efektivitas komunikasi interprsonal dalam organisasi

Upload: hana-dian-pratiwi

Post on 05-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

angket

TRANSCRIPT

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPRSONAL DALAM ORGANISASI

BAB II. LANDASAN TEORI

Sesuai dengan latar belakang permasalahan studi ini, studi ini terfokus pada Effektivitas Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan kerja karyawan. Permasalahan yang diangkat adalah : apakah ada korelasi antara efektivitas komunikasi interpersonal dengan tingkat kepuasan kerja karyawan ? Untuk menjawab permasalahan utama tersebut, secara operasional pertanyaan tersebut terperinci dalam dua aspek, yakni aspek komunikasi interpersonal dan aspek kepuasan kerja.Komunikasi merupakan bagian penting dalam organisasi. Organisasi terdiri atas sejumlah orang dan melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan adanya komunikasi. Komunikasi tidak terhindarkan dan merupakan pusat proses kegiatan. Komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi interpersonal. Kegiatan komunikasi interpersonal disini diartikan pertukaran pesan antara beberapa orang dengan tujuan untuk menciptakan persamaan makna.

2.1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal menurut Joseph De Vito, dapat diartikan is the communication that takes place between two person who have an established relationships ; ( De Vito, 2004; 4). Sedangkan menurut Verdeber ( 1986) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan gagasan dan perasaan ( Alo Liliweri, 1994; 9). Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik. ( Sendjaya; 1994;115). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih, dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik . Makna , sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Makna adalah kesamaan pemahaman diantara orang orang yang berkomunikasi terhadap pesan psan yang digunakan dalam proses komunikasi. Komunikasi interpersonal memiliki sifat sifat (1) bersifat dua arah yang berarti melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, ada unsur dialogis; ( 2) ditujukan kepada sasaran terbatas dan dikenal..

Komunikasi Interpersonal memiliki karakteristik tertentu, seperti apa yang dikemukakan oleh Judy C. Person ( 1983). Komunikasi Interpersonal bersifat transaksional; tindakan pihak pihak yang berkomunikasi secara serempak dalam menyampaikan dan menerima pesan. Komunikasi Interpersonal merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus. Komunikasi Interpersonal bukan sesuatu yang statis tetapi bersifat dinamis. Artinya, segala yang tercakup dalam komunikasi interpersonal selalu dalam keadaan berubah baik pelaku komunikasi, pesan, situasi, maupun lingkungannya. Komunikasi Interpersonal juga menyangkut aspek aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi dan bagaimana hubungan dengan partner.

Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal, karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu individu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku.

Dalam komunikasi interpersonal terjadi komunikasi konvergen. Komunikasi konvergen merupakan proses mencipta dan saling berbagi informasi mengenai realita diantara dua partisipan komunikasi atau lebih agar dapat dicapai saling pengertian dan kesepakatan makna ( meaning) antara satu dengan yang lain. Komunikasi melibatkan realitas fisik maupun psikologis dalam menanggapi sebuah informasi.

Menurut Kincaids Convergence Model, Komunikasi didefinisikan sebagai Process in which participants create and share information with one another in order to reach a mutual understanding. Tujuan utama komunikasi yang bersifat konvergen adalah mendekatkan pengertian masing masing kedalam suatu pengertian yang relatif sama antara patisipan yang satu dengan yang lain. Konvergen adalah kecenderungan dua atau lebih individu untuk bergerak menuju satu tujuan.

Konvergensi juga ditentukan oleh intensitas komunikasi diantara pimpinan dan karyawan atau antara atasan dan bawahan. Semakin sering terjadi komunikasi interpersonal akan semakin kuat kearah kecenderungan konvergensi. Komunikasi yang berakhir dengan konvergensi akan memiliki pengaruh terhadap perilaku bawahan khususnya perilaku karyawan dalam bekerja. Semakin tinggi terjadinya intensitas konvergensi dimana pimpinan dan karyawan membentuk kearah saling pengertian maka persetujuan dan kerjasama akan semakin baik.

2.2. Model Komunikasi Interpersonal

De Vito mengemukakan bahwa komunikasi tidak terjadi secara linier atau satu arah melainkan berkesinambungan. Akan terjadi pergantian peran dan fungsi antara sumber dan penerima. Setelah pesan sampai ke penerima, maka penerima akan memberi tanggapan atau umpan balik. Umpan balik yang telah disampaikan kepada pihak yang semula menjadi sumber pesan, menempatkan pihak yang semula pada posisi penerima pesan menjadi sumber. Model Komunikasi interpersonal dengan elemen elemen yang bersifat universal menurut De Vito (2004;11)

Gambar :

Sumber Penerima : sumber penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber dan sekaligus penerima. Komunikasi ini melibatkan dua orang atau lebih dalam situasi interaksi. Situasi komunikasi interpersonal menuntut kedua belah pihak yang dalam hal ini adalah pimpinan dan karyawan untuk sama sama aktif dalam proses komunikasi

Dalam Komunikasi Interpersonal terdapat istilah kompetensi. Kompetensi mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif ( Spitzberg dan Cupach,1989) . Kompetensi mencakup hal hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi. Istilah kompetensi juga berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan kemampuan mengenai peraturan peraturan untuk interaksi komunikasi. Proses komunikasi antara pimpinan dengan karyawan didalam organisasi menyangkut kemampuan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Selain itu, kompetensi juga berkaitan dengan kemampuan individu untuk menumbuhkan kondisi adanya keterbukaan, empati, kepositifan, dukungan dan kesamaan

Encoding dan Decoding : Mengacu pada tindakan memproduksi pesan. Dalam komunikasi interpersonal, fungsi encoding dan decoding terjadi pada kedua belah pihak yang berkomunikasi dan merupakan satu kesatuan. Hal ini mengisayartkan bahwa pihak pihak yang berkomunikasi menjalankan fungsi tersebut secara simultan.

Bidang pengalaman ( Field of experience ). Asumsinya, komunikasi akan berhasil apa bila pesan yang disampaikan oleh sumber cocok dengan kerangka acuan, yakni paduan pengalaman dan pengertian ( collection of experiences and meanings) yang diperoleh penerima. Bidang pengalaman merupakan faktor penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman sumber sama dengan pengalaman receiver, komunikasi akan berlangsung efektif.

Feedback ( umpan balik ), umpan balik memainkan peranan penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi. Umpan balik dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Feedback adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya ( Clement dan Frandsen; 1976). Keefektifan komunikasi interpersonal sangat tergantung pada kemampuan masing masing memahami secara individual. Pimpinan harus mengerti benar cara cara berkomunikasi karyawan dan sebaliknya karyawan harus mengerti benar bagaimana kebiasaan pimpinan dalam berkomunikasi. Dengan demikian kemungkinan salah interpretasi terhadap feedback yang dimainkan pihak lain dapat diminimalkan.

Pesan dan saluran. Pesan dapat berupa verbal maupun non verbal, disengaja ( intentional) atau tak disengaja ( unintentional). Pesan verbal adalah semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara ( communicative stimuli) yang disadari, masuk kedalam kategori pesan verbal yang disengaja; yaitu usaha usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Sedangkan pesan verbal tak disengaja adalah sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud mengatakan hal tersebut. Pesan non verbal meliputi semua pesan yang disampaikan tanpa kata kata ( Tubbs, Moss; 2000;10)

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran. Dua,tiga atau empat saluran yang berbeda biasanya digunakan secara simultan.

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Noise dikatakan ada dalam sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan dapat berupa ganggusn fisik atau interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan. Gangguan psikologis dapat diartikan interferensi kognitif atau mental, dan termasuk prasangka, bias pada sumber penerima yang mengakibatkan gangguan dalam memproses dan menerima informasi. Gangguan semantic terjadi bilamana sumber dan penerima memberi arti yang berlainan. Gangguan bisa terjadi dalam berbagai situasi komunikasi, termasuk komunikasi yang terjadi antara pimpinan dan karyawan dalam sebuah organisasi. Tetapi gangguan yang paling mungkin dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda atau kesalahpahaman adalah gangguan psikologis yang disebabkan adanya prasangka. 2.3. Teori Komunikasi Interpersonal

Teori komunikasi interpersonal didasarkan pada Teori Jendela Johari Window, karena model yang diciptakan dianggap sebagai dasar untuk memahami dan menjelaskan interaksi antarpribadi secara manusiawi. Dalam teori ini terdapat gagasan mengenai penyingkapan tabir pribadi dan bagaimana mengerti orang lain. Konsep dasar Jendela Johari Window menurut DeVito

Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang

lain

Gambar : Model Jendela Johari Window

Model ini terdiri atas empat bingkai yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan setiap pribadi dalam hal mengungkapkan dan mengerti dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan memahami diri sendiri maka setiap orang dapat mengendalikan sikapnya,perilaku dan tingkah lakunya ketika beradapan dengan orang lain.

Model Johari Window dibangun berdasarkan delapan asumsi yang berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi ini menjadi dasar dari cara berfikir yang umum dari kaum humanistik. Asumi pertama, perilaku manusia dapat didekati secara holistik. Dalam menganalisis perilaku manusia tidak sepotong sepotong melainkan secara keseluruhan sesuai dengan konteksnya. Kedua, apa yang terjadi pada pribadi seseorang maupun sekelompok orang hendaklah dimengerti secara subyektif melalui batasan persepsi dan perasaan individu. Ketiga, perilaku manusia sering emosional, bukan rasional. Asumsi ini memberi tekanan yang terutama oleh semua pendekatan humanistik. Keempat, setiap individu maupun kelompok cenderung dalam tindakannya tanpa sadar menunjukkan sumber dari perilakunya sendiri. kaum humanistik memberi tekanan perlunya meningkatkan kesadaran sehingga orang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi individu. Kelima,faktor kualitatif merupakan faktor penting. Keenam, aspek terpenting dari perilaku ditemukan dalam proses dan perubahan bukan melalui struktur. penekanan pada perubahan dan pertumbuhan. Ketujuh, prnsip prinsip yang mengatur secara perilaku didapatkan secara induktif dengan menguji pengalaman pribadi dari pada menerapkan suatu abstraksi deduksi. Kedelapan, Perilaku manusia dapat dipahami dalam kompleksitasnya dan bukan disederhanakan. Memandang pribadi secara holistik,

Teori komunikasi interpersonal yng lain adalah Teori Kongruen. Teori ini berlandaskan pada fenomenologis,dimana setiap organisme merupakan tempat akumulasinya seluruh pengalaman manusia. Bidang Fenomenal merupakan suatu totalitas pengalaman seseorang dan tempatnya dalam diri yang bersangkutan (organisme). Kunci konsep dari Roger adalah kongruens atau keserasian; yaitu keterikatan antara self yang sadar dan bidang fenomenal yang bersifat umum. Jadi, keserasian hubungan dalam komunikasi antar pribadi akan terjadi kalau ada kesesuaian antara pengalaman yang dihayati seseorang dengan perilakunya. dalam konteks teori ini, keserasian dapat dihasilkan melalui komunikasi. Jika setiap individu dalam interaksinya bersifat terbuka dan serasi melaui perhatian yang positif dan menerima yang lain, maka orang lain akan mengikutinya. jadi konsep penting dari teori ini adalah : pertama, kesediaan minimal dua orang yang akan berinteraksi;kedua, kemampuan dan kesadaran minimal dari masing masing pihak untuk menerima dan berkomunikasi dengan orang lain; ketiga, kontak yang berlangsung terus menerus dan hubungan dapat berlangsung baik maka komunikasi yang dimiliki seseorang maka makin besar peluangnya dalam berkomunikasi secara timbal balik dengan kualitas keserasisn yang meningkat. ( Liliweri, 1994 : 156 - 1580

Teori yang ketiga dalam komunikai interpersonal adalah Teori Atraksi antar pribadi dari Mc Croskey dan Larson (1971). Variabel penting dalam teori ini adalah; pertama, kekuatan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi daya tarik pribadi. Kedekatan dua orang yang berkomunikasi merupakan kunci bagi tumbuhnya atraksi; kedua, karakteristik byek, termasuk perhatian, cara bertindak dan tutur kata yang menyenangkan sehingga menunjang kelancaran berkomunikasi.; ketiga, adalah ganjaran perorangan. Bila orang lain memberikan ganjaran pada kita maka orang itu menurut pandangan saya paling berkesan dan kita cenerung berpandangan positif terhadap orang itu; keempat, kesamaan antar pribadi. Kita mempunyai penadapat tertentu terhadap sesorang terbentuklah kesan terhadapnya karena diantara individu yang berkomunikasi memiliki kesamaan pikiran, perasaan, perbuatan, latar belakang, dll.

Keefektivan komunikai antarpribadi bertujuan untuk menjalin interaksi dan menghindari kesalah pahaman diantara sesama karyawan dan antara pimpinan dan karyawan. Dalam konteks ini, komunikasi antarpribadi dalam organisasi dikaitkan dengan pendekatan/teori Human relations.

Keefektivan komunikasi interpersonal dapat dijelaskan melalui model teori pergaulan sosial(social exchange theory) ( Kelley & Thibaut, 1978). Teori pergaulan sosial memiliki asumsi bahwa manusia mengembangkan hubungan bila ada manfaatnya lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan. Individu akan melibatkan diri dalam hubungan yang akan memberi keuntungan bagi individu tsb. Imbalan atau keuntungan adalah hal hal yang memenuhi kebutuhan individu akan rasa aman, seks, penerimaan sosial, keuntungan keuangan, status . Maka menurut teori ini, kunci dari suatu hubungan yang akan tetap terbina adalah sejauh mana suatu hubungan itu memberikan keuntungan, sejuah mana hubungan tersebut mampu menghasilkan kepuasan, sejauh mana hubungan tersebut tetap stabil, dan tidak adanya kemungkinan yang lain yang lebih menarik daripada hubungan yang sedang mereka jalani tersebut.

Teori Kesetaraan ( Ekuitas) dilandasi oleh pergaulan sosial dan memiliki asumsi, bahwa individu tidak saja membina hubungan yang manfaatnya melampaui biayanya, melainkan juga bahwa individu mengalami kepuasan dari suatu hubungan bila ada kesetaraan atau pemerataan dalam distribusi imbalan dan biaya diantara kedua pihak yang berhubungan (Berscheid & Walster, 1978; Hatfield& Traupmann, 1981) dalam DeVito1997; 268 -269. Hal tersebut dapat diartikan bahwa individu bukan saja menginginkan manfaat yang besar dari pada biaya yang dikeluarkan, tetapi individu juga menghendaki manfaat yang individu dan orang lain terima sebanding dengan biaya yang masing masing mereka keluarkan. Pimpinan didalam organisasi harus dapat memfasilitasi tumbuhnya suasana keterbukaan dalam komunikasi dengan karyawan, dapat berempati, memiliki sikap yang dapat memberikan dukungan kepada karyawan, dapat bersikap positif baik terhadap diri sendiri maupun karyawan serta mampu menciptakan suasa setara, dalam arti. Ada pengakuan bahwa kedua belah pihak dalam hal ini pimpinan dan karyawan sama sama bernilai dan berharga.

Komunikasi karyawan yang efektif akan menghasilkan kepuasan dan produktivitas karyawan, perbaikan pencapaian hasil karya dan tujuan perusahaan. Tidak hanya itu, hubungan antar karyawan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana perusahaan yang positif turut memberi andil dalam menciptakan iklim komunikasi efektif.. Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, dukungan keamanan, kepuasan, keterlibatan dan tingginya harapan merupakan cermin iklim komunikasi organisasi yang ideal. Jika organisasi/perusahaan memiliki dan melakukan komitmen untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan karyawan maka sejumlah keuntungan keuntungan penting dapat dicapai. Karyawan akan memiliki pengetahuan yang luas dan banyaknya informasi akan memuaskan karyawan. Selain itu karyawan akan menjadi lebih baik dan produktif dimana mereka akan memberi waktu lebih banyak untuk pekerjaan mereka dan melakukan pekerjaan dengan lebih baik untuk perusahaan.

2.4. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal yang efektif adalah penting bagi anggota organisasi. Pimpinan dan karyawan diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian ( mutual understanding ). Pimpinan harus dapat memfasilitasi komunikasi interpersonal yang efektif. Komunikasi Interpersonal yang efektif adalah adanya kesepakatan informasi serta kualitas hubungan yang dibangun. Dalam lingkup organisasi diperlukan komunikasi interpersonal yang efektif antara pimpinan dan karyawan. Kedua belah pihak perlu membangun hubungan yang lebih baik, karena ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh pengertian, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik serta tindakan.

Mengacu pada konsep De Vito tentang Komunikasi Interpersonal yang efktif dari sudut pandang Humanistik. Dalam pandangan ini untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan adanya keterbukaan, sikap empati, sikap mendukung, sikap positif serta kesetaraan dari pihak pihak yang berkomunikasi.

Efektivitas komunikasi interpersonal dalam pandangan Humanistic menurut De Vito, mengandung unsur unsur.

a. Keterbukaan :Sikap terbuka (open mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Pimpinan organisasi seyogyanya dapat memfasilitasi kondisi munculnya keterbukaan. Kondisi keterbukaan dapat diwujudkan bila pimpinan maupun karyawan dapat berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Terjadi komunikasi secara tatap muka antara pimpinan dan karyawan. Komunikasi tatap muka penting karena pimpinan dapat mengetahui tanggapan dari karyawan secara langsung. Komunikasi tatap muka penting untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Pimpinan perlu bersikap tanggap terhadap apa yang disampaikan karyawan agar komunikasi dapat berhasil. Perlu diciptakan suasana dialogis. Keterbukaan mengisyaratkan pimpinan bersedia menerima kritik kritik dan saran yang disampaikan karyawan. Dengan sikap bersdia menerima kritik dan saran, berarti pimpinan dapat mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan oleh individu, dalam hal ini karyawan. Pimpinan juga bersdia menyebarkan informasi baru yang menyangkut kegiatan kegiatan organisasi.

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Harus ada kesediaan membuka diri- mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stiulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. b. Empati

Komunikasi interpersonal yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak pihak yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antara pimpinan dan karyawan perlu ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila pimpinan bersedia memberikan perhatian kepada karyawan dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami karyawan berkaitan dengan pekerjaannya. Pimpinan dapat mengenal karyawan, baik keinginan, kemampuan dan pengalamannya sehingga pimpinan dapat mengetahui apa yang dirasakan olh karyawan tersebut. Selain itu pimpinan dapat menghindari evaluasi, kritik atau menilai karyawan menurut pandangan dan pendapatya sendiri serta dapat menyelesaikan konflik konflik secara damai.

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata orang lain. Berempati adalah merasakan sesuatu sesuatu seperti orang yang mengalaminya. (De Vito;1997;260). Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud;1921). Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lai, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Empati yang akurat melibatkan kepekaan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun fasilitas verbal untuk mengkomunikasikan pengertian ini.

3. Sikap Mendukung ( Supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif. Sikap ini muncul bila individu tidak dapat menerima, tidak jujur dan tidak empatik. Sikap defensif mengakibatkan komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif, karena orang yang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada memahami komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor faktor personal ( ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah ) atau faktor faktor situasional yang berupa perilaku komunikasi orang lain.

Dalam komunikasi interpersonal antara pimpinan dan karyawan, sikap mendukung berperan dalam menumbuhkan motivasi dan kegairahan kerja karyawan. Sikap mendukung dapat terwujud dalam organisasi, bila pimpinan bersedia menghargai ide ide atau pendapat karyawan dan memberikan perhatian yang sungguh sungguh ketika berkomunikasi dengan karyawan. Sikap mendukung dapat diperlihatkan bersikap deskriptif bukan evaluatif 4. Sikap Positif

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan tersebut kepada orang lain dan merefleksikannya. Kedua, perasaan positif untuk situasi kmunikasi sangat penting untuk interaksi yang efektif.

Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah strokong ( dorongan). Dorongan merupakan istilah yang berasal dari kosakata umum yang dipandang penting dalam analisis transaksional dan interaksi antara manusia. Dorongan positif dapat berbentuk pujian atau penghargaan. Dorongan positif akan mendukung citra pribadi dan membuat merasa lebih baik.

Sikap positif dalam menunjang komunikasi interpersonal yang efektif antara pimnpinan dan karyawan dapat terwujud bila pimpinan dapat berpandangan positif terhadap dirinya sendiri. Pimpinan dapat menunjukkan perasaan senang ketika berkomunikasi dengan karyawan dan dapat memberikan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan karyawan.

5. Kesetaraan ( Equality)

Kesetaraan adalah suatu keinginan yang secara eksplisit diungkapkan untuk bekerja sama memecahkan masalah tertentu. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara dimana adanya pengakuan secara diam diam bahwa kedua belah sama sama bernilai, berharga. Masing masing memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kestaraan juga menyiratkan adanya sikap memperlakukan orang lain secara demokratis dan horizontal. Dengan adanya persamaan pihak pihak yang terlibat dalam komunikasi, maka mereka dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan pandangan.

Kesetaraan dapat terwujud bila disukung oleh adanya kerjasama antara pimpinan dan karyawan dalam memecahkan persoalan persoalan yang terjadi dalam pekerjaan mereka. Pimpinan bersedia meminta tanggapan atau saran dari karyawan dan menyedari bahwa mereka sama sama berharga dan bernilai.2.5. Komunikasi karyawan

Komunikasi karyawan merupakan langkah yang menentukan bagi kesuksesan organisasi. Pimpinan yang baik didukung oleh bawahan dan ditentukan oleh orang orang yang bekerja dibawahnya serta ditentukan oleh keahlian dalam menciptakan suasana kerja yang dibutuhkan oleh karyawan. Koordinasi dan mediasi untuk melakukan semua itu adalah komunikasi

Keterbukaan dan kejujuran harus dibangun oleh manajemen puncak dan harus diterima oleh setiap karyawan. Komunikasi dari manajemen ke karyawan maupun antar sesama karyawan harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan serta digunakan untuk membangun semangat kerja, produktivitas dan kemajuan perusahaan. Kebijakan komunikasi terbuka yang membentuk kepercayaan tidak hanya membangun semangat kerja tetapi juga menumbuhkan aliran komunikasi yang vital. Komunikasi kebawah yang jujur dan tindakan terbuka akan menumbuhkan aliran komunikasi keatas. Untuk itu tidak hanya dibutuhkan niat baik tetapi juga kemampuan dan teknik komunikasi yang memadai.Komunikasi karyawan adalah komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan. Komunikasi karyawan memiliki tiga wujud, yaitu komunikasi kebawah ( downward communication), yakni komunikasi dari pimpinan kepada karyawan. Komunikasi keatas ( up ward communication ), yakni komunikasi dari karyawan kepihak manajemen dan komunikasi sejajar (sideways communication),yakni komunikasi yang berlangsung antara sesama karyawan dalam suatu organisasi. (Jefkins;1995;172).

Komunikasi kebawah dalam subuah organisasi dapat diartikan informasi yang mengalir dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi kebawah akan menentukan iklim komunikasi apakah negatif atau positif . Komunikasi kebawah biasanya digagas oleh manajemen organisasi tingkat atas dan kemudian kebawah melewati rantai perintah. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, yaitu : (1) informasi bagaimana melakukan pekerjaan; (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan; (3) informasi mengenai kebijakan dan praktek praktek organisasi; (4) informasi mengenai kinerja kerja karyawan; (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. ( Pace dan Faulies 2000;185).

Komunikasi keatas dalam sebuah organisasi adalah informasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi keatas dapat juga dikatakan proses penyampaian gagasan, perasaan dan karyawan kepada atasannya dalam organisasi.

Menurut Pace dan Faulies ( 2000;190), komunikasi keatas merupakan hal yang sangat penting, karena (a) aliran informasi keatas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan karyawan lainnya. (b) komunikasi keatas memberitahukan kepada penyelia kapan karyawan siap menerima informasi dan seberapa baik karyawan menerima apa yang dikatakan kepada mereka. (c) komunikasi keatas memungkinkan dan mendorong penyempaian keluhan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu karyawan dalam melakukan pekerjaannya. (d) komunikasi keatas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran saran mengenai organisasi. (e) komunikasi keatas mengijinkan penyelia untuk menentukan apakah karyawan memahami apa yang diharapkan. (f) komunikasi keatas membantu karyawan mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan organisasi tersebut.

Menurut pendapat Dr. John White dalam bukunya How to Understand and Manage Public Relations, mengemukakan bahwa program komunikasi karyawan meliputi dua hal, yaitu : (1) research among internal group to establish the need for communication and approaches to be taken and to monitor the effectiveness of communication; (2) specific communication techniques, at aime at producing desired effects in the pursuit of identified objectives.

Program komunikasi internal meliputi riset mengenai kelompok kelompok internal untuk menetapkan kebutuhan bagi komunikasi dalam organisasi dan menentukan pendekatan yang akan diambil untuk memonitor keefektifan komunikasi. Teknik komunikasi yang spesifik mengarah pada efek dihasilkan yang memberikan pengaruh tentang pencapaian tujuan yang diidentifikasikan.

Pimpinan didalam organisasi harus dapat memfasilitasi tumbuhnya suasana keterbukaan dalam komunikasi dengan karyawan, dapat berempati, memiliki sikap yang dapat memberikan dukungan kepada karyawan, dapat bersikap positif baik terhadap diri sendiri maupn karyawan serta mampu menciptakan suasa setara, dalam arti ada pengakuan bahwa kedua belah pihak dalam hal ini pimpinan dan karyawan sama sama bernilai dan berharga.

Komunikasi karyawan yang efektif akan menghasilkan kepuasan dan produktivitas karyawan, perbaikan pencapaian hasil karya dan tujuan perusahaan. Tidak hanya itu, hubungan antar karyawan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana perusahaan yang positif turut memberi andil dalam menciptakan iklim komunikasi efektif.. Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, dukungan keamanan, kepuasan, keterlibatan dan tingginya harapan merupakan cermin iklim komunikasi organisasi yang ideal. Jika organisasi/perusahaan memiliki dan melakukan komitmen untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan karyawan maka sejumlah keuntungan keuntungan pnting dapat dicapai. Karyawan akan memiliki pengetahuan yang luas dan banyaknya informasi akan memuaskan karyawan. Selain itu karyawan akan menjadi lebih baik dan produktif dimana mereka akan memberi waktu lebih banyak untuk pekerjaan mereka dan melakukan pekerjaan dengan lebih baik untuk perusahaan.

2.6. Komunikasi dan Kepuasan Kerja

Setiap karyawan menginginkan adanya kepuasan kerja, dan semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Kepuasan kerja merupakan sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Selain itu, kepuasan kerja merupakan sikap yang dimiliki para pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal ini merupakan hasil persepsi mereka tentang pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan yang timbul berdasarkan penilaian pada situasi kerja.Penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai nilai penting dalam pekerjaan.

Komponen komponen yang dapat menunjukkan kepuasan kerja dan dapat diteliti dengan mengadakan wawancara terhadap pegawai (Cunningham;1997 : 463 464) adalah sebagai berikut : (1) perhatian atasan terhadap bawahan; (2) semangat, kerjasama dan loyalitas terhadap pekerjaan; (3) saling percaya dan komunkasi antara karyawan dan pimpinan; (4) desentralisasi dalam pengambilan keputusan; (5) kelancaran komunikasi vertikal dan horisontal dalam organisasi; (6) usaha setiap individu aupun keselurhan organisasi untuk mencapai tujuan yang direncanakan; (7) sistem imbalan yang merangsag pimpinan untuk mengusahakan terciptanya kelompok kerja yang efekti, performansi dan pengembangan karyawan; (8) organisasi dan bagian bagianya bekerjasama secara baik dan konflik yg diselesaikan dengan acuan kepentingan organisasi.

Kepentingan terhadap kepuasan kerja dapat dilihat dari adanya kesesuaian antara harapan dan keinginan dengan kenyataan yang didapat dilingkungan kerja. Kepuasan kerja dapat dilihat dari tiga kategori, yaitu :

1. Teori ketidak sesuaian, (Poole;1966) dengan mengukur kepuasan kerja seseorang menggunakan selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dterima.

2. Teori keseimbangan ( Equity Theory) adalah seseorang merasa puas atau tidak puas tergantung pada apakah dia merasakan ada keseimbangan dalam suatu situasi. Suatu situasi yg diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan teman sekerja lainnya. Keseimbangan dikaitkan dalam konteks pemenuhan kebutuhannya akan komunikasi interpersonalnya.

3. Teori kepuasan kerja menurut Wesley, dapat dianalisis melalui tiga macam teori,yaitu: pertama, discrepancy theory mengemukakan bahwa untuk mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan; Locke menerangkan bahwa kepuasan kerja tergantung pada discrepancy antara harapan, keinginan atau nilai dengan apa yang menurut perasaannya diperoleh melalui pekerjaan. Sikap karyawan terhadap pekerjaannya tergantung pada bagamaimana ketidaksesuaian dirasakan; kedua, equity. Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas sepanjang mereka merasa ada keadilan. Perasaan equity dan inequity atas situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain; ketiga, Teori Two Factor yang dikemukakan oleh Herzbeg (1966). Teiri ini memiliki asumsi, bahwa kepuasan dan ketidak puasan terhadap pekerjaan tidak merupakan variabel yang kontinyu. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi sikap seseorang dalam pekerjaannya, yaitu : motivator, situasi yang dibuktikan sebagai sumber kepuasan yang terdiri dari achievement, recognition, work it self, responsibility dan advancement; dan afaktor faktor dissatifiers, yaitu faktor faktor yang terbukti menjadi sumber ketidak puasan, antara lain : gaji, komunikasi antar pribadi, kondisi kerja, status dan keamanan kerja.Kepuasan kerja berkaitan dengan harapan. Setiap orang yang mulai bekerja, dengan antisipasi dan harapan bahwa apa yang akan dilakukan dapat membawa kemajuan dalam pendapatan,jabatan,status, tanggung jawab. Pace dan Faulies mengungkapkan mengenai Teori Harapan yang diambil dari pendapat Vroom (1966). Teori harapan (Expetancy theory) memiliki tiga asumsi pokok, yaitu ( 1) setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hl tertentu. Harapan merupakan hasil penilaian subyektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan tersebut..

Dalam Teori Harapan dapat diasumsikan bahwa motivasi sangat tergantung pada harapan individu. Jika karyawan akan mengkaitkan hasil akhir dengan tindakan dan akan menyetujui beberapa kemungkinan yang bernilai untuk harapan tersebut. Setiap karyawan akan termotivasi bila ia percaya bahwa suatu perilaku akan menghasilkan hasil tertentu dan hasil tersebut punya nilai positif baginya dan hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha ang dilakukan seseorang.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara komunikasi dan kepuasan kerja. (Muhammad;2001 : 79) menyebutkan ketidak puasan berhubungan dengan komunikasi. Individu merasa puas dengan pekerjaannya bila ia mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dan adanya hubungan antara sesama teman sekerja.

Selain informasi,hubungan antara anggota - anggota organisasi berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang. Hubungan yang baik antara pmpinan dengan karyawan maupun sesama karyawan akan meningkatkan moral dan produktivitas kerja, karena itu karyawan harus diberi kesempatan untuk berinteraksi. Perhatian pimpinan terhadap karyawan juga dapat mengubah sikap karyawan.

Pada konteks komunikasi interpersonal, hubungan yang baik antara pimpinan dan karyawan, maupun sesama karyawan dalam organisasi akan sangat berperan dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif. Artinya, komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya hubungan interpersonal yang baik. Dalam melakukan komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan isis pesan, tetapi juga menentkan kadar hubungan interpersonal. Semakin baik hubungan interpersonal antara pimpinan dan karyawan, karyawan dengan karyawan, maka mereka makin terbuka untuk mengungkapkan diri.Sehingga makin efektiflah komunikasi yang terjadi diantara mereka.

Hubungan dan komunikasi yang baik antara pimpinan dan karyawan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan iklim komunikasi yang baik dan hal ini akan membantu karyawan dalam mencapai kepuasan kerja. Hal ini didukung oleh pendapat Goldhaber (1986;236) dan hasil penelitian di General Elektrik yang menyatakan bahwa komunikasi yang jelas antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor yang sangat penting dalam kepuasan kerja (Adler;1992 : 28)2.7. Hipotesis Teori

Dari uraian kerangka teori, maka dapat diasumsikan bahwa faktor faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan adalah komunikasi interpersonal yang meliputi : keterbukaan, empati,sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah dari komunikasi nterpersonal antara pimpinan dan karyawan dan komunikasi diantara sesama karyawan, yaitu komunikasi yang terjadi diantara karyawan dengan tingkat jabatan staff,

Kerangka Teori dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan berupaya menggambarkan hubungan antar efektivitas komunikasi interpersonal dengan kepuasan kerja. Penelitian termasuk dalam kategoro survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. penelitian survei dilakukan dengan maksud penjelasan (explanatory atau confimatory) yaitu memberikan penjelasan kausal atau hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis.

3.1. Metode Analisis DataMetode analisis yang digunakan adalah analisis multivariate. Disini ada lebih dari dua pengukuran (variabel) untuk n sampel, efektivitas komunikasi interpersonal dan kepuasan kerja, dimana analisis antar variabel dilakukan secara bersamaan.

Dalam analisis multivariate dilakukan kegiatan analisis deskriptif dan analisis korelasi korelasi. Analisis deskriptif adalah memberi gambaran tentang suatu data seperti berapa rata rata, standar deviasi, varians,dll. Tujuan analisis korelasi adalah mencari hubungan antar dua variabel atau lebih, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Jika dengan analisis korelasi ternyata ada hubungan yang positif dan kuat antara efektivitas komunikasi interpersonal dengan kepuasan kerja, maka koefisien determinan akan memperkirakan jika efektivitas komunikasi interpersonal ditingkatkan, maka seberapa besar tingkat kepuasan yang akan dicapai

Rendah tingginya korelasi penelitian ini menggunakan standar Guilford. Koefisien korelasi sbb :

kurang 0,20 hubungan rendah sekali

0,20 0,40 hubungan rendah tapi pasti

0,40 0,70 hubungan yang cukup berarti

0,70 0,90 hubungan yang tinggi, kuat

lebih dari 0,90 hubungan sangat tinggi

Skala yang digunakan untuk mengukur angket adalah skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat jawaban. Dalam penelitian efektivitas komunikasi interpersonal dan kepuasan kerja diklasifikasi sbb:

sangat tidak setuju diberi skor : 1

tidak setuju diberi skor : 2

ragu ragu : 3

setuju diberi skor : 4

sangat setuju diberi skor : 5

Untuk menghitung data tersebut digunakan korelasi Pearson. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dinamakan koefisien korelasi (r) dengan syarat pola hubungan dinamakan koefisien (r) dengan syarat pola hubungan berbentuk linier. Harga r = -1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna tidak langsung. Sedang harga r = + 1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna langsung. Signifikansi korelasi, dapat dihipotesiskan sebagai berikut : Ho = tidak ada hubungan antara dua variabel. H1= ada hubungan antara dua veriabel.

3.2.Penentuan Populasi dan Sampel

Unit analisis dari penelitian atau populasi dalam penelitian ini adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Obyek penelitian ni adalah individu sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah karyawan percetakan PT. Gramedia. Jumlah populasi 1000 karyawan. Untuk menentukan berapa besarnya sampel(sample size) yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Beberapa peneliti menyatakan sampel tidak tidak boleh kurang dari 10% dan ada peneliti yg mengatakan besarnya sampel minimum 5 %. Dalam penelitian ini banyaknya sampel ditentukan sebesar 50 orang yaitu 5 % dari keseluruhan populasi.

Sampling dalam penelitian ini menggunakan sampling sistematis. Untuk menarik sampel dengan metode ini adalah : (1) menulis semua unsur populasi; (2) kemudian unsur pertama dipilih secara random, maka perbandingan ukuran populasi dengan sampel, yakni 1000 : 50 = 20. Angka 20 disebut dengan rasio.

3.3. Operasionalisasi Konsep

Komunikasi interpersonal pimpinan karyawan, diukur dengan menggunakan indikator :

1. Keterbukaan. Kualitas keterbukaan mengacu pada : (1) keterbukaan pada orang yang diajak berinteraksi; (2) kesediaan komunikator untuk berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang; (3) adanya kepemilikan perasaan, pikiran dalam arti mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan milik indivdu dan ia perlu bertanggung jawab atasnya. Operasionalisasi dari keterbukaan adalah Komunikasi pimpinan karyawan dilingkungan kerja bersifat terus terang dan terbuka

Pimpinan bersedia menerima kritik dan saran yang dikemukakan karyawan secara jujur

Pimpinan memberikan waktu bagi karyawan untuk dapat berkomunkasi secara tatap muka

Pimpinan bersedia menerima ide ide yang masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan

Pimpinan berterus terang dalam mengungkapkan perasaannya yang berkaitan dengan pekerjaan

Pimpinan bersedia menerima informasi baru yang penting dan menyangkut kegiatan organsasi.

2. Empati : kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada saat tertentu, dari sudut pandang orang lain dan melalui kacamata orang lain. Operasionalisasi empati adalah :

- Pimpinan memberi perhatian pada karyawan, bila karyawan menghadapi persoalan pribadi.

- Pimpinan memberi perhatian pada karyawan, bila karyawan menghadapi persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.

- Pimpinan berusaha menyelesaikan konflik secara damai

- Pimpinan meminta karyawan memberi tanggapan /kritik yg berkaitan dengan pekerjaan

- Pimpinan dapat mengenal karyawan secara pribadi, baik keinginan maupun pengalamannya.

3. Sikap mendukung : sikap yang menggambarkan apa yang terjadi dan spontan, terus terang, berpokiran terbuka. Bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Operasionalisasi dari sikap mendukung adalah :

Pimpinan menghargai ide/pendapat yang masuk akal dari karyawan

Pimpinan bersedia mendengarkan pandangan yang berbeda dari karyawan

Pimpinan memberikan perhatian yg sungguh sungguh ketika berkomunikasi dengan karyawan.

Pimpinan selalu me,mberikan kesempatan kepada karyawan untuk memberikan pendapatnya.

4. Sikap positif : mengacu pada (1) memina sikap positif terhadap diri sendiri; (2) mengembangkan perasaan positif dalam situasi komunikasi untuk interaksi yg efektif; (3) dorongan untuk menganalisis transaksional dalam interaksi antar individu secara umum. Operasionalisasi sikap positif adalah :

Pimpinan memberikan petunjuk yang jelas ketika memberikan tugas kepada karyawan.

Pimpinan berpandangan positif dalam menangani persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Pimpinan menunjukkan perasaan senang ketika berkomunikasi dengan karyawan

Pimpinan memberikan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan karyawan.

5. Kesetaraan : (1) adanya pengakuan diam diam bahwa individu yang berinteraksi sama sama bernilai dan berharga. (2) ada seseuatu yang penting untuk dikembangkan dari individu yang berinteraksi. (3) melihat konflik sebagai upaya untuk memahami perbedaan. (4) keinginan yang secara eksplisit diungkapkan untuk bekerja sama memecahkan masalah. Operasionalisasi dari kesetaraan :

Pimpinan memberikan ide/pendapat ata spekerjaan yang dilakukan karyawan

Pimpinan selalu meminta tanggapan dari karyawan bila ada masalah yang menyangkut pekerjaan.

Pimpinan mau bekerja sama dengan karyawan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan.

Pimpinan memandang konflik yang terjadi, sebagai upaya untuk memahami perbedaan.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

Kuisioner : teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan variabel dalam populasi yang akan diukur. Kuisioner dalam jenis pertanyaan yang digunakan bersifat tertutup,dimana kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebh dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberi jawaban lain

Validitas butir angket diuji.Langkah langkah sbb:1. Menentukan hipotesis. Ho = skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor. H1= skor butir tdak berkorelasi positif dengan skor faktor.

2. Menentukan nilai tabel r tabel. dari tabel r(lihat lampiran), untuk df = Jumlah kasus 2 dengan tingkat signifikansi 5 %

3. Mencari hasil. Di sini r hasil untuk tiap item atau variabel bisa dilihat pada kolom corrected item total correlation

4. Mengambil keputusan. Dasar pengambilan keputusan. Jika r hasil positif, serta r hasil >r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Jadi jika r hasil> tabel tapi bertanda negatif , Ho tetap akan ditolak.

Validitas instrumen penelitian dipenuhi melalui construct validity. Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan Alpha-Cronbach.Hipotesis Penelitian

1. Ada korelasi antara keterbukaan dengan kepuasan kerja

2. Ada korelasi antara perilaku supportif dengan kepuasan kerja

3. Ada korelasi antara perilaku positif terhadap kepuasan kerja

4. Ada korelasi antara empati dengan kepuasan kerja

5. Ada korelasi antara kesetaraan dengan kepuasan kerja

BUTA

TERBUKA

TERSEMBUNYI

TIDAK DIKENAL

PAGE 34