian al-haqq yang
dikemukakan oleh para ulama fiqh, di antara menurut Wahbah al-Zuhaily4 :
Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti
penguasaan terhadap sesuatu. Al Milk juga berarti sesuatu yang dimilki (harta).
Milk juga merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh
syara’, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu,
sehingga ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut, kecuali
adanya kalangan syara’. Kata milik dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari kata al-milk dalam bahasa Arab.
Secara mitologi, al-milk didefinisikan oleh Muhammad Abu Zahrah
sebagai berikut5 :
بالتصرف يستبد أن شرعا صاحبه يمكن إختصاص
الشرعي المانع عدم عند .واالنتفاع
“Pengkhususan seseorang terhadap pemilik sesuatu benda menurut syara’ untuk
bertindak secara bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada
penghalang yang bersifat syara.”
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dibedakan antara hak dan milik. Untuk
lebih jelasnya dicontohkan sebagai berikut: Seorang pengampu berhak
menggunakan harta orang yang berada di bawah ampuannya. Pengampu berhak
untuk membelanjakan harta itu dan pemiliknya adalah orang yang berada dibawah
ampuannya. Dengan kata lain, tidak semua yang memiliki benda berhak
menggunakan dan tidak semua yang punya hak penggunaan dapat memiliki.
4 M. Abdul Mujieb (et al), Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet.
Ke-1, hlm. 191.
5 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet. Ke-2, hlm.73.
9
Hak yang dijelaskan di atas adakalanya merupakan sulthah (kekuasaan)
adakalanya berupa taklif (tanggung jawab).
1. Sulthah terbagi dua, yaitu sulthah ‘ala al-nafsi dan ‘ala syaiin mu’ayyanin.
a) Sulthah ‘ala al-nafsi ialah hak seseorang terhadap jiwa, seperti hak
hadhanah (pemeliharaan anak).
b) Sulthah ‘ala syaiin mu’ayyanin ialah hak manusia untuk memiliki
sesuatu, seperti seseorang berhak memiliki mobil.
2. Taklif adalah orang yang bertanggung jawab. Taklif adakalanya
tanggungan pribadi (‘ahdah syakhshiyyah), seperti seorang buruh
menjalankan tugasnya, adakalanya tanggungan harta (‘ahdahmaliyah),
seperti membayar utang.
2.5. Sebab-Sebab Kepemilikan
Sebab-sebab Kepemilikan di antaranya6 :
1. Melalui Pewarisan
Allah Swt berfirman dalam Alqur’an surat An-Nisa ayat: 7
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan.”
2. Melalui Akad
Kepemilikan yang dilakukan melalui akad (transaksi) yang dilakukannya
dengan orang lain atau suatu badan hukum, seperti jual beli, hibah dan wakaf.6 Mohammad Hidayat, The Sharia Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), cet. Ke-1, hlm.125-128.
10
Dengan hibah, Allah Swt berfirman surat Al-Baqarah ayat 177 :
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa.”
3. Melalui Penggantian (Khalafiyah)
Kepemilikan yang diperoleh melalui penggantian dari seseorang kepada
orang lain (waris) seperti yang tercantum dalam An Nisa Ayat: 7
11
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan.”
4. Melalui tawallud bin mamluk
kepemilikan dari hasil harta yang telah dimiliki seseorang baik hasil itu
dating secara alami (seperti buah di kebun, anak kambing lahir dan bulu domba)
atau melalui usaha pemiliknya seperti hasil usaha sebagai pekerja atau keuntungan
yang diperoleh sebagai pedagang dengan usaha yang halal, artinya sah menurut
hukum dan benar menurut ukuran moral.
Allah Swt Berfirman surat An-Nisa’ Ayat 32 :
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.
2.6. Macam-macam Kepemilikan
Macam-macam Kepemilikan ada 27 :
7 Mohammad Hidayat, The Sharia Economic, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), cet. Ke-1, hlm.133-134.
12
1. Milik Sempurna (Al-Milk At-Tam)
Jika materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang sehingga
seluruh hak yang terkait dengan harta berada di bawah penguasaannya.
Kepemilikan seperti ini bersifat mutlak, tidak dibatasi masa dan tidak bisa
digugurkan oleh orang lain. Contoh kepemilikan seseorang atas sebuah rumah
membuat orang tersebut berkuasa terhadap rumah itu dan bisa
memenfaatkannya secara bebas.
2. Milik Tidak Sempurna (Al-Milk An-Naqish)
Apabila seseorang hanya menguasai materi harta tersebut tetapi manfaatnya
dikuasai oleh orang lain,
Ada 5 kepemilikan jenis ini:
a. I’arah (Pinjam-meminjam); akad terhadap kepemilikan manfaat tanpa ganti
rugi
b. Ijarah (Sewa-Menyewa); pemilikan manfaat dengan kewajiban membayar
ganti rugi atau sewa
c. Wakaf; akad pemilikan manfaat untuk kepentingan orang yang diberi wakaf
sehingga ia memanfaatkannya dan orang lain hanya boleh memanfaatkan
melalui izinnya.
d. Wasiat; akad yang bersifat pemberian sukarela dari pemilik harta kepada
orang lain tanpa ganti rugi yang berlaku setelah si pemberi wasiat wafat.
e. Ibahah; penyerahan manfaat hak milik seseorang kepada orang lain seperti;
mengizinkan seseorang untuk menimba air dari sumurnya dan menyediakan
harta untuk kepentingan umum.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari kata - ميال- بميل مال
yang menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga
diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka
pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun manfaat.
Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun menurut istilah,
ialah “segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar di antara
manusia”
14
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama ushul fiqh persoalan harta
dimasukkan ke dalam salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas: agama, jiwa, akal keturunan dan harta.
Selain merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi manusia,
harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana
untuk memenuhi kesenangan dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan
akhirat.
Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara etimologi
mempunyai beberapa pengertian yang berbeda, di antaranya berarti: milik,
ketetapan dan kepastian, menetapkan dan mejelaskan, bagian (kewajiban), dan
kebenaran.
Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti
penguasaan terhadap sesuatu. Al Milk juga berarti sesuatu yang dimilki (harta).
Milk juga merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh
syara’, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu,
sehingga ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut, kecuali
adanya kalangan syara’. Kata milik dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari kata al-milk dalam bahasa Arab.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca terutama pada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Ayat dan Hadits Ekonomi, agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Atas kritik dan saran Saudara, penulis mengucapkan terima kasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zuhaily, Wahab. 2005. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Damaskus : Dar Al-Fikr,
2005.
Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muammalah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007.
Hidayat, Mohammad. 2010. The Sharia Economic. Jakarta : Zikrul Hakim, 2010.
Mujieb, M. Abdul. 1994. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994.
Zahrah, Muhammad Abu. 1962. Al-Milkiyah wa Nazhariyah al-'aqad fi 'al-syari'ah
al;islamiyah. Mesir : Dar Al Fikral-Arabi, 1962.
16