edisi februari 2020 caraka - omiindonesia.org · anakan (kpsksa, 2009), pada tahun 1984 luasan area...

47
EDISI Februari 2020 CARAKA MEDIA KOMUNIKASI SKOLASTIKAT OMI Jadikanlah Mereka Manusiawi.... Sukacita Para Oblat Seminari Tinggi OMI Yogyakarta

Upload: others

Post on 20-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

EDISI Februari 2020

CARAKAMEDIA KOMUNIKASI SKOLASTIKAT OMI

Jadikanlah Mereka Manusiawi....

Sukacita Para Oblat Seminari Tinggi OMI Yogyakarta

Page 2: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

STAF REDAKSI

Penanggung JawabRm. Antonius Widiatmoko OMI

Editor & LayouterFr. F.X. Paiman OMIFr. Rezerius Bintang Taruna OMI

DistributorFr. F.X. Yulianto OMI

KontributorSkolastik OMISASEM

Alamat RedaksiJl. Nusa Indah II No. 235 Condong Catur - SlemanYogyakarta 55283Telp.: (0274) 881741Email : [email protected]

Redaksi CARAKA menerima kontribusi tulisan dari Anda.Tema tulisan bebas, panjang maksimal 4 halaman A4 dengan spasi 1.5.Harap mencantumkan nama dan foto diri penulis

- St. Eugene de Mazenod -

Edisi Februari 2020 Panggilan Tuhan bukanlah gangguan dari Tuhan dalam kebebasan kita; panggilan itu bukan “sangkar” atau beban untuk dipikul. Sebaliknya, panggilan adalah inisiatif cinta dengan mana Tuhan menjumpai kita dan mengundang kita untuk menjadi bagian dari suatu pekerjaan besar. Ia membuka di hadapan mata kita cakrawala lautan yang luas dan hasil tangkapan yang melimpah....Merangkul janji ini secara alami menuntut keberanian untuk mengambil risiko dari sebuah keputusan. Murid-murid pertama, yang dipanggil Yesus untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, “segera meninggalkan jala mereka dan mengikuti-Nya” (Mrk. 1:18). Menjawab panggilan Tuhan melibatkan menempatkan diri sendiri pada garis batas dan menghadapi tantangan besar. Ini berarti menjadi siap untuk meninggalkan apapun yang membuat kita terikat pada perahu kecil kita dan yang mencegah kita untuk membuat sebuah keputusan yang definitif. Kita dipanggil untuk berani dan tegas dalam mencari rencana Allah bagi hidup kita. Dengan menatap “lautan” panggilan yang luas, kita tidak bisa tetap puas untuk memperbaiki jala kita di atas perahu yang memberi kita rasa aman, tetapi sebaliknya harus percaya pada janji Tuhan...

-Kutipan Pesan Paus Fransiskus Untuk Hari Doa Panggilan Sedunia ke-56, 12 Mei 2019-

Be somenone who acts primptly and willingly...

Pastor

Bastiampillai Anthonipillai Thomas

OMI

26 Januari 1886 - 1964

Page 3: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 1

Pengantar

KATA PENGANTAR

Salam jumpa lagi para sahabat setia Caraka.Semoga kami mendapati Anda sekalian dalam

keadaan sehat dan bahagia.Majalah Caraka edisi Februari 2020 ini bernafaskan

sukacita dan optimisme. Anda akan dengan mudah menemukan geliat sukacita sebuah komunitas hidup religius yang mencoba menapaki panggilan Tuhan se-otentik mungkin. Ketika pengalaman dikasihi itu terus dipupuk dan dipelihara, buahnya adalah sukacita. Sukacita itu menghasilkan kreativitas. Dan kreativitas biasanya akan mendorong lebih banyak produktivitas. Demikianlah geliat Seminari Tinggi OMI sebagaimana tercermin dalam dinamika para anggota komunitasnya.

Terobosan-terobosan pastoral baru dan langkah-langkah strategi biasanya akan terus ditemukan ketika kita bekerja dengan melibatkan hati yang mengasihi. Lihat saja apa yang dibuat oleh Tuhan Yesus. Hatinya yang mudah tergerak oleh belaskasihan itu mendorong Tuhan Yesus untuk berpikir dan bertindak out of the box, sampai-sampai kehadirannya menimbulkan reaksi keras dari para penjaga kemapanan (apalagi kemapanan yang tidak sehat hanya demi memelihara zona nyaman pribadi/kelompok).

Komunitas Seminari Tinggi OMI tidak mau

terbelenggu dengan zona nyaman ini. Spiritualitas OMI “melayani yang tak terlayani” terus dikobarkan di hati setiap anggota komunitas. Seminari Tinggi OMI terus melangkah dalam upaya-upayanya untuk menjadi komunitas yang berbelaskasih. Pelayanan kepada orang sakit, pelayanan kepada kaum difabel, pelayanan kepada para narapidana menghiasi pembicaraan di ruang makan komunitas. Demikian juga pemikiran-pemikiran untuk membuka karya-karya pastoral baru yang dipandang sinergis dengan fokus provinsi OMI Indonesia yaitu panggilan dan formasi. Program Come and See diselenggarakan bagi para siswa sekolah tingkat menengah, dengan tujuan menjaring panggilan-panggilan baru bagi Seminari Menengah “Yuniorat OMI” Cilacap.

Demikianlah pada akhirnya terselenggara aneka macam kegiatan sebagai buah dari terlaksananya proses discernment komunitas yang terasa makin jernih, penuh kehangatan dan sukacita di antara para anggotanya. Dan proses discernment itu bisa terjadi di mana saja, di halaman seminari, di kandang kambing/ayam, di kebun sayur seminari, di gang seputar kapel, di ruang tv komunitas, di dalam kapel atau ruang pertemuan, dan lain sebagainya. Di mana pun kehendak Tuhan dapat direnungkan, didiskusikan, dimaknai dan ditimbang untuk pengambilan

Page 4: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

2 C ARA K A m a r e t 2 0 2 0

Pengantar

keputusan-keputusan bersama.Kehadiran keluarga dan kenalan para frater OMI pada kesempatan Natal dan Pergantian Tahun Baru di

komunitas juga menambah sukacita para terpanggil. Menjadi OMI berarti tetap menjadi anak dari suatu keluarga tempat dia berasal. Menjadi OMI sama sekali tidak membuat seorang anak hilang dari keluarga. Bahkan ikatan kekeluargaan itu makin dipererat dan diperluas. Satu orangtua OMI adalah orangtua bagi semua OMI, satu anak OMI adalah anak bagi semua orangtua OMI. Begitulah yang kami rasakan, menjadi OMI berarti undangan terus-menerus untuk berbahagia.

Masih ada lagi kisah mengenai karya evangelisasi Gereja di tengah mayoritas Muslim, yang dilaksanakan oleh Romo Carolus OMI di Kampung Laut, Cilacap. Demikian juga langkah-langkah OMI muda untuk membangun semangat inklusivitas dan toleransi antar umat beragama dinyatakan dengan mengunjungi sebuah Pondok Pesantren. Sekali lagi semuanya ini mencerminkan geliat sukacita para misionaris OMI yang ingin membagikan pengalaman sukacitanya bagi dunia.

Selamat membaca para sahabat Caraka terkasih. Semoga damai Tuhan senantiasa beserta kita.

Teriring salam kasih, hormat dan doa saya,Rm. Antonius Widiatmoko, OMI

Rektor

OMI muda berbagi sukacita hidup sebagai orang terpanggil kepada para siswa SMA Van Lith

Page 5: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 3

Evangelisasi

Evangelisasi Gereja Di Tengah Mayoritas Masyarakat Muslim

Kampung Laut, Cilacap

Tulisan ini mengajak kita semua untuk mengenal seluk-beluk pewartaan Injil (evangelisasi) yang dilaksanakan oleh Romo Carolus Burrows OMI di tengah mayoritas masyarakat muslim Kampung Laut, Cilacap. Gereja Katolik melalui Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) yang didirikan oleh Romo Carolus terpanggil untuk ikut terlibat mengatasi masalah ekologi di Kampung Laut sejak tahun 1973 sampai saat ini. Upaya penyelamatan lingkungan di sana adalah bentuk konkret pelaksanaan evangelisasi baru yang mensyaratkan keterlibatan banyak orang termasuk mereka yang beragama lain. Metode pendekatan inklusif partisipatif, pendekatan bottom-up yang mengakomodasi kearifan lokal, kekuatan dialog, penggunaan bahasa-bahasa sederhana di mana pesan nilai-nilai Injil dapat dimengerti masyarakat, dan orientasi pemberdayaan masyarakat adalah kunci keberhasilan evangelisasi baru Gereja.

Konteks : Kerusakan Lingkungan di Laguna Segara Anakan Masalah besar terkait lingkungan di Kabupaten Cilacap, tempat para misionaris OMI berkarya, adalah

terjadinya erosi tanah di daerah hulu sungai seperti sungai Citanduy, sungai Cibereum, sungai Cimeneng, sungai Cikonde dan beberapa sungai lain yang bermuara di Laguna Segara Anakan. Yuliarko Sukardi (2017) menyatakan bahwa sungai-sungai itu membawa lumpur yang menyebabkan sedimentasi di laguna, sehingga laguna secara terus-menerus mengalami degradasi berupa pendangkalan dan penyempitan luasan laguna. Material lumpur dan limbah yang dibawa oleh aliran air sungai tersuspensi di dasar perairan dan kemudian terakumulai menjadi endapan. Akumulasi endapan itu menyebabkan pendangkalan laguna, menyempitnya luas perairan, serta munculnya tanah timbul. Laju sedimentasi yang tinggi dari tahun ke tahun menyebabkan luasan

Oleh : Rm. Antonius Widiatmoko, OMI

Page 6: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

4 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

Laguna Segara Anakan semakin menyusut. Menurut data Kantor Pengelola Sumberdaya Konservasi Segara Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha.

Keadaan ini berakibat pula pada penyusutan luasan hutan mangrove, padahal mangrove berperan sebagai penyedia nutrisi bagi keberlanjutan kehidupan biota laut, air payau dan burung air yang menumpangnya. Berkurangnya luasan hutan mangrove dan sedimentasi ini menjadi faktor penyebab utama turunnya jumlah tangkapan ikan di daerah pesisir dan hilangnya mata penghidupan nelayan setempat.

Dampak besar lainnya akibat sedimentasi dan berkurangnya luasan hutan mangrove adalah semakin mudahnya areal pemukiman dan pertanian warga setempat terendam saat air pasang. Akibatnya air bersih rusak, sumber air bersih tercemar, lahan pertanian rusak karena banjir. Ratusan hektar lahan persawahan tidak bisa ditanami akibat terinterusi air laut. Sementara itu, hilangnya mangrove juga mengakibatkan suhu udara terasa semakin panas.

Kerusakan lingkungan sebagai akibat pendangkalan Laguna Segara Anakan juga telah menyebabkan mundurnya status ekonomi masyarakat Kampung Laut yang tinggal di kawasan laguna tersebut. Para nelayan Kampung Laut tidak dapat lagi mencari ikan dengan mudah seperti dekade-dekade sebelumnya. Situasi itu telah menyebabkan kemiskinan, bencana kelaparan, dan beberapa penyakit seperti penyakit mata dan malaria bagi masyarakat Kampung Laut.

Keterlibatan Gereja KatolikParoki St. Stephanus Cilacap adalah salah satu kehadiran Gereja Katolik di wilayah Kabupaten Cilacap.

Gereja Katolik menyadari dirinya sebagai bagian dari masyarakat dan turut merasa bertanggungjawab untuk ikut mengatasi persoalan-persoalan lingkungan hidup yang terjadi di daerah Laguna Segara Anakan, Kampung Laut. Keterlibatan Gereja Katolik ini dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan Masyarakat. Program ini dimotori oleh Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) sejak tahun 1973, dengan ketua Yayasannya Romo Carolus Burrows, OMI. Program Pemberdayaan Masyarakat ini adalah bentuk konkret usaha mengatasi persoalan lingkungan

Page 7: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 5

Evangelisasi

hidup dan sosial secara berkesinambungan. Sekaligus juga merupakan pelaksanaan evangelisasi Gereja untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat Kampung Laut.

Pada periode awal Program Pemberdayaan Masyarakat, usaha-usaha YSBS lebih ke arah tanggapan atas problem sosial yang mendesak saat itu, seperti bagaimana mengatasi penyakit mata dan malaria, kelaparan dan kurang gizi, serta isolasi masyarakat Kampung Laut dari dunia luar. Periode awal ini berlangsung selama beberapa tahun. Saat ini usaha-usaha YSBS sudah sampai pada periode terakhir (2011-sekarang) yang ditandai dengan usaha-usaha bagaimana mengatasi sedimentasi Laguna Segara Anakan dan penyebab dangkalnya Laguna tersebut. Yang dilakukan adalah mengalihkan lumpur sedimentasi dari Cimeneng Diversion yang seharusnya menuju Laguna Segara Anakan menuju ke rawa-rawa melalui sodetan-sodetan yang dibuat. Sodetan-sodetan itu berfungsi sebagai jalan masuk lumpur sedimen ke rawa-rawa setiap kali banjir. Selain mengandalkan aliran banjir setiap kali musim hujan, YSBS juga menindaklanjuti usulan masyarakat dengan mengadakan pompa-pompa lumpur untuk memperbesar jumlah lumpur yang masuk ke rawa. Dari situlah lahan-lahan sawah baru terbentuk.

Meskipun mayoritas masyarakat Kampung Laut beragama Islam, namun Sulistiono (2011) menyatakan bahwa program yang dimotori oleh YSBS tersebut sama sekali bukan gerakan kristenisasi. Taufick Hidayatulloh (2012), Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kab. Cilacap mengatakan, “Romo Carolus, walaupun seorang pastor, tidak terjebak pada peran murni sebagai seorang misionaris agama semata, tetapi lebih saya kenal sebagai pembawa pesan perdamaian, kebersamaan, dan kemanusiaan.”

Penilaian atas kinerja YSBS dalam membangun masyarakat Kampung Laut juga dinyatakan dengan penganugerahan Maarif Award kepada Romo Carolus pada tanggal 26 Mei 2012, dan pemberian penghargaan dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) kepada Romo Carolus dalam acara Festival Prestasi Indonesia tanggal 21 Agustus 2017 di Jakarta Convention Center (JCC). Lebih lanjut, Ahmad Syafii Maarif (2012), Pendiri Maarif Institute for Culture and Humanity, mengatakan bahwa:

Keberpihakan nyata Romo ‘Padat Karyono’ Carolus pada si miskin, tidak hanya diilhami oleh doktrin teologis

Page 8: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

6 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

ordo di mana ia diperintahkan untuk mengabarkan kabar gembira, namun lebih dari itu, ia mampu merefleksikan doktrin teologis itu menjadi karya kemanusiaan yang melampaui banyak hal, bahkan melampaui keyakinannya sendiri. Baginya persoalan kemanusiaan tak selesai hanya dengan berkhotbah di atas altar suci, akan tetapi dengan truk-truk yang membawa batu untuk pengerasan jalan. Jalan yang tak dilabeli, jalan yang bisa dilewati oleh siapapun, tanpa mengenal agama, ras, pilihan politik, atau apapun. Melalui itu kabar gembira tak hanya sekedar kabar burung.

Penilaian yang kurang lebih sama juga diungkapkan oleh H. Tatto Suwarto Pamudji (2012), Bupati

Pemerintah Daerah Kab. Cilacap: Sejak tahun 1974, Romo Carolus menjadi penggerak sekaligus penghubung antara masyarakat

dan pemerintah daerah setempat untuk membangun jalan, sarana pendidikan, balai pengobatan, dan sejumlah aksi sosial lainnya. Proyek infrastruktur yang dilaksanakan YSBS selama ini mampu mendorong dan mendukung swadaya masyarakat serta ikut memperbaiki kondisi kehidupan dan kualitas hidup yang berkelanjutan. Dan yang sungguh membanggakan, bantuan tersebut diberikan pada semua umat manusia, tanpa membedakan ras gender, keyakinan iman, atau kebangsaannya.

Terhadap kinerja Romo Carolus yang menjalankan kegiatannya melalui YSBS, Mgr. Julianus Sunarka SJ (2012), Uskup Keuskupan Purwokerto, memberikan tanggapannya demikian:

Romo Carolus memberi gambaran mengenai model kiprah ‘kerja yang menyejahterakan semua’ karena kiprahnya menyentuh aspek-aspek: lingkungan hidup, nilai-nilai inklusivitas, pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain. Romo Carolus berupaya mewujudkan kesejahteraan bagi semua lewat pelayanan akan kebutuhan dasar manusia, misalnya: makanan, perumahan, pekerjaan, pendidikan, transportasi, dan perawatan kesehatan dasar. Kerja yang dilakukan oleh Romo Carolus memberikan dampak positif bagi orang lain [....]. Buah-buah kerja Romo Carolus pun memberi kesempatan bagi relasi dan perjumpaan bukan hanya internal orang Katolik namun juga dengan orang-orang bukan Katolik.

Keterlibatan YSBS tersebut kiranya didorong oleh kesadaran bahwa Gereja harus terlibat dalam persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, khususnya masalah ekologi. Kesadaran itu ditopang oleh ajakan Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II yang selalu mendorong umatnya untuk terlibat, sebagaimana tampak dalam beberapa dokumen Gereja seperti Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes art.1, ensiklik Populorum Progressio dari Paus Paulus VI (1967), ensiklik Solicitudo Rei Sociallis dari Paus Yohanes Paulus II (1987), dan ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus (2015). Dokumen-dokumen ini berbicara mengenai perlunya melihat pemeliharaan lingkungan secara komprehensif yang memperhitungkan interaksi sistem-sistem alam yang satu dengan yang lain, juga dengan sistem-sistem sosial.

Gereja Katolik Indonesia sendiri juga pernah mengeluarkan dokumen resmi terkait pemeliharaan lingkungan, yaitu: Nota Pastoral KWI th. 2013 –“Keterlibatan Gereja dalam Melestarikan Keutuhan Ciptaan”. Melalui Nota Pastoral ini, Gereja Katolik Indonesia mengajak seluruh umat Katolik untuk memberikan perhatian, meningkatkan kepedulian dan tindakan partisipatif dalam menjaga, memperbaiki, melindungi dan melestarikan keutuhan ciptaan dari berbagai macam kerusakan yang makin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu. Gereja menyadari pentingnya lingkungan hidup untuk kelangsungan hidup semua ciptaan dan keterkaitan erat (hubungan timbal balik) antara manusia dengan ciptaan lain. Jika manusia mampu hidup selaras dan seimbang dengan lingkungan hidup, maka kehidupannya sendiri dan kehidupan makhluk lain pun akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika manusia bertindak serakah atas sumber daya lingkungan hidup, maka kerusakan alam pun akan terjadi dan memukul balik kehidupan manusia itu sendiri.

Page 9: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 7

Evangelisasi

Oleh karena itu, Gereja Katolik melalui keterlibatan YSBS berupaya agar suatu pertobatan ekologis terjadi di antara masyarakat Kampung Laut sehingga mereka juga turut merasa bertanggungjawab atas kelestarian lingkungan hidup mereka sendiri. Pertobatan ekologis ini adalah lahirnya kesadaran baru bahwa lingkungan hidup penting kehidupan manusia sampai pada adanya perubahan positif yang signifikan dalam memandang dan memperlakukan alam semesta. Pertobatan ekologis itu sendiri ditandai dengan adanya tiga hal, yaitu: (1) kepekaan terhadap lingkungan di mana manusia semakin peduli untuk menjaga keutuhan ciptaan, (2) tanggungjawab untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama, dan (3) kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk bersama-sama menjaga dan merawat alam ini.

Dari dokumen-dokumen Gereja yang berbicara mengenai lingkungan hidup, dapat dilihat adanya sebuah kesinambungan pokok bahasan yaitu pemeliharaan lingkungan hidup. Cara pandang Gereja untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup terasa makin komprehensif baik di tingkat Gereja universal maupun di tingkat Gereja lokal. Semuanya ini memberikan keyakinan bahwa dokumen-dokumen Gereja telah mendorong dilaksanakannya usaha-usaha penyelamatan lingkungan di banyak tempat, termasuk salah satunya yang dikerjakan oleh YSBS di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Namun di sisi lain, juga dapat dikatakan bahwa dokumen-dokumen Gereja yang berbicara mengenai lingkungan hidup bukan lahir dari suatu ketiadaan melainkan dari berbagai macam data lapangan yang telah ada dalam masyarakat pula.

(bersambung)

Rm. Carolus menerima Maarif Award pada 2012

Page 10: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

8 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

gedung Akademi Maritim Nusantara. Mensyukuri ulang tahun imamatnya ke-50 (Jumat

8 November 2019), dalam khotbahnya Romo Carolus mengatakan bahwa, “saya sangat percaya semua orang masuk surga”. Ia juga berpesan kepada para Romo dan Bruder Oblat yang hadir dalam misa syukur, “kita tidak hanya menjadi pewarta Kabar Gembira, tetapi harus menjadi Kabar Gembira itu sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari”. Romo Carolus menekankan bahwa “OMI adalah orang yang siap menjawab kebutuhan masyarakat”. Demikianlah pernyataan Romo Carolus saat homilinya yang diselingi candatawa dari umat karena rasa humornya yang tinggi.

Sementara misa berlangsung, umat Muslim

50 Tahun Imamat Romo Carolus, OMIBerkarya Dalam Keragaman

Oleh : Fr. Hendrianus Wendi, OMI

Masyarakat Cilacap dan sekitarnya dari berbagai latar belakang berpartisipasi dalam memeriahkan pesta emas imamat Romo Carolus Burrows, OMI (50 tahun imamat;

1969-2019). Pesta ulang tahun imamat Romo Carolus dimeriahkan dengan berbagai kegiatan perlombaan yang diikuti warga dari berbagai kalangan (baik dari kaum muda, dewasa, maupun dari saudara-saudari non-Katolik). Selain perlombaan, diadakan juga doa bersama. Kegiatan doa dilaksanakan di dua tempat sekaligus. Bagi yang beragama Katolik, diadakan doa bersama di Kapel Santo Eugenius de Mazenod, Seminari Yuniorat OMI. Sedangkan bagi umat Muslim mengadakan pengajian di

Page 11: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 9

Evangelisasi

sekitar Cilacap mensyukuri pesta emas imamat Rm. Carolus dengan mengadakan sholawat bersama di gedung Akademi Maritim Nusantara (AMN). Yang memberikan dakwah dalam pengajian adalah Kyai Haji Ahmed Shoim El Amin (Gus Shoim) selaku Ketua Forum Kerukunan Antara Umat Beragama, Kabupaten Cilacap. Gus Shoim mengulangi pernyataan Gus Dur, seperti yang di kutip penulis dari Hidup Katolik.com, “Kalau kita berbuat baik dengan orang lain, orang tidak akan menanyakan agamamu apa, melainkan orang akan mengatakan bahwa kita adalah orang baik,”. Selain itu, Gus Shoim juga menekankan agar dalam menjalankan hidup bersama kita harus positive thinking dan tidak menaruh kecurigaan pada orang lain. Demikian pesan persaudaraan dari Gus Shoim dalam rangka 50 tahun imamat Romo Carolus, OMI.

Refleksi tentang toleransiPesta emas imamat Romo Carolus membawa

berkah bagi persaudaraan antar umat beragama. Hal tersebut sungguh tampak dari tema yang dibuat oleh panitia yaitu “Berkarya Dalam Keragaman”. Penulis yakin bahwa tema ini dibuat bukan sebatas wacana, tetapi sungguh sudah hidupi oleh Romo Carolus selama pengabdiannya di Cilacap, khususnya di Kampung Laut dan sekitarnya.

Di tengah situasi negara Indonesia yang sering mengalami masalah intoleransi dalam hidup beragama, Romo Carolus datang sebagai lilin yang menerangi masyarakat untuk saling menjaga tali persaudaraan. Gagasan untuk mengikat persaudaraan ini pun terbilang simple yaitu berfokus pada pengembangan taraf kesejahteraan hidup masyarakat tanpa “embel-embel” keagamaan. Romo Carolus mendedikasikan hidupnya tidak hanya pada umat Kristiani, tetapi untuk semua orang, apapun agamanya. Baginya, Yesus Kristus datang menyelamatkan semua orang tanpa memandang latar belakang. Inilah yang menjadi sumber semangatnya dalam menjalankan karya misinya di Cilacap dan Kampung Laut sehingga ia bisa diterima dan dicintai oleh berbagai kalangan masyarakat.

Romo Carolus selama menjadi Imam sungguh menjadi warta gembira itu sendiri. Ia datang ke Indonesia (1973) dengan semangat untuk mengangkat martabat orang-orang miskin. ia melakukan segala karya dan pekerjaannya penuh dengan ketulusan. Ketulusan itulah yang membuat Romo Carolus menjadi orang yang sangat berpengaruh. Pengaruhnya tentu banyak, tetapi di sini penulis membatasi pada pengaruh “mempersatukan tali persaudaraan antar umat beragama”.

Belum lama ini, Gereja mengeluarkan dokumen

Page 12: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

1 0 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

terbaru tentang Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama atau sering disebut sebagai dokumen Abu Dhabi. Dokumen tersebut berisi seruan untuk menanamkan kembali nilai-nilai perdamaian, keadilan, keindahan, kebaikan, persaudaraan manusia untuk keselamatan semua (Abu Dhabi, 11). Dokumen ini tentu berangkat dari realitas dewasa ini di mana masyarakat mengalami masalah dalam menghayati nilai-nilai persatuan dan persaudaraan. Masalah tersebut juga terjadi di negara kita tercinta, Indonesia yang penuh keberagaman dan terkadang diganggu oleh segelintir orang untuk kepentingannya.

Romo Carolus sejak pertama datang ke Indonesia (1973) telah menyadari betapa pentingnya menghidupi nilai-nilai perdamaian, keadilan, keindahan, kebaikan dan persaudaraan. Tidak untuk membesar-besarkan jasa Romo Carolus, tetapi apa yang menjadi seruan dari nilai-nilai dokumen Abu Dhabi tentang pentingnya membangkitkan kesadaran beragama (Abu Dhabi, 14) sungguh sudah berjalan sejak lama. Nilai-nilai tersebut oleh Romo Carolus dikemas dengan misi membantu orang miskin agar menjadi sejahtera.

Kata sejahtera adalah kata kunci untuk menangkal segala masalah amoral seperti individualistis, egois, dan juga mengatasi radikalisme dan ekstremisme buta dalam segala bentuk dan ungkapannya. Munculnya ide untuk memasukan ideologi-ideologi baru di negara Indonesia bisa jadi karena persoalan kesejahteraan. Orang mencoba mencari alternatif baru untuk mencapai kesejahteraan dengan ideologi-ideologi yang akhirnya memporakporandakan persaudaraan dan kesatuan bangsa Indonesia. Romo Carolus datang ke Cilacap, Kampung Laut dan sekitarnya dan berhasil menangkal kemungkinan buruk tersebut. Ia meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dengan program karya karitatif. Dialog dan kerjasama antara Romo Carolus bersama tokoh agama dan masyarakat terbukti sungguh efektif meningkatkan semangat toleransi dalam hidup beragama.

Akhirnya apa yang dikatakan oleh Romo Carolus saat khotbah bahwa Oblat Maria Imakulata (OMI) datang untuk menjawab kebutuhan Masyarakat sungguh nyata dari apa yang dihidupinya. Apa yang

dihidupinya itu merupakan pelaksanaan mandat Bapa Pendiri OMI, St. Eugenius de Mazenod, kepada para Oblatnya, yang dinyatakan dalam prakata Konstitusi OMI demikian:

Apa yang kemudian harus dilakukan oleh orang-orang yang ingin mengikuti jejak Kristus Guru Ilahi mereka, untuk merebut kembali bagi-Nya demikian banyak jiwa-jiwa yang telah menanggalkan kuk-Nya? Mereka harus berusaha keras menjadi orang-orang suci. Mereka harus berani menempuh jalan yang dulu pernah dilalui banyak pekerja Injil yang memberi teladan begitu indah akan keutamaan dalam mengemban tugas pelayanan yang kini mereka turut merasa terpanggil. Mereka harus meninggalkan diri sepenuhnya dan mengarahkan pandangan hanya demi kemuliaan Allah, kebaikan Gereja, serta pertumbuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Mereka harus tiada henti memperbarui diri seturut semangat panggilan mereka, hidup dalam kebiasaan menyangkal diri dan selalu ingin mencapai kesempurnaan. Mereka harus berupaya tanpa lelah untuk menjadi rendah hati, lemah lembut, patuh setia, pecinta kemiskinan, menyesali dosa-dosa, matiraga, lepas bebas dari dunia dan keluarga, penuh semangat, siap mengorbankan semua harta bendanya, bakat-bakatnya, istirahatnya, pribadinya dan hidupnya demi cinta kepada Yesus Kristus, pelayanan kepada Gereja dan demi pengudusan sesama. Dengan kepercayaan penuh kepada Allah, mereka terjun ke medan laga dan berperang sampai akhir demi semakin besarnya kemuliaan nama-Nya yang Mahasuci dan Mahamulia.

Page 13: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 1 1

Evangelisasi

AKU BINTANG MISIONER,AKU MEWARTAKAN INJIL

“Aku Berkah Kanggo Kowe” adalah tema yang diangkat oleh panitia rayon Sleman pada perayaan hari anak misioner ke-177. Tema ini mengajak setiap orang agar terlibat dalam karya Allah. Setiap pribadi hendaknya mau hadir dan terlibat dalam kehidupan orang lain. Kita yang merupakan karya kasih Allah mempunyai tugas perutusan yang sama. Apa yang diterima dari kemurahan Allah harus diberikan kembali (diteruskan) kepada orang lain tanpa pilih-pilih.

Perayaan ini diadakan di Aula Fakultas Teologi - Universitas Sanata Dharma pada tanggal 05 Januari 2020. Misa Ekaristi sendiri dipimpin oleh Rm. Fajar Pr. Diperkirakan peserta yang menghadiri kegiatan ini lebih dari 900 anak. Mereka datang dari daerah rayon Sleman dan sekitarnya. Jumlah yang tidak sedikit itu merupakan salah satu berkah bagi kami, sebab panitia mengira peserta yang akan datang kira-kira hanya 500 anak. Tetapi dalam berlangsungnya acara itu justru

di luar dugaan dari jumlah yang ditentukan. Hal ini menjadikan acara perayaan itu sangat meriah. Acara dapat berlangsung dengan suka-cita dan kegembiraan.

Di acara itu hadir pula para biarawan dan biarawati dari berbagai kongregasi, salah satunya OMI. Saya, Fr. Thomas, Fr. Pras, dan Br. Sakai mewakili komunitas OMI untuk menyapa adik-adik sebagai tanggapan pangilan Allah. Kami hadir membawa warna tersendiri sebagai pendamping mereka. Terlebih mengajak adik-adik untuk berbagi berkah lewat bermain dan bernyanyi bersama.

Di pertengahan acara, tepatnya setelah misa Ekaristi, saya ditugaskan untuk mendampingi kelompok tujuh. Kebetulan saya satu kelompok dengan Suster Gisela OP. Kami bisa saling bergantian mengisi acara dengan gaya kami masing-masing. Sempat kami kebingungan dengan instruksi yang di sampaikan panitia perihal permainan. Sebabnya, alat-alat dan bahan yang diberikan kepada kami ternyata

Page 14: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

1 2 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

kurang banyak. Oleh sebab itu, saya mencoba untuk bertindak cepat dengan mengganti permainan. Dalam kesempatan ini, saya bersyukur karena dulu saya sempat menjadi pendamping PIA di paroki Babadan, sehingga pada saat genting seperti ini saya bisa menggunakan jurus-jurus cadangan yang pernah saya pelajari sebelumnya.

Sebenarnya acara yang disusun oleh panitia acara anak misioner ini tidaklah rumit. Peserta yang hadir mengikuti misa ekaristi di aula. Setelah itu dilanjutkan dengan makan siang bersama. Kemudian para peserta diminta untuk masuk dalam kelompok masing-masing. Panitia menyiapkan tujuh kelompok dalam kegiatan itu. Setiap kelompok didampingi oleh dua sampai lima biarawan/biarawati. Dengan cara demikian diharapkan biarawan dan biarawati dapat menjadi teladan kasih Allah, sehingga anak-anak dapat menimba suka-cita kebersamaan lewat kehadirian kaum selibat ini, dan tema acara dapat terwujud.

Layaknya anak-anak sepantarannya, para peserta sangat aktif dan penuh semangat. Di mana-mana suara anak-anak saling bersaut-sautan. Di saat inilah, saya harus mengeluarkan tenaga ekstra, supaya anak-anak bisa mendengar suara saya dengan jelas. Mungkin anda bisa membayangkan suasana itu. Saya mendampingi anak berjumlah lebih dari 100 anak dan harus berbicara tanpa menggunakan pengeras suara. Kebayang kan situasinya! Bagi saya, ini cukup menantang untuk mengetes seberapa kuat pita suara saya mampu bergetar.

Setiap kelompok yang sudah selesai dengan dinamikanya langsung menuju ke makam para pastor. Letak makam para pastor itu berada di sebelah Barat aula. Para pendamping mengajak anak-anak untuk berdoa arwah dan doa-doa pokok. Kegiatan doa itu juga sekaligus merupakan penutup dari rangkaian perjumpaan hari raya anak misioner se-rayon Sleman.

***Seperti yang dituliskan dalam injil Markus 10 :

14 “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”. Perkataan Yesus itulah yang mendorong saya untuk

dekat dengan anak-anak. Mereka menjadi gambaran dari Kerajaan Surga yang bersih dan suci. Mungkin ini sesuatu yang sulit karena berhubungan dengan kepribadian seseorang. Namun mestinya juga bukan alasan untuk tidak mau berbuat baik. Perihal kebaikan dan berdayaguna bagi orang lain adalah masalah hati. Oleh sebab itu, penting bagi saya untuk bertanya pada diri sendiri. Masih adakah hati untuk membahagiakan orang lain? Mungkin anda pun perlu bertanya pada diri anda sendiri. Masih inginkah diri anda berguna bagi sesama?

Banyak orang bilang bahwa diri kita dapat dinilai baik apabila kita berguna bagi kehidupan banyak orang. Lewat tema “Aku berkah kanggo kowe” saya merasa dikuatkan dalam panggilan. Hidup ini harus menjadi berkat dan pewartaan kabar gembira. Saya menyadari posisi diri saya saat ini, sebagai seorang frater, yang sudah seharusnya menjadi tangan Allah.

Perayaan anak misioner itu juga menjadi ajang untuk memperkenalkan kehidupan Gereja. Anak-anak diperkenalkan pada jalan panggilan hidup. Bahwasannya dalam hidup mengereja ada dua pilihan hidup, yakni selibat dan menikah. Tepat pada saat Rm. Fajar Pr berkotbah beliau memanggil semua anak yang ingin menjadi pastor, bruder dan suster. Nampaknya masa depan gereja akan cerah karena begitu banyaknya anak-anak maju ke altar. Artinya, akan ada banyak pelayan Gereja di kelak nanti. Saya pribadi juga merasa gembira, karena Allah memperkenankan saya menapaki jalan panggilan ini.

Page 15: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 1 3

Bruder Oblat

Asia OceaniaOleh : Br. Pinansius Sakai, OMI

Tanggal 19-24 November, para bruder OMI se-Asia Oceania berkumpul bersama untuk pertama kalinya. Pertemuan ini dihadiri oleh 22 orang bruder OMI dari 31 orang bruder OMI se-Asia Oceania.

Pertemuan dilaksanakan di Oblate Missionary Centre (OMC), Quezon City, Filipina. Para peserta berasal dari berbagai negara di antaranya: Indonesia, Vietnam, Jepang, Tiongkok, Filipina dan Sri Lanka. Dalam acara ini tercatat 7 orang Oblat dari Filipina (Br. Gorgonio Bongao, Br. Joe Aduana, Br. Emilio Ungsod, Br.Mauricio Zuyco, Br.Rodrigo Buensalida, Br. Noel Garcia, Br. Russel Ricabar), 6 orang dari Indonesia (Br. Michael Andhy Kusmajaya, Yohanes Baptista Adhi Samudro, Edtwin Sulispriyanto, Yakobus Juang, Julianus Rizki Widitomo, Pinansius Sakai), 3 dari Colombo-Srilanka (Br. Anton Fernando Pulle, Br. Don Felician Francis, Felix Kamal Mendis), 2 dari Jaffna, Srilanka. (Bro. Sebastian Amir Dabarera, Jenistan Therispuspam), 2 dari Vietnam (Br. Tang Kim Long, Br. Nguyen Van Hoan), 1 dari Jepang (Br. Nobuhiko Yagi) dan 1 dari Tiongkok (Br. Simon

Chu Kin Yip). Di antara para bruder ada satu imam yaitu Pastor Antonius Widiatmoko, OMI sebagai perwakilan Asia Oceania Formator’s Conference (AOFC).

Hari pertama pertemuan dibuka dengan perayaan ekaristi, yang dipimpin oleh pastor Charlie Inzon – provinsial dari OMI provinsi Filipina dan pastor Antonius Widiatmoko OMI sebagai konselebran. Setelah perayaan Ekaristi kami memperkenalkan diri masing-masing (nama, asal, motivasi menjadi bruder, tugas dan pelayanan yang saat ini kami jalani). Suasana pertemuan yang terasa adalah persaudaraan, kegembiraan dan antusias.

Hari kedua segala aktivitas dimulai dengan ibadat pagi, kemudian dilanjutkan dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Wax, OMI. Ada dua sesi hari ini. Sesi pertama diberikan oleh pastor Wax, OMI dengan materi ‘kehidupan Oblat’. Fokus pembicaraan adalah tentang bagaimana para bruder melakukan peran kenabian untuk mempertahankan dan mengembangkan kualitas kehidupan religius yang baik di antara para imam. Bruder bukanlah

Br. Sakai OMI berbagi pengalaman dihadapan para bruder

Page 16: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

1 4 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Bruder Oblat

kelas dua dalam kongregasi Oblat Maria Imakulata. Sesi kedua diberikan oleh Br. Noel Garcia, OMI yang mempresentasikan dokumen grejawi tentang tugas bruder dalam Gereja (identitas, misi dan pelayanan). Sebagian peserta memberikan apresiasi terhadap materi yang diberikan, kemudian sharing dalam kelompok tentang kehidupan pribadi masing-masing untuk menjalani identitas dan misi di dalam Gereja. Semua pengalaman ini menjadi ucapan syukur bersama kepada Allah saat doa malam hening oraison.

Hari ketiga kami mengunjungi beberapa tempat yang dilayani oleh OMI provinsi Filipina. Ada beberapa tempat yang kami kunjungi. Di antaranya adalah paroki Birhen ng Lourdes (Bagong Barrio / Kampung Baru). Pastor paroki sekarang adalah pastor Marcello Andamon, OMI. Tujuan berikutnya adalah

sekolah Notre Dame Greater Manila (NDGM). Di pusat kota Quezon ini, para Oblat mengelola taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Banyak orang mempercayai kualitas pendidikan yang disediakan oleh Oblat. Total murid di sini sekitar 3.500. Pastor Jolito de La Cruz, OMI adalah pimpinannya, bersama pastor Harold Lagnaoda, OMI. Terakhir, kami mengunjungi paroki Our Lady of Grace di Kalookan City. Kami bertemu pastor Mamerto Don Garcia OMI (pastor paroki), pastor Amador Castillo, OMI (pemimpin rumah) dan pastor Federico Peding Labaglay, OMI (mantan anggota dewan Asia Oceania beberapa periode lalu).

Misi OMI di Filipina berada di daerah yang sebelumnya menjadi pusat pembuangan pelaku kejahatan sejak 1950-an. Dari keterangan bruder Joe, OMI dan bruder Gonie, OMI, evangelisasi para Oblat berangkat dari kondisi yang memprihatinkan, yaitu daerah miskin, baik dari segi materi maupun sumber daya manusia. Misi yang dilakukan oleh Oblat mengikuti apa yang pernah dikatakan oleh St. Eugenius de Mazenod, “jadikanlah mereka manusiawi, kristiani dan akhirnya suci”. Dari presentasi pastor paroki Birhen ng Lourdes, disebutkan bahwa seorang Bruder Oblat juga dikirim untuk menjadi perintis sebelum menjadi paroki besar seperti sekarang ini. Manfaatnya lebih terasa karena Oblat tinggal bersama orang miskin.

Peserta Konferensi Para Bruder se-Asia bersama Rm. Widi, OMI

Page 17: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 1 5

Bruder Oblat

Aktivitas hari keempat diawali dengan ibadat pagi dan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh pastor Antonius Widiatmoko, OMI. Dalam perayaan Ekaristi kami para bruder membuat komitmen pembaruan kaul yang sudah diikrarkan. Setelah sarapan, kami mengunjungi rumah Bolduc merupakan tempat para Oblat yang tua dan sakit tinggal. Selain tempat ini, ada bangunan lain yaitu Our Lady of the Assumption Scholasticate (OLAS). Di sini ada 30 skolastik dari 11 negara (3 dari Lesotho-Afrika, 2 dari Kenya-Afrika, 2 dari Kamerun-Afrika, 2 dari Hong Kong, 1 dari India,

3 dari Thailand, 3 dari Vietnam, 8 dari Filipina, 1 dari Korea, 2 dari Sri Lanka), dan beberapa diantaranya sedang melaksanakan pengalaman komunitas (exposure). Lalu kami menutup perjumpaan dengan makan siang dan acara kebersamaan. Kami, terutama para bruder oblat muda dari Indonesia mendapatkan wawasan banyak dari pertemuan AORC para bruder. Kami belajar menjadi misonaris oblat di jaman sekarang dari oblat senior. Para bruder harus menanggapi perkembangan jaman dengan meningkatkan keterampilan yang diperlukan dalam memberitakan Injil dan memberikan kesaksian kehidupan yang penuh sukacita sebagai seorang bruder di jaman ini.

Setelah pertemuan para bruder se-Asia Oceania selesai, kami masih melanjutkan perjalanan ke beberapa tempat yang dilayani oleh para oblat provinsi Filipina. Tanggal 26 November kami berangkat menuju ke Davao. Dari kota yang bersih ini kami menuju ke Kidapawan. Sebelum tiba di Kidapawan kami singgah di Oblate Galilee Farm, Sitio Bugwak, Malangag, Antipas, Cotabato. Tempat ini digunakan sebagai tempat pelatihan pertanian yang dijalankan oleh pastor Jay Velador OMI. Oblate Galilee Farm mempunyai misi yaitu menyediakan pelatihan dasar pertanian berkelanjutan dalam lingkungan yang bersih, hijau dan bebas bahan kimia, untuk

Br. Rizki, OMI berdinamika bersama umat dari suku Manubok, Filipina

Page 18: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

1 6 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Bruder Oblat

memperbaiki kerusakan yang terjadi. Di sini kami melihat begitu banyak tanaman dan beberapa ternak seperti bebek, kambing, sapi, ikan, babi dan lainnya.

Setelah dari tempat ini kami melanjutkan perjalanan kami ke Notre Dame Broadcast Corporation yang dikelola oleh para oblat untuk memberitakan Injil melalui media radio. Setelah seharian mengunjungi tempat-tempat pelayanan para oblat, kami beristirahat di rumah retret Our Lady of Perpetual Help di Kidapawan. Di sini ada dua orang oblat yang mengelola rumah retret, yaitu Br. Joe Aduante, OMI dan pastor Hill Butacion, OMI. Hari kedua perjalanan kami ke Kulaman. Setelah menginap di rumah retret, kami melanjutkan perjalanan kami. Situasi Filipina sangat mirip dengan Indonesia secara geografis, iklim, musim, perkebunan, jenis hewan dan ada beberapa kata yang mirip dengan bahasa Indonesia. Namun ada hal baru yang kami temui yaitu “Skylab” yaitu sepeda motor yang bisa ditumpangi 5-7 orang penumpang. Sebelum tiba di Kulaman kami mengunjungi paroki Masiag di mana pastor Widi pernah tinggal dan melayani umat di sana selama beberapa bulan (tahun 2000). Beliau mengatakan bahwa banyak perubahan yang terjadi. Di sana kami disambut dengan hangat dan disuguhi makanan tradisional seperti ‘Buko’ (kelapa muda).

Perjalanan selanjutnya kami mengunjungi paroki Gapok. Pastor Alvin, OMI, asisten pastor paroki sangat senang menyambut kami. Beliau mengetahui bahwa hampir semua orang Indonesia menyukai Nasi Goreng. Beliau belajar dari internet cara memasak nasi goreng dan itu menjadi menu makan siang. Akhirnya kami mencapai tujuan kami yaitu paroki Kulaman. Pastor John, OMI, pastor paroki dan juga sebagai direktur sekolah Notre Dame di Kulaman menyambut kami. Para murid dan guru sangat baik kepada kami. Mereka mempersiapkan bagi kami beberapa pertunjukan, terutama penampilan tarian dari suku Manubok (suku asli). Tarian Manubok menceritakan ringkasan kehidupan suku Manubok, sejak awal penciptaan, berburu, menanam, upacara pernikahan dan lainnya.

Kami merasa beruntung merasakan pengalaman tinggal di Filipina selama dua minggu. Kami melihat bahwa karakteristik kehidupan para

oblat adalah hidup berkomunitas. Dalam kongregasi OMI para pastor dan bruder berada di posisi yang sama, saling melengkapi. Para imam dan bruder diutus oleh Kristus untuk memberitakan kabar baik kepada semua orang, terutama untuk melayani mereka yang tidak terlayani. Sebagai bruder oblat muda, kami termotivasi dan diperkuat untuk menjalani identitas kami sebagai bruder oblat. Terima kasih banyak kepada OMI povinsi Indonesia yang telah mendukung kami baik secara finansial dan moral sehingga kami dapat menghargai panggilan hidup religius, khususnya memperkuat identitas bruder di Indonesia.

“I`m not educated…I`m poor…

I`m blacksmith of my soul…I`m coadjutor Brother…

I always say yes…I listen to superior…

I pray to the Blessed Virgin…I love the good Lord…

I help the good Lord…. I`m happy.”

- Brother Anthony Kowalczyk, OMI -

(1866-1947) -

Page 19: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 1 7

Evangelisasi

Come and See Punya Cer i ta

Panggilan hidup menjadi seorang religius, baik itu imam, bruder, maupun suster merupakan panggilan khusus yang tidak dirasakan oleh semua orang. Itulah sebabnya panggilan religius merupakan panggilan

yang spesial. Dengan panggilan hidup menjadi religius, seseorang menyerahkan hidup seutuhnya dengan hidup selibat demi meneladan hidup Yesus Kristus, yaitu mewartakan kabar sukacita injil kepada seluruh dunia. Untuk menjadi seorang religius atau biasa juga disebut biarawan/biarawati, seseorang harus bergabung dengan tarekat religius.

Namun kita tahu bahwa tarekat-tarekat religius ada banyak. Bagaimana seseorang sungguh yakin

bahwa dirinya terpanggil untuk menjadi religius di suatu tarekat religius tertentu? Tentulah ada alasannya dengan melihat pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah, entah itu karena tertarik dengan cara hidupnya, busananya, atau bahkan karena romo, frater, dan brudernya ramah-ramah. Ada banyak alasan dan pengalaman yang kemudian membuat seseorang sungguh yakin untuk memilih di antara banyaknya tarekat religius yang ada.

Untuk alasan itulah, Skolastikat OMI Indonesia “Wisma de Mazenod” Yogyakarta mengadakan sebuah acara yang diberi nama “Come and See”, yang diadakan pada tanggal 27-29 Desember 2019. Jika diterjemahkan, Come and See sendiri dapat

Oleh : Fr. Georgius Redwan, OMI

Page 20: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

1 8 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

berarti “datang dan lihatlah”. Memang, itulah tujuan dari acara ini, yaitu supaya orang-orang yang merasa terpanggil datang dan melihat serta mengenal tarekat OMI secara lebih dalam, sehingga harapannya mereka merasa terpanggil untuk menjadi seorang OMI.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Come and See diadakan, pada tahun-tahun sebelumnya juga pernah. Sampai saat ini, Come and See masih dipandang perlu untuk mengenalkan OMI kepada anak-anak muda yang merasakan adanya getar panggilan menjadi religius. Selain memperkenalkan, kami juga mengundang mereka untuk menjawab panggilan-Nya dengan menjadi seorang OMI. Untuk bentuk acaranya, para peserta live-in di Seminari Tinggi OMI, Condongcatur, Yogyakarta, dan mengikuti serangkaian acara yang telah disiapkan oleh para frater. Terdapat juga presentasi mengenai kongregasi OMI yang telah disiapkan oleh para romo dan frater OMI, supaya para peserta semakin mengenal OMI.

Bagi saya, acara Come and See membawa diri saya untuk merefleksikan lagi panggilan yang telah saya jalani. Tak terasa, sudah hampir empat tahun saya menjalani panggilan sebagai seorang religius OMI. Panggilan ini penuh dengan keajaiban. Saya teringat bagaimana dinamika panggilan yang saya alami selama ini: terkadang ada suka, terkadang duka, terkadang semangat, di waktu lain melemah.

Sama seperti para peserta Come and See yang diajak untuk datang menjawab panggilan-Nya dan melihat pengalaman-pengalaman mereka sebagai tanda-tanda akan panggilan itu, saya pun merasakan hal yang sama. Saya tersadar bahwa mungkin seiring dengan sibuknya kehidupan kuliah membuat refleksi akan panggilan saya melemah. Maka, Come and See merupakan undangan bagi saya untuk merefleksikan lagi sejarah panggilan saya, menguatkan motivasi saya untuk mantap melangkah sebagai seorang OMI.

Melihat para peserta yang memiliki semangat dalam menjawab panggilan Tuhan, saya juga merasa disemangati, terutama ketika mendengar latar belakang panggilan dari setiap peserta. Ada dari mereka yang sudah bekerja dan hidup mapan, tetapi rela meninggalkan pekerjaannya demi menjawab panggilan Tuhan. Ada juga yang masih sangat muda, masih SMP, tetapi dengan berani memutuskan untuk menjawab panggilan Tuhan menjadi seorang religius. Dari semua cerita panggilan mereka, saya menyimpulkan satu hal, bahwa hidup selalu dipenuhi dengan pilihan-pilihan. Namun yang terpenting dari semua itu adalah apakah saya memiliki keberanian untuk memilih.

Para peserta telah menunjukkan keberanian mereka untuk menjawab panggilan Tuhan, meski untuk itu pasti ada hal yang harus mereka lepaskan.

Page 21: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 1 9

Evangelisasi

Saya tersadar bahwa pada dasarnya ketika saya memilih suatu hal, di saat yang sama saya memutuskan untuk melepas pillihan yang lain. Saya memang tidak bisa memilih semua hal dalam hidup, tetapi saya bisa memilih salah satunya kemudian menekuninya dengan sepenuh hati dan menjalani panggilan yang telah saya pilih dengan sungguh.

Satu lagi nilai berharga yang saya dapat dari Come and See ini, yaitu nilai keberagaman. Para peserta berasal dari tempat dan latar belakang yang berbeda, namun yang menarik adalah mereka dapat berbaur dengan akrab satu sama lain. Bahkan, peserta yang lebih tua dapat menempatkan diri sebagai kakak yang berusaha membantu adik-adiknya. Bagi saya, ini sungguh sebuah pelajaran yang berharga. Saya tersadar bahwa menjadi seorang religius misionaris OMI yang siap diutus ke mana saja, saya juga harus siap dengan keberagaman yang akan saya jumpai. Apa yang terjadi selama Come and See mengajarkan saya untuk menghargai mereka yang memiliki perbedaan dengan saya.

Selama Come and See, saya juga dipercaya untuk menjadi MC. Meskipun ini bukan pertama kali saya menjadi MC, tetapi ini terhitung pengalaman baru bagi saya. Dari pengalaman menjadi MC kali ini, saya belajar untuk fleksibel dan cepat tanggap terhadap situasi yang tidak semuanya dapat berjalan sesuai

dengan rencana awal. Latihan menjadi fleksibel juga penting untuk persiapan menjadi seorang religius misionaris OMI. Belum tentu ketika saya diutus ke suatu tempat, situasi dan kondisi yang ada sesuai dengan prediksi saya. Di saat itulah, fleksibilitas dan cepat tanggap sangat diperlukan. Saya bersyukur bahwa saya diberi kesempatan untuk melatih hal itu dari sekarang.

Dari keseluruhan acara Come and See ini, saya menyimpulkan bahwa setiap pengalaman tentulah memiliki nilainya sendiri. Saya bersyukur kepada Tuhan karena pengalaman Come and See mengajarkan banyak nilai penting bagi saya. Semoga saya dan mereka yang merasakan panggilan hidup ini semakin yakin dan mantap untuk menjalaninya dan terus diteguhkan, sehingga akhirnya dapat juga meneguhkan orang lain yang akan kami jumpai nanti.

Para Oblat bersama para calon Oblat

Page 22: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

2 0 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

Beragam(a) & BersaudaraOleh : Fr. Rezerius Bintang Taruna, OMI

Tanggal 22-24 November 2019, saya bersama rekan-rekan sekelas di Fakultas Teologi, tinggal – merasakan – memahami kehidupan bersama saudara-saudari muslim di PONPES Sunan

Kalijaga, Dengkeng, Klaten. Pertama kali ini saya tinggal – merasakan – memahami kehidupan bersama saudara-saudari muslim. Live in di PONPES Sunan Kalijaga telah meruntuhkan asumsi - kesan dalam benak saya terhadap sifat-sifat dari pihak radikal, ekstrim dan keras. Umat Muslim yang toleran, nasionalis, disiplin, dan beriman kuat saya dapatkan bukan hanya dari Kyai Susilo, tetapi

juga dari para santri. Para santri mudah dekat dengan orang asing, ceria, taat kepada pimpinan (Pak Kyai dan Umi), sopan, energik, ekspresif. Mereka mudah terbuka terhadap orang asing, tidak memandang latar belakang suku dan agama sehingga membuat saya diterima dalam kehidupan mereka.

PONPES ini baik adanya walaupun bisa dikatakan kurang dalam hal sarana. Sekolah ini baik karena mempunyai pendidik yang hebat. Saya sangat nyaman dalam mengungkapkan sesuatu karena kesederhanaan, keterbukaan dan wawasan yang dimiliki oleh Pak Kyai dalam berdialog. Beliau banyak bercerita tentang

Para Frater, Pak Kyai dan para santri PONPES Sunan Kalijaga

Page 23: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 2 1

Evangelisasi

tokoh-tokoh pendahulunya (termasuk Abuya As Sayid dari Yaman); relasi dengan tokoh-tokoh lintas budaya agama; kemudian menyerap nilai-nilai positif ajaran mereka. Inspirasi yang berharga adalah perhatiannya kepada teman-teman Punk dan waria. Keberanian untuk merangkul mereka adalah lompatan jauh hidup beriman dalam tindakan Pak Kyai.

Dalam beberapa kali sesi, setiap sesi 1-2 jam kami banyak bertukar pikiran tentang sejarah agama, NU, usaha-usaha kedamaian bahkan tentang prinsip masing-masing agama. Beberapa bahan yang saya bagikan tentang hidup iman Katolik adalah keragaman tarekat – spiritual – dan karya, kesatuan umat beriman Katolik dalam satu pimpinan Paus, ketaatan kami kepada Uskup, dan tarekat, dan yang paling dominan adalah gagasan – usaha untuk menciptakan relasi yang toleran, harmonis serta patriot. Dalam keyakinan dan pemahaman saya sebagai orang Katolik, saya mengungkapkan bahwa “Roh Allah bekerja sejak dahulu dalam berbagai budaya, dalam diri orang-

orang yang berkehendak baik”; maka saya percaya Allah bekerja di antara rekan-rekan PONPES Sunan Kalijaga Dengkeng.

Live in ini penting bagi saya dalam membuka jalan pertama dalam berelasi serta menindak lanjuti program dialog selanjutnya. Ada banyak titik temu antara saya dan mereka, yaitu usaha mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan universal. Bagi iman saya sendiri, saya semakin percaya diri menunjukan diri sebagai orang beriman Katolik, tertantang untuk memahami lebih dalam ajaran Gereja, sekaligus bisa menghormati agama-agama lain. Dialog penting dilakukan untuk kebaikan bersama, kebaikan Bersama dicari mulai dari perbedaan, kemudian pergi keluar untuk mencari alternative-alternatif baru dalam kemanusiaan (menemukan titik temu kedua belah pihak). Dialog adalah pertemuan, perjumpaan, mendiskusikan, memikirkan dan bersama-sama menemukan solusi yang lebih baik bagi semua orang.

bersih-bersih lingkungan

Page 24: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

2 2 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

Saya yakin, PONPES Kalijaga Dengkeng akan menghasilkan orang-orang hebat yang mampu menyatukan bangsa Indonesia, menghasilkan pemimpin-pemimpin tangguh membela kebenaran di masa modern yang semakin plural, yang mempunyai hati seperti nabi Allah bagi semua orang. Saya menyimpulkan, PONPES Kalijaga adalah wadah yang diperlukan di banyak tempat. Semoga mereka selalu mendapat rahmat Allah di antara kesulitan yang dihadapi, atas kebaikan dan kebenaran yang diusahakan, atas per-hati-an bagi sesama

manusia dan bangsa, serta semoga masa depan semua anggota PONPES diberkati Tuhan.

jalan-jalan di sore hari.

Page 25: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 2 3

Evangelisasi

Melayan i yang tak t e r layan iOleh : Fr. Benekditus Neo, OMI

Hidup persaudaraan para religius sebagai bagian dari komunitas kristiani berusaha mencerminkan kekayaan relasi misteri keselamatan. Hidup persaudaraan yang dipahami dan dihayati sebagai satu kesatuan hidup dalam kasih Kristus merupakan tanda yang sangat indah tentang kesatuan dalam gereja. Gereja yang bersifat universal mendorong setiap religius untuk saling bekerja sama, dan melayani satu dengan yang lain sebagai saudara. Para religius dipanggil dan diutus oleh Allah untuk

berjumpa langsung dengan mereka yang membutuhkan pelayanan. Motto Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) “Melayani yang tak terlayani” mendorong para Oblat untuk mencari kemungkinan-kemungkinan baru pelayanan yang mungkin belum dilihat oleh lainnya.

Mengunjungi orang sakit di RSUP Dr. Sardjito menjadi salah satu contoh bentuk pelayanan terhadap mereka yang kurang terlayani. Untuk informasi kita bersama, sejak tahun 1984 pelayanan rohani Katolik di RSUP Sardjito ternyata hanya diampu oleh seorang prodiakon dari Paroki Jetis. Baru pada pertengahan tahun 2018,

(Refleksi atas Pelayanan Rohani di RSUP Sardjito, Yogyakarta)

Page 26: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

2 4 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

seorang imam Katolik - Rm. Antonius Widiatmoko OMI - mencoba mencari tahu mengenai kondisi pelayanan rohani Katolik di sebuah RS Umum Pemerintah, dan sejak saat itu beliau membantu pelayanan rohani di RSUP Sardjito sebagai volunteer.

Berdasarkan temuan data yang beliau dapatkan, setiap hari masuk belasan pasien baru Katolik dirawat di RSUP Sardjito. Mereka berasal dari macam-macam tempat asal di Indonesia, mengingat RSUP Sardjito biasanya dijadikan Rumah Sakit rujukan terakhir sesudah upaya-upaya penanganan medis yang dilaksanakan di Rumah-rumah Sakit lainnya. Para pasien ini sangat merindukan komuni suci dan pelayanan doa lainnya. Kondisi pelayanan rohani bagi para pasien di RSUP Sardjito berbeda dengan pelayanan rohani di RS swasta, seperti Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) yang dikelola oleh para suster CB. Di RSPR, para pasien Katolik relatif terjamin pelayanan rohaninya karena setiap sore para suster biarawati selalu mengirim komuni suci kepada para pasien.

Menanggapi kebutuhan pastoral yang mendesak ini, para Oblat memilih untuk tidak berdiam diri melainkan mengunjungi, mendoakan sekaligus menghibur mereka yang sakit. Di sela-sela tanggungjawab dan perutusan pokoknya untuk Kongregasi OMI, Rm. Widi berkomitmen untuk datang melayani para pasien Katolik seminggu 3x, yaitu: setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Seringkali beliau mengajak kami para frater dan bruder OMI untuk secara bergiliran ikut mengunjungi para pasien di RSUP Sardjito. Melalui cara itulah, kami merasa banyak dibantu dengan suatu teladan bagaimana menghidupi dan mengembangkan keutamaan belaskasih sebagai seorang misionaris.

Kami juga banyak belajar dari sukacita Injili yang dihidupi oleh para pasien dan keluarganya. Meskipun kondisi mereka sedang sakit, namun mereka tetap mampu tersenyum. Wajah mereka memancarkan sikap iman

Page 27: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 2 5

Evangelisasi

dan keyakinan akan kasih Tuhan yang tanpa syarat. Boleh dikatakan bahwa justru merekalah yang mewartakan Injil kepada kami. Di sisi lain, mereka juga mengatakan banyak terimakasih karena telah dikunjungi dan diantar komuni, suatu hal yang tidak mereka bayangkan dapat diterima di sebuah RS Umum Pemerintah. Sungguh kami syukuri bahwa perutusan untuk mewartakan Kabar Gembira kepada orang miskin terlaksana, dan Kabar Gembira itu sekarang telah menjadi milik mereka yang mengandalkan hidupnya kepada Tuhan.

Kami yakin bahwa dalam diri mereka yang sakit Kristus hadir dan ada bersama mereka sepenuh-penuhnya. Mereka yang sakit adalah cerminan wajah Kristus yang tersalib. Konstitusi OMI nomor 4 menyebut bahwa “Salib Kristus adalah inti perutusan para Oblat”. Salib Kristus itu menggerakkan para Oblat untuk berbagi dan turut menderita bersama mereka yang sakit. Yang menarik, para pasien di RSUP Sardjito yang kami jumpai bukan hanya mereka yang sakit fisiknya, namun juga yang sakit rohani atau kejiwaannya. Beberapa dari mereka merasa tertekan karena persoalan hidup yang rumit, dan merasa bingung akan arah tujuan hidup mereka. Tak jarang muncul pertanyaan seputar keberadaan Tuhan. Di manakah Tuhan? Mengapa hal-hal negatif ini harus terjadi dengan kehidupan keluarga saya, dst.? Pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang kami temukan dalam perjumpaan dengan para pasien. Pertanyaan-pertanyaan itu menggelitik hati kami untuk makin melayani mereka.

Dalam sejarah Gereja, pelayanan kepada orang kecil seringkali berawal dari inisiatif orang-orang tertentu yang hatinya tergerak setelah melihat kondisi-kondisi hidup manusiawi pada zamannya. Dari situ, kemudian lahirnya tarekat-tarekat hidup religius dengan suatu spiritualitas tertentu. Umumnya mereka percaya bahwa Kristus hadir dan berkarya melalui GerejaNya. Kehadiran gereja adalah alat dan sarana bagi karya penyelamatan oleh Kristus sendiri. Di situlah, Gereja bertindak sebagai jembatan yang mempertemukan sesama dengan Kristus sendiri, dan antar sesama sebagai saudara di dalam Kristus.

Para Oblat menyadari dirinya sebagai orang-orang yang telah disapa secara khusus oleh Kristus, dipilih menjadi rekan kerja Allah sendiri, untuk menjadi ‘penjala’ bagi sesama saudara yang terabaikan (bdk. Mat 4:9). Sebagaimana para rasulNya menerima perutusan dari Yesus, Gereja menerima tanggungjawab untuk mengarahkan dan mengantar saudara-saudarinya kepada kehidupan yang baik. Tanggungjawab rasuli ini adalah untuk menuntun, mendukung dan menguatkan agar mereka tetap memiliki semangat hidup.

Siapakah Yesus dalam hidup kita?Suatu tindakan kasih sudah seharusnya mengalir dari sebuah pengalaman personal dikasihi. Dalam Injil

Yohanes 1:35-42, para murid Yesus yang pertama memiliki kisah yang sangat sederhana dalam perjumpaan mereka dengan Yesus. Tanpa banyak kata dan pertanyaan, para murid pertama langsung datang dan bahkan tinggal bersama Yesus. Hal ini diyakini oleh para murid sebagai anugerah terindah yang nantinya membawa mereka pada keselamatan dan kebahagiaan karena bersatu erat dengan Yesus. Dalam kesatuan dengan Yesus, para murid menemukan jatidirinya sebagai orang-orang yang dipilih, diberkati, dan diutus oleh Allah untuk berbagi kasih dengan sesamanya.

Mungkin saat ini kita mengalami pergulatan yang sama dengan para murid Yesus pertama. Mereka bertanya kepada-Nya, “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” Ia menjawab, “Marilah dan kamu akan melihatnya”. Pertanyaan para murid dan jawaban Yesus tersebut menginstropeksi diri kita sebagai umat beriman. Siapakah pribadi Yesus dalam hidup kita? Dia mengajak kita untuk mengalami sendiri kebersamaan denganNya. Selama bersama Yesus -terutama dalam kehidupan komunitas kristiani- kita temukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan itu juga kita temukan dalam perjumpaan dengan sesama karena Yesus yang sama ada dan tinggal pada mereka.

Komunitas kristiani yang baik adalah komunitas yang mencerminkan hidup Yesus yang mencintai tanpa

Page 28: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

2 6 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

batas, yang bertindak sesuai dengan sikap Yesus yang melihat sesama sebagai saudara. Suatu komunitas orang beriman yang berani berjuang bukan lagi untuk dirinya sendiri tetapi demi kebaikan sesamanya dan Gereja. Kita semua dipanggil untuk itu.

Pelayanan para oblat terhadap terhadap kaum miskinDalam peziarahan hidup ini, para Oblat ingin mengikuti jejak langkah Guru Ilahinya. Kehadiran Yesus

di dunia ini menyatakan semangat penggembalaan penuh kasih terhadap domba-dombanya. Ia mendekatkan dirinya kepada domba-dombaNya. Ia bukan gembala yang hanya duduk-duduk manis di atas kursi atau sofa yang empuk, tetapi gembala yang bergerak. Yang luka diobatinya, yang sakit disembuhkannya, yang lapar diberinya makan, yang haus diberinya minum, dan yang hilang dicarinya sampai ketemu.

Demikianlah para Oblat (dan rasa-rasanya juga berlaku bagi semua orang beriman kristiani tanpa terkecuali) tidak boleh berdiam diri apalagi membiarkan domba hilang begitu saja. Para Oblat harus selalu mencari dan mencari, merengkuh domba-domba dalam pangkuan kasih pastoralnya, sama seperti seekor induk ayam merangkul anak-anaknya. Baiklah jika setiap Oblat selalu ingat bahwa pelayanan utama mereka dalam Gereja adalah mewartakan Kristus dan kerajaan-Nya kepada orang-orang yang paling terlantar. Para Oblat mewartakan Injil kepada orang – orang yang belum menerimanya dan membantu mereka menemukan nilai-nilai yang mereka miliki dalam terang injil (Konstitusi OMI no.5).

Kami bersyukur karena banyak awam terlibat dalam mendukung pendidikan para calon imam dan bruder OMI. Bagi Anda yang ingin mengirimkan donasi untuk pendidikan OMI, dapat mengirimkannya ke rekening-rekening baru SASEM (Sahabat Seminari) OMI :

Bank BCA KCP Gejayan Yogyakarta a/c. 4567188883 a/n. Kongregasi OMI Sahabat Seminari

Bank Mandiri KC Cilacap a/c. 180-00-8880008-3 a/n. Kongregasi OMI Sahabat Seminari

Bank BNI Cab. Cilacap a/c. 0693093484 a/n. Kongregasi Misionaris OMI QQ SASEM

Bank BRI Cab. Cilacap a/c. 0106-01-000460-56-7 a/n. Kongregasi OMI Sahabat Seminari

Page 29: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 2 7

Yang Kualami

100% OMI, 100% AnakOleh : Fr. Thomas Brian Wicart OMI

Natal tahun 2019 menjadi pengalaman pertama diriku sebagai frater skolastik bersama komunitas romo, frater, bruder oblat di Seminari Tinggi OMI. Pada tahun-tahun sebelumnya para oblat

muda ini biasa merayakan Natal bersama umat di tempat asistensi. Tahun ini agenda itu agak berubah karena adanya acara “Come and See”. Momen ini menjadi kesempatan untuk merayakan Natal bersama di komunitas setelah sekian lama tidak merayakan Natal sebagai komunitas yang utuh. Komunitas memilih Malam Natal sebagai momen yang membahagiakan untuk perayaan bersama dengan keluarga yang berkesempatan datang.

Saya merasa sebagai salah satu yang beruntung karena Ibu saya berkesempatan datang dan tinggal di komunitas. Ibu saya, Ibu Cartika datang tanggal 23

Desember 2019, frater Pras dan saya menjemput beliau di bandara. Para frater, bruder dan romo menerima ibu saya layaknya orang tua sendiri. Hal ini meneguhkan panggilan saya dan merasa semakin menyatu dengan keluarga religius yang saya pilih. Rasa bahagia yang aku alami ini mengobati rindu yang sudah lama saya simpan.

Sebelum malam Natal berlangsung ada beberapa persiapan yang harus dilakukan komunitas. Persiapan itu terbagi beberapa kelompok. Kelompok itu terdiri dari tim konsumsi, tim persiapan tempat acara dan fasilitas dan tim dekorasi. Persiapan ini dimulai dari tanggal 24 pagi sampai sore. Waktu yang sangat singkat ini kami manfaatkan dengan baik. Koordinasi yang jelas dan dikerjakan dengan sukacita membuat semuanya berjalan lancar.

Page 30: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

2 8 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Yang Kualami

Tim dekorasi bersama romo Wahyu mengatur kapel dan hiasan pernak-pernik Natal dengan sangat baik. Mereka menciptakan suasana Natal yang hangat dan kerlap-kerlip. Segala persiapan disesuaikan dengan waktu yang ada. Ide-ide kreatif setiap personel dituangkan untuk menghasilkan dekorasi yang indah di dalam kapel. Tim persiapan tempat mengatur ruang rekreasi sebagai tempat ramah-tamah, juga kapel untuk mendukung tim dekorasi yang bekerja di sana.

Saya termasuk dalam kelompok dapur. Kelompok ini otomatis menjadi tim konsumsi. Kelompok konsumsi dikoordinir oleh frater Agung dan frater Evan. Selain tim dapur dan koordinatornya ada pula bu Cartika turut ambil bagian persiapan konsumsi. Dibantu oleh ibu saya, pekerjaan di dapur menjadi sangat efektif dan berjalan dengan penuh sukacita. Selagi persiapan, kami juga belajar memasak dari ibu yang lebih berpengalaman. Persiapan ini juga dijadikan proses belajar resep menu baru agar kami bisa masak lebih variatif di hari libur. Semua pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan kerjasama yang baik. Saya ingat kembali yang dilakukan jemaat perdana dalam kitab suci. Gotong-royong semangat kerjasama bangsa Indonesia dan juga semangat yang dihidupi jemaat dalam kisah para rasul, menjiwai setiap anggota komunitas Seminari Tinggi OMI. Semua persiapan yang dilakukan bersama menunjukkan kebersamaan

yang begitu akrab. Acara mulai dengan Misa Malam Natal pukul

18.15 WIB. Keluarga oblat dan tamu undangan memeriahkan suasana perayaan kelahiran Yesus. Di antara tamu yang hadir ada Mister Hendrikus. Beliau adalah salah satu umat di Paroki Minomartani yang beberapa kali ikut dalam misa harian di komunitas. Sebagian besar keluarga oblat yang datang adalah kaum muda. Momen Natal menjadi cara komunitas untuk melayani kaum muda, khususnya mereka yang tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke rumah.

Setelah merayakan Ekaristi bersama, kami melanjutkan acara ramah-tamah. Kebersamaan malam itu menjadikan komunitas tempat yang penuh dengan kasih karena kehadiran sanak keluarga dan beberapa sahabat para oblat. Setiap oblat memperkenalkan orang yang diundangnya. Perkenalan menjadi acara pembuka kebersamaan malam itu. Acara dipandu oleh frater Bene dan bruder Sakai.

Frater Wendi memperkenalkan sepupunya yang hadir. Romo Wahyu memperkenalkan undangannya yaitu beberapa kaum muda. Frater Pras memperkenalkan 2 adik sepupunya yang menghabiskan masa liburan di Jogja. Frater Bintang memperkenalkan adik sepupunya yang datang bersama pasangan. Saya memperkenalkan ibu saya yang berkesempatan untuk tinggal selama seminggu di komunitas. Kehadiran orang tua meneguhkan diri saya. Kehadiran yang mungkin dinilai sederhana oleh orang banyak ini seolah menjadi bukti dukungan orang tua dalam menghidupi panggilan religius.

Sesudah itu acara dilanjutkan dengan bakar-bakar sate dan makan-makan. Suasana kebersamaan yang diwarnai obrolan santai sungguh menghadirkan sukacita Natal. Bersamaan dengan santap malam ada pula yang berkaraoke untuk menghibur semua yang hadir malam itu.

Kesempatan Natal bersama ini sungguh momen yang luar biasa. Kedatangan ibu meneguhkan identitas saya bahwa menjadi OMI berarti 100% milik Tuhan dan 100% anak dari bapak dan ibu saya. Pada salah satu kesempatan, ibu saya juga menyatakan sukacitanya. Ia

Fr. Thomas dan Ibunya

Page 31: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 2 9

Yang Kualami

menyampaikan bahwa “sungguh membahagiakan memiliki anak yang dipilih Tuhan untuk menjadi calon imam OMI. Ketakutan saya akan kehilangan satu anak tidak terbukti, bahkan saya mendapatkan lebih banyak anak”.

Pandangan ini juga berlaku bagi saya. Saya tidak kehilangan orang tua, malah mendapatkan lebih banyak. Semua orang tua OMI adalah orang tua saya juga, maka keluarga siapa pun yang datang dari para frater atau bruder adalah orang tua kami bersama. Cara hidup yang penuh kehangatan seperti yang diajarkan oleh Yesus saat memberi makan lima ribu orang, hidup dalam komunitas ini. Saya bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah untuk merayakan Natal di komunitas ini dan dikunjungi ibu.

Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.

Natalan bersama sanak saudara di WdM

Page 32: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

3 0 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Yang Kualami

Nice To Meet You Romo Christy...

Oleh : Fr. Natanael Prafano N.H, OMI

Perjumpaan adalah sebuah misteri dalam kehidupan setiap manusia. Siapa pun akan menjalaninya. Bertemu dengan yang asing dan yang tak lagi asing. Bertemu dengan yang diinginkan dan

yang tak diinginkan. Perjumpaan pasti memiliki alasan mengapa hal itu terjadi. Bahkan, mungkin orang-orang yang dijumpai itu saat ini ada di sekitar. Mereka bisa jadi kuliah di tempat yang sama, memandang langit yang sama, dan bisa jadi memiliki teman yang sama.

Hal ini sama dengan pengalaman kami komunitas Seminari Tinggi OMI yang berjumpa atau lebih tepatnya hidup bersama selama kurang lebih 1 tahun 5 bulan dengan seorang teman. Ia adalah seorang Imam dari Keuskupan Purwokerto yang diutus Uskupnya untuk melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Atmajaya Yogyakarta. Namanya adalah Romo Christy Mahendra, Pr. Selama menjalani pendidikannya, ia tinggal di komunitas kami. Mengapa ia memilih untuk tinggal di komunitas kami? Katanya, orang-orang di dalamnya baik, ramah, dan penuh rasa persaudaraan. Tempatnya hening dan pasti lebih mendukung suasana untuk studinya. Wah, hati kami langsung berbunga-bunga haha...

Masa-masa Romo Christy (panggilan hariannya) tinggal di komunitas kami juga meninggalkan banyak kesan bagi kami semua termasuk saya. Ada sebuah kalimat yang membuat saya terkesan ketika awal ia datang ke komunitas kami. Pada waktu itu ia mengatakan

bahwa “saya tinggal di sini (Seminari Tinggi OMI) untuk menjadi teman bagi para frater dan bruder, juga anggota komunitas yang lainnya”. Dan memang selama ia tinggal dan berintraksi dengan kami itulah yang ia lakukan, menjadi teman bagi kami. Hal ini terlihat dari candaannya, ejekannya dan juga sikapnya terhadap kami. Ia betul-betul menjadi teman seperti yang ia katakan.

Selain itu ia juga menyemangati ketika ada frater yang

Rm. Christy Mahendra, Pr.

Page 33: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 3 1

Yang Kualami

mengalami kesulitan, baik dengan sekedar memberikan makanan ringan ataupun mengajak makan bubur ayam Jakarta. Kedatangan Romo Christy cukup memberi warna dalam kehidupan komunitas kami. Dan tempat pada bulan November lalu ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Universitas Atmajaya dengan gelar Master di bidang teknik informatika. Bulan yang sama juga menjadi waktu kami berpisah dengan Romo Christy dan kami merayakan perpisahan itu dengan makan-makan bersama.

Bagi saya perjumpaan dengan Romo Christy adalah momen yang banyak menginspirasi saya terutama bagaimana menjadi teman bagi siapa saja. Seperti saya katakan tadi bahwa perjumpaan dengan Romo Christy adalah kesempatan untuk bertemu orang yang awalnya asing dan kemudian menjadi tidak asing lagi. Saya merasa senang dapat mengenal Romo Christy.

Saya menyadari apa yang katakan oleh Romo Christy sebenarnya menjadi pintu bagi kami untuk terbuka dan saling berbagi, meski kadang berupa kata-kata ejekan. Melalui hal ini, saya mendapat gambaran tentang teman. Teman adalah orang yang dengannya kita merasa nyaman terbuka tanpa dibatasi oleh sesuatu, kadang membuat kita tertawa, mendengarkan kita berbicara, dan kadangkali mendukung kita ketika terjadi suatu kesulitan. Kadang juga teman memegang cermin di mana kita dapat melihat diri kita sendiri. Cermin itu menunjukkan kepada kita kekuatan kita ketika semua yang kita lihat adalah kelemahan; mereka menunjukkan sifat karakter kita yang baik, seperti keberanian dan kesetiaan, ketika kita berada di bawah diri kita sendiri. Mereka mengingatkan kita tentang prestasi masa lalu dan memacu kita di masa depan kita. Mereka membangun ke dalam kehidupan kita dan kita lebih kaya karena telah meluangkan waktu bersama mereka.

Meskipun perjumpaan dengan Romo Christy terasa singkat namun tetap meninggalkan kesan yang sangat baik. Saya jadi ingat sebuah quote dalam Bahasa Inggris yang mengatakan “Many people will walk in and out of your life, but only true friends will leave footprints in your heart” (Eleanor Roosevelt). Good bye Rm. Christy... nice to meet you!

Page 34: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

3 2 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

Perayaan Natal Bersama Warga Binaan (Menjadi semakin manusiawi dan berbelas kasih)

Paguyuban Pastoral Narapidana Kristiani Yogyakarta (PPNKY) menyelenggarakan Natalan bersama warga binaan di Lapas Wirogunan Yogyakarta. Acara ini merupakan acara tahunan yang selalu diusahakan agar

para warga binaan pun dapat merayakan bersama Natal itu sendiri.

Ada juga kegiatan kebersamaan yang dilakukan seperti: penampilan bernyanyi dari warga binaan, tarian dari kelompok PPNKY, berbagi bingkisan Natal, dan beberapa permainan kebersamaan untuk menambah semarak suasana Natal. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 4 Januari 2020 itu berpuncak pada perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Adri SJ sebagai pendamping PPNKY.

OMI dan Pelayanan di Penjara Salah satu spritualitas OMI ialah melayani

kaum miskin. Dalam konteks inilah, para warga binaan menjadi lahan pelayanan bagi para misionaris OMI. Pastoral-pastoral dan pelayanan dimaksud untuk melatih para formandi dalam proses formatio untuk semakin mengenal ladang penggembalan Kongregasi dengan latihan-latihan sederhana dalam melayani yang sungguh membutuhkan perhatian dan pendampingan.

Oleh sebab itu, komunitas mengutus Fr. Prasojo OMI, Fr. Rico OMI, dan Fr. Togar OMI untuk turut serta melayani para warga binaan. Mereka bergabung dengan kelompok pastoral PPNKY melalui pendampingan kegiatan rohani kepada narapidana setiap hari Sabtu pagi pukul 10.00 dan perayaan-perayaan besar lainnya seperti Natal dan Paskah.

Semua ini dilakukan dan diusahakan semata-mata demi cinta kasih kepada Tuhan. Sebab, demikianlah juga teladan dan pesan yang dititipkan Santo Eugenius kepada komunitas bahwa : “tinggallah di antara kalian cinta kasih, cinta kasih dan cinta kasih, dan di antara semua itu keselamatan jiwa-jiwa”.

Dipanggil untuk Berbelas Kasih Saya bersyukur mendapat tugas pelayanan

yang sedemikian rupa. Bagi saya inilah kesempatan yang berharga untuk mengenal secara konkret semangat Kongregasi dalam melayani “kaum miskin”. Saya senang dan bahagia dapat melayani warga binaan. Ada banyak mutiara-mutiara reflektif yang dapat ditimba dalam pengalaman perjumpaan bersama dengan mereka. Salah satu di antara mutiara itu adalah semangat belaskasih. Melalui dan dalam perjumpaan dengan warga binaan, wajah-wajah belaskasih Allah itu ditampakkan secara nyata dalam penyelenggaraan dan pemeliharaan kasih-Nya kepada mereka.

Oleh :Fr. Fx. Togar Mulya Nainggolan OMI

Rm. Adri SJ, Pendamping PPNKY, sedang memberikan homili dalam Misa Natal bersama

Page 35: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 3 3

Evangelisasi

Secara praktis, dengan mengikuti dan mengusahakan bersama dinamika kegiatan Natal Warga Binaan, saya diajak untuk pertama-tama menyadari cinta Tuhan itu sendiri yang berkarya dalam diri. Kesadaran ini kemudian menimbulkan keyakinan bahwa Tuhan pasti juga berkarya dalam diri orang-orang yang dianggap “penjahat”. Kepada mereka yang kerap kali juga ditakuti dan kurang mendapat perhatian dari masyarakat pada umumnya.

Di sinilah hati saya tergerak untuk mau mengusahakan sesuatu dengan ikut bergabung dalam kelompok pelayanan. Harapannya adalah kegiatan-kegiatan yang diusahakan dapat menggugah dan melahirkan kesadaran akan kerinduan dalam hati mereka bahwa Tuhan itu sungguh teramat mengasihi dan selalu memberikan kesempatan untuk bertobat setiap hari jika itu dilakukan dengan kesungguhan hati.

Buah-buah karya Roh Kudus inilah yang mendampingi mereka dan menjadi kekuatan bagi kami semua sebagai satu keluarga besar anak-anak-Nya. Hal inilah juga yang terus digaungkan oleh komunitas Seminari Tinggi OMI dalam menghayati semangat belaskasih untuk pertama-tama menjadikan sesama dan dirinya sendiri menjadi semakin manusiawi, kemudian kristiani, dan akhirnya menjadi suci.

Mari kita wujudkan bersama daya hidup dan semangat belas kasih sehingga kita dapat secara nyata mewartakan kebaikan Tuhan di tengah dunia yang semakin haus akan kasih-Nya.

LAPAS Lord is Attentive, Patient,Awesome Surprising

Page 36: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

3 4 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Yang Kualami

Hidup Ini Adalah KesempatanOleh : Fr. Suni Bonikus Bunghari OMI

Sore itu, bel berdering berkali-kali dan ada teman yang berseru ayo makan karena sebentar lagi kita akan berangkat Ziarah menuju Goa Maria Kerap Ambarawa. Seruan tersebut membuat saya bersemangat. Saya merasa penasaran

karena selama ini hanya melihat patung Maria Asumpta Kerep Ambarawa dari majalah atau di internet, namun sebentar lagi saya akan melihatnya secara langsung dan itu akan menjadi kenyataan pada malam itu juga. Saya segera menuju ruang makan, ternyata masih sepi, melihat keadaan tersebut saya memangil beberapa teman-teman dari kelompok SAMUEL-ELI (para siswa SMP yang ingin mengenal OMI) untuk makan bersama. Saat kami sedang makan, bus yang akan kami mengantar kami ke Gua Maria Kerep tiba di Seminari Tinggi OMI.

Sebelum berangkat, saya telah mempersiapkan segala sesuatu yang saya perlukan. Saya ingin segera

menuju bus yang terparkir tepat di halaman Seminari Tinggi OMI. Ketika hendak menuju bus, saya melihat beberapa teman frater mondar-mandir menuju beberapa ruangan ternyata mereka memastikan setiap rungan terkunci sebelum ditinggalkan. Saya pun membantu mereka. Aku menyadari tindakan mengunci pintu merupakan keharusan supaya rumah dipastikan dalam keadaan aman, selain itu mengunci setiap pintu merupakan langkah persiapan sebelum pergi. Persiapan material memang penting, namun yang tidak kalah penting ialah mempersiapkan hati dan perasaan karena hal ini sering terlupakan. Bagi saya, ziarah menjadi lebih berarti ketika mampu menemukan makna dari suatu perziarahan walaupun hal itu sederhana saja, namun pasti berguna untuk mutu kehidupan yang lebih baik lagi dari hari ke hari.

Selama dalam perjalanan menuju Goa Maria

Para Frater OMI bersama kelompok Samuel-Eli ziarah ke GMKA

Page 37: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 3 5

Yang Kualami

Kerep Ambarawa, saya menikmati perjalanan dengan sukacita. Hal ini sangat terasa dalam suasana persaudaraan: ada yang ngobrol dengan teman di samping dan bernyanyi, namun ada juga yang tertidur. Pada awalnya saya mengobrol dengan teman-teman, namun seiring berjalannya waktu saya merasa ngatuk dan ikut tertidur. Perjalanan malam itu terasa begitu singkat. Saat saya terbangun, ternyata kami sudah tiba di parkiran Gua Maria Kerep. Untuk menuju tempat ziarah, saya dan rombongan berjalan kaki. Pemandangan yang indah membuat perjalanan menanjak menjadi tidak terasa, apalagi saat memandang patung Maria Asumpta yang menjulang tinggi dan besar. Suasana ziarah begitu terasa, walau sudah larut malam ternyata masih banyak peziarah yang berdoa di taman doa.

Selesai doa pribadi, rombongan kami berkumpul dan semua bersiap menuju salah satu aula sambil membawa tas serta barang bawaan lainnya. Kami berjalan melalui taman dan berdinamika menggunakan bahan Faith Sharing Encounter (FSE) yang telah disiapkan oleh bidel SAMUEL-ELI. Frater, bruder, dan adik-adik SAMUEL-ELI dibagi dalam beberapa kelompok dan kemudian sharing berdasarkan bahan FSE. Senang rasanya, dengan saling bertukar pengalaman, kami dapat saling menguatkan terutama dalam menapaki panggilan Tuhan.

***Paginya saya dibangunkan oleh salah seorang

teman. Sebenarnya saya malas bangun karena cuaca yang dingin sangat cocok untuk lanjutkan tidur. Bagaimanapun saya paksa diri untuk bangun, dan puji Tuhan.. sangat bersyukur saya dapat memandang alam yang indah pagi itu. Suatu hal yang terbilang jarang, dapat memandang indahnya alam pagi hari dari tempat yang agak tinggi! Untuk melawan dinginnya cuaca pagi, Bruder Sakai dan Frater Thomas mengajak saya senam pagi. Kegiatan ini menjadi hiburan tersendiri karena badan menjadi hangat dan agak berkeringat. Saya pun menjadi bersemangat menjalani hari itu.

Sambil menunggu makanan datang, ada teman-teman yang mandi. Sebagian lain bersiap-siap doa Rosario. Sebagai puncak dari ziarah ini, kami merayakan misa hari Minggu. Semangat! Menjelang

siang kami harus meninggalkan Gua Maria Kerep dan melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo. Saat menunggu semua anggota rombongan naik ke bus, beberapa pengamen masuk ke dalam bus dan mengamen. Kata pengantar dari pengamen, “Hidup kita adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan, untuk itulah kami akan menyanyikan lagu Hidup Ini Adalah Kesempatan”. Sebenarnya saya agak jengkel karena suasana perjalanan jadi terganggu, namun saya resapkan benar juga apa yang mereka katakan ‘hidup ini adalah kesempatan’. Bertemu dan mengalami peristiwa hari itu merupakan kesempatan. Saya menyadarinya setelah merenungkan rahmat Tuhan di balik peristiwa yang tampak menjengkelkan. Dan Tuhan rupanya menyapa saya melalui perjumpaan dengan orang yang tampak sederhana dan menjengkelkan.

Pengalaman menyadari hidup ini adalah kesempatan merupakan anugrah Tuhan yang diberikan dengan cuma-cuma. Saya hanyalah alat yang harapannya selalu dalam kondisi siap untuk digunakan oleh sang empunya. Saya sadar kasihNya begitu dalam bahkan tak terselami oleh akal budi saya yang lemah dan rapuh ini.

***Pemandangan indah menghiasi perjalanan kami

menuju ke Candi Gedong Songo, terutama aneka bunga yang dipajang di sepanjang jalan sungguh mengajak saya untuk bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sangat indah.

Ketika jalan terasa semakin ramai, ternyata kami telah tiba di tempat tujuan. Kami turun dari bus dan menunggu kendaraan berikut untuk membawa kami ke parkiran Candi Gedong Songo. Kami naik angkutan umum yang cukup tua, ada rasa takut karena jalannya menanjak dan banyak kendaraan yang melewati jalan tersebut. Tak lama kemudian, kami melihat banyak orang keluar masuk gerbang yang ternyata itulah pintu masuk lokasi Candi Gedong Songo. Sekali lagi kami jalan mendaki. Bagi saya, perjalanan mendaki adalah hal biasa, namun bagi teman yang lain mungkin itu sebuah perjuangan untuk melangkahkan kaki menuju candi yang pertama.

Ada kejadian lucu, salah seorang teman kaget

Page 38: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

3 6 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Yang Kualami

melihat orang yang menggunakan kostum Captain America. Awalnya dia mengira itu hanyalah patung yang dipajang di pinggir jalan, namun saat dia mendekat ternyata barang itu bergerak. Bisa dibayangkan betapa kagetnya kayak gimana. Pemandangan indah terjadi ketika umat beragama Hindu beribadah. Banyak orang menyaksikan dan menghargai apa yang mereka lakukan. Saya merasa kagum dengan pemandangan seperti ini. Meski beda keyakinan namun mereka tetap menghargai satu sama lain.

Setelah beristirahat sekaligus makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju candi berikutnya. Sekali lagi jalannya mendaki. Banyak dari kami yang sudah mulai lelah namun sikap saling menyemangati membuat rombongan mampu melanjutkan perjalanan. Sayang kami tidak mampu mengunjungi semua candi yang ada di lingkungan Candi Gedong Songo karena keterbatasan waktu. Kami harus pulang kembali ke Seminari Tinggi OMI walau enggan rasanya meninggalkan udara yang sejuk. Anyway, perjalanan hidup harus terus dilanjutkan untuk memuliakan Tuhan dan berbagi berkat kepada sesama.

ke Gedong Songo

Page 39: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 3 7

Oblatologi

Masa Muda Santo Eugenius Dalam Pelukan Kasih Allah

Oleh : Fr. Henrikus Prasojo, OMI

Seorang anak bangsawan dari keluarga yang terpandang secara status sosial tidak melulu mengalami hal yang menyenangkan dalam hidupnya. Santo Eugenius de Mazenod adalah salah satunya. Kendati ia berasal dari

keluarga bangsawan, ia tidak menikmati masa mudanya sebagaimana anak muda lainnya memperoleh kehidupan.

Ketika ia berumur delapan tahun, ia harus pergi jauh meninggalkan rumah dan keluarganya akibat pecahnya revolusi Prancis pada 1789. Revolusi yang menghendaki keadilan sosial pada setiap lapisan masyarakat di Prancis, mengancam kedudukan keluarga de Mazenod yang masih ingin mempertahankan status kebangsawanan mereka. Demi keselamatan nyawanya, Santo Eugenius de Mazenod muda dilarikan oleh ayahnya ke Nice Italia. Perjalanannya tidak hanya berhenti di Nice, Santo Eugenius de Mazenod muda bersama ayah dan pamannya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia kembali ke Prancis di umurnya yang kedua puluh. Selama masa-masa itu, ia telah kehilangan masa mudanya.

Kehilangan Masa MudaHidup dalam pelarian dan kejaran pasukan

revolusi bukanlah hidup yang mudah. Selain harus berpindah-pindah tempat, banyak hal yang membuat masa depan Santo Eugenius muda terancam. Kita bisa membayangkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi Santo Eugenius di usianya yang sangat muda. Dengan usia yang sangat muda itu, ia mengalami ketakutan karena harus menghindar dari kejaran ancaman kelompok revolusioner.

Situasi ini mengharuskan Santo Eugenius untuk

tumbuh di tempat-tempat yang asing baginya. Yang lebih parah lagi, selama menjalani pengungsian, tidak ada jaminan bahwa ia dapat mengenyam pendidikan layaknya anak-anak lain. Di Turin, Santo Eugenius muda sempat menikmati pendidikan selama 2,5 tahun di sebuah sekolah sebelum akhirnya ia harus pergi dan berpindah ke tempat lainnya, yaitu ke Venesia.

Melihat Kisah Pilu Masa Muda Santo Eugenius de Mazenod dalam Terang Rahmat Allah

Page 40: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

3 8 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Oblatologi

Allah Tidak Meninggalkan DiaKehilangan masa muda seperti anak-anak muda pada umumnya tidak berarti bahwa Allah meninggalkan

Santo Eugenius muda. Kasih Allah tetap ada dan tinggal dalam Santo Eugenius muda. Ketika berada di Venesia, ia berjumpa dengan seorang tokoh penyelamat hidupnya yaitu Pastor Don Bartolo Zinneli. Pastor inilah yang mendampingi pertumbuhan intelektual dan juga spiritual.

Kepada Santo Eugenius muda, Pastor Don Bartolo memberi izin untuk mengakses perpustakaan pribadinya dan ikut belajar bersama. Untuk menjaga hidup spiritualnya, Don Bartolo mengaturkan ritme hidup yang menyerupai dinamika hidup di Seminari. Sejak pagi sampai siang ia belajar bersama, membaca buku. Ketika siang hari datang, ia bersama Pastor Don Bartolo pergi mengunjungi gereja tempat para murid Don Bartolo berkumpul, dan kemudian berdoa bersama. Di sore hari mereka berekreasi bersama dan tiada hari dilewati tanpa mendoakan doa rosario1. Pengalaman hidup bersama Pastor Don Bartolo telah menyelamatkan kehidupan Santo Eugenius de Mazenod dan memberi bekal bagi perkembangan hidup spiritualnya di masa depan.

Kejatuhan BerikutnyaKetika kembali ke Aix, Santo Eugenius muda mengalami krisis lagi. Usianya saat itu dua puluh tahun,

dan ia mengalami kesepian yang mendalam. Hal ini disebabkan oleh hilangnya afeksi yang ia harapkan. Saat tiba di Marseilles, tidak satu pun orang yang menyambut kedatangannya kembali, bahkan ibunya pun tidak. Pengalaman kesepian ini amat menyiksa bagi situasi batinnya saat itu.

Orientasi hidupnya saat itu adalah mengembalikan status kebangsawanan yang ia miliki. Dikatakan bahwa St. Eugenius ingin mengembalikan statusnya sebagai seorang aristokrat dan ingin memiliki kembali hidup yang lebih baik. Untuk itu ia harus kembali menjadi orang yang kaya raya. Yang terpikir dalam benaknya adalah menikahi wanita yang kaya raya. Ia sempat menemukan seorang perempuan yang amat diidamkan. Seorang wanita yang kaya dan kekayaanya melampaui bayangannya sendiri. Wanita itu berasal dari keluarga borjuis. Sayang, ketika semuanya sudah diatur dengan baik, wanita itu meninggal karena terkena penyakit TBC. Semuanya harapannya sirna. Dalam kutipan dari John Leflon, berikutnya ia sempat menolak seorang gadis yang melamar dia dengan membawa 40.000 franc. Gadis itu ditolak sebab St. Eugenius menghendaki memperoleh 150.000 franc.2

Semua Dalam Rencana Allah Pengalaman masa muda yang penuh krisis, jauh dari situasi ideal, tidak menjauhkan Santo Eugenius

de Mazenod dari cinta Tuhan. Setiap situasi sulit dan kelam yang dihadapi oleh Santo Eugenius de Mazenod ketika muda harus dilihat dalam kerangka besar rencana Allah untuk mempersiapkan seorang misionaris yang tangguh sekaligus mampu berbela-rasa dengan kelemahan sesamanya.

Alfred A. Hubenig OMI mengutip Josef Pielorz OMI dalam Vie Oblate life April 1977 mengungkapkan bahwa krisis seperti ini justru dilihat dalam terang rencana Allah. Pengalaman krisis selama menjalani hidup sebagai seorang pengungsi, membuat Santo Eugenius memiliki fleksibilitas ketika berhadapan dengan kelemahan orang lain. Kelemahan dirinya sendiri yang pernah ia alami, membentuk dirinya untuk bisa turut memahami

1 Alfred A. Hubenig OMI. Livin in the Spirit’s Fire Saint Eugene de Mazenod. (Rome: OMI General Postulation, 2004). Hlm. 16-182 John Leflon. Eugene de Mazenod: Bishop of Marseilles and Founder of the Oblates of Mary Immaculate vol. 1 The Steps of His Vocation. (New York: Fordham University Press, 1961). Hlm. 258

Page 41: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 3 9

Oblatologi

kelemahan yang dimiliki orang lain. Pielorz menambahkan bahwa Allah membiarkan “Bangsawan muda” itu mengalami kejatuhan, kehancuran atas kebanggaannya sehingga Allah dapat membentuk Santo Eugenius sebagai seorang misionaris rendah hati yang mempersembahkan hidupnya bagi orang miskin.3

Sungguh Manusiawi, Kristiani dan SuciPengalaman nyata yang dialami oleh Santo Eugenius de Mazenod menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh bertumbuh dalam pelukan kasih Allah. Masa-masa berat, sulit dan penuh perjuangan yang dialami Santo Eugenius de Mazenod dapat kita lihat sebagai sebuah perjuangan dan proses menjadi pribadi yang matang dalam menjalani kehidupan. Ia tidak tumbuh begitu saja dalam keadaan yang mudah, sehingga pada hari ketika ia menjadi seorang imam, misionaris, dan bahkan uskup, ia mampu menjadi pribadi yang memiliki kepekaan pada situasi-situasi yang dihadapi orang miskin dan tak terlayani.Pengalaman rohani tumbuh bersama Pastor Don Bartolo Zinelli, pertobatannya pada Jumat Agung 1807, serta latihan rohani yang dijalaninya selama di Seminari Saint-Sulpice, menjadikan Santo Eugenius de Mazenod seorang pribadi yang berakar kuat dalam kehidupan spiritual. Dengan pengalamannya itu, tidak heran bahwa ia menghendaki para oblatnya untuk menjadi Man of Church, yang menaruh kesetiaan pada nilai-nilai Kristiani.Dan terakhir, kemampuannya untuk melihat segala sesuatu dalam terang Allah menunjukkan kesucian hidupnya yang otentik. Ia tidak membangun kesalehan pribadi dengan sekedar doa dan liturgi, namun kesuciannya nampak dari setiap tindakan hidupnya yang selalu mengarahkan hidupnya pada Kemuliaan Allah, kebaikan Gereja-Nya yang kudus, dan juga keselamatan jiwa-jiwa. Sebagai seorang Uskup dan juga pendiri kongregasi, ia tidak mengedepankan ambisi dan juga visi pribadinya, baginya yang penting adalah Kabar Gembira diwartakan dan orang-orang menerima keselamatan dari pewartaan itu. Sampai akhir hayatnya, ia mempercayakan seluruh hidupnya hanya dalam rencana Allah dan perlindungan Bunda Maria Imakulata.

Buah Bagi Kehidupan KitaPengalaman hidup kita adalah sesuatu yang berharga. Hidup yang baik bukan berarti lurus-lurus saja tanpa

masalah. Ketika menghadapi kesulitan, itu bukan berarti bahwa Allah berpaling dari kita. Ia tetap hadir dalam hidup kita karena kasih-Nya tak bersyarat. Pengalaman sulit dan berat adalah masa di mana Allah membentuk diri kita untuk bisa melihat kehidupan secara lebih luas. Lewat setiap pengalaman, Allah mau membentuk diri kita menjadi pribadi yang semakin hari semakin mengenal cinta-Nya yang tak bersyarat itu. Bersama Santo Eugenius de Mazenod, kita diajak untuk tidak berlama-lama terjebak dalam masa lalu yang berat, tetapi melihat pengalaman demi pengalaman dalam terang kasih Allah yang ingin membentuk dan menubuhkan kita. Semoga kita semua semakin hari semakin mampu mengenal rencana Allah dalam hidup kita, baik lewat pengalaman yang menyenangkan maupun lewat pengalaman yang berat dan sulit sekalipun.

3 Josef Pielorz OMI. Vie Oblate Life. April, 1977 via Alfred A. Hubenig OMI, 2004. Hlm. 29-30

Page 42: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

4 0 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Evangelisasi

Bekal Untuk Bertransformasi Diri

Oleh : Fr. Fransiskus Xaverius Paiman, OMI

Allah memanggil saya untuk bekerja di ladangnya, untuk menabur dan menuai. Tentu hal itu tidak mudah bagi saya dalam melaksanakannya. Namun saya yakin bahwa Roh Kudus

terus hadir dan menuntun dalam segala cara agar saya dapat mencapainya. Pengalaman saya berpastoral di Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus, Macanan, merupakan wujud kasih Allah terhadap saya. Wujud kasih itu saya rasakan ketika saya ikut hadir dalam merayakan kegiatan pergantian tahun di paroki tersebut. Kisah singkat ini menjadi gambaran mengenai usaha dan hasil dalam menanggapi panggilan Tuhan untuk bekerja di ladangnya.

Apakah Anda pernah berpikir bahwa tahun baru itu hal yang biasa saja? Ya, maksud saya peristiwa yang selalu berulang-ulang, tidak ada kesan sama sekali. Saya pikir itu ada bagi mereka yang tidak memaknai sama sekali peristiwa pergantian tahun. Saya tidak tahu perasaan apa yang mereka rasakan jika memang benar tidak ada kesan sama sekali di pergantian tahun. Maka daripada saya memikirkan orang-orang yang tidak jelas namanya dan tidak ada kesan sama sekali di pergantian tahun, lebih baik saya ceritakan saja pengalaman saya di tahun baru 2020.

Pengalaman saya di tahun baru 2020 sungguh berbeda dari tahun ke tahun, meskipun kebiasaan yang saya alami dari tahun-tahun selalu sama yakni kegiatan

Page 43: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0 4 1

Evangelisasi

bakar-bakar. Entah yang saya bakar itu daging atau jagung setidaknya ada kegiatan di pergantian tahun. Tapi ada satu yang tidak semua orang lakukan di pergantian tahun yakni “doa bersama”.

Doa bersama bagi saya memberi kesan yang sangat baik. Doa bersama bagi saya sendiri menjadi pengantar untuk memulai hidup seperti lembaran kertas baru di tahun 2020. Tentu di dalam doa pribadi, saya menaruh harapan yang optimis untuk saya jalani dalam 1 tahun ini.

Dengan begitu, sebagai pengantar di tahun ini, saya ingin memberikan harapan yang baik dan dampak yang baik pula bagi orang lain. Saya teringat kata motivasi yang bertuliskan “Selamat tinggal era berpikir positif dan selamat datang era bertindak positif ”. Kata motivasi itu saya dapatkan ketika saya menjalani retret pembaruan kaul di Malang. Kata motivasi tersebut saya bawa dalam 1 tahun ke depan sebagai bekal untuk bertransformasi diri.

Tentunya segala upaya yang saya lakukan juga harus ada support dari diri sendiri dan orang lain. Adanya dukungan dari dalam atau luar diri saya sangat penting.

Semoga harapan baru di tahun baru ini menjadi awal goresan kisah saya dalam menjalani panggilan. Semua saya pasrahkan kepada kehendak Tuhan bersama dengan Bunda Maria Imakulata.

Itulah salah satu kisah pengalaman pastoral saya di Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus, Macanan. Tentu masih banyak kisah yang saya dapatkan dari pastoral di paroki tersebut. Dari pengalaman berpastoral itu, saya mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai kehidupan yang saya dapatkan dalam berpastoral misalnya keramah-tamahan kepada setiap orang. Tentu ini menjadi bagian dalam hidup saya untuk terbuka menerima semua orang tanpa terkecuali. Saya merasa diperkaya oleh orang-orang yang ada di sekitar saya. Mengapa? Karena mereka semua adalah guru dalam kehidupan saya. Dari mereka, saya mendapat banyak pengalaman yang berharga yakni saling menghargai perbedaan. Perbedaan bukan menjadi suatu alasan perpecahan, melainkan makin memperkaya hidup bersama sehingga hidup makin berwarna. Saya sungguh belajar untuk saling menghormati dari perbedaan-perbedaan yang saya temui itu.

Page 44: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

4 2 C ARA K A F E BR UAR I 2 0 2 0

Teka-Teki

TEKA–TEKI SEMINARI1

2

3

1 10

5 9

6

8

7

11

12

13 15

14

Menurun:1. Perjamuan malam terakhir2. Martir pertama3. Tentara Filistin yang dibunuh Daud8. Tempat Yesus dibesarkan9. Penulis Kisah Para rasul10. Seorang perempuan yang melahirkan Samuel 12. Petrus15. Persembahan suci untuk Kelahiran Yesus

Mendatar:2. Perdebatan dalam sidang di Yerusalem (Kis 15 : 1-21)4. Perjanjian Allah dengan Musa5. Paulus sebelum bertobat6. Nenek Yesus7. Ciri-ciri orang Yahudi 11. Allah beserta kita(Ibrani)13. Kelahiran Yesus14. Yesus dilarikan ketika Herodes mau membunuh anak-anak dibawah 2 tahun

Page 45: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat

C ARA K A N O V EMB ER 2 0 1 9 4 3

Kronik

Kronik Komunitas WdM September 2019 – Januari 2020

SEPTEMBER 2019

30 Pembukaan bulan Rosario dan penutupan BKSN

OKTOBER 2019 5-6 Ziarah ke Gua Maria Kerep Ambarawa Komunitas Skolastikat OMI Yogyakarta bersama kelompok Samuel-Eli ziarah ke Gua Maria Kerep Ambarawa kemudian rekreasi ke Gedung Songo Ungaran.

30 Penutupan Bulan Maria Skolastikat OMI menutup bulan Maria dengan ibadat kreatif di WdM.

NOVEMBER 2020

19-26 AORC For OMI Brothers di Filipina Para Bruder OMI Indonesia bersama Rm. Widi ke Filipina untuk Asia Oceania Regional Conference untuk para bruder se-Asia.

22-24 Membimbing Rekoleksi Fr. Thomas & Fr. Togar membimbing rekoleksi di Kaliori bersama Rm. Damianus OMI

DESEMBER 20197-8 Ulang Tahun Imamat Rm. Widi Komunitas WdM merayakan ulang tahun imamat Rm. Widi ke 16 dengan melakukan rangkaian aksi panggilan di Muntilan.

9 Kunjungan Vikjen Purwokerto Rm. Tarcisius Puryatno, Pr mengunjungi Skolastikat OMI dalam rangka pisah sambut Rm. Christy Mahendra, Pr yang telah menyelesaikan studi S2.

24 Misa Malam Natal Komunitas WdM merayakan malam Natal dengan Ekaristi dan ramah tamah bersama sanak keluarga para skolastik di WdM.

27-29 Come & See 2019 Para kaum muda dari berbagai daerah bersama dengan Yuniorat OMI mengikuti rangkaian kegiatan Come & See di WdM.

JANUARI 2020

16-18 Rekoleksi Kaum Muda Siswa-siswi SMP PL Vincentius, Sedayu mengikuti rekoleksi bersama Rm. Wahyu dan para skolastik di WdM.

19 Misa UBK Skolastikat OMI merayakan ulang tahun komunitas Misa UBK Seminari Tinggi OMI ke-6 dan dihadiri oleh anggota-anggota baru dari berbagai Paroki di kevikepan DIY

21-23 Workshop “Evangelisasi Baru dalam Zaman Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0”

Skolastikat OMI mengadakan Workshop “Evangelisasi Baru dalam Zaman Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0” dilaksanakan di Aula Seminari Tinggi OMI Yogyakarta, 21-23 Januari 2020. Difasilitasi oleh Rm. Christy Mahendra, Pr (Keuskupan Purwokerto). Diikuti oleh para romo, frater, bruder, dan para pranovis OMI, serta para suster dari Kongregasi OP dan Kongregasi ADM.

26-27 Joyfull Gathering Pelayanan Kaum Muda dalam menjaga api panggilan hidup religius yang dihadiri 56 orang dari berbagai SMP di Yogyakarta, Sedayu, Wonosari dan Muntilan.

Page 46: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat
Page 47: EDISI Februari 2020 CARAKA - omiindonesia.org · Anakan (KPSKSA, 2009), pada tahun 1984 luasan area Laguna 2.906 ha, dan pada tahun 2008 luasannya tinggal 750 ha. Keadaan ini berakibat