efektivitas peran auditor internal dan...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN
FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Ummi Sa’diyah
NIM. 1110082000011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN
FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD COPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Di susun oleh:
Ummi Sa’diyah
NIM.1110082000077
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Yulianti, SE,. M.Si
NIP. 19570617 1985 03 1 002 NIP. 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Juli Tahun 2014 telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Ummi Sa’diyah
2. NIM : 1110082000011
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian
Fraud dalam Penerapan Good Corporate Governance.
Setelah mencermati dan memperhatikan penamilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahan Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Juli 2014 1. Zaenal Muttaqin, MPP ( )
NIP. 19790503 201101 1 006 Ketua 2. Hepi Prayudiawan, SE, MM, Ak, CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris 3. Fitri Yani Jalil, M.Si ( )
NIDN. 2004068701 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, pada tanggal 22 Juni 2016 telah dilakukan ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama : Ummi Sa’diyah
2. NIM : 1110082000011
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud
dalam Penerapan Good Corporate Governance
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Audit Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2016
1. Yessi Fitri, SE, M.Si, Ak ( ) NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Atiqah, SE., M.Si ( ) NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji Ahli
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( ) NIP. 19570617 1985 03 1 002 Pembimbing I
4. Yulianti, SE,. M.Si ( ) NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ummi Sa’diyah
No. Induk Mahasiswa : 1110082000011
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungjawabkan
atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
memalui pembukuan yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,
Jakarta, Februari 2016
(Ummi Sa’diyah)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Ummi Sa’diyah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 25 Desember 1992
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. KH. Dewantoro Rt/Rw. 002/07. Kel. Sawah,
Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten
5. HP : -
6. E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN
1. Tahun 2010 – 2015 : S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Tahun 2007 – 2010 : MAN Buntet Pesantren Cirebon
3. Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 2 Jakarta
4. Tahun 1998 – 2004 : SD Negeri 04 Ciputat
5. Tahun 1996 – 1998 : TK Tunas Harapan
vi
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Panitia PROPESA Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sebagai anggota divisi atribut, tahun 2011.
2. Panitia Think Acct UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai anggota divisi
konsumsi, tahun 2011.
3. Panitia FEB CUP SPORT GLADIATOR, sebagai anggota divisi catur,
tahun 2013.
4. Anggota BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sebagai anggota bagian
kewiraswataan.
D. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Iing Solikhin
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 06 Desember
3. Ibu : Madikhasaroh
4. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon 13 Maret
7. Alamat : Jl. KH. Dewantoro Rt/Rw. 002/07. Kel. Sawah,
Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten
vii
EFFECTIVENESS OF INTERNAL AUDITOR AND
DETECTION OF FRAUD TOWARD IMPLEMENTATION
OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE
By:
Ummi Sa’diyah
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence effectiveness of the internal
auditor and variable detection of fraud towards implementation of good corporate
governance partially and simultaneously. Sampling methods in the study was
purposive sampling. Data was acquired from the primery data by giving the
questionnaire for employees of the finance. The data analysis was done by using
multiple regression analysis. The results of this research show that there are
simultaneous influence on variables (effectiveness of the internal auditor and
detection of fraud) toward implementation of good corporate governance, seen
significant value under 0.05 and value Fvalue (92.506) > Ftable (3.13). The results
of this research also shows the value of the variable effectiveness of the internal
auditor of tvalue (4.269) and service detection of fraud of tvalue (2.924) more this
ttable (1.98) then declared there is effect toward implementation of good corporate
governance. On the determination of the test there is influence of 72.6% of the
independent variables (effectiveness of the internal auditor and detection of fraud)
of the dependent variable (implementation of good corporate governance).
Meanwhile, a total of 27.4% is affected by other variables and not included into
this regression analysis, such as fraud prevention, leadership, internal control
and ect.
Keywords: effectiveness of the internal auditor, detection of fraud,
implementation of good corporate governance.
viii
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN
FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh:
Ummi Sa’diyah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel efektivitas peran
auditor internal dan variabel pendeteksian fraud terhadap variabel penerapan good
corporate governance secara parsial dan secara simultan. Metode penentuan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data
diperoleh dengan membagikan kuesioner pada karyawan bagian finance. Analisis
data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel (efektivitas peran auditor
internal dan pendeteksian fraud) terhadap penerapan good corporate governance,
terlihat nilai signifikan di bawah 0,05 dan nilai Fhitung (92,506) > Ftabel (3,13).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan nilai thitung pada variabel efektivitas peran
auditor internal sebesar (4,269) dan pendeteksian fraud sebesar (2,924) lebih besar
dari ttabel (1,98) maka dinyatakan terdapat pengaruh terhadap penerapan good
corporate governance. Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 72,6% dari
variabel independen (efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud)
terhadap variabel dependen (penerapan good corporate governance). Sedangkan,
sebanyak 27,4% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk ke dalam
analisis regresi ini, seperti Pencegahan fraud, Kepemimpinan, pengendalian
internal dan lain-lain.
Kata kunci: efektivitas peran auditor internal, pendeteksian fraud, good
corporate governance
ix
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayat-Nya
yang mampu menerangi jalan menuju kebenaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Peran Auditor Internal dan
Pendeteksian Fraud dalam Penerapan Good Corporate Governance”. Shalawat
serta salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
dan para sahabatnya. Skirpsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisns
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbngan, dukungan, semangat dan
do’a, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini,
kepada:
1. Mamah dan Bapak tersayang serta kakak Akhmad Faturrohman yang tidak
hentinya melantunkan do’a, mencurahkan kasih sayang dan perhatian untuk
meluruskan segala pikiran buruk penulis sehingga dapat selalu berfikir positif
guna melanjutkan skripsi ini.
2. Suami tercinta Machmud Junaedi dan buah hati tersayang Hasyena Shafwa
Naurah yang selalu mendukung dan mendampingi dalam penulisan skripsi
ini.
3. Kedua mertuaku mimi dan bapak, kakak dan adik ipar terbaik K’ Fajri, Yayu
Uniy, A’Upi, Yayu Lia, A’Yudi, Yayu Uli, IIn, Basit dan Adi serta kelurga
besar yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan
penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak, CA selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Yulianti Selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
9. Reni Octa P, Annisa Oktaviani, Imelia Silviana, Risky Rani P, Marini selaku
sahabat berbagi yang telah memberikan motvasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman Akuntansi B 2010 yang telah
memberikan warna dan cerita yang tak terlupakan selama didunia
perkuliahan.
10. Semua pihak yang tak bias penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian
semua dapat dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassallamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Febuari 2016
(Ummi Sa’diyah)
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i
Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v
Abstact ............................................................................................................... vi
Abstrak .............................................................................................................. vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Daftar Isi ........................................................................................................... x
Daftar Tabel ...................................................................................................... xii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8
1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
A. Tinjauan Literatur ......................................................................... 11
1. Teori Auditing .......................................................................... 11
2. Efektivitas ................................................................................ 12
3. Internal Audit ............................................................................ 15
4. Kualifikasi Auditor Internal .................................................... 24
5. Pendeteksian Fraud .................................................................. 27
6. Good Corporate Governance (GCG) ...................................... 63
B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................. 74
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 76
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 82
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 84
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 84
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 84
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 85
D. Metode Analisis Data .................................................................... 86
1. Statistik Deskriptif ................................................................... 86
2. Uji Kualitas Data ...................................................................... 87
3. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 88
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 90
5. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda......................... 91
6. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................ 91
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 93
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 107
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 107
1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 107
2. Karakteristik Responden ........................................................... 108
B. Hasil Instrumen Penelitian ............................................................ 111
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 111
2. Hasil Uji Kualitas Data ............................................................ 112
a. Hasil Uji Validitas ............................................................... 112
b. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................... 115
3. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................... 116
a. Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 116
b. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 119
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 120
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................. 121
5. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 122
6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................. 123
C. Pembahasan .................................................................................. 127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 130
A. Kesimpulan ................................................................................... 130
B. Saran ............................................................................................. 130
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 133
LAMPIRAN ...................................................................................................... 138
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Contoh Kecurangan (Fraud) ........................................................... 5
2.1 Perbandingan Pengertian Internal Audit ......................................... 16
2.2 Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 74
3.1 Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 101
4.1 Data Sampel Penyebaran Kuesioner Penelitian .............................. 107
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ................................................... 108
4.3 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 109
4.4 Usia Responden Pegawai bagian Finance pada Perusahaan
Swasta di Jakarta ............................................................................. 109
4.5 Tingkat Pendidikan Akhir Responden ............................................ 110
4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 111
4.7 Hasil Uji Validitas Efektivitas Peran Auditor Internal .................... 113
4.8 Hasil Uji Validitas Pendeteksian Fraud ..........................................
4.9 Hasil Uji Validitas Penerapan Good Corporate Governance .......... 115
4.10 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 116
4.11 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 119
4.12 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................. 119
4.13 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ..................................... 121
4.14 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ..................... 122
4.15 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 123
4.16 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ........................................................ 124
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Fraud Tree........................................................................................ 32
2.2 Fraud Triangle ................................................................................ 36
2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 82
4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ......................................... 118
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 120
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Lembar Kuesioner Penelitian .......................................................... 138
2 Data Mentah Jawaban Responden.................................................... 144
3 Pengolah Data Dengan SPSS .......................................................... 147
4 Surat Penelitian ............................................................................... 153
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perhatian dunia usaha terhadap tata kelola perusahaan meningkat sejak
negara-negara di Asia di hantam krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 dan
terbukanya skandal keuangan perusahaan raksasa dunia, termasuk Enron
Corporation, Worldcom dan Global Crossing. Krisis ini berdampak sangat luas
terutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang berkuasa di Korea
Selatan, Thailand dan Indonesia. Ketiga negara yang diawal tahun 1990-an
dipandang sebagai “Macan Asia” harus mengakui bahwa pondasi ekonomi
mereka rapuh, yang akhirnya berujung pada krisis keuangan, ekonomi dan
akhirnya merambat ke krisis politik (Gusnardi, 2011).
Menanggapi tuntutan akan adanya corporate governance yang baik,
banyak negara yang telah mengembangkan berbagai pedoman maupun
peraturan bagi perusahaan publik atas good corporate governance. Pemerintah
Indonesia juga mendukung upaya tersebut dengan membentuk Komite
Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Surat
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri
(EKUIN) No.Kep-10/M.EKUIN/08/1999 tentang Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance. Secara umum, KNKCG bertugas untuk
memformulasikan dan merekomendasikan kebijakan nasional tentang Good
Corporate Governance.Saat ini KNKCG telah menerbitkan Code of Good
2
Corporate Governance tahun 2001 yang berfungsi sebagaia cuan bagi
perusahaan di Indonesia dalam menerapkan pripsip Good Corporate
Governance (Forum for Corporation Governance in Indonesia, 2002).
Di negara-negara maju dengan ekonomi yang relatif makmur, Good
Corporate Governance (GCG) sudah lama dikenal dan menjadi isu. Sedangkan
di Indonesia masalah ini muncul sejak terjadinya krisis moneter yang dimulai
pada triwulan ketiga tahun 1997 (LaporanCorporate Governance Perception
Index 2004, IICG).
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini
membutuhkan ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Salah satu usaha
untuk menciptakan ketahanan dan daya saing bagi perusahaan ialah dengan
menggunakan internal auditor. Internal audit adalah suatu penilaian, yang
dilakukan oleh pegawas perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat
dipercaya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan, serta
pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk
membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang
diaudit (Soeharmoro, 2012).
Dalam penerapannya, corporate governance membutuhkan instrument
pendukung yang cukup memadai untuk memastikan tujuannya tercapai dengan
baik salah satu instrumen yang dibutuhkan oleh penerapan sistem ini adalah
internal audit. Fungsi internal audit yang efektif mampu menawarkan
sumbangan yang penting dalam meningkatkan proses corporate governance,
3
pengelolaan risiko dan pengendalian manajemen. Internal audit merupakan
pendukung utama bagi komisaris, komite audit, direksi dan manajemen senior
dalam membentuk fondasi pengembangan corporate governance. Internal audit
secara structural bertanggungjawab kepada direktur utama, akan tetapi secara
professional mempunyai akses langsung kepada komite audit atau lembaga
sejenisnya dalam perusahaan tersubut (Suharto, 2003).
Aspek penting lain pada tata kelola perusahaan yang baik telah
meningkat di Indonesia. Praktik tata kelola perusahaan yang buruk telah
menyebabkan perusahaan yang memiliki kegagalan dalam bisnis mereka dan
munculnya kasus-kasus malpraktik keuangan. Sebagai hasilnya, good
corporate governance (GCG) akhirnya menjadi isu penting di Indonesia karena
ada banyak kasus mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh komite korporasi
di pasar modal yang ditandatangani oleh BABEPAM. Ini telah menunjukan
praktik tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia masih kurang dalam
kualitas (Gusnardi, 2011).
MenurutForum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
terdapat 3 (tiga) komite yang memiliki peran penting dalam penerapan GCG,
yakni Komite Kompensasi/Remunerasi, Komite Nominasi serta Komite Audit.
Dalam struktur organisasi yang ideal berdasarkan konsep GCG, Komite Audit
membawahi fungsi audit internal atau Internal Audit Department (IAD)
(Agoes, 2012: 182).
Prinsip-prinsip tata kelola yang baik meliputi keadilan, akuntabilitas,
transparasi dan tanggung jawab. Keadilan berarti bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar, bebas dari salah saji material dan sesuai dengan standar
4
akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu Pedoman Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Akuntabilitas termasuk tanggung jawab manajemen untuk
membentuk pengawasan yang efektif melalui komite audit. Prinsip transparasi
berhubungan dengan kualitas informasi yang dirilis oleh perusahaan dan
prinsip tanggung jawab yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan
dalam hal sosial, lingkungan dan ekonomi (Ahalik dan Lavina, 2013).
Sorotan utama mengenai kecurangan (fraud) pada umumnya dan
korupsi pada khususnya adalah pada kelemahan corporate governance atau
kelemahan disektor korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini
sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi dari pada penyelenggara
negara. Secara teoritis (dengan efficient market hypothesis) dapat dijelaskan
bahwa perusahaan yang lemah governance nya, akan dihukum oleh pasar
modal berupa lebih rendahnya harga saham meraka. Dengan kata lain, saham
mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi apabila mereka
mempunyai tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
(Tuanakotta, 2012: 44).
Masih menurut (Tuanakotta, 2012: 45) Konsultan manajemen
Mckinsey melakukan kajian global mengenai hal ini dalam tahun 2002. Hal
yang dilihat adalah subtansi dari penerapan corporate governance dan bukan
bentuk luarnya (substance over from). Syarat mengenai adanya dewan
komisarisdan adanya direksi, mungkin saja seolah-olah terpenuhi. Namun, para
komisaris dan direktur adalah anggota keluarga atau ada komisaris
independen,tetapi pemegang saham mayoritas sangat dominan dalam
pengambilan keputusan. Subtansi good corporate governance tidak ada karena
penugasan (oversight) tidak berjalan.
5
Tabel 1.1
Contoh Kasus Kecurangan (Fraud)
No. Nama Perusahaan Kasus 1. Bernard Madoff (USA, 2008).
(Buckhoff Thomas A dan Bonita K. Peterson Kramer, 2011)
Penipuan yang dilakukan oleh Bernard, fraud sebesar 50 miliar atau setara dengan Rp550 triliun, yang menjadikannya fraud terbesar sepanjang sejarah. Skema penipuan yang berupa skema investasi, dimana ia menjanjikan return tertentu bagi investornya. Padahal kenyataannya, investasinya tidak menguntungkan dan serupa dengan sistem money game atau gali lubang tutup lubang, dimana investor dibayar dengan setoran dari investor baru.
2. Satyam (India, 2009). (Bhasin Madan, 2012)
Pemalsuan oleh pimpinan perusahaan terhadap saldo kas & bank Satyam. Dia juga memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors).
3. New Century Financial (Indonesia, 2009). (Grove Hugh and Elisabetta Basilico: 2011).
Menyebabkan bangkrutnya New Century Financial. Hasil investigasi mengungkapkan bahwa salah seorang partner di KPMG menutupi kesalahan yang terdapat dalam Laporan Keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menjaga hubungan bisnis dan juga menjaga fee yang berasal dari New Century.
4. PT. KAI (Indonesia, 2005). (Harian Kompas Tanggal 5 Agustus 2006)
Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga. Perusahaan BUMN ini dicatat meraih keuntungan sebesar Rp. 6,9 miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci seharusnya perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Setelah hasil audit di teliti secara seksama terdapat kejanggalan bahwa pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan tersebut dimasukan sebagai pendapatan PT. KAI selama tahun 2005.
Berlanjut halaman berikutnya
6
Tabel 1.1 (Lanjutan)
No. Nama Perusahaan Kasus 5. New Century Financial
(Indonesia, 2009). (Grove
Hugh and Elisabetta Basilico:
2011).
Menyebabkan bangkrutnya New
Century Financial. Hasil investigasi
mengungkapkan bahwa salah seorang
partner di KPMG menutupi kesalahan
yang terdapat dalam Laporan
Keuangan perusahaan dengan tujuan
untuk menjaga hubungan bisnis dan
juga menjaga fee yang berasal dari
New Century. 6. PT. KAI (Indonesia, 2005).
(Harian Kompas Tanggal 5
Agustus 2006)
Manipulasi Laporan Keuangan PT
KAI Transparansi serta kejujuran
dalam pengelolaan lembaga.
Perusahaan BUMN ini dicatat meraih
keuntungan sebesar Rp. 6,9 miliar,
padahal apabila diteliti dan dikaji
lebih rinci seharusnya perusahaan
menderita kerugian sebesar Rp. 63
miliar. Setelah hasil audit di teliti
secara seksama terdapat kejanggalan
bahwa pajak pihak ketiga sudah tiga
tahun tidak pernah ditagih, tetapi
dalam laporan keuangan tersebut
dimasukan sebagai pendapatan PT.
KAI selama tahun 2005.
Sumber: Artikel - Artikel
Dalam penelitian (Castro, 2013) menyebutkan bahwa manajemen
memiliki kekuatan yang lebih atas tata kelola perusahaan pada sistem ekonomi
yang terdesentralisasi, maka mereka dapat mengesampingkan pengendalian
internal. Karenanya, ketika manajer dapat memanipulasi tata kelola
perusahaan, maka sistem pada perusahaan tidak memberikan tanggung jawab
sosial kepada masyarakat. Ketika manajemen mengalami kesulitan menjaga
hubungan yang baik dengan pihak luar, hal ini akan menunjukkan manajemen
bermasalah. Auditor Internal harus mengamati perilaku dan gaya hidup
manajemen ketika auditor berada dalam keraguan dari bukti yang diberikan.
7
Peran internal auditor juga berfokus lebih pada penyelesaian masalah
yang terjadi secara independen dan obyektif. Dengan demikian mengurangi
kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dan membuat perusahaan dapat
berjalan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance, sehingga tercipta
sistem tata kelola yang baik, tepat guna dan terpercaya baik untuk pihak
internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan (Soeharmoro, 2012).
Menurut (Tuanakotta, 2012:44) terjadinya kecurangan (fraud) pada
umumnya diakibatkan karena kelemahan disektor corporate governance atau
kelemahan di sektor korporasi. Secara teoritis dengan (efficient market
hypotesis) dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang lemah governance-nya
akan dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham mereka.
dengan perkataan lain, saham mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih
tinggi kalau mereka mampunyai good corporate governance (tata kelola
perusahaan yang baik).
Penelitian mengenai efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian
Fraud terhadap Good Corporate Governance pernah dilakukan oleh
(Ratnaningsih, 2005) dengan judul “Evaluasiatas Efektivitas Internal Auditor
dalam Rangka Penerapan Good Corporate Governance”. Penelitiannya
menemukan bahwa fungsi pemeriksaan seorang internal auditor dipandang
efektif oleh karyawan yang menjadi responden atas kuesionernya dan
menemukan bahwa internal auditor berpengaruh secara positif terhadap
penerapan GCG oleh suatu perusahaan. Sedangkan perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian sekarang terletak pada variabel yang digunakan
dimana penelitian sebelumnya menggunakan 1 (satu) variabel independen
8
yaitu, Evaluasi atas Efektivitas Internal Auditor dan penelitian sekarang
menggunakan 2 (dua) variabel independen yaitu, Efektivitas Peran Auditor
Internal dan Pendeteksian Fraud. Penelitian lain dilakukan oleh Japlani (2014)
dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Penerapan Good
Corporate Governance dengan Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pada
Perusahaan”, Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pendeteksian fraud terhadap good corpoerate governance.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang
berjudul “Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud
terhadap Penerapan Good Corporate Governance”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah efektivitas peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap
penerapan good corporate governance?
2. Apakah pendeteksian fraud berpengaruh signifikan terhadap penerapan
good corporate governance?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian terhadap efektivitas peran
auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate
governance ini adalah:
9
a. Untuk menganalisis pengaruh efektivitas peran auditor internal terhadap
penerapan good corporate governance.
b. Untuk menganalisis pengaruh pendeteksian fraud terhadap penerapan
good corporate governance.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian efektivitas peran auditor internal dan
pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance adalah
sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui informasi mengenai efektivitas peran
auditor internal dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan
mengetauhi informasi mengenai audit investigatif yang digunakan
internal audit untuk mendeteksi fraud. Informasi ini menambah
kewaspadaan perusahaan jika adanya fraud dilingkungan perusahaan
sehingga fraud itu bisa diantisipasi. Sehingga tata kelola perusahaan
dapat diterapkan dengan baik.
b. Bagi Pemerintah
Pemerintah dapat mengetahui informasi mengenai audit investigatif
yang digunakan internal audit untuk mendeteksi fraud. Informasi ini
menambah kewaspadaan pemerintah jika adanya fraud dilingkungan
pemerintah daerah hingga pusat sehingga fraud itu bisa diantisipasi.
10
c. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui informasi mengenai peran efektivitas
pendeteksi fraud yang digunakan Internal Auditor untuk mengungkap
fraud. Hal ini akan membuat masyarakat semakin waspada dan bisa
melaporkan ke pihak terkait jika menemukan kecurangan diperusahaan
maupun instansi pemerintah dilingkungannya.
d. Bagi Akademika
Untuk mengetahui informasi mengenai peranan efektivitas pendeteksian
fraud dan peranan efektivitas internal auditor, baik swasta maupun
pemerintah terhadap efektivitas penerapan Good Corporate Governance.
e. Bagi Peneliti
Peneliti bisa memperoleh pemahaman lebih mengenai good corporate
governance dan mengetahui apakah efektivitas pendeteksian fraud efektif
untuk mengungkap fraud oleh Auditor Internal dalam penerapan good
corporate governance.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Auditing
Audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mendapatkan dan
mengevaluasi secara objektif bukti berkaitan dengan penilaian mengenai
peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaian-
penilaian tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan hasilnya ke
para pengguna yang berkepentingan (Boynton, 2006:6).
Pengertian Auditing menurut (O’regan, 2003:10) adalah sebagai
berikut:
“Auditing is systematic process of objectively gathering and
evaluating evidence relating to assertions about economic actions and
events in which the individual or organization making the assertion has
been engage, to ascertain the degree of the correspondence between those
assertion and established criteria and communicating the result to users of
the reports in which the assertion are made”.
Menurut (Tunggal, 2013:4) ada tiga jenis audit yang biasa dikenal
dan dilakukan sampai saat ini, yaitu:
a. Laporan Keuangan(Financial Statement Audit)
Analisis aktivitas ekonomi dari suatu kesatuan usaha untuk
mengukur dan melaporkan dengan metode akuntansi.
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Peninjauan baik pengendalian finansial maupun operasional dari
transaksi untuk melihat bagaimana baiknya mereka memenuhi standar
yang ditentukan.
12
c. Audit operasional (Operational Audit)
Peninjauan yang komprehensif dari aktivitas unit, sistem dan
pengendalian dalam suatu perusahaan untuk mencapai ekonomisasi,
efisiensi, efekifitas (3E) atau tujuan yang lain.
Sedangkan menurut (Arens dkk., 2012:24) auditing adalah sebagai
berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent, independent person”.
Sedangkan menurut (Agoes, 2012:4) mendefinisikan auditing
sebagai berikut:
“Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
2. Efektivitas
a. Definisi Efektivitas
Menurut Hans Kartikahadi yang dikutip oleh (Agoes, 2012: 183)
tentang efektivitas menyatakan bahwa yang dimaksud efektivitas adalah
produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai tujuannya baik
ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja maupun batas
waktu yang ditargetkan.
Menurut Peter F. Drucker yang dikutip oleh (Moenir, 2008:166)
secara singkat menyatakanpengertian efektivitas adalah:
“Effectiveness, on the other hand, is the ability to choose
appropriate objectives. An effective manager is one who selects the right
things to get done”.
13
Efektivitas pada sisi lain adalah kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat. Seorang manajer efektif adalah orang yang memilih
hal benar untuk dilakukan.
Yang dimaksud efektif adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan
atau program yang dikaitkan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan effectiveness (efektivitas) adalah tingkat kinerja yang
sebenarnya dibandingkan dengan sasaran kinerja yang telah ditetapkan
(Tunggal, 2014: 8).
Efektivitas mempunyai pengertian yang berbeda bagi setiap
organisasi tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi
seorang ahli ekonomi efektivitas organisasi adalah keuntungan, laba
investasi dan bagi seorang ilmuan di bidang riset efektivitas dijabarkan
dalam jumlah paten, penemuan atau produk baru. Sedangkan bagi
sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas sering ditinjau dari segi kualitas
kehidupan pekerja. Efektivitas (effectiveness) menekankan hasil aktual
dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan dampak tertentu
(Sawyer’s, 2009:211).
Efektivitas adalah segala sesuatu berhubungan dengan penentu
apakah tujuan perusahaan yang telah ditetapkan telah tercapai. Hasil
penjualan, kegiatan operasional dan laporan realisasi anggaran dapat
dijadikan sebagai contoh atas nilai efektivitas dari kinerja perusahaan
selanjutnya. Efektivitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam
merealisasikan tujuan perusahaannya. Dengan demikian efektivitas
adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai tujuan perusahaan
yang telah ditetapkan sebelumnya (Anthony dan Govindarajan,
2005:174).
14
Menurut (Siagian, 2002:24) mendefinisikan efektivitas adalah
sebagai berikut:
“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan
semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya”.
b. Pengukuran Efektivitas
Menurut (Anthony dan Govindarajan, 2005:175) pengukuran
efektivitas dapat menggunakan beberapa pendekatan lain:
1) Pendekatan Kuantitatif Akuntansi
Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan objektivitas dan
idependensi yang tinggi dari perusahaan. Pengukuran pendekatan ini
melalui penggunaan informasi akuntansi dan keuangan yang ada pada
perusahaan. Namun pendekatan ini memiliki kelemahan-kelemahan,
sehingga dibutuhkan pendekatan lain yaitu kuantitatif manajemen.
2) Pendekatan Kuantitatif Manajemen
Pendekatan ini mengkomodasi variabel-variabel kuantitatif yang
bersifat nonfinansial dan diluar sistem akuntansi. Pendekatan ini
membantu perumusan-perumusan permasalahan yang dihadapi
sebagai alat analisa dalam pemecahan permasalahan, serta
memperjelas kesimpulan yang akan diambil dalam analisis kuantitatif
akuntansi.
3) Digunakan Sebagai Pelengkap Hasil Kedua Pendekatan
Hasil analisa kualitatif ini dimaksudkan untuk memperjelas
kesimpulan yang akan diambil dari kedua pendekatan di atas.
Sedangkan untuk mengukur efektivitas auditor dapat menggunakan
15
seperti pemeriksa, membandingkan, memeriksa dokumen dasar
(vouching), menganalisa, mengecek, menginspeksi, menghitung,
menelusuri (trace), serta memverifikasi (verify).
Menurut (Cohen dan Sayag, 2010) ada dua pendekatan utama
untuk konsep efektivitas internal audit. Menurut pendekatan pertama,
efektivitas internal audit ditentukan oleh antara audit dan beberapa
standar universal ekstrapolasi dari dana karakteristik internal audit.
Pendekatan kedua, bahwa efektivitas audi tinternal bukan realitas
dihitung, melainkan ditentukan oleh evaluasi subjektif ditugaskan untuk
fungsi ini dengan manajemen. Dengan kata lain, keberhasilan setiap
internal audit hanya dapat diukur terhadap harapan para pemangku
kepentingan yang relevan.
3. Internal Audit
a. Definisi Internal Audit
Auditor internal diseluruh dunia melakukan pekerjaan mereka
secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang diinginkan
manajemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan berbagai aktivitas
yang dilakukan auditor.
IIA’S Board of Directors mendefinisikan Internal auditing
sebagai berikut:
“Internal auditing is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an
organizations/operations. It help an organization accomplish its ate and
improve the effectiveness of risk management, control and governance
process” (Tunggal, 2013:184).
Beberapa definisi audit internal modern telah dikembangkan.
American Accounting Association mendefinisikannya sebagai:
16
“Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan
mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis
untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria
yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang
berkepentingan.”
IIA memperkenalkan Standard is for the Professional Practice of
Internal Auditing-SPPIA (standar) yang berisi definisi berikut ini:
“Audit Internal adalah fungsi penilaian independen yang
dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi
aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan
(IIA:1978).”
Sedangkan menurut (Sawyer’s, 2009:8) yang dimaksud dengan
internal auditor adalah:
“Internal Auditing is an independen appraisal established within
an organization to examine and its activities as a service to
organization.”
Sedangkan menurut (Tunggal, 2013:185) pengertian internal audit
dibandingkan dengan pengertian lama dan baru, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Pengertian Internal Audit
Definisi lama Definisi Baru Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi.
Suatu aktivitas independen dan obyektif.
Fungsi penelitianbagi organisasi. Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasiorganisasi.
Membantu para anggota organisasi agar dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
Memberi hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya wajar.
Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Sumber: (Tunggal, 2013: 185).
17
Menurut (Tunggal, 2013:185) pertimbangan yang mendasari
definisi baru adalah:
1) Gambaran tentang profesi internal audit secara lebih baik akan
diperoleh dari seberapa baik jasa/pelayanan yang diberikan, bukan
siapa yang melaksanakannya dan apa saja jasa yang dapat diberikan.
2) Agar tetap bertahan, profesi internal audit harus dapat memberikan
nilai tambah bagi organisasi.
3) Internal audit perlu mengadopsi semua sudut pandang dari seluruh
rantai nilai (value Chain).
4) Struktur konseptual internal audit harus dapat menjangkau hal-hal di
luar berbagai proses intern yang dilakukannya, untuk mencerminkan
internal audit sebagai pendorong tersedianya jasa organisasional.
5) Standar dan pedoman profesi tidak hanya sekedar menjadi pedoman
bagi anggota profesi, namun juga harus dapat mensimbolisasikan
kualitas/keahlian internal audit kepada pasar.
b. Auditor Internal
Menurut (Tedjasukma, 2012) auditor internal yang bekerja pada
suatu perusahaan dan berstatus sebagai karyawan didalam perusahaan
tersebut dan tugas utama dari auditor internal ini adalah membantu
manajer perusahaan dalam memberikan informasi kepada manajer guna
membantu manajer dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
efektifitas dari perusahaan.
18
Definisi dari auditor internal adalah seseorang yang bekerja
didalam suatu organisasi yang mereka audit. Audit internal dalam suatu
organsasi disebut juga sebagai layanan untuk organisasi. Tujuan audit
internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam
pelaksanaan yang efektif dari tanggung jawabnya (Tedjasukma, 2012).
Menurut (Sawyer’s, 2009) yang dikutip oleh (Tedjasukma, 2012)
seorang auditor internal merupakan karyawan dari sebuah perusahaan
yang secara langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam
segala bentuknya didalam suatu perusahaan dan berfungsi untuk
menelaah kejadian-kejadian yang terjadi dalam perusahaan tersebut
secara independen, tetapi juga siap sedia menanggapi kebutuhan dan
keinginan dari semua tingkat manajemen.
c. Efektivitas Internal Audit
Menurut (Kurniawan, 2012) beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh manajemen agar fungsi auditor internal bisa efektif adalah:
1) Auditor internal harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan dalam arti, tidak boleh terlibat kegiatan
operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau
melaporkan kegiatannya kepada manajemen puncak.
2) Auditor internal harus mempunyai uraian tugas secara tertulis
sehingga dapat mengetahui dengan jelas mengenai tugas, wewenang
dan tanggung jawab yang dimiliki.
3) Auditor internal harus mempunyai kemampuan terkait dengan
pemahaman proses manual.
19
4) Harus ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak kepada
auditor internal, dukungan yang kuat dari manajemen puncak dapat
berupa penempatan auditor internal dalam posisi yang independen.
5) Auditor internal harus memiliki sumber daya yang profesional,
capable, bisa bersikap obyektif dan mempunyai integritas serta
loyalitas yang tinggi.
6) Auditor internal harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka
audit fee yang harus dibayar kepada kantor akuntan publik bisa
ditekan menjadi lebih rendah.
7) Menciptakan struktur pengkajian yang wajar dan pantas.
8) Mengadakan rotasi dan pengaturan hak cuti karyawan.
9) Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan fraud dan
memberikan penghargaan kepada yang berprestasi.
10) Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan
kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan.
11) Menetapkan kebijakan pemberian dari luar.
12) Menyediakan sumber tertentu dalam rangka mendeteksi fraud karena
sulit ditemukan.
13) Menyediakan saluran untuk melaporkan telah terjadinya fraud
hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang
benar.
d. Peran Internal Auditor
Menurut Fitrawansyah (2014:16) pendeteksian fraud oleh auditor
internal merupakan salah satu peran dari kegiatan internal auditing yang
20
dijalankan dalam organisasi. Standards No. 1210.A2 menyatakan sebagai
berikut:
“The internal auditor should have sufficient knowledge to identify
the indicator of fraud but is not expected to hace the expertise of a
person whose primary responsibility is detecting ang investigating
fraud”.
Merujuk pada standar profesi diatas, auditor internal diharuskan
memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi
fraud dalam organisasi. Pengetahuan yang harus dimiliki auditor
termasuk pula pengetahuan mengenai karakteristik fraud, teknik-
teknikyang digunakan dalam melakukan fraud dan jenis-jenis fraud yang
mungkin terjadi pada berbagai proses bisnis. Auditor internal
bertanggungjawab dalam mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi
sedini mungkin, sebelum membawa dampak yang lebih buruk pada
organisasi. Pendeteksian tersebut dapat dilakukan pada saat menjalankan
kegiatan internal audit.Pada saat melakukan audit, auditor internal dapat
memfokuskan diri pada area-area yang memiliki risiko tinggi
terjadinyafraud seperti transaksi kas, rekonsiliasi bank, proses
pengadaan, penjualan dan lain-lain (Fitrawansyah, 2014:16).
Jika auditor internal menemukan suatu indikasi terjadinya fraud
dalam organisasi, auditor internal harus melaporkannya kepada pihak-
pihak terkait dalam organisasi tersebut, seperti audit commite.Auditor
internal dapat memberikan rekomendasi dilakukannya investigasi yang
diperlukan untuk menyelidiki fraud tersebut (Fitrawansyah, 2014:17).
21
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing dari
IIA menyebutkan bahwa auditor internal harus melakukan pemeriksaan
internnya dengan hati-hati dan menggunakan kemahiran
jabatannya.Dalam hal ini auditor harus memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kecurangan, kesalahan, manipulasi, inefesiensi,
pemborosan, ketidakefektifan dan conflict of interst.Mereka juga harus
hati-hati terhadap kondisi dan kegiatan yang memungkinkan terjadinya
irregularities.Berarti auditor harus membuka mata lebar-lebar,
memasang telinga dengan baik dan harus mengetahui modus operasi
terjadinya macam-macam kecurangan (Agoes, 2013:214).
Menurut (Agoes, 2013:214) jika auitor internal menemukan
indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka ia
harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi
tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk
melakukan investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari auditor internal,
lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam
perusahaan (misalnya ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil
investigasi tim harus melaporkan secara tertulis kepada top management
yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan
yang perlu dilaporkan. Top management setelah mempelajari laporan
tersebut, akan memutuskan apakah kecurangan diselesaikan secara
hukum (melalui kepolisian atau pengadilan). Peran auditor internal dalam
menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi
terhadap kecurangan sangat besar.
22
Peran auditor internal yang independen sangat penting dalam
penerapan GCG di perusahaan, dimana anggota auditor internal tidak
mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
perusahaan tersebut, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direksi,
komisaris dan pemegang saham utama perusahaan tersebut dan tidak
memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan tersebut. GCG juga menuntutsejauh mana auditor internal
dapat berperan dengan baik untuk mewujudkannya pada sektor swasta.
Auditor internal dituntut untuk menyediakan informasi mengenai
kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang ada di
dalam perusahaan (Wardoyo, 2010).
Auditor Internal merupakan salah satu pilar GCG yang memiliki
peran cukup penting dalam implementasi GCG, terutama dari aspek
pengendalian. Auditor Internal dapat berperan untuk mendorong
implementasi GCG melalui pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi di suatu
organisasi atau perusahaan. Melalui pencegahan Auditor Internal akan
mampu mengimplemtasikan GCG dengan lebih mudah. Pencegahan saja
tidaklah memadai seorang Audior Internal dalam mengimplementasikan
GCG, perusahaan harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi
secara dini terjadinya fraud (Effendi, 2010:17).
Auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan, persekutuan,
badan pemerintah, individu dan entitas lainnya merupakan auditor
internal.Diperusahaan besar, staf internal audit bisa sangat banyak dan
23
direktur audit internal biasanya adalah pangkat yang paling tinggi dalam
suatu entitas. IIA mendefinisikan audit internal sebagai aktivitas
independen, kepastian objektif dan konsultasi yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit ini
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan
sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian dan proses kepengurusan (Messier,
2005:67).
Auditor Internal haruslah seseorang yang mempunyai kompetensi
di bidang keuangan, kerena Auditor Internal lebih berperan untuk
mengawasi kegiatan manajemen, kompetensi di bidang audit merupakan
suatu keharusan bagi seseorang yang akan melakukan tugasnya di bidang
audit. Disamping pengetahuan di bidang audit, auditor tentunya
diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai dalam substansi
yang diaudit karena itulah kompetensi anggota internal audit sangat
diperlukan untuk menjembatani kebutuhan Dewan Komisaris akan peran
auditing dan pengendalian internal yang efektif dengan kendala daya
serap terhadap masalah-masalah yang teknis dalam akuntansi, auditing
dan pengendalian internal (Wardoyo, 2010).
Hasil penelitian (Gusnardi, 2011) mengatakan bahwa seluruh
keputusan yang dibuat oleh komisaris independent, tidak terpisahkan dari
berjalannya mekanisme pengendalian internal ditubuh emiten termasuk
adanya Komite Audit. Komite Audit yang ahli berhubungan positif
dengan kualitas laporan keuangan dan Auditor Internal yang baik dapat
24
mencegah Kecurangan. Dari besarnya pengaruh komite audit tersebut
terhadap pencegahan kecurangan, ternyata pengaruh yang paling besar
adalah pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan
maka akan dapat mencegah terjadinya kecurangan lebih dini. Peran
Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan
Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan,
artinya peran yang optimal dari Komite Audit, penerapan Pengendalian
Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat
mencegah terjadinya Kecurangan dalam perusahaan. Secara parsial,
pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terbesar
terhadap pencegahan kecurangan. Besarnya pengaruh Peran Komite
Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola
Perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa kecuranganpada
perusahaan dapat dicegah jika Komite Audit, penerapan Pengendalian
Internal, Audit Internal serta Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat
berperan sesuai yang disyaratkan baik melalui piagam Komite Audit
ataupun piagam Audit Internal.
4. Kualifikasi Auditor Internal
Menurut (Tunggal, 2014: 22) auditor yang baik mempunyai
kualifikasi sebagai berikut:
a. Pendidikan dan latihan
Karena audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan,
auditor internal harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi sehingga
25
dapat melakukan verifikasi dan analisis dengan baik. Selain itu, ia harus
memiliki pengetahuan yang luas mengenai masalah perusahaan yang
diperiksa. Kepada auditor internal perlu diberikan pengetahuan mengenai
ilmu kemanusiaan, filosofi dan praktik manajemen sebagai komunikasi.
b. Pengalaman
Praktik akuntansi dan auditing diperlukan bagi seorang auditor
internal yang baru. Di perusahaan manapun ia bekerja, pertama-tama ia
harus dibimbing oleh auditor yang kompeten. Gambaran mengenai
auditor internal harus diberikan secara luas dan mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan dan lingkungannya.
c. Kualitas Pribadi
Auditor internal yang kompeten harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Sifat Ingin Mengetahui
Auditor internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua
operasional perusahaan.Ia harus mempunyai perhatian terhadap
prestasi dan persoalan karyawan perusahan baik di tingkat bawah
maupun tingkat atas. Ia harus berusaha agar karyawan mau berbicara
secara terbuka tentang pekerjaannya sehingga menghasilkan kritik
yang membangun dan ide-ide baru.
2) Ketekunan
Auditor internal harus mencoba terus menerus sampai mengerti suatu
persoalan.Ia melakukan pengujian, memeriksa dan lainnya sampai ia
puas bahwa pekerjaan telah dilakukan seperti apa yang dijelaskan
kepadanya.
26
3) Pendekatan yang Membangun
Ia harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu yang harus
diselesaikan bukan sebagai suatu kejahatan. Ia harus memikirkan
supaya kesalahan tersebut dapat dihindarkan, bukannya menuduh
siapa yang bertanggungjawab. Suatu kesalahan dianggap sebagai
pedoman untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
4) Kewirausahaan
Dia menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap profitabiliitas dan
efisiensi kegiatan perusahaan secara luas. Dia tidak dikuasai oleh
pengetahuan yang mendasar atas kepercayaan dalam menetapkan
:yang benar” atau “yang salah”.
5) Kerjasama (Cooperation)
Dia melihat dirinya sendiri sebagai kawan-usaha, bukan sebagai
saingan dengan siapa yang diperiksa.Tujuannya adalah membantu
mereka dan meninjau kembali nasihat-nasihat yang diberikan dengan
pihak perusahaan.Titik perhatian seorang auditor adalah
meningkatkan kegiatan usaha dan lebih mementingkan peningkatan
itu terjadi dari pada memperoleh balas jasa atas tercapainya
peningkatan tersebut.
6) Daya Khayal (Imagination)
Didefinisikan sebagai perpaduan pemikiran ide-ide baru dari bagian-
bagian yang dialami secara terpisah.Dengan disadari atau tidak,
auditor internal selalu terbuka secara terus menerus terhadap bagian-
27
bagian yang terpisah ini dan merupakan suatu kewajiban bagi mereka
untuk mengatur suatu pola tertentu yang memungkinkan terjalinnya
suatu penafsiran yang baik.
5. Pendeteksian Fraud
a. Definisi Deteksi
Pendekatan baru untuk deteksi dan pencegahan penipuan kerah
putih dan memeriksa empat bidang yang memainkan peran dominan
dalam pemeriksaan fraud: akuntansi dan audit, investigasi, hukum dan
kriminologi. Bagian pertama memeriksa kriminologi dengan penekanan
spesial diberikan kepada teori pelaku kerah putih. Bagian berikutnya
tentang hukum memeriksa pengadilan, berbagai prosedur untuk
membuktikan metters penipuan dan berbagai undang-undang pidana dan
perdata dimana pelaku penipuan dihukum. Bagian auditing
menggambarkan teknik-teknik khusus yang dibutuhkan untuk memeriksa
buku-buku dan catatan untuk aktivitas penipuan. Bagian akhir investigasi
menyediakan teknik tentang cara untuk mendapatkan yang terbaik
metode wawancara informasi trought (Yuhertiana, 2005).
Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
indikasikecurangan di dalam fraudulent financial reporting di
perusahaan, antara lain (Yuhertiana, 2005):
1) Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).
2) Perusahaan tidak memiliki komite audit.
3) Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara
manajemen (director) dengan karyawan perusahaan.
28
Langkah pertama dalam mendeteksi fraud investigatif adalah
untuk mengembangkan pemahaman yang menyeluruh dari organisasi
tersangka dan lingkungan di mana ia beroperasi. Selain itu, kinerja
perekonomian secara keseluruhan dan pengaruhnya terhadap industri dan
organisasi harus dilakukan. Mendeteksi kecurangan merupakan suatu
tantangan bagi auditor, hal ini bisa di sebabkan karena auditor tidak
memiliki banyak pengalaman dalam mendeteksi kecurangan atau teman
yang kemungkinan merupakan kecurangan telah disamarkan oleh pihak
lain yang sebelumnya telah mengantisipasi bagaimana auditor berpikir
dan bertindak (Yuhertiana, 2005).
b. Definisi Fraud (Kecurangan)
Pengertian kecurangan (fraud) berdasarkan Standar Profesional
Akuntan Publik (PSAP No. 70 seksi 316.2 paragraf 4) adalah salah saji
atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Pemakai laporan keuangan disini termasuk pihak luar maupun dalam
entitas itu sendiri.
Menurut (Tunggal, 2014:3) kecurangan (fraud) adalah suatu
tindakan yang disengaja (intentional) oleh suatu individu atau lebih
dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
karyawan atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar
hukum.
Menurut Black Law Dictonary yang dikutip (Priantara, 2013:3)
yaitu:
29
“The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to
deprive another of his money, property or legal right, either as a cause of
action or as a fatal element in the action it self.”
“Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu
tipu daya atau cara-cara tidak jujur untuk mengambil atau
menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik-baik,
karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri”.
Sedangkan menurut Standar the Institute of Internal Auditors
tahun 2013 yang dikutip oleh (Priantara, 2013:4) yaitu:
“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or
violation of trust. These acts are not dependent upon the threat of
violence or physical force. Frauds are perpetrated by parties and
organizations to obtain, money, property or services, to avoid payment or
loss of services, or to secure personal or business advantage”.
Yang dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dicirikan
dengan pengelabuhan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan
uang, aset, jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk
menjamin keuntungan atau manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini
tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang
lain (Priantara, 2013:4).
Definisi kecurangan menurut Jack Bologna, Robert J. Lindquist
Josep T. Wells yang dikutip oleh (Tunggal, 2014:4) adalah:
“Fraud is criminal intended of financially benefit the deivers”.
Menurut Howard R. David yang dikutip oleh (Tunggal, 2014:3)
mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai berikut:
“Fraud is an intentional pervertion of the truth to induct another
to act with some valuable thing belonging to him or her”.
Kitab Undang-undang hukum pidana seperti yang dikutip oleh
(Tuanakotta, 2012:194) menyebutkan pasal-pasal yang mencakup
pengertian fraud diantaranya:
30
“Pasal 362 pencurian: Mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum.
Pasal 368 Pemerasan dan Pengancaman: Dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.
Memaksa seseorang dengan kekuasaan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang
maupun menghapuskan piutang.
Pasal 372 Penggelapan: Dengan sengaja melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagiannya adalah
kepunyaan orang lain tetapi yang ada dalam kekuasaan hukum karena
kejahatan.
Pasal 378 Perbuatan curang: Dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melanggar hukum, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
sesuatu barang kepadanya atau supaya memberi utang maupun
menghapus piutang”.
Fraud merupakan suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar
dan dengan sengaja untuk menutupi atau menghilangkan informasi yang
bersifat material yang dapat menyesatkan pengguna informasi tersebut.
Tindakanfraud ini melalui penyusunan strategi atau taktik atau tipuan
agar kecurangannya tidak diketahui oleh pihak lain.
Menurut (Singleton, 2006) yang dikutip oleh (Tedjasukma, 2012)
mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai tindakan dari seseorang yang
menginginkan keuntungan lebih dengan cara memberikan laporan palsu
kepada pihak-pihak lain, tindakan penipuan ini dapat berupa tindakan
yang tidak jujur, tipuan dan kelicikan yang dilakukan dalam menyajikan
laporan keuangan yang belum diaudit.
Masih menurut (Singleton, 2006) yang dikutip oleh (Tedjasukma,
2012) memberikan pengertian fraud dari tugas sudut pandang, yaitu:
1) Corporation fraud adalah segala bentuk kecurangan yang
dipersiapkan oleh, untuk atau melawan perusahaan.
31
2) Management fraud adalah kekeliruan yang disengaja didalam
perusahaan atau pada tingkat kinerja karyawan untuk melayani dan
mendukung peran manajemen dalam mencari keuntungan dari suatu
kecurangan, seperti promosi, bonus atau insentif keuangan dan
kenaikan pangkat.
3) Layperson’s definition of fraud. Fraud seperti yang telah diketahui
sampai saat ini berarti suatu ketidakjujuran yang telah disengaja dalam
meggambarkan suatu fakta yang ada.
Tuntutan terhadap pengembangan atau peningkatan penerapan
tata kelola perusahaan yang baik agar suatu entitas bisnis yang
dirumuskan dalam kerangka badan hukum perseroan terbatas untuk dapat
mengembangkan usahanya secara efisien dan berkesinambungan. Hal
tersebut berkaitan erat juga dengan cara perusahaan mengatasi kendala
yang ada pada abad sekarang seperti fraud, karena dengan pengendalian
internal,model kepemimpinan, manajemen risiko dan sumber daya
manusia yang baik pada tata kelola perusahaan yang baik dapat
mencegah kecurangan dan investigasi kecurangan,external auditor,etika
bisnis dan konsultasi yang kompeten dapat mendeteksi fraud yang
terjadi. Hal ini yang merupakan aset perusahaan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang untuk bersaing dalam dunia bisnis modern
(Simbolon, 2010).
c. Pohon Kecurangan (Fraud Tree)
1) Definisi Pohon Kecurangan (Fraud Tree)
Menurut Tuanakotta (2012: 195) secara skematis, Assosiation
of certified Fraud Examination (ACFE) menggambarkan
32
occupationalfraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini
menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja,
beserta ranting dan anak rantingnya. Fraud tree ini disajikan dalam
Gambar bagan 2.1:
Gambar 2.1
Fraud Tree
Sumber: Thodorus M, 2012
33
Occuptional fraud tree ini mempunyai tiga cabang utama,
yakni corruption, asset misappropiation dan fraudelent statement.
a) Korupsi (Corruption)
Menurut (Tuanakotta, 2010:196) istilah corruption disini
serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi dalam ketentuan
perundang-undangan kita. Dalam ranting-ranting yang terdapat
pada fraud tree terdapat empat bentuk ranting-ranting yaitu,
conflicts of interest, bribery, illegal gratuities, economic extortion.
Conflicts of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai
dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis
pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi
pemasok atau rekanan dilembaga-lembaga pemerintah dan didunia
bisnis sekalipun.
Bisnis yang mengandung benturan kepentingan sering
disamarkan dengan kegiatan sosial-keagamaan dan muncul dalam
bentuk yayasan-yayasan. Konsep conflicts of interest digunakan
dalam konvensi PBB mengenai pemberantasan korupsi (United
Nations Convention Against Corruption). Indonesia meratifkasi
konvensi ini (Tuanakotta, 2012:196).
Masih menurut (Tuanakotta, 2012:198) Bribery atau
penyuapan merupakan bagian yang akrab dalam kehidupan bisnis
dan politik di Indonesia. Kickbacks (secara harafiah berarti
tendangan balik) merupakan salah satu bentuk penyuapan dimana
34
si penjual mengikhlaskan sebagian dari hasil penjualannya.
Kicbacks berbeda dari bribery. Dalam halbribery pemberinya tidak
mengorbankansuatu penerimaan. Illegal gratuities adalah
pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari
penyuapan.
b) Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal
dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun dalam istilah
hukum mengambil aset secara ilegal (tidak sah atau melawan
hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang
untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut
menggelapkan. Istilah pencurian, dalam fraud tree disebut larceny.
Istilah penggelapan dalam bahas inggrisnya adalah embezzlement.
Dalam fraudtree ACFE, kelihatannya istilah larceny dipergunakan
sebagai sinonim dari embezzlement (Tuanakotta, 2012:199).
Sedangkan (Priantara, 2013:68) menyebutkan bahwa asset
misappropriation meliputi penyalahgunaan, penggelapan atau
pencurian aset atau harta perusahaan oleh pihak didalam atau pihak
diluar perusahaan.
c) Pernyataan atau Pelaporan yang Menipu atau dibuat Salah
(Fraudulent Statement)
Menurut (Tuanakotta, 2012:205) jenis fraud ini sangat
dikenal para auditor yang melakukan general audit (opinion audit).
35
Ranting pertama mnggambarkan fraud dalam menyusun laporan
keuangan. Fraud ini berupa salah saji (misstatements baik
overstatements maupun understatements). Cabang dari ranting ini
ada dua. Pertama, menyajikan aset atau pendapatan lebih tinggi
dari yang sebenarnya (asset/revenue overstatements). Kedua,
menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dari yang
sebenarnya (asset/revenue understatements).
Sedangkan menurut (Priantara, 2013:68) fraudulent
statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif dan manajer senior suatu perusahaan atau instansi
pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya
dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) atau
mempercantik penyajian laporan keuangan guna memperoleh
keuntungan atau manfaat pribadi mereka terkait dengan kedudukan
dan tanggung jawabnya.
d) Manfaat Fraud Tree
Fraud tree yang dibuat ACFE sangat bermanfaat. Fraud
tree memetakan fraud dalam lingkungan kerja. Peta ini membantu
akuntan forensik mengenali dan mendiagnosis fraud yang terjadi.
Ada gejala-gejala “penyakit” fraud yang dalam auditing dikenal
sebagai red flags. Dengan memahami gejala-gejala ini dan
menguasai teknik-teknik audit investigatif, akuntan forensik dapat
mendeteksi fraud tersebut (Tuanakotta, 2012:205).
36
Fraud
Triangle
d. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
Segitiga Fraud ini adalah gagasan dari seorang mahasiswa yang
bernama (Donald R.Cressy) yang ada pada waktu itu, dia melakukan
penelitian disertai doktornya dibidang sosiologi tentang Kriminalitas di
Masyarakat. Segitiga penipuan juga akan menjadi pedoman internal
auditor dalam mendeteksi fraud. Paraauditor internal bisa maju dengan
rencana risiko audit dengan mengamati perubahan perilaku manajemen,
dan kemudian menghasut kepribadian skeptis seperti pikiran ingin tahu
(Castro, 2013).
Menurut (Priantara, 2013:44) Cressey tertarik pada embezzlers
yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”, yakni
mereka yang melanggar kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada
mereka. Dalam perkembangan hipotesa ini lebih dikenal sebagai fraud
Triangle. Tiga faktor tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Fraud Triangle
(Sumber: Theodorus M, 2007:106)
Opportunity
Pressure Rationalization
37
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan
yang curang dan penyalahgunaan aktiva diuraikan dalam SAS 99 (AU
316). Ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud
triangle), yaitu:
1) Tekanan (Insentive or Pressure)
Menurut (Priantara, 2013: 44) pressure adalah dorongan orang
untuk melakukan fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena
kebutuhan atau masalah finansial, tapi banyak juga yang didorong
oleh keserakahan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif
atau tekanan untuk melakukan kecurangan.
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari
suatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai
kebutuhan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakan kepada orang
lain. Konsep yang penting disinilah adalah tekanan yang menghimpit
hidupnya (berupa kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi
(sharing) dengan orang lain. Setidak-tidaknya itulah yang
dirasakannya. Konsep ini dalam bahasa inggris disebut perceived non
shareable financial need. (Tuanakotta, 2012:207).
Incentive or pressure (dorongan atau tekanan) adalah segala
sesuatu yang berasal dari target waktu maupun target pelaksanaan
yang tidak realistis yang dilimpahkan kepada seseorang ataupun
kelompok orang yang memiliki sifat/kebiasaan yang kurang baik.
Pengaruh tekanan insentif untuk membuat individu ataupun entitas
melakukan fraud sangat besar (Hanchox, 2013).
38
Menurut (Priantara, 2013:44) Cressey juga menemukan bahwa
non-sharable problems yang dihadapi orang-orang yang
diwawancarainya timbul dari situasi yang dapat dibagi dalam 6
(enam) kelompok, yaitu:
a) Pelanggaran terhadap Kewajiban (Violation of ascribed obligation)
Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab
keuangan, membawa konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan
dan juga menjadi harapan atasan atau majikan (Priantara, 2013:45).
b) Masalah Akibat Kegagalan Pribadi (Problems resulting from
personal failure)
Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang
dipersiapkan oleh orang yang mempunyai kdudukan yang
dipercaya dalam bidang keuangan, sebagai kesalahannya
menggunakan akal sehatnya dan karena itu menjadi tanggung
jawab pribadinya (Priantara, 2013:45).
c) Pembalikan Bisnis (Business revelsals)
Cressey menyimpulkan bahwa kegagalan bisnis merupakan
kelompok situasi yang juga mengarah kepada non-
shareableproblem. Kegagalan itu karena inflasi yang tinggi atau
krisis moneter atau ekonomi, tingkat bunga yang tinggi dan lain-
lain (Priantara, 2013: 45).
39
d) Isolasi fisik (Physical isolation)
Secara bebas, situasi ini dapat diterjemahkan sebagai
keterpurukan dalam kesendirian. Dalam situasi ini, orang itu bukan
tidak mau berbagi keluhan dengan orang lain. Ia tidak mempunyai
orang lain tempat ia berkeluh dan mengungkapkan masalahnya.
e) Status Mendapatkan (Status gaining)
Situasi kelima ini tidak lain dari kebiasaan (buruk) untuk
tidak mau kalah dengan “tetangga”. Orang lain punya harta
tertentu, ia juga harus punya seperti itu atau lebih dari itu.
f) Hubungan Pengusaha-Pekerja (Relations of Employer-employee).
Cressey menjelaskan bahwa pada umumnya situasi keenam
mencerminkan kekesalan (atau kebencian) seorang pegawai yang
menduduki jabatan yang sama ia merasa tidak ada pegangnya
sekarang, tetapi pada saat yang sama ia merasa tidak ada pilihan
baginya, yakni ia harus tetap menjalankan apa yang dikerjakannya
sekarang.
2) Kesempatan (Opportunity)
Menurut (Priantara, 2013:46) opportunity adalah peluang yang
memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku percaya bahwa aktivitas
mereka tidak akan terdeteksi.
Menurut (Hanchox, 2013) Opportunity adalah sebuah cara
untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat diungkapkan dan
bersifat rahasia dengan melanggar kepercayaan. Secara umum
40
kesempatan ada karena lemahnya pengendalian internal. Contoh dari
kesempatan ini adalah kondisi dimana tidak cukupnya pengawasan
dan review, tidak adanya pemisahan tugas dan lemahnya sistem
pengendalian.
Sedangkan menurut pendapat Cressey yang dikutip oleh
(Tuanakotta, 2012:211) ada dua komponen dari persepsi tentang
peluang ini. Pertama, general information, yang merupakan
pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung trust atau
kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Kedua, technical
skill atau keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kejahatan tersebut.
3) Sikap / Rasionalisasi (Attitude or Rationalization)
Sudut ketiga dari fraud triangle adalah rationalization atau
mencarai pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan
sesudahnya. Ada sikap, karakter atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan
yang tidak jujur (Tuanakotta, 2012:212).
Sedangkan menurut (Priantara, 2013:7) rasionalisasi
merupakan bagian dari fraud triangel yang paling sulit diukur. Bagi
mereka yang terbiasa tidak jujur, mungkin lebih mudah untuk
merasionalisasi fraud.
Menurut (Hanchox, 2013) rationalization or attitude
(rasionalisasi) adalah bagian yang sangat penting untuk semua fraud
41
karena sebagian besar orang harus merekonsiliasi perilaku mereka
terhadap nilai-nilai umum mengenai tanggung jawab dan kepercayaan.
Para pelaku fraud biasanya selalu mencari pemakluman atas
perilakunya dan berusaha memaafkan perbuatan curangnya terhadap
pihak lain. Ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa
bersalah mereka. Dibeberapa kasus, rationalization or attitude
dilakukan oleh para pelaku fraud untuk menutupi kecurangan yang
telah dilakukannya. Ini dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa bersalah mereka. Dibeberapa kasus, rationalization
or attitude dilakukan oleh para pelaku fraud untuk menutupi
kecurangan yang telah dilakukannya. Hal ini sangat manusiawi
dilakukan oleh mereka. Contoh dari rationalization or attitude adalah
tindakan manajemen korupsi yang membatasi lingkup ataupun akses
informasi untuk auditor saat mengaudit.
e. Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
Menurut Agoes (2013:15) dalam mencegah dan mendeteksi serta
menangani fraud sebenarnya ada beberapa pihak yang terkait yaitu,
akuntan (baik sebagai auditor internal, auditor eksternal atau auditor
forensik) dan manajemen perusahaan.Peran dan tanggungjawab masing-
masing pihak ini dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang
dinamakan fraud deterrence cycle atau siklus pencegahan fraud. Siklus
tersebut terdiri dari:
42
1) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka
mengeliminasi atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya
fraud.Corporate governance meliputi budaya perusahaan, kebijakan-
kebijakan dan pendelegasian wewenang.
2) Proses Pengendalian Tingkat Transaksi (Transaction Level Control
Process)
Dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya adalah proses
yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang
memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
3) Retrospektif Pemeriksaan (Retrospective Examination)
Dilakukan oleh auditor eksternal diarahkan untuk mendeteksi
fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan
investigation dan remediation yang dilakukan oleh forensik
auditor.Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang harus
diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud,
tanpamemandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil
terhadap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang
berbentuk kecurangan dalam laporan keuagan atau penyalahgunaan
aset.
Secara garis besar salah satu unsur pencegahan kecurangan yaitu
pembentukan tata kelola perusahaan, sebuah sistem yang bagus harus
43
lahir bersamaan dengan perusahaan itu sendiri, tumbuh dalam
kompleksitas dan mencapai kedewasaan atau kecakapan sesuai dengan
kemajuan perusahaan. Dengan kata lain, sistem tata kelola perusahaan
harus bertumbuh seiring dengan perubahan dalam perusahaan dan
lingkungan luarnya. Sistem ini harus selalu lebih canggih atau
mendahului kehebatannya dari pada kecurangan yang mungkin terjadi.
Tata kelola perusahaan adalah berupa pengaturan dan monitoring tujuan,
peraturan, kebijakan, manajemen risiko, akuntabilitas dan kinerja. Dalam
definisinya sendiri, mengandung pengertian seperangkat sikap,
kebijakan, prosedur, delegasi wewenang dan kontrol yang di
komunikasikan dengan semua konstituen, termasuk manajemen senior,
bahwa kecurangan tidak akan terjadi (Wind, 2014 :25).
Mencegah fraud adalah bagian dari fraud audit yang bersifat
proaktif, sedangkan mendeteksi fraud adalah bagian dari fraud audit
yang bersifat investigatif (Tuanakotta, 2012: 285). Davia menganjurkan
standar untuk pemeriksaan yang secara spesifik ditujukan untuk
menemukan fraud. Ia menyebutnya fraud-specific examinations. Para
praktisi harus tahu apa yang mereka harapkan dari standar untuk
pemeriksaan yang secara spesifik ditujukan untuk menemukan fraud
(Tuanokotta, 2012: 292).
Sekurang-kurangnya para praktisi harus menyadari hal-hal
berikut ini:
44
1) Mereka tidak bisa, karenanya tidak boleh, memberikan jaminan bahwa
mereka bisa menemukan fraud. Klien dapat membatasi upaya
menemukan fraud di atas jumlah tertentu dengan pengertian bahwa
potensi menemukan fraud ini bergatung kepada waktu dan keahlian
yang digunakan pada giliran berikutnya, ini tercermin dari fee.
2) Seluruh pekerjaan didasarkan atas standar audit. Di Indonesia untuk
pekerjaan KAP standar ini adalah SPAP.
3) Jumlah fee bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang
ditetapkan klien. Jadi klien bisa memilih penugasan yang bernilai
Rp.100 juta, RP.200 juta, Rp. 1 miliar dan seterusnya.
4) Praktisi tersedia untuk memperluas jasanya dari tahap proactive
review ke tahap pendalaman apabila ada indikasi terjadinya fraud.
Tentunya dengan tambahan fee.
Sedangkan menurut (Priantara, 2013: 211) risiko yang dihadapi
perusahaan diantaranya adalah integrity risk atau risiko fraud yaitu risiko
terjadinya fraud oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan
ilegal oleh perusahaan atau tindakan penyimpangan lainnya. Adanya
risiko tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyusun tindakan
pencegahan (prevention) untuk menangkal terjadinya kecurangan.
Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, perusahaan harus memahami
pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya fraud.
Kecurangan akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik
yang merupakan keadaan lingkungan maupun perilaku seseorang.
45
Karakteristik yang bersifat kondisi/situasi tertentu, prilaku/kondisi
seseorang tersebut dinamakan red flag, symptom atau fraud indicators.
Masih menurut (Priantara, 2013:211) meskipun timbulnya red
flag tidak selalu otomatis fraud namun red flag biasanya selalu muncul
disetiap kasus fraud yang terjadi. Pemahaman, naluri dan analisis lebih
lanjut terhadap red flag sangat membantu langkah selanjutnya untuk
memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya fraud yang selanjutnya
akan menentukan berhasilnya pengungkapan fraud.
Menurut Albrecht yang dikutip oleh Priantara (2013:211)
menjelaskan bahwa indikasi fraud dapat dikenali atau dideteksi dari
gejala-gejala atau tanda-tanda (red flag) sebagai berikut:
1) Anomali dokumentasi bukti transaksi meliputi antara lain:
a) Terdapat dokumen sumber transaksi yang hilang atau penggunaan
dokumen tidak asli (foto kopi) atau banyak dijumpai penggantian
dokumen.
b) Nama dan alamat penerima pembayaran sama dengan nama dan
alamat pembeli atau pegawai perusahaan.
c) Piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo dan berusia
sangat lanjut.
d) Jumlah item penyebab selisih yang direkonsiliasi banyak dan
belum tuntas atau berasal dari periode lalu.
e) Pembayaran dengan bukti transaksi duplikat (salinan).
46
2) Anomali akuntansi meliputi antara lain:
a) Ayat (entry) jurnal yang salah atau tidak sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku baik salah dalam klasifikasi akun maupun
salah dalam pengukuran atau salah dalam saat pengakuan.
b) Buku besar (ledger) yang tidak akurat seperti ledger yang tidak
seimbang dan akun master atau akun kontrol pada buku besar
(general ledger) tidak sama dengan jumlah akun dari customer atau
pemasok secara individual pada buku pembantu (subsidiary
ledger).
3) Kelemahan struktur pengendalian intern baik level transaksi maupun
level entitas meliputi antara lain:
a) Tidak ada pemisahan tugas.
b) Tidak ada pengamanan yang memadai untuk aset.
c) Tidak ada pengecekan dan penelaahan independen.
d) Tidak ada otoritas yang tepat.
e) Mengesampingkan atau mengabaikan pengendalian (control) yang
dibuat.
f) Sistem akuntansi yang tidak memadai.
4) Anomali dari prosedur analitis, contohnya antara lain:
a) Pendapatan yang meningkat dengan persediaan yang menurun.
b) Pendapatan yang meningkat dengan piutang yang menurun.
c) Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun.
d) Persediaan yang meningkat dengan utang yang menurun.
47
e) Volume penjualan yang meningkat dengan penambahan biaya per
unit yang menurun.
f) Volume produksi yang meningkat dengan jumlah scrap yang
menurun.
g) Persediaan yang meningkat dengan biaya pergudangan yang
menurun.
5) Gaya hidup mewah.
6) Perilaku yang tidak biasa.
7) Pengaduan dan komplain.
Menurut (Priantara, 2013:212) pendeteksian fraud dapat
dilakukan secara proaktif sebagai berikut:
1) Pelaksanaan audit internal yang menerapkan proactive fraud auditing.
2) Pengumpulan data intelijen terhadap gaya hidup dan kebiasaan pribadi
pegawai.
3) Penerapan prinsip pengecualian (exception) didalam pengendalian dan
prosedur intern dimana setiap exception harus ditelusuri dengan
cermat.
4) Pelaksanaan review terhadap penyimpangan (variances) dalam
kinerja operasi (standar, tujuan, sasaran, anggaran dan rencana).
5) Adanya laporan pengaduan dan keluhan atau whistleblower hotmail.
6) Intuisi atasan pegawai atau sesama pegawai melihat kejanggalan atau
kecurigaan.
48
f. Investigasi Fraud
Mendeteksi fraud baik mencegah maupun mendeteksi merupakan
cakupan fraud audit. Mencegahfraud adalah bagian dari fraud audit yang
bersifat proaktif, sedangkan mendeteksi fraud adalah bagian dari fraud
audit yang bersifat investigatif. Pemeriksa fraud atau investigator perlu
mengetahui tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud. Suatu investgasi
dimulai apabila ada dasar yang layak, yang dalam investigasi dikenal
sebagai predication. Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai upaya pembuktian. Umumnya pembuktian ini berakhir di
pengadilan dan ketentuan hukum (acara) yang berlaku. Tujuan audit
investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti
hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum
pembuktian yang berlaku (Tuanakotta, 2013:321).
Lingkup atau intensitasnya audit investigatif lebih dalam dan
lebih luas dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan
barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji dalam
persidangan (pengadilan atau luar pengadilan). Pengujian inilah yang
akan menentukan apakah bukti dan barang bukti ini dapat menjadi alat
bukti yang dapat memberikan keyakinan kepada majelis hukum (didalam
pengadilan) atau (diluar pengadilan) (Tuanakotta, 2012:360).
1) Definisi Audit Investigasi
Menurut Jack Bologna dan Paul Shaw yang dikutip oleh
(Tunggal, 2013: 27):
49
“Forensic Accounting sometimes called fraud auditing or
Investigative accounting is skill that goes beyond the realm of
corporation and management fraud, embezzlement, or commercial
bribery indeed, forensic accounting skills go beyond the general realm
of white collar crime”.
Pendapat lain tentang audit investigatif dikemukakan oleh
(Messier dkk., 2006:21) yaitu:
“Forensic audit is an audit to detection or defference of a wide
variety of fraudelent activities. The use of auditors to conduct forensi
audits has grown significantly, especially where the fraud involves
financial issue”.
Menurut (Tunggal, 2014:80) Fraud auditing yang kadang-
kadang juga dinamakan forensic accounting atau investigative
accounting merupakan disiplin yang relatif baru.Tidak seperti halnya
financial auditing dan operational auditing yang mempunyai sejarah
akseptasi yang lama.
Association of Certified fraud Examiner seperti dikutip
(Tunggal, 2014: 80), mendefinisikan Audit Investigatif sebagai
berikut:
“Fraud auditing is an initial approach (proactive) to detecting
financial fraud, using accounting records and information, analytical
relationship and an awareness of fraud perpetation and concealment
efford”.
Sedangkan menurut (Agoes, 2013: 21) audit investigasi adalah
bagian dari manajemen kontrol yang dilaksanakan dalam kegiatan
internal audit, disamping audit lainnya, seperti audit keuangan dan
audit kepatuhan atau compliance audit.
50
Dari definisi audit investigatif di atas, dapat disimpulkan
bahwa audit investigatif merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi dan memeriksa kecurangan terutama dalam laporan
keuangan yang kemungkinan sedang atau sudah terjadi menggunakan
keahlian tertentu dari seorang auditor (teknik audit).
Berdasarkan siapa yang melakukan audit investigatif, menurut
(Karni, 2000:7) dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu:
a) Audit Investigatif Dilakukan Atas Inisiatif Lembaga Audit
Dasar pelaksanaan audit investigatif yang dilakukan atas
dasar inisiatif lembaga audit pada umumnya adalah pengembangan
temuan audit sebelumnya dan informasi atau pengaduan dari
masyarakat. Apabila audit bersumber dari pengaduan masyarakat
sebelum melakukan audit, umumnya dilakukan dahulu penelitian
awal untuk mengidentifikasikan kasus yang akan diaudit. Apabila
dari penelitian awal tersebut dapat disumpulkan bahwa dapat
dilakukan audit investigatif baru dapat dibuat satu surat khusus.
Hal yang terpenting adalah sejauh mana kewenangan lembaga audit
untuk melakukan audit investigatif terutama apabila hasil auditnya
terbukti ada pelanggaran hukum formal atau material,
kemungkinan akan diserahkan kepada jaksa untuk diselesaikan
secara hukum.
b) Audit Investigatif Dilakukan Secara Dasar Permintaan Penyidik
Sesuai pasal 120 ayat (1) Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHP), bila penyidik menganggap perlu, dapat meminta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.
51
Terdapat kelemahan atau hambatan perundang-undangan yang
dihadapi auditor karena tidak diatur lebih lanjut dalam KUHP atau
Undang-undang Tindak Pidana Korupsi. Auditor bekerja atau
melaksanakan tugas atas nama penyidik (Polisi atau Jaksa). Para
audit yang dilaksanakan atas dasar permintaan penyidik, auditor
bertanggung jawab atas nama pribadi yang ditunjuk. Oleh karena
itu apabila pernyataan yang dikemukakan oleh auditor adalah
pernyataan palsu, auditor tersebut terjerat hukum.
2) Standar Audit Investigatif
Akuntan publik memiliki Standar Profesi Akuntan Publik
(SPAP). SPAP memuat standar-standar audit, atestasi, pengendalian
mutu dan lain-lain. Namun SPAP tidak secara khusus mengatur audit
investigatif atau audit fraud.
Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. K.H. Spencer
Pickett dan Jennifer Pickett yang dikutip oleh (Tuanakotta, 2012: 115)
merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap
fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah investigasi atas fraud yang
dilakukan oleh pegawai diperusahaan. Standar tersebut adalah:
a) Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted
best practices).
b) Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care)
sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
52
c) Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,
terlindungi dan diindeks dan jejal audit tersedia.
d) Pastikan bahwa seluruh investigator mengerti hak-hak asasi
pegawai dan senantiasa menghormatinya.
e) Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya
melakukan kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa
pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administratif maupun
hukum pidana.
f) Cukup seluruh subtansi investigasi dan “kuasai” seluruh target
yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
g) Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk
perencanaan, pengumpulan bukti dan barang.
3) Aksioma dalam Investigasi
Menurut (Tuanakotta, 2012:322) dalam pandangan para filsuf
Yunani, aksioma adalah klaim atau pernyataan yang dapat dianggap
benar, tanpa perlu pembuktian lebih lanjut. Tradisi ini diteruskan
dalam logika yang tradisional, bahkan sampai kepada ilmu-ilmu
eksakta. Aksioma atau postulate adalah pernyataan (proposition) yang
tidak dibuktikan atau tidak diperagakan dan dianggap sudah jelas
dengan sendirinya (self-evident). Kebenaran dari proposisi ini tidak
dipertanyakan lagi (taken for granted). Aksioma merupakan titik tolak
untuk menarik kesimpulan tentang suatu kebenaran yang harus
dibuktikan (melalui pembentukan teori).
53
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebut
tiga aksioma dalam melakukan investigasi atau pemeriksaan fraud.
Ketiga aksioma ini oleh ACFE diistilahkan fraud axioms (aksioma
fraud), yang terdiri atas, Fraud is Hidden, Reverse proof, dan
Existence of Fraud (Tuanakotta, 2013:322).
Priantara (2013:226) menjelaskan ketiga aksioma fraud
tersebut sebagai berikut:
a) Fraud Itu Pasti Tersembunyi Dan Pasti Disembunyikan (Fraud is
Hidden).
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pelaku untuk menutupi
perbuatannya sangat beragam dan seringkali sangat canggih
sehingga hampir semua orang termasuk auditor intern dan auditor
independen sekalipun akan terkecoh. Adalah suatu kebodohan
apabila pelaku tidak menutupi dan menyembunyikan perbuatannya
maka seorang fraud examiner wajib hukumnya dengan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya membongkar dan
mengungkap fraud.
b) Melakukan Pembuktian Dua Sisi (Reverse Proof).
Dalam upayanya yang sangat keras untuk mengumpulkan bukti-
bukti yang sah untuk membongkar dan mengungkap fraud serta
menuduh tersangka melakukan fraud, fraud examiner wajib
hukumnya memperhatikan kemungkinan adanya bukti-bukti yang
dapat membuktikan tersangka tidak melakukan fraud. Demikian
54
juga sebaliknya, untuk membuktikan bahwa fraud tidak terjadi,
fraud examiner wajib hukumnya berusaha keras membuktikan
tersangka melakukan fraud, maka dia harus memperhatikan dan
mendapatkan bukti-bukti bahwa yang bersangkutan melakukan
tindakan fraud. Aksioma ini mengajarkan fraud examiner agar
bekerja mandapatkan fakta atau bukti yang dapat membuktikan
tersangka melakukan fraud, namun setiap bukti atau fakta yang
dibuat harus dibuat simulasi what-if yaitu bagaimana jika ternyata
terdapat alibi atau bukti sebaliknya yang menghapus semua
konstruksi fraud theory. Oleh karena itu bukti yang didapat harus
diuji dengan ketat validitasnya sesuai hukum acara dan unsur-unsur
yang dituduhkan.
c) Keberadaan Fraud (Existence of Fraud)
Kepastian adanya suatu fraud atau korupsi baru dapat dipastikan
jika telah diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan.
Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya, seorang fraud
examiner dalam laporannya tidak boleh memberikan opini
mengenai kesalahan atau tanggung jawab salah satu pihak jawab
atas terjadinya suatu fraud atau korupsi. Fraud examiner hanya
mengungkapkan fakta dan proses kejadian, beserta pihak-pihak
yang terkait dengan terjadinya kejadian tersebut berdasarkan bukti-
bukti yang telah dikumpulkannya.
55
4) Tujuan Audit Investigasi
Audit ivestigatif termasuk dalam audit ketaatan (compliance)
walaupun terkadang ada juga yang mengelompokkannya secara
terpisah. Menurut pendapat (Karni, 2000:4) tentang audit investigatif
adalah:
“Audit ketaatan bertujuan untuk mengetahui apakah seorang
klien telah melaksanakan prosedur atau aturan yang telah ditetapkan
oleh pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Dalam audit
investigatif, ketentuan yang harus ditaati sangat luas, tidak hanya
kebijakan manajemen, auditor investigatif sampai dengan hukum
formal, hukum material dan lain-lain. Untuk itu, audit investigatif
tidak hanya cukup untuk menguasai bidang ekonomi, tetapi juga
mengerti tentang hukum-hukum yang berlaku”.
Tujuan audit investigasi adalah mencari temuan lebih lanjut
atas temuan audit sebelumnya, serta melaksanakan audit untuk
membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari
masyarakat. Tanggung jawab pelaksanaan audit investigasi ada pada
lembaga audit atau satuan pengawas. Prosedur dan teknik audit
investigasi mengacu pada standar auditing dan penyesuaian dilakukan
sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Dalam merencanakan dan
melaksanakan audit investigasi, auditor menggunakan sikap skeptic
yang professional (skeptic professionalism) serta menerapkan asas
praduga tidak bersalah. Audit investigasi sebaiknya dilaksanakan oleh
tim atau minimal salah satu auditor yang telah mengembangkan
temuan audit sebelumnya. Tim audit baru dapat dibentuk apabila
sumber informasi berasal dari informasi dan pengaduan masyarakat.
Laporan hasil audit invetigasi menetapkan siapa yang terlibat atau
56
bertanggung jawab dan ditandatangani oleh kepala lembaga atau
satuan audit. Sumber informasi audit investigasi adalah:
a) Pengembangan temuan audit sebelumnya.
b) Adanya pengaduan dari masyarakat.
c) Adanya permintaan dari dewan komisaris atau DPR untuk
melakukan audit, misalnya karena adanya dugaan penyelewengan
oleh manajemen atau pejabat.
Menurut (Tuanakotta, 2012:360) tujuan audit investigatif
adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan
perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum
dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian
yang berlaku. Lingkup atau intensitasnya juga berbeda. Dalam audit
atas laporan keuangan, auditor mengumpulkan bukti audit untuk
memberikan reasonable assurance atau keyakinan yang memadai.
Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas dari audit atas laporan
keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan
akuntan forensik, akan diuji dalam persidangan.
Menurut (Priantara, 2013:247) tujuan utama investigatif
adalah bukan untuk mencari-cari kesalahan seseorang karena
keseluruhan tujuan adalah untuk menemukan dan menentukan adanya
fakta kebenaran yang harus dijalankan secara objektif (to find and
establish the truth). Jadi pada investigasi sama sekali tidak boleh ada
rekayasa, termasuk tidak boleh ada penangkapan sebelum diketahui
57
siapa pelakunya yang jelas, tidak boleh ada tuduhan sebelum reverse
proof sudah dipastikan dievaluasi dan seluruh bukti atau fakta
menguatkan serta berbicara yang sebenarnya terjadi dan tidak
bertentangan satu dengan yang lain.
5) Jenis Audit Investigatif
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Edisi No.20/Tahun
IV/Maret/2008 mengemukakan bahwa ada dua jenis audit investigatif:
a) Audit Investigatif Proaktif
Dilakukan pada entitas yang mempunyai resiko penyimpangan
tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum atau tidak
didahului oleh informasi tentang adanya indikasi penyimpangan,
yang berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara
dan atau perekonomian Negara.
b) Audit Investigatif Reaktif
Audit Investigatif reaktif mengandung langkah-langkah pencarian
dan pengumpulan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung
dugaan/sangkaan awal tentang adanya indikasi penyimpangan yang
dapat menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara dan atau
perekonomian Negara.
6) Investigatif dengan Teknik Audit
Menurut (Tuanakotta, 2012:349) audit investigatif diarahkan
kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud (termasuk korupsi)
58
dan perbuatan melawan hukum lainnya. Teknik audit adalah cara-cara
yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan
keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit.
Menurut (Tuanakotta, 2012:350) ada tujuh teknik, yang dirinci
dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya
dalam kurung (kata benda bahasa Inggris), yakni:
a) Memeriksa Fisik Dan Mengamati (Physical Exaination)
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya
diartikan sebagai perhitungan uang tunai (baik dalam mata uang
rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persediaan barang,
aktiva tetap dan barang berwujud (tangible asset) lainnya.
Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita
untuk mengetahui sesuatu. Maka peneliti tidak membedakan
pemeriksaan fisik dan pengamatan. Dalam kedua ini teknik ini
investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau
memahami sesuatu.
b) Meminta Informasi Dan Konfirmasi (Confirmation)
Meminta informasi baik lisan ataupun tulisan kepada
auditan, merupakan prosedur biasa dilakukan auditor.
Pertanyaannya, apakah dalam investigatif hal itu perlu dilakukan,
apakah sebagainya kita tidak meminta informasi supaya yang
diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan
juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong
(Tuanakotta, 2012:353).
59
Seperti dalam audit, juga dalam investigasi, permintaan
informasi harus dibarengi, diperkuat atau dikolaborasi dengan
informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantatied) dengan
cara lain. Permintaan informasi sangat penting dan juga
memerlukan prosedur yang normal dalam suatu investigasi.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang
diinvestigasikan) untuk menegaskan kebenaran dan ketidakbenaran
suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk
mendapatkan kepastian mengenai saldo piutang. Tapi sebenarnya ia
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non
keuangan. Dalam investigatif ini harus memperhatikan apakah
pihak ketiga mempunyai kepentingan dalam investigatif
(Tuanakotta, 2012:353).
c) Memeriksa Dokumen (Documentation)
Tidak ada investigasi tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya
saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi lebih
luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan
secara elektronis atau digital (Tuanakotta, 2012:353).
d) Review Analitikal (Analitycal Review)
Dellote Haskin den Sells (disingkat DHS), cikal bakal dari
Delliote Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam
audit manual mereka ditahun 1930-an. Diakhiri 1960-an dan awal
1970-an DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak review
analikal, diantaranya Statical Techniques for Analytical Review
60
(STAR) in auditing. Penalaran yang membawa seorang auditor
atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak atau
pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran yang
diperoleh secara global, menyeluruh atau agregat.
e) Membandingkan Anggaran dengan Realisasi.
Membandingkan anggaran dengan realisasi dapat
mengindikasikan adanya fraud. Yang harus benar-benar diketahui
adalah seluruh mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas
pelaksanaan anggaran, dan intensif (keuangan maupun non
keuangan) yang terkandung didalamnya sistem anggaran.
Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue
center, pejabat tertentu menerima intensif (bonus) sesuai dengan
keberhasilan yang diukur dengan pelampauan anggaran.
Investigator perlu mengantisipasi kecendrungan realisasi
penjualannya dibuat tinggi (overstated).
f) Hubungan antara Satu Data dengan Data Keuangan lainnya.
Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan
keuangan, bias mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan
untuk review awal.
g) Menggunakan Data Non Keuangan
Inti dari review anatikal ini adalah mengenal pola hubungan
(relationship pattern). Pola hubungan ini tidak mesti hanya antara
satu data keuangan dengan data keuangan lainnya. Pola hubungan
non keuangan pun biasa bermacam-macam bentuknya.
61
h) Regresi atau Analitis Trend
Dengan data historical yang memadai (makin banyak
makin baik, carteris pribus) review analitikal dapat
mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah
hitungan dan grafiknya. Misaknya STAR, perangkat lunak
Delloite.
i) Menggunakan Indikator Ekonomi Makro
Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang
diperoleh dalam suatu tahun dengan indikator-indikator ekonomi
seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa, indikator
ekonomi. Negara-negara yang menjadi partner perdagangan
Indonesia, harga minyak mentah dan komoditi lain-lain.
Kehandalan perumusan ekonometri akan membantu auditor dan
investigator melalui data agregat, tanpa harus memasuki
pemeriksaan SPT sebagai langkah pertama.
7) Menghitung Kembali
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek
kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang dan lain-lain). Ini
prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan
kepada seorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor, seorang
auditor junior di kantor akuntan. Dalam investigatif, perhitungan
yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak
atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan
62
renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda.
Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang
berpengalaman (Tuanakotta, 2012:359).
8) Kesimpulan dalam hasil audit investigasi
Menurut (Indra, 2007:49) hasil audit investigasi, pada
umumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti.
b) Apa yang diadukan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari
suatu aturan dan ketentuan yang berlaku namun tidak merugikan
perusahaan atau Negara.
c) Terjadi kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggar
hukum yang dilakukan oleh karyawan.
d) Terjadi ketekoran atau kekurangan kas atau persediaan barang
milik negara dan bendaharawan tidak dapat menbuktikan bahwa
kekurangan tersebut bukan diakibatkan karena kesalahan atau
kelalaian bendaharawan.
e) Terjadi kerugian negara sabagai akibat terjadinya wanprestasi atau
kerugian dari perikatan yang lahir dari undang-undang.
f) Terjadi kerugian negara sebagai akibat dari perbuatan melawan
hukum dan tindak pidana lainnya.
Laporan audit investigasi bersifat rahasia. Laporan tersebut
akan diserahkan kepada kejaksaan. Dalam menyusun laporan tersebut,
auditor tetap menggunakan asas praduga tak bersalah. Pada umumnya,
63
audit investigasi berisi: dasar audit, temuan audit, tindak lanjut dan
saran. Sementara laporan audit yang akan diserahkan kepada
kejaksaan berisi temuan audit yang terdiri atas: modus operasi, sebab
terjadinya penyimpangan, bukti yang diperoleh dan kerugian yang
ditimbulkan (Indra, 2007:49).
6. Good Corporate Governance (GCG)
a. Definisi Good Corporate Governance
Akibat cara sumber daya diinvestasikan dan dikelola dalam dunia
bisnis modern, sistem tata kelola perusahaan diperlukan, dimana
melaluinya manajer diawasi dan dibimbing. Definisi sederhananya,
corporate governance terdiri atas semua orang, proses dan aktivitas yang
ditempatkan untuk membantu memastikan pengelolaan yang tepat atas
aset entitas. Corporate governance adalah implementasi dan eksekusi
dari proses untuk memastikan bahwa siapa pun yang mengelola entitas
telah dengan tepat memanfaatkan waktunya, bakat dan sumber daya yang
tersedia untuk sebaik-baiknya kepentingan pemilik yang tidak hadir.
(Messier, 2006:43).
Definisi tata kelola yang baik menurut The Organizations for
Economic Cooperation and Development (OECD) yang dikuti oleh
(Priantara, 2013:199) adalah:
“Corporate governance is the system by which business
corporations are directed and controlled. The corporate governance
structure specifies the distribution of rights and responsibilities among
different participant in the corporation, such as the board, the manajers,
shareholders and other stakeholders and spells ou the rules and
64
procedure for making decisions on corporate affairs. By doing this, it
also provides the structure through which the company objectives and
monitoring performance”.
GCG merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholders.
GCG memberikan struktur untuk pembagian hak dan tanggung jawab
yang seimbang antara dewan (komisaris dan direksi), eksekutif,
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, aturan dan
prosedur pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah korporasi
dan memberikan struktur untuk tujuan perusahaan dan pemantauan
kinerja (Priantara, 2013:199)
Surat Edaran Meneg PM & P. BUMN No.S.106/M.PMP BUMN
2000 tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan perapan corprate
governance yang dikutip oleh (Tunggal, 2013:214) menyatakan bahwa:
“Good Corporate Governance adalah suatu hal yang berkualitas
dengan mengambil keputusan yang efektif yang bersumber dari Budaya
Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan Struktur
Organisasi Perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan
mendukung: pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan
risiko secara lebih efisien, efektif dan pertanggung jawaban perusahaan
kepada pemegang sahan dan stakeholders lainnya”.
Corporate Governance dapat didefinisikan dari berbagai disiplin
ilmu (Turnbull, 1997), yang di kutip oleh (Syakhroza, 2003:13) misalnya
hukum, phychology, ekonomi, manajemen, keuangan, akuntansi,
philsafat bahkan dalam disiplin ilmu agama. Oleh karena itu sering kali
kita melihat beberapa faktor mendefinisikan Corporate Governance
secara eksplisit berbeda.
65
Menurut (Trunbull, 1997) yang dikutip oleh (Syakhroza, 2003:13)
mendefinisikan Corporate Gorvernance sebagai berikut:
“Corporate Governance discribe all infliences, affecting the
intitutional process including those for appointing the controllers and or
regulators, involvedin organizing the production and sale of goods and
service”.
Turnbull lebih menekankan bagaimana melakukan tata kelola
dalam sebuah organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepada proses organisasi dalam rangka menghasilkan dan
menjual barang atau jasa. Disamping itu, Turnbull juga berpendapat
bahwa penunjukan “controllers dan regulators” merupaka juga substansi
penting dalam membangun Good Corporate Governance (Syakhroza,
2003:14).
Sedangkan menurut Organization for economic Coorperation and
Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai
keterlibatan dari:
“A set of regulationship between a company’s management, its
board, its shareholders. Corporate gvernance also proides the structure
through which the objectivites of the company are set, and the means of
attaining those objectives and monitoring performance are determined.
Good corporate governance should provide proper insentive for board
and management to pursue objectives that are in interst of the company
and shareholders and shold facilitate monitoring there by encoraging
firms to use resources more efficiency.”
Para pakar dari the OECD mendefinisikan corporate governance
sebagai sistem dengan seperangkat hubungan antar manajemen, dewan
komisaris/direksi dan pemilik saham yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaaan korporasi. Mereka berpendapat bahwa
66
struktur corporate governance menetapkan pendistribusian hak dan
tanggung jawab diantara berbagai pihak yang terkait dalam perusahaan,
seperti dewan komisaris/direksi, manajer pelaksana atau eksekutif, para
pemilik saham dan pihak lain yang punya kepentingan dengan
perusahaan (stakeholders) dan menguraikan peraturan dan prosedur
dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan perusahaan. Corporate
governance akan menyediakan struktur melalui tujuan perusahaan yang
lebih dahulu disusun dan menyediakan sarana, serta memantau kinerja
dalam mencapaian tujuan tersebut (Tampubolon, 2005:48).
Syakhroza (2003:14) telah mendefinisikan corporate governance
secara lebih mudah dan jelas dimana ia mengatakan bahwa:
“Corporate governance adalah suatu sistem yang dipakai
“Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi
(directing, controlling and supervising) pengelolaan sumber daya
organisasi secara efisien, efektif, ekonomis dan produktif (E3P) dengan
prinsip-prinsip transparancy, accountable, responsible, independent dan
fairness (TARIF) dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Sedangkan menurut (Litbang KPK, 2009), good corporate
governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen,
direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku
kepentingan (stakeholder) lain yang mengatur dan mengarahkan kegiatan
perusahaan. Good corporate governance (GCG) diperlukan untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
67
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
GCG pada intinya adalah mengenai sistem, proses dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan
antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan organisasi. GCG dimaksud untuk mengatur hubungan-
hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan (mistake)
yang signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera (Agoes,
2012: 14).
b. Prinsip - Prinsip Good Corporate Governance.
Menurut Agoes (2012:15) dalam kaitan tumbuhnya kesadaran
akan pentingya Corporate Governance, maka OECD telah
mengembangkan prinsip Good Corporate Governance dan dapat
diterapkan secara luwes sesuai keadaan, budaya dan tradisi masing-
masing negara. Pada asumsinya prinsip-prinsip corporate governance
terdiri dari 5 (lima) yaitu:
1) Keadilan (Fairness)
Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan.
Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktik-praktik
tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain.
Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan
transaksi-transaksi yang menganung benturan kepentingan.
68
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama
kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing,
dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian
untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (Agoes,
2012:15). Prinsip fairness menuntut adanya perlakuan yang sama
(equal) terhadap para pemegang saham, baik mayoritas maupun
minoritas (Tunggal, 2013:215).
2) Transparansi (Transparency)
Prinsip ini informasi harus diungkapkan secara tepat waktu
dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan
keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara
independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang
lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham
dapat ditingkatkan.
Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan
tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan mendasar atas
perusahaan dan memperoleh bagian keuntungan perusahaan.
Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi
mengenai semua hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan,
serta pemegang kepentingan (Agoes, 2012:15). Transparansi berarti
tidak ada yang disembunyikan. Transaparansi dimulai dengan
69
menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, sistem
penyajian eksekutif dan komisaris diperusahaan sampai dengan
informasi-informasi lain yang relevan di pasar modal (Tunggal,
2013:216).
3) Akuntabilitas (Accountanbility)
Prinsip ini memuat kewenang-wenangan yang harus dimiliki
oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya
kepada pemegang saham dan stakeholder lainya. Dewan direksi
bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham.
Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan
wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan
perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang
saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka
pengelolaan perusahaan.
Tanggung jawab manajemen pengawasan efektif berdasarkan
keseimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan
komisaris dan auditor, merupakan bentuk pertanggung jawaban
manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham (Agoes,
2012:15). Dalam sebuah perusahaan yang sahamnya sebagian besar
dimiliki oleh publik, peran pemegang saham sebagai pihak yang
mengendalikan manajemen hampir tidak ada. Hal ini disebabkan
karena para investor lebih suka berperan sebagai traders dibandingkan
70
sebagai owners. Jika pemegang saham tidak menyukai kebijakan
manajemen mereka tinggal melepas saham yang mereka miliki
demikian juga sebaliknya. Untuk itu corporate governance
menganjurkan perlunya suatu sistem yang menjamin agar manajemen
tetap menjaga akuntabilitas kepada stakeholders (Tunggal, 2013:215).
4) Pertanggungjawaban (Responsibility)
Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan
manajer perusahaan hendaknya melaksakan kegiatannya secara
bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya
dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak
ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati,
seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun
pedoman operasional bisnis perusahaan.
Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan
oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta
pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja
dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan (Agoes, 2012:15).
Paradigma para pengelola perusahaan dewasa ini hanya terbatas pada
motif mengejar laba. Kondisi ini membuat mereka lupa bahwa sebagai
bagian dari suatu komunitas, perusahaan juga memiliki tanggung
jawab sosial kepada masyarakat. Oleh karena itu, corporate
governance menawarkan konsep triple bottom line, yaitu mengejar
laba, memenuhi tanggung jawab sosial dan menjaga pertumbuhan
yang berkesinambungan (sustainable) (Tunggal, 2013: 215).
71
5) Kemandirian (Indpendency)
Prinsip ini menurut para pengelola perusahaan agar dapat
bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya
tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan
prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan
pengakuan terhadap hak-hak stakeholder yang ditentukan dalam
undang-undang maupun peraturan perusahaan (Agoes, 2012:15).
c. Tujuan Good Corporate Governance
GCG bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi pencapaian
tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penerapan prinsip-prinsip GCG
yang didukung dengan agulasi yang memadai akan mencegah berbagai
bentuk ovestated, ketidakjujuran dalam financial disclousure yang
merugikan para stakeholders, misalnya karena ekpetasi yang jauh
melampaui kinerja perusahaan yang sesungguhnya (Tjager, 2003).
Menurut (Litbang KPK, 2009), GCG diperlukan dalam rangka:
1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran.
2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing
organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum
Pemegang Saham.
3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota
direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
72
4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama
di sekitar perusahaan.
5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
d. Unsur - Unsur Corporate Governance Yang Baik
Menurut Tampubolon (2005:49) sesuai dengan definisi
manajemen control, corporate governance yang baik sekurangnya kaan
mencakup:
1) Standar (Standars)
Dewan komisaris dan direksi wajib menetapkan nilai-nilai budaya
perusahaan (corporate values) code of conduct dan standar prilaku
yang baik lainnya serta sistem yang dapat digunakan untuk
memastikan adanya kepatuhan kepada semua standar ini dari semua
pegawai.
2) Perancanaan Strategi (Strategic Planning)
Dewan komisaris dan direksi wajib menyusun rencana strategis yang
diartikulasikan dengan baik. Rencana yang ukuran-ukuran untuk
memenuhi sasaran dan tujuan perusahaan ini dipakai sebagai
pengukur sukses perusahaan secara keseluruhan maupun kontribusi
yang diberikan masing-masing individu pegawai.
73
3) Desain Organisasi (Organization Design)
Dewan komisaris direksi wajib menetapkan struktur dan jalur-jalur
komunikasi bagi dewan, menejemen dan auditor untuk saling
berinteraksi dan saling bekerja sama.
4) Kepemimpinan (Leadership)
Dewan komisaris dan direksi wajib mengkomunikasikan sasaran dan
tujuan-tujuan perusahaan melalui visi perusahaan.
5) Kepengurusan (Stewardship)
Dewan komisaris wajib menekankan akuntabilitas yang jelas disertai
kewenangan untuk mengambil keputusan untuk melindungi dan
memelihara sasaran dan tujuan-tujuan perusahaan agar dapat dipenuhi.
Penetapan ini dilengkapi dengan jenjang hierarchy bagi seorang
individu yang untuk mendapatkan approval yang diperlukan dari
atasannya, memulai dari bawahan keatas, secara berjenjang terus
sampai dewan komisaris.
6) ManajemenRisiko (Risk management)
Dewan komisaris dan direksi wajib menempatkan aset perusahaan
pada kegiatan yang mengandung resiko yang berpeluang besar untuk
menghasilkan return yang memadai.
7) Kepastian (Assurance)
Dewan komisaris dan direksi harus sedemikan rupa memungkinkan
adanya umpan balik (feed back) mengenai proses governance yang
baik dalam arti efisien dan efektif.
74
8) Lain (Others)
Dewan komisaris dan direksi membangun proses pemantauan khusus
eksposure karena benturan kepentingan antar fungsi, jalur informasi
yang memadai untuk kepentingan intern maupun untuk publik dan
insentif yang ditawarkan kepada seluruh jajaran menejemen dan
pegawai yang mematuhi standar, kebijakan dan prosedur yang ada,
baik dalam bentuk kompensasi, promosi dan bentuk penghargaan
lainnya.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan acuan dalam suatu penelitian, sebagai
pembanding penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya. Adapun
penelitian terdahulu yang dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian
sebelumnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Hasil - Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Metode Hasil
Penelitian
1. Ningsih
(2005)
Evaluasi
Atas
Efektivitas
Internal
Audit dalam
Rangka
Penerapan
Good
Corporate
Governance
(Studi
kasus: BPR
Harta
Tanama).
Terdapat 1
(satu)
variabel
independen
yaitu
Efektivitas
Internal
Audit
Analisis
Deskriptif
Fungsi
pemeriksaan
SPI telah
dipandang
efektif oleh
karyawan.
Berlanjut halaman berikutnya
75
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No. Peneliti Judul Penelitian
Variabel Metode Hasil Penelitian
2. Susilawati (2013)
Penerapan Audit Intern dalam Penerapan Good Corporate Governance yang efektif (Studi Kasus PT. XYZ, Bandung).
Terdapat 2 variabel yaitu, independen variabel Audit Intern dan dependen variabel efektivitas good corporate governance.
Analisis Deskriptif
Bahwa audit internal di PT XYZ memiliki memadai dan berperan dalam pelaksanaan perwujudan tata kelola perusahaan yang efektif.
3. Karagiorgos, dkk (2010)
Internal Auditing As An Effectivie Tool for for Corporate Governance
Dua variabel, yaitu variabel X, Dua Internal Auditing variabel Y, Penerapan Good Corporate Governance pada PT. Syarikat Takaful Indonesia
Analisa Deskriptif
Audit internal yang memainkan peran penting fraud tata kelola perusahaan yang efektif
4. Soeharmono (2012)
Peranan Internal Auditor dalam Pendeteksi dan PencegahanKecurangan (fraud)
Terdapat 2 (dua) variabel, yaitu variabel independen (X) Peranan Internal Auditor dan variabel dependen (Y) Pendeteksian dan pencegahan kecurangan
Analisis Deskriptif
Sistem tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan perlindungan yang efektif kepada pemegang saham dan kreditur.
Berlanjut halaman berikutnya
76
Tabel 2.2 (Lanjutan)
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian
5. Japlani (2014)
Hubungan Antara Penerapan Good Corporate Governance dengan Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pada Perusahaan
Terdapat 2 variabel yaitu, independen variabel pendeteksian fraud dan dependen variabel penerapan good corporate governance.
Uji Korelasi
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendeteksian fraud terhadap good corpoerate governance
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Evektivitas Peran Auditor Internal terhadap Good Corporate
Governance
Untuk dapat melaksanakan Good Corporate Governance
sebagaimana yang diharapkan semua pihak perusahaan, diperlukan peran
yang optimal dari Komite Audit, Pengendalian Internal dan Audit Internal.
Dengan terlaksananya corporategovernance diharapkan perusahaan dapat
berjalan dengan baik dan kecurangan yang selama ini merugikan mayoritas
perusahaan dapat dikurangi bahkan dihindari.Komite Audit berusaha untuk
meningkatkan pelaksanaan tugasnya dalam mengawasi organisasi dengan
mengandalkan Internal Auditsebagai sumber utama dalam membantu
mereka untuk memastikan kualitas corporategovernance. Auditor harus
mewaspadai terhadap penipuan dan mengambil langkah segera untuk
mengivestigasi kecurigaannya, jika fraud auditor dapat bekerja dengan baik
77
maka tindakan kecurangan (fraud)dapat dikurangi bahkan diberantas,
sehingga akan terwujud tata kelola perusahaan(Gusnardi, 2011).
Hasil penelitian (Gusnardi, 2011) mengatakan bahwa seluruh
keputusan yang dibuat oleh komisaris independent, tidak terpisahkan dari
berjalannya mekanisme pengendalian internal ditubuh emiten termasuk
adanya Komite Audit. Komite Audit yang ahli berhubungan positif dengan
kualitas laporan keuangan dan Auditor Internal yang baik dapat mencegah
kecurangan. Dari besarnya pengaruh komite audit tersebut terhadap
pencegahan kecurangan, ternyata pengaruh yang paling besar adalah
pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka akan dapat
mencegah terjadinya kecurangan lebih dini.
Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal dan
Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan, artinya peran yang optimal dari komite audit, penerapan
Pengendalian Internal, Audit Internal dan pelaksanaan tata kelola
perusahaan dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam perusahaan.
Secara parsial, pelaksanaan tata kelola perusahaan mempunyai pengaruh
terbesar terhadap pencegahan kecurangan. Besarnya pengaruh peran komite
audit, pengendalian internal, audit internal dan pelaksanaan tata kelola
perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa kecurangan pada
perusahaan dapat dicegah jika Komite Audit, penerapan Pengendalian
Internal, audit internal serta pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat
berperan sesuai yang disyaratkan baik melalui piagam komite audit ataupun
piagam Audit Internal (Gusnardi, 2011).
78
2. Pengaruh Pendeteksian Freud terhadap Good Corporate Governance
Secara garis besar salah satu unsur pencegahan kecurangan yaitu
pembentukan tata kelola perusahaan, sebuah sistem yang bagus harus lahir
bersamaan dengan perusahaan itu sendiri, tumbuh dalam kompleksitas dan
mencapai kedewasaan atau kecakapan sesuai dengan kemajuan perusahaan.
Dengan kata lain, sistem tata kelola perusahaan harus bertumbuh seiring
dengan perubahan dalam perusahaan dan lingkungan luarnya. Sistem ini
harus selalu lebih canggih atau mendahului kehebatannya dari pada
kecurangan yang mungkin terjadi. Tata kelola perusahaan adalah berupa
pengaturan dan monitoring tujuan, peraturan, kebijakan, manajemen risiko,
akuntabilitas dan kinerja. Dalam definisinya sendiri, mengandung
pengertian seperangkat sikap, kebijakan, prosedur, delegasi wewenang dan
kontrol yang di komunikasikan dengan semua konstituen, termasuk
manajemen senior bahwa kecurangan tidak akan terjadi (Wind, 2014:25).
Merujuk pada standar profesi, auditor internal diharuskan memiliki
pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi fraud dalam
organisasi. Pengetahuan yang harus dimiiki auditor termasuk pula
pengetahuan mengenai karakteristik fraud, teknik-teknik yang digunakan
dalam melakukan fraud dan jenis - jenis fraud yang mungkin terjadi pada
berbagai proses bisnis. Auditor internal bertanggungjawab dalam
mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi sedini mungkin, sebelum
membawa dampak yang lebih buruk pada organisasi (Fitrawansyah,
2014:16).
Auditor Internal merupakan salah satu pilar GCG yang memiliki
peran cukup penting dalam implementasi GCG, terutama dari aspek
pengendalian. Auditor Internal dapat berperan untuk mendorong
79
implementasi GCG melalui pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi di suatu organisasi
atau perusahaan. Melalui pencegahan Auditor Internal akan mampu
mengimplemtasikan GCG dengan lebih mudah. Pencegahan saja tidaklah
memadai seorang Audior Internal dalam mengimplementasikan GCG,
perusahaan harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini
terjadinya fraud (Effendi, 2010:17).
Mendeteksi fraud audit yang bersifat investigatif, tujuan audit
investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti
hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum
pembuktian yang berlaku. Dengan demikian mendeteksi fraud dengan cara
audit investigatif dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memeriksa
kecurangan terutama dalam laporan keuangan yang kemungkinan sedang
atau sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu dari seorang auditor.
Sehingga Auditor Internal yang mendeteksi fraud dapat membantu
manajemen dalam mengimplementasikan GCG (Tuanakotta, 2013:321).
Berkaitan dengan cara perusahaan mengatasi kendala yang ada pada
abad sekarang seperti fraud, mendeksi fraud dapat di lakukan dengan
mudah dengan bantuan pengendalian internal, model kepemimpinan,
manajemen risiko dan sumber daya manusia yang baik pada tata kelola
perusahaan yang baik. Dengan menggunakan pendeteksian pada fraud yang
ada di dalam perusahaan, perusahaan dapat menjalankan tuntutan terhadap
pengembangan atau peningkatan penerapan tata kelola perusahaan yang
baik agar suatu entitas bisnis yang di rumuskan dalam kerangka badan
hukum perseroan terbatas (PT) dapat mengembangkan usahanya secara
80
efisien dan berkesinambungan. Hal ini merupakan aset perusahaan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang untuk bersaing dalam dunia bisnis
modern yang menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Simbolon,
2010).
Sedangkan menurut (Priantara, 2013:211) risiko yang dihadapi
perusahaan diantaranya dalah integrity risk atau risiko fraud yaitu risiko
terjadinya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan
ilegal oleh perusahaan atau tindakan penyimpangan lainnya. Adanya risiko
tersebut mengharuskan perusahaan untuk menyusun tindakan pencegahan
dan perusahaan harus memahami pula bagaimana mendeteksi secara dini
terjadinya fraud. Mendeteksi fraud secara dini pada perusahaan dapat
membantu sistem tata kelola perusahaan yang diperlukan, dimana melalui
sistem tata kelola perusahaan, manajer di awasi dan di bimbing. Secara
sederhana tata kelola perusahaan terdiri atas semua orang, proses dan
aktivitas yang di tempatkan untuk membantu memastikan pengelolaan yang
tepat atas entitas. Pendeteksian pada fraud pun dapat membantu
mengimplementasi dan eksekusi tata kelola perusahaan dari proses untuk
memastikan bahwa siapa pun yang mengelola entitas telah dengan tepat
memanfaatkan waktunya, bakat dan sumber daya yang tersedia untuk
sebaik-baiknya bagi pemilik saham yang tidak hadir.
Good corporate governance dimaksud untuk mengatur hubungan-
hubungan antar pemegang saham dan mencegah terjadinya kesalahan-
kesalahan dan kecurangan yang signifikan dalam strategi korporasi dan
untuk memastikan bahwa kesalahan atau kecurangan yang terjadi dapat di
81
ketahui atau pun di perbaiki dengan segera, dalam tata kelola perusahaan
dibutuhkan tindakan pencegahan dan pendeteksian atas kesalahan dan
kecurangan yang sudah terjadi maupun belum terjadi, dengan demikian
kesalahan dan kecurangan dapat diketahui dan diperbaiki dengan segera.
Dan pada good coporate governance pun diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang di dasarkan pada
asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta
kewajaran atau kesetaraan (Agoes, 2012:14).
Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian
kecurangan berada pada dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata
kelola entitas dan manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemn
dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
menekankan pencegahan kecurangan yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan dan pencegahan kecurangan, yang dapat membujuk
individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan
akan terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini memerlukan komitmen untuk
menciptakan budaya jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan dengan
pengawasan aktif oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola meliputi
pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau pengaruh
tidak patut atas proses pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen untuk
mengelola laba dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi analisis kinerja
dan profitabilitas entitas (IAPI, 2012). Kerangka pemikiran dalam penelitian
ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.
82
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Pengembangan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji apakah efektivitas peran internal auditor dan pendeteksian fraud
berpengaruh signifikan terhadap penerapan good corporate governance.
Adanya Skandal Akuntansi dan Pelanggaran yang dilakukan oleh
Perusahaan
Faktor-faktor Penyebab Skandal dan Pelanggaran Perusahaan
Basis Teori: Teori Efektivitas, peran, auditing dan teori-teori agensi
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
Efektivitas Auditor
Internal (X1)
PendeteksianFraud (X2)
Good
Corporate
Governance
(Y)
Metode Analisis: Regresi Linier Berganda
Efektivitas Peran Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud
terhadap Penerapan Good Corporate Governance
83
Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Ha1 : Efektivitas peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap
penerapan Good Corporate Governance.
2. Ha2 : Pendeteksian fraud berpengaruh signifikan terhadap penerapan Good
Corporate Governance.
3. Ha3 : Efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud, berpengaruh
signifikan terhadap Penerapaan Good Corporate Governance.
84
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu efektivitas
auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap variabel dependen, yaitu good
corporate governance (GCG). Penelitian ini dilakukan dibeberapa perusahaan
swasta di Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan berupa survei dengan
menyebarkan kuesioner ke perusahaan swasta untuk mengetahui pendapat
karyawan bagian financial mengenai pendeteksian fraud terhadap good
corporate governance.
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2012:81) sampel didefinisikan sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam
penelitian ini adalah auditor internal perusahaan swasta. Populasi ini dipilih
karena diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan mengenai topik
penelitian.
Sampel pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja diperusahaan
swasta diwilayah Jakarta Selatan. Karyawan yang masuk ke dalam sampel
adalah karyawan yang terdapat dalam bagian financial. Pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:68). Pada
85
penelitian ini kriteria yang ditentukan adalah karyawan yang terdapat dalam
bagian financial, berstatus aktif atau masih bekerja dalam perusahaan tersebut,
berpendidikan minimal D3, mempunyai pengalaman bekerja minimal 1 tahun.
C. Metode Pengumpulan Data
Sugiyono (2012:93) menjelaskan bahwa Instrumen penelitian atau
metode pengumpulan data adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Penelitian ini pada dasarnya
adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena-fenomena sosial, maka
dalam penelitian ini harus ada alat yang tepat.
Memperoleh data-data pada penelitian ini, penelitian menggunakan dua
cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan (Indriantoro dan Supomo,
2009:146) yaitu:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini menggunakan survei lapangan, dengan mendatangi
langsung responden untuk diberikan kuesioner. Kuesioner yang diberikan
kepada responden ada yang bersifat tertutup dan ada yang bersifat terbuka.
Kuesioner yang bersifat terbuka yaitu mengenai data diri responden yang
diisi sendiri oleh responden. Kuesioner yang bersifat tertutup yaitu
pertanyaan mengenai pendeteksian fraud dengan teknik audit investigatif.
86
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data
dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/ pernyataan
kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar
pertanyaan tersebut (Umar, 2010:49). Sedangkan untuk jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan
data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan
seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa
dilakukan peneliti (Umar, 2010:43).
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh
akan diukur dengan skala likert (skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, efektivitas dan persepsi seseorang terhadap fenomena sosial) dengan
skala 1-5 dimana dinilai dari “sangat tidak efektif” sampai dengan “sangat
efektif”. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, akan dilakukan uji
instrumen terlebih dahulu. Metode analisis data menggunakan statistik
deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda
dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum (Ghozali, 2013:19).
87
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah
ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur yang
menunjukkan bahwa instrumen pengukur mampu mengukur apa yang
diukur. Uji Validitas digunakan utnuk mengulur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai
rhitung dengan rtabel, Dengan membandingkan nilai rhitung dari hasil output
(Corrected Item- Total Correlation) dengan rtabel, jika rhitung lebih besar
dari rtabel maka butir pertanyaan tersebut adalah valid, tetapi jika rhitung
lebih kecil dari pada rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid
(Ghozali, 2013:52).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk diinginkan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
tidak baik akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga.
88
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini
digunakan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu,
yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat
dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach
alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen
tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yng handal yaitu
hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji
realibilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan.
(Ghozali, 2013:47).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan apakah
dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan
metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model
Regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal,
untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Terdapat dua cara untuk
89
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov). (Ghozali,
2013:160), berikut penjelasannya:
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik, jika data menyebar sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunujukkan pola distribusi normal (Ghozali, 2013:163).
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati
secara visual keliatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya.
Uji normalitas dengan analisis statistik dapat dilihat dengan
menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-smirnov (K-S),
jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka dinyatakan normal
(Ghozali, 2013:165).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah suatu
model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen).
Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (variance inflation
factor) dan tolerance. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF =
1/Tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan
nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:106).
90
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroksiditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroksiditas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau jika terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2013:139).
Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
ditentukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian
menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Imam Ghozali (2013:177) menyatakan Uji koefisien
determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel
bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R².
Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih
dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5,
maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat
estimasi.
91
Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model
tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
5. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Sesuai dengan masalah penelitian yang ditulis, yaitu untuk
menganalisis pengaruh variabel.Untuk dapat menganalisis pengaruh
variabel efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap
penerapan good corporate governance, maka teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dirumuskan sebagai
berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ei
Dimana:
Y : Variabel Penerapan Good Corporate Governance
a : Konstanta
b1….b2 : Koefisien regresi terhadap dugaan
X1 : Variabel Efektivitas Peran Auditor Internal
X2 : Variabel Pendeteksian Fraud
6. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis terdiri dari dua, yaitu pengujian secara simultan
(Uji F) dan pengujian secara parsial (Uji t), berikut penjelasannya:
92
a. Uji Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y). (Ghozali, 2013:177).
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka
variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
b. Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2013:178).
Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara satu persatu variabel
93
independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga
dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen
secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan
jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel
independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah berpengaruhnya
terhadap upaya meminimalisasi kecurangan pada penerapan good corporate
governance di dalam perusahaan. Sedangkan variabel independennya adalah
efektivitas auditor internal dan pendeteksian fraud. Dalam penelitian ini, skala
pengukuran yang digunakan adalah skala likert yang dikembangkan oleh
Rensis Likers. Skala Likers umumnya menggunakan lima angka penelitian,
yaitu: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju,
(5) sangat tidak setuju. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-
masing variabel yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara
pengukurannya.
1. Variabel Independen
Adalah tipe yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain,
terdiri dari:
b. Efektivitas Auditor Internal
Menurut (Kurniawan, 2012) beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh manajemen agar fungsi auditor internal bisa efektif adalah:
94
1) Auditor internal harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan dalam arti, tidak boleh terlibat kegiatan
operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau
melaporkan kegiatannya kepada manajemen puncak.
2) Auditor internal harus mempunyai uraian tugas secara tertulis
sehingga dapat mengetahui dengan jelas mengenai tugas, wewenang
dan tanggung jawab yang dimiliki.
3) Auditor internal harus mempunyai kemampuan terkait dengan
pemahaman proses manual.
4) Harus ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak kepada
auditor internal, dukungan yang kuat dari manajemen puncak dapat
berupa penempatan auditor internal dalam posisi yang independen.
5) Auditor internal harus memiliki sumber daya yang profesional,
capable, bisa bersikap obyektif dan mempunyai integritas serta
loyalitas yang tinggi.
6) Auditor internal harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka
audit fee yang harus dibayar kepada kantor akuntan publik bisa
ditekan menjadi lebih rendah.
7) Menciptakan struktur pengkajian yang wajar dan pantas.
8) Memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi adanya indikasi
kecurangan dalam organisasi.
9) Melakukan pemeriksaan internnya dengan hati- hati dan
menggunakan kemahiran jabatannya.
10) Mempunyai kemampuan melakukan penilaian dan korektif terhadap
laporan operasional
95
11) Seorang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
perusahaan
12) Seseoang yang mampu fokus pada area-area yang memiliki resiko
terjadinya kecurangan
13) Seseorang yang dapat memberikan rekomendasi dilakukannya dt
5investigasi yang diperlukan
14) Menyediakan informasi mengenai kecukupan dan efektivitas sistem
pengendalian internal
15) Memiliki kualifikasi sebagai auditor yang baik
c. Pendeteksian Fraud
Menurut Albrecht yang dikutip oleh Priantara (2013:211)
menjelaskan bahwa indikasi fraud dapat dikenali atau dideteksi dari
gejala-gejala atau tanda-tanda (red flag) sebagai berikut:
1) Anomali dokumentasi bukti transaksi meliputi antara lain:
a) Terdapat dokumen sumber transaksi yang hilang atau penggunaan
dokumen tidak asli (foto kopi) atau banyak dijumpai penggantian
dokumen.
b) Nama dan alamat penerima pembayaran sama dengan nama dan
alamat pembeli atau pegawai perusahaan.
c) Piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo dan berusia
sangat lanjut.
d) Jumlah item penyebab selisih yang direkonsiliasi banyak dan
belum tuntas atau berasal dari periode lalu.
e) Pembayaran dengan bukti transaksi duplikat (salinan).
96
2) Anomali akuntansi meliputi antara lain:
a) Ayat (entry) jurnal yang salah atau tidak sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku baik salah dalam klasifikasi akun maupun
salah dalam pengukuran atau salah dalam saat pengakuan.
b) Buku besar (ledger) yang tidak akurat seperti ledger yang tidak
seimbang dan akun master atau akun kontrol pada buku besar
(general ledger) tidak sama dengan jumlah akun dari customer atau
pemasok secara individual pada buku pembantu (subsidiary
ledger).
3) Kelemahan struktur pengendalian intern baik level transaksi maupun
level entitas meliputi antara lain:
a) Tidak ada pemisahan tugas.
b) Tidak ada pengamanan yang memadai untuk aset.
c) Tidak ada pengecekan dan penelaahan independen.
d) Tidak ada otoritas yang tepat.
e) Mengesampingkan atau mengabaikan pengendalian (control) yang
dibuat.
f) Sistem akuntansi yang tidak memadai.
4) Anomali dari prosedur analitis, contohnya antara lain:
a) Pendapatan yang meningkat dengan persediaan yang menurun.
b) Pendapatan yang meningkat dengan piutang yang menurun.
c) Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun.
d) Persediaan yang meningkat dengan utang yang menurun.
97
e) Volume penjualan yang meningkat dengan penambahan biaya per
unit yang menurun.
f) Volume produksi yang meningkat dengan jumlah scrap yang
menurun.
g) Persediaan yang meningkat dengan biaya pergudangan yang
menurun.
5) Gaya hidup mewah.
6) Perilaku yang tidak biasa.
7) Pengaduan dan komplain.
2. Variabel Dependen
Menurut Agoes (2012:15) dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan
pentingya Corporate Governance, maka OECD telah mengembangkan
prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes
sesuai keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara. Pada asumsinya
prinsip-prinsip corporate governance terdiri dari 5 (lima) yaitu:
a. Keadilan (Fairness)
Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk
mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip
ini di perusahaan akan melarang praktik-praktik tercela yang dilakukan
oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi
harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang
menganung benturan kepentingan.
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan
keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk
98
pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (Agoes,
2012:15). Prinsip fairness menuntut adanya perlakuan yang sama (equal)
terhadap para pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas
(Tunggal, 2013:215).
b. Transparansi (Transparency)
Prinsip ini informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan
akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan,
kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang
dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan
dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan
perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.
Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan
tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan mendasar atas perusahaan
dan memperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang
akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting
bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan
(Agoes, 2012:15). Transparansi berarti tidak ada yang disembunyikan.
Transaparansi dimulai dengan menyajikan laporan keuangan yang akurat
dan tepat waktu, sistem penyajian eksekutif dan komisaris diperusahaan
sampai dengan informasi-informasi lain yang relevan di pasar modal
(Tunggal, 2013:216).
c. Akuntabilitas (Accountanbility)
Prinsip ini memuat kewenang-wenangan yang harus dimiliki oleh
dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada
99
pemegang saham dan stakeholder lainya. Dewan direksi bertanggung
jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris
bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan
nasehat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas
keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.
Tanggung jawab manajemen pengawasan efektif berdasarkan
keseimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan
komisaris dan auditor, merupakan bentuk pertanggung jawaban
manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham (Agoes, 2012:15).
Dalam sebuah perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh
publik, peran pemegang saham sebagai pihak yang mengendalikan
manajemen hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena para investor
lebih suka berperan sebagai traders dibandingkan sebagai owners. Jika
pemegang saham tidak menyukai kebijakan manajemen mereka tinggal
melepas saham yang mereka miliki demikian juga sebaliknya. Untuk itu
corporate governance menganjurkan perlunya suatu sistem yang
menjamin agar manajemen tetap menjaga akuntabilitas kepada
stakeholders (Tunggal, 2013:215).
d. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer
perusahaan hendaknya melaksakan kegiatannya secara bertanggung
jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya
100
transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di
luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang,
regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.
Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan
perusahaan yang sehat dari aspek keuangan (Agoes, 2012:15). Paradigma
para pengelola perusahaan dewasa ini hanya terbatas pada motif
mengejar laba. Kondisi ini membuat mereka lupa bahwa sebagai bagian
dari suatu komunitas, perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial
kepada masyarakat. Oleh karena itu, corporate governance menawarkan
konsep triple bottom line, yaitu mengejar laba, memenuhi tanggung
jawab sosial dan menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan
(sustainable) (Tunggal, 2013:215).
e. Kemandirian (Indpendency)
Prinsip ini menurut para pengelola perusahaan agar dapat
bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa
ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem
operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa
pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-
hak stakeholder yang ditentukan dalam undang-undang maupun
peraturan perusahaan (Agoes, 2012:15).
101
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Sub
Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
1. Efektivitas
Auditor
Internal
(Kurniawa,
2012).
Auditor
internal yang
efektif
1. Independen
2. Mempunyai uraian
tugas secara tertulis
3. Mempunyai
kemampuan terkait
dengan proses
manual.
4. Mempunyai
dukungan yang kuat
dari top manajemen.
5. Memiliki sumber
daya yang
professional,
capable, bisa
bersikap objective
dan mempunyai
integritas serta
loyalitas yang
tinggi.
6. Bisa bekerja sama
dengan akuntan
publik.
7. Dapat menciptakan
struktur pengkajian
yang wajar dan
pantas.
8. Memiliki
pengetahuan yang
cukup untuk
mendeteksi adanya
indikasi kecurangan
dalam organisasi.
9. Melakukan
pemeriksaan
internnya dengan
hati- hati dan
menggunakan
kemahiran
jabatannya.
Skala
Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
102
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Variabel Sub
Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
10. Seseorang yang
mempunyai
kemampuan
melakukan penilaian
dan korektif
terhadap laporan
operasional
11. Seorang yang
mampu
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
perusahaan
12. Seseoang yang
mampu fokus pada
area-area yang
memiliki resiko
terjadinya
kecurangan
13. Seseorang yang
dapat memberikan
rekomendasi
dilakukannya
investigasi yang
diperlukan
14. Mampu
menyediakan
informasi mengenai
kecukupan dan
efektivitas sistem
pengendalian
internal
15. Seseoarang yang
memiliki kualifikasi
sebagai auditor yang
baik
Skala
Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
103
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Variabel Sub
Variabel Indikator Skala
Pengukuran 2. Pendeteksian
Fraud (Priantara, 2013: 211)
Anomali dokumentasi bukti transaksi
1. Dokumeng yang tidak lengkap dan palsu
2. Kesamaan nama dan alamat antara pembeli dan penerima pembayaran
3. Piutang jatuh tempo 4. Rekonsiliasi yang
belum tertulis 5. Adanya bukti
transaksi duplikat
Skala Interval
Anomali akuntansi
6. Ayat jurnal yang salah atau tidak sesuai standar
7. Buku besar yang tidak akurat
Skala Interval
Kelemahan struktur pengendalian intern baik level maupun level entitas.
8. Kelemahan dalam pengandalian intern (internal control)
9. Adanya hubungan kekeluargaan antara manajemen dengan karyawan perusahaan
Skala Interval
Anomali dari prosedur analitis.
10. Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun
11. Pendapatan yang meningkat dengan piutang menurun
12. Tidak adanya komite audit
Skala Interval
Gaya hidup mewah.
13. Perubahan gaya hidup dan kebiasan pegawai
Skala Interval
Prilaku yang tidak biasa.
14. Intuisi atasan pegawai atau sesame pegawai melihat kejanggalan atau kecurgaan
Skala Interval
Pengaduan dan complain.
15. Laporan pengaduan atau keluhan
Skala Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
104
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Variabel Sub Variabel
Indikator Skala Pengukuran
3. Good Corporate Governance (Agoes, 2011:15).
Keadilan 1. Informasi keuangan perusahaan disediakan kepada stockholder untuk membuat keputusan, dalam hal informasi yang dapat dipercaya, disampaikan tepat waktu dan diberikan untuk menunjukkan perbandingan.
Transparansi 2. Informasi keuangan perusahaan disediakan kepada pemegang saham untuk membuat keputusan berinvestasi khusunya dalam hal informasi yang tepat dan dapat dipercaya disampaikan tepat waktu dan diberikan untuk menunjukan perbandingan.
3. Informasi keuangan dan analisis manajemen terdapat di internet
4. Pemegang saham diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan.
Skala Interval
Akuntabilitas 5. Adanya pedoman good corporate governance tertulis dimana di dalamnya di rinci aturan-aturan mengenai pengungka-pan (disclosure)
Berlanjut pada halaman berikutnya
105
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Variabel Sub Variabel
Indikator Skala Pengukuran
6. Adanya pejabat khusus (semacam compliance officer) yang bertugas untuk memastikan perundang-undangan yang ada.
7. Adanya pedoman etika dan tingkah laku (code of conduct/ ethic) tertulis.
8. Pedoman etika dan tingkah laku tersebut di distribusikan kepada semua karyawan.
Skala Interval
Pertanggung jawaban
9. Terdapat potensi benturan kepentingan antara perusahaan dengan direksi dan komisaris.
10. Adanya daftar saham yang dimiliki oleh anggota direksi dan komisaris.
11. Adanya kebijakan internal tertulis mengenai anggota direksi dengan kedudukan rangkap sebagai direktur pada perusahaan lain.
Skala Interval
Kemandirian 12. Stockholder diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan sehingga dapat diagendakan dalam RUPS tahunan.
Berlanjut pada halaman berikutnya
106
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Variabel Sub
Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
13. Adanya perlakuan
yang sama terhadap
pemegang saham
14. Penyajian laporan
keuangan yang
akurat dan tepat
waktu
15. Sistem yang
menjamin agar
dapat menjaga
akuntabilitas kepada
stakeholders
Skala
Interval
Berlanjut pada halaman berikutnya
107
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Auditor Internal yang bekerja di
perusahaan Swasta di daerah Jakarta Selatan dengan jenis perusahaan yang
berbeda. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk menganalisis efektivitas
peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good
corporate governance, dimana objek penelitian ini adalah Auditor Internal.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode
penyebaran kuesioner penelitian yang dibagikan secara langsung kepada
responden. Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 30 Oktober 2014
sampai 5 November 2014, dengan pembagian kuesioner sebanyak 80 buah
disebar kepada setiap bagian finance perusahaan di Jakarta Selatan, rincian
distribusi kuesioner dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data Sampel Penyebaran Kuesioner Penelitian
Keterangan Jumlah Presentasi
Jumlah pengiriman kuesioner 80 100%
Kuesioner tidak kembali 10 13%
Kuesioner kembali namun tidak dapat diolah 0 0%
Kuesioner yang dapat diolah 70 87%
Sumber: Data primer yang diolah
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kuesioner yang disebar
dan dapat diolah adalah sebanyak 70 buah atau 87%. Data distribusi
penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2, yaitu:
108
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Keterangan Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1. PT. Garuda Food 4 3
2. PT. FIF Group 4 4
3. PT. Garda Oto 4 4
4. PT. Elnusa Petrofin 4 3
5. PT. Bakrie & Brothers 4 4
6. PT. Trakindo Utama 4 4
7. PT. Prima Internusa 4 4
8. PT. AON Indonesia 4 3
9. PT. AIA 4 4
10. PT. Laiqa Inspirasi Media 4 3
11. PT. Sarana Citra Adicarya 4 3
12. PT. Indonesia Berdikari 4 3
13. PT. Indofood 4 3
14. PT. Pasifik Artha Utama 4 4
15. PT. Sophie Paris Indonesia 4 3
16. PT. Kencana Internusa Artha Finance 4 4
17. PT. Fedex Express 4 4
18. PT. Mandiri Global Sejahtera 4 4
19. PT. Inet Global Indo 4 3
20. PT. Transpatindo Abadi Sejahtera 4 3
Jumlah 80 70
Sumber: Data Primer yang diolah
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dapat dijabarkan
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia responden dan
tingkat pendidikan responden, yaitu:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin:
109
Tabel 4.3
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
Pria 28 40%
Wanita 42 60%
Jumlah 70 100%
Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden pegawai bagian
finance berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada pria jumlah 28 orang
atau 40%, sedangkan sisanya 42 orang atau 60% berjenis wanita. Hal ini
menjelaskan bahwa sebagian besar pegawai bagian finance pada
perusahaan swasta di jakarta selatan yang menjadi responden adalah
wanita.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik
responden berdasarkan usia responden:
Tabel 4.4
Usia Responden Pegawai bagian Finance
pada Perusahaan Swasta di Jakarta
Usia Frekuensi Presentase (%)
20 - 25 tahun 25 36%
26 - 30 tahun 22 31%
31 - 35 tahun 10 14%
36 - 40 tahun 7 10%
41 - 45 tahun 4 6%
46 - 50 tahun 2 3%
Jumlah 70 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah
110
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden pegawai
bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan berdasarkan
usia yang tesebar, responden berusia 20 - 25 tahun sebanyak 25 orang
atau 36% dari 70 responden. Responden yang berusia 26 - 30 tahun
sebanyak 22 orang atau 31%, responden yang berusia 31 - 35 tahun
sebanyak 10 orang atau 14% dari 70 responden. Responden yang berusia
36 - 40 tahun sebanyak 7 orang atau 10% dari 70 responden. Responden
yang berusia 41 - 45 tahun sebanyak 4 orang atau 6% dari 70 responden.
Dan responden yang berusia 46 - 50 tahun sebanyak 2 orang atau 3% dari
70 responden. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai
bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan rata-rata
berusia 20 - 25 tahun.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan akhir responden:
Tabel 4.5
Tingkat Pendidikan Akhir Responden
Pendidikan Frekuensi Presentase
S1 42 60,0%
S2 21 30,0%
S3 7 10,0%
Jumlah 70 100%
Sumber: Data Primer yang diolah
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah responden pegawai
bagian finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan berdasarkan
111
jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan S1 (Strata Satu)
sebanyak 42 orang atau 60,0% , responden yang berpendidikan terakhir
dengan kategori S2 (Strata Dua) sebanyak 21 orang atau 30,0%, dan
responden yang jenjang pendidikannya S3 (Strata Tiga) sebanyak 7 orang
atau 10,0%. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pegawai bagian
finance pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan sebagian besar
berpendidikan S1.
B. Hasil Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dapat dilihat dari maksimum, minimum, nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi (Ghozali, 2013:19). Pada instrumen penelitian
ini akan menggambarkan nilai dari hasil pengujian statistik deskriptif antara
efektivitas peran auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap good
corporate governance. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EPAI 70 3.07 5.00 4.0800 .47815 PF 70 3.00 4.73 4.0700 .43957 GCG 70 3.00 4.93 4.0596 .43748 Valid N (listwise) 70
Sumber: Data Primer yang diolah
112
Berdasarkan tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah responden (N)
yang valid dan dapat diproses lebih lanjut sebanyak 70 responden. Nilai
minimum menunjukkan nilai akumulasi paling rendah dari masing-masing
jawaban responden pada tiap variabel, sedangkan nilai maksimum
menunjukkan nilai akumulasi tertingginya. Mean (nilai rata-rata)
menunjukkan nilai rata-rata keseluruhan jawaban pada setiap elemen
variabel dan standar deviasi pada penelitian ini digunakan untuk menilai
tingkat dispersi atau pesebaran rata-rata atas jawaban dari seluruh
responden.
Dalam tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel efektivitas
peran auditor internal minimun jawaban responden sebesar 3,07 dan
maksimum sebesar 5,00 dengan rata-rata total jawaban 4,0800 dan standar
deviasi sebesar 0,47815. Pada variabel pendeteksian fraud minimum
jawaban responden sebesar 3,00 dan maksimum sebesar 4,73 dengan rata-
rata total jawaban 4,0700 dan standar deviasi sebesar 0,43957. Pada variabel
penerapan good corporate governance minumum jawaban responden
sebesar 3,00 dan maksimum sebesar 4,93 dengan rata-rata total jawaban
4,0596 dan standar deviasi sebesar 0,43748.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasional atau rhitung dari nilai jawaban tiap
113
responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan
rtabel. Nilai rtabel 0,235, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 70 - 2 = 68,
tingkat signifikansi 5%, maka didapat rtabel 0,235. Setiap butir pertanyaan
dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan
lebih besar atau sama dengan rtabel (Ghozali, 2013:53). Berdasarkan hasil
pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena
koefisien korelasi (rhitung) > rtabel. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil
uji validitas dari variabel efektivitas peran auditor internal dengan 70
sampel responden.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Efektivitas Peran Auditor Internal
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
EPAI1 0,707 0,235 Valid
EPAI2 0,575 0,235 Valid
EPAI3 0,631 0,235 Valid
EPAI4 0,654 0,235 Valid
EPAI5 0,534 0,235 Valid
EPAI6 0,612 0,235 Valid
EPAI7 0,596 0,235 Valid
EPAI8 0,685 0,235 Valid
EPAI9 0,492 0,235 Valid
EPAI10 0,565 0,235 Valid
EPAI11 0,740 0,235 Valid
EPAI12 0,623 0,235 Valid
EPAI13 0,527 0,235 Valid
EPAI14 0,559 0,235 Valid
EPAI15 0,687 0,235 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
114
Variabel efektivitas peran auditor internal terdiri atas 15 butir
pernyataan, dari ke-15 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel
di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pendeteksian
fraud dengan 70 sampel responden.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Fraud
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
PF1 0,440 0,235 Valid
PF2 0,649 0,235 Valid
PF3 0,478 0,235 Valid
PF4 0,542 0,235 Valid
PF5 0,426 0,235 Valid
PF6 0,428 0,235 Valid
PF7 0,572 0,235 Valid
PF8 0,505 0,235 Valid
PF9 0,408 0,235 Valid
PF10 0,570 0,235 Valid
PF11 0,654 0,235 Valid
PF12 0,598 0,235 Valid
PF13 0,521 0,235 Valid
PF14 0,563 0,235 Valid
PF15 0,729 0,235 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Variabel pendeteksian fraud terdiri atas 15 butir pernyataan, dari
ke-15 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini
menunjukkan hasil uji validitas dari variabel penerapan good corporate
governance dengan 70 sampel responden.
115
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Penerapan Good Corporate Governance
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
GCG1 0,490 0,235 Valid
GCG2 0,677 0,235 Valid
GCG3 0,607 0,235 Valid
GCG4 0,477 0,235 Valid
GCG5 0,504 0,235 Valid
GCG6 0,572 0,235 Valid
GCG7 0,518 0,235 Valid
GCG8 0,515 0,235 Valid
GCG9 0,543 0,235 Valid
GCG10 0,610 0,235 Valid
GCG11 0,425 0,235 Valid
GCG12 0,516 0,235 Valid
GCG13 0,529 0,235 Valid
GCG14 0,556 0,235 Valid
GCG15 0,496 0,235 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Variabel penerapan good corporate governance terdiri atas 15
butir pernyataan, dari ke-15 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel).
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen
telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang
digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan
116
bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu
pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari
0,70 dalam (Ghozali, 2013:48).
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha
N of
Items
Keterangan
Efektivitas Peran Auditor
Internal
0,913 15 Reliabel
Pendeteksian Fraud 0,881 15 Reliabel
Penerapan Good Corporate
Governance
0,879 15 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel di atas menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
efektifitas peran auditor internal sebesar 0,913, variabel pendeteksian
fraud sebesar 0,881 dan variabel good corporate governance sebesar
0,879. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner
semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha
lebih besar dari 0,70.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas Data
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti
asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang
diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
117
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen
dan variabel dependen yaitu efektivitas peran auditor internal dan
pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov), adapun
penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali,
2013:160):
1) Hasil Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali,
2013:163). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat
dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut
ini:
118
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik
Sumber: data primer yang diolah
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai
karena asumsi normalitas (Ghozali 2013:163).
2) Hasil Uji Normalitas secara Statistik
Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik (Ghozali, 2011:163). Adapun hasil perhitungan uji
normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorof-
smirnov adalah sebagai berikut:
119
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 70 Normal Parameters
a,b Mean .0000000
Std. Deviation .22557281 Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .061 Negative -.082
Test Statistic .082 Asymp. Sig. (2-tailed) .200
c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa
nilai unstandardized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini
mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multikolinearitas, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) EPAI .261 3.836
PF .261 3.836
a. Dependent Variable: GCG
Sumber: data primer yang diolah
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel
mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai variance
inflation factor (VIF) disekitar angka 1. efektifitas peran auditor internal
mempunyai nilai tolerance 0,261, pendeteksian fraud mempunyai nilai
120
tolerance 0,261 dan efektifitas peran auditor internal mempunyai nilai
VIF 3,836, pendeteksian fraud mempunyai nilai VIF 3,836. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat
problem multikolinearitas karena nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai
VIF (variance inflation factor) di bawah 10.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi
variabel tidaksama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data primer yang diolah
121
Dari grafik Scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali 2013:139).
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu
diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Adapun hasil uji
determinasi Adjusted R2.
Tabel 4.13
Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .857a .734 .726 .22891 2.282
a. Predictors: (Constant), PF, EPAI b. Dependent Variable: GCG
Sumber: data primer yang diolah
Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda
(R), koefisien determinasi (Adj R Square), dan koefisien determinasi yang
disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel model summaryb di atas
diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,857. Ini
menunjukkan bahwa variabel efektifitas peran auditor internal dan
pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate governance
mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hasil pada tabel di atas juga
menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,734
dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square)
122
adalah 0,726. Hal ini berarti 72,6% variasi dari penerapan good corporate
governance bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen (efektifitas
peran auditor internal dan pendeteksian kecurangan). Sedangkan sisanya
(100% - 72,6% = 27,4%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam
penelitian ini, seperti Pencegahan fraud, Kepemimpinan, pengendalian
internal dan lain-lain
5. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun
hasil uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) .633 .258 EPAI .482 .113 .527
PF .359 .123 .361
a. Dependent Variable: GCG
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas,
maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 0,633 + 0,482 X1 + 0,359 X2
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar
0,633. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel efektifitas peran auditor
internal dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka penerapan good
corporate governance akan meningkat sebesar 0,633 satuan atau 63,3%.
123
Koefisien regresi pada variabel efektifitas peran auditor internal
sebesar 0,482, hal ini berarti jika variabel efektifitas peran auditor internal
bertambah satu satuan maka variabel penerapan good corporate governance
akan meningkat sebesar 0,482 satuan atau 48,2%, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
Koefisien regresi pada variabel pendeteksian fraud sebesar 0,359,
hal ini berarti jika variabel pendeteksian fraud bertambah satu satuan maka
variabel penerapan good corporate governance akan meningkat sebesar
0,359 satuan atau 35,9%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
6. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho,
sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima
dan menolak Ha.
Tabel 4.15
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.695 2 4.847 92.506 .000b
Residual 3.511 67 .052 Total 13.206 69
a. Dependent Variable: GCG b. Predictors: (Constant), PF, EPAI
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil uji F
diperoleh nilai Fhitung sebesar 92,506 > Ftabel sebesar 3,13 dengan tingkat
124
signifikansi 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa efektifitas peran
auditor internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good
corporate governance berpengaruh secara simultan (bersama-sama).
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada
tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.14,
jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima, sedangkan jika nilai
signifikan > 0,05 maka Ha ditolak. (Ghozali, 2013:178).
Tabel 4.16
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .633 .258 2.447 .017
EPAI .482 .113 .527 4.269 .000
PF .359 .123 .361 2.924 .005
a. Dependent Variable: GCG
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.14 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Pengaruh Efektifitas Peran Auditor Internal terhadap Penerapan
Good Corporate Governance
Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel 4.14, terlihat
bahwa thitung koefisien efektifitas peran auditor internal adalah 4,269,
125
Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2
menjadi 0,025 dan df = 68 (didapat dari rumus n - 2, dimana n adalah
jumlah data, 70 - 2 = 68). Didapat ttabel adalah 1,99.
Variabel efektifitas peran auditor internal memiliki nilai sig.
(0,000) < 0,05 artinya signifikan, sedangkan thitung > ttabel, (4,269 >
1,99), Hal ini berarti Ha1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
efektifitas peran auditor internal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penerapan good corporate governance, hal ini menunjukan
bahwa semakin baiknya efektifitas peran auditor internal maka akan
semakin baik penerapan good corporate governnace. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2005)
yang menyatakan bahwa Fungsi pemeriksaan SPI telah dipandang
efektif oleh karyawan, penelitian lain dilakukan oleh Susilawati
(2013) hasilnya menyatakan bahwa audit internal di PT XYZ
memiliki memadai dan berperan dalam pelaksanaan perwujudan tata
kelola perusahaan yang efektif. Penelitian lain yang sejalan juga
dilakukan. Karagiorgos (2010) yang menyaatakan bahwa auditor
internal yang memainkan peran penting terhadap pendeteksian fraud
yang berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan (penerapan good
corporate governance).
126
2) Pengaruh Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good
Corporate Governance
Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.14, terlihat
bahwa thitung koefisien pendeteksian fraud adalah 2,924, Sedang ttabel
bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan
hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0,025
dan df = 68 (didapat dari rumus n - 2, dimana n adalah jumlah data, 70
- 2 = 68). Didapat ttabel adalah 1,99.
Variabel pendeteksian fraud memiliki nilai sig. (0,005) < 0,05
artinya signifikan, sedangkan thitung > ttabel, (2,924 > 1,99), Hal ini
berarti Ha2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa pendeteksian
fraud berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good
corporate governnace, hal ini menunjukan bahwa semakin baiknya
pendeteksian fraud maka akan semakin baik penerapan good
corporate governance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Gusnardi (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling besar
terhadap pencegahan atau pendeteksian kecuranga adalah pengaruh
pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka akan dapat
mencegah atau mendeteksi kecurangan lebih dini. Hasil penelitian lain
yang konsisten dengan penelitian dilakukan oleh Japlani (2014). Hasil
penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendeteksian
fraud terhadap good corpoerate governance.
127
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Efektivitas Peran Auditor Internal terhadap Penerapan Good
Corporate Governance
Pengujian statistik pada hipotesis (Ha1) menunjukan bahwa
efektivitas peran auditor internal berpengaruh terhadap penerapan good
corporate governance. Pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai uji t variabel
efektivitas peran auditor internal terhadap penerapan good corporate
governance 4,269 dengan melihat p berada di bawah nilai signifikan 0,05
yaitu 0,000. Dengan demikian hipotesis alternatif pengujian statistik pada
hipotesis (Ha1) menunjukan bahwa efektivitas peran auditor internal
berpengaruh terhadap penerapan good corporate governance. Hal ini berarti
semakin tinggi efektivitas peran auditor internal maka baik pula sistem tata
kelola perusahaan yang ada pada perusahaan. Semakin tinggi peran auditor
internal maka akan semakin mendukung kinerja implementasi GCG.
Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat pengaruh
efektivitas peran auditor internal terhadap good corporate governance
berhasil di dukung dan dapat diterima.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektivitas peran auditor
internal berpengaruh terhadap penerapan good corporate governance,
dimana efektivitas peran auditor internal merupakan salah satu pilar good
128
corporate governance, terutama dari aspek pengendalian. Efektivitas auditor
internal berperan untuk mendorong implementasi GCG melalui
pendeteksian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi disuatu organisasi atau
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Karagiorgos (2010)
yang menyaatakan bahwa auidor internal yang memainkan peran penting
terhadap pendeteksian fraud yang berpengaruh terhadap tata kelola
perusahaan. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Susilawati (2013) dan Ningsih (2005).
2. Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate Governance
Pengujian statistik pada hipotesis (Ha2) menunjukan bahwa
pendeteksian fraud berpengaruh terhadap penerapan good corporate
governance. Pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai uji t variabel pendeteksian
fraud terhadap penerapan good corporate governance sebesar 2,924 dengan
melihat p berada di bawah nilai signifikan 0,05 yaitu 0,005. Hal ini berarti
semakin tinggi pendeteksian fraud yang dilakukan auditor internal maka
semakin tinggi pula penerapan good corporate governance dapat dilakukan
dengan baik. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan
terdapat pengaruh pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate
governance berhasil di dukung dan dapat diterima.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi
pendeteksian fraud dilakukan, maka semakin tinggi tata kelola persahaan
yang lebih baik pula. Kebermanfaatan dari pendeteksian fraud yang
129
semakin tinggi, maka akan meningkatkan pelaksanaan corporate
governance berjalan dengan baik dan kecurangan yang selama ini
merugikan mayoritas perusahaan dapat dikurangi bahkan dihindari.
Mendeteksi fraud secara dini pada perusahaan dapat membantu sistem tata
kelola perusahaan yang diperlukan, dimana melalui sistem tata kelola
perusahaan, manajer diawasi dan dibimbing. Pendeteksian pada fraud pun
dapat memebantu mengimplementasi dan eksekusi tata kelola perusahaan
dari proses untuk memastikan bahwa siapa pun yang mengelola entitas telah
dengan tepat memanfaatkan waktunya, bakat dan sumber daya yang tersedia
untuk sebaik-baiknya bagi pemilik saham yang tidak hadir. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian Gusnardi (2011) yang menyatakan bahwa
pengaruh yang paling besar terhadap pencegahan atau pendeteksian
kecurangan adalah pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka
akan dapat mencegah atau mendeteksi kecurangan lebih dini. Penelitian ini
juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Japlani (2014) dan
Karagiorgos (2010).
130
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas peran auditor
internal dan pendeteksian fraud terhadap penerapan good corporate
governance. Responden penelitian ini berjumlah 70 karyawan financial pada
20 perusahaan swasta di daerah Jakarta Selatan. Berdasarkan pada data yang
telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel efektivitas peran auditor internal berpengaruh secara siginifikan
terhadap penerapan good corporate governance. Penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2005), Christine (2013) dan
Karagiorgos (2010).
2. Variabel pendeteksian fraud berpengaruh secara signifikan terhadap
penerapan good corporate governance. Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Simbolon (2010), Karagiorgos (2010) dan Gusnardi
(2011).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas ditemukan bahwa
Pelaksanaan GCG merupakan standar yang dituntut masyarakat untuk
menciptakan iklim yang kondusif. Implementasi GCG mensyaratkan adanya
131
transparansi dalam pelaporan kondisi keuangan perusahaan untuk melindungi
kepentingan investor, kreditor dan pihak lain yang terkait. Organisasi profesi
internal auditor berkeyakinan bahwa fungsi audior internal yang efektif mampu
menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses corporate
governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian manajemen. Berikut saran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Fungsi audit internal adalah salah satu persyaratan mendasar checks and
balances untuk terlaksananya tata kelola yang baik (good governance). Saat
ini fungsi audit internal yang dijalankan secara sehat dan objektif, dengan
kemampuan untuk mengidentifikasikan permasalahan pengendalian risiko
serta kewenangan untuk menindaklanjutinya adalah hal mendasar bagi
praktik terbaik pelaksanaan tanggung jawab top manajemen. Di sisi lain
peranan audit internal dalam penerapan GCG juga menunjukkan tingkat
kepentingan yang tinggi. Auditor internal berpengaruh secara signifikan
terhadap implementasi GCG, semakin tinggi peran auditor internal maka
akan semakin mendukung kinerja implementasi GCG.
2. Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas ditemukan bahwa pendeteksian
fraud berpengaruh signifikan terhadap penerapan good corporate
governance. Hal ini membuktikan penerapan Pengendalian Internal melalui
auditor internal dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat mencegah
terjadinya kecurangan dalam perusahaan. Secara parsial pelaksanaan tata
kelola Perusahaan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pencegahan
kecurangan. Besarnya pengaruh efektivitas peran auditor internal dalam
132
pelaksanaan tata kelola perusahaan secara simultan, mengindikasikan bahwa
kecurangan pada perusahaan swasta di Jakarta Selatan dapat dicegah jika
Auditor Internal serta Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat berperan
sesuai yang disyaratkan .
3. Dalam rangka pengembangan ilmu, bagi peneliti lainnya yang tertarik
dengan permasalahan serupa sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan setelah
penelitian ini dengan menambah variabel dan unit analisisnya diperluas
tidak hanya perusahaan swasta yang ada di Jakarta Selatan saja.
4. Untuk perusahaan atau organisasi, perlu diupayakan untuk mendeteksi
kecurangan melalui pencegahan, mencegah adalah akar penyebab persoalan
kecurangan. Jika belum atau tidak dapat mencegah, perusahaan atau
organisasi hendaknya dapat segera mendeteksi, menginvestigasi, dan
menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Bagi perusahaan agar selalu mengawasi perusahaan/emiten dalam
menerapkan Tata Kelola Perusahaan, terutama tentang code of corporate
governance. Dengan harapan bahwa perusahaan telah menerapkan Tata
Kelola Perusahaan dengan baik akan dapat mencegah praktik kecurangan
yang merugikan banyak pihak.
133
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, “Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik”, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
_____, “Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik”,
Buku Dua, Edisi Empat, Salemba Empat, Jakarta, 2013. Ahalik dan Lavina, “The Impact of Indonesia Sustainability reporting Award
(ISRA), Annual Report Award (ARA), Capital Market Award, Corporate Image Award (IMAC) and Good Corporate Governance (GCG) Award to Share and Earning Per Share. For Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for Period 2009-2011”, Media Ilmiah Akuntansi, 2013.
Anthony, Robert N, dkk, “Sistem Pengendalian Manajemen”, Salemba Empat,
Jakarta, 2005. Arens, A.Alvin, dkk, “Auditing dan Jasa Assurance. Pendekatan Terpadu
(Akuntansi Indonesia)”, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
_____,”Auditing and Assurance Services An Integrated Approach:An Indonesian Adaptation”, 19
th edition, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Bhasin, Madan,“Corporate Accounting Frauds: A Case Study of Satyam
Computers Limited”, International Journal of Contemporary Business Studies Vol: 3, No: 10, October, 2012.
Boynton, Wiliam C, Johnson Raymond N, “Modern Auditing: Assurance Service
and The Integrity of Financial Reporting”, Eighth Edition, John Wiley & Sons, Inc, Amerika, 2006.
Buckhoff, Thomas A dan Bonita K. Peterson Kramer, “Conducting Effective
Ponzi Scheme Investigations”, Journal of Forensic and Investigative Accounting Vol. 3, Issue 3, 2011.
Castro. Gloria S, “Internal Auditors Skepticism In Detecting Fraud: A
Quantitative Study”, Essay Capella University, 2013. Cohen, Aahon dan Gabriel Sayag, “The Effectiveness of Internal Auditing: An
Empirical Examination of it Determinants in Israeli Organisations”, Journal Australian Accounting Review, No 54. Vol. 20 Issue 3, 2010.
Cristine, Dwi Karya Sulilawati dan Hendro Soetjipta, Felix, “Peranan Audit
Intern dalam Penerapan Good Corporate Governance yang Efektif (Studi Kasus PT. XYZ, Bandung)”, Jurnal Ilmiah Akuntansi ISSN:2086-4159, Nomor 10 Tahun ke-3 (tiga), Bulan Mei-Agustus 2013.
134
Effendi Arief, Muh, “Peranan Forensic Auditing dalam Penegakan Good Corporate Governance”, Kuliah Umum Universitas Kristen Maranatha, Bulan Juni, Bandung, 2010.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Tata kelola perusahaan
(Corporate Governance).“The Essence of Good Corporate Governance: konsep dan implementasi Perusahaan Publik dan Koorporasi Indonesia”, Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Sinergy Communication, Jakarta, 2002.
Fitrawansyah, “Fraud & Auditing”, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014. Ghozali, Iman, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013. Grove, Hugh and Elisabetta Basilico,”Major Financial Reporting Frauds of the
21st Century: Corporate Governance and Risk Lessons Learned”, Journal of Forensic and Investigative AccountingVol. 3, Issue 2, Special Issue, 2011.
Gusnardi, “ Pengaruh Peran Komite Audit, Pengendalian Internal, Audit Internal
dan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Pencegahan Kecurangan”, Ekuitas Vol. 15 No. 1 Maret 2011.
Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hancox, Steven J, “Red Flags ForFraud, Deputy Comptroller. Divition of Local
Government and School Accountability”, Artikel. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013.
Indra, Bastian, “ Audit Sektor Publik”, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Indriantoro Nur, Supomo Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Karni, Soejono, “Auditing. Audit Khusus Dan Audit Forensik Dalam Praktik”,
FEUI, Jakarta, 2000. Karagiorgos,Theofanis, George Drogalas, Evaggelos Gotzamanis dan Ioannis
Tampakoudis, “Internal Auditing as an Efective Tool for Corporate Governance”, Journal of Business Management vol. 2 No. 1, January-June, 2010.
Komisi Pemberantasan Korupsi, “Membasmi Untuk Memberantas”, KPK,
Jakarta, 2006.
135
Kuncoro, Mudrajad, “Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikasi untuk Bisnis & Ekonomi”, Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.
Kurniawan, Yuanita, “Persepsi Auditor Internal terhadap Deteksi Fraud”,
Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi-Vol 1, No. 2, Maret 2012, Jakarta, 2012.
Litbang, KPK, “Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta”,
BUMN dan BUMD”, Jakarta, 2009.
Messier, Glover dan Prawitt, “Auditing and Assurance Service A Systematic
Approach”, Four Edition, Mc Graw-Hill, New York, 2006.
Moenir, H.A.S, ”Manajemen Pelayan Umum di Indonesia”, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2008.
O’Regan, David, International Auditing Practical Resources Guide. The
Instituteof Internal Auditors, America, 2003.
Priantara, Diaz, “Fraud Audit & Investigation”, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2013.
Ratnaningsih, Rini, “Evaluasi atas Efektivitas Internal Audit dalam Rangka
Penerapan Good Corporate Governance, Studi Kasus: BPR Harta
Tanamas”, Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.
Rezaee, Zabihalloh, “Corporate Governance and Ethics”, John Wiley and Sons,
inc, 2009.
Rokhim, Rofikoh, “Mengapa GCG Bagi Bank Begitu Penting?”, Bisnis
Indonesia, 21 Pebuari 2006.
Sawyer’s, Lawrens B, Dittenhofer, Mortimer A dan Scheiner, James H,”Internal
Auditing Audit Internal Sawyer”, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta,
2009.
Sedarmayanti, ”Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dan Good
Corporate Governance (Tata kelola perusahaan yang baik)”, CV Mandar
Maju, Bandung, 2007.
Siagian, Sondang P, “Kiat Meningkatkan Produktiviats Kerja”, Rienika Cipta,
Jakarta, 2002.
Simbolon, Harry Andrian, “(Business and Accounting, For the Better Business
Practice. Mengupas Seluk Beluk Fraud dan Cara Mengatasinya) Diskusi
Audit Kecurangan, 22 Desember 2010, Jurnal Akuntansi, Jakarta, 2010.
136
Sugiyono.“Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif dan R & D”, CV. Alfabeta, Bandung, 2011.
_____,“Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif”, CV. Alfabeta, Bandung, 2012. Suharto, Harry, “Peran Internal Audit Menegakkan Corporate Governance”,
Media Akuntansi No. 36/ November-Desember 2003, Jakarta, 2003. Soeharmoro, “Peranan Internal Auditor dalam Pendeteksian dan Pencegahan
Kecurangan”, Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi - Vol. 1, No. 3, Mei 2012, Jakarta, 2012.
Soelendro, Arie, “Paradigma Baru Aparat Pengawasan Intern Pemerintah”,
Prosiding KNA IV IAI, Jakarta, 2000. Stettler, H.F., “Auditing Principles”, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. 1982.
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (AltomonteSpirings, FL: The Institute of Internal Auditors, 1978).
Syakhroza, Akhmad, “Best Practices Corporate Govenance dalam Konteks
Kondisi Lokal Perbankan Indonesia”, Majalah Usahawan, Agustus 2003, Jakarta, 2003.
_____, “Teori Corporate Governance”, Majalah Usahawan, Juni 2003, Jakarta, 2003. Tampubolon, Robert, ”Risk and System - Based Internal Auditing”, PT. Elex
Media Koputindo, Jakarta, 2005. Tedjasukma, Fanny Novian. “Pentingnya Red Flag Bagi Auditor Independen
untuk Mendeteksi Kecurangan dalam Laporan Akuntansiran Keuangan”, Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol 1, No. 3, Mei. 2012, Jakarta, 2012.
The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG), “Internalisasi Good
Corporate Governance dalam Proses Bisnis”, Laporan Corporate Governance Perception Index 2004.
Tjager , I nyoman, Alijiyo, F, Antonius, Djemat, Humphrey R dan Soembodo,
Bambang, “Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhalindo, Jakarta, 2003.
Tuanakotta. Theodorus. M, “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”, Salemba
Empat, Jakarta, 2012. Tugiman, Hiro, “Tantangan dan Prospek Profesi Internal Auditor di Indonesia”,
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dan Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), Jakarta, 2004.
137
_____, ”Peran Auditor Internal dalam Good Corporate Governance“, YPIA,
Jakarta, 2000.
Tunggal, Amin Widjaja, “Pengantar Efective Internal Audit. Konsep, Soal Jawab
dan Kasus”, Harvarindo, Jakarta, 2012.
_____, ”Seluk-Beluk Internal Auditing”, Harvarindo, Jakarta, 2012.
_____, ”Dasar - dasar Fraud Auditing”, Harvarindo, Jakarta, 2013.
_____,“Memahami Fraud Audit. Bagaimana Mendeteksi dan Mencegah
Kecurangan Bisnis”, Harvarindo, Jakarta, 2014.
Umar, Husein, “Desain Penelitian Manajemen Strategik: Cara Mudah Meneliti
Masalah-MasalahManagemen Strategik untuk Skripsi, Tesis dan Praktik
Bisnis”, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2010.
Wardoyo, Trimanto S dan Lena, “ Penerapan Auditor Internal dalam Menunjang
Pelaksanaan Good Corporate Governance (Studi Kasus Pada PT.
Dirgantara Indonesia)”, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi NO. 3 Tahun ke-
1 September-Desember 2010, Jakarta, 2010.
Wells. Josept T, “Fraud Examination: Investigative and Audit Procedures”,
Article Journal of The American Society of CLU & ChFC, America, 1994.
Yuhertiana, Indrawati, “Peran Audit Investigasi dalam Penegakan Good
Governance di Indonesia”, Diskusi Audit Investigasi, 25 Mei 2005.
Widarjnono, Agus, “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, UPP STIM YKPN,
Yogyakarta, 2010.
Wind, Ajeng, “ Forensic Accounting, untuk Pemula & Orang Awam”, Dunia
Cerdas, Jakarta, 2014.
138
Lampiran 1: Lembar Kuesioner Penelitian
KUESIONER
EFEKTIVITAS PERAN AUDITOR INTERNAL DAN PENDETEKSIAN
FRAUD TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Ummi Sa’diyah
NIM. 1110082000011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
139
Yang Terhormat
Bapak/Ibu/Sdr Responden
Di Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb.
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untk meluangkan waktunya dalam mengisi
kuesioner yang akan saya pergunakan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir.
Kuesioner ini digunakan untuk menganalisis “Efektivitas Peran Auditor
Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate
Governance “.
Bapak/Ibu/Sdr dapat dengan bebas menentukan jawaban sesuai dengan
yang diyakini. Identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan dalam kuesioner
ini akan dijaga kerahasiaanya.
Demikian permohonan ini, saya meminta maaf atas segala keterbatasan
dan kesederhanaan dalam penyampaian. Atas bantuan dan partisipasi yang
Bapak/Ibu/Sdr berikan, saya sampaikan terima kasih.
Jazzakumullah Khairan Katsier.
Wassalmualaikum Wr.Wb
Jakarta, Januari 2016
Penulis,
(Ummi Sa’diyah)
140
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER
A. Pertanyaan Umum
Beri tanda (X) atau (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara
1. Nama :
2. Nama Perusahaan :
3. Posisi dalam Perusahaan :
4. Jenis Kelamin :
5. Umur :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Keahlian di Bidang :
8. Pengalaman Kerja :
B. Pernyataan Penelitian
Data pada bagian ini akan digunakan untuk keperluan analisis. Pernyataan
dibawah ini untuk mengetahui pendapat anda tentang “Efektivitas Peran
Auditor Internal dan Pendeteksian Fraud terhadap Penerapan Good Corporate
Governance “. Pada setiap pertanyaan telah disediakan bagian lima poin skala
disampingnya dengan keterangan sebagai berikut:
1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Netral (N)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju (STS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping pertanyaan
sesuai dengan jawaban/keadaan anda dengan cara memberi tanda cheklist (√).
141
Efektivitas Auditor Internal (X1)
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Auditor internal harus mempunyai
kedudukan yang independen dalam
perusahaan.
2. Auditor internal harus mempunyai uraian
tugas secara tertulis.
3. Auditor internal harus mempunyai
kemampuan terkait dengan proses manual.
4. Auditor internal harus mempunyai
dukungan yang kuat dari top manajemen.
5. Auditor internal harus memiliki sumber
daya yang professional, capable, objective,
integrity dan loyalitas.
6. Auditor internal harus bias bekerja sama
dengan akuntan publik.
7. Auditor internal dapat menciptakan
struktur pengkajian yang wajar dan pantas.
8. Auditor internal harus memiliki
pengetahuan yang cukup.
9. Auditor internal harus melakukan
pemeriksaan internnya dengan hati-hati
dan menggunakan kemahiran jabatannya.
10. Auditor internal harus mampu melakukan
penilaian dan korektif terhadap laporan
operasional.
11. Auditor internal dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan dan lingkungan
perusahaan.
12. Auditor internal dapat memfokuskan diri
pada area-area yang memilliki risiko tinggi
terjadinya fraud.
13. Auditor internal dapat memberikan
rekomendasi dilakukannya investigasi
yang diperlukan.
14. Auditor internal mampu menyediakan
informasi mengenai kecukupan dan
efektivitas sistem pengendalian internal
perusahaan.
15. Auditor internal harus memiliki kualifikasi
auditor yang baik.
142
Pendeteksian Fraud (X2)
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Dokumen dan sumber transaksi yang tidak
lengkap atau palsu.
2. Terdapat kesamaan nama dan alamat
antara pembeli dan penerima pembayaran.
3. Terdapat piutang yang jatuh tempo.
4. Terdapat rekonsiliasi yang belum tertulis.
5. Pembayaran dengan bukti transaksi
duplikat (salinan).
6. Ayat jurnal yang salah atau tidak sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku.
7. Buku besar yang tidak akurat antara
general ledger dengan subsidiary ledger.
8. Terdapat kelemahan dalam pengandalian
intern (internal control)
9. Terdapat hubungan kekeluargaan antara
manajemen dengan karyawan perusahaan
10. Pendapatan yang meningkat degan arus kas
masuk yang menurun.
11. Pendapatan yang meningkat dengan
piutang yang menurun.
12. Perusahaan tidak memiliki Komite Audit.
13. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan
pegawai.
14. Intuisi atasan pegawai atau sesame
pegawai melihat kejanggalan atau
kecurgaan terhadap perilaku yang tidak
biasa.
15. Adanya laporan pengaduan atau keluhan.
Good Corporate Governance (Y)
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Informasi keuangan perusahaan disediakan
kepada stockholder untuk membuat
keputusan.
2 Pengelola perusahaan dapat bertindak
secara mandiri sesuai dengan peran dan
fungsi yang dimilikinya.
143
No Pernyataan STS TS N S SS
3 Perusahaan menempatkan laporan
keuangan dan analisa manajemennya di
internet.
4 Stockholder diberikan kesempatan untuk
menerima dan memeriksa laporan
keuangan.
5 Perusahaan memiliki pedoman tertulis
mengenai aturan pengungkapan
(disclosure).
6 Dapat memastikan bahwa perusahaan taat
pada hokum dan peraturan-peraturan
perundangan yang berlaku.
7 Perusahaan memiliki pedoman etika dan
tingkah laku.
8 Pedoman dan etika tingkah laku tersebut di
distribusikan kepada semua karyawan.
9 Terdapat potensi benturan kepentingan
antara perusahaan dengan direksi dan
komisaris.
10 Perusahaan merasa penting memiliki daftar
saham yang dimiliki oleh anggota direksi
dan komisaris.
11 Perusahaan selalu menerbitkan laporan
keuangan dan analisa manajemennya
kepada para analis.
12 Stockholder diberikan kesempatan untuk
menerima dan memeriksa laporan
keuangan.
13 Terdapat perlakuan yang sama terhadap
pemegang saham mayoritas maupun
minoritas.
14 Penyajian laporan keuangan yang akurat
dan tepat waktu.
15 Terdapat suatu sistem yang menjamin agar
manajemen tetap menjaga akuntabilitas
kepada stakeholders.
144
Lampiran 2: Data Mentah Jawaban Responden
Efektivitas Peran Auditor Internal (X1)
No EPAI1 EPAI2 EPAI3 EPAI4 EPAI5 EPAI6 EPAI7 EPAI8 EPAI9 EPAI10 EPAI11 EPAI12 EPAI13 EPAI14 EPAI15 Total_EPAI Average
1 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 67 4.47
2 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 66 4.40
3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 54 3.60
4 3 3 5 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 53 3.53
5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 68 4.53
6 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 65 4.33
7 4 4 5 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 53 3.53
8 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 53 3.53
9 5 4 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 67 4.47
10 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 66 4.40
11 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 51 3.40
12 3 5 4 4 3 3 3 5 5 5 4 4 5 2 4 59 3.93
13 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 69 4.60
14 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 64 4.27
15 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 53 3.53
16 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 70 4.67
17 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 51 3.40
18 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 5 67 4.47
19 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 70 4.67
20 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3.07
21 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 51 3.40
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 4.00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5.00
24 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 71 4.73
25 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 47 3.13
26 3 5 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3 56 3.73
27 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 63 4.20
28 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 48 3.20
29 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 71 4.73
30 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 54 3.60
31 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 66 4.40
32 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 69 4.60
33 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 51 3.40
34 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 54 3.60
35 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 65 4.33
36 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 70 4.67
37 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 54 3.60
38 3 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 55 3.67
39 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 68 4.53
40 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 68 4.53
41 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 52 3.47
42 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 66 4.40
43 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 70 4.67
44 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 64 4.27
45 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 53 3.53
46 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 70 4.67
47 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 3 4 3 4 4 57 3.80
48 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 2 5 68 4.53
49 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 68 4.53
50 3 3 3 3 3 3 3 4 5 5 3 3 3 3 3 50 3.33
51 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 58 3.87
52 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 64 4.27
53 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 70 4.67
54 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 69 4.60
55 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 58 3.87
56 4 5 5 4 5 3 3 4 5 5 3 4 5 5 3 63 4.20
57 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 60 4.00
58 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 53 3.53
59 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 63 4.20
60 5 3 5 4 5 3 3 5 5 5 3 4 3 2 3 58 3.87
61 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 60 4.00
62 5 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 3 4 65 4.33
63 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 60 4.00
64 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 67 4.47
65 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 62 4.13
66 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 64 4.27
67 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 61 4.07
68 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 60 4.00
69 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 62 4.13
70 3 3 4 3 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 61 4.07
145
Pendeteksian Fraud (X2)
No PF1 PF2 PF3 PF4 PF5 PF6 PF7 PF8 PF9 PF10 PF11 PF12 PF13 PF14 PF15 Total_PF Average
1 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 64 4.27
2 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 70 4.67
3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 50 3.33
4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 55 3.67
5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 68 4.53
6 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 66 4.40
7 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 51 3.40
8 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 53 3.53
9 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 66 4.40
10 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 68 4.53
11 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.20
12 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 58 3.87
13 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 70 4.67
14 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 66 4.40
15 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 50 3.33
16 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 71 4.73
17 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 51 3.40
18 5 5 3 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 68 4.53
19 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 69 4.60
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 3.00
21 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 51 3.40
22 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 63 4.20
23 5 5 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 69 4.60
24 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 68 4.53
25 4 3 3 3 5 5 3 5 5 5 3 4 3 3 3 57 3.80
26 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 58 3.87
27 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 60 4.00
28 4 3 3 3 5 3 3 5 5 4 3 4 3 3 3 54 3.60
29 4 5 5 5 4 5 5 3 3 4 5 4 5 5 5 67 4.47
30 3 4 4 3 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 62 4.13
31 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 65 4.33
32 5 5 4 5 3 4 3 3 3 3 5 4 4 4 3 58 3.87
33 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 50 3.33
34 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 57 3.80
35 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 68 4.53
36 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 71 4.73
37 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 5 4 3 53 3.53
38 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 53 3.53
39 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 67 4.47
40 5 5 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 5 67 4.47
41 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 58 3.87
42 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 5 5 65 4.33
43 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 71 4.73
44 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 63 4.20
45 4 3 3 5 4 3 5 3 3 3 4 3 3 3 3 52 3.47
46 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 67 4.47
47 4 3 4 4 3 5 4 5 5 5 3 4 3 4 4 60 4.00
48 4 4 2 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 65 4.33
49 5 4 4 4 5 3 4 3 3 3 5 4 5 4 4 60 4.00
50 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 52 3.47
51 4 4 3 5 4 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 62 4.13
52 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 62 4.13
53 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 5 4 5 69 4.60
54 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 68 4.53
55 3 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 63 4.20
56 3 3 5 3 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 59 3.93
57 5 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 60 4.00
58 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 57 3.80
59 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 61 4.07
60 4 3 2 4 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 65 4.33
61 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 60 4.00
62 5 4 3 5 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 54 3.60
63 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 58 3.87
64 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 66 4.40
65 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 66 4.40
66 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 5 4 62 4.13
67 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 64 4.27
68 4 4 4 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 5 4 59 3.93
69 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 62 4.13
70 5 4 4 5 3 5 3 4 4 4 4 4 3 3 4 59 3.93
146
Penerapan Good Corporate Governance (Y)
No GCG1 GCG2 GCG3 GCG4 GCG5 GCG6 GCG7 GCG8 GCG9 GCG10 GCG11 GCG12 GCG13 GCG14 GCG15 Total_GCG Average
1 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 67 4.47
2 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 68 4.53
3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 52 3.47
4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 53 3.53
5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 4.07
6 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 74 4.93
7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 3.93
8 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3.07
9 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 66 4.40
10 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 69 4.60
11 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 50 3.33
12 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 3 3 57 3.80
13 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 68 4.53
14 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 64 4.27
15 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 52 3.47
16 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 71 4.73
17 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 51 3.40
18 4 4 4 5 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5 4 65 4.33
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 73 4.87
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 3.00
21 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 52 3.47
22 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 62 4.13
23 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 73 4.87
24 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 70 4.67
25 3 3 5 5 5 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 55 3.67
26 3 4 4 4 5 4 3 4 4 3 5 3 3 3 3 55 3.67
27 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 62 4.13
28 3 3 5 5 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 54 3.60
29 5 5 3 3 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 66 4.40
30 3 5 5 4 5 5 3 5 4 3 3 4 3 4 3 59 3.93
31 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 67 4.47
32 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 4 3 4 5 56 3.73
33 4 3 3 3 3 3 4 5 4 3 4 4 4 4 3 54 3.60
34 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 59 3.93
35 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 62 4.13
36 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 67 4.47
37 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 61 4.07
38 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 54 3.60
39 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 66 4.40
40 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 65 4.33
41 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 56 3.73
42 3 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 63 4.20
43 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 4 4 5 68 4.53
44 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 64 4.27
45 4 4 3 3 3 5 3 4 3 5 4 4 4 4 4 57 3.80
46 3 4 5 4 5 3 5 4 5 4 4 4 4 4 5 63 4.20
47 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 54 3.60
48 4 4 4 5 5 5 4 4 2 5 5 4 4 3 5 63 4.20
49 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 65 4.33
50 5 3 3 3 3 3 3 5 3 4 5 5 4 4 3 56 3.73
51 3 5 4 5 3 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 59 3.93
52 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 3 3 4 64 4.27
53 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 68 4.53
54 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 69 4.60
55 5 3 3 3 3 4 4 3 4 5 3 3 3 3 4 53 3.53
56 4 5 5 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 3 62 4.13
57 5 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 4 62 4.13
58 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 3 57 3.80
59 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 57 3.80
60 4 3 3 4 4 5 5 4 2 4 3 4 4 3 3 55 3.67
61 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 66 4.40
62 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 65 4.33
63 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 59 3.93
64 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 69 4.60
65 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 60 4.00
66 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 63 4.20
67 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 64 4.27
68 5 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 53 3.53
69 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 5 4 62 4.13
70 3 3 5 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 57 3.80
147
Lampiran 3: Pengolah Data Dengan SPSS
Validitas dan Reliabilitas
Efektivitas Peran Auditor Internal (X1)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.913 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
EPAI1 4.03 .701 70 EPAI2 4.13 .741 70 EPAI3 4.17 .701 70 EPAI4 4.04 .669 70 EPAI5 4.06 .700 70 EPAI6 4.04 .711 70 EPAI7 4.01 .732 70 EPAI8 4.17 .659 70 EPAI9 4.20 .694 70 EPAI10 4.11 .692 70 EPAI11 4.06 .740 70 EPAI12 4.11 .649 70 EPAI13 4.13 .700 70 EPAI14 3.90 .854 70 EPAI15 4.03 .722 70
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
EPAI1 57.17 44.260 .707 .904 EPAI2 57.07 45.082 .575 .908 EPAI3 57.03 44.927 .631 .906 EPAI4 57.16 45.033 .654 .906 EPAI5 57.14 45.805 .534 .909 EPAI6 57.16 45.004 .612 .907 EPAI7 57.19 44.965 .596 .907 EPAI8 57.03 44.869 .685 .905 EPAI9 57.00 46.232 .492 .911 EPAI10 57.09 45.587 .565 .908 EPAI11 57.14 43.573 .740 .902 EPAI12 57.09 45.471 .623 .907 EPAI13 57.07 45.864 .527 .910 EPAI14 57.30 44.271 .559 .909 EPAI15 57.17 44.231 .687 .904
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
61.20 51.351 7.166 15
148
Pendeteksian Fraud (X2)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.881 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PF1 4.14 .666 70 PF2 4.09 .717 70 PF3 3.90 .854 70 PF4 4.13 .721 70 PF5 4.06 .700 70 PF6 4.09 .676 70 PF7 4.10 .725 70 PF8 4.09 .737 70 PF9 4.09 .756 70 PF10 4.11 .733 70 PF11 4.04 .731 70 PF12 3.97 .680 70 PF13 4.03 .680 70 PF14 4.10 .684 70 PF15 4.13 .700 70
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
PF1 56.91 39.384 .440 .877 PF2 56.97 37.304 .649 .868 PF3 57.16 37.758 .478 .877 PF4 56.93 38.154 .542 .873 PF5 57.00 39.275 .426 .878 PF6 56.97 39.419 .428 .878 PF7 56.96 37.868 .572 .871 PF8 56.97 38.347 .505 .875 PF9 56.97 39.072 .408 .879 PF10 56.94 37.823 .570 .872 PF11 57.01 37.145 .654 .868 PF12 57.09 38.022 .598 .871 PF13 57.03 38.637 .521 .874 PF14 56.96 38.273 .563 .872 PF15 56.93 36.821 .729 .865
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
61.06 43.504 6.596 15
149
Penerapan Good Corporate Governance (Y)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100.0
Excludeda 0 .0
Total 70 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.879 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
GCG1 4.06 .778 70 GCG2 4.09 .737 70 GCG3 4.10 .764 70 GCG4 4.04 .751 70 GCG5 4.06 .720 70 GCG6 4.09 .676 70 GCG7 4.07 .688 70 GCG8 4.17 .564 70 GCG9 3.99 .860 70 GCG10 4.07 .729 70 GCG11 4.10 .684 70 GCG12 4.01 .691 70 GCG13 4.01 .712 70 GCG14 4.00 .681 70 GCG15 4.04 .690 70
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
GCG1 56.84 37.787 .490 .874 GCG2 56.81 36.501 .677 .865 GCG3 56.80 36.858 .607 .868 GCG4 56.86 38.095 .477 .874 GCG5 56.84 38.076 .504 .873 GCG6 56.81 37.864 .572 .870 GCG7 56.83 38.202 .518 .872 GCG8 56.73 39.128 .515 .873 GCG9 56.91 36.688 .543 .872 GCG10 56.83 37.130 .610 .868 GCG11 56.80 38.974 .425 .876 GCG12 56.89 38.190 .516 .873 GCG13 56.89 37.929 .529 .872 GCG14 56.90 37.946 .556 .871 GCG15 56.86 38.356 .496 .873
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
60.90 43.077 6.563 15
150
Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 20.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EPAI 70 3.07 5.00 4.0800 .47815 PF 70 3.00 4.73 4.0700 .43957 GCG 70 3.00 4.93 4.0596 .43748 Valid N (listwise) 70
Correlations
GCG EPAI PF
Pearson Correlation GCG 1.000 .837 .814
EPAI .837 1.000 .860
PF .814 .860 1.000
Sig. (1-tailed) GCG . .000 .000
EPAI .000 . .000
PF .000 .000 .
N GCG 70 70 70
EPAI 70 70 70
PF 70 70 70
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .857a .734 .726 .22891 2.282
a. Predictors: (Constant), PF, EPAI b. Dependent Variable: GCG
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.695 2 4.847 92.506 .000b
Residual 3.511 67 .052 Total 13.206 69
a. Dependent Variable: GCG b. Predictors: (Constant), PF, EPAI
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .633 .258 2.447 .017 EPAI .482 .113 .527 4.269 .000 .261 3.836
PF .359 .123 .361 2.924 .005 .261 3.836
a. Dependent Variable: GCG
151
152
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 70 Normal Parameters
a,b Mean .0000000
Std. Deviation .22557281 Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .061 Negative -.082
Test Statistic .082 Asymp. Sig. (2-tailed) .200
c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
153
Lampiran 4: Surat - Surat Penelitian
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182