efek pemberian pupuk organik cair batang pisang dan …
TRANSCRIPT
EFEK PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BATANG
PISANG dan AB MIX TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA
HIJAU (Lactuca sativa) dan SELADA MERAH (Lactuca sativa
var. Crispa) SECARA HIDROPONIK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I pada
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
DIAN WAHYUNINGTYAS
A 420 160 154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
EFEK PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BATANG PISANG dan AB
MIX TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) dan
SELADA MERAH (Lactuca sativa var. Crispa) SECARA HIDROPONIK
Abstrak
Penggunaan pupuk organik cair dalam budidaya hidroponik dapat digunakan
sebagai alternatif untuk menekan penggunaan pupuk anorganik. Salah satu bahan
organik yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk adalah batang pisang
karena mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen
(N), fosfor (P) dan kalium (K). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
efek pemberian pupuk cair organik batang pisang dan AB mix terhadap
pertumbuhan selada hijau dan selada merah secara hidroponik. Penelitian ini
dilaksanakan di Jatisari RT 02/RW 01, Kradenan, Trucuk, Klaten pada Bulan
Februari – Agustus 2020. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental dengan
metode kuantitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan faktorial
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah
varietas selada yaitu S1= selada hijau dan S2= selada merah, faktor kedua
konsentrasi POC batang pisang yaitu P0 = AB mix 100 % (kontrol), P1= POC 15
% + AB mix 85 %, P2= POC 40 % + AB mix 60 %, dan P3= POC 65 % + AB mix
35 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian POC batang pisang 40% +
AB mix 60 % berpengaruh nyata terhadap berat segar dan berat kering selada tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi selada dan jumlah daun selada.
Kata kunci: batang pisang, AB mix, selada hijau, selada merah
Abstract
The use of liquid organic fertilizer in hydroponic cultivation can be used as an
alternative to suppress the use of inorganic fertilizers. One of the organic materials
that can be utilized in making fertilizer is banana stems because they contain
important elements needed by plants such as nitrogen (N), phosphorus (P) and
potassium (K). The purpose of this study was to determine the effect of the
application of organic liquid fertilizer of banana stems and AB mix to the growth
of green lettuce and red lettuce hydroponically. This research was conducted in
Jatisari RT 02 / RW 01, Kradenan, Trucuk, Klaten in February - August 2020. This
research is an experimental research with quantitative methods. The design of this
study used a factorial design that is a completely randomized design (CRD) with
two factors. The first factor was lettuce variety, S1 = green lettuce and S2 = red
lettuce, the second factor was POC concentration of banana stems, P0 = AB mix
100% (control), P1 = POC 15% + AB mix 85%, P2 = POC 40% + AB mix 60%,
and P3 = POC 65% + AB mix 35%. The results showed that the administration of
40% banana stem POC + 60% AB mix significantly affected the fresh weight and
dry weight of lettuce but did not significantly affect the height of lettuce and number
of lettuce leaves.
Keywords: banana stem, AB mix, green lettuce, red lettuce
2
1. PENDAHULUAN
Selada merupakan salah satu sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat,
karena selada mengandung gizi yang baik antara lain: vitamin A, vitamin B,
dan vitamin C yang berguna untuk kesehatan tubuh. Tanaman selada yang
terkenal terdiri dari tiga jenis yaitu selada mentega, selada tutup, dan selada
potong. Tanaman selada dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah maupun
dataran tinggi (pegunungan). Di daerah pegunungan daunnya dapat
membentuk krop yang besar. Sebaliknya, di dataran rendah tanaman ini hanya
membentuk krop yang kecil, tetapi cepat berbunga. Selada dapat tumbuh
dengan baik di tanah yang mengandung pasir atau lumpur (subur), suhu udara
15-20˚C, dengan derajat keasaman tanah (pH) 5-6.5 (Sunarjono, 2013).
Menurut Badan Pusat Statistika (2016), bahwa tahun 2010 produksi
selada sebesar 41.11 ton / tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2015
yaitu sebesar 39.289 ton/ tahun. Laju pertumbuhan produksi selada pada tahun
2010-2015 yaitu sebesar 5.19 - 6 % per tahun. Tetapi produk nasional selada
masih lebih rendah dari konsumsi yakni sebesar 35.30 kg / kapita/ tahun.
Sementara itu volume impor selada di tahun 2015 sebesar 21.1 ton sehingga
terdapat peluang peningkatan produksi agar mampu memenuhi tingkat
konsumsi selada nasional.
Berdasarkan data statistik di atas, dalam upaya meningkatkan
jumlah produksi selada masih menemui beberapa hambatan salah satunya
adalah sempitnya lahan pertanian karena selada biasanya ditanam dengan cara
konvensional. Oleh karena itu, budidaya selada secara hidroponik dapat
digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan produksi selada karena tidak
membutuhkan lahan yang luas. Menurut Roidah (2014), bahwa sistem
hidroponik memiliki beberapa keuntungan antara lain: keberhasilan tanaman
untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin, perawatan lebih, tanaman yang
mati lebih mudah diganti dengan tanaman baru, dan harga jual hidroponik lebih
tinggi dari produk non hidroponik.
Proses pemberian nutrisi juga merupakan hal penting yang dapat
membantu produktivitas tanaman selada. Namun saat ini banyak pupuk kimia
3
anorganik yang masih digunakan para petani selada Menurut Oviyanti (2016),
penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus memiliki dampak yang
tidak baik bagi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, hal inilah yang
menyebabkan kemampuan tanah mendukung ketersediaan hara dan kehidupan
mikroorganisme dalam tanah menurun. Sedangkan nutrisi yang biasa
digunakan pada pertanian dengan sistem hidroponik adalah AB Mix. Selain
penggunaan AB Mix sebagai nutrisi hidroponik, penggunaan pupuk organik
cair dapat digunakan untuk menekan penggunaan pupuk anorganik.
Penggunaan pupuk organik cair pada sistem hidroponik saat ini sudah
semakin luas. Hal ini dapat dikarenakan pupuk organik cair dapat digunakan
sebagai pengganti larutan hara yang harganya relatif lebih murah (Alviani,
2015). Menurut Novriani (2019), bahwa penggunaan effective microorganisme
EM4 dapat mempercepat proses fermentasi, kemudian juga dapat
memperbanyak kandungan hara dari pupuk itu sendiri. Salah satu bahan limbah
alami yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair
pada sistem hidroponik yaitu batang pisang.
Purnomo (2017), bahwa batang pisang yang digunakan untuk
pembuatan pupuk mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman
seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Selain itu, tanaman yang
ditambahkan kompos tumbuh menjadi lebih baik. Dengan demikian perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas pemberian pupuk cair
organik batang pisang dan AB mix sebagai salah satu bentuk pemanfaatan
limbah batang pisang sebagai alternatif untuk menekan penggunaan pupuk
anorganik.
2. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Jatisari RT 02/RW 01, Kradenan, Trucuk, Klaten
pada Bulan Februari – Juli 2020. Penelitian ini merupakan penelitian
ekperimental dengan metode kuantitatif. Rancangan penelitian ini
menggunakan rancangan faktorial yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua
faktorial. Persiapan penelitian meliputi 3 tahap yaitu: pembuatan POC batang
pisang, penyemaian benih selada hijau dan selada merah, dan pembuatan media
4
hidroponik wick system. Pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai
dari penyemaian benih selada kemudian pindah tanam pada hidroponik wick
system. Teknik analisis data menggunakan analisis ANOVA yaitu Two Way
Anova atau anova dua jalur dengan aplikasi SPSS for Windows.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari penelitian pemberian POC batang pisang dan AB mix
terhadap pertumbuhan selada merah dan selada hijau didapatkan rerata yang
berbeda-beda pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar
tanaman, dan berat berat kering tanaman.
Gambar 1. Grafik Rerata pertumbuhan selada merah dan selada hijau setelah pemberian
POC dan AB mix
3.1 Tinggi Tanaman
Gambar 2. Diagram Rerata Tinggi Tanaman Selada Hijau Dan Selada Merah
11,67
10,26
12,94
11,13
6,13 6,4
9,378,47
54
5 54 4
7
5
2,83 3,274 3,58 3,57
2,78
4,633,52
0,14 0,18 0,21 0,17 0,17 0,15 0,25 0,19
0
2
4
6
8
10
12
14
S1P0 S1P1 S1P2 S1P3 S2P0 S2P1 S2P2 S2P3
Grafik Rerata Pertumbuhan Selada
Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun
Berat segar Berat kering
Tinggi tanaman (cm)0
10
20
S1P0S1P1S1P2S1P3S2P0S2P1S2P2S2P3
11,6710,2612,9411,13
6,13 6,49,37 8,47
Tinggi tanaman (cm)
5
Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan rerata tinggi tanaman selada yang
tertinggi yaitu pada perlakuan S1P2 (selada hijau dengan pemberian POC
40 % + AB mix 60 %) dengan rerata 12.94 cm dan rerata terendah pada
perlakuan S2P0 (selada merah dengan pemberian AB mix 100 %)
memiliki rerata 6.13 cm.
Berdasarkan hasil analisis uji two way anova varietas selada
menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman.
Sedangkan perlakuan dan interaksi keduanya tidak menunjukan hasil yang
signifikan, sehingga hasil parameter tinggi tanaman ini tidak dapat
dianalisis dengan uji lanjut Post Hoc Test.
Dari gambar 2 terlihat bahwa perbedaan rerata tinggi tanaman
berdasarkan varietas menunjukkan hasil yang berbeda, dimana varietas
selada hijau memiliki rerata tinggi tanaman yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan varietas selada merah. Hal ini didukung penelitian
Pradita (2019), yang menyatakan bahwa masing-masing varietas selada
memberikan respon yang berbeda-beda terhadap komponen pertumbuhan
dan hasil tanaman selada. Adanya perbedaan pada varietas selada ini
disebabkan karena genetik setiap varietas memiliki ciri fisik, bentuk,
warna, dan ukuran yang berbeda. Varietas selada yang berbeda
menunjukkan respon pertumbuhan dan hasil yang berbeda walau ditanam
pada lingkungan serta nutrisi yang sama.
3.2 Jumlah Daun
Pengamatan jumlah tanaman selada juga dilakukan seminggu sekali
selama 5 minggu setelah tanam. Kemudian data hasil pengamatan dirata-
rata hingga diperoleh rerata jumlah daun. Dari pengamatan jumlah daun
didapatkan hasil yang berbeda-beda pada masing-masing perlakuan.
Berdasarkan hasil analisis uji two way anova, bahwa sumber variasi
perlakuan, varietas selada, dan interaksi keduanya tidak menunjukan hasil
yang signifikan, artinya ketiga sumber variasi tersebut tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun, sehingga hasil parameter tinggi tanaman ini
tidak dapat dianalisis dengan uji lanjut Post Hoc Test.
6
Gambar 3. Diagram rerata jumlah daun selada hijau dan selada merah
Gambar 1 dan gambar 3 menunjukkan rerata jumlah daun selada
tertinggi yaitu pada perlakuan S2P2 (selada merah dengan pemberian POC
40 % + AB mix 60 %) memiliki rerata jumlah daun 7 helai dan rerata
terendah pada perlakuan S1P1 (selada hijau dengan pemberian POC 15 %
+ AB mix 85 %), S2P0 (selada merah dengan pemberian AB mix 100 %),
S2P1 (selada merah dengan pemberian POC 15 % + AB mix 85 %).
Ketiganya memiliki rerata jumlah daun yang sama yaitu 4 helai. Pada
pengamatan jumlah daun selada setiap minggu tidak selalu menunjukkan
penambahan daun. Ada yang daunnya bertambah, tetap atau bahkan
berkurang. Hal ini dapat terjadi karena tanaman selada mengalami
kelayuan, sehingga menyebabkan daun tanaman selada kering dan
kemudian rontok.
Menurut Megasari (2020), dalam proses pembentukan organ
vegetatif daun, tanaman membutuhkan unsur hara nitrogen dalam jumlah
yang banyak. Tanaman yang dipanen daunnya seperti kubis, selada, sawi
kangkung, dan bayam membutuhkan asupan unsur nitrogen yang tinggi.
Karena tanaman-tanaman tersebut lebih difokuskan pada pembentukan
daun, sehingga vase vegetatif dari tanaman tersebut perlu dirangsang agar
lebih dominan. Pemberian POC batang pisang berperan penting terhadap
proses fotosintesis tanaman selada. Karena POC batang pisang memiliki
Jumlah daun (helai)0
5
10
S1P0 S1P1 S1P2 S1P3 S2P0 S2P1 S2P2 S2P3
54
5 54 4
75
Jumlah daun (helai)
7
kandungan sulfur (S) yang berperan dalam menstabilkan nitrogen (N) dan
membantu sintesis klorofil.
3.3 Berat Segar
Gambar 4. Diagram rerata berat segar selada hijau dan selada merah
Gambar 1 dan gambar 4 menunjukkan rerata berat segar selada tertinggi
yaitu pada perlakuan S2P2 (selada merah dengan pemberian POC 40 % +
AB mix 60 %) memiliki rerata berat segar 4.63 g dan rerata terendah pada
perlakuan S2P1 (selada merah dengan pemberian POC 15 % + AB mix 85
%) yang memiliki rerata berat segar 2.78 g. Perlakuan P2 pemberian nutrisi
dengan konsentrasi POC 40 % dan AB mix 60 % merupakan perlakuan
yang memiliki pengaruh terhadap berat segar selada hijau dan selada
merah. Hal ini didukung penelitian Muhadiansyah (2016), bahwa
penggunaan POC tanpa nutrisi AB mix dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman selada. Penggunaan POC harus disertai dengan
pemberian AB mix 50 % atau lebih, kerena nutrisi AB mix memiliki
kandungan unsur hara cukup lengkap dalam budidaya hidroponik.
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis two way anova menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian POC batang pisang dan AB mix berpengaruh
nyata terhadap berat kering selada, tetapi pada varietas dan interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar selada. Hal ini
didukung dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 5 % menunjukkan
kontrol P0 (AB mix 100 %) berbeda nyata dengan perlakuan P2 (POC 40
% + AB MIX 60 %), P1 (POC 15 % + AB mix 85 %) berbeda nyata dengan
Berat segar (g)0
2
4
6
S1P0 S1P1 S1P2 S1P3 S2P0 S2P1 S2P2 S2P3
2.83 3.274 3.58 3.57
2.78
4.633.52
Berat segar (g)
8
perlakuan P2 (POC 40 % + AB MIX 60 %), kontrol P2 (POC 40 % + AB
MIX 60 %) berbeda nyata dengan perlakuan P0 (AB mix 100 %) dan P3
(POC 65 % + AB mix 15 %).
Menurut Purwanto (2019), perbedaan bobot segar tanaman pada
setiap perlakuan juga dapat mempengaruhi perbedaan bobot kering
tanaman. Ketersediaan kandungan unsur hara makro dan mikro yang
diserap tanaman dengan baik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
secara optimal, sehingga diperoleh bobot segar tanaman yang lebih tinggi
(Candra, 2020).
3.4 Berat Kering
Gambar 5 Diagram rerata berat kering selada hijau dan selada merah
Penimbangan berat kering selada hijau dan selada merah dilakukan setelah
proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari selama 3 hari.
Berdasarkan pengamatan mendapatkan hasil rerata yang berbeda-beda
pada masing-masing perlakuan. Hal ini dikarenakan perbedaan
konsentrasi pemberian POC batang pisang dan AB mix yang berbeda-beda
pada setiap box wick system. Dari gambar 1 dan gambar 5, menunjukkan
rerata berat kering selada tertinggi yaitu pada perlakuan S2P2 (selada
merah dengan pemberian POC 40 % + AB mix 60 %) yang memiliki rerata
berat kering 0.25 g dan rerata terendah pada perlakuan S1P0 (selada hijau
dengan pemberian AB mix 100 %) dengan rerata berat kering 0.14 g.
Penurunan berat selada pada proses pengeringan dikarenakan sebagian
Berat kering (g)0
0,1
0,2
0,3
S1P0S1P1S1P2S1P3S2P0S2P1S2P2S2P3
0.140.18
0.210.17 0.17 0.15
0.250.19
Berat kering (g)
9
besar kandungan tanaman selada adalah air, sehingga berpengaruh saat
penimbangan berat kering selada.
Hasil analisis uji hipotesis two way anova menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian POC batang pisang dan AB mix berpengaruh nyata
terhadap berat kering selada. Kombinasi antara POC batang pisang dan
AB mix dapat saling melengkapi satu sama lain dalam mencukupi
kebutuhan nutrisi tanaman, sehingga dapat memberikan respon pengaruh
yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman selada. Hal
ini didukung dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 5 % menunjukkan
kontrol P0 (AB mix 100 %) berbeda nyata dengan perlakuan P2 (POC 40
% + AB MIX 60 %), P1 (POC 15 % + AB mix 85 %) berbeda nyata dengan
perlakuan P2 (POC 40 % + AB MIX 60 %), kontrol P2 (POC 40 % + AB
MIX 60 %) berbeda nyata dengan perlakuan P0 (AB mix 100 %), P1 (POC
15 % + AB mix 85 %), dan P3 (POC 65 % + AB mix 15 %); kontrol P3
berbeda nyata dengan P3 (POC 65 % + AB mix 15 %).
Selain konsentrasi pemberian nutrisi pada tanaman selada, media
tanam juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
Pada penelitian ini media tanam yang digunakan adalah cocopeat,
sehingga secara visual pertumbuhan tanaman selada berbeda dengan
tanaman selada pada umumnya. Hal ini diduga karena pengaruh dari
pengunaan cocopeat sebagai media tanam selada secara hidroponik.
Didukung dengan penelitian Wibowo (2017), bahwa media tanam
cocopeat sebenarnya merupakan media tanam yang mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat dan dapat menahan air hingga 73 % dari 41
ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat. Kekurangan media
cocopeat yaitu mengandung senyawa kimia berbahaya zat tanin yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman, sehingga apabila proses
pengolahan yang kurang steril dapat berpengaruh terhadap kualitas
cocopeat. Didukung juga dengan penelitian Triwaluyo (2017), bahwa
media cocopeat sebagai media tumbuh tanaman hidroponik memberikan
pengaruh terendah. Hal ini karena sifat dari media tanam cocopeat yang
10
mudah dalam menyerap air namun memiliki drainase yang kurang baik
sehingga menyebabkan ketersediaan oksigen dalam media berkurang dan
dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil simpulan
bahwa pupuk organik cair batang pisang dan AB mix memiliki pengaruh nyata
terhadap berat segar dan berat kering pada tanaman selada hijau dan selada
merah. Namun, perlakuan pemberian pupuk organik cair batang pisang dan AB
mix berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun
tanaman selada hijau dan selada merah. Pada penelitian ini konsentrasi terbaik
yaitu dengan pemberian 40 % POC + 60 % AB mix.
DAFTAR PUSTAKA
Alviani, P. (2015). Bertanam Hidroponik Untuk Pemula. Depok: Publisher.
Badan pusat statistik. (2016). Produksi dan Produktivitas Selada 2010-2015.
http://www.bps.go.id .
Candra, C. L., Yamika, W.S.D., & Soelistyono, R. (2018). Pengaruh Debit Aliran Nutrisi
dan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kale
(Brassica oleracea var. Acephala) pada Sistem Hidroponik Nutrient Film
Technique (NFT). Jurnal produksi tanaman, 8(1), 8-15.
Megasari, R. (2020). Uji Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica Rappa L) Dengan
Pemberian Nutrisi AB Mix dan Pupuk Organik Cair pada System
Hidroponik. Musamus journal of agrotechnology research, 2(2), 1-7.
Muhadiansyah, T. O., Setyono, S., & Adimihardja, S. A. (2016). Efektivitas Pencampuran
Pupuk Organik Cair dalam Nutrisi Hidroponik pada Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Agronida, 2(1), 2442-
2541.
Novriani, N., Nurshanti, D. F., & Asroh, A. (2019). Pemanfaatan Daun Gamal Sebagai
Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Pertanian, 14(1), 7-11.
Oviyanti, F., Syarifah, S., & Hidayah, N. (2016). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair
daun Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.) terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Biota, 2(1), 61-
67.
11
Pradita, N., & Koesriharti, K. (2019). Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tiga Varietas Selada (Lactuca Sativa L.) Pada Sistem NFT. Jurnal
Produksi Tanaman, 7(4), 706-712.
Purnomo, E. A., Sutrisno, E., & Sumiyati, S. (2017). Pengaruh Variasi C/N Rasio terhadap
Produksi Kompos an Kandungan Kalium (K), Pospat (P) Dari Batang Pisang
Dengan Kombinasi Kotoran Sapi dalam Sistem Vermicomposting. Jurnal
Teknik Lingkungan, 6(2), 1-15.
Purwanto, E., Sunaryo, Y., & Widata, S. (2019). Pengaruh kombinasi pupuk AB mix dan
pupuk organik cair (POC) kotoran kambing terhadap pertumbuhan dan hasil
sawi (Brassica juncea L) hidroponik. Jurnal ilmiah agroust, 2(1), 11-24.
Roidah, I. S. (2015). Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik. Jurnal
Bonorowo, 1(2), 43-49.
Sunarjono, H. (2013). Bertanam 36 jenis sayur. Jakarta: Penebar swadaya.
Triwaluyo, T., Astuti, M., & Hartati, R.M. (2017). Pengaruh Modifikasi Nutrisi dan Media
Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pre Nursery dengan
Sistem Hidroponik. Jurnal Agromast, 2(1), 1-11.
Wibowo, A.W., Suryanto, A., & Nugroho, A. (2017). Kajian Pemberian Berbagai Dosis
Larutan Nutrisi dan Media Tanam Secara Hidroponik Sistem Substrat pada
Tanaman Kalian (Brassica oleracea L.). Jurnal produksi tanaman, 5(7),
1119-1125.