eklampsi
TRANSCRIPT
EKLAMPSI PADA KEHAMILAN
Created By :Selvia Septiani
PengertianEklampsi dalam bahasa yunani ialah
“halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir.
Eklampsi merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsi yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsi eklampsi merupakan penyakit akut dengan kejang dan demam dalam wanita hamil dan wanita nifas, disertai dengan hipertensi, odem, protein urine positif, eklampsi juga dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
ETIOLOGI
Eklampsia merupakan komplikasi yang berat dan mengancam nyawa
seseorang. Tanda-tanda serangan eklampsia ada tapi perubahannya
sangat cepat dan ditandai dengan adanya kejang. “Sebelum kejang,
ada tanda. Misalnya, ketegangan di daerah otot muka. Tetapi, itu
terjadi sekian detik sebelum kejang yang sifatnya kaku dan lemas.
Sebagian besar eklampsia adalah lanjutan perburukan, ada yang
berat, ada juga yang ringan. Eklampsia merupakan kumpulan gejala,
yang utama tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin. Pada
eklampsia ringan, tekanan darah 140/90 s.d. < 160/110 dan kadar
protein semikuantitatif positif 2; eklampsia berat, tekanan darah >
160/110 dan kadar protein semikuantitatif lebih dari positif 2. “Lebih
dari positif dua berarti kebocoran protein lebih banyak dan itu
menunjukkan tingkat kebocoran ginjal lebih parah dibandingkan
eklampsia ringan,”
Next...
Eklampsia selalu terjadi pada ibu hamil. Kalau
terjadi darah tinggi di luar kehamilan, bukan disebut
eklampsia tapi hipertensi atau penyakit lain seperti
nefrotik syndrom. “Karena, penyebab eklampsia
adalah kehamilan itu sendiri,” Jika ibu hamil
mengalami darah tinggi sebelum umur kehamilan 20
minggu disebut hipertensi dan kemungkinan ia
menderita hipertensi sebelum hamil. Tetapi, kalau
mengalami darah tinggi pada usia kehamilan
minimal 20 minggu atau lebih, kemungkinan
eklampsia,”
Faktor yang mungkin menyebabkan Eklampsi
Kekurangan Nutrisiibu-ibu dengan kehamilan pertama
dibandingkan ibu pada kehamilan kedua atau ketiga
wanita berusia muda dan hamil pada usia terlalu tua
orang yang memunyai kelainan pembuluh darah menetap, punya penyakit hipertensi kronis, penyakit diabetes, kelainan pada ginjal, penyakit trombopili, atau pada kehamilan kembar dan kehamilan anggur.
Klasifikasi dan Macam-macam Eklampsi
1.Eklampsia ante partum ialah eklampsi yang terjadi sebelum
persalinan (paling sering setelah 20 minggu kehamilan)
2.Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan.
3.Eklampsia postpartum, eklampsia setelah persalinan.
Klasifikasi Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah:
Tanda dan Gejala Eklampsi
a.Tingkat awal atau aura (invasi).
b. Stadium
kejang
tonik
c. Stadium
kejang
klonik
d. Stadium kom
a
e. Kadang
kadang
disertai
dengan
gangguan fung
si orga
n.
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema,
proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur,
nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
3. Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat
Komplikasi• Pada Ibu:
1. CVA ( Cerebro Vascular Accident )
2. Edema paru
3. Gagal ginjal
4. Gagal hepar
5. Gangguan fungsi adrenal
6. DIC ( Dissemined Intrevasculer
Coagulopaathy )
7. Payah jantung.
8. Lidah tergigit (kejang)
9. Merangsang persalinan
10. Gangguan pernafasan
• Pada Anak :
1. Prematuritas
2. Gawat janin
3. IUGR (Intra.Uterine
Growth Retardation)
4. Kematianjanin
dalam rahim.
Faktor predisposisi
• Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.
Organ-organ yang mengalami perubahan akibat eklampsi
1. Otak • Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah
meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Plasenta dan rahim.• Aliran darah menurun ke plasenta dan
menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada penyakit eklampsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsangan, sehingga terjadi paertus prematurus.
3. Ginjal.• Filtrasi glomelurus berkurang oleh
karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabakan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Paru-paru• Kematian ibu dalam masalah eklampsi
lebih sering disebabkan oleh edema paru yang meninbulkan drkompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses paru.
5. Mata • Dapat dijumpai adanya edema retina
dan spasem pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya eklampsi atau preeklampsi berat. Pada eklampsi ablasio retina yang disebabkan edema intra-olu;er dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menandakan adanya eklampsi adalah ditemukanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini desebabkan oleh adanya perubahan pembulah darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
6. Keseimbangan air dan elektrolit.• Pada preeklampsii berat dan eklampsi ,
kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organic lainya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai, zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
• Oleh beberapa penulis atau ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah preeklamsi menjadi baik atau tidak selesai setelah diberikan penanganan.
Pencegahan• 1. Memberikan informasi dan
edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsi bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
• 2. Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.
• 3. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin.
PenatalaksaanPrinsip penatalaksanaan :
1. Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit.
2. Pengangkutan ke rumah sakit.
Sebelum dikirim, berikan obat penenang untuk
mencegah serangan kejang-kejang selama dalam
perjalanan, yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200
mg atau morfin 10 mg.
3.Tujuan perawatan di rumah sakit ialah menghentikan
konvulsi, mengurangi vasospasme, meningkatkan
dieresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan
yang cepat dan tepat, serta melakukan terminasi
kehamilan setelah 4 jam serangan kejang yang terakhir,
dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
4. Sesampainya di rumah sakit, pertolongan
pertama adalah :
a) Membersihkan dan melapangkan jalan
pernapasan.
b) Menghindarkan lidah tergigit dengan
mennberikan tough spatel.
c) Pemberian oksigen
d) Pemasangan infuse dektrosa atauglukosa
10%,20%,40%.
e) Menjaga agar jangan sampai terjadi trauma,
serta dipasang kateter tetap(dauer catheter).
5. Observasi penderita• Observasi penderita dilakukan di dalam kamar isolasi
yang tenag, dengan lampu redup(tidak terang), jauh dari kebisingan dan rangsangan . kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisi tensi, nadi, respirasi, suhu badan. Reflex, dan dieresis. Bila memungkinkan dilakukan funduskopi sekalli sehari. Juga dicatat tingkat kesadaran danjumlah kejang yang terjadi. Pemberiaan cairan disesuaikan dengan jumlah dieresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam. Kadar protein urin diperiksa dalam 24 jam kuantatif.
6. Regim-regim pengobatan :a) Regim sufas magnesikus.• Kegunaan MgSO4 adalah untuk mengurangi kepekaan
syaraf pust agar dapat mencegah konvulsi, menurunkan tekanan darah, menambah deuresis, kecuali bila ada anuria, dan untuk menurunkan pernafasan yang cepat.
• Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g dalam larutan 40 % secara IM ; selanjutnya tiap 6 jam 4 g, dengan syarat, refleks patella masih (+), pernafasan 16 / lebih per menit, diuresis harus melebihi 600 ml / hari ; selain IM, sulfas magnesicus dapat diberikan secara intravena; dosis inisial yang diberikan adalah 4 g 40% MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8 g IM dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum.
b) Regim sodium pentotal.• Kerja pentotal sodium adalah untuk
menghentikan kejang dengan segera. Obat ini hanya diberikan di rumah sakit, karena cukup berbahaya, dapat menghentikan nafas (apnea). Dosis inisial suntikan intravena perlahan-lahan sodium pentotal 2,5% adalah sebanyak 0,2-0,3 gr. Dengan infus secara tetes (drips) .
c) Regim valium (diazepam).• Dengan dosis 40 mg dalam 500 cc glukosa
10% dengan tetesan 30 tetes per menit. Seterusnya diberikan setiap 2 jam 10 mg dalam infuse atau suntikan i.m, sampai tidak ada kejang. Obat ini cukup aman.
d) Regim litik koktil (lytic cocktail)• Pethidin (100 mg) + chlorpromazine(50 mg)
+ promezathin (50 mg),• dilarutkan dalam glukosa 5 % 500 ml dan
diberikan secara infus IV. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat dijarangkan menurut keadaan penderita.
e) Regim stroganoff· Pertama kali morfin 20 mg subkutan.· ½ jam setelah langkah 1 MgSO4 15% 40 cc subcutan.· 2 jam setelah langkah 1 morfin 20 mg subcutan.· 5 ½ jam setelah langkah 1 MgSO4 15% 20-40cc subcutan.· 11 ½ jam setelah langkah 1 MgSO4 15% 10 cc subcutan.· 19 jam setelah langkah 1 MgSO4 15% 10 cc subcutan.• Lama pengobatan ini adalah 19 jam, cara ini sekarang sudah
jarang dipakai.
7. Pemberian antibiotika• Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap
hari yaitu penisilin prokain 1.2-2,4 juta satuan.
8. Penanganan obtetrikSetelah pengobatan terdahulu, dilakukan penilaian tentang status obstetrikuspenderita : keadaan janin, keadaan serviks dan sebagainya. Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita diperbaiki, kemudian direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat jalannya persalinan dengan cara yang aman.
Kesimpulan
Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari preeclampsia yang disertai dengan keadaan kejang tonik-klonik (grand mal ) yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan neurologis (saraf) dan dapat muncul sebelum, selama, dan setelah kehamilan. Namun kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari postpartum. Sedangkan yang dimaksud dengan preeclampsia adalah hipertensi disertai proteinuridan edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkaidan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (kelainan plasenta).Fatal coma tanpa kejang juga bisa diartikan sebagai eclampsia. Tetapi perlu ada batasan untuk mendiagnosis wanita dengan kejang dan memperhatikan kematian tanpa kejang yang disebabkanoleh preeklampsia berat (PEB).