efektifitas komunikasi organisasi kepemimpinan di...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI KEPEMIMPINAN DI
KANTOR WALIKOTA TANGERANG DALAM MENERAPKAN MOTTO
AKHLAKUL KARIMAH
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OLEH :
RIZAL FIKRI109051000239
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2014
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI
KEPEMIMPINAN DI KANTOR WALIKOTA TANGERANG DALAM
MENERAPKAN MOTTO AKHLAKUL KARIMAH telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 19 Agustus 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Jakarta, 19 Agustus 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Rachmat Baihaky, MA Ahmad Fatoni, S.Sos.INIP. 19761129200912 1 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Masran, MA Umi Musyarrofah, MANIP. 196012021995031001 NIP. 19710816 199703 2002
Pembimbing
Drs. S. Hamdani, MA
NIP. 19550309 199403 1 001
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Tiada kata yang patut kita lantunkan
selain puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan limpahan anugerah dan
ni’mat yang tak terukur kepada peneliti, tak terasa amanat menuntut ilmu yang
disokongkan oleh kedua orangtua kepada penulis telah sampai hingga perguruan
tinggi ditandai dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai
gelar sarjana strata satu (S1).
Segala kelancaran penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini merupakan
suatu anugerah yang diberikan oleh-Nya. Sehingga dapat memulai dan
menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta para
sahabatnya. Amin
Skripsi ini disusun atas bekal ilmu pengetahuan yang sangat terbatas
sehingga tanpa bantuan dan bimbingan serta petunjuk dari beberapa pihak akan
sulit bagi penulis untuk menyelsaikannya. Peneliti menyadari bahwa banyak
kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri peneliti khususnya pada
penyelesaian skripsi ini.
Namun Allhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya
peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak terwujud sendirinya
melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun
materiil, sehingga banyak ucapan terima kasih peneliti ucapkan.
Pada kesempatan ini peneliti sangat perlu menghaturkan dan mengucapkan
rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang terkait yang
dengan begitu ikhlasnya telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Rasa terima kasih yang sangat dalam kami haturkan kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum, dan Pembantu Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi
3. Bapak Rachmat Baihaky, MA Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam
4. Ibu Fita Faturrohmah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam yang telah membantu penulis menyelesaikan
perkuliahan ini
5. Bapak Drs. S. Hamdani, MA, yang telah memberikan bimbingan dan
arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini
6. Bapak Fauzun,Lc, MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
memandu dan memberikan masukan dan arahan sejak pertama kuliah
hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
7. Bapak Drs.Masran, MA dan Ibu Umi Musyaroffah, MA selaku Penguji
I dan Penguji II, terima kasih atas kesediaannya menguji skripsi ini
8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, dan wawasan serta kontribusi yang tak
ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tidak akan
terputus. Dan tidak lupa kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, juga para staff perpustakaan fakultas yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di
kampus ini
9. Kepada seluruh karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan kepada penulis
selama menjalani studi di Kampus ini
10. Bapak H. Wahidin Halim dan Segenap Pegawai di Kantor Walikota
Tangerang yang telah membantu dan mempermudah penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
11. Keluarga Besar Alm. Mandor Satrih dan Alm. Idris. Bapak
Rohmatullah dan Ibu Nurhayati tercinta yang dengan kasih sayangnya
tak pernah lelah dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dan
selalu memberikan motivasi, do’a dan berkoban secara moril dan
materil. Goresan tinta ini tidak akan mampu mewakili besarnya
perjuangan kalian...terima kasih Bapak dan Ibu.
12. Adik-adik tercinta : Nadia Karimah, Amalia Husnayaini, M. Aufa
Akmal. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Maju Terus
PANTANG MUNDUR
13. Sahabat-sahabat KPI G angkatan 2009, serta semua mahasiswa KPI
angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan ikatan
persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di masa kuliah,
kebahagiaan serta keakraban sert keakraban yang tidak terlupakan
14. Nuraini yang selalu bersedia Membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini...Semoga S1’nya cepat selesai.
15. Kawan-kawan tercinta dan seperjuangan Realita terima kasih atas
dukungan, semangat, dan pengalamnnya
Akhir kata hanya do’a dan harapan yang bisa penulis panjatkan, semoga
kebaikan kalian senantiasa dibalas oleh Allah SWT dengan Limpahan Karunia
dan Keberkahan bagi kita semua. Amin Amin Yaa Robbal Aallamin.
Jakarta, Agustus 2014
Rizal Fikri
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6
E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas ........................................................................... 13
2. Pengukuran Efektifitas.......................................................................... 14
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi......................................................................... 16
2. Unsur-unsur Komunikasi ...................................................................... 17
3. Model Komunikasi ............................................................................... 19
C. Organisasi
1. Pengertian Organisasi ........................................................................... 21
2. Elemen Organisasi................................................................................ 22
3. Fungsi Organisasi ................................................................................. 24
D. Pengertian Komunikasi Organisasi ............................................................. 25
E. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan.................................................................... 27
2. Fungsi Kepemimpinan.......................................................................... 28
3. Gaya Kepemimpinan ............................................................................ 29
F. Pengertian Akhlakul Karimah .................................................................... 30
G. Efektifitas Komunikasi Organisasi Pemerintahan ....................................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG
A. Profil Walikota Tangerang ......................................................................... 34
B. Sejarah Kota Tangerang ............................................................................. 36
C. Letak Geografis Kota Tangerang................................................................ 37
D. Visi dan Misi Kota Tangerang.................................................................... 38
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota
Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013 ................................. 44
B. Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang
di era Wahidin Halim Periode 2008-2013................................................... 47
C. Efefktifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan dalam penerapan
Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang di era
Wahidin Halim Periode 2008-2013 ............................................................ 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 53
B. Saran-Saran................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57LAMPIRAN
ABSTRAK
Rizal FikriEfektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Tangerang dalam menerapkan Motto Akhlakul Karimah
Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab dengan komunikasi manusia bisa saling berinteraksi dan saling bertukar informasi dalam kehidupan sehari-hari. Tiada hari tanpa berkomunikasi. Komunikasi juga ikut berperan serta dalam berjalannya sebuah organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka akan sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Namun, untuk menciptakan sebuah organisasi yang baik dan juga untuk mencapai tujuan secara maksimal diperlukan metode komunikasi yang baik agar tercipta komunikasi yang efektif dan efisien.
Dalam sebuah organisasi dibutuhkan pola komunikasi yang baik untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien. Komunikasi efektif dan efisien dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pola komunikasi antara atasan dengan bawahan (Down Ward), Bawahan dengan atasan (Up Ward), dan komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi juga berperan dalam menentukan efektifitas organisasi.
Suharto menerangkan efktifitas merupakan keterangan yang menjelaskan ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Hasil yang semakin mendekati sasaran atau tujuan berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.
Oleh karena itu, maka timbul beberapa masalah yang diangkat oleh penulis. Pertama, Bagaimana Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah?, Kedua, Bagaimana Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim?, Ketiga, Bagaimana Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim?
Metode yang digunakan dalam mencari dalam mencari dan mengumpulkan data adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara melakukan pengamatan lapangan, wawancara dan dokumentasi di Kantor Walikota Tangerang.
Dari data yang ditemukan Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim sudah berjalan dengan efektif, hal ini dapat dilihat dari sikap saling menghargai sesama pegawai dan komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pegawai. Pada dasarnya keberhasilan sebuah organisasi tidak lepas dari keberhasilan seorang pemimpin dalam membangun komunikasi yang efektif dan efisien.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya.
Agar dapat berkembang, manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya.
Hubungan yang baik akan diperoleh dengan komunikasi yang baik pula. Oleh
karena itu manusia melakukan komunikasi untuk mendapat hubungan atau ikatan
yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat penting.
Bukan hanya dalam kehidupan bermasyarakat namun juga dalam kehidupan
organisasi. Tiada hari tanpa komunikasi, kehidupan manusia akan hampa jika
tidak ada komunikasi. Tidak akan terjadi interaksi antara manusia secara
perorangan, kelompok, atau organisasi jika tidak ada komunikasi.
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi
juga sebagai proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi
dari seseorang kepada yang lain. Dalam buku Jalaludin Rahmat dan Deddy
Mulyana, Komunikasi didefinisikan sebagai :
“suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Komunikasi akan lengkap bila penerima pesan yang dimaksud mempersepsi perilaku yang disandi, harus dimasukan semua stimuli sadar-tidak sadar, sengaja-tidak sengaja, verbal, nonverbal, dan kontekstual
yang berperan sebagai isyarat-isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan .”1
Sejak manusia mengenal kehidupan sosial, timbul suatu masalah yang
harus diselesaikan bersama sebab manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial,
karena setiap manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain.
Dengan berkomunikasi, manusia dapat salingh berhubungan antara satu dengan
yang lain baik di dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di
pasar, dimana saja dia berada.
Komunikasi juga dibutuhkan dalam kehidupan berorganisasi karena
merupakan poros utama dalam menentukan berjalan atau tidaknya sebuah
organisasi. Barry Cushway dan Derek Lodge dalam buku Redi Panuju
menggambarkan “fungsi komunikasi dalam organisasi yang menggambarkan
suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-
orang yang bekerja di dalam organisasi.”2 Organisasi merupakan suatu kerangka
hubungan yang berstruktur di dalamnya dan berisi wewenang, tanggung jawab,
dan pembagian tugas untuk menjalankan fungsi tertentu.
Redding dan Sanborn dalam buku Arni Muhammad mengatakan “bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi orang-orang yang sama level atau tingkatannya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program.”3
1 Jalaludi Rahmat dan Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009),h.142 Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, (Yogyakarta : Pustaka Fajar, 2001), Cet ke-1, h. 2 3 Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, h. 6
Di dalam lingkungan organisasi formal maupun nonformal selalu ada
seseorang yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Seseorang yang
memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai
pengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti ini disebut pemimpin. Dari kata
pemimpin itulah muncul istilah kepemimpinan setelah melalui proses yang
panjang.
Dari sisi bahasa kepemimpinan adalah leadership yang berasal dari kata
leader. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan
dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana, atau proses
membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota
kelompok.
Pemimpin dan kepemimpinan dalam perspektif Islam adalah sesuatu yang
penting dalam Islam. Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah
yang berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah saw wafat
menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan amir ( Jamaknya
Umara ) atau penguasa. Oleh karen itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia
disebut Pemimpin Formal.
Dalam penelitian ini peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang
komunikasi organisasi di Kantor Walikota Tangerang Pada era H. Wahidin Halim
periode 2008-2013 yang memiliki motto Akhlakul Karimah. Tidak mudak dalam
menerapkan Akhlakul Karimah dalam kehidupan di Kota Tangerang, dibutuhkan
usaha yang maksimal agar motto Akhlakul Karimah dapat terealisasi terutama
untuk meningkatkan kinerja pegawai di dalam lingkungan Kantor Walikota
Tangerang guna menjadi pemerintahan yang memiliki Akhlakul Karimah sesuai
dengan motto yang diterapkan.
Dalam menerapkan Akhlakul Karimah tentu di butuhkan komunikasi yang
efektif dan efisien atara atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan, dan
sesama pegawai. Dengan komunikasi yang efektif dan efisien segala informasi
dan pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik dan mudah dimengerti.
Dengan komunikasi yang efektif dan efisien pula akan tercipta sikap saling
menghargai antara sesama pegawai, baik itu antara atasan dengan bawahan,
bawahan dengan atasan, atau pegawai sesama pegawai.
Berdasarkan permasalahan di atas, terdapat daya tarik sendiri bagi penulis
untuk meneliti dan mengetahui tentang bagaimana “Efektifitas Komunikasi
Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Tangerang Pada era H.
Wahidin Halim dalam Menerpakan Motto Akhlakul Karimah.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk membatasi penelitian ini agar tidak terlalu meluas, maka peneliti
memberi bataan hanya berfokus pada “Komunikasi Organisasi Kepemimpinan
Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul
Karimah.” Adapun yang dimaksud kepemimpinan di Kota Tangerang adalah
Kepemimpinan Walikota Kota Tangerang Periode 2008-2013.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota
Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto
Akhlakul Karimah?
b. Bagaimana Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota
Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim?
c. Bagaimana Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto
Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang pada Era H.
Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapaic pada
penelitian ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor
Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam
menerapkan motto Akhlakul Karimah
b. Untuk mengetahui penerapan motto Akhlakul Karimah di Kantor
Walikota Tangerang
c. Untuk mengetahui Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan
di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim
dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberi tambahan
referensi bagi studi komunikasi selanjutnya dan diharapkan mampu
memberikan gambaran umum tentang komunikasi organisasi.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi
awal bagi penelitian selanjutnya mengenai pembahasan tentang
komunikasi organisasi serta dapat memenuhi kebutuhan khalayak
mengenai informasi tentang komunikasi organisasi.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa literature
buku untuk membantu penyusunan skripsi ini diantaranya buku tentang
Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Lexy J.Moleong dan buku
Deddy Mulyana tentang Metodologi Penelitian Kualitatif. Selain itu peneliti
juga mendalami beberapa buku yang fokus untuk membahas skripsi ini
diantaranya buku yang ditulis Redi Panuju tentang Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi, Komunikasi Organisasi dari Konseptual ke Empirik,
Buku Arni Muhammad tentang Komunikasi Organisasi.
Sebelum menentukan judul skripsi ini, peneliti juga melakukan tinjauan
pustaka ke Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pada hasil tinjauan
tersebut peneliti menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan skripsi
yang diteliti, yaitu :
“Komunikasi Organisasi Nurmahmudi Ismail sebagai Walikota Depok dalam
Implementasi Kebijakan Publik” oleh Januar Azhari Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2008
“Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
Kampung Utan Tangerang Selatan ” Oleh Dian Novianti Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2006
“Efektifitas Lembaga Dakwah Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Provinsi DKI Jakarta Melalui Program Masabaqah Tilawati Qur’an Tahun
2009” Oleh Silma Muasuli Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010
Adapun kesamaan skripsi yang penulis buat dengan skripsi sebelumnya
adalah sama-sama membahas tentang Komunikasi Organisasi dan tentang
Efektifitas dalam Organisasi. Adapun perbedaan antara skripsi yang dibuat
dengan skripsi sebelumnya terletak pada subjek dan objek penelitian.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Kualitatif. “Penelitian
Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaki yang diamati.”4 “Metode
deskriptif kualitatif merupakan langkah-langkah yang melakukan representasi
objek tentang semua informasi. Dengan kata lain metode ini tidak terbatas
pada pengumpulan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang
arti dari data tersebut.”5 Dengan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif,
data yang telah diperoleh dari penelitian (berbentuk lisan dan tulisan)
dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber untuk memperoleh keterangan,
sedangkan objek penelitian adalah sesuatu yang diteliti.6 Dalam penelitian ini
yang menjadi subjek penelitian adalah H. Wahidin Halim selaku Walikota
Tangerang dan Rohmatullah salah satu pegawai di Kota Tangerang.
Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah Efektifitas Komunikasi
Organisasi di Kantor Walikota Tangerang.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober 2013-April 2014 Bertempat
di Kantor Walikota Tangerang dan Kediaman H. Wahidin Halim di Jl. H.
Djiran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang provinsi Banten.
4 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1999), Cet ke-1, h.138 5Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h.246 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1998), h.30
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghasilkan penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data
dengan teknik, antara lain :
a. Observasi, adalah pengamatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh
informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan,
dengan observasi akan diperoleh sebuah gambaran yang jelas tentang
kenyataan. 7 Dalam hal ini peneliti meneliti melakukan kunjungan ke
Kantor Walikota Tangerang dan mengamati kelakuan para pegawai di
Kantor Walikota Tangerang ketika mereka bertemu satu sama lain.
b. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung tatap muka antara penanya dan narasumber menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (Paduan wawancara). 8 Hasil
pembicaraan direkam dengan voice recorder, yang kemudian di transcript
ke dalam bentuk tulisan. Adapun yang di wawancarai adalah bapak H.
Wahidin Halim Selaku Walikota Tangerang 2008-2013 dan Pegawai Kota
Tangerang dan Adapun yang menjadi bahan wawancara adalah hal-hal
yang terkait dengan penerapan akhlakul karimah di kantor walikota
tangerang.
c. Dokumentasi, adalah studi dokumen berupa data tertulis yang
mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena
yang aktual.9
7 Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 1068 M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), h.639 Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah dengan Penelitian Kualitatif, (Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2006), h. 63
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, data-data yang telah dikumpulkan
dioleh melalui beberapa tahap yaitu dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Setelah itu
langkah selanjutnya adalah membuat abstrak dengantujuan membuat
rangkuman inti.
“menurut Bogdan & Biklen dalam Buku Lexy J. Moleong mengatakan Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang bisa dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakankepada orang lain.”10
Dalam penulisan ini, penulis mengambil kesimpulan yang benar melalui
proses pengumpulan, penyusunan, penyajian, dan penganalisisan data hasil
penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu penulis berusaha menganalisis
data berupa kata-kata. Setelah itu penulis berusaha menganalisis data yang
berupa kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Centre
for Quality Development an Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007.
10 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2013), h. 248
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih terarah dalam pembahasan dan gambaran sedrhana agar
memudahkan penulisan penelitian ini, maka penulis membuat sistematika
penulisan yang tersusun dalam lima bab, yang masing-masing memiliki sub-
sub dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULAUAN
Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini memuat tentang :
A. Konsep Dasar Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
B. Pengukuran Efektifitas Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
2. Unsur-unsur Komunikasi
3. Model Komunikasi
C. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
2. Elemen Organisasi
3. Fungsi Organisasi
D. Pengertian Komunikasi Organisasi Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Fungsi Kepemimpinan
3. Gaya Kepemimpinan
E. Pengertian Akhlakul Karimah
F. Efektifitas Komunikasi Organisasi Pemerintahan
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG
Yang termasuk dalam Bab ini adalah : A) Profil Walikota Tangerang, B)
Sejarah Kota Tangerang, C) Letak dan Geografis Kota Tangerang, D) Visi dan
Misi Kota Tangerang
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada Tahap ini meliputi : a) Bagaimana Komunikasi Organisasi
Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin
Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah, b) Bagaimana Penerapan
Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H.
Wahidin Halim, c) Bagaimana Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam
penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian pembahasan
penelitian ini. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran mengenai
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Efektifitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
efektif, yang diartikan dengan : a) adanya efek (akibat, pengaruh, kesan), b)
manjur atau mujarab, c) dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha,
tindakan). 1 Efektifitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau tidak. Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menuliskan “bahwa efektifitas adalah
keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan) setelah melakukan
sesuatu.”2 Efektifitas menunjukan pada keberhasilan dari segi tercapai atau
tidaknya sasaran yang telah diterapkan. Hasil yang semakin mendekati sasaran
berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.
Mengenai Pengertian Efektifitas beberapa ahli berpendapat :
a. Dennis Mc.Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari kata
efektif, artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat
diterimanya suatu pesan dan perubahan terjadi dari segi hubungan antara
keduanya yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.3
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Balai Pustaka, 1996), h.219 2Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan (P3B), Depdikbud, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet ke-7, h.2503Dennis Mc.Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar (Jakarta : Erlangga, 1992), h.281
b. Peter F.Druckler, salah satu tokoh yang memberikan perhatian besar
terhadap efektifitas mengatakan bahwa efektiftitas itu dapat dan harus
dipelajari secara sistematis, sebab efektifitas bukanlah bentuk sebuah
keahlian yang lahir secara alamiah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan
melalui sebuah rangkaian kerja, latihan intens, terarah dan sistematis,
bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreatifitas.4
c. Suharto menerangkan bahwa efektifitas merupakan keterangan yang
menjelaskan ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.5
Dalam berbagai pengertian di atas menunjukan bahwa efektifitas
merupakan suatu tingkat keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil yang semakin mendekati sasaran atau tujuan
berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.
2. Pengukuran Efektifitas
Menurut FX Suwarto dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat
keefektifan , terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran keefektifan,
dianataranya, yaitu :
a. Pendekatan Tujuan yaitu yang menekankan pada pentingnya
pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. Pendekatan
ini digunakan secara luas dalam usaha mengevaluasi dan mengukur
tingkat keefektifan, dalam praktek pendekatan menurut tujuan yang
banyak digunakan adalah manajemen berdasarkan sasaran
(management by objective) adalah suatu program yang mencakup
tujuan-tujuan yang khas yang ditentukan secara partisiatif, untuk suatu
4Peter F. Druckler, Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h.5
5Hasan Shadly,Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : Gramedia, 1990), Cet ke-8, h.207
kurun waktu tertentu dengan umpan balik mengenai kemajuan-
kemajuan tujuan organisasi tersebut.
b. Pendekatan Teori Sistem, yaitu pendekatan yang menekankan
pentingnya adaptasi tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian
keefektifa. Dalam pendekatan teori sistem ini dapat dilihat secara
intern dan ekstern, intern yaitu meilhat bagaimana manfaat orang dan
organisasi, sedangkan ekstern yaitu dapat menghubungkan transaksi
organisasi dengan orang atau lembaga.6
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan teori sistem untuk
menyelesaikan tulisan ini. Dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai satu
dari sejumlah elemen yang saling bergantung. Aliran Input dan Output merupakan
titik awal menggambarkan organisasi. Organisasi menggunakan sumber daya
yang lebeih besar, memproses sumber daya, dan mengembalikannya dalam
bentuk yang telah diubah.
Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapainya tindakan
sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang mungkin mendekati sasaran berarti
makin tinggi efektifitasnya. Mengarahkan kerja sesuai dengan maksud dan tujuan
merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang mampu
melahirkan efektifitas secara keseluruhan.
Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka efektifita yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
fungsi dan menghasilkan tujuan yang diharapkan tercapai.
6FX Suwarto, Perilaku Organisasi (Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 1999), Cet ke-1,
h.5-7
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi istilah kata komunikasi merupakan terjemahan dari
bahasa inggris yaitu, Communication, berasal dari bahasa latin Communicare,
yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata Communication juga
bersumber dari bahasa latin yaitu Communicatio yang berarti sama atau kesamaan
arti. ”Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa
komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang atau bahasa yang
mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang
menerima pesan.”7
Sedangkan pengertian komunikasi secara terminology adalah proses
pertukaran arus informasi yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan media sebagai alat penunjang keefektifan komunikasi
dengan maksud menghasilkan effect yang diterima oleh para pelaku organisasi
tersebut.
“Arni Muhammad juga menyimpulkan pengertian komunikasi merupakan pertukaran pesan dan informasi antara komunikator dengan komunikan yang terjadi pada seorang individu, kelompok, atau berupa organisasi melalui pesan verbal dan non verbal dengan tujuan untuk merubah tingkah laku para pelaku komunikasi dalam aspek berupa kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.”8
Dari uraian kesimpulan definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa pada
hakikatnya komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi antara individu melalui
proses penyampaian pesan verbal maupun non verbal berupa ide, gagasan, opini,
7Roudhonah,Ilmu Komunikasi (Jakarta : UIN Jakarta Press), h.198Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Cet ke-12,
h.4-5
dan berfokus untuk mempengaruhi tingkah laku individu tersebut agar tercapai
tujuan bersama.
2. Unsur-unsur Komunikasi
a. Komunikator
Komunikator memiliki peran penting dalam komunikasi karena mengerti
atau tidaknya komunikan tergantung cara penyampaian seorang komunikator.
“komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni sebagai orang yang
memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, orang
yang menerima pesan adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni
menerjemahkan lambang-lambang pesan konteks pengertiannya sendiri.”9
Persamaan makna dalam proses komunikasi sangat bergantung pada
komunikator, maka dari itu terdapat syarat-syarat yang diperlukan oleh
komunikator, diantaranya :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya2. Kemampuan berkomunikasi3. Mempunyai pengetahuan yang luas4. Sikap5. Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikannya.10
b. Pesan
Adapun yang dimaksud pesan dalam komunikasi adalah suatu informasi
yang dikirimkan kepada si penerima. “pesan adalah suatu gagasan atau ide,
9Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi (Yogyakarta : Al-Amin
Press,1996), Cet ke-11, h.5910Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, h.60
informasi, pengalaman, yang telah dituangkan dalam lambang untuk disebarkan
kepada pihak lain.”11
Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya :
1. Informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri
2. Persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri
3. Koersif, yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.12
c. Media
Media adalah sarana yang digunakan oleh seorang komunikator untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan atau sarana yang digunakan oleh
komunikan atau sarana yang digunakan oleh komunikan untuk memberikan
feedback kepada seorang komunikator. “medium adalah alat yang digunakan
untuk berkomunkasi, agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih
banyak dan luas. Media ini bersifat nirmasa, seperti : telepon, HP, dan lainnya,
dan adapula yang bersifat media massa seperti : tv, radio, koran, dan film.”13
d. Komunikan
Komunikan bisa diartikan sebagai penerima pesan. Penerima pesan adalah
yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
Sebagai komunikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi
11 Roudhonah,Ilmu Komunikasi (Jakarta : UIN Jakarta Press), h.4512H.A.W Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara,
1997), Cet Ke-3,h.14 13Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta : UIN Jakarta Press), h.46
2. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan itu sesuai dengan tujuannya
3. Pada saat pengambilan keputusan, ia sadar keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya
4. Ia mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik.14
3. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah representasi dari suatu fenomena dengan
menonjolkan unsur-unsur penting dari fenomena tersebut. Dalam buku Marhaeni
Fajar, Littlehohn dan Hawes (1983) menyebut “model komunikasi menunjuk pada
representasi simbolis dari suatu benda, proses, atau gagasan ide.”15
Selain itu, ada beberapa ahli yang mencoba mendefinisikan model, antara lain sebagai berikut :
1. B. Aubrey FischerMendeskripsikan model sebagai analogi yang mengabstraksi dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, dan komponen yang penting yang dijadikan model
2. Werner J. Severin dan James W.Tankard JrModel Membantu merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Suatu model mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang diteorikan.16
Kegunaan model jelas memberikan manfaat, teritama kepada ilmuwan,
untuk memperjelas teori yang mereka kemukakan. Model juga memberikan
kerangka rujukan untuk memikirkan masalah yang mungkin timbul, memberi
peluang akan terbukanya problem abstraksi, dan memberi penglihatan berbeda
atau lebih dekat. Diantara banyak model komunikasi, antara lain sebagai berikut :
a. Model Lasswell
Salah satu model komunikasi yang banyak digunakan orang adalah model
yang dikemukakan oleh Harold Lasswell seorang ahli politik dari Yale University.
14 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.6615Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h.89 16 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, h.90
Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan yang perlu
ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says
what (mengatakan apa), in which medium (dalam media apa), whom (kepada
siapa), dan what effect (apa efeknya).
Dikemukakan oleh Harold Lasswell tahun 1948, yang menggambarkan tiga fungsi komunikasi sebagai berikut :
1. Pengawasan Lingkungan, yang mengingatkan masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungannya
2. Hubungan berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan
3. Transmisi warisan sosial dari satu generasi ke generasi lain.17
b. Model Berlo
Modelnya hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya
terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, salauran, dan receiver. Akan
tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol. Model
komunkasi Berlo di samping menekankan komunikasi sebagai proses juga
menunjukan ide bahwa meaning are in the people atau arti pesan yang dikirimkan
pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Berlo
mengubah pandangan orang sebelumnya yang menekankan komunikasi pada
pengiriman informasi menjadi menginterpretasikan komunikasi.
c. Model Seiler
Model Seiler ini di samping menekankan pentingnya balikan juga
menekankan pentingnya lingkungan dalam proses komunikasi yang dapat
mempengaruhi hakikat dan kualitas komunikasi. Misalnya adalah mudah
17 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, h.95
melakukan pembicaraan secara intim atau pribadi pada lingkungan yang
menyenangkan daripada di lingkungan yang hiruk pikuk atau tidak
menyenangkan.
C. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa latin Organizare, yang secara harfiah
berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantung.
Organisasi adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk
mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi
serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab.
Organisasi menurut Everet M. Rogers dalam bukunya Communicatio in
Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari
mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan melalui jenjang kepangkatan
dan pembagian tugas. Sedangkan menurut Robert Bonnington dalam buku
Modern Bussiness : A System Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana
di mana manajemen mengkoordinasikan sumber dan bahan daya manusia melalui
pola struktur formal dari tugas-tugas wewenang.18
Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, “organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat
meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-
sendiri. Organisasi merupakan suatu unit yang terkoordinasi yang terdiri
18Khomariah Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta : Grasindo,2011), h.1
setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian
sasaran.”19
2. Elemen Organisasi
Organisasi sangat bervariasi, ada yang sangat sederhana dan ada juga yang
sangat kompleks. Karena itulah terdapat elemen dasar dalam organisasi dan
keterkaiatan antara satu elemen dengan elemen lainnya.
a. Struktur Sosial
Struktur Sosial adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada
antara partisipan di dalam suatu organisasi. Struktur sosial menurut Davis
(Scott, 1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu struktur
normatif dan struktur tingkah laku.
Struktur normatif mencakup nilai, norma, dan peranan. Sedangkan
struktur tingkah laku berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan
bukan pada resep bertingkah laku. Tingkah laku yang diperlihatkan
manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum merupakan
pola atau jaringan tingkah laku.
Struktur normatif dan tingkah laku dari kelompok tidaklah dapat
dipisahkan secara dan tidak pula identik, tetapi berbeda tingkatannya dan
saling berhubungan. Tingkah laku membentuk norma-norma sebagaimana
halnya norma membentuk tingkah laku.
19Viethzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h.188
b. Partisipan
Partisispan organisasi adalah individu-individu yang memberikan
kontribusi kepada organisasi.20 Tingkah keterampilan dan keahlian yang
dibawa partisipan ke dalam organisasi adalah sangat berbeda-beda. Oleh
karena itu susunan struktural di dalam organisasi harus dirancang untuk
disesuaikan dengan tingkat keterampilan. Tingkat keterampilan selalu
diikuti oleh perbedaan kekuasaan (power) dan tuntutan ekonomi.
c. Tujuan
Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat
kontroversial dalam mempelajari organisasi. Bagi kebanyakan analisis,
tujuan merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis
organisasi. Tujuan dibatasi sebagai suatu konsepsi akhir yang diingini atau
kondisi yang partisipan usahakan mempengaruhi melalui penampilan
aktivitas tugas-tugas mereka.
d. Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin
atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan
partisipan.21 Tiap-tiap organisasi mempunyai teknologi dalam melakukan
pekerjaannya. Semua organisasi mempunyai teknologi tetapi bervariasi
dalam teknik atau kemanjuran dalam memproduksi hasil yang diinginkan.
20Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet ke-8, h.26 21 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.27
e. Lingkungan
Parson (Scoot, 1981) dalam buku Arni Muhammad telah memberikan
perhatian terhadap pentingnya hubungan diantara tujuan organisasi dengan
lingkungan masyarakat yang lebih luas. 22 Suatu organisasi mungkin
mengharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk merefleksikan
nilai-nilai masyarakat pada fungsinya.
3. Fungsi Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah :
a. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam
rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang beberapa
organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang
rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatannya. Semua
ini merupakan tanggung jawab anggota yang membantu organisasi dalam
menentukan barang-barang yang diperlukan.23
b. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar
etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan
standar dan telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat
dimana organisasi itu berada. Standar ini memberi organisasi satu set
tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi, baik
22 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.28
23Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.65
itu hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak. Selain
adanya tanggung jawab yang karena adanya standar yang perlu diikuti
adapula tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah berupa undang-
undang.24
D. Pengertian Komunikasi Organisasi
Para ahli belumlah mempunyai persepsi yang sama mengenai komunikasi
organisasi. Bermacam-macam persepsi para ahli tentang komunikasi organisasi
dan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Persepsi Redding dan Sanborn
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal,
hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi atasan
kepada bawahan, komunikasi bawahan kepada atasan, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama lever/tingkatnya
dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara,
mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.25
2. Persepsi Katz dan Kahn
Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi
merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di
dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai
24Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.33
25 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.65
suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan
mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan
mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.26
3. Persepsi Greenbaunm
Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi
termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia
membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang
peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan
organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.27
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai
komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang
umum yang dapat disimpulkan yaitu :
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik
internal maupun eksternal.
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah
dan media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan keterampilan/skilnya.
26Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.65 27Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi , h.66
Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang
selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh kunci yaitu proses, pesan,
jaringan, saloing tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.
E. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan. Kepemimpinan secara luas meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok
dan budayanya. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk
menggerakan atau mempengaruhi orang.
Kepemimpinan dikatakan sebagai proses mengerahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota
kelompok. Tiga implikasi yang terkandung dalam hal itu yaitu :
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan atau pengikut
2. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang., karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya
3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui beberapa cara.28
28Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada), h.3
Menurut George R.Terry, setiap individu mempunyai pengaruh terhadap
individu lainnya dan pengaruh tersebut semakin lama semakin tumbuh. Beberapa
individu mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap individu lainnya dan
beberapa kondisi lebih berpengaruh terhadap kondisi tertentu. Dengan
mengembangkan kemampuan untuk mempengaruhi itulah dapat diperoleh suatu
kepemimpinan.29
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan seorang mempengaruhi orang lain mencapai suatu tujuan
yang diharapkan dalam suatu perkumpulan individu atau kelompok. Dengan kata
lain, kepemimpinan berkaitan erat dengan memperngaruhi demi tercapainya
tujuan.
2. Fungsi Kepemimpinan
Menurut A.M Kadarman, agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan
efektif, maka seorang pemimpin paling sedikit harus menjalankan dua fungsi
utama, yaitu :
a. Fungsi pemecahan masalah (Probleapi solving function). Fungsi
ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yang memberikan
jalan keluar, pendapat dan informasi terhadap masalah yang
dihadapi kelompok. Fungsi ini merupakan sinonim dari
pengambilan keputusan.
b. Fungsi Sosial (Social function), fungsi ini berhubungan erat dengan
kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota
29George R.Terry, Prinsip-prinsip Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), Cet ke-7, h.152
kelompok untuk mencapai tujuan dan menciptakan suasana kerja
bagi kelompoknya.30
Secara operasional, kepemimpinan memiliki lima fungsi pokok
diantaranya, yaitu : fungsi intruksi, fungsi konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi
delegasi dan fungsi pengendalian. Fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut
diselenggarakan dalam aktifitas kepemimpinan secara integral, yang
pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut :
1. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja2. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas3. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan
mengeluarkan pendapat4. Pemimpin harus mengembangkan kerja sama yang harmonis5. Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan masalah dengan batasan tanggung jawab masing-masing anggota.31
3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan memiliki dua pola dasar yaitu yang berorientasi pada
hubungan dan berorientasi pada tugas. Kedua pola tersebut mengklarifikasikan
tipe-tipe kepemimpinan, yaitu:
a. Otokratis
Merupakan gaya kepemimpinan yang bercirikan pada kekuasaan dan
paksaan. Pemimpin dalam hal ini selalu berperan sebagai pemain tunggal.
Dia berambisi untuk menjadi raja dalam setiap situasi. Perintah dan
kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan. Anak
30A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Imu Manajemen (Jakarta : Indeks
Prehallindo,2001),h.14331 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet ke-2, h.54-55
buah tidak pernah diberikan informasi mendetil tentang rencana dan
tindakan yang harus dilakukan.
b. Demokratis
Kepemimpinan ini menunjukan harkat manusia, yaitu terlihat pada
orientasi yang dimiliki, selalu memberikan bimbingan efisien kepada
pengikut. Terhadap koordinasi pekerja pada setiap pengikut, dengan
menanamkan rasa tanggung jawab pada setiap bawahan dan
mengutamakan kerjasama baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak
terletak pada pemimpin secara formal akan tetapi terletak pada partisipasi
aktif setiap individu dalam kelompok.
c. Leissez Faire
Kepemimpinan ini seakan tidak memimpin. Pemimpin membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya dan eksistensinya hanya
sebagai simbol. Pemimpin tidak mempunyai kewibawaan sehingga tidak
bisa mengontrol anak buah dan tidak memiliki kemampuan untuk
mengkoordinasi kerja atau menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
F. Pengertian Akhlakul Karimah
Kata Akhlakul Karimah berasal dari bahasa arab yang dapat diartikan
budii pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah
kata jamak yang berarti budi pekerti, tingkah lalku atau perangai dan akhlakul
karimah berarti budi pekerti mulia, tingkah laku mulia, atau perangai mulia.
Dalam ensiklopedi Islam dikatakan adalah suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.32
Ibnu Maskawih sebagai pakar dibidang akhlak mengatakan bahwa akhlak
adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
pemikiran dan pertimbangan.”33
Dari pengertian di atas terdapat persamaan yang berpangkal pada hati atau
atas dasar kesadaran jiwanya tanpa memerlukan pertimbangan dan tanpa adanya
unsur pemaksaan, kemudian diwujudkan dalam perbuatan berulang-ulang
sehingga menjadi adat yang kemudian menjadi adat yang kemudian menjadi sifat.
Sifat adalah sebagaian kepribadian. Sehingga sulit diubah karena telah tertanam
dan menjadi kepribadian. Jika hal tersebut melahirkan pebuatan terpuji menurut
pandangan syariat Islam dan akal pikiran disebut Akhlakul Karimah.
G. Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Pemerintahan
Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerjasama dua orang
atau lebih. baik yang disebut organisasi atau kelompok, tujuannya adalah untuk
mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai benar-benar tercapai, maka
organisasi tersebut berjalan efektif. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas
organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
32Hasan Muarif Ambaru, Ensiklopedi Islam (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992),
Cet ke-7, h.102 33Heny Narendrany Hidayati, Mengukur Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta : UIN
Press, 1999), h. 7
bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektifi
tas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi.
Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektifitas adalah
tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk berbagai
kegiatan.
Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam
pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi
kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi
pemerintahan yang memadai, maka tata pemerintahan yang baik (Good
Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan
salah satu sebab runtuhnya birokrasi di pemerintahan.
Kepemimpinan (Leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang
pemimpin (Leader) dalam mengarahkan, mendorong, dan mengatur seluruh
unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan
organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang
maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja
seseorang atau pegawai dalam mewujudkan organisasi.
Pemimpin yang efektif adalah yang : (1) bersikap luwes, (2) sadar mengenai diri, kelompok, dan situasi, (3) memberi tahu bawahan tentang setiap persoalan dan bagaimana pemimpin pandai dan bijak menggunakan wewenangnya, (4) mahir menggunakan pengawasan umum dimana bawahan tersebut mampu dan mau mengerjakan sendiri pekerjaan harian mereka sendiri dan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu yang ditentukan, (5) selalu ingat masalah mendesak, maupun keefektifan jangka panjang secara individu maupun kelompok, (6) selalu mudah ditemukan bila bawahan ingin membicarakan masalah dan pemimpin menunjukan minat dalam setiap gagasannya, (7) menepati janji yang
diberikan kepada bawahan, cepat menangani keluhan dan memberikan jawaban secara sungguh-sungguh dan memberikan jawaban secara sungguh-sungguh dan tidak berbelit-belit, (8) memberikan petunjuk dan jalan keluar tentang metode atau mekanisme pekerjaan dengan cukup, meningkatkan keamanan dan menghindari kesalahan semaksimal mungkin.34
Sifat-sifat yang diidentifikasi berhubungan erat dengan kepemimpinan
adalah : Kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan
teknis dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain,
kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan
pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan,
kemampuan untuk menggerakan kelompok, kemampuan untuk berbuat secara
efektif dan efisien dan tegas. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki
kredibilitas dan keilmuan yang mumpuni.
34Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 21
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Walikota Tangerang
Wahidin Halim pendidikannya di SD Negeri Pinang Kecamatan Pinang.
Setamat Sekolah Dasar, Wahidin Halim melanjutkan sekolah di SMP Negeri
Ciledug. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama, Wahidin Halim melanjutkan
sekolah di SMA Negeri Tangerang ditangerang. Kemudian dia berhasil memasuki
perguruan tinggi. Hingga Wahidin muda tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia pada tahun.
Tahun 1978, Wahidin Halim didaulat oleh warga desanya untuk ikut
pencalonan Kepala Desa dan ia terpilih menjadi Kepala Desa termuda di
Tangerang. Dari sini wahidin halim mengenal makna mengabdi yang
sesungguhnya. Pada tahun 1981, Wahidin Halim menikahi gadis Jawa yang juga
teman kuliahnya Ninik Nuraini yang merupakan putri dari seorang militer. Dan
kini dikaruniai tiga orang anak yaitu Luky Winiastri, Nesya Sabina, dan M.
Fadhelin Akbar.1
UU No.5 tahun 1979 mengantarnya menjadi Pegawai Negeri dan saat
itulah ia memulai karirnya sebagainya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Obsesi untuk
mengabdi kepada masyarakat merupakan pilihannya, hingga ia terpanggil untuk
berbuat lebih banyak lagi bagi masyarakat.
1Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota
Menjadi sek-kotif Pinang, kemudian menjadi kabag di Kabupaten
Tangerang, Camat di Kecamatan Tigaraksa, Camat di Kecamatan Ciputat, Asisten
Pemerintah Dearah Tangerang, Sekretaris Daerah Kota Tangerang, dan Walikota
Tangerang. Itulah catatan perjalanan karir Wahidin Halim. Bakat dan aktivitas
sosialnya telah terlihat sejak kecil. Menjadi juara pidato anak-anak di desanya
adalah prestasi awal yang mengawali keberadaannya di masyarakat. kemampuan
intelektual, integritas moral serta kepiawaian berkomunikasi dengan berbagai
kalangan telah menjadikannya sebagai salah satu birokrat yang diperhitungkan
oleh berbagai elemen masyarakat di Tangerang, termasuk ormas-ormas besar.2
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Pinang Tahun 1963-19692. SMP Negeri Ciledug Tahun 1969-19723. SMA Negeri 3 Tangerang Tahun 1972-19754. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Tahun 1975-19825. Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Indonesia6. Kandidat Doktor Ilmu Administrasi Publik (S3) Universitas Padjajaran
Tahun 2010.3
Riwayat Karir
1. Kepala Desa Pinang Tahun 1978-19812. Lurah Pinang Tahun 1981-19883. Kepala Suku Dinas Pajak Tahun 19884. Sekretaris Kota Administratif Tahun 1988-19915. Kepala Bagian Pembangunan Kabupaten Tangerang Tahun 1991-19936. Camat Tigaraksa Tahun 1993-19957. Camat Ciputat Tahun 1995-19978. Asisten Tata Praja Tahun 1998-20029. Kepala Dinas Kebersihan Tahun 2002-200310. Sekretaris Daerah Kota Tangerang 2002-200311. Walikota Tangerang Tahun 2003-2008 dan 2008-20134
2Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota3 Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota4 Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota
B. Sejarah Kota Tangerang
Pembangunan Kota Administratif Tangerang secara makro berpijak pada
kebijaksanaan pembangunan berdasarkan prioritas tahapan Repelita dimulai
sejak Pelita I sampai Pelita V. Selain bertitik tolak dari prioritas tersebut, ada
beberapa faktor pendorong dan penarik diantaranya berdasarkan Undang-
Undang No 14 Tahun 1950. Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang
memungkinkan dapat memperbaiki kualitas kehidupan. Kemudian masih
banyak tersedianya sumber daya alam sehingga dapat menarik Investor yang
dapat menyerap lapangan kerja baru.
Dalam lingkup Jabotabek sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13
tahun 1976, tangerang termasuk wilayah pengembangan Jabotabek yang
dipersiapkan untuk mengurangi lonjakan penduduk DKI Jakarta, mendorong
kegiatan perdagangan dan industri yang berbatasan dengan DKI Jakarta,
mengembangkan pusat-pusat dan mengusahakan keserasian pembangunan
antara DKI Jakarta dengan Daerah yang berbatasan langsung dengan DKI
Jakarta.5
Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang melaju begitu tinggi. Hal ini
terlihat pada data yang dituangkan dalam Rencana Umum Kota Tangerang
(Perda Nomor 4 Tahun 1985) Kota Tangerang dapat menampung 850.000
jiwa. Menurut Sensus Penduduk 1990 Penduduk Kota Tangerang telah
mencapai 921.848 jiwa.6
5 Http//www.TangerangKota.go.id/sejarah-tangerang6 Http//www.TangerangKota.go.id/sejarah-tangerang
Lonjakan jumlah penduduk disebabkan karena kedudukan dan peranan
Kota Tangerang sebagai daerah penyangga DKI Jakarta (Hinterland City).
Sebagai konsekuesinya, Kota Tangerang menjadi konsentrasi wilayah pemukiman
penduduk dan menjadi tempat kegiatan perdagangan terutama pada sektor industri.
Perkembangan sektor perdagangan dan industri telah memancing pesatnya arus
Imigrasi Sirkuler Penduduk. Dilihat dari penduduk dan dibandingkan dengan
jumlah penduduk beberapa Kotamadya di Jawa Barat, Kota Tangerang sudah juah
lebih tinggi.
C. Letak Geografis Kota Tangerang
Letak Kota secara grafis terletak pada posisi 106 36 – 106 42 Bujur Timur
(BT) dan 66 6 Lintang Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Sebelah
Timur berbatasan dengan DKI Jakarta, sedangkan Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.7
Secara administratif wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 Kecamatan
yaitu Kecamatan Ciledug (8.769 Km2), Kecamatan Larangan (9.611 Km2),
Kecamatan Karang Tengah (10.474 Km2), Kecamatan Cipondoh (17.91 Km2),
Kecamatan Pinang (21.59 Km2), Kecamatan Tangerang (15.789 Km2),
Kecamatan Karawaci (13.475 Km2), Kecamatan Jatiuwung (14.406 Km2),
Kecamatan Cibodas (9.611 Km2), Kecamatan Periuk (9.543 Km2), Kecamatan
7 Http//www.TangerangKota.go.id/geografis
Batuceper (11.583 Km2), Kecamatan Neglasari (16.077 Km2), dan Kecamatan
Benda (5.919 Km2). Meliputi 104 Kelurahan.8
Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada diantara
Ibukota Negara dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Intruksi Presiden
Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek. Kota Tangerang
merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.
Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada
satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan bagi kegiatan Ibukota
Negara. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor
pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan Sumber
Daya Alam yang Produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat
pula dengan keberadaan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang
sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administratif Kota Tangerang.
Gerbang perhubungan undara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi
pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang.9
D. Visi dan Misi Kota Tangerang
Visi : “TERWUJUDNYA KOTA TANGERANG YANG MAJU, MANDIRI,
DINAMIS DAN SEJAHTERA, DENGAN MASYARAKAT AKHLAKUL
KARIMAH.”10
8Http//www.TangerangKota.go.id/geografis9 Http//www.TangerangKota.go.id/geografis10Http//www.TangerangKota.go.id/Visi-dan-Misi
Penjelasan Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
Kota Tangerang Maju
Pemerintah Kota Tangerang sudah mampu memberikan pelayanan terbaik
dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Keberhasilan ini jelas
menjadi teladan dan rujukan pemerintah daerah lain di Indonesia, bahkan
sebagian diantaranya menjadikan Kota Tangerang pilot project percontohan
dan tempat studi banding. Fasilitas infrastruktur dan pelayanan publik yang
meliputi kebutuhan dasar yakni pendidikan, kesehatan yang dimiliki Kota
Tangerang setara dengan kota-kota maju di Indonesia.11
Mandiri, Dinamis, Sejahtera
Kota Tangerang Mandiri bermakna, bahwa pembangunan yang dilakukan
dengan memaksimalkan segenap potensi daerah yang dimiliki maka akan
mendorong bertumbuhnya rasa percaya diri segenap masyarakat dan seluruh
stakeholdersnya. Semangat kemandirian ini akan mendorong warga Kota
tangerang selalu menjaga harkat dan martabat daerahnya.
Kota Tangerang yang Dinamis adalah cermin kehidupan warga Kota
Tangerang. Meski berbeda latar belakang etnis dan budaya serta perbedaan
kultur, namun di kota ini muncul semangat kebersamaan dan rasa naionalisme
berbasis kedaerahan.
Kota Tangerang yang Sejahtera tentu menjadi harapan dan cita-cita dari semua
masyarakat. kehidupan yang baik akan menumbuhkan nilai, derajat, dan
11 Http//www. TangerangKota.go.id/Visi-dan-Misi
mertabat hidup seseorang. Jika masyarakatnya sejahtera tatanan kehidupan
manusia pun akan semakin baik dan berkualitas.12
Masyarakat Akhlakul Karimah
Akhlakul Karimah adalah simbol dari masyarakat Kota Tangerang. Aspek ini
bersumber dari sikap dan perilaku akhlak mulia yng dicerminkan melalui
kualitas hubungan antara manusia dengan tuhan dan hubungan antara manusia
dengan manusia. Akhlak mulia ini menjadi landasan moral dan etika dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama
secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang
religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani rohani, serta tercukupi
kebutuhan material spiritual, sehingga mampu mewujudkan sebuah
masyarakat madaniyyah dan hidup menuju negeri baldatun toyibatun warabun
ghafur.13
Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna
seorang Muslim. Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku,
perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif
dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.
Akhlakul karimah adalah perilaku manusia yang mulia atau paerbuatan yang
dipandang baik atau mulia yang dibiasakan dan perbuatan yang dipandang baik
atau mulia oleh akal serta sesuai dengan ajaran islam. Yang bersumber dari Al-
qur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw.
12 Http//www. TangerangKota.go.id/Visi-dan-Misi13 Http//www. TangerangKota.go.id/Visi-dan-Misi
Adapun ciri-ciri orang yang berakhlak mulia dapat dilihat dari perilaku
kehidupannya sehari-hari. Paling tidak ada empat ciri yang dimiliki, yaitu:
Berbudi Pekerti terhadap Allah SWT. Orang yang berakhlak mulia akan selalu
takut kepada Allah SWT, yang diaplikasikan dengan ketaatan beribadah, budi
pekerti yang dipraktekan dalam diri serta keluarganya, budi pekerti terhadap
lingkungan, budi pekerti terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Orang yang
berakhlak mulia akan berguna bagi masyarakat disekitarnya.
Islam memandang bahwa bekerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Atas
dasar inilah maka kerja yang dikehendaki islam adalah kerja yang bermutu,
terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT dan kerja yang bermanfaat bagi
orang lain. Akhlak dalam bekerja ini dapat tercermin pada seseorang yang sangat
pandai mengatur waktu antara kerja dan ibadah, sesibuk apapun seseorang yang
memiliki akhlakul karimah dalam bekerja pasti akan meluangkan waktu untuk
beribadah, berdoa sebelum memulai pekerjaan dan niat dari dalam hati bahwa
kerja semata-mata hanya karna Allah juga merupakan cerminan dari akhlakul
karimah dalam bidang pekerjaan.
Akhlakul karimah yang lain dalam bidang pekerjaan adalah bekerja yang tidak
merusak alam maupun mengganggu kelangsungan hidup makhluk Allah yang lain,
saling mengajak dalam kebaikan, saling bertegur sapa jika bertemu, serta tidak
mengganggu ketenangan orang lain merupakan akhlak yang sangat dianjurkan
dalam islam.
Islam yang sangat menjunjung tinggi sifat tolong menolong, saling menasihati
tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa dan
kebersamaan. Dalam islam banyak sekali hal yang bertujuan untuk mewujudkan
hubungan sosial yang baik antar manusia, dalam ibadah wajib maupun sunnah
didalamnya selalu terkandung tujuan yang erat kaitanya dengan hubungan sosial.
Misalnya pada sholat berjamaah dalam ibadah ini terkandung nilai untuk
menanamkan rasa persamaan dan persaudaraan antar umat islam, ajaran tentang
ibadah haji untuk membangun persatuan antar umat islam dan membangun
ukhuwah islamiah, ajaran puasa untuk menanamkan persamaan, persaudaraan dan
rasa senasib sepenanggungan, begitu juga dengan sedekah yang didalamnya
terkandung nilai bahwa seseorang hendaknya harus saling berbagi agar tertanam
kasih sayang diantara mereka dan juga tidak terjadi kesenjangan sosial yang
sangat jauh yang menyebabkan kecemburuan sosial.
Misi Kota Tangerang
Secara umum, misi Kota Tangerang dapat diartikan sebagai suatu hal yang
harus dilaksanakan agar Visi Kota Tangerang dapat direalisasikan dengan baik.
Berdasarkan pada rumusan Visi Kota Tangerang 2013-2018 tersebut, maka Misi
yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan tata Pemerintahan yang baik, akuntabel, dan tgransparan
didukung dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten, dan
profesional
2. Meningkatkan Pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing tinggi
3. Mengembangkan kualitas Pendidikan, Kesehatan, dan Kesejahteraan
Sosial demi terwujudnya Masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi
4. Meningkatnya Pembangunan sarana Perkotaan yang memadai dan
berkualitas
5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.14
14 Http//www. TangerangKota.go.id/Visi-dan-Misi
44
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota
Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013
Menurut Sutanto AW ada beberapa indikator komunikasi efektif, yaitu:
1. Pemahaman
“ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana
dimaksudkan oleh komunikator.”1 Tujuan dari komunikasi adalah terjadinya
pengertian bersama, dan untuk sampai pada tujuan itu, maka seorang
komunikator maupun komunikan harus sama-sama mengerti fungsinya
masing-masing. Komunikator mampu menyampaikan pesan sedangkan
komunikan mampu menerima pesan yang disampaikan komunikator.
2. Kesenangan
“yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil manyampaikan
informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana enyenangkan kedua belah
pihak.”2 Suasana yang lebih rileks dan menyenangkan akan lebih nyaman
untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan suasana yang tegang. Karena
komunikasi bersifat fleksibel. Dengan adanya suasana seperti itu, akan timbul
kesan yang menarik.
1Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran, www.uny.ac.id, 9
september 20142 Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran, www.uny.ac.id, 9
september 2014
3. Pengaruh pada Sikap
Tujuan berkomunikasi adalah mempengaruhi sikap. Jika dengan
berkomunikasi dengan orang lain, kemudian terjadi perubahan pada
perilakunya, maka komunikasi yang terjadi adalah efektif, dan jika tidak
terjadi perubahan pada perilaku maka komunikasi yang terjadi adalah tidak
efektif.
4. Hubungan yang makin baik
“bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja
meningkatkan kadar hubungan interpersonal.”3 Seringkali jika seseorang telah
memiliki persepsi yang sama, kemiripan karakter, cocok, dengan sendirinya
hubungan akan terjadi dengan baik.
Dalam hubungan kepemimpinan dengan orang-orang yang dipimpin,
komunikasi merupakan salah satu pokok penting. Seorang pemimpin harus
dapat berkomunikasi dengan bawahannya juga dengan atasannya. Komunikasi
yang baik akan menolong menciptakan rasa kebersamaan dalam satu
kelompok atau organisasi. Komunikasi yang tepat guna akan menghilangkan
beda pengertian antara bawahan dan pimpinan maupun diantara bawahan itu
sendiri.
Komunikasi yang dilakukan haruslah tepat guna. Komunikasi tepat guna
adalah salah satu proses yang melibatkan pemindahan informasi dan artinya,
sehingga penerima informasi itu memberi interpretasi sesuai yang dimaksud
3Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran, www.uny.ac.id, 9
september 2014
oleh penginformasi tersebut. Komunikasi yang tepat guna berlangsung baik
apabila terdapat hubungan yang baik diantara kelompok. Dalam hal ini tentu
harus terdapat saling menghargai dan menghormati antara pimpinan dan
bawahan.
Dalam organisasi terdapat saluran komunikasi formal dan informal.
Pemimpin yang baik harus dapat memahami kedua saluran ini. Kepemimpinan
yang tepat guna adalah pada waktunya dapat menjalankan kedua saluran
komunikasi tersebut. Dalam hubungan bawahan dan pimpinan perlu memupuk
komunikasi tidak formal. Seringkali komunikasi tidak formal lebih berdaya
guna dibanding dengan komunikasi formal dalam hubungannya dengan
memupuk kerjasama untuk mencapai tujuan.
Dalam organisasi pemerintahan, tidaklah mudah untuk menciptakan
sebuah sistem kerja yang efektif. Kesuksesan atau kegagalan dalam
pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintah, dipengaruhi
kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung kapasitas organisasi
yang memadai, maka akan terwujud tata pemerintahan yang baik dan efektif.
Faktor kepemimpinan yang baik dan kapasitas organisasi yang memadai
ikut mendukung efektifitas Kota tangerang. “Waktu pak WH menjabat beliau
cukup terbuka dalam berkomunikasi. Beliau cukup terbuka jika ada
masyarakat atau pegawai yang ingin berbincang dengan beliau dan beliau
membawa terobosan-terobosan yang baik. Perda No 7 dan 8 tahun 2008
tentang larangan pelacuran dan minuman keras. Tentang pengobatan gratis,
pemberian insentif kepada guru ngaji, penjaga masjid (Marbot).”4
“Saya selalu berusaha terbuka kepada seluruh pegawai dan masyarakat
yang ingin berkomunikasi kepada saya agar mereka tidak merasa ada jarak
yang jauh antara pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan
masyarakat.” 5 Kemudahan masyarakat dan pegawai dalam menemui
pemimpin akan membantu meningkatkan kinerja pegawai dan akan membantu
meningkatkan pelayanan kepada publik.
B. Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota
Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013
Akhlakul Karimah adalah simbol dari Masyarakat Kota Tangerang. Aspek
ini bersumber dari sikap dan perilaku akhlak mulia yang dicerminkan melalui
kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara
Manusia dengan Manusia. Akhlak mulia menjadi landasan moral dan etika
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan
agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat
yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani rohani, sehingga
mampu mewujudkan masyarakat madani dan hidup menuju negeri yang
baldatun toyibun warabun ghafur.
Dalam pemerintahan tidak mudah untuk menerapkan akhlakul karimah,
karena yang diinginkan oleh pemimpin adalah akhlakul karimah. Tentunya
4Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah (Pegawai Kota Tangerang), Kantin Kantor
Walikota Tangerang , 21 agustus 20145Wawancara dengan Wahidin Halim, Kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014
ada pegawai yang pro dan kontra terhadap sistem kerja yang diterapkan oleh
pemimpin. Dikhawatirkan akan timbul gesekan sesama pegawai, yang tentu
akan memberikan dampak terhadap pelayanan yang diberikan tidak mengena
kepada masyarakat.
Dalam menerapkan akhlakul karimah di kantor walikota tangerang, WH
berusaha menumbuhkan ritual-ritual yang baik untuk pegawai. “ritual-ritual
yang baik untuk pegawai tentunya ditumbuhkan. Dalam prakteknya
memberikan pelayanan kepada publik. Selain itu, ritual-ritual yang bernilai
ibadah bagi pegawai juga ditumbuhkan seperti penggunaan jilbab bagi
pegawai perempuan yang muslim, pengajian, melakukan senam dihari jumat
untuk menjaga kesehatan pegawai dan untuk memelihara silaturahmi antar
pegawai. Dengan adanya kegiatan yang bernilai ibadah seperti ini pegawai
akan saling menghargai baik itu antara atasan dengan bawahan atau sesama
pegawai.”6
Memberikan penghargaan kepada pegawai yang menjalankan akhlakul
karimah merupakan cara yang digunakan oleh Wahidin Halim untuk
mewujudkan akhlakul karimah di Kantor Walikota Tangerang. “memberikan
hadiah umroh kepada pegawai yang memiliki prestasi baik atau memberikan
prestasi untuk kota tangerang.”7
Memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kota Tangerang menjadi hal
wajib bagi pemerintah Kota Tangerang. Sebagai wujud pengabdian mereka
6Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014,
Pukul 14.30 WIB 7 Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014,
Pukul 14.30 WIB
kepada masyarakat di Kota Tangerang, pelayanan kepada masyarakat menjadi
hal utama bagi pemerintah Kota Tangerang. Birokrasi publik harus senantiasa
meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas
pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab, utamanya memberikan
pelayanan kepada masyarakat. pelayanan publik harus diutamakan, karena
hakikat dibentuknya pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Penerapan akhlakul karimah di kantor walikota tangerang tentu akan
memberikan perubahan perilaku kepada pegawainya. Tidak hanya untuk
perubahan kota tangerang tapi juga perubahan individu pegawai di kantor
walikota tangerang. “yang paling saya rasa adalah disiplin kerja. artinya kita
mempunyai pemimpin yang baik jadi terkadang merasa tidak enak hati kalo
pemimpin bagus tapi pegawai tidak baik. Idealnya kan pemimpin baik dan
pegawai juga baik.”
C. Efefktifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan dalam penerapan
Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang di era
Wahidin Halim Periode 2008-2013
Menurut Hasan Shadily dalam Ensiklopedi Indonesia, “secara terminologi,
efektifitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan
efektif jika usaha itu mencapai tujuannya.”8 Jadi jika seseorang melakukan
perbuatan dengan tujuan tertentu, maka orang tersebut dikatakan efektif
apabila sasaran dan tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan efektif apabila proses
8Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve), jilid 2, h.883
kegiatan itu waktunya singkat, tenaga sedikit, hemat biaya, tetapi hasilnya
sesuai target.
Dennis Mc.Quail mengatakan bahwa efektifitas secara teori komunikasi
berasal dari kata efektif, artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai
akibat diterimanya suatu pesan dan perubahan terjadi dari segi hubungan
antara keduanya yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.9 Untuk
menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien harus ada kerjasama setiap
unit organisasi. Faktor kepemimpinan yang baik, Komunikasi yang baik, dan
Kapasitas organisasi yang memadai ikut mendukung efektifitas Kota
Tangerang.
Berdasarkan penelitian dan wawancara yang peneliti lakukan, Efektifitas
Komunikasi Organisasi Kepemimpinan dalam penerapan Motto Akhlakul
Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang di era Wahidin Halim Periode
2008-2013 telah berjalan dengan efektif. Itu terlihat dari kebiasaan pegawai
yang saling berjabat tangan ketika bertemu dan mengucapkan salam ketika
bertemu. “Mengucapkan salam kayanya sudah menjadi kebiasaan, ya
meskipun terkadang masih ada pegawai yang tidak mengucapkan salam ketika
bertemu entah tidak terbiasa atau lupa tapi yang pasti mayoritas pegawai
berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika bertemu.”10
Tidak hanya mengucapkan salam. Menjenguk pegawai yang sakit juga
telah menjadi seperti kebiasaan para pegawai. “kalo menjenguk sesama
pegawai yang sakit mah sudah seperti kebiasaan, meskipun tidak semua
9 Dennis Mc.Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, h. 28110 Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah (Pegawai Kota Tangerang), di Kantin Kantor
Walikota Tangerang , 21 agustus 2014
pegawai ikut menjenguk tetapi pasti ada perwakilan pegawai yang menjenguk
pegawai yang sakit.”11
Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan terdapat perubahan
perilaku pada pegawai dan salah satu perubahan perilaku yang terlihat adalah
disiplin kerja dan sikap saling menghargai sesama pegawai. “yang paling saya
rasa adalah disiplin kerja. artinya kita mempunyai pemimpin yang baik jadi
terkadang merasa tidak enak hati kalo pemimpin bagus tapi pegawai tidak
baik. Idealnya kan pemimpin baik dan pegawai juga baik, sebagaimana yang
ada dalam butir-butir Akhlakul Karimah. Saling mengingatkan sesama
pegawai dalam berbagai aspek kehidupan, menjunjung tinggi aspek
profesionalitas dan Moralitas.”12
Meskipun dikatakan efektif, bukan berarti penerapan Akhlakul Karimah
ini tanpa hambatan. Ada penghambat dan pendukung dalam menerapkan
Akhlakul Karimah ini diantaranya :
1. Faktor Pendukung
a. Faktor dari Luar
Berbagai faktor pendukung dalam mewujudkan Akhlakul Karimah.
Adanya dukungan dari masyarakat Kota tangerang yang menginginkan
Kota Tangerang yang lebih baik dan berakhlak. “Tujuannya agar
11Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah (Pegawai Kota Tangerang), di Kantin Kantor
Walikota Tangerang , 21 agustus 201412 Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah (Pegawai Kota Tangerang), di Kantin Kantor
Walikota Tangerang, 21 agustus 2014
seluruh masyarakat Kota Tangerang dan Pegawai Kota Tangerang
memiliki Akhlak yang baik.”13
b. Faktor dari Dalam
Kewenangan seorang WH sebagai pemimpin di Kota Tangerang
periode 2008-2013 membuatnya memiliki keleluasaan dalam
menyampaikan dan menjalankan akhlakul karimah di lingkungan
kantor walikota dan di lingkungan masyarakat kota tangerang. “saya
rasa sebagai walikota ucapan saya didengar oleh masyarakat dan
pegawai.”14
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat dalam menjalankan motto akhlakul
karimah adalah dalam mengubah mindset dan kebiasaan lama para
pegawai yang merasa seharusnya dilayani bukan melayani. “mengubah
mindset lama para pegawai. Masih banyak pegawai yang merasa berkuasa
karena mereka pegawai dan karena berkuasa mereka merasa harus dilayani
dan bukan melayani.”15
13 Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014,
Pukul 14.30 WIB14 Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014,
Pukul 14.30 WIB15Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014,
Pukul 14.30 WIB
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya sebagai upaya dari hasil
pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Komunikasi yang dilakukan telah berjalan secara efektif. Itu ditandai
dengan sikap terbuka yang dilakukan oleh H.Wahidin Halim dalam
berkomunikasi kepada pegawai atau masyarakat. sikap terbuka ini akan
memudahkan para pegawai dan masyarakat untuk menyampaikan gagasan
dan idenya. Selain itu, sikap terbuka ini juga akan menjadikan hubungan
antara pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan masyarakat akan
semakin baik. dengan komunikasi secara langsung antara pemimpin
dengan pegawai dan pemimpin dengan pegawai akan tercipta pemahaman
dan kesenangan yang akan menjadikan hubungan pemimpin dengan
pegawai dan pemimpin dengan masyarakat akan semakin baik dan akan
menciptakan komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pegawai
dan pemimpin dengan masyarakat.
2. Penerapan Akhlakul Karimah sudah dapat dikatakan efektif. Itu terwujud
berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan. Sikap saling menghargai
sesama pegawai terlihat ketika peneliti melakukan penelitian. Contoh yang
terlihat adalah berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika pegawai
saling bertemu. Meski terlihat sederhana berjabat tangan dan
mengucapkan salam menjadi salah satu indikator terjalinnya akhlakul
karimah diantara pegawai.
3. Adapun efektifitas komunikasi organisasi kepemimpinan di kota tangerang
bisa dikatakan sudah efektif. Itu terlihat dari komunikasi yang terjalin
antara pemimpin dengan pegawai di kantor walikota tangerang periode
2008-2013. Sikap terbuka yang dilakukan oleh H. Wahidin Halim
membuat para pegawai merasa mudah untuk menyampaikan gagasan dan
ide mereka. Selain itu, perubahan yang terjadi pada perilaku pegawai dan
hubungan yang baik antara pegawa dan pemimpin menandakan
komunikasi yang dilakukan termasuk komunikasi yang efektif. Penerapan
akhlakul karimah di Kota Tangerang juga berdampak pada perubahan
perilaku pegawai yang saling menghargai satu sama lain. Itu terlihat dari
kebiasaan berjabat tangan dan mengucapkan salam serta menjenguk
pegawai yang sakit.
Meskipun telah dikatakan efektif namun penerapan akhlakul
karimah tetap terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam
penerapannya. Diantara faktor pendukung terdapat dua faktor pendukung
yaitu faktor dari dalam dan dari luar.
Faktor dari dalam adalah kewenangan seorang Wahidin Halim
sebagai walikota membuatnya memiliki keleluasaan dalam menyampaikan
dan menjalankan akhlakul karimah di lingkungan kantor walikota dan
kepada masyarakat tangerang. Selain itu dukungan pegawai menjadi poin
tersendiri dalam berjalannya akhlakul karimah di kantor walikota
tangerang. Faktor pendukung yang berasal dari luar adalah dukungan dari
masyarakat yang menginginkan Kota Tangerang yang lebih baik dan
memiliki masyarakat yang berakhlak mulia.
Sedangkan faktor yang menjadi penghambat adalah merubah
mindset lama para pegawai yang merasa mereka harus dilayani dan bukan
dilayani karena mereka merasa berkuasa. Mindset tersebut harus diubah
agar penerapan akhlakul karimah di kantor walikota tangerang dapat
berjalan efektif.
Pemerintah di Kota Tangerang diharapkan pro aktif dalam
menjalankan akhlakul karimah ini. Jika pemimpin dan pegawai di Kota
Tangerang menerapkan akhlakul karimah dengan sebenar-benarnya Kota
Tangerang akan terus mengalami kemajuan sehingga mampu menciptakan
suasana kerja yang kondusif dan harmonis di lingkungan kantor walikota
tangerang dan mampu mencapai tujuan dan akan semakin efektif kinerja
pemerintah Kota Tangerang.
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pemimpin dan pegawai di
Kota Tangerang, penulis ingin menyampaikan beberapa masukan atau
saran kepada Pemimpin dan Pegawai di Kantor Walikota Tangerang
sebagai berikut :
1. Senantiasa memelihara sikap saling menghargai sesama pegawai baik
itu secara vertikal maupun horizontal agar tercipta suasana kerja yang
kondusif dan harmonis sehingga dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan.
2. Pemimpin di Kota Tangerang diharapkan mampu menciptakan
terobosan baru untuk rakyat.
3. Mempertahankan yang sudah baik, tingkatkan menjadi semakin baik,
dan yang belum baik sama-sama diperbaiki.
4. Selalu berusaha menjalankan akhlakul karimah dalam keseharian
pegawai sehingga tercipta sikap saling menghargai dan keakraban
sesama pegawai sehingga akan menunjang kinerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Ambaru, Hasan Muarif, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997)
Arifin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1968)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996)
Druckler, Peter F, Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1986)
Effendi, Onong Uchjana, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996)
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : Cipta Adi Pustaka, 1989)
Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009)
Hidayati, Heni Narendrany, Mengukur Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta : UIN Press, 1999)
Hidayati, Nurul,Metode Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta : UIN Press, 2006)
Kadarman, A.M dan Udaya, Yusuf, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta : PT Indeks Prenhalindo, 2001)
Khomariah, Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta : PT Grasindo, 2011)
Mc. Quail, Dennis, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta : Erlangga, 1992)
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999)
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009)
R. Terry, George, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003)
Rahmat, Jalaludin dan Mulyana,Deddy, Komunikasi Antarbudaya, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004)
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Press,2007)
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996)
Shadly, Hasan, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta : Gramedia, 1990)
Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan (P3B), Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995)
Widjaya, H.A.W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara 2007)
Wawancara Pribadi dengan H. Wahidin Halim
Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah
REFERENSI INTERNET
Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota
Http//www.TangerangKota.go.id/geografi
Http//www.TangerangKota.go.id/visi-misi
Http//www.TangerangKota.go.id/sejarah
Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran, www.uny.ac.id, 9 september 2014