edisi november 2015 -...
TRANSCRIPT
c/o FeG Moabit, Stephanstr. 44
10559 Berlin
Warta Jemaat
Edisi November 2015
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan
roh ketakutan, melainkan roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban. 2 Timotius 1:7
Jangan Takut (Mat. 10:28)
Menurut para psikolog, ketakutan adalah realitas yang tidak terhindarkan
dan ada pada setiap orang. Beberapa ahli malah berpendapat bahwa
ketakutan adalah semacam mekanisme penyelamat yang otomatis segera
bekerja begitu orang merasa terancam. Realitas ini menjadi semakin nyata
bagi kita yang berada di daratan Eropa, setelah terorisme terjadi di Paris
pada Jumat, 13 Nov 2015 dan ancaman bom di Hannover pada hari Selasa,
17 Nov yang lalu.
Banyak orang di dalam masyarakat menjadi tidak nyaman dan merasa was-
was karena merasa tidak aman. Tidak sedikit yang merasa cemas dan
ketakutan. Bagaimana kita sebagai orang percaya bersikap di dalam kondisi
seperti ini? Tentu setiap kita juga dapat merasakan hal yang serupa dengan
orang-orang pada umumnya. Tetapi Tuhan Yesus yang kita imani meminta
kita, „Jangan takut!“
Di mana Injil diberitakan, di situ akan terjadi oposisi. Sebab Injil adalah
batu sandungan bagi mereka yang tidak percaya. Jadi setiap orang yang
mau hidup menurut Injil dan memberitakan Injil akan ada resiko penolakan
dan penganiayaan. Tetapi Yesus berkata, jangan takut. Sebab mereka yang
brutal hanya bisa membunuh tubuh. Seharusnya kita hanya takut kepada
Allah yang bukan hanya dapat membinasakan tubuh, tetapi juga jiwa.
Takut kepada Allah berarti percaya dan mempercayakan diri kita
sepenuhnya kepada-Nya karena Dia mampu mendengar, melihat,
menyayangi dan membebaskan. Walaupun Ia mampu juga
menghancurkan! Lawan dari ketakutan menurut Alkitab bukanlah
keberanian, tetapi kasih. Kasih melenyapkan ketakutan (1 Yoh. 4:18). Jadi,
milikilah kasih!
Ketakutan bersumber pada rasa terancam oleh sebuah permusuhan. Kasih
tidak menghilangkan musuh dan ancaman, tetapi ia menghilangkan
permusuhan. Ketakutan bersumber pada kekuatiran akan kehilangan
sesuatu. Kasih tidak dapat mencegah kehilangan, tetapi ia dapat
melenyapkan rasa kehilangan. Ketakutan bisa muncul karena rasa tidak
aman. Kasih tak menjamin keamanan tubuh kita. Namun, ia memberikan
ketentraman dalam jiwa. (JK)
Wenn man das ganze Drumherum um eine Hochzeit genauso einfach
ausdrücken könnte :)
Aber wir Menschen machen es uns
manchmal schwerer als nötig, oder?! Jedoch,
muss man noch hinzufügen, dass
man ja diesen einmaligen
Moment mit vielen anderen - Familie,
Verwandte und Freunde - teilen
möchte und diese sind manchmal
nicht immer an einem Ort,
sondern ganz weit weg. Also ab nach
Indonesien zur Familie & Freunde, um mit
ihnen gemeinsam zu feiern. Kein ganz
einfaches Unterfangen das Event vorzubereiten, wenn
man über 10.000 km vom eigentlichen Ort entfernt ist, wo die kirchliche
Trauung und die Rezeption stattfinden sollte.
Doch wir hatten und haben einen gütigen Herrn, der uns bei der ganzen
Vorbereitung Gesundheit, Kraft und vor allem Geduld und Weisheit gege-
ben hat. Er ist es, der uns über die ganze Zeit begleitet und geführt hat, auch
durch Momente des Streits und der Freude. Er hat uns auch das Highlight
dieses Jahres, der krönende Abschluss aller Hochzeitsevents
(standesamtliche Trauung, kirchliche Trauung, Hochzeitsfeier und
Nachfeier) und das, worauf ich mich am meisten gefreut habe –unsere
Nachfeier– geschenkt.
Hier muss ich nochmal einen
grossen DANK an alle
aussprechen, die bei der
Nachfeier mitgeholfen
haben. Ihr habt uns einen
wirklich sehr schönen, vor
allem auch unterhaltsamen und sehr lustigen Abend geschenkt. Wir haben
uns mit Spielen, Tänzen und „wahren“ Indern sehr amüsiert. Nicht zu
vergessen die Videos, die sicherlich auch EUCH amüsiert haben.
Danke dem Herrn, der all dies möglich gemacht hat und uns treue und
liebevolle Schwester und Brüder im Glauben geschenkt hat.
Nach dem Vergnügen kommt nun aber die „Arbeit“ :). Im Sinne von - das
neue Leben mit jemanden an der Seite. Bisher war uns der Herr gnädig und
hat uns beide von Anfang bis jetzt geführt. Er lies durch Tiefen und Höhen in
unserer Beziehung uns besser kennenlernen und offenbarte uns unsere
Stärken aber auch Schwächen, um einander geduldig anzunehmen, jedoch
auch an unseren Schwächen zu arbeiten bzw. sie beim anderen auch teils
geduldig zu akzeptieren. Das ist natürlich nicht immer einfach, aber man
muss einfach weiter lernen und daran arbeiten.
Für den neuen Lebensabschnitt möchte ich alle Brüder
und Schwester im Glauben bitten für uns beide zu
beten, dass wir einander lieben und liebevoll
miteinander umgehen können, dass andere Seine
Liebe in uns erkennen. Wir bitten auch dafür zu
beten, dass wir in allen neuen Situationen und
Hindernissen, die auf uns zukommen werden,
stets dem Herrn treu bleiben mögen, Ihn in allen
unseren Entscheidungen mit einbeziehen, dass
wir nicht einfach nur ein Leben mit Gott, aber für
Gott vorleben dürfen und ein Zeugnis für andere
sein können, um mit ihnen gemeinsam den Weg zu
seiner Herrlichkeit zu gehen. Es ist nicht einfach, aber
auch nicht unmöglich.
Betet nicht nur für uns, sondern ermutigt und ermahnt uns, sollten wir
Gefahr laufen vom richtigen Weg abzukommen.
Danke im Voraus!
EHE - Ein Johan links, Eine Alice rechts und der Herr in der Mitte.
Setelah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota dan melalui
percakapan, rapat anggota tgl 10 Oktober 2015 telah sepakat untuk
menerima sdr. Chen Yang Rusly dan sdri. Yeni Rusly sebagai anggota FeG
Immanuel Berlin.
Saat ini FeG Immanuel Berlin telah memiliki jumlah anggota sebanyak 40
orang.
Selamat bergabung dan semakin melayani satu dengan yang lain!
...Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku. (Matius 25:40)
Kutipan ayat Alkitab dari Injil Matius ini mengawali laporan Arbeitskreis
Diakonia sehubungan dengan pelayanan kami kepada para pengungsi di
beberapa bulan terakhir ini. Tanpa memerlukan upaya yang keras Tim
Arbeitskreis Diakonia dapat memulai pelayanan di berbagai tempat
penampungan pengungsi (Notunterkunft für Flüchtlinge). Tempat–tempat
penampungan yang menjamur jumlahnya, ditambah lagi dengan ratusan
jumlah para pengungsi yang setiap hari mencapai kota Berlin, membuat
kami melihat adanya kebutuhan akan relawan yang sangat besar.
Sedikitnya seminggu sekali, kami dari team „Wir helfen mit!“ ikut
mengambil tugas di berbagai bagian di tempat penampungan pengungsi;
mulai dari membagikan makanan dan pakaian, menyortir pakaian, menjaga
anak-anak dan membersihkan aula tempat mereka makan. Kadang kala
kami juga mengambil tugas-tugas yang tampaknya „sepele“, seperti
mengantar para pengungsi yang baru datang ke kamar masing–masing,
memfotokopi surat-surat dokumen mereka, menjaga kamar mesin cuci
(agar mereka memakai mesin cuci dengan benar), atau menggosok lantai
dapur dan menurunkan kontainer sampah ke tempat pembuangan.
Pekerjaan–pekerjaan yang jarang, bahkan belum pernah kami lakukan
sebelumnya.
Di tempat-tempat
penampungan kami
menyaksikan juga
begitu banyak rela-
wan dari berbagai
latar belakang. Kami
belajar banyak dari
para relawan ini,
mereka begitu setia
berkomitmen dan
bersemangat untuk datang membantu para pengungsi yang datang dari
jauh, melewati perjalanan yang sangat membahayakan jiwa mereka. Kami
juga belajar untuk bersyukur akan keadaan baik yang Tuhan berikan
kepada kami; kesehatan, pekerjaan, rumah dan keluarga. Sedangkan para
pengungsi ini telah kehilangan semuanya, bahkan juga orang-orang yang
mereka kasihi. Dari sorotan mata mereka kami terkadang melihat
kekosongan, kesedihan dan keputus-asaan. Kami pun melihat kebutuhan
mereka yang paling dalam, yaitu untuk mengenal Allah yang benar, yang
mengasihi mereka dan mau menyelamatkan mereka.
Dari pandangan politik yang saling bertolak belakang mengenai tema
„pengungsi“ di negara Jerman, sering kali kita menjadi tidak yakin bagai-
mana harus bersikap terhadap keberadaan para pengungsi ini. Haruskah
kita berpihak kepada A yang menolak pengungsi atau B yang menerima
pengungsi? Kami belajar
untuk kembali bertanya
kepada diri kami sendiri,
bukan bertanya apa yang
kami akan lakukan, tetapi
untuk bertanya „What
would Jesus do?“. Apa
yang akan Tuhan Yesus
laku-kan untuk para
pengungsi ini?
Kami yakin, bahwa Tuhan ingin kita membantu mereka. Tuhan ingin kita
mengasihi mereka, karena Tuhan mengasihi setiap pengungsi yang datang,
sama seperti Dia mengasihi kita satu persatu. Tidak ada satupun dari kita
yang lebih baik dari mereka. Kami berharap lewat pelayanan kami, para
pengungsi bisa melihat dan merasakan bahwa Tuhan mengasihi mereka.
Motivasi ini juga yang menggerakkan hati kami untuk melakukan lebih
banyak pelayanan kepada para pengungsi selain kegiatan mingguan kami
di tempat - tempat penampungan.
Tiga minggu sekali kami membagi–bagikan
makanan dan minuman hangat kepada
para pengungsi yang memutuskan untuk
tidur di depan gedung Lageso (Landesamt
für Gesundheit und Soziales) di Turmstr. 21
Berlin, sebagai usaha untuk mendapatkan
Wartenummer untuk permohonan Asylum
mereka. Tiga minggu sekali, setelah
kebaktian hari minggu selesai, beberapa
orang berkumpul di dapur gereja untuk
berdoa bersama kemudian membuat
sandwich, sup dan teh manis hangat.
Pada pukul 8 malam kami berangkat bersama-
sama ke depan gedung Lageso untuk
membagi-bagikan makanan dan minuman
tersebut. Mereka menyambut kedatangan
kami dengan senang. Tidak heran, suhu udara
yang semakin menurun, membuat tubuh
mereka menjadi dingin dan rasa laparpun tidak
lagi tertahankan. Kehangatan teh manis dan
sup yang kami bagikan, tampaknya mampu
memberikan semangat bagi beberapa orang
yang mengucapkan terima kasih kepada kami.
Beberapa dari mereka tertawa lepas dan tawa
mereka pun menular kepada kami.
Setelah mendapatkan asupan teh dan sup hangat, beberapa dari mereka
meringkuk kembali kebawah selimut mereka di trotoar. Mereka tidur
berjejer–jejer, hanya beralaskan selimut tipis, kadangkala karton, untuk
melapisi lempengan–lempengan batu trotoar yang dingin. Mereka
mencoba untuk tidur setelah perut mereka lumayan terisi, berharap agar
pagi cepat datang. Ada juga beberapa yang cukup beruntung
mendapatkan kasur yang kemungkinan disumbang oleh penduduk
setempat. Miris hati kami melihatnya, di tengah benua Eropa yang modern
ini, masih bisa kami menyaksikan keadaan yang memprihatinkan seperti
malam itu.
Tetapi kami tetap
bersyukur kepada Tuhan
Yesus untuk kesempatan
ini, sebuah pelayanan yang
telah membuka mata kami,
akan begitu banyaknya
penderita-an manusia di
dunia ini. Pelayanan yang
sering kita abaikan karena cara pandang kita, kesombongan kita,
ketidakpedulian kita, ya… bahkan karena ketakutan kita. Ketakutan akan
hal – hal buruk yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, yang
dikarenakan keberadaan para pengungsi ini.
Tuhan Yesus telah mengajarkan hukum yang terutama adalah hukum
Kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. KasihNya, yang
seharusnya menjadi ciri khas pengikut Kristus, bukan kekuatiran atau
ketakutan seperti situasi orang–orang dunia sekarang ini. Dalam pelayanan
Diakonia kepada para pengungsi ini kamipun ingin belajar untuk lebih
mengasihi, untuk melihat setiap pengungsi sebagai seorang individu
seutuhnya yang Tuhan kasihi, sehingga kamipun dimampukan untuk
melayani mereka atas dasar Kasih Tuhan. Kiranya Tuhan Yesus menolong
kami dalam hal ini.
Lewat kesempatan ini kami juga ingin memohon jemaat untuk ikut
mendoakan kami, tidak hanya untuk kelancaran tugas–tugas pelayanan
kami kepada para pengungsi, tetapi juga supaya kami diberikan
kesempatan untuk memberikan kabar sukacita Keselamatan dari Tuhan
untuk mereka. Juga agar kami dapat menjadi saksi Tuhan yang baik, bagi
para pengungsi dan anak - anak mereka yang kami layani saat ini dan bagi
para relawan yang bekerja bersama – sama dengan kami.
Kiranya Tuhan Yesus berbelas kasihan kepada mereka satu persatu, dan
melembutkan hati mereka untuk berita sukacita Keselamatan dari Tuhan.
Amin. LKD
Komisi Perpustakaan ingin mendorong jemaat sekalian untuk membaca
buku-buku rohani (selain dari Alkitab) yang bisa membangun iman.
Yang berminat bisa menghubungi sdri. Yus Tanni.
Di dalam buku „Mendapatkan-Mu dalam
kehilanganku’’, Pdt. Yohan Candawasa ingin
menolong kita mengenal kasih Allah dan cara-Nya
bertindak dalam dimensi yang tidak pernah
terpikirkan oleh kita. Menerima dengan hati yang
terbuka kebenaran Alkitabiah yang dipaparkan
dalam buku ini, bukan saja akan mempersiapkan
kita dalam menghadapi kehilangan yang tidak
mungkin kita elakkan, tetapi juga membimbing
kita masuk ke dalam makna pengenalan Allah
yang sejati.
Bagaimana seandainya Tuhan merancang pernikahan lebih untuk
menguduskan kita daripada untuk menyenangkan kita.
Buku karya Gary Thomas ini tidak memberitahu
Anda bagaimana cara membangun pernikahan
yang lebih baik, tetapi menunjukkan bagaimana
pernikahan Anda dapat menolong Anda
memperdalam hubungan dengan Tuhan. Mulai
dari praktik mengampuni, kenikmatan bercinta,
hingga riwayat kebersamaan yang Anda rangkai
bersama pasangan Anda, semua berpotensi
membawa Anda makin mengenal dan bertumbuh
dalam karakter Kristus.
Anjing berkata, “Kau memberiku makan. Kau
memberiku tempat tinggal. Kau mengelusku. Kau
mengasihiku. Kau pasti….Tuanku!”. Sedangkan
Kucing berkata, “Kau memberiku makan. Kau
memberiku tempat tinggal. Kau mengelusku. Kau
mengasihiku. Kau pasti …. pelayanku!”.
Bob Sjogren dan Gerald Robinson menulis buku
„Teologi Kucing dan Anjing“ dengan
menggambarkan hubungan manusia dan Tuhan
dengan menganalogikan sikap manusia terhadap Tuhan seperti karakter
kucing dan anjing kepada tuannya.
Gambar kartun di buku „101
Perbedaan Antara Kucing dan
Anjing“ menggambarkan antara
teologi yang berpusat pada
manusia dengan teologi yang
berpusat pada Allah.
Sudahkah orang Kristen menjadi begitu terpaku pada dosa-dosa besar
dari masyarakat kita sehingga kita telah gagal
melihat kebutuhan kita untuk membereskan dosa-
dosa kita yang lebih tidak kentara? Jerry Bridges
kembali kepada tema khasnya tentang kekudusan
dan membahas 12 kelompok dosa-dosa spesifik
yang „dapat diterima’’ yang cenderung kita
toleransi dalam diri kita − seperti kecemburuan,
kemarahan, kesombongan, sikap tidak bersyukur,
dan sikap menghakimi.
Pokok Doa:
1. Untuk kehidupan setiap jemaat dalam pergumulan yang
dihadapi baik dalam hal pribadi, pekerjaan, keluarga, pelayanan,
kesehatan maupun study agar bisa mengandalkan Tuhan yang
adalah sumber kekuatan.
2. Untuk rencana pelaksanaan Bible Camp Pemuridan (BCP) yang
akan diadakan pada tgl 24-28 Maret 2016 baik untuk dewasa
maupun untuk anak-anak dalam persiapan acara, kerjasama dan
persiapan dari seluruh panitia.
3. Untuk persiapan semua panitia dalam mempersiapkan
Kebaktian Natal 20 Desember 2015, Kebaktian Heiligabend 24
Desember 2015 dan Silvester 31 Desember 2015, supaya setiap
acara yang diadakan berkenan kepada Tuhan.
4. Supaya Tuhan memberi hikmat kepada pemerintah Jerman
dalam penanganan para pengungsi, sukacita dan kekuatan
untuk para relawan yang membantu, berdoa supaya para
pengungsi bisa berintergrasi.
5. Supaya Tuhan memberi hikmat kepada pemerintah dalam
menjaga keamanan di negara-negara Eropa.
Segenap jemaat FeG Immanuel Berlin mengucapkan “Selamat Ulang
Tahun” kepada Saudara/Saudari yang berulang tahun, Tuhan
memberkati dan menyertai di umur yang baru.
Harap maklum, apabila ada Saudara/Saudari yang namanya tidak
tercantum, meskipun berulang tahun pada jangka waktu di atas.
Kami juga memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
nama. Harap memberitahu tim redaksi untuk kedua hal tersebut.
Desember
Ingrid 1 Des
Dulbert 3 Des
Natalie 4 Des
Sandra 19 Des
Joseph KP 20 Des
Frederick 24 Des
Nina 31 Des
Januari
Wiryadi 1 Jan Lois 13 Jan
Endri 5 Jan Budianto 13 Jan
Yulianti 6 Jan Linda KD 15 Jan
Ari 7 Jan Jansen 16 Jan
Oscar 8 Jan Alycia 18 Jan
Carla 9 Jan Max 28 Jan
Michaela 12 Jan Emma 28 Jan
Marcel 29 Jan
Pelayanan Pastoral
Bagi yang membutuhkan pelayanan pastoral/konsultasi, dapat menghubungi
bapak Pdt. John Kusuma melalui:
Majelis FeG Immanuel Berlin
- Wilson Kurniawan
- John Kusuma
- Budianto Liong
- Rafelia Tjandra
- Melinda Wibawa
Acara Khusus FeG Immanuel Berlin Waktu Acara Tempat
20 Des 2015 pkl. 16.00 Kebaktian Natal
Gereja 24 Des 2015 pkl. 21.00 Kebaktian Heiligabend
31 Des 2015 pkl. 17.30 Silvester
Jadwal Kegiatan FeG Immanuel Berlin Waktu Acara Tempat
Minggu, pkl. 16.00
Kebaktian (dalam bahasa Indonesia)
Gereja Sekolah Minggu
Minggu, pkl. 15.00 Kelompok Doa Jemaat Penghubung: Andre Wibawa
Sabtu, pkl 14.00 (Gel I) pkl. 17.00 (Gel II)
Penelaahan Alkitab Penghubung: Max Widjaja
Gereja
Sabtu, pkl. 15.30 Latihan Paduan Suara Penghubung: Mira Anindita
Gereja
Jumat, pkl. 19.00 Hauskreis
Penghubung: Budianto Liong
Rumah Jemaat
Feb 2016, pkl. 18.00 Persekutuan Pasangan Suami Istri
(Pasutri) Penghubung: Enricko Santoso
Gereja
Selasa III bulan genap, pkl. 18.00
SOuL (Serve Our Lord/Persekutuan Muda Mudi)
Penghubung: Johan Trenggono
Gereja
Freie evangelische Gemeinde Immanuel Berlin (FeG Immanuel Berlin)
SIAPAKAH DIA?
FeG Immanuel Berlin bukanlah suatu kelompok yang terdiri dari orang-
orang Kristen dan orang-orang yang bersimpati terhadap ajaran Kristen,
yang mempunyai tujuan dan minat yang sama dalam bidang-bidang
organisasi, olahraga, rekreasi, dll., tetapi ia adalah suatu Jemaat Kristen
yang mendasarkan iman kepercayaan, ajaran dan kehidupan-nya atas
seluruh isi Alkitab (Perjanjian Lama dan Baru), yang diakuinya sebagai
Firman yang diilhamkan oleh Tuhan Allah.
APAKAH KEGIATANNYA? Segala kegiatan FeG Immanuel Berlin berusaha untuk mendukung
REALISASI AMANAT AGUNG TUHAN YESUS KRISTUS.
BAGI SIAPA? Segala acara FeG Immanuel Berlin terbuka bagi semua orang, juga bagi
Saudara. Karenanya kami menantikan kedatangan Saudara dengan
sukacita!
DIMANA? Kecuali apabila ada perubahan yang diumumkan sebelumnya, maka
semua acara diadakan di:
Penghubung : Rafelia Tjandra [email protected]
Hamba Tuhan : Pdt. John Kusuma [email protected]
Bank : Spar- und Kreditbank Freier ev. Gemeinden eG (SKB Witten)
FeG Immanuel Berlin
IBAN : DE 15 4526 0475 0011 5203 00
BIC : GENODEM1BFG
Redaksi : Susy Kusuma [email protected]
Website : www.feg-immanuel-berlin.de