ppt sni 2 dewi,deta,dan arni
TRANSCRIPT
START
Winamp Mozilla Mc. Office
Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Isputaminingsih,M.Hum
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011 /
2012
2
Kesultanan Pasir
Keturunan dari pernikahan antara Putri Ratna Berana dan Adjie Anum
inilah yang nantinya akan menurunkan raja-raja di Kerajaan Pasir.
Dari penikahan mereka, muncullah ajaran agama islam.
Dinamika Daerah Taklukan: Dari Kesultanan Banjar hingga Belanda.
Sebagai daerah taklukan, Kerajaan Pasir yang kemudian menjadi
kesultanan diwajibkan untuk mengirimkan upeti setiap tahun kepada
Kesultanan Banjar berupa 10 kati emas urai, beras, dan padi.
Namun pada saat sultan sepuh berhasil merubah keadaan dengan
tambang emas mereka, jadi mereka tidak wajib menyerahkan umpeti.
Status Kerajaan Pasir sebagai daerah taklukan Pemerintah Hindia
Belanda (VOC) dimulai ketika Belanda membantu Sultan Tahmidillah II
dalam perang melawan Pangeran Amir.
Pada waktu penabalan, Belanda mengikat secara de jure Kesultanan Pasir melalui kontrak politik yang berisi:
•Kesultanan Pasir mengakui sebagai daerah yang termasuk ke dalam wilayah jajahan Hindia Belanda.•Kesultanan Pasir menyatakan sumpah setia kepada Kerajaan Belanda dan taat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda.•Kesultanan Pasir tidak akan mengadakan hubungan langsung ataupun membuat perjanjian dengan negara lain. Selain itu, musuh dari Belanda juga menjadi musuh Kesultanan Pasir.
•Namun kesultanan pasir tak berdiam diri banyak perlawanan yang mereka lakukan.
Sisilah raja.
Ratu Putri Petung / Putri Di Dalam Petung (Sri Sukma Dewi Aria Manau Deng Giti) (1516 – 1567)Raja Adjie Mas Patih Indra (1567 – 1607)Raja Adjie Mas Anom Indra (1607 – 1644)Raja Adjie Anom Singa Maulana (1644 – 1667)Sultan Panembahan Sulaiman I (Adjie Perdana) (1667 – 1680)Sultan Panembahan Adam I (Adjie Duwo) (1680 – 1705)Sultan Adjie Muhammad Alamsyah (Adjie Geger) (1703 – 1726)La Madukelleng (Arung Matoa dari Wajo, Bugis, Makasar) (1726 – 1736)Sultan Sepuh I Alamsyah (Adjie Negara) (1736 – 1766)Sultan Ibrahim Alam Syah (Adjie Sembilan) (1766 – 1786) *
Ratu Putri Petung / Putri Di Dalam Petung (Sri Sukma
Dewi Aria Manau Deng Giti) (1516 – 1567)
Raja Adjie Mas Patih Indra (1567 – 1607)
Raja Adjie Mas Anom Indra (1607 – 1644)
Raja Adjie Anom Singa Maulana (1644 – 1667)
Sultan Panembahan Sulaiman I (Adjie Perdana) (1667 –
1680)Sultan Panembahan Adam I (Adjie Duwo) (1680 – 1705)
Sultan Adjie Muhammad Alamsyah (Adjie Geger) (1703
– 1726)La Madukelleng (Arung Matoa dari Wajo, Bugis,
Makasar) (1726 – 1736)
Sultan Sepuh I Alamsyah (Adjie Negara) (1736 – 1766)
Sultan Ibrahim Alam Syah (Adjie Sembilan) (1766 –
1786) *
Kesultanan Banjar merupakan sebuah
kesultanan yang terletak di daerah yang sekarang kita
kenal dengan nama Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
Regalia Kesultanan Banjar:
• Masuknya Pengaruh Kolonial
• Pengaruh Belanda di Kesultanan Banjar• Masa Perlawanan
terhadap Belanda
Kesultanan banjar Sisilah kesultanan banjar:
1. Pangeran Samudera (1526 – 1545 M)
2. Sultan Rahmatillah (1545 – 1570 M)3. Sultan Hidayatillah (1570 – 1595 M) 4. Sultan Musta‘in Billah atau Marhum Panembahan (1595 – 1620 M)5. Ratu Agung bin Marhum Penembahan yang bergelar 6. Sultan Inayatillah (1620 – 1637 M)7. Ratu Anum bergelar Sultan Sai‘dullah (1637 – 1642 M) 8. Adipati Halid (Pangeran Tapesana) (1642 – 1660 M)
9. Pangeran Adipati Anum (1663 – 1679 M)10. Sultan Tahmidillah I (1679-1700 M)11. Sultan Hamidillah bergelar Sultan Kuning (1700 – 1734 M) 12. Pangeran Tamjid bin Sultan Amirullah Bagus Kesuma bergelar Sultan Tamjidillah I (1734 – 1759 M).13. Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Kuning (1759 – 1761 M) 14. Pangeran Nata Dilaga (1761 – 1801 M)15. Sultan Suleman Almutamidullah bin Sultan Tahmidillah II (1801 – 1825) 16. Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman (1825 – 1857) 17. Pangeran Tamjidillah II (1857 – 1859) 18. Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu‘mina (1859-1862) 19. Sultan Muhammad Seman (1862 – 1905)
wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar telah mengalami penyempitan dan hanya memerintah
secara langsung di wilayah sebelah kanan sungai
Martapura sampai dengan sungai Kalayan, kemudian
pinggir sebelah kanan sungai Kuwin dan
sepanjang sungai Barito.
Kesultanan kotawaringin.
a. asal-usul kotawaringin.
Kesultanan Kotawaringin merupakan satu-satunya
kesultanan yang tercatat pernah berdiri di wilayah
Provinsi Kalimantan Tengah.
Setelah berjumpa dengan Suku Dayak Arut,
rombongan Pangeran Anta Kasuma mencoba untuk
mendirikan permukiman hingga berkembang menjadi
bentuk kerajaan. Kerajaan ini dikenal dengan nama
Kerajaan Kotawaringin.
b. Kesultanan kotawaringin dari masa ke masa.
c. Perpindahan pusat pemerintahan.
Peralihan penguasaan Kesultanan Kotawaringin
ternyata berdampak sangat besar. Pengalihan ini
terutama berimbas pada sektor perekonomian dan
pemerintahan. Penguasaan (monopoli) perdagangan
yang sebelumnya dipegang oleh Kesultanan
Kotawaringin, kini diambil alih oleh Belanda.
d. kemunduran.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemunduran Kesultanan
Kotawaringin. Pertama, penguasaan atas Kesultanan Kotawaringin yang
sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Banjar diserahkan
kepada Pemerintah Hindia Belanda. Kedua, perpecahan di pihak
keluarga Kesultanan Kotawaringin.
e. Bergabung dengan republik Indonesia.
Ketika kemerdekaan Indonesia berkumandang pada tanggal 17 Agustus
1945, Kesultanan Kotawaringin secara tegas menyatakan diri untuk
masuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indoensia. Sikap ini
dikemukakan secara langsung oleh sultan ke-14, yaitu Pangeran Ratu
Anom Alamsyah.
f. kebangkitan.
Perubahan terjadi pada bulan Mei 2010. Kala itu muncul ide untuk
mengangkat kembali peranan seorang sultan sebagai penguasa
tertinggi di Kesultanan Kotawaringin.
Sisilah.Pangeran Adipati Anta Kasuma bergelar Ratu Bagawan Pangeran Mas Adipati Panembahan Kota Waringin Pangeran Prabu/ Panembahan Derut Pangeran Adipati Muda Pangeran Panghulu Pangeran Ratu Bagawan Pangeran Ratu Anom Kasuma Yudha Pangeran Imanudin/ Pangeran Ratu Anom Pangeran Akhmad Hermansyah Pangeran Ratu Anom Alamsyah I Pangeran Ratu Sukma Negara Pangeran Ratu Sukma Alamsyah Pangeran Kasuma Anom Alamsyah II (meninggal pada tahun 1975) @Pangeran Muasyidin Syah (pengurus harian) pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah (2010-sekarang)
Kerajaan pagatan.
Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah
Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Perjanjian Karang IntanWilayah kerajaan Pagatan merupakan salah satu daerah Kesultanan Banjar yang diserahkan oleh Sultan Sulaiman kepada kolonial Hindia-Belanda melalui Perjanjian Karang Intan.
Raja pagatan dan kusan.1. 1755-1800, La Pangewa, raja pagatan I.2. 1830-1838, La Palebi, raja pagatan II.
3. 1838-1855, la Paliweng, raja pagatan III.4. 1855-1863, La Matunra, raja pagatan dan kusan.
5. 1863-1871, La Makarau.6. 1871-1875, Abdul jabar, raja pagatan dan kusan.
7. 1875-1883, Ratu Senggeng, ratu pagatan dan kusan.
8. 1883-1893, h. Andi Tangkung, raja pagatan dan kusan.
9. 1893-1908, Andi Sallo, raja pagatan dan kusan.
Bukti Peninggalan Sejarah Kerajaan di Pagatan.
Makam para raja-raja di Desa Pasar Lama Kelurahan, Kota Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu. - Sisa Bangunan Istana Raja (Soraja) di Kota Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Ka-bupaten Tanah Bumbu. - Beberapa buah stempel Kerajaan Pagatan (tersimpan di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru). - Catatan sejarah berdirinya Kerajaan Pagatan.
Kesultanan sambas
Sumber yang digunakan oleh kaum sejarawan untuk melacak riwayat Kesultanan Sambas di Kalimantan Barat adalah dua kitab sastra bercorak sejarah, yaitu Asal Raja-Raja Sambas dan Salsilah Kerajaan Sambas.
Kerajaan Sambas Tua pada Masa HinduBerdirinya Kesultanan Sambas IslamBersatunya Dua Pemerintahan di SambasKesultanan Sambas di Era Kolonial
Wilayah kekuasaan.
(1) Kota Lama(2) Kota Bangun(3) Kota Bandir
(4) Lubuk Madung(5) Muara Ulakan
Kesultanan Sambas di Era Kolonial.01. Raden Janur (sekitar tahun 1364 M).
02. Tang Nunggal.03. Ratu Sepudak (1550 M).
04. Pangeran Prabu Kencana bergelar Ratu Anom Kesuma Yuda.05. Raden Bekut bergelar Panembahan Kota Balai.
06. Raden Mas Dungun.
Kesultanan (Islam) Sambas:01. Sultan Muhammad Syafiuddin I (1631 – 1668 M).02. Sultan Muhammad Tajuddin (1668 – 1708 M).03. Sultan Umar Akamuddin I (1708 – 1732 M)04. Sultan Abubakar Kamaluddin I (1732 – 1762 M).05. Sultan Umar Akamuddin II (1762 – 1786 M).06. Sultan Achmad Tajuddin (1786 – 1793 M).07. Sultan Abubakar Tajuddin I (1793 – 1815).08. Sultan Muhammad Ali Syafiuddin I (1815 – 1828).
09. Sultan Usman Kamaluddin (1828 – 1831).
10. Sultan Umar Akamuddin III (1831 – 1845).
11. Sultan Abubakar Tajuddin II (1845 – 1855).
12. Sultan Umar Kamaluddin (1855 – 1866).
13. Sultan Muhammad Syafiudin II (1866 – 1922).
14. Sultan Muhammad Ali Syafiuddin II (1922 – 1926).
15. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931 – 1943).
16. Pangeran Ratu Muhammad Taufik (1944 – 1984).
17. Pangeran Ratu Winata Kusuma (2000 – 2008).
18. Pangeran Ratu Muhammad Tarhan (2008 – sekarang).
Sistem pemerintahan.
Pada masa Kerajaan Sambas Tua dipimpin
oleh Ratu Anom Kesuma Yuda, sistem pemerintahan yang
dianut adalah menurut adat-
istiadat yang sudah turun-temurun, di mana raja sebagai
pemangku kekuasaan tertinggi dibantu oleh beberapa orang yang menempati jabatan
sebagai Orang-Orang Besar
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Sejarah:a. Sejarah Awal dan Interaksi dengan Kerajaan Majapahit
b. Masuknya Islam di Kerajaan Kutaic. Dari Kerajaan Kutai Kartanegara Menuju Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipurad. Masuknya Pengaruh Kolonial
e. Penghapusan Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipuraf. Era Kebangkitan
Silsilah:1. Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300 - 1320 M)2. Aji Batara Agung Paduka Nira (1320 - 1370 M)3. Aji Maharaja Sultan (1370 – 1420 M)4. Aji Mandarsyah (1420 – 1475 M)5. Aji Pangeran Tumenggung Baya-Baya (1475 – 1525 M)6. Aji Raja Mahkota (1525 – 1600 M)
7. Aji Dilanggar (1600 – 1605 M)
8. Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura (1605 – 1635 M)
9. Aji Pangeran Agung ing Martadipura (1635 – 1650 M)
10. Aji Pangeran Dipati Majakesuma ing Martadipura (1650 – 1686 M)
11. Aji Bagi Gelar Ratu Agung (1686 – 1700 M)
12. Pangeran Jembangan (1700 – 1730 M)
13. Aji Pangeran Dipati Anom Mendapa ing Martadipura atau Aji Yang
Begawan (1730 – 1732 M)
14. Aji Sultan Muhammad Idris (1732 – 1739 M)
15. Aji Marhum Muhammad Muslihudin (1739 – 1782 M)
16. Aji Sultan Muhammad Salehudin (1782 – 1845 M)
17. Aji Sultan Muhammad Sulaiman (1845 – 1899 M)
18. Aji Sultan Muhammad Alimudin (1899 – 1910 M)
19. Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920 – 1960 M) (Nawawi et.al.,
1992/1993:148)
20. Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II (2001 – sekarang).
Sistem PemerintahanPengaturan sistem pemerintahan di Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura, yang kemudian berubah menjadi Kesultanan Kutai Kartanagera ing Martadipura, terdapat dalam Undang-undang Dasar Panji Salaten.
Wilayah Kekuasaan.Di sebelah utara sampai daerah Sangkulirang,Di sebelah selatan sampai daerah Pasir,Di sebelah timur meliputi seluruh delta sungai Mahakam,Di sebelah barat meliputi daerah Dataran Tinggi Tunjung
Kesultanan Sambaliung.
Fakta sejarah yang dapat membuktikan
adanya kesultanan ini adalah istana
Sambaliung yang terletak di tepi Sungai
Kelay, Kecamatan Sambaliung, Provinsi
Kalimantan Timur.
Silsilah raja-raja.1. Raja Alam 2. Bungkoh 3. Muhammad Jalaluddin bin Alam 4. Muhammad Hasyik Syarifuddin bin Alam 5. Muhammad Adil Jalaluddin bin Jalaluddin 6. Abdullah Muhammad Khalifatullah 7. Bayanuddin bin Muhammad Jalaluddin 8. (Bupati) Datuk Ranik 9. Muhammad Aminuddin ( Datuk Ranik)
Kesultanan sambaliung Periode Pemerintahan.
Kekuasaan Kesultanan Sambaliung berdiri sejak tahun 1830 hingga tahun 1960. Artinya kesultanan ini pernah eksis selama hampir satu setengah abad. Pada tahun 1960, bersama dengan Kesultanan Gunung Tabur, Kesultanan Sambaliung dihapuskan melalui keputusan parlemen Indonesia. Setelah itu, Kesultanan Sambaliung berubah nama menjadi Kecamatan Sambaliung. Sistem dan tata pemerintahannya pun tidak lagi berdasarkan pada model kesultanan, namun sudah beralih sebagaimana yang berlaku pada umumnya di Republik Indonesia.
Kehidupan Sosial-Budaya
Ketika Raja Alam masih memimpin, kehidupan sosial di Kesultanan Sambaliung terasa tenteram, aman, dan tidak ada konflik masyarakat berdasarkan suku, etnis, dan ras. Padahal, sejak saat itu, masyarakat Sambaliung sudah terdiri dari beragam suku, ada suku Banuwa (Berau), Basap, Bajau, dan Bugis. Raja Alam berhasil mempersatukan suku-suku tersebut.
Wilayah KekuasaanSebelum menyatu dengan Kabupaten Berau, wilayah kekuasaan Kesultanan Sambaliyung meliputi daerah yang kini dikenal dengan nama Kecamatan Sambaliung.
Silsilah Sultan dalam Kesultanan Gunung Tabur adalah sebagai berikut:
1. Zainul Abidin II bin Badruddin
2. Ayi Kuning II bin Zainul Abidin
3. Amiruddin Maharaja Dendah I
4. Hasanuddin II Maharaja Dendah II bin Amiruddin
5. Si Atas 6. (Bupati) Maulana Ahmad7. Muhammad Khalifatullah
Jalaluddin 8. Aji Raden Muhammad Ayub
Kesultanan Gunung Tabur.
Kesultanan Gunung Tabur merupakan pecahan dari Kerajaan Berau. Bersama
dengan Kesultanan Sambaliyung, Kesultanan
Gunung Tabur pernah menyatu dalam satu nama dan sistem pemerintahan
Kerajaan Berau.
Wilayah Kekuasaan
Sebelum menyatu dengan Kabupaten Berau, wilayah kekuasaan Kesultanan Gunung Tabur meliputi daerah yang kini dikenal dengan nama Kecamatan Gunung Tabur.
Periode Pemerintahan
Kesultanan Gunung Tabur berdiri sejak terpisah dari Kerajaan Berau, yaitu sejak tahun 1820 hingga menyatu kembali dalam tata pemerintahan Kabupaten Berau pada tahun 1960. Artinya bahwa kesultanan ini sempat eksis selama hampir satu setengah abad. Pada tahun 1960, bersama dengan Kesultanan Sambaliyung, Kesultanan Gunung Tabur secara resmi dihapuskan eksistensinya melalui keputusan parlemen Indonesia.
Sejarah.
a. Kerajaan tidung kuno.
b. Kerajaan tidung
(kerajaan tarakan).
Kerajaan Tidung (Kerajaan Tarakan).
Kerajaan Tidung merupakan Kerajaan yang pernah hidup di Pamusian, wilayah Tarakan Timur, Kalimantan Timur antara tahun 1557-1571 M. Sebelum menetap di daerah Pamusian, selama kurun waktu antara 1076 – 1557 M pusat pemerintahan Kerajaan Tidung berpindah-pindah, sehingga ketika masa perpindahan tersebut, Kerajaan Tidung dikenal sebagai Kerajaan Tidung Kuno.
Sisilah raja-raja kidung kuno :
1. Benayuk 2. Yamus (Si Amus) 3. Ibugang (Aki Bugang)4. Itara 5. Ikurung 6. Karangan 7. Bengawan 8. Itambu9. Aji Beruwing Sakti 10. Aji Surya Sakti 11. Aji Pengiran Kungun 12. Pengiran Tempuad13. Aji Iram Sakti14. Aji Baran Sakti15. Datoe Mencang16. Abang Lemanak17. Ikenawai
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan di Kerajaan Tidung dibagi menjadi dua, pertama ketika masih bernama Kerajaan Tidung Kuno dan kedua ketika telah bersulih nama menjadi Kerajaan Tidung.
Kidung kuno, seorang raja sebagai pemimpin tertinggi. Ketikah menjadi kerajaanpun pemerintahan tetap seperti itu.
Sisilah raja kidung (kerajaan tarakan):1. Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)2. Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)3. Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)4.Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)5. Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)6. Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)7. Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782)8. Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817)9. Amiril Tadjoeddin (1817-1844)10. Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867)11. Datoe Maoelana Amir Bahar (1867-1896)12. Datoe Adil (1896-1916)
Kerajaan Berau:
Kerajaan Berau adalah sebuah kerajaan yang muncul pada era sebelum Islam masuk ke wilayah Kalimantan Timur atau yang dulu masih termasuk dalam wilayah Kalimantan bagian utara. Pendirian kerajaan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-15 Masehi ini dipelopori oleh orang-orang Melayu yang datang dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang, Sumatra Selatan.
Sejarah:
a. Asal-usul Pendiri
Kerajaan Berau
b. Masa Awal dan Eksistensi
Kerajaan Berau
c. Perpecahan Kerajaan
Berau
Masing-masing dari pemerintahan kecil di
Berau sebenarnya sudah memiliki kelengkapan untuk menjadi sebuah negara atau kerajaan. Mereka mempunyai
pemimpin, rakyat, wilayah kekuasaan, dan pengakuan dari luar wilayah mereka.
Setiap banua dipimpin oleh seorang kepala adat atau kepala suku sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin adat
dan pemimpin agama.
Sisilah raja-raja:
1. Aji Raden Soerja Nata Kasoema dan Aji Poetari Paramaisoeri (1400-1432).
2. Aji Nikullam (1432-1461).3. Aji Nikutak (1461-1492).4. Aji Nigindang (1492-1530).5. Aji Panjang Ruma (1530-1557).6. Aji Temanggung Barani (1557-1589).7. Aji Surya Raja (1589-1623).8. Aji Surga Balindung (1623-1644).9. Aji Dilayas (1644-1673).10.Aji Pangeran Tua (1673-1700).11. Aji Pangeran Dipati (1700-1731).12.Sultan Muhammad Hasanuddin (1731-1767).13.Sultan Amiril Mukminin (1767-1779).14.Sultan Muhammad Zaenal Abidin (1779-
1800)
Wilayah kekuasaan berau:
Adapun nama-nama tempat yang akhirnya menjadi wilayah
kekuasaan Kerajaan Berau antara lain Sungai Lati, Kuran,
Muara Baru, Bulalung Karantigau, Kubuan Pindda,
Mangkapadi, Bulungan Selimbatu, Sekatak Buji, Sekata Jelanjang, Betayu,
Sesayap, Simangarris, Tawau, Segarung, Talluk Silam, dan Kinabatangan. Berikutnya
adalah daerah Passut, Bandang, Maras, Ulu Kelay, Buyung-buyung, Semurut, Tabalar,
Karang Bassar, Balikkukup, Mataha, Kaniiungan, Talisatan, Dumaring, Batu Putih, Tallauk
Sumbang, dan Maubar .
Sejarah:a. Riwayat
Berdirinya Kesultanan Kadriah – Pontianak.
b. Kesultanan Kadriah
Pontianak pada Masa Kolonial
Silsilah raja-raja:
Sultan Syarif Abdurahman Alqadrie (1771 – 1808 M).Sultan Syarif Kasim Alqadrie (1808 – 1819).Sultan Syarif Usman Alqadrie (1819 – 1855).Sultan Hamid Alqadrie (1855 – 1872).Sultan Syarif Yusuf Alqadrie (1872 – 1895).Sultan Syarif Muhammad Alqadrie (1895 – 1944).Sultan Syarif Thaha Alqadrie (1945).Sultan Syarif Hamid II atau Sultan Hamid II (1945 – 1950).
Kesultanan kadirah pontianak.
Sistem pemerintahan:
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
sistem pemerintahan Kesultanan Kadriah
Pontianak selalu tergantung dengan
kebijakan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada setiap pergantian kepemimpinan
kesultanan.
Wilayah kekuasaan:Kesultanan Kadriah Pontianak berhasil
menduduki wilayah Kerajaan Sanggau
sekaligus menguasai jalur perdagangan ke
pedalaman Sungai Kapuas. Sebagai
legitimasi penguasaan atas wilayah Sanggau,
Kerajaan Bulungan:
sejarahKesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).
Masa Pemerintahan Yang Dipimpin Oleh Seorang Kesatria/Wira:
Datuk Mencang (Seorang bangsawan dari Brunei), beristrikan Asung Luwan(1555-1594)Singa Laut, Menantu dari Datuk Mencang (1594-1618)Wira Kelana, Putera Singa Laut (1618-1640)Wira Keranda, Putera Wira Kelana (1640-1695)Wira Digendung, putra Wira Keranda (1695-1731)Wira Amir, Putera Wira Digendung Gelar Sultan Amiril Mukminin (1731-1777)
Masa Pemerintahan Yang Dipimpin Oleh Seorang Sultan
Aji Muhammad/Sultan Alimuddin bin Muhammad Zainul Abidin/Sultan Amiril Mukminin/Wira Amir (1877-1817)Muhammad Alimuddin Amirul Muminin Kahharuddin I bin Sultan Alimuddin (jabatan ke-1) (1817-1861)Muhammad Jalaluddin bin Muhammad Alimuddin (1861-1866)Muhammad Alimuddin Amirul Muminin Kahharuddin I bin Sultan Alimuddin (jabatan ke-2) (1866-1873)Muhammad Khalifatul Adil bin Maoelanna (1873-1875)Muhammad Kahharuddin II bin Maharaja Lela (1875-1889)Sultan Azimuddin bin Sultan Amiril Kaharuddin (1889-1899).Pengian Kesuma (1899-1901). Ia adalah istri Sultan Azimuddin.Sultan KasimuddinDatu Mansyur (1925-1930), Pemangku jabatan sultanMaulana Ahmad Sulaimanuddin (1930-1931)Maulana Muhammad Jalaluddin (1931-1958)
Kerajaan maluku
Kesultanan ternate
Sejaraha.asal usulPulau Ternate merupakan sebuah pulau gunung api seluas 40 km persegi, terletak di Maluku Utara, Indonesia. b. Pembentukan Persekutuanc. Islam di TernateDiperkirakan, Islam sudah lama masuk secara diam-diam ke Ternate melalui jalur perdagangan. d. Kedatangan Penjajah Eropa
Silsilah raja-raja:
1. Kolano Baab Mashur Malamo (1257-1272)7. Kolano Cili Aiya (1322-1331)17. Kolano Marhum (1465-1486)18. Sultan Zainal Abidin (1486-1500)19. Sultan Bayanullah (1500-1521)20. Pangeran Taruwese21. Pangeran Tabarij22. Sultan Khairun (1534-1570)23. Sultan Baabullah (1570-1583)-- Sultan Mandar Syah (1648-1650)-- Sultan Manila (1650-1655)-- Sultan Mandar Syah (1655-1675)-- Sultan Sibori (1675-1691)-- Sultan Muhammad Usman (1896-1927)48. Sultan Muhammad Jaber Syah 49. Sultan Mudaffar Syah (1975-sekarang)
Periode Pemerintahan
Ternate mencapai masa jaya pada paruh kedua abad ke-16 M, di masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583), berkat ramainya perdagangan rempah-rempah. Saat itu, untuk menjaga lalu lintas perdagangan di kawasan tersebut, Ternate memiliki armada militer yang tangguh.
Wilayah Kekuasaan.
kekuasaan Kerajaan Ternate mencakup wilayah Maluku,
Sulawesi Utara, Timur dan Tengah, Nusa Tenggara, Selatan
Kepulauan Philipina (Mindanao) dan
Kepulauan Marshal di Pasifik.
Struktur Pemerintahan
pemimpin tertinggi di Ternate adalah sultan. Selanjutnya, karena kerajaan menggunakan hukum Islam, maka, ulama juga memegang peranan
penting.
Kesultanan Tidore
Sejak awal berdirinya hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore belum bisa dipastikan. Barulah pada era Jou Kolano Bunga Mabunga Balibung, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit terkuak, itupun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah Balibunga, namun para pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam menentukan
dimana sebenarnya Balibunga ini. Ada yang mengatakannya di Utara Tidore, dan adapula yang mengatakannya di daerah pedalaman Tidore
selatan.
SilsilahDari sejak awal berdirinya hingga saat ini, telah berkuasa 38 orang sultan di Tidore. Saat ini, yang berkuasa adalah Sultan Hi. Djafar Syah.
Periode PemerintahanKerajaan Tidore berdiri sejak 1108 M dan berdiri sebagai kerajaan merdeka hingga akhir abad ke-18 M. setelah itu, kerajaan Tidore berada dalam kekuasaan kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Tidore menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wilayah KekuasaanPada masa kejayaannya, wilayah kerajaan Tidore mencakup kawasan yang cukup luas hingga mencapai Kepulauan Pasifik. Wilayah sekitar pulau Tidore yang menjadi bagian wilayahnya adalah Papua, gugusan pulau-pulau Raja Ampat dan pulau Seram.Wilayah KekuasaanPada masa kejayaannya, wilayah kerajaan Tidore mencakup kawasan yang cukup luas hingga mencapai Kepulauan Pasifik. Wilayah sekitar pulau Tidore yang menjadi bagian wilayahnya adalah Papua, gugusan pulau-pulau Raja Ampat dan pulau Seram.
Sejarah Kesultanan Jailolo
Muhammad Arif Bila (dalam sisilah tersebut ditulis Sultan Gugu Alam) adalah keturunan ke-8 dari Prins Gugu Alam. Prins Gugu Alam adalah
nenek moyang keturunan kedelapan ke atas dari Sultan Gugu Alam alias Muhammad Arif Bila – Ada beberapa nama yang sama dalam
sisilah ini, namun pada jenjang dan periode yang berbeda waktunya.
Muhammad Arif Bila sebelum diangkat oleh Sultan Nuku dari Tidore untuk manjadi Sultan Jailolo I (pada periode kedua sejarah kronologis
kesultanan Jailolo).
tidak semua orang di pulau Halmahera (Utara) mengakui keabsahan dia sebagai Sultan Jailolo, lagi pula mereka yang mengklaim dirinya
sebagai Sultan Jailolo ini (sejak tahun 1637 hingga 1918 saat dibuang ke Cianjur) mereka tidak pernah berkuasa di atas tanah Jailolo itu
sendiri, melainkan hanya menjadi Sultan Jailolo di pengasingan saja seperti di Weda dan Halmahera belakang termasuk juga juga di pulau
Seram.
Kesultanan Loloda.
Kesultanan Loloda terletak di Halmahera Utara, dan diyakini sebagai salah satu kerajaan tertua di Maluku. Tidak dijelaskan secara jelas
dalam sumber tertulis kapan Kerajaan Loloda ini terbentuk.
Kerajaan-kerajaan di Maluku termasuk Kesultanan Loloda dan Kesultanan Moro berdiri pada abad ke-13. Menurut cerita masyarakat
Loloda sekarang, Kesultanan Loloda didirikan oleh seorang tokoh legendaris yang datang dari Ternate via Galela. Tokoh ini berama
Kolano Tolo alias Kolano Usman Malamo.
Kerajaan Loloda masih berdiri sampai abad 19, namun pamornya kalah oleh tiga kerajaan besar yang ada di Maluku Utara. Kesultanan
Loloda baru berakhir pada abad ke 20 tepatnya pada tahun 1908. Peristiwa yang menyebabkan Kesultanan Loloda jatuh adalah adanya
pergolakan politik internal kerajaan dan adanya pengaruh dari pemerintah Hindia-Belanda.
Kerajaan Tanah Hitu
Kerajaan Tanah Hitu terletak di Pulau Ambon, tepatnya di
Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.Kerajaan ini berdiri sebelum
era kolonialisme di Indonesia. Berdirinya
kerajaan ini tidak terlepas dari keberadaan Empat Perdana. Mereka adalah empat kelompok yang
pertama kali menginjakkan kakinya di Tanah Hitu.
a. Sejarah Kedatangan Empat Perdana
b. Sejarah Pembentukan Kerajaan
Sisilah raja-raja:
1. Zainal Abidin Upu Latu Sitania (1470-…)
2. Maulana Imam Ali Mahdum Ibrahim
3. Pattilain4. Popo Ehu 5. Mateuna (…-1634)6. Hunilamu (1637 – 1682)
Periode Pemerintahan
Kerajaan Tanah Hitu mencapai kejayaannya pada masa 1470-1682, yaitu sejak rajanya yang pertama (Zainal Abidin) hingga raja yang keenam (Hunilamu).Pada periode tersebut, Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat vital di kawasan Maluku. Kondisi inilah yang menyebabkan Portugis dan Belanda sangat berniat menguasai Maluku, salah satunya dengan cara menyerang Kerajaan Tanah Hitu secara habis-habisan.Wilayah KekuasaanWilayah-wilayah yang termasuk ke dalam tujuh negeri tersebut adalah: Negeri Soupele, Negeri Wapaliti, Negeri Laten, Negeri Olong, Negeri Tomu, Negeri Hunut, dan Negeri Masapal.Struktur Pemerintahan Di Kerajaan Tanah Hitu, posisi raja adalah sebagai pemegang pemerintahan yang tertinggi, sedangkan Empat Perdana adalah yang menjalankan pemerintahan di bawah perintah raja.