pengaruh ekstrak bawang putih (allium sativum...
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans
SECARA IN VITRO
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
RINA KARINA
1110103000091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 September 2013
Rina Karina
iii
PENGARUH EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans
SECARA IN VITRO
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Rina Karina
NIM : 1110103000091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan penelitian ini berjudul PENGARUH EKSTRAK BAWANG PUTIH
(Allium sativum)TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus
mutans SECARA IN VITRO yang diajukan oleh Rina Karina (NIM :
1110103000091), telah diujikan salam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan pada 10 September 2013. Laporan ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi
Pendidikan Dokter.
Ciputat, 10 September 2013
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada manusia. Terutama nikmat
akal yang menuntut manusia untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan bagi Nabi Muhammad SAW, yang
telah mengajarkan ilmu dari Allah kepada umatnya sehingga membawa kita
menuju kepada kepintaran.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul “Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans secara in Vitro”, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. DR. (hc). dr. M.K.
Tadjudin, SpAnd. dan dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed
dan drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D sebagai dosen pembimbing riset, yang
telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis selama penelitian dan
penyusunan riset ini.
Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Mba Novi dan Pak
Bacok selaku laboran dan OB yang telah membantu penulis dalam penelitian di
laboratorium Mikrobiologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kedua
orang tua Ibunda Hesti Hendayani dan Ayahanda Krismi Widodo, SH., yang telah
memberikan dukungan serta kasih sayang terhadap penulis selama penelitian ini.
Serta untuk kakakku Kartika Karolina yang tersayang.
Dan juga penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman sekelompok
riset, Sidqa Hanief, Karlina Sari Sujana, Nida Khofiah, Mutia Oktavia, teman
seangkatan PSPD 2010, dan teman setia Muhammad Fadhli Zilikram atas
dukungan kepada penulis selama penelitian ini, semoga kita semua menjadi
makhluk yang mulia di dunia dan akhirat.
Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan tersusunnya laporan
penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita. Penulis menyadari bahwa tidak
menutup kemungkinan bahwa dalam penulis laporan penelitian ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan
saran demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 10 September 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
Rina Karina. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans secara in
Vitro. 2013
Penggunaan bawang putih sebagai obat telah sering digunakan masyarakat dalam
mengobati berbagai penyakit khususnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bawang
putih (Allium sativum) mengandung alisin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Streptococcus mutans dengan menghambat sintesis protein dan asam nukleat
bakteri. Streptococcus mutans adalah bakteri penyebab karies gigi. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans. Ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 25%,
75%, dan 100% diuji aktivitas antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans menggunakan metode disc diffusion pada medium agar darah.
Didapatkan hasil bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin besar hambatan
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (zona hambat yang terbentuk pada
konsentrasi 25%; 75%; 100% sebesar 8.33; 10; 12 mm). Berdasarkan analisis data dengan
uji Kruskall-wallis dan uji Mann-whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak bawang
putih 100% memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan pada konsentrasi
ekstrak bawang putih 25% dan 75%.
Kata kunci : Bawang putih, Streptococcus mutans, disc diffusion
ABSTRACT
Rina Karina. Medical Education Study Program. Effect of Garlic Extract (Allium
sativum) on the Growth Streptococcus mutans in Vitro.2013
Garlic as herbs has been frequently used for treating diseases especially bacterial
infection diseases. Garlic (Allium sativum) contains Allicin that has antibacterial activity
against Streptococcus mutans by inhibiting the synthesis of protein and nucleic acids.
Streptococcus mutans is a bacteria that can cause dental caries. This research was
conducted to determine the effect of garlic extract (Allium staivum) on the growth of
Streptococcus mutans. Garlic extract in 25%, 75%, and 100% concentrations was applied
against the growth of Streptococcus mutans. These concentrations were tested by using
the disc diffusion method on blood agar. The greater concentration of the extract garlic
produces the greater inhibition on the growth of Streptococcus mutans (inhibition zone at
the concentration of 25%, 75%, 100% at 8.33; 10; 12 mm). Based on data analysis,
Kruskall-Wallis and Mann-Whitney test showed that various concentrations of garlic
extract have significant differences with Streptococcus mutans’ growth. The conclusion
of this study is the garlic extract in 100% concentration has greater antibacterial activity
than the garlic extract in 25% and 75% concentrations.
Keywords: Garlic, Streptococcus mutans, disc diffusion
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 4
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Bawang Putih (Allium sativum) ................ 4
2.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Putih 5
2.1.3 Manfaat Bawang Putih 5
2.1.4 Karies Gigi 6
2.1.5 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus mutans 7
ix
2.1.6 Patogenesis Karies Gigi oleh Streptococcus mutans 8
2.1.7 Mekanisme Kerja Antibakteri 11
2.1.8 Metode Pengujian Antibakteri 12
2.2 Kerangka Teori 15
2.3 Kerangka Konsep 15
2.4 Definisi Operasional 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17
3.1 Desain Penelitian 17
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 17
3.3 Bahan yang Diuji 17
3.4 Sampel Penelitian 17
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian 17
3.6 Alat dan Bahan Penelitian 18
3.6.1 Alat Penelitian 18
3.6.2 Bahan Penelitian 18
3.7 Cara Kerja Penelitian 18
3.7.1 Tahap Persiapan 18
3.7.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan 18
3.7.1.2 Persiapan dan Determinasi Bawang Putih 18
3.7.1.3 Pembuatan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) 19
3.7.1.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih 20
3.7.1.5 Pembuatan Stok Bakteri 20
3.7.2 Tahap Pengujian Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans 20
3.8 Alur Penelitian 21
3.9 Pengolahan dan Analisa Data 21
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Hasil 22
4.1.1 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans 22
4.1.2 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dengan Uji Kruskall-Wallis
dan Mann Whitney 23
4.2 Pembahasan Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans 24
4.3 Keterbatasan penelitian 25
BAB V PENUTUP 26
5.1 Kesimpulan 26
5.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri .................. 13
Tabel 4.1. Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans .... 22
Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney......... 24
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bawang Putih............................................................................... 4
Gambar 2.2 S-allyl-L-cysteines (SAC) .......................................................... 5
Gambar 2.3 Pewarnaan Gram Streptococcus mutans ..................................... 7
Gambar 2.4 Patogenesis karies gigi oleh Streptococcus mutans .................... 10
Gambar 3.1 Hasil Ekstrak Bawang Putih ........................................................ 19
Gambar 4.2 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans pada agar darah ........................................ 22
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 15
Bagan 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 15
Bagan 3.8 Alur Penelitian ............................................................................. 21
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bahan ............................................ 29
Lampiran 2 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan .............................................. 30
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik .......................................................................... 31
Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 37
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup.................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan tumbuhan tradisional dan produk dari alam sering digunakan
dalam mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Salah satu tanaman tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan terhadap infeksi bakteri adalah bawang putih. Bawang putih
(Allium sativum) mengandung senyawa antimikroba yang memiliki
kandungan kimia seperti karbohidrat, protein, sterol, saponin, alkaloid,
flavonoid, dan triterpenoid.1 Menurut Tsao et al., (2001) menyebutkan bahwa
alisin yang terkandung dalam bawang putih adalah senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri.2
Alisin adalah produk dari aktivitas enzim alisinase
(sistein sulfoksida liase) setelah penggerusan bawang putih.3
Penggunaan bawang putih oleh masyarakat salah satunya adalah sebagai
obat untuk penyakit karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit dengan
prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia.4
Menurut data dari Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, karies gigi merupakan masalah
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 90,05%, artinya
penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari berbagai
kelompok ras, ekonomi, dan usia.5 Penyebab utama karies gigi adalah
aktivitas bakteri terutama bakteri Streptococcus mutans.6
Bakteri Streptococcus mutans termasuk dalam kelompok Streptococcus
α-haemolyticus dan tergolong bakteri Gram positif (+). Streptococcus mutans
merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif dan non motil (tidak
bergerak). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fani et al.,(2007)
menyebutkan bakteri Streptococcus mutans dapat dihambat pertumbuhannya
oleh bawang putih.6
2
Berdasarkan pengamatan peneliti, penyakit karies gigi banyak terdapat
pada masyarakat karena kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Hal ini
merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans. Banyak dari masyarakat yang mengobati penyakit karies gigi dengan
tanaman tradisional seperti bawang putih. Maka dari itu, peneliti mengambil
masalah penelitian mengenai pengaruh ekstrak bawang putih (Allium
sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vitro.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengaruh ekstrak
bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans.
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bawang putih
(Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans.
1.4 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum)
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
B. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui seberapa besar hambatan ekstrak bawang putih
(Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
dengan pemberian ekstrak bawang putih dalam konsentrasi 25%, 75%
dan 100%.
3
1.5 Manfaat Penelitian
A. Bagi Peneliti
Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama menjalani
pendidikan.
Meningkatkan pengetahuan mengenai daya hambat bawang putih
(Allium sativum) terhadap bakteri Streptococcus mutans.
B. Bagi Institusi
Memajukan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui publikasi
mengenai penelitian ini.
Memberikan tambahan informasi dalam bidang ilmu Mikrobiologi.
C. Bagi Keilmuan
Sebagai sumber informasi mengenai pengaruh ekstrak bawang putih
(Allium sativum) terhadap Streptococcus mutans.
Menjadi sumber referensi bagi praktisi yang tertarik dalam bidang
ilmu Mikrobiologi.
Memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai daya
hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap Streptococcus
mutans.
D. Bagi Sosial
Menambah pengetahuan masyarakat bahwa bawang putih memiliki
pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Meningkatkan pemanfaatan bawang putih sebagai obat dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat.
.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih adalah tanaman tradisional yang sering digunakan dalam
masakan. Saat ini, bawang putih telah terbukti memiliki berbagai manfaat
dalam kesehatan. Bawang putih merupakan salah satu tanaman obat paling
tua dan dipercaya berasal dari benua Asia lebih dari 6.000 tahun yang lalu.7
Bawang putih adalah tanaman berumpun yang mempunyai ketinggian
sekitar 60 cm. Umbi bawang putih dapat mencapai ukuran 3,8-7.6 cm dengan
diameter yang bervariasi. Umbi bawang putih memiliki 4-60 siung dengan
berbagai bentuk dan ukuran. Siung bawang putih dibungkus oleh membran
tipis berwarna putih atau merah keungguan.8
Klasifikasi ilmiah bawang putih adalah sebagai berikut : 7
Kingdom : Plantae
Sub-Kingdom : Tracheobionta
Super division : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub-Class : Liliidae
Order : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium L. Gambar 2.1 Bawang Putih
Species : Allium sativum L. (Sumber : Butt et al,. 20097 )
5
2.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Putih
Bawang putih memiliki kandungan 65% air, 28% karbohidrat (terutama
fruktosa), 2,3% bahan organosulfur, 2% protein (terutama allinase), 1,2 %
asam amino bebas (terutama arginin). Efek biologis dari bawang putih paling
banyak berasal dari bahan organosulfur. Efek obat pada bawang putih berasal
dari allicin dan turunannya.7
Alisin biasanya berdekomposisi menjadi diallyl disulfide (DADS), diallyl
sulfide (DAS), diallyl trisulfide (DTS) dan sulfur dioxide. Ekstrak air dan
alkohol bawang putih mengandung terutama S-ally-L-cysteines (SAC)
turunan dari δ-glutamyl-S-allyl-L-cysteines. SAC dan trans-S-1-propenyl-L-
cysteine bergabung dengan S-methyl-L-cysteine ditemukan pada ekstrak
bawang putih dalam AGE (Aged Garlic Extract). AGE juga mengandung
bahan lain seperti flavonoid, asam fenol, dan beberapa zat bermanfaat
lainnya.7
Gambar 2.2 S-allyl-L-cysteines (SAC) (Sumber : Butt et al,. 2009
7)
2.1.3 Manfaat Bawang Putih
Manfaat kesehatan dari bawang putih telah terbukti dalam beberapa
penelitian dan telah dimanfaatkan untuk pengobatan. Salah satu bentuk
pemanfaatan bawang putih dalam bentuk AGE (Aged Garlic Extract) . AGE
tidak berbau dan mengandung lebih banyak antioksidan dibandingkan umbi
bawang putih yang segar. AGE telah terbukti dalam mencegah aterosklerosis,
penyakit jantung dan pembuluh darah, memperlancar peredaran darah serta
meningkatkan imunitas. AGE juga dapat mencegah penyakit kanker dan
neurodegeneratif, memiliki efek antiaging, meningkatkan kemampuan
memori, endurance dan pembelajaran serta berpotensi sebagai adjuvan dalam
terapi kanker.7
6
Ekstrak bawang putih telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri, baik
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Efek penghambatan bawang putih
tergantung dari konsentrasi yang digunakan. Ekstrak bawang putih efektif
dalam mengurangi bakteri mulut.3 Aktivitas antibakteri bawang putih berasal
dari senyawa allisin. Bahan turunan alisin seperti DAS, DADS, dan
thiosulfinate lainnya memiliki aktivitas antibakteri juga. Efek antibakteri
yang dihasilkan dari senyawa sulfur tersebut adalah dengan mengubah reaksi
senyawa tiol pada enzim bakteri seperti alkohol dehidrogenase, thioredoksin
reduktase, tripsin, dan protein lainnya, serta RNA dan DNA polimerase. Hal
ini dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme bakteri, virulensi bakteri
serta pertumbuhan bakteri.9
2.1.4 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit destruktif pada jaringan keras gigi yang
terjadi akibat infeksi oleh Streptococcus mutans dan bakteri lainnya. Tanda
penyakit karies gigi adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi. Karies
gigi paling banyak diderita oleh anak-anak.10
Bahan makanan seperti glukosa dan sukrosa dapat diragikan oleh
beberapa bakteri tertentu dan menghasilkan asam sehingga pH akan menurun.
Penurunan pH yang berulang dapat mengakibatkan demineralisasi jaringan
keras gigi dan membentuk plak gigi.11
Karies gigi adalah penyakit infeksi kronik yang menular. Penularan
secara vertikal dari ibu melalui kontak saliva bergantung pada frekuensi dan
jumlah paparan. Penularan secara horizontal dari satu anak ke anak lainnya
juga dapat terjadi melalui penggunaan peralatan bersama seperti dot yang
digunakan bersama.12
7
2.1.5 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus mutans
Lebih dari 750 spesies bakteri terdapat pada rongga mulut dan
berhubungan dengan berbagai penyakit.5
Bakteri yang paling banyak
menyebabkan penyakit mulut adalah bakteri golongan Streptococcus.
Streptococcus mutans merupakan bakteri patogen penyebab utama karies
gigi. Organisme ini pertama kali diisolasi oleh Clarke pada tahun 1924 yang
berasal dari plak gigi. Nama mutans dipilih karena kecenderungan morfologi
sel berbentuk kokus dan batang.13
Streptococcus mutans termasuk golongan Streptococcus viridans.
Beberapa bakteri lain yang masuk dalam golongan Streptococcus viridans
yaitu Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius,
Streptococcus milleri.13
Streptococcus mutans merupakan kelompok α-
haemolyticus dan tergolong bakteri Gram positif (+). Streptococcus mutans
bersifat anaerob fakultatif dan non motil (tidak bergerak).6
Klasifikasi ilmiah Streptococcus mutans adalah sebagai berikut:14
Kingdom : Monera
Division : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillus
Family :Streptococcaceae
Genus :Streptococcus
Spesies : Streptococcus mutans
Gambar 2.3 Pewarnaan Gram Streptococcus mutans
(Sumber: http://phil.cdc.gov/PHIL_Images/1043/1043_lores.jpg15
)
8
Karakteristik organisme ini antara lain memiliki pertumbuhan yang
cepat, dapat meragi karbohidrat, dan mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan pH rendah.13
Streptococcus mutans memiliki enzim untuk
meragi karbohidrat seperti Glucosyltransferase (Gtf), Dextranase (Dex), dan
Fruktosiltranferase (Ftf). Masing-masing dari enzim tersebut dapat memecah
sukrosa menjadi glukan, dextran, dan fruktan. Selain itu, organisme ini juga
memiliki protein untuk menghasilkan energi seperti Dextranase A (DexA),
Dextranase B (DexB), Fruktanase, dan Dlt1-4.16,17
Streptococcus mutans
juga memiliki 4 reseptor pengikat glukan yaitu glukan binding protein A
(Gbp A), Gbp B, Gbp C, Gbp D.11
2.1.6 Patogenesis Karies Gigi oleh Streptococcus mutans
Streptococcus mutans memiliki beberapa kemampuan yang dapat
menyebabkan terjadinya karies gigi, yaitu :11
1. Kemampuan berikatan dengan permukaan gigi dan pembentukan plak
2. Memproduksi glukan dan polisakarida lainnya yang dihasilkan dari
karbohirat sehingga mendukung terjadinya akumulasi plak.
3. Menghasilkan asam yang menyebabkan pH menjadi rendah sehingga dapat
mendukung pertumbuhan organisme lain yang mampu hidup di
lingkungan asam.
Patogenesis terjadinya karies gigi diawali dengan pembentukan biofilm
oleh Streptococcus mutans. Biofilm ini yang biasanya dikenal dengan plak
gigi. Perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi terjadi melalui
interaksi antara antigen I/II dengan -galactosides dalam glikoprotein saliva
pada pellicle gigi. Pellicle gigi merupakan suatu membran tipis yang
terbentuk dari protein saliva. Interaksi lain yang dapat meningkatkan
pengikatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi yaitu glucan binding
protein (GBP), serotype carbohydrate dan Gtf. 11,18
9
Pada keadaan terdapatnya sukrosa, Glucosyltransferase (Gtf) dan
Fruktosiltranferase (Ftf) mensintesis glukan dan fruktan dari glukosa dan
fruktosa (setelah pemecahan sukrosa). Glukan dan fruktan yang terbentuk ini
digunakan untuk metabolisme Streptococcus mutans. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk produksi asam ketika tidak ada sukrosa. Streptococcus
mutans memiliki glukan binding protein (Gbp) yang merupakan suatu
reseptor yang memiliki kemampuan untuk mengikat glukan. Gbp berbeda
dengan Gtf. Gtf mempunyai reseptor pengikat sendiri dan juga dapat
berfungsi sebagai reseptor glukan. Hal ini dapat meningkatkan agregasi
Streptococcus mutans.11,18
Streptococcus mutans dapat memetabolisme gula yang menghasilkan
asam seperti asam laktat, asam format, dan asam asetat. Asam laktat
merupakan asam yang paling kuat diantara ketiganya. Ketika pH plak gigi
berada di bawah pH 5,5, keseimbangan antara demineralisasi enamel dan
remineralisasinya terganggu yang mengawali terjadinya karies gigi. Sukrosa
merupakan gula penyebab karies gigi karena dapat diragi menjadi asam
laktat. Sukrosa akan dimasukkan ke dalam sel Streptococcus mutans dan
berakumulasi dalam bentuk sukrosa-6-fosfat yang dihidrolisis menjadi
glukosa-6-fosfat dan fruktosa yang akan dimetabolisme melalui proses
glikolisis. Proses glikolisis tersebut menghasilkan piruvat yang dengan enzim
laktat dehidrogenase diubah menjadi asam laktat. 90% asam piruvat yang
dihasilkan akan diubah menjadi asam laktat.11,18
10
Gambar 2.4 Patogenesis karies gigi oleh Streptococcus mutans. a.
Perlekatan awal Streptococcus mutans pada permukaan gigi. b. Akumulasi
Streptococcus mutans akibat adanya sukrosa sehingga dihasilkan banyak glukan.
c. Produksi asam laktat oleh Streptococcus mutans. (Sumber: Martin et al,. 2006
18)
11
2.1.7 Mekanisme Kerja Antibakteri
Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau
menghentikan pertumbuhan bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antibakteri dibagi menjadi 5, yaitu :
A. Menghambat Sintesis Dinding Sel
Bakteri memiliki dinding sel dengan tekanan osmotik yang tinggi di
dalam sel dan berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan ukuran sel.
Kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis. Dinding sel
bakteri mengandung peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan pada dinding sel
bakteri Gram positif lebih tebal daripada bakteri Gram negatif.20
Senyawa
yang menghambat sintesis dinding sel bakteri meliputi penisilin, sefalosforin,
basitrasin, vankomisin dan sikloserin.20
B. Menghambat Metabolisme Sel
Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Asam
folat tersebut harus disintesis sendiri oleh bakteri dari asam amino benzoate
(PABA). Antibakteri seperti sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat
(PAS) dan sulfon menghambat proses pembentukan asam folat tersebut.20
C. Mengganggu Keutuhan Membran Sel
Membran sitoplasma berfungsi dalam perpindahan molekul aktif dan
menjaga keseimbangan zat di dalam sel. Kerusakan membran sitoplasma
akan menyebabkan keluarnya makromolekul seperti protein, asam nukleat
dan ion-ion penting sehingga sel menjadi rusak.19
Antibiotik yang termasuk
dalam kelompok ini adalah polimiksin.20
12
D. Menghambat Sintesis Protein
Sintesis protein bakteri berlangsung di dalam ribosom. Bakteri memiliki
2 subunit ribosom yaitu ribosom 30S dan ribosom 50S. Kedua komponen ini
akan bersatu menjadi ribosom 70S. Penghambatan pada komponen ribosom-
ribosom tersebut akan menyebabkan gangguan protein sel. Antibiotik yang
dapat menghambat sintesis protein sel antara lain golongan aminoglikosida,
makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.20
E. Menghambat Sintesis Asam Nukleat
Antibiotik yang dapat menghambat sintesis asam nukleat bakteri yaitu
kuinolon. rifampisin, sulfonamide, dan trimetropim. Rifampisin berikatan
dengan enzim polymerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan
DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA
girase pada bakteri.20
2.1.8 Metode Pengujian Antibakteri
Pengujian senyawa antibakteri bertujuan untuk mengetahui besarnya
potensi dan kualitas zat antibakteri. Ada beberapa metode yang dapat
dilakukan dalam menguji senyawa antibakteri, yaitu:
A. Metode Difusi
Pada metode ini, aktivitas zat antibakteri ditentukan dengan mengukur zona
hambat yang terbentuk. Zona hambat tersebut menunjukkan adanya
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh zat antibakteri. Terdapat 3 cara
dalam metode difusi, yaitu :
1. Metode Parit (ditch plate)
Metode ini menggunakan parit yang dibuat pada lempeng agar yang telah
diberi bakteri. Kemudian parit diisikan dengan zat antibakteri yang ingin
diuji. Lempeng agar kemudian diinkubasi dan diamati zona hambat yang
terbentuk pada sekeliling parit.21
13
2. Metode Lubang (healtley cup/punched hole)
Pada metode ini, media agar yang telah diberi bakteri kemudian dibuat
beberapa lubang. Lubang-lubang tersebut diisi dengan berbagai zat
antibakteri yang akan diuji. Setelah media agar diinkubasi, diamati zona
hambat yang terbentuk pada sekeliling lubang.21
3. Metode cakram disc (disc diffusion)
Metode ini banyak digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri.
Metode ini hanya menggunakan sedikit bahan yang diuji. Metode ini
memerlukan petri dish yang mengandung 15-25 ml agar, bakteri kemudian
ditanam di permukaan agar secara merata. Cakram disk yang mengandung
sejumlah bahan yang diuji kemudian ditempatkan di tengah agar dan
diinkubasi selama 24 jam atau lebih. Kemudian dihitung zona hambat
“cleared zone” yang terbentuk disekeliling cakram disk dan dibandingkan
dengan antibiotik standarnya.22
Efektifitas aktivitas antibakteri didasarkan
pada pembentukkan zona hambat yang ditunjukkan pada tabel 2.1.23
Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan
> 20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
< 10 mm Tidak ada
(Sumber : Greenwood.199523
)
14
B. Metode Dilusi
Metode ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi terendah zat
antimikroba yang diuji. Hasil pengamatan dapat diukur dengan Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).21
Metode dilusi ini
terbagi menjadi beberapa cara, yaitu :
1. Metode agar dilusi
Metode agar dilusi merupakan metode yang cepat tanpa membutuhkan
penggunaan alat yang canggih. Pada metode ini, bahan yang diuji
digabungkan ke dalam agar dan kemudian ditanamkan bakteri di
permukaannya. Beberapa konsentrasi bahan yang diuji dapat dibagi dengan
cara membagi permukaan agar menjadi kotak-kotak. Agar tersebut kemudian
diinkubasi dalam 24 jam atau lebih kemudian pertumbuhan bakteri pada
campuran ekstrak-agar dapat dihitung. Metode ini menggunakan sejumlah
besar volume bahan yang diuji dibanding dengan metode disk diffusion.22
2. Metode pengenceran (Broth dilution)
Metode ini menggunakan zat antibakteri yang diencerkan beberapa kali
terlebih dahulu. Kemudian suspensi bakteri dimasukkan ke dalam berbagai
konsentrasi zat antibakteri yang akan diuji pada suatu media cair. Setelah
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 350C, diamati pertumbuhan bakteri
dengan melihat kekeruhan cairan.24
15
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Biakan bakteri
Streptococcus mutans
Ekstrak bawang putih
dalam konsentrasi
25%, 75%, dan 100%
Konsentrasi ekstrak
bawang putih 25%
menghambat
pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans
terkecil
Ekstrak bawang putih
Alisin
Menghambat sintesis protein dan asam
nukleat bakteri
Diallyl disulfide
(DADS)
Diallyl sulfide
(DAS)
Mengubah reaksi senyawa tiol pada enzim
bakteri (alkohol dehidrogenase,
thioredoksin reduktase, tripsin, RNA dan
DNA polimerase)
Gangguan pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans
Konsentrasi ekstrak
bawang putih 75%
menghambat
pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans
sedang
Konsentrasi ekstrak
bawang putih 100%
menghambat
pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans
terbesar
16
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Zona hambat
Streptococcus
mutans
Daerah tidak
ditemukannya
pertumbuhan
bakteri
Streptococcus
mutans pada
sekeliling cakram
disk
Penggaris Diameter
zona
hambat
(mm)
Numerik
2. Konsentrasi
ekstrak
bawang putih
Bawang putih yang
telah dilarutkan
dengan etanol 96%
dengan berbagai
konsentrasi
Mikropipet Jumlah
ekstrak
sesuai
dengan
berbagai
konsentrasi
Kategorik
3. Larutan
kontrol
negatif
Larutan kontrol
negatif yang berisi
etanol 96%
Mikropipet Jumlah
larutan
sebanyak 1
ml
Kategorik
4. Kontrol
positif
Kontrol positif
yaitu berupa kertas
cakram yang berisi
antibiotik
amoksisilin
Tidak ada Jumlah
cakram 1
buat
Kategorik
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratorik
dengan metode disc diffusion untuk melihat pengaruh ekstrak bawang putih
(Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Juni
2013 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses ekstrasi bawang
putih (Allium sativum) dilakukan oleh BALITRO (Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat) Bogor.
3.3 Bahan yang diuji
Bahan yang diuji dalam penelitian ini adalah bawang putih yang dibeli di
pasar Ciputat yang kemudian dijadikan ekstrak menggunakan pelarut etanol
96% yang dilakukan oleh Balai penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(BALITRO) Bogor.
3.4 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang diambil adalah bakteri Streptococcus mutans
yang dibiakkan dalam media agar darah dan diinkubasi dalam suhu 370C
selama 24 jam.
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang putih dengan
konsentrasi 25%, 75%, dan 100%. Variabel terikat adalah pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans di media agar darah.
18
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini, antara lain tabung reaksi,
ose, bunsen, mikropipet, pinset, vortex, cawan petri, korek api, swab
kapas, tisu, rak tabung, penggaris, kamera, baki, autoclave, alat tulis,
label, laminar air flow, inkubator.
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain ekstrak
bawang putih, media agar darah, pelarut etanol 96%, larutan pengencer
thioglikolat, larutan standar 0,5 mF, biakan bakteri Streptococcus
mutans, cakram uji antibiotik amoksisilin, cakram uji kosong.
3.7 Cara Kerja Penelitian
3.7.1 Tahap Persiapan
3.7.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat yang akan digunakan pada penelitian ini dicuci
bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas kemudian
disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dan
tekanan 1,5 atm.
3.7.1.2 Persiapan dan Determinasi Bawang Putih
Bawang putih yang dibeli di pasar Ciputat sebanyak 500 gram.
Bawang putih di determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Bogor untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang akan
digunakan.
19
3.7.1.3 Pembuatan Ekstrak Bawang Putih
Metode yang digunakan pada penelitian ini untuk mengekstrak
bawang putih (Allium sativum) adalah metode maserasi. Pada metode
maserasi ini menggunakan pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 gram bawang
putih terlebih dahulu dikupas kulitnya dan dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 400C. Kemudian dihaluskan hingga
menjadi serbuk kering. Serbuk kering direndam dalam 2 liter pelarut etanol
96% selama 3x24 jam. Kemudian diambil filtratnya dengan penyaringan.
Pengadukan pada metode maserasi dilakukan sebanyak 12 kali selama 15
menit. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan fitrat dari ampas.
Hasil saringan kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sampai
kental. Ekstrak bawang putih disimpan dalam lemari es pada suhu 40
C dan
tidak terkena cahaya matahari langsung.
Gambar 3.1 Hasil ekstrak bawang putih
20
3.7.1.4 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih
Stok konsentrasi ekstrak bawang putih yang divariasikan dengan
menggunakan pelarut etanol 96% yaitu 25%, 75%, dan 100%. Kontrol
negatif yang digunakan adalah pelarut etanol 96% dan kontrol positif
yang digunakan adalah antibiotik amoksisilin, sehingga seluruhnya
berjumlah 5 variabel. Penelitian ini dikerjakan secara triplo. Stok
variabel konsentrasi yang dituangkan dalam 4 cawan petri yang
berbeda diberi cakram uji kosong (1 cawan petri berisi 3 cakram uji
kosong) yang direndam selama 15-30 menit.
3.7.1.5 Pembuatan Stok Bakteri
Pembuatan stok bakteri dilakukan untuk memperbanyak bakteri
dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri
Streptococcus mutans ke dalam media agar darah yang diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam di dalam inkubator.
3.7.2 Tahap Pengujian Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans
1 ose bakteri Streptococcus mutans diambil dan dicampurkan ke
dalam larutan pengencer thioglikolat. Kemudian dihomogenkan dengan
menggunakan vortex dan dibandingkan kekeruhannya dengan larutan
standar 0,5 Mc Farland. Suspensi bakteri Streptococcus mutans
kemudian dioleskan pada media agar darah menggunakan swab kapas
steril. Cakram uji kosong yang telah direndam dalam berbagai
konsentrasi ekstrak bawang putih kemudian diletakkan di atas
permukaan agar darah secara steril di laminar air flow. Kemudian
media agar darah tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C
selama 24 jam. Setelah 24 jam, diukur diameter zona terang (clear
zone) yang terbentuk dengan menggunakan penggaris.
21
3.8 Alur Penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program
SPSS untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang bemakna dari masing-
masing cakram uji yang berisi ekstrak bawang putih dalam konsentrasi 25%,
75%, dan 100%, kontrol negatif serta kontrol positif dalam menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans.
Pada penelitian ini menggunakan analisis data berupa uji hipotesis
komparatif variabel numerik berdistribusi normal lebih dari dua kelompok
tidak berpasangan sehingga yang digunakan adalah One Way Anova. Jika
distribusi data tidak normal, uji One Way Anova tidak dapat digunakan, maka
menggunakan uji nonparametrik berupa Uji Kruskall-Wallis. Analisis Post
Hoc menggunakan uji Mann-Whitney dilakukan untuk menentukan pada
konsentrasi mana yang memiliki kebermaknaan.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans
Pada penelitian ini terbukti bahwa ekstrak bawang putih dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (Gambar 4.2).
Berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih (25%, 75% dan 100%) telah
diteliti. Didapatkan hasil bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak bawang
putih maka akan semakin besar hambatan pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans (Tabel 4.1). Konsentrasi ekstrak bawang putih 100%
lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
dibandingkan konsentrasi lainnya.
Gambar 4.1 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus mutans pada agar darah
23
Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans
Perlakuan Rata-rata Zona Hambat
(mm)
Standar Deviasi
Konsentrasi ekstrak
bawang putih 25%
8,33 0,58
Konsentrasi ekstrak
bawang putih 75%
10 0
Konsentrasi ekstrak
bawang putih 100%
12 1
Kontrol (+) Amoksisilin 33,67 0,58
Kontrol (-) Etanol 96% 0 0
4.1.2 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dengan Uji Kruskall-
Wallis dan Mann-Whitney
Dilakukan uji statistik pengaruh ekstrak bawang putih terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan uji komparatif variabel
numerik. Data yang didapatkan tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya
uji One Way Anova karena distribusi data tidak normal, maka menggunakan
uji Kruskall-Wallis.25
Kemudian dilakukan analisis Post Hoc dengan uji
Mann-Whitney. Pada uji Kruskall-Wallis dan uji Mann-Whitney didapatkan
hasil bermakna karena p<0,05. Dapat dikatakan bahwa ekstrak bawang
putih memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans dan konsentrasi ekstrak bawang putih 100% lebih
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
dibandingkan konsentrasi lainnya (Tabel 4.2).
24
Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney
Perlakuan Konsentrasi
25% Konsentrasi
75% Konsentrasi
100% Kontrol (-) etanol 96%
Kontrol (+)
amoksisilin
Konsentrasi
25% 0.034* 0.046* 0.034* 0.043*
Konsentrasi
75% 0.037* 0.025* 0.034*
Konsentrasi
100% 0.037* 0.046*
Kontrol (-) etanol 96% 0.034*
Kontrol (+)
amoksisilin
4.2 Pembahasan Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus mutans
Pada pengujian didapatkan hasil bahwa bawang putih pada konsentrasi
ekstrak bawang putih 25%, 75% dan 100% memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Streptococcus mutans. Namun, efektifitas bawang putih tersebut
masih tergolong lemah berdasarkan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan
bakteri.23
Menurut Borhan-Mojabi et al., (2012) yang melakukan penelitian dengan
membandingkan efektivitas berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih dalam
mengurangi bakteri pada saliva mulut menunjukkan hasil bahwa konsentrasi
ekstrak bawang putih 40% dalam 60 detik lebih efektif daripada konsentrasi
ekstrak bawang putih 70% dalam 30 detik.3 Pada penelitian Borhan-Mojabi et
al., (2012) tersebut berbeda dengan penelitian ini karena menggunakan
metode dilusi sedangkan penelitian ini menggunakan metode disk difusi.
Namun, dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Alisin yang terkandung dalam
ekstrak bawang putih memiliki aktivitas sebagai antibakteri dengan
25
menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein yang penting untuk
pertumbuhannya.3
Penelitian lain yang dilakukan oleh Fani et al., (2007) mengenai aktivitas
hambatan ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
menggunakan metode disc diffusion dan broth dilution didapatkan hasil
bahwa ekstrak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Multidrug Resistence Streptococcus mutans dengan rentang Konsentrasi
Hambat Minimal 4-32 μg/ml pada metode broth dilution dan rentang zona
hambat terkecil sebesar 22-26 mm pada metode disc diffusion. Hasil yang
didapatkan pada penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena
dipengaruhi oleh perbedaan jenis bawang putih yang diuji, media
pertumbuhan bakteri, konsentrasi ekstrak yang diuji, dan pelarut yang
digunakan dalam ekstrak.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan selama proses
penelitian, yaitu:
1. Pada penelitian ini tidak menggunakan konsentrasi ekstrak bawang putih
50%.
2. Tidak diukurnya jumlah kadar bahan aktif pada ekstrak bawang putih yang
digunakan pada penelitian.
3. Bakteri Streptococcus mutans yang digunakan pada penelitian ini tidak
diketahui secara spesifik strainnya.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pada penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) dengan metode disc diffusion dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan zona
hambat rata-rata konsentrasi 25% sebesar 8,33 mm, konsentrasi 75%
sebesar 10 mm, dan konsentrasi 100% sebesar 12 mm.
2. Efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap Streptococcus
mutans tergolong respon lemah.
3. Hasil uji statistik berupa uji Kruskall-Wallis dan uji Mann-Whitney
menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih memiliki pengaruh dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan konsentrasi
100% ekstrak bawang putih lebih efektif dibandingkan konsentrasi
lainnya.
5.2 Saran
Setelah dilakukannya penelitian ini, maka disarankan untuk penelitian
selanjutnya :
1. Dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakteri
bawang putih terhadap bakteri patogen lainnya.
2. Dapat melakukan penelitian mengenai bahan aktif bawang putih yang
secara spesifik memiliki aktivitas antibakteri.
3. Dapat melakukan penelitian dengan uji aktivitas antibakteri bawang putih
terhadap Streptococcus mutans secara in-vivo.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Safithri. Aktivitas antibakteri bawang putih (Allium sativum) terhadap bakteri
mastitis subklinis secara in vitro dan in vivo pada ambing tikus putih (Rattus
novergicus) [tesis]. Bogor : Sekolah pascasarjana IPB ; 2004
2. Tsao SM, Yin MC. In vitro antimicrobial activity of four diallyl sulphides
occurring naturally in garlic and Chinese leek oil. J Med Microbiol. 2001;
50: 646 – 649.
3. Borhan-Mojabi K, Shari_ M, Karagah T, Karimi H. Efficacy of Different
Concentrations of Garlic Extract in Reduction of Oral Salivary
Microorganisms. Arch Iran Med. 2012; 15(2): 99 - 101.
4.
Calvin, Joshua. Daya Antimikroba infusium kismis terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans in vitro [skripsi]. Jakarta : FKG UI; 2008.
5.
Balitbangkes. Laporan SKRT 2004. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2005.
6. Fani, M., Kohanteb, J., Dayaghi, M., Inhibitory activity of garlic (Allium
sativum) extract on multidrug-resistant Streptococcus mutans. J Indian Soc
Pedod Prevent Dent; 2007.
7. Butt M.S., Sultan M.T,.et al. Garlic: nature’s protection against
physiological threats. Critical reviews in food science and nutrition. 2009:
49:6: 538-551.
8. Meyers, Michelle. Garlic: an herb society of America guide. The herb society
of America. 2006.
9. Cobas A., Soria A., Martinez M.,and Villamiel, M. A comprehensive survey
of garlic functionally. Nova Science Publishhers,Inc. 2010: 1-60.
10. Longo, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 18th
ed. USA:
Mc Graw-Hill. 2012.
11. Lamont, R.J., Jenkinson H.F. 2010. Oral microbiology at a glance. USA:
Wiley-Blackwell.
12. Berkowitz RJ. Mutans streptococci: Acquisition and transmission. Pediatr
Dent 2006;28(2):106-9.
13. Beena Antony, et al. Semiquantitation and characterization of streptococcus
mutans from patients under going orthodontic treatment. J. Biosci Tech, Vol
1 (2).2010. 59-63.
28
14. Samaranayake L. Essential microbiology for dentistry. 3rd
ed. USA: Churchill
Livingstone Elsevier; 2006.
15. Central for Disease Control and Prevention. Public Health Image Library.
(cited 23 Agustus 2013). Available from : URL :
http://phil.cdc.gov/phil/details.asp?pid=1043
16. Smith DJ. Caries vaccines for the twenty-first century. Journal of Dental
Education 2003; 67(10): 1130–7.
17. Idone V, Brendtro S, Gillespie R, Kocaj S, Peterson E, Rendi M, Warren W,
Michalek S, Krastel K, Cvitkovitch D, Spatafora G. Effect on orphan respon
regulator on Streptococcus sucrose-dependent adherence and cariogenesis.
Infect Immune 2003; 8(71): 4351–60.
18. Martin A. Taubman & David A. Nash. The scientific and public-helath
imperative for a vaccine against dental caries. Nature Reviews Immunology
6: 2006:555-563.
19. Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's
Medical Microbiology. 24th
Ed. USA : Mc Graw Hill. 2007 ; 224 – 7.
20. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
2007.
21. V. O. Agbor, L. Ma’ori1 dan S. O. Opajobi1. Bacterial Resistance to
Cephalosporins in Clinical Isolates in Jos University Teaching Hospital
(JUTH). New York Science Journal 2011;4(9):46-55.
22. Ahmad, Iqbal, et al. Modern Phytomedicine: turning medical plants into
drugs. German: Wiley-VCH. 2006.
23. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and
Chemotheraphy. USA : Mc Graw Hill Company. 1995.
24. Jorgensen, James H and Ferraro, Mary J. Antimicrobial Susceptibility
Testing: A Review of General Principles and Contemporary Practices.
Infectious Diseases Society of America; 2009.
25. Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika; 2009.
29
LAMPIRAN 1
(Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bahan)
30
LAMPIRAN 2
(Surat Hasil Determinasi Tumbuhan)
31
LAMPIRAN 3
(Data Hasil Uji Statistik)
1. Normalitas Data Seluruh Cakram Uji
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
zona hambat .293 15 .001 .791 15 .003
2. Varians Data Seluruh Cakram Uji
Test of Homogeneity of Variances
zona hambat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.273 4 10 .058
3. Uji Kruskal Wallis
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank
zona hambat K(+) 3 14.00
konsentrasi 100% 3 11.00
konsentrasi 75% 3 8.00
konsentrai 25% 3 5.00
K(-) 3 2.00
Total 15
Test Statisticsa,b
zona hambat
Chi-Square 13.745
Df 4
Asymp. Sig. .008
32
4. Uji Mann-Whitney
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat konsentrasi 100% 3 5.00 15.00
konsentrasi 75% 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.087
Asymp. Sig. (2-tailed) .037
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat konsentrasi 100% 3 5.00 15.00
konsentrai 25% 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
33
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat konsentrasi 75% 3 5.00 15.00
konsentrai 25% 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat K(+) 3 5.00 15.00
konsentrasi 100% 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
34
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat konsentrasi 100% 3 5.00 15.00
K(-) 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.087
Asymp. Sig. (2-tailed) .037
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat K(+) 3 5.00 15.00
konsentrasi 75% 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat konsentrasi 75% 3 5.00 15.00
K(-) 3 2.00 6.00
Total 6
35
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi
ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat K(+) 3 5.00 15.00
konsentrai 25% 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi
ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat konsentrai 25% 3 5.00 15.00
K(-) 3 2.00 6.00
Total 6
36
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Ranks
konsentrasi
ekstrak N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat K(+) 3 5.00 15.00
K(-) 3 2.00 6.00
Total 6
Test Statisticsb
zona hambat
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
37
LAMPIRAN 4
(Alat dan Bahan Penelitian)
inkubator autoclave
vortex laminar air flow
38
LAMPIRAN 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rina Karina
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Februari 1992
Alamat : Jl. Rambutan IV no. 41 Perum Pesona Kutabaru
Pasar Kemis Tangerang
Email : [email protected]
No.Telpon : 085691303338
Riwayat Pendidikan
1996 - 1997 : TK Anggrek Tangerang
1997 - 1998 : SD Negeri 1 Tangerang
1998 - 1999 : SD Negeri Wamena, Irian Jaya
1999 - 2000 : SD Negeri Bhayangkara Jayapura, Irian Jaya
2000 - 2001 : SD Negeri Bekasi Jaya 6
2001 - 2004 : SD Negeri Sukatani 6 Cimanggis Depok
2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Tangerang
2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Tangerang
2010 - sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1
27
28