edit fida

Download edit Fida

If you can't read please download the document

Upload: soeharto-physics

Post on 04-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

data

TRANSCRIPT

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PROBLEM SOLVING SKILL DAN SCIENTIFIC ATTITUDE SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA

Johnsen [email protected] Pendidikan Sains Konsentrasi Pendidikan Kimia, Pascasarjana UNYKarangmalang, Yogyakarta, 55281

Abstrak

Perubahan kurikulum memberikan tantangan bagi guru untuk lebih selektif dalam menentukan model pembelajaran berbasis pendekatan saintifik yang tepat guna terkonstruksinya dimensi attitude, skill, dan knowledge siswa terutama pada kurikulum 2013. Salah satunya dengan mengaplikasikan model Problem Based Learning untuk mengukur tingkat analisis siswa, khususnya dalam pembelajaran sains kimia. Makalah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan memecahkan masalah dengan segala pengetahuan faktual dan konseptual yang dimiliki siswa (Problem Solving Skill) dan bagaimana sikap ilmiah setiap siswa melalui interaksi secara efektif antar siswa (Scientific Attitude) dan menyelidiki hubungan antar kedua variabel dalam pembelajaran kimia melalui Problem Based Learning.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methods dengan desain penelitian model Embedded Design. Penelitian ini melibatkan 30 siswa kelas XI-IPA di SMA Negeri 3 Jambi dan fokus pada materi larutan asam-basa. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain Lembar Observasi Problem Based Learning, Problem Solving Skill Questionnaire, Scientific Attitude Questionnaire, dan Lembar Wawancara. Data Problem Solving Skill dan Scientific Attitude Questionnaire yang diperoleh selanjutnya dianalisis melalui uji regresi linier ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara problem solving skill dengan scientific attitude. Data rata-rata score Problem Solving Skill Questionnaire siswa 71,4 yang dapat digolongkan kategori baik dan rata-rata score Scientific Attitude Questionnaire siswa 76,23 yang juga dapat digolongkan kategori baik. Gaya kognitif, karakter, motivasi belajar, kualitas interaktivitas sosial dan gender dari siswa diprediksi mempengaruhi hasil akhir analisis ini.

Kata Kunci: problem based learning, problem solving skill, scientific attitude

PENDAHULUANPembelajaran merupakan suatu proses ilmiah, oleh karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Kurikulum baru yang dikenal sebagai kurikulum berbasis karakter ini muncul menggantikan kurikulum lama kita yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang membawa perubahan yang masiv terhadap dunia pendidikan saat ini. Beberapa dimensi yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya dimensi Pengetahuan(knowledge) yang tidak jauh berbeda dengan KTSP yakni penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran, dimensi Keterampilan(skill) berupaya memberikan penekanan pada kemampuan berpikir dan menganalisis siswa dan menjadi salah satu dimensi yang cukup penting agar siswa dapat mengubah pola pikir layaknya ilmuwan(scientist), dan dimensi Sikap(attitude)., bagaimana siswa menjadi sosok pribadi yang beriman dan berilmu serta cara berinteraksi dengan lingkungan. Irfan Anshory (2000), ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang menyertai perubahan materi. Tapi perlu kita ketahui bahwa menguasai materi bukanlah satu-satunya tujuan dari suatu proses belajar kimia, namun mengalami proses belajar yang menyenangkan sehingga membentuk karakter individu seperti ketekunan, kerja keras, kejujuran, mampu bekerja sama, dan selalu bersyukur dan mengagumi kebesaran Tuhan atas rahasia alam semesta ini. Mempelajari ilmu kimia juga tidak hanya sekadar untuk menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan, tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja. Berdasarkan pengalaman mengajar di sekolah, tepatnya di SMA Negeri 3 Jambi, perolehan hasil belajar kimia siswa masih kurang maksimal, masih ditemukan siswa dengan nilai di bawah standar KKM yakni 75. Khususnya pada topik larutan asam-basa, siswa masih kurang teliti dalam menganalisis trayek pH suatu larutan asam dan basa berdasarkan perubahan warna pada indikator larutan. Sebagian siswa tertarik dalam bahasan perhitungan pH ketimbang konsep teoritis , namun masih kurang teliti dalam perhitungan pH beberapa jenis larutan. Dalam rangka mengimplementasikan Kurikulum 2013 ini, maka tantangan utama bagi guru adalah selektif dalam mengelola dan menemukan proses pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan berbasis sainstifik agar ketiga dimensi knowledge, skill, dan attitude tersebut dapat tercapai. Pada penelitian ini, mengacu pada Problem Based Learning, sebagai salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan agar lebih mengoptimalkan aktivitas student center. Dalam Daryanto (2014) dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia (real world). Dalam mengamati dan menyelidiki problem solving skill atau keterampilan memecahkan masalah, siswa perlu memiliki strategi bahwa permasalahan harus dianggap sebagai kajian, pemahaman, contoh, bagian yang tak terpisahkan dari proses, dan stimulus aktivitas auntentik. Informasi website internasional University of Alberta menyebutkan bahwa scientific attitude atau sikap ilmiah adalah suatu disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu atau demonstrasi perasaan dan atau pikiran. Beberapa sikap seperti kejujuran diharapkan ada dalam setiap usaha manusia, tetapi sikap lain seperti toleransi ketidakpastian merupakan ciri ilmuwan. Oleh karena itu, perlu dianalisis hubungan antara problem solving skill dengan scientific attitude siswa dalam pembelajaran kimia melalui problem based learning.METODE PENELITIANPenelitian ini adalah penelitian mix methods menggunakan model Embedded Design. Prosedur desain ini mencampurkan data yang dikumpulkan secara berbeda pada tingkat desain dengan satu tipe data yang disisipkan dalam suatu metodologi, dibingkai oleh tipe data lainnya. Desain sisipan memasukkan data baik kuantitatif dan kualitatif , tetapi tipe salah satu data digunakan sebagai peran tambahan dalam desain secara keseluruhan. (Creswell, John.2007)Model embedded design (kualitatif di dalam kuantitatif) dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:Interpretation based on QUAN(qual) resultsqualQUAN

Gambar 1. Embedded Design

Prosedur penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sesuai dengan alur penelitian. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi Tahap persiapan, yakni menganalisis materi larutan asam-basa pada silabus untuk menentukan bahasan yang akan dijadikan bahan dalam penelitian, mengumpulkan informasi problem solving skill dan scientific attitude, menentukan prosedur percobaan., merancang instrument penelitian, dan menguji validitas instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan, meliputi kegiatan diskusi, presentasi, dan praktikum di kelas XI IPA5 di SMA Negeri 3 Jambi yang melibatkan 30 siswa. Pada Tahap pengumpulan data, data yang diperoleh yaitu berupa lembar observasi, hasil analisis siswa dalam diskusi/presentasi dan praktikum, hasil angket siswa (Problem Solving Skill dan Scientific Atitude Questionnaire) dan diikuti dengan wawancara terhadap siswa. Tahap penyelesaian, dilakukan dengan mengolah data dan menarik kesimpulan penelitian.Instrumen penelitian yang digunakan meliputi Problem Solving Questionnaire untuk memperkuat hasil kemampuan analisis siswa dan melihat bagaimana tingkatan ketajaman analisis siswa dalam memecahkan masalah yang terjadi seperti yang tergambar dalam sintaks pembelajaran PBL. Indikator angket ini meliputi thinking, feeling, intuitive, dan sensing, sedangkan Scientific Attitude Questionnaire digunakan untuk mendukung perubahan yang terjadi pada gaya kognitif siswa dengan melihat karakter sikap ilmiah siswa dalam setiap pembelajaran sains, terutama dalam hal ini kimia yang memadukan konsep teoritis dan praktikum. Lembar Observasi dalam penelitian ini berupa interpretasi data perkembangan dan cara analisis masalah yang mengacu dalam sintaks pembelajaran Problem Based Learning. Wawancara dilaksanakan dengan tujuan untuk melengkapi dan memperjelas hasil dari tes yang diperoleh dari diskusi dan angket dan sebagai pendukung hubungan linier problem solving skill dengan scientific attitude.Pengumpulan data dilakukan ketika proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning, yang di dalamnya terdapat metode presentasi-diskusi dan praktikum yang berlangsung menggunakan lembar observasi, data yang diperoleh dari hasil diskusi-analisis dan LKS setelah melaksanakan praktikum. Setelah itu dilaksanakan pengisian angket/kuesioner setelah proses pembelajaran dan praktikum yang dilakukan oleh siswa dan hasil wawancara guru dengan siswa (representatif oleh siswa dengan tingkat problem solving yang berbeda)Analisis data penelitian ini merupakan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis kuantitatif berupa analisis data Problem Solving Skill Questionnaire dan Scientific Attitude Questionnaire, kemudian dilanjutkan menganalisis hubungan antara problem solving skill dan scientific attitude siswa melalui uji ANOVA.Tabel 1. Kriteria Score Problem Solving Skill dan Scientific AtttudeScoreKriteria81-100Sangat Baik61-80Baik41-60Sedang21-40Kurang0-20Sangat Kurang

Sedangkan analisis kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2009), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono,2009).HASIL DAN PEMBAHASANPentingnya Problem Solving Skill dan Scientific Attitude dalam Problem Based LearningDalam pembelajaran, diterapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning, di mana siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 7-8 orang. Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan suatu model pemebelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Trianto,2007). Setiap siswa akan diamati juga gaya kognitifnya sehingga 30 siswa ini akan tampil dalam tiap presentasi dan analisis masalah yang berbeda. Ada lima ciri-ciri dalam pembelajaran menggunakan Model PBL yaitu sebagai berikut:

Pembelajaran pertanyaan atau masalahGuru akan memberikan masalah kepada setiap kelompok. Agar pemecahan masalah yang dibuat oleh siswa terarah, maka guru akan memberikan pertanyaan di seputar masalah yang diberikan. Guru akan berkeliling untuk melihat bagaimana diskusi siswa dalam kelompok. Pertanyaan analisis masalah setiap pertemuan terlampir pada setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Berfokus pada keterkaitan ilmu disiplinDalam hal ini, siswa meninjau kembali masalah itu dari beberapa mata pelajaran, misalnya dalam presentasi beberapa kasus pencemaran air, sangat erat dihubungkan dengan konsep pH air yang baik. Hal ini sangat berdampak serius terhadap kehidupan biologis makhluk hidup seperti pencemaran akibat limbah pabrik, hujan asam, kasus tumpahan minyak, dll. Bila dikaji lebih lanjut berpengaruh terhadap dampak ekonomi suatu daerah.

Penyelidikan AutentikPBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadapa masalah yang diberikan. Siswa diminta mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Seperti internet /website yang paling banyak dituturkan oleh siswa dalam wawancara untuk setiap karakter siswa mengingat cara perolehannya yang begitu praktis ketimbang melalui literatur. Dalam pembelajaran ini, siswa begitu aktif dan kreatif untuk termotivasi mencari setiap solusi dari tiap masalah baik dari kemampuan individu dan kelompok. Siswa selalu dituntut aktif bekerja sama, baik dalam hal diskusi, praktikum, presentasi, dan berargumentasi.

Menghasilkan produk atau karya pembelajaranDalam hal ini, siswa dituntut bekerja dalam kelompok untuk menghasilkan karya kelompok dalam bentuk makalah dari setiap analisis masalah dan hasil praktikum (dalam tiap kali pertemuan) yang dipresentasikan melalui media power point. Perpaduan cara berpikir yang berbeda dalam satu kelompok menghasilkan solusi yang unik dalam analisis yang benar-benar menonjolkan karakter kognitifnya dan siswa dapat lebih bangga akan penilaian positif yang diberikan kepada mereka.

Kolaborasi dalam kelompokKelompok dibentuk dengan tujuan untuk saling bekerja sama memecahkan masalah yang diberikan, saling berdiskusi dan bertukar pikiran, berinovasi dalam pembelajaran yang mandiri seperti mencari informasi sebanyak-banyaknya, memberikan haisl dokumentasi kelompok, dan berargumen baik dari pribadi maupun kelompok seperti keterampilan sosial. Hasil Observasi menunjukkan bahwa memang dalam kelas ini, budaya kerjasama tergolong tinggi dan solid. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru. Analisis menjadi sesuatu yang baru di kelas ini, walaupun awalnya memberikan nuansa yang berbeda dari metode ceramah. Namun, lambat laun, analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan suatu pengetahuan yang baru, meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, dan sikap ilmiah siswa dalam sains kimia. Permasalah ini tak dapat dipisahkan dari prior knowledge siswa yang telah dipelajari yakni larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.

Di dalam problem-based learning (PBL) para peserta didik mencari dan menggali pengetahuan baru melalui diskusi kelompok kecil di bawah bimbingan tutor/fasilitator (tutorial). Tutorial merupakan jantung PBL, apabila jantung ini berhenti berdenyut (tutorial terhenti atau macet), maka PBL tidak akan mencapai tujuannya. Kunci utama tutorial adalah Prior Knowledge yang dimiliki oleh para peserta didik. Kunci utama ini akan keluar dari simpanan para peserta didik apabila ada trigger atau pemicu. Trigger dalam PBL dikenal sebagai skenario yang merupakan subtopik dari topik tertentu.

Hubungan antara Problem Solving Skill dan Scientific AttitudeTabel 2. Perolehan Data Score Problem Solving Skill dan Scientific Attitude

SiswaKode SiswaX(Score Problem Solving Skill)Y(Score Scientific Attitude)A7277B7380C8384D6978E7674F7380G7278H7278I7284J6362K6881L7687M6666N 6571O7174P6769Q6166R8883S7582T7780U7170V7075W7073X6682Y7780Z7378AA6468AB7580AC6471AD757621442287

Dalam penelitian ini, diperoleh dua jenis kriteria dari Problem Solving Skill dengan rata-rata score 71,4, hanya 2 orang atau 6,7% siswa memiliki tingkat Problem Solving Style dengan kriteria Sangat Baik, sedangkan 28 orang atau 93,33% siswa rata-rata memiliki tingkat Problem Solving Skill dengan kriteria baik. Diperoleh juga rata-rata score scientific attitude siswa 76,23, hanya 8 orang atau 27 % siswa memiliki tingkat scientific attitude dengan kriteria Sangat Baik, sedangkan 22 orang atau 73% siswa rata-rata memiliki tingkatan scientific attitude dengan kriteria Baik. Berikut hasil uji regresi linier melalui uji ANOVA.Tabel 3. Hasil Uji Regresi LinierANOVAaModelSum of SquaresDfMean SquareFSig.1Regression557.9001557.90028.638.000b

Residual545.4672819.481

Total1103.36729

a. Dependent Variable: VAR00002b. Predictors: (Constant), VAR00001

CoefficientsaModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientsTSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)22.62410.050

2.251.032

VAR00001.750.140.7115.351.000a. Dependent Variable: VAR00002

Studi ini menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan menerapkan teknik problem solving bersedia untuk mencoba memecahkan masalah, mereka menikmati dan bersemangat untuk bangkit untuk memecahkan masalah yang menantang. Sebuah sikap ilmiah(scientific attitude)positif yang timbul dari problem solving skill ini diprediksi mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dalam mencapai prestasi. Seperti yang diharapkan, sikap ilmiah yang positif terhadap ilmu pengetahuan juga menyebabkan hasil yang lebih baik pada saat kemampuan pencapaian ilmu pengetahuan tersebut(Weinburgh, 1998). Sikap siswa terhadap ilmu lebih cenderung mempengaruhi prestasi dalam mencapai ilmu pengetahuan daripada prestasi yang mempengaruhi sikap (Craker, 2006). Hasil yang sama juga dikemukakan oleh O'Connell (2000) yang menyatakan bahwa siswa harus memiliki sikap ilmiah positif terhadap pemecahan masalah untuk menjadi sukses. Dengan demikian, pemecahan masalah membutuhkan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah (problem solving skill) untuk menemukan solusinya dengan sikap ilmiah tersebut. Seperti yang dikemukakan Dorothy Gabel, di situs publikasi problem solving dalam kimia internasional, Bloomingtoon, Indiana menegaskan bahwa keterampilan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan dan bahwa mereka dapat belajar untuk memecahkan masalah dalam cara yang berarti. Untuk menyelidiki faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi individu dalam lingkungan pendidikan, pengalaman memadai harus diperoleh oleh individu untuk selalu berubah dan berkembang dari problem solving skill dan sikap ilmiah yang belum sempurna ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, seorang individu harus memiliki pengalaman baru dan informasi untuk mengubah sikap mereka terhadap suatu objek. Individu tidak dilahirkan dengan sikap, tetapi mereka belajar mereka setelah itu. Beberapa sikap didasarkan pada satu pengalaman sendiri, pengetahuan dan keterampilan, dan ada pula yang diperoleh dari sumber lain (Kagtcbas, 2004). C. Prediksi Faktor yang mempengaruhi Problem Solving Skill dan Scientific AttitudeGaya Kognitif Keterampilan Problem Solving skill untuk tiap individu dengan Gaya Kognitif yang berbeda. Untuk siswa dengan gaya kognitif Analytic-Imagery rata-rata memiliki predikat baik dan sangat baik dalam pemecahan masalah. Kemampuan ini sudah disesuaikan dengan proses pembelajaran PBL yang dialami oleh siswa, di mana siswa dituntut untuk berkomunikasi, berargumentasi dalam diskusi dan praktikum dan presentasi individual di depan kelas. Tabel 4. Pembelajaran dan Problem SolvingSkill

Pembelajaran Tingkat Problem Solving SkillMenjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius

Sangat Baik, semua siswa dapat membedakan dan menganalisis perbedaan asam dan basa melalui Teori Asam-basa Arrhenius, Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Bronsted Lowry

Sangat Baik, hampir semua siswa dapat mengerti donor dan akseptor protonMenuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya Baik, hampir semua siswa dapat menganalisis mana yang termasuk asam/basa konjugasi dan basa/asam konjugasi dalam suatu persamaaan reaksiMenjelaskan pengertian asam dan basa menurut LewisBaik, hampir semua siswa dapat membersakaMengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indicator

Cukup Baik, siswa hanya sebatas memahami perbedaan asam dan basa berdasarkan sifat asam-basa, tetapi tidak untuk oksida asam dan oksida basa Memperkirakan pH suatu larutan

elektrolit yang tidak dikenal berdasarkan hasil pengamatan trayek perubahan warna berbagai indicatorBaik, siswa juga tertarik dalam

menganalisis perubahan warna dan dihubungkan dengan konsep pHMenjelaskan pengertian kekuatan asam dan menyimpulkan hasil

pengukuran pH dari beberapa larutan asam dan basa yang konsentrasinya sama Baik, siswa dapat menganalisis kekuatan asam-basa berdasar prior

knowledge yang dimiliki, harga Ka sesuai kekuatan asamMenghubungkan kekuatan asam atau basa dengan derajat pengionan () dan tetapan asam (Ka) atau tetapan basa (Kb)Cukup baik, siswa mungkin masih bingung menganalisis hubungan antara pH dan derajat ionisasi, tetapi sudah terampil baik dalam menganalisis tipe soalMenentukan pH larutan asam dan basa berdasarkan konsentrasi asam / basa dan nilai Ka/Kb Baik, siswa dapat menganalisis pH campuran berdasar pada konsep Ph yang sudah dipelajari pertemuan sebelumnyaMenjelaskan penggunaan konsep pH dalam lingkunganBaik, saat presentasi kasus pencemaran lingkungan sisiwa sangat antusias dalam menganalisis sumber polutan yang dihubungkan denghan konsep pH dan dihubungkan dengan kualitas air bersih

Sikap Ilmiah atau yang dikenal sebagai Scientitfic Attitude untuk tiap individu dengan Gaya Kognitif yang berbeda. Rata-rata siswa memiliki predikat baik dan sangat baik dalam sikap ilmiah. Tabel 5. Pembelajaran dan Sikap IlmiahPembelajaranScientific AttitudeMengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator

Sangat Baik, siswa sudah mampu beragam sampel tak dikenal berdasarkan senyawa penyusunnya yang dihubungkan dengan Teori Asam-Basa Arrhenius, hasil uji dengan indicator alami dan Lakmus. Siswa menganalisis kandungan zat warna pada ekstrak indicator alami yang berubah warna pada kondisi yang berbeda. Siswa berhipotesis, jujur dengan hasil pengamatan, dan mengidentifikasi faktaMemperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal

berdasarkan hasil pengamatan trayek perubahan warna berbagai indicatorSangat Baik, siswa sangat terampil memprediksikan pH suatu larutan berdasarkan perubahan warna yang terjadi. Siswa tekun mengecek kembali data-data pengamatanMenjelaskan pengertian kekuatan

asam dan menyimpulkan hasil pengukuran pH dari beberapa larutan asam dan basa yang konsentrasinya samaSangat Baik, siswa berpikir kritis

dalam menganalisis kekuatan asam berdasarkan harga Ka, derajat ionisasi zat elektolit, dan tertarik dalam pengukuran indikator universal dan pH meter (virtual-laboratoryMenentukan pH larutan asam dan basa berdasarkan konsentrasi asam / basa dan nilai Ka/KbSangat Baik, siswa tertarik mengamati pH campuran, rasa ingin tahu yang tinggi bahwa secara tidak langsung saat belajar pH campuran asam kuat-basa kuat , asam kuat-basa lemah, dan asam lemah-basa kuat( di mana asam kuat/basa kuat sisa), memahami sedikit konsep titrasi. Siswa sangat bepikir kritis untuk memperkirakan pH campuran asam-basa yang terjadi.

Keterampilan proses sangat erat hubungannya dengan scientific attitude terlebih lagi untuk materi larutan asam-basa di mana tiap pembelajaran sangat menekankan sub-sub keterampilan proses sains kimia di dalam laboratorium. Pengamatan Sikap Ilmiah siswa dalam praktikum dapat diamati melalui analisis siswa dalam kerja laboratorium yang berpijak pada Ketrampilan Proses dan diukur kembali dalam Scientific Attitude Questionnaire. Motivasi dan Karakter SiswaKekuatan yang menjadi pendorong kegiatan inidividu disebut motivasi yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar motivasinya, dan makain besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Kekuatan sesuatu motif atau kebutuhan yang subjektif dan situasional, tidak selalu sama untuk setiap individu dan situasi. Motivasi untuk setiap siswa jelas berbeda, tergantung dari jenis motif inidvidu, sekalipun individu berada dalam jenis gaya kognitif yang sama, motifnya juga berbeda. Usia remaja ini dirasa cukup terbuka dan dapat mulai menumbuhkan berbagai sikap ilmiah khususnya dalam pembelajaran sains seperti kemampuan memecahkan masalah,saling berargumentasi, beropini, dan bekerja sama dalam kelompok sejenis maupun berbeda jenis. Perkembangan pesat seperti perubahan emosionalitas akibat pengaruh-pengaruh sosial dapat dirumitkan oleh fakta juga bahwa individu sedang mengalami perubahan kognitif.

Piaget menyebutkan bahwa remaja mulai menunjukkan kemampuan berpikir yang baru dan memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hioptesis, dan kontrafaktual, yang pada gilirannya kemudian memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal. Singkatnya, segala sesuatu menjadi fokus dari kemampuan berpikir hipotetis, kontrafaktual, dan imajinatif dari remaja. Kualitas Interaktivitas Sosial dan GenderSecara garis besar, ada dua kecenderungan interaksi individu dengan lingkungan yaitu individu menerima lingkungan dan individu menolak lingkungan. Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaaan atau saling mendekatkan diri. Terhadap hal-hal yang disenangi atau dirasakan menguntungkan, individu akan melakukan berbagai bentuk kegiatan penyesuian diri. Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri yang sangat kompleks. Melalui proses pemecahan masalah inilah sesungguhnya manusia maju atau berkembang. Dalam penelitian ini, dinamika dimungkinkan berasal dari komunikasi yang baik antar anggota kelompok yang di dalamnya berisi beberapa gaya kognitif yang berbeda.. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahawa gender perempuan memiliki pengaruh besar dan kuat dalam tiap analisis masalah daripada gender laki-laki.

SIMPULANProblem solving yang kritis pada umumnya membentuk sikap ilmiah yang positif. Jika ditemukan siswa dengan karakter problem solving rendah, mungkin dikarenakan kurangnya informasi, kurangnya kemampuan memecahkan masalah, kurangnya rasa percaya diri, bahkan mungkin saja menggunakan kesulitan dalam memahami konsep. Beberapa kelebihan dari model problem based learning ini termasuk salah satunya untuk membantu siswa dalam membangun rasa percaya diri, belajar kebermaknaan, dan kesadaran tentang bagaimana, di mana, dan masalah seperti apa yang benar-benar harus mengerahkan dan menggunakan pengetahuan(knowledge) dan keterampilan(skill) untuk membentuk sikap ilmiah(scientific attitude) yang positif guna tercapainya prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan. 2000. Kimia SMU untuk kelas 2. Jakarta: Erlangga

Craker, D. E. 2006. Attitudes toward science of students enrolled in introductory level science courses at UW-La Crosse,UW-LJournal of Undergraduate Research IX, 1-6

Creswell, John W,dkk. 2007. Mixed Methods Research. Sage Publication: University of Nebrasca-lincoln

Gobell,Dorothy.Publication of Problem Solving in Chemistry, Bloomingtoon, Indiana (https://www.narst.org/publications/research/problem.cfm), diunduh tanggal 20september 2012

Daryanto.2014.Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media

Kagtcbas, . 2004. nsanlar ve insanlar. stanbul: Evrim Basm.

OConnell, S. 2000. Introduction to Problem Solving. Strategies for the elementary math classroom. Portsmouth, N.H: Heinemann.

http://www.crystaloutreach.ualberta.ca/en/ScienceReasoningText/ScientificAttit des.aspx" http://www.crystaloutreach.ualberta.ca/en/ScienceReasoningText/ScientificAttit des.aspx ,International Website of University of Alberta, diunduh tanggal 12 oktober 2013

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta

Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka

Weinburgh, M. (1998). Gender, Ethnicity, and Grade Level as Predictors of Middle School Students Attitudes toward Science. Georgia State University.

www.ed.psu.edu/CI/Journals/ pada 10.09. 2009