efek ketinggian dan kedalaman pada tubuh

Upload: risky-novita

Post on 14-Oct-2015

277 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

^^

TRANSCRIPT

Nomor 16Bagaimana pengaruh letak geografi seseorang dengan sistem respirasinya?Efek Ketinggian dan Kedalaman pada TubuhTubuh kita dilengjapi secara optimal untuk hidup dalam tekanan atmosfer normal. Naik ke gunung yang tinggi jauh di atas permukaan laut atau turun ke kedalaman samudera dapat menimbulkan efek pada tubuh.Efek Ketinggian pada TubuhTekanan atmosfer secara progresif berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian. Pada 18.000 kaki di atas permukaan laut, tekanan atmosfer hanyalah 380 mmHg separuh dari nilainya di permukaan laut. Karena proporsi O2 dan N2 di udara tetap sama maka Po2 udara inspirasi di ketinggian ini adalah 21 % dari 380 mmHg atau 80 mmHg, dengan PO2 alveolus menjadi lebih rendah pada 45 mmHg. Pada setiap ketinggian di atas 10.000 kaki, Po2 arteri turun ke bagian curam dari kurva O2 Hb, di bawah kisaran aman region datar. Akibatnya, % saturasi Hb dalam darah arteri berkurang tajam dengan bertambahnya ketinggian.Orang yang naik ke ketinggian secara cepat ke ketinggian 10.000 kaki atau lebih mengalami gejala acute mountain sickness yang berkaitan dengan hipoksia hipoksik dan alkalosis akibat hipokapnia yang ditimbulkannya. Meningkatnya dorongan bernapas untuk memperoleh lebih banyak O2 menyebabkan alkalosis respiratorik, karena CO2 pembentuk asam dikeluarkan lebih cepat daripada dihasilkan. Gejala mountain sickness mencakup lesu, mual, hilangnya nafsu makan, bernapas terengah, kecepatan jantung tinggi (dipicu oleh hipoksia sebagai tindakan kompensasi untuk meningkatkan penyaluran O2 yang ada melalui sirkulasi ke jaringan), dan disfungsi saraf yang ditandai oleh gangguan penilaian, pusing bergoyang, dan inkoordinasi.Meskipun terdapat respon akut terhadap ketinggian ini namun jutaan orang tinggal di tempat yang letaknya 10.000 kaki di atas permukaan laut, dengan beberapa desa bahkan terletak di Andes dengan ketinggian lebih dari 16.000 kaki. Bagaimana mereka hidup dan berfungsi secara normal? Mereka melakukannya melalui proses aklimatisasi. Ketika seseorang tinggal di tempat yang tinggi, respon-respon kompensasi akut berupa peningkatan ventilasi dan peningkatan curah jantung secara bertahap diganti dalam waktu beberapa hari oleh tindakan-tindakan kompensasi yang muncul lebih lambat yang memungkinkan oksigenasi adekuat ke jaringan dan pemulihan keseimbangan asam-basa normal. Pembentukan sel darah merah (SDM) meningkat, dirangsang oleh eritropoeitin sebagai respon terhadap berkurangnya penyaluran O2 ke ginjal. peningkatan jumlah SDM meningkatkan kemampuan darah mengangkut O2. Hipoksia juga mendorong sintesis BPG di dalam SDM sehingga O2 lebih mudah dibebaskan dari Hb di jaringan. Jumlah kapiler di dalam jaringan meningkat, mengurangi jarak yang harus ditempuh O2 ketika berdifusi dari darah untuk mencapai sel. Selain itu, sel yang telah mengalami aklimatisasi mampu menggunakan O2 lebih efisien melalui peningkatan jumlah mitokondria, organel energy. Ginjal memulihkan pH arteri mendekati normal dengan menahan asam yang normalnya dibuang melalui urin.Tindakan-tindakan kompensatorik ini bukannya tanpa akibat yang merugikan. Sebagai contoh, peningkatan jumlah SDM meningkatkan kekentalan darah sehingga resistensi terhadap aliran darah meningkat. Akibatnya, jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melewati pembuluh.Efek Menyelam Laut Dalam pada TubuhKetika seorang penyelam laut dalam turun ke bawah air, tubuhnya terpajan ke tekanan yang melebihi tekanan atmosfer. Tekanan cepat meningkat seiring dengan kedalaman laut akibat berat air. Tekanan hamper menjadi dua kali lipat pada kedalaman sekitar 30 kaki di bawah permukaan laut. Udara yang terdapat di dalam alat scuba disalurkan ke paru pada tekanan yang tinggi ini. Ingatlah bahwa (1) jumlah gas dalam larutan berbanding lurus dengan tekanan parsial gas tersebut dan (2) udara terdiri dari 79 % N2. Nitrogen adalah bahan yang kurang larut dalam jaringan tubuh, tetapi PN2 tinggi yang terjadi selama penyelaman laut dalam, menyebabkan lebih banyak gas ini yang larut ke dalam jaringan tubuh. N2 dalam jumlah kecil yang larut di jaringan pada ketinggian permukaan laut tidak menimbulkan efek tetapi dengan semakin banyaknya N2 yang larut ketika seseorang berada di kedalaman, timbul narcosis nitrogen, atau rapture of the deep. Narcosis nitrogen dipercayai terjadi karena berkurangnya ekstabilitas neuron-neuron akibat N2 (yang sangat mudah larut dalam lemak) yang larut di membrane lipid neuron-neuron tersebut. Pada 150 kaki di bawah permukaan laut, penyelam mengalami suatu perasaan euphoria dan menjadi mengantuk, serupa dengan efek minum beberapa gelas koktil. Di tempat yang lebih dalam, penyelam menjadi lebih lemah dan canggung, dan pada 350 sampai 400 kaki, mereka kehilangan kesadaran. Toksisitas oksigen akibat tingginya Po2 adalah efek buruk lain yang juga dapat terjadi jika kita berada jauh di bawah air.Masalah lain yang berkaitan dengan menyelam laut dalam terjadi sewaktu naik. Jika penyelam yang telah cukup lama berada di bawah air sehingga cukup banyak N2 yang sudah larut dalam jaringannya naik secara tiba-tiba ke permukaan maka penurunan cepat PN2 menyebabkan N2 cepat keluar dari larutan dan membentuk gelembung-gelembung gas N2 di dalam tubuh, seperti gelembung gas CO2 terbentuk di dalam botol sampanye ketika gabus botol dibuka. Keadaan ini disebut penyakit dekompresi atau the bends, karena korban sering bergelung akibat nyeri yang ditimbulkan. Penyakit dekompresi dapat dicegah dengan naik ke permukaan secara perlahan atau dengan secara gradual mendekompresi tubuh dalam wadah dekompresi sehingga kelebihan N2 dapat secara perlahan keluar melalui paru tanpa membentuk gelembung.Sumber :Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia, Dari Sel ke Sistem: Sistem Pernapasan. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 538-9.

Nomor 1 Jelaskan anatomi sistem respirasi!Anatomi Sistem PernapasanPernapasanadalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organorgan respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung - faring laring trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).Adapun alat-alat Pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :1. Alat pernafasan atasa. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavumnasalis).Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat(kelenjar sudorifera).Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapatkonkayang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.

b. FaringUdara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan(orofarings)pada bagian belakang.Pada bagian belakang faring (posterior) terdapatlaring (tekak)tempat terletaknyapita suara (pita vocalis).Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.

c. LaringLaring (tekak) adalahtempat terletaknyapita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor).

2. Alat pernafasan bawaha. TrakeaTenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.b. BronkusTenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

c. Paru-paruParu-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister)yang terdiri atas 2 lobus.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebutpleura.Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam(pleura visceralis)dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar(pleura parietalis).Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.Sumber :1. Sloane, Ethel. 1994. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2. Leonhardt, Helmut. 1988. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.3. Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nomor 4Bagaimana fisiologi sistem respirasi pada kondisi olahraga?Efek Olahraga Pada Respirasi:1. Ventilasi ParuVentilasi paru adalah jumlah udara yang masuk dan meninggalkan paru-paru dalam waktu semenit. Ventilasi paru merupakan produk volume tidal dan frekuensi respirasi. Besarnya sekitar 6 liter/menit dengan volume tidal yang normal sebesar 500 mL dan frekuensi respirasi 12 kali/menit.Pada saat berolahraga terjadi hiperventilasi yang meliputi peningkatan frekuensi dan kekuatan respirasi. Pada olahraga yang sedang, frekuensi respirasi meningkat hingga 30 kali/menit dan volume tidal bertambah hingga sekitar 2000 mL. jadi, ventilasi paru mengalami peningkatan hingga sekitar 60 liter/menit selama melakukan olahraga sedang. Pada olahraga muscular yang berat, kenaikan ventilasi paru masih terus berlanjut hingga mencapai 100 liter/menit.Berbagai factor terlibat dalam meningkatkan ventilasi paru pada saat olahraga:1) Pusat yang lebih tinggi2) Kemoreseptor3) Proprioreseptor4) Suhu tubuh5) AsidosisPusat yang Lebih TinggiFrekuensi dan dalamnya pernapasan alan mengalami peningkatan pada awal berolahraga. Kadang-kadang sebelum memulai olahraga, pikiran atau antisipasi terhadap olahraga itu sendiri sudah meningkatkan frekuensi dan kekuatan respirasi. Keadaan ini merupakan fenomena psikis akibat aktivasi pusat-pusat yang lebih tinggi seperti korteks Sylvii dan korteks motorik otak. Selanjutnya, pusat yang lebih tinggi ini mempercepat proses respirasi dengan menstimulasi pusat pernapasan.KemoreseptorKemoreseptor yang terstimulasi oleh hiperkapnia dan hipoksia yang ditimbulkan oleh olahraga akan mengirimkan impuls ke pusat respirasi. Selanjutnya pusat respirasi akan meningkatkan frekunsi dankekuata respirasi. ProprioreseptorProprioreseptor yang menjadi akti pada saat berolahraga akan mengirimkan impuls ke korteks serebri lewat serabut saraf aferen somatik. Selanjutnya korteks serebri akan menimbulkan hiperventilasi dengan mengirimkan impuls ke pusat respirasi medularis.Suhu TubuhSuhu tubuh yang mengalami kenaikan akibat aktivitas muscular akan meningkatkan ventilasi paru dengan mestimulasi pusat respirasi.AsidosisAsidosis yang terjadi pada saat berolahraga juga menstimulasi pusat pernapasan sehingga timbul hiperventilasi.2. Kapasitas Difusi OksigenPada saat berolahraga akan terjadi peningkatan aliran darah lewat kapilar paru. Karena hal inilah, kapasitas alveoli untuk difusi oksigen mengalami kenaikan. Kapasitas difusi oksigen adalah sekitar 21 mL/menit pada kondisi resting. Kapasitas ini mengalami kenaikan hingga 45-50 mL/menit pada saat melakukan olahraga yang sedang.

3. Konsumsi OksigenOksigen yang dikonsumsi oleh jaringan tubuh khususnya otot skeletal mengalami kenaikan yang sangat besar pada saat berolahraga. Karena vasodilatasi otot yang terjadi saat berolahraga, maka lebih banyak darah akan mengalir melalui otot. Jadi, lebih banyak oksigen akan berdifusi ke dalam otot dari darah. Dan, jumlah oksigen yang digunakan oleh otot berbanding langsung dengan jumlah oksigen yang tersedia.

4. Hutang OksigenHutang oksigen (oxygen debt) merupakan jumlah tambahan oksigen yang diperlukan otot selama masa pemulihan sesudah melakukan olahraga muscular yang berat. Sesudah suatu periode olahraga muscular yang berat, jumlah oksigen yang dikonsumsi mengalami kenaikan yang sangat besar. Oksigen yang diperlukan melebihi jumlah yang tersedia dalam otot. Oksigen dalam jumlah yang banyak ini bukan hanya diperlukan bagi aktivitas otot tetapi juga bagi pemulihan sejumlah proses metabolik seperti:1) Pembentukan kembali glukosa dari asam laktat yang terkumpul selama berolahraga2) Sintesis kembali ATP dan keratin fosfat3) Pemulihan jumlah oksigen yang berdisosiasi dari hemoglobin dan mioglobin.Jadi, untuk fenomena reversal tersebut di atas hanya harus disediakan sejumlah tambahan oksigen di dalam tubuh. Hutang oksigen ini sekitar enam kali lipat lebih banyak daripada jumlah oksigen yang terpakai dalam kondisi resting.5. VO2 MaksimalVO2 maksimal adalah jumlah oksigen yang dikonsumsi pada metabolisme aerobik yang maksimal. VO2 maksimal merupakan produk maksimal curah jantung dan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi oleh otot.Pada seorang pria normal yang sehat dan aktif terda[at VO2 maksimal sebesar 35-40 mL/kg BB/menit. Pada wanita, besarnya VO2 maksimal ini adalah 30-35 mL/kg BB/menit. Selama berolahraga akan terjadi peningkatan VO2 maksimal sebesar 50%.

6. Kuosien RespirasiKuosien respirasi merupakan rasio molar produksi karbon dioksida terhadap konsumsi oksigen.Kuosien respirasi pada kondisi resting adalah 1,0 dan selama berolahraga akan meningkat menjadi 1,5-2. Akan tetapi, pada akhir olahraga akan terjadi penurunan kuosien respirasi hingga 0,5.

Sumber :Sembulingam, K, Sembulingam, Prema. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Efek Olahraga pada Respirasi. Edisi ke-5, Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. h. 256-7.

Nomor 15Bagaimana kapasitas kerja orang yang tidak olahraga?(nggak dapat jawabannya .__.)Nomor 2cBagaimana mekanisme pernapasan dari perilaku elastic paru?Selama siklus pernapasan, paru bergantian mengembang saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi. Sifat apa yang menyebabkan paru berperilaku seperti balon, dapat diregangkan dan kemudian kembali ke posisi semula saat istirahat ketika gaya-gaya meregangkan dihilangkan? Terdapat dua konsep yang saling berkaitan yang berperan dalam elastisitas paru: compliance dan recoil elastic.Kata compliance merujuk kepada seberapa banyak upaya dibutuhkan untuk meregangkan atau mengembangkan paru; ini analog dengan seberapa keras anda harus bekerja untuk meniup sebuah balon. (Sebagai perbandingan, diperlukan tekanan yang 100 kali lebih kuat untuk mengembangkan balon mainan anak-anak daripada untuk mengembangkan paru). Secara spesifik, compliance adalah ukuran seberapa banyak perubahan dalam volume paru yang terjadi akibat perubahan tertentu akibat gradient tekanan transmural, gaya yang meregangkan paru. Paru yang sangan compliant mengembang lebih besar untuk peningkatan tertentu perbedaan tekanan daripada paru yang kurang compliant. Dengan kata lain, semakin rendah compliance paru semakin besar gradient tekanan transmural yang harus diciptakan selama inspirasi untuk menghasilkan ekspansi paru normal. Sebaliknya, gradient tekanan transmural yang lebih besar daripada normal dapat dicapai hanya dengan membuat tekanan intra-alveolus lebih subatmosfer daripada biasa. Hal ini dicapai denganekspansi thoraks yang lebih besar melalui kontraksi lebih kuat otot-otot inspirasi. Karenanya, semakin kecil compliance paru semakin besar kerja yang harus dilakukan untuk menghasilkan pengembangan paru yang sama. Paru yang kurang compliant disebut sebagai paru kaku karena tidak dapat diregangkan secara normal.Istilah recoil elastic merujuk kepada seberapa mudah paru kembali ke bentuknya semula setelah diregangkan. Hal ini berperan mengembalikan paru ke volume prainspirasi ketika otot inspirasi melemas pada akhir inspirasi.Sifat elastik paru terutama bergantung pada dua faktor: jaringan ikat yang sangat elastik di paru dan tegangan permukaan alveolus. Jaringan Ikat Elastik ParuJaringan ikat paru mengandung banyak serat elastin. Serat-serat ini tidak saja memiliki sifat elastik tetapi juga teranyam membentuk jaringan yang memperkuat perilaku elastiknya sendiri, seperti benang dalam kain yang elastik. Keseluruhan kain (atau paru) lebih lentur dan cenderung kembali ke bentuknya semula daripada masing-masing benang (serat elastin)nya.Tegangan Permukaan AlveolusFaktor yang bahkan labih penting yang mempengaruhi sifat elastik paru adalah tegangan permukaan alveolus yang ditimbulkan oleh lapisan tipis cairan yang melapisi bagian dalam alveolus. Di pertemuan udara-air, molekul-molekul air di permukaan memperlihatkan ikatan yang lebih kuat dengan molekul air sekitarnya dibandingkan dengan udara di atas permukaan tersebut. Gaya tarik yang tak seimbang ini menghasilkan gaya yang dikenal sebagai tegangan permukaan di permukaan cairan. Tegangan permukaan memiliki efek ganda. Pertama, lapisan cairan menahan setiap gaya yang meningkatkan luas permukaannya; yaitu, tegangan tersebut melawan ekspansi alveolus karena molekul-molekul air di permukaan menolak untuk diregangkan satu sama lain. Karena itu, semakin besar tegangan permukaan, semakin kecil compliance paru. Kedua, luas permukaan cairan cenderung menciut sekecil mungkin, karena molekul-molekul air di permukaan, karena cenderung saling tarik, mencoba berada sedekat mungkin satu sama lain. Karena itu, tegangan permukaan yang melapisi bagian dalam alveolus cenderung mengurangi ukuran alveolus, memeras udara yang terdapat di dalamnya. Sifat ini, bersama dengan kecenderungan serat elastin kembali ke bentuknya semula, menyebabkan paru mengalami recoil ke ukuran prainspirasinya ketika inspirasi berakhir.Sumber :Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia, Dari Sel ke Sistem: Sistem Pernapasan. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 512.

Nomor 6Bagaimana konsep tekanan parsial?Tekanan ParsialUdara atmosfer adalah campuran gas: udara kering tipikal mengandung sekitar 79% nitrogen (N2) dan 21% Oksigen (O2), dengan persentase CO2, uap H2O, gas lain, dan polutan hampir dapat diabaikan. Secara keseluruhan, gas-gas ini menimbulkan tekanan atmosfer total sebesar 760 mmHg di permukaan laut. Tekanan total ini sama dengan jumlah tekanan yang disumbangkan oleh masing-masing gas dalam campuran. Tekanan yang ditimbulkan olehgas tertentu berbanding lurus dengan persentase gas tersebut dalam campuran udara total. Setiap molekul gas, berapapun ukurannya, menimbulkan tekanan yang sama; sebagai contoh, sebuah molekul N2 menimbulkan tekanan yang sama dengan sebuha molekul O2. Karena 79% udara terdiri dari molekul N2, maka 79% dari 760 mmHg tekanan atmosfer, atau 600 mmHg, ditimbulkan oleh molekul-molekul N2. Demikian juga, karena O2 membentuk 2% atmosfer, maka 21% dari 760 mmHg tekanan atmosfer, atau 160 mmHg, ditimbulkan oleh O2. Tekanan yang ditimbulkan secara independen oleh masing-masing gas dalam suatu campuran gas dikenal sebagai tekanan parsial, yang dilambangkan oleh Pgas. Karena itu, tekanan parsial O2 dalam udara atmosfer, Po2, normalnya adalah 160 mmHg. Tekanan parsial CO2 atmosfer, Pco2, hampir dapat diabaikan (0,23 mmHg).Gas-gas yang larut dalam cairan misalnya darah atau cairan tubuh lain juga menimbulkan tekanan parsial. Semakin besar tekanan parsial suatu gas dalam cairan, semakin banyak gas tersebut larut.Sumber :Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia, Dari Sel ke Sistem: Sistem Pernapasan. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 524.