ekg

24
TUTORIAL ELEKTROKARDIOGRAFI DASAR OLEH Hana Permata Sari H1A011027 Buana Maheswara HS H1A0110 BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RSU PROVINSI NTB 2015

Upload: maheswara-harsya

Post on 09-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Happy Fun

TRANSCRIPT

Page 1: Ekg

TUTORIAL

ELEKTROKARDIOGRAFI DASAR

OLEH

Hana Permata Sari H1A011027

Buana Maheswara HS H1A0110

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RSU PROVINSI NTB

2015

Page 2: Ekg

PENDAHULUAN

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman perbedaan potensial (dalam mV) yang

dibangkitkan oleh eksitasi di dalam jantung. EKG dapat memberikan informasi mengenai posisi

jantung dan frekwensi serta iramanya, serta asal dan penyebaran potensial aksinya tetapi tidak

dapat diketahui kontraksi dan kerja pemompaan jantung.1 Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu

alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang

disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan

pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.1

Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk

mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung.

Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang

kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG.2

Elektrokardiogram merupakan bagian penting dari evaluasi awal pasien yang diduga

memiliki masalah jantung. Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam

mengidentifikasi adanya dan lokasi dari abnormalitas jantung itu sendiri. Hingga saat ini belum

ada pemeriksaan baru yang dapat menggantikan peran elektrokardiogram (EKG). Meskipun

bukan sebuah pemeriksaan dengan sensitifitas dan spesifisitas tinggi, informasi yang diperoleh

bisa menjadi penentu tindakan yang akan kita ambil. Pada keadaan tertentu, alat diagnostik ini

memiliki kekuatan diagnostik yang sangat penting seperti pada infark miokardium akut maupun

bradi-takiaritmia.1

Secara rutin jantung melakukan aktivitas kontraksi dan relaksasi untuk memenuhi

kebutuhan tubuh akan sirkulasi darah. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas listrik yang

dihasilkan secara ritmik dan kontinu oleh sel-sel spesial di jantung. Sel-sel dengan kemampuan

yang sangat unik dan luar biasa. Aktivitas listrik ini menghasilkan medan listrik jantung (cardiac

electrical field) dijantung untuk kemudian diteruskan ke seluruh tubuh. Medan listrik ini dapat

direkam dengan menaruh beberapa elektroda (sadapan) di permukaan tubuh yang dihubungkan

dengan sebuah mesin. Sebagai hasilnya tampak sebuah grafik sesuai interpretasi masing-masing

sadapan. Dengan kata lain, EKG merupakan sebuah grafik aktivitas listrik jantung yang direkam

di permukaan tubuh.1

Page 3: Ekg

TINJAUAN PUSTAKA

Elektrisitas Jantung

Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jantung terdapat kumpulan sel-sel

jantung khusus yang mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi sendiri tanpa

adanya stimulus dari luar. Sifat-sifat sel ini disebut sifat automatisitas. Sel-sel ini terkumpul

dalam suatu sistem yang disebut sistem konduksi jantung, terdiri atas:3

1. Nodus sinoatrial (SA), yang terletak pada dinding atrium kanan dekat muara vena cava

superior. Mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam system konduksi

jantung.

2. Sistem konduksi intra atrial, dianggap bahwa dalam atrium terdapat jalur-jalur khusus

system konduksi jantung yang terdiri dari 3 jalur intermodal yang menghubungkan

simpul sino-atrial dan simpul atrioventrikular, dan jalur Bachman yang

menghubungkan atrium kanan dan atrium kiri.

3. Nodus atrio-ventrikular (AV), simpul ini terletak di bawah atrium kanan, antara sinus

koronarius dan daun katup tricuspid bagian septal.

4. Berkas His, merupakan sebuah berkas pendek yang merupakan kelanjutan bagian

bawah nodus AV yang menembus annulus fibrosus dan septum bagian membrane

5. Cabang berkas, kea rah distal bercabang menjadi cabang berkas kiri member cabang

ke ventrikel kiri dan cabang berkas kanan memberi cabang keventrikel kanan.

6. Fasikulus, cabang berkas kiri bercabang menjadi dua yaitu fasikulus kiri anterior dan

fasikulus kiri posterior.

7. Serabut purkinje, bagian terakhir dari sistem konduksi jantung, berupa anyaman halus

yang berhubungan erat dengan sel-sel otot jantung.

Impuls listrik jantung dipicu pertama kali oleh SA node yang biasanya mencetuskan

impuls pada frekuensi sebesar 60-100 kali per menit. Impuls listik kemudian berjalan

melalui dinding atrium ke AV node, yang berfungsi memperlambat kecepatan konduksi

menjadi 40-60 kali per menit. Berjalannya impuls menyebabkan atrium berkontraksi

memompa darah masuk ke ventrikel. Perlambatan ini bertujuan agar atrium dapat mengisi

ventrikel sebelum fase sistol ventrikel. Sekaligus memproteksi ventrikel dari stimulus

Page 4: Ekg

berlebihan atrium seperti pada fibrilasi atrial. SA node dan AV node merupakan pacemaker

alami jantung normal.3

Dari AV node impuls berjalan di septum interventrikuler dalam 2 jaras (bundle of his).

Jaras ini mengawali suatu sistem konduksi pada ventrikel jantung. Bundle of His kanan

mengalirkan impuls ke ventrikel kanan sedangkan Bundle of His kiri mengalirkan impuls

ke ventrikel kiri. Jaras ini berakhir pada serabut purkinje yang mengalirkan impuls hingga

ke miokardium, yang dapat menghasilkan impuls 20-40 kali per menit. Berjalannya impuls

dari sel konduksi satu ke sel konduksi lain berhubungan dengan aktifitas ion-ion intraseluler

terutama Ca2+. Pergerakan ion ini dipicu oleh potensial aksi jantung dan sinyal ion

diteruskan melalui gap junction. Pergerakan ion ini terjadi baik di sel konduksi maupun di

kontraksi.3

Seperti telah disebutkan di atas bahwa siklus jantung dimulai dengan depolarisasi SA

node, menyebabkan kontraksi atrium (gelombang P pada EKG). Perlambatan impuls terjadi

di nodus AV (interval PR). Pada blok AV, interval PR akan lebih panjang daripada nilai

normal. Ketika ventrikel telah terisi, peran Bundle His menyebabkan ventikel dapat

berkontraksi (kompleks QRS). Setelah kontraksi ventrikel usai, jantunng mengalami

repolarisasi dan kemudian refrakter (gelombang T). Pada masa repolarisasi jantung tidak

boleh distimulasi dan pada masa refrakter jantung tidak dapat distimulasi. Stimulasi pada

fase repolarisasi akan menyebabkan aritmia ventrikuler.3

Gambar sistem konduksi jantung

Elektrokardiogram (EKG)

Page 5: Ekg

Alat ini merekam aktivitas listrik sel di atrium dan ventrikel serta membentuk

gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktivitas listrik tersebut didapat dengan

menggunakan elektroda di kulit yang dihubungkan dengan kabel ke mesin EKG. Jadi EKG

merupakan volmeter yang merekan aktivitas listrik akibat depolarisasi sel otot jantung.4

Kertas EKG adalah kertas grafik yang terdiri dari kotak-kotak kecil dan besar yang

diukur dalam milimeter. Garis rekaman mendatar tanpa ada potensial listrik disebut garis

isoelektrik. Deflrksi yang arahnya ke atas disebut deflrksi positif, dan yang ke bawah disebut

defleksi negative. Pada rekaman baku telah ditetapkan bahwa kecepatan rekaman 25

mm/detik dan kekuatan voltage 1 milivolt setara 10 mm. Garis horisontal merupakan waktu

(1 kotak kecil = 1mm = 0,04 detik) dan garis vertikal merupakan voltase/amplitudo (1 kotak

kecil = 1 mm = 0,1 milivolt).4

Gambar kertas EKG

Sadapan EKG Standar

Rekaman stander EKG 12 sadapan terdiri dari 3 sadapan ekstremitas standar, 3

sadapan ekstremitas diperkuat (augmented) dan 6 sadapan prekordial. Masing-masing

sadapan elektroda dihubungkan ke alat yang mengukur perbedaan potensial antara elektroda

tertentu dan menghasilkan gambaran karakteristik tertentu pada EKG.4

a. Sadapan ekstremitas standar (sadapan bipolar)

Terdiri dari sadapan I, II dan III yang mengukur perbedaaan potensial listrik antra

lengan kanan dan lengan kiri (sadapan I), lengan kanan dan tungkai kiri (sadapan II) serta

Page 6: Ekg

lengan kiri dan tungkai kiri (sadapan III). Ketiga sadapan ini membentuk segitiga sama

sisi dan jantung berada di tengah yang disebuut segitiga Einthoven. Jika ketiga sadapan

dipisah, maka sadapan I merupakan aksis horisontal dan membentuk sudut 0o, sadapan II

membentuk sudut 60o dan sadapan III membentuk sudut 120o dengan jantung.4

b. Sadapan ekstremitas diperkuat (augmented)

Sadapan unipolar (VR, VL dan VF) dan sadapan prekordial diperkenalkan pada

EKG klinik tahun 1932. Alat EKG modern dapat memperbesar amplitudo defleksi VR,

VL dan VF sekitar 50%. Sadapan-sadapan ini dinamakan sadapan ekstremitas unipolar

yang diperkuat dan diberi tanda aVR (augmented Voltage Right arm), aVL (augmented

Voltage Left arm), aVF (augmented Voltage left Foot).4

Page 7: Ekg

c. Sadapan prekordial (sadapan unipolar)

Menurut perjanjian, posisi sadapan prekordial adalah :3,4

Lead V1 : ruang interkosta IV, tepi sternum kanan (merah)

Lead V2 : ruang interkosta IV, tepi sternum kiri (kuning)

Lead V3 : pertengahan antara V2 dan V4 (hijau)

Lead V4 : ruang interkosta V, garis midklavikularis kiri. Sadapan selanjutnya (V5-

V9) diambil dalam bidang horisontal seperti V4 (coklat)

Lead V5 : garis aksilaris anterior kiri (hitam)

Lead V6 : garis mid-aksilaris kiri (ungu)

Lead V7 : garis aksilaris posterior kiri

Lead V8 : garis skapularis posterior kiri

Lead V9 : batas kiri kolumna vertebralis

Lead V3R-9R : dada sisi kanan dengan tempat sama seperti sadapan V3-9 sisi kiri.

Oleh karena itu, V2R adalah sama seperti V1.

EKG yang rutin dipakai terdiri dari 12 sadapan : I, II, III; aVR, aVL, aVF; V1, V2, V3,

V4, V5 dan V6.4

Gambaran Rekaman EKG normal

Page 8: Ekg

Gambar gelombang, segmen dan interval pada EKG5

1. Gelombang P (P Wave)

P wave merupakan suatu gelombang kecil yang terekam sewaktu atrium mengadakan

depolarisasi. Karena SA node terletak pada atrium kanan maka atrium kanan akan memulai

dan mengakhiri repolarisasi lebih dulu daripada atrium kiri.

Setengah bagian pertama gelombang P mewakili depolarisasi atrium kanan dan

setengah bagian lainnya mewakili depolarisasi atrium kiri. Setelah kedua atrium mengalami

depolarisasi, pada saat tersebut tidak ada aktivitas bioelektrik di jantung dan EKG akan

mencatat sebuah garis lurus yang disebut garis isoelektrik.

Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium

berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan eksitasi nodus

sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P dalam keadaan yang

normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran

antrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk

gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya,

irama yang bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena

arah depolarisasi atrium terbalik.

Gelombang P yang normal dapat berupa :

Page 9: Ekg

a. Bentuk kecil, halus, melengkung/tidak tajam, mendahului kompleks QRS

b. Defleksi positif pada sadapan lateral kiri (II, aVL, V5, V6) dan sadapan inferior (aVF)

c. Defleksi negatif pada sadapan aVR

d. Bervariasi pada sadapan (III, V2-V4)

e. Amplitudo < 0,25 mV (tingginya < 2,5 mm/ 2,5 kotak kecil)

f. Durasi < 0,11 detik ( lebarnya < 3 mm/ < 3 kotak kecil )

2. Interval PR

Interval PR menggambarkan waktu dari saat mulainya depolarisasi atrium sampai

permulaan depolarisasi ventrikel. Interval ini juga menggambarkan perlambatan penjalaran

yang terjadi di nodus AV. Interval PR ini normalnya antara 0.12 – 0.2 detik ( 3 – 5 kotak

kecil ).

Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval

ini tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada nodus AV.

Perpanjangan interval PR yang abnormal menandai adanya gangguan hantaran impuls, yang

disebut blok jantung tingkat pertama.

3. Kompleks QRS

Kompleks ini memiliki arti klinis yang terpenting dari seluruh gambaran EKG karena

kompleks ini mewakili depolarisasi ventrikel atau penyebaran impuls di seluruh ventrikel.

Ada tiga komponen yang membentuk kompleks ini:

a. Gelombang Q yaitu bagian defleksi negatif sebelum suatu defleksi positif

b. Gelombang R yaitu defleksi positif yang pertama muncul, disertai atau tanpa

gelombang Q

c. Gelombang S yaitu defleksi negatif setelah gelombang R

Pada keadaan normal gelombang R berdefleksi positif pada semua sadapan

ekstremitas kecuali pada aVR. Pada sadapan prekordial (bidang horizontal) dikenal istilah

R-wave progression yaitu defleksi positif gelombang R yang semakin membesar dari

sadapan V1-V6. Sedangkan gelombang S mengecil dari V1-V6. Interval QRS normalnya

kurang dari 3 kotak kecil atau kurang dari 0.12 detik.

Page 10: Ekg

Gambar kompleks QRS pada bidang horizontal

Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga akan

memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang

mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan

meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.

Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan

menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatatdi elektrokardiografi.

4. Segmen ST

Segmen ST normalnya pada seluruh sadapan berbentuk horizontal dan isoelektrik

atau sedikit menanjak landai. Segmen ini menggambarkan waktu antara akhir depolarisasi

ventrikel sampai pada permulaan repolarisasi ventrikel. Penurunan abnormal segmen ST ≥1

mm (depresi segmen ST) dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan penigkatan

segmen ST ≥1 mm (elevasi segmen ST) dikaitkan dengan infark.

5. Gelombang T

Gelombang T merupakan gambaran fase repolarisasi ventrikel. Gelombang ini

muncul sesaat sesudah berakhirnya segmen ST. Ada dua hal yang harus diperhatikan pada

gelombang T yaitu arah defleksi dan bentuk gelombang T. Pada keadaan normal

gelombang T ditemukan positif pada sadapan I, II dan sadapan prekordial yang terletak di

atas ventrikel kiri (V3 – V6), negatif pada sadapan aVR, sedangkan arahnya bervariasi

pada sadapan lain.

Page 11: Ekg

Tinggi gelombang T minimum adalah 1 mm, dan bila kurang dari 1 mm dianggap

gelombang T tidak ada (Flat T). Gelombang T pada sadapan prekordial tidak boleh

melebihi 10 mm (1 mV), sedangkan pada ekstremitas tidak boleh melebihi 5 mm (0.5 mV).

Bentuk gelombang T yang berbentuk sedikit asimetris, di mana defleksi positif terjadi

secara perlahan sampai mencapai titik puncak dan kemudian menurun secara curam.

6. Gelombang U

Gelombang U masih kontroversi, salah satu teori menyebut gelombang U terjadi

karena repolarisasi serabut purkinje. Bentuk normal bulat, kecil dan amplitudo kurang dari

1,5 mm.4

2.5 Interpretasi EKG

Sebelum menginterpretasikan EKG, kalibrasi serta kecepatan rekaman harus dinilai

terlebih dahulu. Identitas da tanggal pemeriksaan harus tercantum jelas. Selanjutnya secara

sepintas, EKG layak baca apabila gelombang P positif di lead II dan negative di aVR, bila

tidak pikirkan kemungkinan kesalahan pemasangan lead terlebih dahulu sebelum mencari

diagnosis banding.7

1. Irama

Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS

didahului oleh gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak berarti irama asinus. Bukan

irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau

tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain. Berikut adalah syarat irama

sinus pada jantung yang normal:3,4,5,6,7

a. Frekuensi: 60-100 x/menit

b. Ritme: interval P-P regular, interval R-R regular

c. Gelombang P: positif di lead II negative di aVR, selalu diikuti oleh kompleks

QRS

Page 12: Ekg

2. Laju QRS (QRS Rate)

Pada irama sinus laju QRS normal berkisar antara 60 – 100 kali/menit, kurang

dari 60 kali disebut sinus bradikardi, sedangkan lebih dari 100 kali disebut sinus

takikardi. 3,4,5,6,7

Ada 3 metode yaitu :4

1. Tiga ratus (300) dibagi jumlah kotak besar antara R-R.

2. Seribu lima ratus (1500) dibagi jumlah kotak kecil antara R-R

3. Hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik, kemudian dikalikan 10, atau dalam

12 detik dikalikan dengan 5.

3. Aksis

Sumbu jantung (aksis) ditentukan dengan menghitung jumlah resultan defleksi

positif dan negatif kompleks QRS rata-rata di sadapan I sebagai sumbu X dan sadapan

aVF sebagai sumbu Y. Kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis

underterminable, misalnya pada EKG di mana defleksi porsitif dan negatif pada

kompleks QRS di semua sadapan sama besarnya. Beberapa pedoman yang dapat

digunakan untuk menentukan aksis jantung adalah :4,6,7

a. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF positif, maka sumbu jantung

(aksis) berada pada posisi normal, berada pada sudut 0° sampai +90°.6 menurut

sumber lain -30o sampai +110o.7

b. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF negatif, jika resultan sadapan II

positif: aksis normal, tetapi jika sadapan II negatif maka deviasi aksis ke kiri

(LAD=Left axis deviation), berada pada sudut 0° sampai -90°.6 menurut sumber

lain -30o sampai -90o.7

c. Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF positif, maka deviasi aksis ke

kanan (RAD=right axis deviation) berada pada sudut +90° sampai +180°.6

menurut sumber lain +110o sampai +180o.7

d. Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF negatif, maka deviasi aksis kanan

atas, berada pada sudut -90o sampai +180o.

Page 13: Ekg

Gambar aksis jantung berdasar system heksasial7

4. Gelombang P

Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Normalnya amplitudo

< 0,25 mV (tingginya < 2,5 mm/ 2,5 kotak kecil), durasi < 0,11 detik ( lebarnya < 3 mm/

< 3 kotak kecil). Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P

pulmonale atau P mitral. Gelombang P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang

lebar dengan durasi melebihi 2,5 mm pada sandapan I dan II, gelombang P lebar dan

bifasik pada VI dan V2. Gelombang P mitral menandakan adanya hipertrofi atrium kiri

terutama pada stenosis mitrali. Sedangkan P pulmonale ditandai dengan adanya

gelombang P yang tinggi amplitudonya melebihi 2,5 mm, runcing pada sandapan II dan

III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2.

Gelombang P pulmonale merupakan gambaran klasik pembesaran atrium kanan.6,7

5. Interval PR

Interval PR normal adalah kurang dari 0.2 detik. Interval P-R panjang

menunjukkan adanya keterlambatan atau blok konduksi AV. Lebih dari 0.2 detik disebut

AV blok derajat satu. Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa

kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, Wolf-Parkinson-White

Syndrome. 6,7

6. Kompleks QRS

Page 14: Ekg

Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction. Cirri

dari gelombang Q patologis adalah lebar ≥ 0,04 detik (1 mm) dan dalamnya 25%

amplitude gelombang R. Gelombang R yang tinggi di sadapan V1 dan V2 menunjukkan

hipertrofi ventrikel kanan atau infrak dinding posterior. Gelombang R yang tinggi di

sadapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sadapan V1 dan V2

menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0.1 detik harus dicari

apakah adalah right branch bundle block, left bundle branch block atau ekstrasistol

ventrikel. 3,6,7

Gambar Gambaran EKG pada abnormalitas gel. QRS 3

7. Segmen ST

Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut sedangkan depresi segmen

ST menandakan iskemia. Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang

ragu-ragu, sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada

suatu seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi

1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara

klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi

yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya

elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis.

Page 15: Ekg

Elevasi segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding

anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen

S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan

tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada

V4R ditemukan pada infark ventrikel kanan. 6,7

8. Gelombang T

Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T konveks

keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi

pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I,

sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di

sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan

tajam pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi.

Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan

adanya infark dinding posterior. 6,7

Gambaran gelombang T pada hiperkalemia

Page 16: Ekg

9. Gelombang U

Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi. Gelombang

U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat. 6,7

Page 17: Ekg

DAFTAR PUSTAKA

1. Pakpahan HA. Elektrokardiografi ilustratif. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas kedokteran

Universitas Indonesia; 2012.

2. Surya D. Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Pratamu S, Yamin M,Harun, S. Buku ajarilmu penyakit dalam edisi 5. Elektrokardiografi.

Jakarta: Interna Publishing. 2009.

4. Dharma S. Pedoman praktis sistematika interpretasi EKG. Jakarta : EGC; 2009.

5. Silbernalg S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Elektrokardiogram (EKG) &

Gangguan Irama Jantung. Jakarta : EGC; 2006.

6. Thaler MS. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan. Jakarta : Hipokrates; 2000.

7. Tanto, C. et al. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta. Media Aesculapius. 2014.