laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai ciptaan yang sangat mulia diberikan kemampuan berpikir
dan bertindak mengakibatkan manusia mampu melakukan berbagai
aktifitas, baik aktifitas yang melibatkan alam maupun aktifitas yang
melibatkan sesama manusia. Aktifitas dalam memanfaatkan alam akan
selalu meninggalkan sisa yang dianggap tidak berguna yaitu limbah.
Secara sederhana limbah terdiri dari limbah organik dan limbah anorganik.
Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari bahan alami seperti
daun-daunan, buah-buahan dll, sedangkan limbah anorganik adalah limbah
yang tidak berasal dari bahan alami.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak juga
limbah yang dihasilkan. Pertumbuhan penduduk juga menyebabkan
kemajuan teknologi dalam industri. Hasil buangan industri juga
menambah jumlah limbah. Hal ini menimbulkan permasalahan yang
cukup serius. Salah satu penanganan limbah yaitu mendaur ulang limbah
organik dan limbah anorganik. Daur ulang dari limbah organik yaitu
menjadikan suatu pupuk organik yang dapat bermanfaat dalam
menangulangi efek dari limbah anorganik yaitu mengembalikan unsur hara
tanah yang hilang karena limbah anorganik terutama dalam bidang
pertanian.
2
Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai petani maka kebutuhan pupuk organic sangat besar pada bidang
pertanian. Hal ini disebabkan oleh biaya untuk memperoleh maupun
membuat pupuk organic lebih rendah daripada pupuk sintetik atau kimia
sehingga petani lebih tertarik dengan pupuk organic. Pembuatan pupuk
dari limbah organik terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik padat dan
cair. Pupuk organic cair lebih diminati oleh masyarakat karena cara
pembuatannya lebih sederhana, mudah dalam memperoleh bahan untuk
membuatnya, dan cukup efektif dalam menyuburkan tanaman. Oleh sebab
itu, untuk dapat membuat pupuk cair dari limbah organic sehingga dapat
diuji terhadap tanaman, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun yang menjadi tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat
pupuk cair dari limbah organik serta menguji pupuk cair yang telah dibuat
terhadap tanaman.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Organik
Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob. Limbah organik mudah membusuk, seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu, dan
sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti
dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri. Limbah ini juga bisa
dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat
kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar
sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang
hidup didalamnya.
Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi
bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-
daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang
proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus
seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam,
sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani.
Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara
umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
Limbah organik dibagi menjadi dua, yaitu:
4
Limbah organic basah
Limbah ini memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah
dan sisa sayuran.
Limbah organik kering
Limbah ini memiliki kandungan air yang relative sedikit. Contohnya kayu,
ranting pohon, dedaunan kering, dan lain lain(Anonim,2011).
2.2 Kandungan Limbah/Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah
tangga atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah,
dan daun.
Komposisi dan karakteristik sampah merupakan hal yang terpenting dalam
memilih teknologi pengolahan sampah. Komposisi sampah rata – rata di
Indonesia mayoritas adalah organik dengan komposisi 73.98%, selanjutnya
diikuti oleh bahan anorganik 26.48%.
Tabel 1.1. Komposisi dan karakteristik sampah rata – rata
5
No Komponen % Kadar Air (%) N. Kalor (kkal/kg)
1 Organik 73.98 47.08 674.57
2 Kertas 10.18 4.97 235.55
3 Kaca 1.75
4 Plastik 7.86 2.28 555.46
5 Logam 2.04
6 Kayu 0.98 0.32 38.28
7 Kain 1.57 0.63 42.64
8 Karet 0.55 0.02 7.46
9 Baterai 0.29
10 Lain – lain 0.86
Total 100 55.3 1553.96
Sumber : Studi Komposisi Dan Karakteristik BPPT, 1994
Dari penelitian yang pernah dilakukan, komposisi sampah bervariasi antara 70 –
80 %, nilai kalor sampah bervariasi antara 1000 – 2000 kkal/kg dan kadar air
bervariasi antara 50 – 70 %. Dari data tersebut maka komponen organik masih
merupakan komponen terbesar dan menyebabkan sampah kota mempunyai kadar
air yang cukup tinggi. Karakteristik sampah diatas, maka sehari saja sampah
dibiarkan menumpuk, maka akan terjadi kegiatan mikroorganisme anaerobik
yang menyebabkan sampah berbau tidak sedap. Disisi lain sampah yang tidak
terkelola dengan baik akan mengakibatkan berkembangnya berbagai macam
penyakit. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau
(sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-
bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan
bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan
manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar
ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik
6
sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya
sangat beragam. Sampah organik seperti sisa buah-buahan atau sayur-sayuran
memiliki kandungan air yang tinggi sehingga baik digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk cair. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan
nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
Dalam limbah organik juga terdapat Mikroorganisme pengurai sampah dimana
mikroorganisme pengurai sampah pada umumnya merupakan kelompok bakteri
heterotrof. Bakteri jenis ini memanfaatkan sampah-sampah organik atau sisa
makhluk hidup sebagai sumber energinya. Bakteri yang sering dijumpai dalam
sampah antara lain bakteri nitrit (Nitrosococcus), bakteri nitrat (Nitrobacter),
Clostridium, dan sebagainya.
Bakteri Clostridium merupakan mikroorganisme pembusuk utama, berperan
dalam menguraikan asam amino dalam protein makhluk hidup, baik dari sampah
tumbuhan maupun sampah hewan menjadi suatu senyawa amoniak. Senyawa
inilah yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap pada sampah.
2.3 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair atau sering di sebut sebagai MOL (Mikro Organisme Lokal)
adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses
pengomposan.
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses
pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara
melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis
pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos
atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak
jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan.
7
Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air
lalu airnya dijadikan pupuk.Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil
dan mudah mengendap. Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka
waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya
dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada permukaan tanah disekitar
tanaman, tidak disemprotkan ke daun.
Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang
difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan
bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang
terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi
larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat
dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk
padat yang dilarutkan ke dalam air(Anonim,2014).
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan
sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.
Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa,
dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat
berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air
kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk,
terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).
2.4 Bahan Baku Pupuk Organik Cair
Bahan baku pupuk organik cair yang sangat bangus yaitu bahan
organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti s
8
isa buah- buahan dan sisa-sisa sayuran. Semakin besar kandungan selulosa dan
bahan organik,maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Bahan
organik yang paling bagus adalah sayuran wortel, sawi, selada, kulit jeruk,
pisang, durian, kol. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan
nutrisi yang dibutuhkan tanaman (Anonim, 2003).
Dalam pembuatan pupuk organik cair diperlukan penambahan EM4 untuk
menguraikan sampah organik dengan cepat.
Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi
menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM
dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.
Menakar Komposisi Kandungan EM4
Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang
pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski
sudah banyak kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang
tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima
kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM
berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan
anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara
dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino,
sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,
actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat
bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif
yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari
9
udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam
laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan
pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan
bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan
hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri
asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik
secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau
busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus
tanah lactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi
asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil,
fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah
busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan
senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan
tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi
pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas
daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur. EM4 terdiri
dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa
menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan
kekuatan enzim.
Mahalnya harga pupuk organik yang beredar dipasaran membuat para petani
enggan untuk menggunakan pupuk organik. Permasalah ini muncul karena
kebutuhan pupuk organik yang banyak untuk mencukupi kebutuhan lahan yang
luas. Untuk mengatasi masalah ini, Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan proses kulturisasi mikroorganime (EM4) yang terkandung
didalam pupuk organik. Proses kulturisasi adalah proses perbanyakan jasad renik
10
pada zat makanan, dengan mencukupi kebutuhan zat makanan bagi
mikroorganisme maka mikroorganisme akan tumbuh dan berkembangbiak secara
optimal hingga nantinya dapat menggantikan fungsi bakteri yang tidak
berkembang di tanah yang tandus. Mikroorganime yang dapat di aplikasikan ke
lahan pertanian untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan
peran mikroorganime berupa (EM4) didalam tanah yang optimal, maka
diharapkan proses piramida makanan dapat berjalan dengan baik. Yang perlu
diperhatikan dalam proses kulturisai bakteri adalah bagaimana kita bisa menjaga
kebersihan dan higienisitas alat dan bahan yang akan kita gunakan untuk proses
kulturisasi, untuk memastikan semua bahan steril maka bahan-bahan diatas
berupa air, dedak padi, gula merah dimasak terlebih dahulu hingga air
mendididh, dan penambahan starter bakteri yang kita ambil dari pupuk organik
dapat dilakukan setelah campuran bahan dingin setara dengan suhu ruang
(Anonim,2014).
Larutan EM4 terdiri dari mikroorganisme yang diisolasi secara khusus untuk
menguraikan sampah organik dengan cepat. Mikroorganisme yang terkandung
dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp), Actinomycetes dan ragi(Anonim,2015).
2.5 Kandungan Pupuk Organik Cair
Di dalam pupuk cair organik selain mengandung nutrisi, juga mengandung
mikroba yang baik untuk tanaman. Mikroba tersebut antara lain : Bakteri
fotosintesis, bakteri asam laktat, Saccharomyces sp atau Ragi, Actinomycetes,
Jamur fermentasi( Aspergillus sp). Mikroorgenisme ini penting bagi tanaman,
selain sebagai nutrisi bagi tanah, juga mencegah penyakit pada tanaman
(Indriani,2005).
11
2.6 Manfaat Pupuk Cair Organik
Adapun manfaat dari pupuk cair organik tersebut diantaranya adalah
menyediakan unsur hara bagi tanaman; memperbaiki struktur tanah; menekan
bakteri yang merugikan dalam tanah; penggunaan terus-menerus terhadap tanah
akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah; aman bagi lingkungan;
(Anonim,2009).
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Persiapan Alat dan Bahan
Pada pembuatan pupuk cair dari limbah organik ini digunakan alat-alat, antara
lain yaitu 1 buah ember plastik dan tutup, 1 timbangan, 3 botol bekas minuman
mineral ukuran 1,5 L; 1 buah baskom ukuran sedang, 1 set lumpang dan alu, 1
buah pisau, 1 meter selang ukuran kecil, 2 kayu panjang ukuran 0,5 m dan 1
buah jilbab segiempat bekas
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan ini antara lain, yaitu
2 liter air cucian beras, 2 liter air kelapa, 5 kg sampah buahan dan sayuran sisa,
1 buah gula merah, 2 buah plastisin, 3 tutup botol EM4, 3 buah polibet serta 1
bungkus bibit rampai.
3.2 Diagram Alir
Adapun diagram alir dari percobaan ini adalah sebagai berikut
A. Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Organik
- dimasukkan sampah buah dan sayuran sisa untuk
ditimbang sebanyak 5kg
Timbangan
13
- dimasukkan sampah buah dan sayuran sisa
- Dimasukkan air cucian beras dan air kelapa masing-
masing 2 L
- Dimasukkan gerusan 1 buah gula merah
- Ditambahkan 3 tutup botol EM4
- Dihancurkan bahan-bahan didalamnya dan diaduk
hingga merata dengan kayu 0,5 m
- Dilubangi dengan pisau yang telah dipanaskan
- Ditutupkan pada ember plastik berisi limbah organik
- diisi dengan larutan sabun sebanyak 1/3 botol
- Dilubangi dengan pisau yang telah dipanaskan
- Ditutupkan pada botol air mineral berisi larutan
sabun
- Dimasukan selang kecil dengan panjang 1 m yang
dihubungkan ke lubang tutup ember platik yang
dibagian luarnya diselimuti dengan plastisin
- diletakkan ditempat yang teduh dan tidak terkena
hujan
- Didiamkan selama 15 hari
Ember Plastik
Tutup Ember
Botol sir mineral 1,5 L
Tutup Botol air mineral 1,5 L
Ember plastik dan Botol mineral
14
- Disaring bahan-bahan didalamnya dengan jilbab
segiempat bekas dimana residu dan filtrat
dipisahkan
B. Pengujian Pupuk Caiir dari Limbah Organik
1. Penanaman Rampai
- dimasukkan tanah dari tempat yang sama dan
jumlah yang sama 2/3 tinggi polibet
- Dimasukkan bibit rampai dalam jumlah yang sama
dan ditanam dengan cara yang sama
- Diletakkan di tempat yang memiliki intensutas
cahaya dan disiram dengan intensits yang sama
selama 15 hari
2. Pengujian pada Tiap Polibet
- Tidak diberi perlakuan tambahan hingga akhir
pengujian
- Diukur panjang batang dan lebar daunnya setiap hari
Hasil
3 Polibet
Hasil
Polibet A
Hasil
Polibet B
15
- Diberi perlakuan tambahan dengan memasukkan
residu hasil pembuatan pupuk cair pada tanahnya
- Diukur panjang batang dan lebar daunnya setiap hari
- Diberi perlakuan tambahan dengan menyemprotkan
pupuk cair : air yang telah diencerkan 1 : 3 setiap
hari
- Diukur panjang batang dan lebar daunnya setiap hari
Hasil
Polibet C
Hasil
16
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut.
1. Pembuatan Pupuk Cair
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Sebelum didiamkan selama 15
hari
Campuran seperti bubur dengan warna
coklat gelap dan berbau menyengat.
17
2. Setelah didiamkan selama 15 hari
Diseluruh permukaan capuran ditutupi
sebuk putih tebal, campuran lebih encer,
berwarna jingga, bau menyengat tidak ada
lagi.
3. Setelah dilakukan penyaringan
sebanyak 3 kali
endapan berwarna kuning kecoklatan
Filtrat hasil penyaringan keruh.
18
2. Pengujian Pupuk Cair terhadap Tanaman Rampai
Polibet Rata-rata tinggi tanaman pada minggu ke- (cm)
I II III IV
A 4 4.1 - -
B 4 4.3 4.6 4.9
C 4 4.7 5.7 6.9
4.2 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan mengenai pembuatan pupuk cair dari limbah
organik. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk membuat pupuk
cair menggunakan limbah organic dimana limbah organik yang digunakan
yaitu berupa buah-buahan dan sayuran yang telah membusuk, diantaranya
jeruk, pisang, sawi, kol, tomat, mentimun, kacang panjang, dan kangkung.
Pertama, sebelum mulai membuat pupuk cair dari limbah organic ini, hal
yang perlu dilakukan adalah menyiapkan alat yang dibutuhkan yaitu 1
buah ember plastik dan tutup, 1 timbangan, 3 botol bekas minuman
mineral ukuran 1,5 L; 1 buah baskom ukuran sedang, 1 set lumpang dan
alu, 1 buah pisau, 1 meter selang ukuran kecil, 2 kayu panjang ukuran 0,5
m dan kain tipis bekas serta bahan berupa 5 kg sampah buahan dan
sayuran, 2 liter air cucian beras, 2 liter air kelapa, 1 buah gula merah, 2
buah plastisin, 3 tutup botol EM4, 3 buah polibet serta 1 bungkus bibit
rampai.
Setelah alat dan bahan dipersiapkan, kemudian memasukkan 5 kg sampah
buah-buahan dan sayuran ke dalam ember plastic. Sampah yang digunakan
ini sebelumnya sudah dihaluskan telebih dahulu. Setelah itu menambahkan
2 liter air cucian beras, 2 liter air kelapa, 1 buah gula merah, serta 3 tutup
botol EM4. Penambahan EM4 sebagai penambah proses kulturasi pada
mikroorganisme yang ada pada sampah organik. Proses kulturisasi adalah
proses perbanyakan jasad renik pada zat makanan, dengan mencukupi
19
kebutuhan zat makanan bagi mikroorganisme. Maka mikroorganisme akan
tumbuh dan berkembangbiak secara optimal hingga nantinya dapat
menggantikan fungsi bakteri yang tidak berkembang di tanah yang tandus.
Setelah bahan ditambahkan, diaduk perlahan hingga merata. Setelah itu,
menutup ember plastic dengan penutupnya yang sudah dilubangi dan
dihubungkan dengan botol bekas air mineral yang berisi larutan basa
misalnya larutan sabun meggunakan selang kecil. Agar tidak ada kontak
dengan udara, ujung selang pada tutup ember maupun botol dilapisi
dengan menggunakan plastisin. Proses ini disebut proses inkubasi. Setelah
itu, menyimpan atau meletakkan ember tersebut di tempat yang teduh dan
terhindar dari hujan. Selanjutnya mendiamkan campuran tersebut selama
15 hari. Indikator keberhasilan fermentasi ditandai dengan adanya bercak-
bercak putih pada permukaan cairan, warna cairan kuning kecoklatan serta
aroma khas. Pengamatan awal sebelum didiamkan, campuran seperti
bubur serta bau yang sangat menyengat. Setelah itu dilakukan penanaman
rampai yang akan digunakan sebagai tanaman uji. Rampai ditanam ke
dalam tiga polibet yang sama dengan menggunakan jenis tanah yang sama
dan disimpan dalam tempat yang sama yaitu terkena cahaya matahari.
Setelah didiamkan selama 15 hari, diperoleh hasil bahwa pada permukaan
campuran terbentuk seperti serbuk-serbuk putih yang menutupi seluruh
permukaan. Selain itu, campuran menjadi semakin encer atau semakin
banyak kandungan airnya, bau menyengat yang dihasilkan sebelum
didiamkan sudah tidak ada tetapi baunya seperti jeruk busuk karena pada
dasarnya sampah organic yang digunakan sebagian besar dari buah jeruk
busuk. Adapun setelah disaring sebanyak tiga kali, diperoleh filtrat yang
keruh, filtrat inilah yang dinamakan pupuk cair.
Setelah diperoleh filtrat yaitu pupuk cair, kemudian pupuk cair diuji
terhadap tanaman rampai yang sebelumnya sudah ditanam secara
bersamaan. Pemilihan tanaman rampai ini karena penanaman rampai
relatif mudah dikontrol dan pertumbuhannya cepat sehingga lebih cocok
20
digunakan sebagai tanaman penguji. Adapun bibit rampai yang digunakan
diperoleh dengan membeli bibit yang sudah dikemas sehingga kualitas
setiap butir bibit rampai adalah sama. Kemudian dilakukan pengujian
terhadap tanaman rampai. Setelah rampai ditanam selama 15 hari,
diperoleh data tinggi tanaman awal adalah 4 cm pada ketiga polibet.
Polibet A sebagai control artinya tidak diberi perlakuan apapun. Polibet B
diberi pupuk padat hasil penyaringan atau ampas. Polibet C diberi pupuk
cair dengan cara disemprotkan pada tanamannya. Sebelum disemprotkan,
terlebih dahulu pupuk cair diencerkan dengan perbandingan pupuk cair
dan air adalah 1:50. Penyemprotan dilakukan selama empat minggu yaitu
dua kali sehari saat pagi dan sore.
Tanaman rampai sebelum diuji
Setelah dilakukan pengujian, diperoleh data bahwa pada minggu pertama
rata-rata tinggi tanaman polibet A, B, dan C adalah sama yaitu 4 cm. Pada
minggu kedua, rata-rata tinggi tanaman pada polibet A adalah 4.1 cm,
polibet B adalah 4.3 cm dan polibet C adalah 4.7 cm. Pada minggu ketiga
tanaman di polibet A mati, kemudian rata-rata tinggi tanaman di polibet B
adalah 4.6 cm dan polibet C adalah 5.7 cm. Pada minggu keempat,
tanaman di polibet A mati, rata-rata tinggi tanaman di polibet B adalah 4.9
cm, dan polibet C adalah 6.9 cm.
21
Tanaman rampai setelah diuji selama 4 minggu
Berdasarkan percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
yang cukup signifikan pada tinggi tanaman rampai di polibet C dimana
tanaman pada polibet C disemprot dengan pupuk cair yang telah dibuat.
Hal ini menunjukkan bahwa pupuk cair yang telah dibuat dari limbah
organic terbukti dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
22
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan pupuk cair dari limbah organic berhasil dilakukan yaitu
ditandai dengan adanya bercak-bercaj atau serbuk putih pada permukaan
cairan, warna cairan kuning kecoklatan serta memiliki aroma yang khas.
2. Pengujian pupuk cair yang telah dibuat terbukti memberikan perubahan
tinggi tanaman yang cukup signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa
pupuk cair yang telah dibuat layak untuk digunakan dalam menyuburkan
tanaman.
3. Manfaat dari pupuk cair organik tersebut diantaranya adalah menyediakan
unsur hara bagi tanaman; memperbaiki struktur tanah; menekan bakteri
yang merugikan dalam tanah,untuk menyuburkan tanaman,untuk menjaga
stabilitas unsur hara dalam tanah,untuk mengurangi dampak sampah
organik di lingkungan sekitar, untuk membantu revitalisasi produktivitas
tanah, untuk meningkatkan kualitas produk.
4. Keunggulan dari pupuk organik cair ini adalah pengurangan/pemanfaatan
limbah organik, sebagai alternative penyubur tanaman yang lebih
sederhana dan alami, menghemat biaya karena bahan yang digunakan ada
di lingkungan sekitar, mudah untuk membuatnya,murah harganya, tidak
ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman, bisa juga
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-control), seperti
ulat pada tanaman sayuran, aman karena tidak meninggalkan residu,
pestisida organik juga tidak mencemari lingkungan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Pupuk Sayur Organic Nutrisi. Diakses di (02/pupuk-sayur-
organik-nutrisi.html)pada tanggal 18 Mei 2015 pukul 19.30 WIB.
Anonim. 2009. Pupuk Sayur Organik Nutrisi. Diakses di
(http://Purwendro,SdanNurhidayat.blogspot.com/2003/02/pupuk-sayur-
organik-nutrisi.html) pada tanggal tanggal 18 Mei 2015 pukul 19.33 WIB.
Anonim.2011. Limbah Organik Anorganik. Diakses di
(https://nurullathifah.wordpress.com/2011/07/07/limbah-organik-
anorganik-dan-b3/) pada tanggal 18 Mei 2015 pukul 20.05 WIB.
Anonim.2014. Pembuatan Pupuk Cair Organik . Diakses di
(http://gintingchemicalengeneeringa2.blogspot.com/2014/04/pembuatan-
pupuk-cair-organik.html) pada tanggal 18 Mei 2015 pukul 20.15 WIB.
Anonim. 2014. Efisiensi Pemakaian Pupuk Cair Organic. Diakses di
(http://abyspacetion.blogspot.com/2014/10/effesiensi-pemakaian-pupuk-
cair-organik.html) pada tanggal 18 Mei 2015 pukul 21.15 WIB.
Anonim. 2015. Cara Membuat Pupuk Bokashi. Diakses di
(http://alamtani.com/cara-membuat-pupuk-bokashi.html) pada tanggal 18
Mei 2015 pukul 19.43 WIB.
Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Jakarta : Rajawali press.
Indriani, Y.H. 2005. Kandungan Pupuk Cair Organik . Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.