efektivitas bawang putih (allium sativum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus...

59
EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Shevrina Faradiba NIM : 1111103000046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: miranty-aditya-hadini

Post on 06-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM

MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Shevrina Faradiba

NIM : 1111103000046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf
Page 3: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf
Page 4: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf
Page 5: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia

yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Saya

menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi

saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan

kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi dan untuk seluruh

dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani

masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD

selaku dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan mengarahkan

dalam berjalannya penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Moh. Junaidi, SE dan Tri Sulasih S.Pd yang selalu

memberikan kasih sayangnya, memberikan doa dan semangat sepanjang waktu.

Juga kepada kakak saya, Rudy Febrianto, SE yang selalu mendukung dan

memberikan semangat dalam menjalani kehidupan di Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Teman-teman kelompok riset yang banyak membantu dalam penelitian.

6. Semua sejawat PSPD Angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 6: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

vi

Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi

kesempurnaan laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi penyusun

khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan

memasukkannya sebagai amal jariyah untuk tabungan di akhirat nanti. Aamiin

Ciputat, 12 September 2014

Penulis

Page 7: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

vii

ABSTRAK

Shevrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Bawang Putih

(Allium sativum) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus

epidermidis. 2014

Bawang putih (Allium sativum) merupakan salah satu tanaman obat yang sudah

dikenal sejak lama oleh masyarakat. Bawang putih diketahui dapat digunakan

sebagai obat antibakteri.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas

antibakteri bawang putih terhadap Staphylococcus epidermidis secara invitro.

Sampel pada penelitian eksperimental ini adalah ekstrak bawang putih (Allium

sativum) yang dibuat dengan metode tumbukan. Metode yang digunakan adalah

uji aktivitas antibakteri dengan metode disc difusi, dibagi menjadi 4 kelompok

perlakuan dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan kelompok kontrol yaitu

kontrol positif dengan amoksisilin 25ug dan kontrol negatif dengan etanol 96%.

Analisis statistik menggunakan One-Way Annova. Hasil untuk uji aktivitas

antibakteri untuk Kadar Hambat Minimum (KHM) bawang putih terhadap

Staphylococcus epidermidis didapatkan perbedaan bermakna mulai dari

konsentrasi 20% hingga 60%. Hasil dari uji aktivitas antibakteri ini adalah bersifat

bakterisid terhadap Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan klasifikasi respon

hambatan pertumbuhan bakteri, tumbukan bawang putih tergolong memiliki

efektivitas kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

epidermidis.

Kata kunci : Bawang Putih, Staphylococcus epidermidis, disc diffusi.

ABSTRACT

Shevrina. Medical Education Study Program. The Effectiveness of Garlic

(Allium sativum) on Inhibition Growth of bacteria Staphylococcus

epidermidis. 2014

Allium sativum is one of medicine plants known by peoplefor a long time. It has

been known for its antibacterial effect. The purpose of this research was to

measure the antibacterial effect of Allium sativum againts Staphylococcus

epidermidis. This research was an experimental study with post test control group

only design. The sample of this experimental study of Allium sativum used garlic

collision method. The antibacterial activity test uses disc diffusion method, these

were divided 4 test group with concentration 20%, 40%, 60% and control groups

were positive control with amoksisilin 25ug and negative control with etanol

96%. Statistic analysis was done by using One-Way Annova. The result of

antibacterial activity, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) significant from

the concentration 20% until 60%. The result of antibacterial activity test were

bacteriostatic for Staphylococcus epidermidis. Based on classification of bacterial

growth inhibition response, garlic collision is classified as a strong substance in

inhibiting the growth of Staphylococcus epidermidis.

Keywords : Garlic, Staphylococcus epidermidis, disc diffuse.

Page 8: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN ......................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

ABSTRACT .............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... x

DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Hipotesis ............................................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3

2.1 Landasan Teori ................................................................................................. 3

2.1.1 Klasifikasi Bawang Putih ........................................................................... 3

2.1.2 Kandungan Bawang Putih .......................................................................... 3

2.1.3 Faktor Penentu Kualitas Budidaya Bawang Putih ..................................... 7

2.1.3 Manfaat Bawang Putih ............................................................................... 8

2.1.4 Efek Samping dan Kontra Indikasi Bawang Putih ..................................... 11

2.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis ................................................................. 11

2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus epidermidis ..................................................... 11

2.3 Acne Vulgaris ................................................................................................... 14

2.4 Patogenesis Acne vulgaris oleh Staphylococcus epidermidis ........................... 17

2.5 Patogenesis Staphylococcus epidermidis terhadap kandungan bawang putih .. 18

2.6 Antibiotik Amoksisilin ..................................................................................... 18

2.7 Uji Antibakteri .................................................................................................. 20

2.8 Kerangka Teori ................................................................................................. 22

Page 9: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

ix

2.9 Kerangka Konsep.............................................................................................. 23

2.10 Definisi Operasional ....................................................................................... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 25

3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 25

3.3 Sampel Penelitian .............................................................................................. 25

3.4 Identifikasi Variabel .......................................................................................... 26

3.4.1 Variabel Bebas ............................................................................................. 26

3.4.2 Variabel Terikat ........................................................................................... 26

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................. 26

3.5.1 Alat Penelitian ............................................................................................. 26

3.5.2 Bahan Penelitian .......................................................................................... 27

3.6 Cara Kerja Penelitian ......................................................................................... 27

3.6.1 Sterilisasi Alat .............................................................................................. 27

3.6.2 Pembuatan Media Agar ............................................................................... 27

3.6.3 Pembuatan Biakan Bakteri .......................................................................... 28

3.6.4 Perwarnaan Gram ........................................................................................ 28

3.6.5 Prosedur Tumbukan Bawang Putih ............................................................. 29

3.6.6 Pembuatan Variabel Konsentrasi ................................................................. 29

3.6.7 Metode disc diffusion ................................................................................... 30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................... 30

3.8 Alur Penelitian ................................................................................................... 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 32

4.1 Hasil dan Pembahasan ....................................................................................... 36

4.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 38

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 38

5.2 Saran .................................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 39

LAMPIRAN ........................................................................................................... 42

Page 10: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

x

DAFTAR TABEL

4.1 Tabel Perbandingan rata-rata dari berbagai parameter perlakuan tumbukan

bawang putih sesuai konsentrasi .......................................................................... 43

DAFTAR GAMBAR

4.1 Histogram Zona hambat berdasarkan masing-masing konsentrasi tumbukan

bawang putih ............................................................................................................ 43

4.1 Gambar Daya Hambat Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Staphylococcus epidermidis dalam agar nutrien (clear zone) ..................... 47

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Bahan Uji ................................................................ 42

Lampiran 2. Data Hasil Uji Statistik........................................................................ 43

Lampiran 3. Prosedur Tumbukan Bawang Putih ..................................................... 44

Lampiran 4. Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih Terhadap Staphylococcus

epidermidis .............................................................................................................. 47

Lampiran 5. Riwayat Penulis ................................................................................... 48

Page 11: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acne vulgaris disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri

patogen yakni Propionibacterium acne atau infeksi bakteri non patogen yakni

Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus.1

Menurut data World Health Organization tahun 2008 kejadian acne

vulgaris pada wanita usia 14–17 tahun berkisar 83-85% dan pada laki-laki di usia

16-19 tahun berkisar 95-100% dengan lesi predominan berupa komedo dan papul.

Sebuah survey di kawasan Asia Tenggara diketahui terdapat 40%-80% kasus acne

vulgaris. Sementara menurut catatan kelompok studi dermatologi kosmetika

Indonesia, menunjukkan terdapat 23,8% penderita acne di tahun 2003 dan 60% di

tahun 2006.2

Bakteri Staphylococcus epidermidis yang bersifat flora normal pada kulit

dapat berubah menjadi patogen sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan

pada kulit salah satunya dapat mengakibatkan timbulnya acne vulgaris. Namun,

penyakit lain juga dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu

Endokarditis dan Septicaemia.2

Telah banyak pengobatan farmakologis untuk mengatasi acne vulgaris

akibat infeksi mikroorganisme terutama Staphylococcus epidermidis. Namun

berkembang pengobatan alternatif, salah satunya dengan bawang putih. Tanaman

ini diduga mempunyai efek antibakteri, antiviral, antifungi, antiprotozoa dan

antiparasit yang membantu penyembuhan peradangan pada kulit akibat infeksi

mikroorganisme. Efektivitas bawang putih yang dianggap memiliki kemampuan

sebagai antibakteri sudah banyak dibuktikan oleh peneliti-peneliti terdahulu.3

Hal ini juga sesuai dengan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 61 :

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan)

dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada

Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,

yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan

bawang merahnya.”

Page 12: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

2

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meninjau lebih dalam lagi tentang

efektivitas bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

epidermidis sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif

dalam pemilihan tatalaksana acne vulgaris akibat Staphylococcus epidermidis.4

1.1 Rumusan Masalah

Apakah bawang putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus epidermidis ?

1.2 Hipotesis

Bawang Putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis.

1.3 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas bawang putih (Allium sativum)

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui konsentrasi bawang putih (Allium sativum) yang

paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

epidermidis.

1.4 Manfaat penelitian

Masyarakat dapat mempertimbangkan untuk menggunakan bawang putih

sebagai pilihan dalam tatalaksana awal pengobatan acne vulgaris yang

diakibatkan infeksi bakteri Staphylococcus epidermidis.

Page 13: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Klasifikasi Bawang Putih (Allium sativum) menurut Robert H

Whittaker (1969)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Filum : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)

Genus : Allium

Spesies : Allium sativum L

Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan

Jepang yang beriklim subtropik. Di Indonesia ada tiga jenis bawang putih import

kering dari China yang cukup terkenal dan mudah didapat yaitu Kating, Sin chung

dan Hunan.5

2.1.2 Kandungan Bawang Putih (Allium sativum)

Tanaman bawang putih adalah tanaman terna (herbaceous) berbentuk

rumput. Daunnya panjang berbentuk pipih (tidak berlubang). Helai daun seperti

pita dan melipat ke arah panjang dengan membuat sudut pada permukaan

bawahnya, kelopak daun kuat, tipis, dan membungkus kelopak daun yang lebih

muda sehingga membentuk batang semu yang tersembul keluar. Bunganya hanya

sebagian keluar atau sama sekali tidak keluar karena sudah gagal tumbuh pada

waktu berupa tunas bunga. Tanaman bawang putih memiliki beberapa bagian

yang terdiri dari:5, 6

A. Akar

Bawang putih merupakan tanaman monokotil berakar serabut dan

berumpun. Sistem perakarannya sangat dangkal dan berada di permukaan tanah.

Oleh karena itu, tanaman ini sangat rentan dengan kekeringan.5

Page 14: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

4

Akar serabut pada tanaman bawang hanya berfungsi untuk menyerap atau

mengisi air dan nutrisi yang ada di sekelilingnya saja. Akar tidak memiliki

kemampuan menyimpan cadangan air dan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan

bawang putih.5

A. Batang

Bagian yang berfungsi sebagai batang pada tanaman bawang putih adalah

cakram. Cakram merupakan lingkaran pipih yang terdapat di dasar umbi bawang

serta bertekstur kasar dan padat. Cakram ini berfungsi sebagai batang pokok tidak

sempurna bagi tanaman bawang dan terletak di dalam tanah. Pada permukaan

bawah cakram inilah nantinya tumbuh akar-akar serabut tanaman bawang putih.

Sementara yang tampak sebagai batang di atas permukaan tanah adalah kelopak

daun yang saling membungkus kelopak daun di bawahnya sehingga terlihat

seperti batang. Bagian ini biasanya disebut dengan batang semu.5

B. Umbi

Satu bongkahan umbi bawang putih tersusun atas beberapa siung yang

mengelompok dan duduk pada satu cakram. Setiap siung dibungkus oleh selaput

tipis yang merupakan pangkal pelepah daun. Ukuran umbi bawang putih sangat

bervariasi, bergantung pada varietasnya masing-masing.5

Siung bawang putih berbentuk lonjong dan muncul dari setiap ketiak daun.

Hampir pada setiap ketiak daun muncul siung-siung bawang putih ini, kecuali

daun paling luar. Jumlah siung yang dihasilkan tiap bongkahan umbinya berbeda-

beda, bergantung pada varietas dan kondisi lingkungan penanamannya. Namun,

rata-rata umbi varietas lokal menghasilkan 15-20 siung setiap umbinya. Para

petani di daerah jawa menyebut umbi tunggal ini dengan sebutan “bawang

lanang”.5

Bawang lanang terbentuk akibat pengaruh lingkungan. Lingkungan

penanaman yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman bawang menyebabkan

tanaman bawang putih hanya berkembang dalam satu tunas saja, yaitu tunas

utama. Tunas utama ini tumbuh dominan merajai pertumbuhan tanaman. Ia

menekan pertumbuhan tunas-tunas lain yang merupakan bakal siung-siung

lainnya sehingga terbentuk siung tunggal yang utuh.5

Page 15: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

5

Jika bagian punggung siung bawang putih dibelah secara vertical, kita bisa

melihat pertumbuhan vegetatif bibit bawang ini. Tunas vegetatif dilindungi oleh

daging buah sekaligus berfungsi sebagai cadangan makanan. Biasanya, tunas ini

terletak di bagian tengah daging buah. Pada pertumbuhannya, tunas vegetative ini

tumbuh menerobos bagian ujung siung. Kecepatan pertumbuhannya bergantung

pada kondisi lingkungan di sekitarnya.5

Oleh karena itu, siung bawang putih juga bisa digunakan sebagai calon

benih untuk penanaman bawang putih selanjutnya. Sebagai calon benih, siung

bawang putih melewati masa dormansi sekitar 6-8 bulan.5

C. Daun

Tanaman bawang putih mempunyai daun yang sangat menarik. Helain

daun menyerupai pita, tipis, dan bagian pangkalnya membentuk sudut. Daun

berwarna hijau, biasanya terlihat lebih gelap pada sebelah atas dan lebih cerah

pada sisi daun bagian bawah.5

Kelopak daun menutupi siung umbi bawang putih hingga pangkal daun.

Kelopak daun saling menutupi dan membalut kelopak daun yang lebih muda di

bawahnya sehingga kekompakan kelopak ini membentuk batang semu pada

tanaman bawang putih yang posisinya ada persis di atas umbi bawang.5

D. Bunga

Bawang putih biasanya tidak berbunga, namun pada beberapa varietas ada

juga yang menghasilkan bunga. Akan tetapi, bunga pada tanaman bawang putih

ini tidak memiliki nilai ekonomi maupun produksi. Malah jika dibiarkan tumbuh

dan berkembang, kehadiran bunga ini justru menurunkan produksi umbi. Oleh

karena itu, jika muncul pada tanaman bawang putih, sebaiknya harus segera

dibuang dari tanaman.5

Bunga tanaman bawang putih ini berwarna merah muda (pink). Biasanya

bunga ini muncul pada balutan kelopak yang membentuk batang semu. Kehadiran

bakal bunga ditandai oleh membengkaknya bagian batang semu.5

Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya cukup

tinggi, yaitu antara 63 ml – 90 ml, sedangkan komponen utamanya berupa protein,

karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk kelangsungan

Page 16: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

6

hidupnya. Disamping itu, sebagian besar bawang mengandung zat-zat seperti

kalsium, besi serta unsur kimia lainnya bahkan jenis bawang tertentu mengandung

vitamin A dan serat (crude fibre). Kandungan zat gizi yang terkandung pada

berbagai jenis bawang disajikan pada table berikut.6

Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi pada Berbagai Jenis Bawang dalam 100 gr bahan :

USDA National Nutrient Database for Standard Reference (2010)

Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih,

senyawa sulfida adalah senyawa yang terbanyak jumlahnya. Senyawa-senyawa

tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut

dengan allicin. Selain senyawa fenolik lainnya, allicin mempunyai fungsi

fisiologis yang sangat luas, termasuk di antaranya adalah antioksidan, antikanker,

antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah, dan dapat menurunkan

kolesterol darah. Data epidemiologis juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi

antara konsumsi bawang putih dengan penurunan penyakit kardiovaskuler, seperti

aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan hipertensi.7

Page 17: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

7

Hal tersebut menunjukkan tanda-tanda akan kekuasaan Allah SWT dalam

menciptakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memberikan manfaat bagi

kesehatan manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. As-Syu’araa ayat

7-8:8

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami

tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda

kekuasaan Allah dan kebanyakan mereka tidak beriman”.

2.1.3 Faktor Penentu Kualitas Budidaya Bawang Putih

Keberhasilan usaha budidaya pertanian bawang putih sangat ditunjang

oleh faktor bibit karena dalam produksinya tergantung dari mutu bibit yang

digunakan. Umbi yang digunakan harus bermutu tinggi dengan tanaman yang

pertumbuhannya normal, sehat, serta bebas dari hama dan patogen.5

Mutu bibit/benih bawang putih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:5

Bebas hama dan penyakit

Pangkal batang berisi penuh dan keras

Siung bernas

Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram

Gambar 2.1 Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.2007.5

Page 18: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

8

2.1.4 Manfaat Bawang Putih (Allium sativum)

Beberapa artikel menyebutkan khasiat ataupun manfaat dari bawang putih

dalam bidang medis atau non medis.6 Beberapa manfaat tersebut, diantaranya:

7

1) Mencegah Kanker

Bawang putih mengandung antioksidan yang dapat membantu mencegah kanker.7

2) Anti Radang

Bawang putih mengandung anti-peradangan.7

3) Anti Bakteri

Bawang putih juga merupakan anti-bakteri yang baik.7

4) Menyuburkan rambut

Bawang putih dapat mengatasi masalah kerontokan rambut. Dengan kandungan

Allicin yang tinggi, mirip senyawa belerang yang ditemukan pada bawang merah,

yang dipercaya efektif untuk mengatasi masalah rambut rontok.7

5) Membersihkan jerawat

Mungkin tidak ditemukan sebagai bahan utama dalam obat jerawat yang ada di

apotek, tetapi bawang putih merupakan obat alami yang mampu mengusir jerawat

karena mengandung antioksidan yang dapat membunuh bakteri.7

6) Mencegah dan mengobati flu

Dengan adanya kandungan antioksidan dapat menjaga sistem imun tubuh

manusia.7

7) Menyembuhkan penyakit kulit

Dengan adanya bukti bahwa bawang putih memiliki khasiat anti radang, maka

dapat berguna mengurangi terjangkitnya penyakit kulit.7

8) Mengontrol berat badan

Ahli gizi Cynthia Sass di Amerika menyebutkan penelitian pada tikus yang

memakan bawang putih menunjukkan adanya pengurangan berat badan dan

penyimpanan lemak.7

9) Mengatasi Keracunan

Antioksidan yang terkandung di dalam bawang putih juga mampu membantu

mengusir racun dari dalam tubuh. Manfaat ini tak hanya baik untuk kesehatan,

namun juga dapat membantu memperlambat penuaan dini.7

Page 19: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

9

10) Meredakan Nyeri

Pada penderita arthritis (radang sendi) tumbuk bawang putih mentah dapat

meredakan nyeri.7

11) Pertolongan Pertama Keracunan Merkuri

Keracunan akibat merkuri atau arsenik juga dapat diringankan dengan

mengonsumsi bawang putih mentah. Namun, pertolongan ini hanya berfungsi

sebagai pertolongan pertama saja.7

12) Menghilangkan Gatal akibat Jamur

Dengan sifat anti-jamurnya, bawang putih dapat menjadi obat tradisional bagi

para atlet yang sering mengalami jamur untuk menghilangkan rasa gatal di kaki

dengan merendam kaki dalam bak berisi air hangat dengan irisan bawang putih.7

13) Menyembuhkan sariawan

Menurut penelitian di Amerika, bawang putih mengandung suplemen yang dapat

membantu proses penyembuhan pada masalah sariawan. Dengan adanya sifat

alami anti-inflamasi membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.7

14) Melancarkan Peredaran Darah

Mengkonsumsi bawang putih mentah dapat membantu memperlancar peredaran

darah dan membuka pembuluh darah yang tersumbat.7

15) Mengatasi Diabetes

Bagi penderita diabetes, bawang putih juga baik untuk membantu mengontrol

jumlah kadar gula di dalam darah.7

Beberapa penelitian mengenai bawang putih (Allium sativum)

menunjukkan bahwa adanya aktivitas bakterisidal terhadap organisme patogen

termasuk bakteri Gram negatif dan Gram positif24

. Bawang putih juga telah

dilaporkan memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob7.

Penelitian lain menunjukkan bahwa bawang putih memiliki efek antibakteri

terhadap bakteri yang sudah resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.9,10

Ada beberapa penelitian yang menyatakan tentang khasiat bawang putih

seperti pengaruhnya sebagai agen antibakteri. Beberapa faktor yang berpengaruh

yaitu:10

Page 20: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

10

1) Alliin

Asam amino yang membentuk Allicin.10

2) Sugar Regulation Faktor

Sejenis bahan yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan diabetes mellitus.10

3) Anthiarthritis Factor

Zat atau faktor anti rematik.10

4) Sinar gorwitch (gorwitch rays)

Sejenis sinar radiasi yang dapat merangsang pertumbuhan sel tubuh dan memiliki

anti-aging.10

5) Antihaemolitityc Factor

Faktor anti kekurangan sel darah darah merah.10

6) Selenium

Sejenis antioksidan (anti sel kerusakan tubuh) atau mikromineral yang sifatnya

dapat menghindari penggumpalan darah.10

7) Allithiamine

Sumber ikatan biologis yang aktif (B1).11

8) Antitoksin

Anti racun atau zat pembersih darah yang berguna menjaga daya tahan tubuh

penderita asma.11

9) Seordinin

Zat yang dapat mempercepat perkembangan tubuh, berat badan, peningkatan

tenergi dan pengobatan penyakit kardiovaskular.11

10) Methylallyl Trisulfide

Pencegah terjadinya pengumpalan darah.11

Bawang putih memiliki efek bakterisidal terhadap beberapa organisme

seperti Staphylococcus Aureus, Escherichia coli, Propionibacterium acne.Bawang

putih yang mengandung komponen kimia yakni allicin dapat menghambat dan

menghancurkan berbagai pertumbuhan jamur dan bakteri pada kulit. Sehingga

bawang putih menjadi salah satu pengobatan herbal pada tinea versikolor

(panu).12

Page 21: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

11

2.1.5 Efek Samping dan Kontra Indikasi Bawang Putih

Menurut National Center for Complementary and Alternative Medicine

tahun 2011, tanaman bawang putih cukup aman untuk sebagian besar orang

dewasa. Efek sampingnya berupa bau badan dan bau mulut, heatburn, nyeri perut

serta reaksi alergi bila mengkonsumsi bawang putih mentah. Bawang putih dapat

mengencerkan darah dengan cara yang mirip dengan aspirin, sehingga sebaiknya

tidak dikonsumsi ketika akan mengalami pembedahan ataupun jika ada riwayat

gangguan pembekuan darah. Bawang putih akan berinteraksi dengan saquinavir

yang merupakan obat untuk terapi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

dan menurunkan efektivitasnya dikarenakan dapat mengurangi kadar protease

inhibitor. Bawang putih juga dapat memperberat efek obat-obatan antiagregasi

platelet seperti indometasi dan aspirin serta obat pengencer darah seperti

warfarin.12

Sementara efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan bawang putih

di wajah sebagai penghilang jerawat dapat menyebabkan kulit melepuh pada kulit

yang sensitif dan menimbulkan rasa panas karena adanya kandungan belerang

namun tidak perlu khawatir karena rasa panas tersebut merupakan respon kulit

melawan bakteri. Bawang putih dianggap memiliki peran dalam mempengaruhi

siklus menstruasi sehingga hal ini membuat bawang putih dikontraindikasikan

bagi ibu hamil dan menyusui.12

2.2 BAKTERI Staphylococcus epidermidis

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Staphylococcus epidermidis menurut Jawetz

dkk (2005)1

Kingdom : Protista

Divisi : Schizophyta

Class : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis

Page 22: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

12

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal yang terdapat

pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka manusia. Bakteri ini adalah salah satu

patogen utama infeksi nosokomial khususnya yang berkaitan dengan infeksi

benda asing serta menghasilkan glycocalyx “lendir” sebagai perekat pada sel

dan resistensi terhadap fagositosis maupun beberapa jenis antibiotik.13

Ciri-

ciri :

Gram positif, koagulase negatif, katalase positif.13

Aerob atau anaerob.13

Berbentuk kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai juga

tampak dalam biakan cair.13

Berdiameter 0,5-1,5 µm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur.13

Bakteri tidak memiliki kapsul.13

Bakteri tidak membentuk spora dan tidak bergerak.13

Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur. Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob.13

S.epidermidis tumbuh cepat pada suhu optimum 37°C.13

Gambar 2.2 Perwarnaan Gram bakteri Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan bakteri yang tergolong :

1) Koagulase Negatif

Koagulase merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin hospes

dan membentuk komplek yang disebut staphylothrombin. Karakteristik aktifitas

protease pada thrombin diaktifasi dalam komplek tersebut, menghasilkan konversi

fibrinogen menjadi fibrin. Bakteri S.epidermidis tidak dapat membentuk

kompleks tersebut sehingga darah dari hospes tidak menggumpal.14

Page 23: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

13

2) Katalase positif

Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri. Bakteri

S.epidermidis memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi

H2O dan O2. Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri ini selain itu proses

tersebut merupakan mekanisme pernafasan dari bakteri tersebut.14

Dinding bakteri S.epidermidis terdiri dari peptidoglikan yaitu suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit. Lapisan tersebut

menempel pada permukaan luar membran sel. Bakteri jenis ini tidak memiliki

membran luar maupun ruang periplasmik.

Sehingga ketika menggunakan

perwarnaan gram, maka akan terlihat berwarna ungu.14

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi, yaitu:15

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri.15

2) Menahan tekanan osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir.15

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Ig pada manusia.15

4) Bersifat sensitif sehingga hanya untuk disinfektan berbasis fenol.15

5) Stimulator imunitas/daya tahan tubuh yang berperan sebagai adjuvant.15

6) Substrat dari imunitas yang tidak spesifik, dihancurkan oleh enzim bakteriofaga

dan lisozim tertentu.15

Selain itu, bakteri Staphylococcus epidermidis yang bersifat gram positif

memiliki molekul tambahan berupa:16

Protein A.16

Asam teikoat yaitu polimer gliserol yang diikat ke peptidoglikan kemudian

menjadi antigenik. Molekul ini terdiri atas gliserol, fosfat dan ribitol gula

alkohol.16

Enzim-enzim seperti hialuronidase (faktor penyebaran), staphylokinase

(faktor fibrinolisis), proteinase dan beta-laktamase.16

Endotoksin yang menyebabkan nekrosis kulit.16

Lekosidin yang menyebabkan infeksi rekuren karena Staphylococcus

berkembang biak intraselular.16

Toksin eksploatif terdiri dari 2 protein yang menyebabkan deskuamasi

kulit luas.16

Page 24: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

14

Enterotoksin yang berkembang biak pada makanan dapat menyebabkan

gejala diare dan muntah.16

Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora normal bersifat

sementara pada kulit yakni.16

pH rendah.16

Asam lemak pada sekresi sebasea.16

Adanya lisozim.16

Jumlah mikroorganisme pada permukaan kulit dapat berkurang apabila

menggunakan sabun yang mengandung heksaklorofen atau desinfektan lain,

namun flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat.16

2.3 Acne Vulgaris (Jerawat)

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran

acne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo,

papul, pustule, nodus dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif

tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik.18

Tempat predileksi acne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas,

dan punggung bagian atas. Erupsi kulit morfi, dengan gejala predominan salah

satunya komedo, papul yang tidak beradang dan pustule, nodus dan kista yang

beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah

keluhan estetis.

Komedo adalah gejala patognomonik bagi acne vulgaris berupa papul

miliar yang mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat

mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black

comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam

sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau

komedo tertutup (white comedo, close comedo).18

Sebagian besar penyebab acne vulgaris merupakan akibat dari infeksi

agen mikroorganisme. Hal ini dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan

penderita adalah keluhan estetika.18

Page 25: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

15

Ada beberapa hal yang menjadi faktor resiko timbulnya acne vulgaris, yaitu:18

1) Sebum

Merupakan faktor utama penyebab timbulnya acne.18

2) Genetik

Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar glandula

sebasea4. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,

kemungkinan besar anaknya akan menderita acne.18

3) Usia

Umumnya insiden acne vulgaris terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada wanita,

16 – 19 tahun pada pria. Pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo

dan papul jarang terlihat lesi beradang pada penderita.18

4) Jenis kelamin

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan acne

vulgaris.18

5) Kebersihan wajah.

Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian acne

vulgaris pada remaja.18

6) Psikis

Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan

eksaserbasi acne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi acne

secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul

lesi radang yang baru.18

7) Hormon endokrin

a) Androgen

Pada pria konsentrasi testosteron dalam plasma penderita acne tidak berbeda

dengan yang tidak menderita acne. Sedangkan pada wanita konsentrasi

testosteron plasma sangat meningkat pada penderita acne.18

b) Estrogen

Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum.

Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar

hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi

sebum.18

Page 26: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

16

c) Progesteron

Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap

efektivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,

namun kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan acne premenstrual.18

7) Diet

Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat

dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya

karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.18,19

8) Iklim

Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya acne bertambah hebat

pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas4.

Bertambah hebatnya acne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV

melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan

panas tersebut.18,19

9) Bakteria

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes,

Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale.18,19

10) Kosmetika

Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti bedak dasar (foundation),

pelembab (moisturizer), krim penahan sinar matahari (sunblock), dan krim

malam secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu

bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa

lesi papulopustular pada pipi dan dagu.18,19

2.4 Patogenesis Acne vulgaris oleh Staphylococcus epidermidis

Salah satu mikroba yang terlibat dalam patogenesis acne vulgaris adalah

Staphylococcus epidermidis. Adanya seborrhea pada pubertas biasanya disertai

dengan kenaikan jumlah Corynebacterium acne, tetapi tidak ada hubungan antara

jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan

derajat terjadinya acne. Staphylococcus epidermidis bukanlah penyebab primer

pada proses patologis akne.18

Page 27: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

17

Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup,

sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan

penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah

bakteri yang berdiam dalam folikel mengadakan eksaserbasi tergantung pada

lingkungan mikro dalam folikel tersebut.18

Menurut hipotesis Saint-Leger, skualen (senyawa kimia yang terdapat

dalam minyak hati ikan) yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea dioksidasi dalam

kelenjar folikel dan hasil oksidasi ini dapat menyebabkan terjadinya komedo. Hal

tersebut menyebabkan berkurangnya kadar oksigen di dalam folikel sehingga

terjadi kolonisasi Staphylococcus epidermidis yang bersifat anaerob. Bakteri ini

memproduksi endotoksin yang dilepaskan dalam folikel akan menjadi katalisator

untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel semakin

berkurang. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat

menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa acne

hanya dapat terjadi pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap

normal.18,19

Patogenesis tersebut menyebabkan perubahan patogenik pada kulit sehingga

menimbulkan tanda dan gejala pada acne vulgaris, yaitu:18

1) Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang

biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas

dari saluran folikel tersebut.18

2) Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.18

3) Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses

inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada

patogenesis penyakit.18

4) Peningkatan jumlah flora folikel, Propionibacterium acnes dan

Staphylococcus epidermidis yang berperan pada proses kemotaktik

inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid

sebum.18

5) Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies

yang memperberat akne.18

Page 28: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

18

6) Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,

gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada

kegiatan kelenjar sebasea.18

7) Terjadinya stress psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,

baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar

hipofisis.18

8) Faktor lain; usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak

langsung dapat memacu peningkatan proses pathogenesis tersebut.18

2.5 Patogenesis Staphylococcus epidermidis terhadap kandungan bawang

putih

Berdasarkan penelitian National Nutrient Database for Standard

Reference bawang putih memiliki kandungan agen antimikroba yang paling

banyak yakni senyawa alkaloid, allicin, dan tannin.20

A. Senyawa alkaloid berfungsi sebagai racun yang dapat menyebabkan lisis

sel, sehingga pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus epidermididis

terhambat.20

B. Alllicin dapat meningkatkan permeabilitas dinding bakteri yang

menyebabkan gugus SH (sulfihidril dan disulfida) pada asam amino sistin

dan sistein hancur6. Gugus SH yang hancur dapat menghambat sintesis

enzim protease yang merusak membran sitoplasma pada dinding bakteri

dan mengganggu metabolisme protein dan asam nukleat sehingga tidak

terjadi proliferasi pada bakteri. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan

koloni bakteri Staphylococcus epidermididis terhambat.20

C. Tanin berfungsi menghambat enzim proteolitik yang menyebabkan protein

tidak dapat diuraikan menjadi asam amino, sehinggga dapat merusak

membran sitoplasma pada dinding bakteri dan menghambat pertumbuhan

koloni bakteri Staphylococcus epidermididis.20

2.6 Antibiotik Amoksisilin

Peneliti memilih kontrol positif dari golongan antibiotik beta-laktam yaitu

amoksisilin dengan dosis 25 ug. Secara keseluruhan mekanisme kerja antibiotik

Page 29: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

19

golongan beta-laktam yaitu merusak dinding sel bakteri. Namun proses perusakan

dinding sel bakteri terjadi dalam beberapa tahapan, pertama terjadi pelekatan pada

protein mengikat penisilin yang spesifik sebagai reseptor obat pada bakteri, kedua

terjadi penghambatan sintesis dinding sel dengan cara menghambat transpeptidasi

dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel yang

menghasilkan kerusakan pada dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel

(lisis).21

Tabel Klasifikasi Zona Hambat berdasarkan CLSI guidelines 201122

Zona hambat agen antimikroba berdasarkan CLSI guidelines 2011

Antibiotik Dosis

(µg)

Perlakuan Susceptible Intermedietly

susceptible

Resistant

Amoksisilin 20/10 Enterobacteriaceae ≥ 18 mm 14-17 mm ≤ 13 mm

Haemophilus

influenzae

≥ 20 mm ≤ 19 mm

Staphylococcus

aureus

≥ 20 mm ≤ 19 mm

Tabel Klasifikasi Zona Hambat Berdasarkan Greenwood23

Rata-rata Zona Hambat Respon Hambatan Pertumbuhan

≤ 10 mm Tidak ada

11-15 mm Lemah

16-20 mm Sedang

> 20 mm Kuat

Sumber : Pratama.2005

Page 30: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

20

2.7 Uji Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan

mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroorganisme yang

merugikan. Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu konsentrasi

komponen tertentu untuk menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu

komponen zat.24

Aktivitas zat antibakteri dibagi menjadi dua jenis yaitu bakteriostatik dan

bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas

menghambat pertumbuhan bakteri namun tidak mematikan. Bakteriosida adalah

zat antibakteri yang memiliki aktivitas membunuh bakteri.24

Uji antibakteri adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif

dan efisien. Terdapat bermacam-macam metode uji antibakteri, yaitu:24

1. Metode Disc Diffusion (Tes Kirby & Bauer)

Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antibakteri. Blank disc yang berisi

agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri yang

akan berdifusi pada media agar. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan media agar. 24

2. Metode E-Test

Metode E-Test digunakan untuk menghitung MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) atau KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

minimal suatu agen antibakteri untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. 24

Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen

antibakteri dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan

media agar yang telah ditanami bakteri. Pengamatan dilakukan pada area jernih

yang menunjukkan kadar agen antibakteri dapat menghambat pertumbuhan

bakteri pada media agar. 24

3. Ditch Plate Technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antibakteri yang diletakkan pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian

tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke

arah parit yang berisi agen antibakteri.24

Page 31: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

21

4. Cup Plate Tehnique

Metode ini serupa dengan metode Disc Diffusion, media agar yang telah ditanami

dengan bakteri akan dibuat sumur yang kemudian akan diisi oleh senyawa

antimikroba uji.24

5. Gradient Plate Tehnique

Pada metode ini konsentrasi agen antibakteri pada media agar secara teoritis

bervariasi dari nol hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji

ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan

dalam posisi miring.24

Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antibakteri berdifusi

dan permukaan media mengering. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total

pertumbuhan bakteri maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang

pertumbuhan hasil goresan.24

6. Metode Dilusi Cair / Broth Dilution Test

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM

(Konsentrasi Hambat Minimum) dan MBC (Minimum Bactericidal

Concentration) atau KBM (Kadar Bunuh Minimum). Cara yang dilakukan adalah

dengan membuat seri pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang

ditambahkan dengan bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil

yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai

KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang

pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri dan

diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi

ditetapkan sebagai KBM.24

7. Metode Dilusi Padat / Solid Dilution Test

Metode ini serupa dengan metode difusi cair namun menggunakan media padat

(solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antibakteri yang diuji

dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji3.

Page 32: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

22

2.9 Kerangka Teori

Pertumbuhan koloni

Staphylococcus

epidermidis terhambat

Merusak membran

sitoplasma pd dinding

bakteri

Menghambat sintesis

enzim

Metabolisme protein &

asam nukleat terganggu

Menghancurkan gugus S-H

(sulfihidril & disulfida) pada

asam amino sistin & sistein

Tidak terjadi proliferasi

pada bakteri

Permeabilitas

Hidrolisis alliin

Terbentuk senyawa

intermediate asam

allyl sulfenate

Kondesasi asam

Allicin Bersifat bakteriostatik

daripada bakterisidal

Racun

Lisis sel bakteri

Menghambat

enzim proteolitik

Protein tdk dpt

diuraikan menjadi

asam amino

Bawang putih (Allium sativum)

Agen Antimikroba

Tumbukan Bawang Putih

Aktivasi enzim alliinase Senyawa alkaloid Tanin

Acne Vulgaris

Etiologi : Staphylococcus epidermidis

Page 33: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

23

2.8 Kerangka Konsep

Agen

Antimikroba

Acne vulgaris

Etiologi :

Staphylococcus

epidermidis

patogen

Pertumbuhan koloni

Staphylococcus

epidermidis terhambat

Bakteriosidal Bakteriostatik

Bawang Putih

(Allium sativum)

Tumbuk

Bawang Putih

(Allium sativum)

Perasan

Bawang Putih

Aktivasi

Zat aktif Multifaktorial

Page 34: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

24

2.10 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Skala Kategori

Variabel Dependen

Zona Hambat

Diameter zona hambat pada

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis

secara in vitro

Numerik Numerik/Angka

Variabel Independen

Tumbukan (Bawang Putih

+ Aquades Steril)

Konsentrasi tumbukan bawang

putih dengan proses tumbuk

menggunakan pelarut aquades

Kategorik

60%

40%

20%

Tumbukan (Bawang Putih

+ Etanol)

Konsentrasi tumbukan bawang

putih dengan proses tumbuk

menggunakan pelarut etanol

Kategorik

60%

40%

20%

Kontrol Negatif

Pelarut etanol 96% digunakan

sebagai kontrol pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis

secara in vitro

Kategorik Etanol 96%

Aquades steril digunakan

sebagai kontrol pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis

secara in vitro

Kategorik Aquades steril

Kontrol Positif

Antibiotik yang digunakan

sebagai kontrol pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis

secara in vitro

Kategorik Amoksisilin 25

µg

Page 35: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

25

Page 36: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

25

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian uji eksperimental secara in

vitro dengan post test control only design menggunakan teknik disc diffusion

untuk melihat peranan tumbukan bawang putih dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus epidermidis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester 6 bulan Juni - Juli 2014 di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Lokasi pembelian dan determinasi dilakukan di

Laboratorium IPB (Institut Pertanian Bogor).

3.3 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan bakteri Staphylococcus epidermidis yang

ditanamkan dalam media nutrient agar. Penelitian ini menggunakan uji in vitro

maka jumlah kelompok sama dengan jumlah pengulangan sesuai rumus Federer.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah kelompok sebanyak 4

kelompok. Tumbukan bawang putih dengan variasi konsentrasi 20%, 40%, 60%

ini lebih besar dibandingkan penelitian sebelumnya8 dengan menggunakan pelarut

aquades steril atau pelarut etanol 96% serta kontrol positif menggunakan

antibiotik amoksilin 25 ug maupun kontrol negatif menggunakan pelarut etanol

96%.

Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus federer :

Keterangan :

k = Jumlah kelompok perlakuan

n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok

(k-1).(n-1) ≥ 15

Page 37: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

26

Sehingga hasil perhitungan sampel menurut rumus faderer sebagai berikut :

(k-1).(n-1) ≥ 15

(4-1).(n.1) ≥ 15

3.(n.3) ≥ 15

3n-3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥ 18/3

n ≥ 6

Maka jumlah pengulangan yang dipakai pada penelitian ini berjumlah 6

pengulangan.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Tumbukan bawang putih yang berasal dari bawang putih 100% disaring

dan diencerkan dengan dua pelarut yaitu aquades steril ataupun etanol 96%

dengan berbagai variasi konsentrasi (20%, 40%, 60%), kontrol positif

menggunakan antibiotik amoksisilin 25 ug serta kontrol negatif menggunakan

pelarut etanol 96%.

3.4.2 Variabel Terikat

Zona hambat (zona bening) pada pertumbuhan bakteri S.epidermidis di

media nutrien agar yang diukur diameternya menggunakan penggaris dengan

satuan mm (millimeter).

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Bunsen

Alumunium foil

Laminar air flow

Tabung reaksi

Rak tabung

Blank disc

Mikro pipet

Autoclav

Ose

Alat tulis

Timbangan

elektronik

Label

Baki

Kamera

Sarung tangan

Masker

Vorteks

Page 38: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

27

Alat pendingin

Tissue

Pinset

Objek gelas

Rak object glass

Korek api

Alkohol

Penggaris

Inkubator

Pengukur waktu

Cawan petri

Pisau

Plastik steril

Lumpang steril

Kassa steril

Gelas beker

3.5.2 Bahan Penelitian

Nutrien agar

Bawang Putih

Biakan bakteri

Staphylococcus

epidermidis

Aquades Steril

Etanol 96%

Gentian violet

Lugol

Aseton alkohol

Safranin (counter

stain)

Antibiotik

amoksisilin 25 ug

3.6 Cara Kerja Penelitian

3.6.1 Sterilisasi alat

Seluruh peralatan yang akan digunakan selama penelitian harus

dibersihkan dengan cara dicuci kemudian dikeringkan lalu dibungkus dengan

kertas. Kemudian dilakukan sterilisasi di dalam autoclave selama 30 menit dengan

mengatur tekanan sebesar 1 atm pada suhu 121°C.

3.6.2 Pembuatan media agar

Pada penelitian ini digunakan 10 gram bubuk nutrien agar dalam 500 mL

aquades yang dipanaskan sampai mendidih selama ± 10 menit. Setelah itu

dilakukan sterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 30 menit.

Gambar 3.6.2 Pembuatan Media Agar

Page 39: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

28

3.6.3 Pembuatan biakan bakteri

Pembuatan biakan bakteri dilakukan untuk perbanyakan stok dengan cara

menginokulasikan 1 ose biakan murni Staphylococcus epidermidis ke dalam agar

nutrien, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam di dalam inkubator.

3.6.3 Biakan Bakteri Staphylococcus epidermidis

3.6.4 Pewarnaan Gram

Pada penelitian ini dilakukan pewarnaan gram yaitu suatu metode untuk

membedakan spesies bakteri gram-positif atau gram-negatif. Langkah-langkah

dalam pewarnaan gram yaitu :

1) Buat sediaan bakteri S.epidermidis yang telah dibiakan pada nutrien agar

menggunakan ose pada objek gelas, diamkan hingga kering kemudian

fiksasi objek gelas diatas api bunsen

2) Tuangkan larutan gentian violet di objek gelas dengan rata, biarkan selama

5 menit

3) Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan lugol biarkan 3 menit

4) Lugol dibuang dan berikan alkohol 96%

5) Kemudian pulas dengan larutan safranin (counter stain) 30 detik

6) Cuci (siram) dengan aquades kemudian berikan larutan imersi untuk

dilihat menggunakan mikroskop.

Page 40: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

29

Gambar 3.6.4 Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Staphylococcus epidermidis

3.6.5 Prosedur Tumbukan Bawang Putih

1) Kupas bawang putih sebanyak 1 kg hingga bersih, kemudian cuci

menggunakan aquades

2) Masukan bawang putih tersebut ke dalam plastik steril

3) Kemudian letakan plastik berisi bawang putih diatas lumpang

4) Lalu tumbuk hingga halus

5) Ambil tumbukan di dalam plastik lalu bungkus dan saring menggunakan

kassa steril diatas cawan petri

6) Pindahkan hasil tumbukan yang disaring menggunakan makro pipet ke

dalam masing-masing cawan petri sesuai hasil hitung konsentrasi

3.6.6 Pembuatan Variabel Konsentrasi

Uji antibakteri dengan tumbukan bawang putih yang disaring dan

diencerkan menggunakan aquades steril dengan berbagai variasi konsentrasi

disesuaikan dengan penelitian sebelumnya yaitu 20%, 40%, 60% dan kontrol

positif menggunakan antibiotik amoksisilin 25 ug. Sedangkan kontrol negatif

menggunakan pelarut etanol 96% ataupun aquades.

Konsentrasi

Volume zat terlarut + volume pelarut

100% X =

Volume zat terlarut

Page 41: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

30

Keterangan : n = volume zat terlarut

Maka secara berturut-turut volume zat terlarut saat konsentrasi 20%, 40%,

60% adalah 1mL, 2mL, 3mL dan volume zat pelarut aquades ataupun etanol 96%

saat 20%, 40%, 60% adalah 4mL, 3mL, 2mL.

3.6.7 Metode disc diffusion

Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri

Staphylococcus epidermidis menggunakan pelarut NaCl. Kemudian dicampurkan

menggunakan vorteks dan dibandingkan dengan larutan standar 0,5 mF.

Suspensi bakteri S.epidermidis dioleskan menggunakan kapas lidi steril pada

media pertumbuhan nutrien agar.Kemudian blank disk direndam selama 15-30

menit di dalam cawan petri yang berisi saringan bawang putih yang telah

ditumbuk. Kemudian blank disk yang sudah terendam selama 20 menit maupun

antibiotic disk amoksisilin 25 ug diletakkan di cawan petri yang sudah berisi

biakan murni bakteri Staphylococcus epidermidis.

Lalu diinkubasi didalam inkubator dengan suhu 37o selama 24 jam.

Kemudian disk akan berdifusi pada media nutrient agar tersebut. Area jernih

mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme di permukaan

media nutrient agar. Kemudian diukur diameter zona hambat menggunakan

penggaris.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah uji statistik one way ANOVA. Uji

statistik one way ANOVA digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh

pemberian tumbukan bawang putih yang diencerkan dengan pelarut terhadap

pertumbuahan Staphylococcus epidermidis. Analisis data menggunakan program

SPSS (Statistical Product of Service Solution) for Windows

Volume Pelarut = Volume total larutan - Volume zat terlarut

Page 42: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

31

3.8 Alur Penelitian

Pengambilan Sampel

Bawang Putih

Tumbuk Bawang Putih

Encerkan dengan pelarut aquades

steril atau etanol 96%

Variasi Konsentrasi

Kelompok A

(Tumbukan

bawang

putih

konsentrasi

20 % dgn

pelarut

etanol 96%

atau

Aquades

steril)

Kelompok B

(Tumbukan

bawang

putih

konsentrasi

40 % dgn

pelarut

etanol 96%

atau

Aquades

steril)

40 %

Kesimpulan

Uji statistik

Rerata tiap kelompok dengan

mengukur masing-masing

zona hambat

Uji disk difusi

Kultur bakteri

Staphylococcus

epidermidis

Nutrien Agar

Kelompok D

Kontrol Positif

(Amoksisilin

25 ug)

Kelompok E

Kontrol Negatif

(Etanol 96%)

Uji Determinasi

Kelompok C

(Tumbukan

bawang

putih

konsentrasi

60 % dgn

pelarut

etanol 96%

atau

Aquades

steril)

40 %

Kelompok F

Kontrol

Negatif

(Aquades

steril)

Page 43: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

32

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian telah didapatkan hasil uji efektivitas bawang putih

sebagai berikut :

Parameter Hasil

Mean Median SD

Tumbukan Bawang Putih 60%

dengan pelarut aquades steril

35,83 22,50 3,18852

Tumbukan Bawang Putih 40%

dengan pelarut aquades steril

27,50 27,50 2,73861

Tumbukan Bawang Putih 20%

dengan pelarut aquades steril

22,83 35,00 2,04124

Amoksisilin 25 ug 11,33 25,00 9,32884

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Zo

na

Ha

mb

at

(mm

)

Konsentrasi Tumbukan Bawang Putih

Tumbukan bawang putihdengan pelarut equadessteril

Tumbukan bawang putihdengan pelarut etanol 96%

Amoksisilin 25 ug

Etanol 96%

Aquades Steril

Page 44: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

33

Berdasarkan penelitian, hasil uji aktivitas antibakteri oleh tumbukan

bawang putih dengan pelarut aquades steril dan kontrol positif amoksisilin 25 ug

menunjukkan adanya aktivitas antibakteri.

Zona hambat tertinggi dibandingkan dengan parameter lainnya

ditunjukkan oleh tumbukan bawang putih konsentrasi 60% yang telah diencerkan

dengan aquades steril sebesar 35,83 mm. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih

besarnya konsentrasi dan volume zat terlarut dibandingkan volume zat pelarut

banyak mengandung agen antibakteri aktif. Gabungan antara agen antibakteri

aktif yang bersifat polar pada bawang putih menyebabkan pada penelitian ini

memiliki zona hambat yang paling besar.

Namun yang memiliki daya hambat terkecil yaitu tumbukan bawang putih

konsentrasi 20% yang telah diencerkan dengan aquades steril sebesar 22,83 mm.

Zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif amoksisilin 25 ug sebesar 11,33

mm. Sedangkan pada kontrol negatif didapatkan hasil pada pelarut etanol 96%

ataupun aquades steril sebesar 0 mm. Dengan menghasilkan zona hambat pada

kontrol negatif sebesar 0 mm, hal ini mengindikasikan bahwa tidak adanya

pengaruh pelarut dalam zona hambat yang dihasilkan pada tumbukan bawang

putih.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa tumbukan bawang putih dengan

pelarut aquades steril menghasilkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis. Pelarut aquades steril merupakan senyawa polar

yang akan bercampur dengan senyawa polar pada tumbukan bawang putih dan

senyawa-senyawa lainnya yang memiliki efek antibakteri sehingga terbentuk zona

hambat.

Hal ini diduga karena banyaknya dan tingginya efek antibakteri yang

terdapat pada bawang putih. Beberapa kandungan tersebut, diantaranya senyawa

alkaloid yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau dapat menyebabkan

sel bakteri menjadi lisis bila terpapar oleh zat tersebut dan senyawa tannin yang

akan mengganggu sel bakteri dalam penyerapan protein oleh cairan sel. Hal ini

dapat terjadi karena tannin menghambat proteolitik yang berperan menguraikan

protein menjadi asam amino.6

Page 45: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

34

Gambar 4.1 Hasil Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pelarut Aquades steril

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh (Puspita, I. 2008) yang

menggunakan variasi konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari bawang

putih jenis Allium sativum terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

didapatkan hasil pada konsentrasi 20% merupakan konsentrasi terendah

ditemukan zona hambat dengan diameter 6 mm.4

Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan zona hambat pada konsentrasi

20% dengan diameter lebih besar yaitu 10 mm.

Pada penelitian lainnya (Hadi S. 2006) dilakukan pembandingan antara

tumbukan bawang putih jenis Allium sativum dan Sin chung dengan variasi

konsentrasi 10%, 25%, 50% dan 75% dalam menghambat pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bawang putih jenis Allium sativum lebih

kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri daripada bawang putih jenis kating

dan zona hambat terkecil ada pada konsentrasi 25%. Kedua jenis bawang putih

tersebut lebih efektif terhadap golongan Staphylococcus epidermidis.

Maka pada penelitian ini, peneliti menggunakan bawang putih jenis Allium

sativum dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis

dengan konsentrasi terkecil yaitu 20% hingga konsentrasi terbesar yaitu 60%.

Page 46: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

35

Berdasarkan penelitian The American Society of Microbiologi

Antimicrobial Agent and Chemoteraph paling banyak ditemukan komponen

antimikroba aktif mayor bawang putih adalah thiosulfinate terutama allicin.

Allicin menunjukkan aktivitas antimikroba dengan menghambat sistesis RNA

dengan cepat dan menyeluruh. Disamping itu, sintesa DNA dan protein juga

dihambat secara partial.14

Hal ini menunjukkan RNA adalah target utama dari aksi

allicin. Perbedaan struktur bakteri juga berperan dalam kerentanan bakteri

terhadap unsur bawang putih. Kandungan lipid pada masing-masing membran

bakteri dapat mempengaruhi permeabilitas allicin dan unsur bawang putih yang

lain. Banyak bakteri tidak resisten terhadap bawang putih karena cara kerja

antibakterinya berbeda dengan antibiotik yang lain. Pembentukan resisten

terhadap antibiotik β-laktam 1000 kali lebih mudah bila dibandingkan allicin dari

bawang putih, sehingga menjadi pilihan utama dalam penggunaan terapeutik.6,11,14

Tumbukan bawang putih menggunakan pelarut aquades steril dengan

konsentrasi 60% didapatkan rata-rata zona hambat 35,83 mm dan konsentrasi

40% dengan rata-rata 27,50 mm serta konsentrasi 20% dengan rata-rata 22,83 mm

bersifat susceptible yaitu sensitif terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis.

Gambar 4.1 Hasil Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pelarut Etanol 96%

Tumbukan bawang putih menggunakan pelarut etanol 96% dengan

konsentrasi 20%, 40% dan 60% maupun kontrol negatif dengan pelarut etanol

96% tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri.

Page 47: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

36

Hal ini dapat disebabkan oleh pelarut etanol 96% yang bersifat non polar,

sehingga tidak dapat menarik zat aktif yang terkandung di dalam bawang putih.

Oleh karena itu, pada penelitian ini tidak memiliki zona hambat.

Pada peneliti digunakan antibiotik amoksisilin 25 ug terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Bakteri Staphylococcus

epidermidis merupakan family dari Staphylococcus aureus. Walaupun dosis

peneliti (25 ug) yang digunakan tidak sama dengan CLSI guidelines 2011 namun

dengan perbedaan dosis sekitar 25% maka dapat dianggap mendekati CLSI

guidelines 2011.

Kontrol positif dengan menggunakan amoksisilin 25 ug menghasilkan zona

hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 11,33 mm,

maka dapat dikategorikan respon hambatan pertumbuhan sesuai pada table

Greenwood adalah lemah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor

seperti kontaminasi bakteri maupun prosedural saat penelitian.

Peneliti melakukan pengolahan data statistik menggunakan SPSS. Uji

nomalitas dengan jumlah sampel 24 menghasilkan signifikansi 0,065 (p>0,05)

yang mengindikasikan bahwa distribusi data normal. Sehingga uji hipotesis

selanjutnya dengan cara One-way anova. Pada pengolahan data menggunakan

one-way anova menghasilkan signifikansi 0,000 (p<0,05) yang mengindikasikan

bahwa terdapat perbedaan efek pada pemberian tiap konsentrasi terhadap zona

hambat. Sedangkan hasil dari Uji Post Hoc Tukey berarti setiap konsentrasi

memiliki perbedaan yang signifikan dengan konsentrasi yang lain, yang

ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,000 (p< 0,05).

Uji One-way annova menghasilkan signifikasi 0,000 (p<0,05) yang

mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada tiap konsentrasi

terhadap zona hambat. Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa kelompok

tumbukan bawang putih dengan konsentrasi 60% memiliki peran dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis lebih baik

daripada kelompok yang lain.

Page 48: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

37

4.2 Keterbatasan Penelitian

Pada uji penelitian ini terdapat keterbatasan antara lain :

1. Dosis disk amoksisilin 25 ug kurang sesuai dengan CLSI guidelines (20/10

ug).

2. Keterbatasan waktu untuk melakukan penelitian.

3. Kurangnya ketelitian melihat zona hambat saat konsentrasi 20%.

Page 49: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

38

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kelompok uji tumbukan bawang putih konsentrasi 20%, 40%, 60%

dengan pelarut aquades steril berpengaruh dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.

2. Hasil uji statistik dengan metode uji One-way annova menghasilkan

signifikansi 0,065 (p>0,05), hal ini mengindikasikan bahwa terdapat

perbedaan efek pada pemberian tiap konsentrasi menggunakan tumbukan

bawang putih konsentrasi 20%, 40%, 60% dengan pelarut aquades steril,

tumbukan bawang putih konsentrasi 20%, 40%, 60% dengan pelarut

etanol 96%, kontrol negatif dengan aquades steril ataupun etanol 96%,

dan konsentrasi positif dengan amoksisilin 25 (µg).

3. Hasil uji Post Hoc Tukey menunjukkan bahwa kelompok tumbukan

bawang putih konsentrasi 60% dengan pelarut aquades steril memiliki

daya hambat yang lebih baik terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

secara in vitro dari pada kelompok tumbukan bawang putih yang lain.

5.2 Saran

Untuk lebih mengetahui perbandingan daya hambat yang lebih baik dari tiap

kelompok maka diperlukan penelitian selanjutnya menggunakan pelarut yang

berbeda secara in vitro.

Page 50: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Stafilokokus.

Jakarta: Salemba Medika; 2005. 225-231 p.

2. World Health Organization. Guidelines on Standart Operating Procedures for

Microbiology. New Delhi: WHO Health Organization; 2008.

3. Watanabe T. Penyembuhan dengan Terapi Bawang Putih. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama; 2001. 118 p.

4. Puspitasari I. Uji Aktivitas Antibakteri Perasan Bawang Putih (Allium

sativum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis in

vitro.2008.http://docs.google.com/eprints.undip.ac.id/2008/08/25/Indri.pdf[Di

akses : 20 Juli 2014].

5. Wibowo S. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.

Jakarta: Penebar Swadaya; 2007. 28-33 p.

6. Magase H, Petesch B, Matsuura H. Intake of garlic and its bioactive

components. New York: American Society of Nutrition; 2011.

7. Atmadja S. Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan. Edisi 10. Jakarta: Bumi

Aksara; 2002. 26-31 p.

8. Ar-Rasyid A. Menghidupkan Sunnah-Sunnah yang Terlupakan. Jakarta:

Pustaka Imam Asy-Syafi’i; 2010. 46 p.

9. Hadi S. Pengaruh Jenis Tanaman Obat Bawang Putih dan Bentuk Sediaan

Serbuk Terhadap Daya Bunuh Staphylococcus aureus, Staphylococcus

epidermidis, Propionibacterium acnes Secara In Vitro. Surabaya: Jurnal

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya; 2006.

Page 51: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

40

10. Nurvitasari A. T. Pengaruh Filtrat Bawang Putih terhadap Jumlah

Bakteri (Staphylococcus aureus). Malang: Jurnal Fakultas MIPA

Universitas Brawijaya; 2009.

11. Tsao S, Yin M. C. In-vitro antimicrobial activity of four diallyl sulphides

occuring naturally in garlic and Chinese leek oils. USA: Journal Medical

Microbiology; 2011.

12. Cappucino, James G, Natalie Sherman. Microbiology a Laboratory

Manual. 6th

Edition. San Francisco: Addison-Wesley Company; 2004.

13. Tortora G. J. Microbiology An Introduction. 10th

Edition. Cell Structure.

USA: Benjamin Cummings; 2010.

14. Bergey S. Manual of Systematic Bacteriology. 2nd

ed. USA: Department of

Microbiology and Molecular Genetics Michigan State University; 2005.

15. Ray C. George R, Kenneth J. Medical Microbiology. 4th

Edition. USA:

McGraw-Hill; 2004.

16. Ingraham J. L, Catherine A. Introduction to Microbiology. 3rd

Edition. A

Case History Approach. USA: Thimson Brooks/Cole; 2004.

17. McKane L, Kandel. Microbiology: Essential and Application. 2nd

Edition.

New York: McGraw-Hill Book Company; 2004.

18. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Akne, Erupsi

Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Sjarif Wasitaatmadja. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2007. 255 p.

19. Putra D. N, Fauzi N. Kesehatan Kulit dan Kelamin. Edisi Kedua.

Surabaya: Berkala Medika; 2006. 180-181 p.

Page 52: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

41

20. Miron T, Wilchek M, Weiner L. The Mode of action of Allicin :its ready

permeability through phospholipid membranes may Contribute to Its

Biological Activity. New York: Biochim Biophys Acta; 2005.

21. Nafrialdi, Setawati A. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI; 2007. 585-592 p.

22. Clinical and Laboratory Standart Institute. Performance Standart for

Antimicrobial Susceptibility Testing. USA: Guidelines CLSI; 2011.

23. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial and

Chemotherapy. USA: McGraw-Hill; 1995.

24. Turnidge J. D. Susceptibility Test Methods: Dilution and Diffusion

Methods. 18th

Edition. Washington DC: American Society for

Mirobiology Press; 2008. 1108-1117 p. [Diakses 1 Mei 2014].

Page 53: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

42

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Hasil Identifikasi/Determinasi Bahan Uji

Page 54: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

43

LAMPIRAN 2

Tabel 4.1 Perbandingan rata-rata dari berbagai parameter perlakuan

tumbukan bawang putih sesuai konsentrasi

(I) Uji_konsentrasi (J) Uji_konsentrasi Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig.

konsentrasi 20%

konsentrasi 40% -4.66667* 1.41716 .004

konsentrasi 60% -13.00000* 1.41716 .000

kontrol positif

amoxicilin 11.50000* 1.41716 .000

konsentrasi 40%

konsentrasi 20% 4.66667* 1.41716 .004

konsentrasi 60% -8.33333* 1.41716 .000

kontrol positif

amoxicilin 16.16667* 1.41716 .000

konsentrasi 60%

konsentrasi 20% 13.00000* 1.41716 .000

konsentrasi 40% 8.33333* 1.41716 .000

kontrol positif

amoxicilin 24.50000* 1.41716 .000

kontrol positif

amoxicilin

konsentrasi 20% -11.50000* 1.41716 .000

konsentrasi 40% -16.16667* 1.41716 .000

konsentrasi 60% -24.50000* 1.41716 .000

Page 55: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

44

LAMPIRAN 3

Gambar 3.6.5 Prosedur Tumbukan Bawang Putih

Page 56: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

45

Page 57: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

46

Masukkan ke dalam incubator selama 1x24 jam

Page 58: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

47

LAMPIRAN 4

Gambar 4.1 Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dengan pelarut

aquades steril Terhadap Staphylococcus epidermidis

Gambar 4.1 Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dengan pelarut

etanol 96% Terhadap Staphylococcus epidermidis

Page 59: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DALAM  MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus epidermidis.pdf

48

LAMPIRAN 5

RIWAYAT PENULIS

Identitas

Nama : Shevrina Faradiba

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 08 Oktober 1992

Agama : Islam

Alamat : Perum Harapan Indah. Nusa Indah X Blok MJ 23.

RT 004/018 Bekasi Barat

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1997-1998 : TK Alodia Bekasi

1998-2004 : SDN 04 Jakarta Timur

2004-2007 : SMP Negeri 193 Jakarta Timur

2007-2010 : SMA Negeri 10 Bekasi

2010-2011 : D1 Bahasa Inggris LBPP LIA

2011-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta