edisi desember 2018 caraka - omiindonesia.org fileuntuk hari doa panggilan sedunia 2018. caraka...

56
MEDIA KOMUNIKASI SKOLASTIKAT OMI EDISI DESEMBER 2018 CARAKA “Sukacita dan Kemurahan Hati Oblat”

Upload: vunhu

Post on 25-Apr-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

MEDIA KOMUNIKASI SKOLASTIKAT OMI

E D I S I D E S E M B E R 2 0 1 8

CARAKA

“Sukacita dan Kemurahan Hati Oblat”

Page 2: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

Redaksi CARAKA menerima kontribusi tulisan dari Anda.Tema tulisan bebas, panjang maksimal 4 halaman A4 dengan spasi 1.5.Harap mencantumkan nama dan foto diri penulis

Komunitas-komunitas kita ditandai dengan semangat kesederhaaan dan kegembiraan.

- Konstitusi dan Aturan OMI No.39

EDISI DESEMBER 2018

STAF REDAKSI

Penanggung JawabRm. Antonius Widiatmoko OMI

Editor & LayouterFr. Henrikus Prasojo OMIFr. Rezerius Bintang Taruna OMI

DistributorSKOLASTIKAT OMI

Alamat RedaksiJl. Nusa Indah II No. 235 Condong Catur - SlemanYogyakarta 55283Telp.: (0274) 881741Email : [email protected]

Pusat hidup kita adalah panggilan kepada sukacita yang Allah anugerahkan kepada kita dan bagaimana panggilan ini adalah “rencana Allah bagi manusia, pria dan wanita, di sepanjang zaman…

Bahkan di tengah masa-masa yang sulit ini, misteri Inkarnasi mengingatkan kita bahwa Allah terus-menerus datang menjumpai kita. Ia adalah “Allah-beserta-kita”, yang berjalan mengiringi langkah-langkah hidup kita yang sering kotor berdebu. Ia tahu betapa kita merindukan cinta dan bahagia. Ia memanggil kita kepada sukacita. Dalam keragaman dan keunikan setiap panggilan, baik yang personal maupun eklesial, ada kebutuhan untuk mendengarkan, menegaskan dan menghidupi Sabda yang memanggil kita, yang memampukan kita untuk mengembangkan bakat-bakat, dan menjadikan kita sarana-sarana keselamatan di dunia serta membimbing kita kepada kebahagiaan sejati.

Hari ini Tuhan terus memanggil kita mengikuti Dia. Kita jangan menunggu menjadi sempurna untuk menjawab “ya” dengan ikhlas hati, atau jangan takut akan keterbatasan-keterbatasan dan dosa-dosa kita, tetapi mari buka hati kita bagi panggilan Tuhan. Untuk mendengarkan panggilan itu, untuk mencerna perutusan pribadi kita dalam Gereja dan dunia, serta pada akhirnya untuk menghidupinya pada hari ini yang Allah anugerahkan kepada kita.

Dikutip seperlunya dari : Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus

untuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018

Page 3: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 1

Majalah CARAKA dan informasi seputar

Oblat Maria Imakulata dapat diakses di:

Daftar IsiPengantar ...................................................................... 2

Bertumbuhnya Panggilan Dalam Keluarga ....... 4

Menyuarakan Panggilan Tuhandi Era Inovatif Disruptif .......................................... 7

Beato Joseph Boissel OMI ......................................... 11

Menikmati Setiap Waktu yang Tuhan Berikan!!! ................................................ 14

‘Tempat Sampah’ di Rumah Sakit Dr. Sardjito ................................... 17

‘Sukacita’ INSADHA Itu Berbuah ......................... 20

Menimba Kembali dari Mata Air Panggilanku .................................... 22

Galeri .............................................................................. 27

Kisah Belajar Kehidupan dari Mereka yang Sungguh Hidup ......................... 31

Napak Tilas Jejak Oblat di Kaltim dan Kaltara .............................................. 35

Liburan Bersama Keluarga Retret Akhir Tahun ................................................. 41

Jangan Ada Prasangka Sebelum Mencoba ............ 45

Joyful Life With The Youth .................................. 47

Permaculture ............................................................... 49

Pada edisi sebelumnya, telah terbit majalah Caraka dengan tema Tahun Panggilan Oblat. Secara lebih khusus,

kita memasuki tema yang lebih sempit dalam rangka tahun panggilan tersebut yaitu “Sukacita dan Kemurahan Hati Oblat”. Promosi Panggilan dan Formasi masih menjadi prioritas Misi OMI Provinsi Indonesia. Dalam tingkat generalat/internasional kita masih merayakan Tahun Panggilan Oblat ini sampai Desember 2018. Promosi panggilan konvensional yang dirasa baik perlu diteruskan, inovasi dalam berpromosi juga dikembangkan, namun yang lebih penting dari itu semua adalah “JIWA DARI PANGGILAN HIDUP INI” yang hendak kita promosikan. Jiwa yang penuh sukacita dan kemurahan hati itulah yang kiranya ditangkap oleh kaum muda bukan sekedar lewat wacana normatif ataupun ranah intelektual lainnya, melainkan dalam kesaksian hidup otentik yang riil dan dapat dialami oleh seluruh umat beriman Kristiani. Lewat aneka pengalaman, kita mengarahkan refleksi kita itu pada tema ini sehingga dari setiap pengalaman kita, harapannya kita dapat menjadi kesaksian yang hidup dari sukacita hidup sebagai Oblat dan juga kemurahan hati Oblat. Selamat berkontribusi untuk majalah kita. Tuhan Memberkati.

+62 813 9211 0325

Seminari Tinggi OMI

Seminari Tinggi OMI Yogyakarta

[email protected]

omi-indonesia.orgomiworld.com

Page 4: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

2 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Pengantar

Para Sahabat Caraka yang terkasih,Salam Oblat!!! Salam jumpa kembali,

moga kita semua sehat dan sejahtera dalam kasih Tuhan. Amiin...!

Majalah CARAKA edisi kali ini mengajak kita semua untuk kembali mengakrabi tema panggilan. Inilah kata yang merangkai dan merangkum semua tulisan yang hendak Anda baca. Lebih khusus lagi, nanti akan dimengerti bahwa buah dari panggilan Tuhan itu adalah hadirnya sukacita dan kemurahan hati dalam diri mereka yang menanggapi panggilan Tuhan itu.

Soal sukacita tersebut, Paus Fransiskus sendiri menegaskan bahwa sukacita Injili akan selalu mewarnai hidup batin terdalam para pewarta Injil. Demikian juga halnya dengan kemurahan hati! Itu semua terjadi karena Allah yang memanggil kita adalah Allah yang penuh kasih. Jika setiap saat kita bergaul akrab dengan Allah dalam doa, saat hening dan kerasulan, pelan tapi pasti kualitas-kualitas diri Allah juga akan mempengaruhi diri kita. Kehadiran kasihNya itu

PENGANTARmendorong orang-orang yang menanggapi panggilan kasihNya untuk semakin murah hati, makin keluar dari egoisme pribadinya (bdk. Evangelii Gaudium oleh Paus Fransiskus, art. 10).

Teladan unggul kita adalah Tuhan Yesus sendiri, yang saking akrabnya bergaul dengan BapaNya menghadirkan hati Allah sendiri yang penuh belaskasih. Seluruh hidup Yesus adalah untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, untuk mengampuni yang berdosa (Mat 9:13.36, 12:7, 18:27). Singkatnya, untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia.

Para Oblat dipanggil untuk meneruskan pengalaman sukacita dan kemurahan hati Allah itu kepada sesamanya. Selama setahun penuh (08 Desember 2017 s/d 25 Januari 2019), Kongregasi OMI mencanangkan Tahun Panggilan Oblat, yang diisi dengan berbagai macam kegiatan seperti promosi panggilan dan kesaksian hidup misionaris yang lebih otentik.

Upaya-upaya untuk promosi panggilan mulia ini kepada kaum muda dewasa ini perlu update (kekinian). Sifat update ini mutlak, tidak bisa ditawar-tawar atau ditunda-tunda lagi, apalagi saat ini kita sudah berada dalam era liquid-disruptif dan era industri 4.0. Siapa tidak mau berubah atau mempertahankan cara berpikir lamanya, akan ketinggalan zaman. Para frater dan bruder OMI menanggapinya secara cepat dengan melatih diri menggunakan media sosial digital untuk promosi panggilan. Buahnya cukup menggembirakan, sebanyak 50% kaum muda yang pada akhirnya menyatakan ingin masuk OMI pada tahun ini ternyata berasal dari daerah-daerah yang tidak ada sangkut pautnya dengan OMI (paroki, sekolah, rumah retret, dll). Mereka mengatakan kenal OMI dari website, webpress, instagram, facebook yang dikelola oleh OMI. Luarbiasa kan? Kami percaya bahwa ini semua pertama-tama adalah buah dari doa, dan intimitas relasi para Oblat disertai sekian banyak umat yang bersama-sama berdoa kepada Tuhan mohon supaya Tuhan sang empunya tuaian berkenan mengirimkan anak-anak

Page 5: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 3

Pengantar

muda yang murah hati menjawab panggilanNya. Selain promosi panggilan via media digital,

yang tidak kalah penting adalah kesaksian nyata (yang salah satunya terekam secara digital) hidup harian. Kesaksian hidup para Oblat haruslah otentik, artinya sesuai dengan cita-cita hidup misionaris religius yang dicanangkan oleh Bapa Pendirinya yaitu St. Eugenius de Mazenod. Antara kata dan perbuatan, antara khotbah dan hidup sehari-hari harus diupayakan agar selaras. Jika ternyata masih ada gap antara idealisme dan realitas, harus ditemukan strategi jitu agar gap itu bisa makin dipersempit jaraknya. Dengan rendah hati kami katakan, bahwa kami semua sedang dalam proses ‘menjadi semakin suci’ artinya berjuang menjadi pribadi yang semakin baik dari hari ke hari. Sadar akan kelemahan diri adalah bijak. Sadar bahwa kami ini para misionaris (baik imam maupun bruder) masih berdaging dan berdarah, maka masih bisa goyah, goyang dan jatuh oleh karena godaan, kesulitan dan tantangan. Dalam situasi itu, hidup doa dan perayaan-perayaan sakramen menjadi penopang hidup kami, dan moga-moga dinamika hidup religius misionaris yang terungkap dalam karya menjadi suatu kesaksian yang otentik akan kasih Tuhan di hadapan seluruh umat. “Berjuanglah engkau agar menjadi semakin suci dari hari ke hari” (St. Eugenius de Mazenod, 1826).

Selamat menikmati tulisan-tulisan kami. Sekali lagi terimakasih kami kepada Anda sekalian yang senantiasa mendukung hidup kami para misionaris OMI, baik yang masih ada di pendidikan tahap pertama (first formation), mulai dari Yuniorat/Seminari Menengah di Cilacap, Pranovisiat dan Novisiat, sampai terakhir Skolastikat di Jogjakarta, maupun yang sudah berkarya di tempat-tempat kerasulan OMI yang beraneka ragam. Dukungan Anda kami terima baik melalui kerjasama, nasihat dan teguran penuh kasih dan ketulusan, melalui doa dan dukungan finansial kepada kami, mempermudah kami untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Moga Tuhan yang mahabaik senantiasa memberkati Anda sekalian. Mohon sampaikan salam hormat kami semua kepada segenap anggota keluarga Anda sekalian.

Teriring doa dari kami,Terpujilah Yesus Kristus... dan Maria Imakulata!

Rm. Antonius Widiatmoko, OMIRektor Skolastikat

Kami bersyukur karena banyak awam terlibat dalam mendukung pendidikan para calon imam dan bruder OMI. Bagi Anda yang ingin mengirimkan donasi untuk pendidikan OMI, dapat mengirimkannya ke rekening-rekening baru SASEM (Sahabat Seminari) OMI :

a. Bank BCA KCP Gejayan Yogyakartaa/c. 4567188883a/n. Kongregasi OMI Sahabat Seminari

b. Bank Mandiri KC Cilacapa/c. 180-00-8880008-3a/n. Kongregasi OMI Sahabat Seminari

c. Bank BNI Cab. Cilacapa/c. 0693093484a/n. Kongregasi Misionaris OMI QQ SASEM

d. Bank BRI Cab. Cilacapa/c. 0106-01-000460-56-7a/n. Kongregasi OMI Sahabat Seminari

Page 6: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

4 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Bertumbuhnya Panggilan Dalam Keluarga

Oleh: Fr. Petrus Hamonangan Sidabalok OMI

Panggilan mengikuti Kristus itu sifatnya pribadi. Ketika saya mencoba mengingat-ingat awal ketertarikan saya mengikuti Kristus dengan menjadi religius, saya menemukan

dan merasakan bahwa ketertarikan itu muncul karena keinginan pribadi, bukan ‘dibentuk perlahan-lahan’ dalam sebuah tradisi keluarga kristiani yang saleh.

A m o r i s L a e t i t i a :

O n L o v e i n t h e F a m i l y

gambar diambil dari : https://www.americamagazine.org/faith/2017/10/06/listen-families-amoris-laetitia-bishops-and-theologians-say

Saya tertarik menjadi seorang imam terinspirasi oleh pribadi seorang pastor yang berkunjung ke stasi kami. Perasaan ini sama sekali tidak berhubungan dengan tradisi atau pun warisan kekatolikan dalam keluarga saya. Satu-satunya warisan atau peran orangtua dalam membentuk iman saya sebagai seorang katolik ialah dengan mewajibkan kami anak-anak mereka mengikuti kegiatan sekolah minggu (PIA). Kami tidak

Page 7: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 5

Yang Kualami

diperkenankan untuk absent dari kegiatan rohani anak tersebut. Namun, hal ini tidak cukup kuat untuk mengarahkan diri saya untuk tertarik menjadi seorang imam.

Dipandang dari peran keluarga sebagai wadah pengajaran iman Gereja yang paling awal, pengalaman saya berkenalan dan tertarik dengan sosok seorang imam yang sedang melakukan kunjungan pastoral, tampaknya kurang ideal. Merujuk dari definisi keluarga sebagai seminari kecil (tempat penyemaian iman paling awal), segala pengenalan akan iman Kristiani (termasuk ketertarikan menjadi seorang imam) sebaiknya tidak terlepas dari peran orangtua. Sejatinya, seorang anak bisa merasakan ketertarikan menjadi seorang imam setelah hal itu dimulai dalam tradisi keluarga yang dengan rajin menghidupi praktik-praktik hidup rohani keluarga. Seorang anak tertarik setelah iman terlebih dahulu diperkenalkan dan dihidupi dalam keluarga oleh segenap anggota keluarga. Seiring berjalannya waktu, hal ini mempengaruhi si anak untuk memiliki kecintaan yang khusus terhadap

praktek-praktek keagamaan yang menghantar pada keinginan untuk menjadi pelayan kegiatan tersebut. Namun, tetap bahwa dari dua pengalaman ini dapat dicermati bagaimana Tuhan dengan beragam cara-Nya menggelitik pribadi seseorang untuk selanjutnya mengikuti jalan-Nya menjadi seorang Imam.

Dari awal pembentukan kehidupan berkeluarga, orangtua bertanggungjawab atas pendidikan iman anak. Merekalah yang pertama-tama mengajari iman katolik kepada anak, bukan guru sekolah minggu, guru agama atau pun katekis. Ketika sang anak dibaptis, orangtua telah berjanji serta menyanggupi dengan penuh kesadaran akan mengajarkan iman Gereja kepada si anak. Inilah sebabnya keluarga disebut sebagai seminari kecil (seminari awal). Keluarga berperan sebagai tempat penyemaian pertama iman anak. Di keluargalah ia diajari tanda salib, doa-doa pokok Gereja, siapa itu Tuhan Yesus, Bunda Maria serta hal-hal lainnya seputar iman Katolik. Orangtua harus menjadi teladan dalam menghayati iman dan keutamaan kristiani. Pergi ke gereja bersama-sama,

gambar diambil dari : http://caminhoscarmelitas.com/i_248/?paged=78

Page 8: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

6 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

berdoa sebelum dan sesudah makan, doa rosario, kebiasaan ayah-ibu yang saling mencintai sebagai pasangan kristiani yang ideal, si ibu meneladan Bunda Maria, dan ayah meneladani St. Yoseph. Keluarga juga berperan untuk mengenalkan kepada anak jenis-jenis panggilan hidup orang beriman, khususnya panggilan menjadi religius (selain panggilan untuk menjalin keluarga sebagaimana yang sedang mereka hidupi).

Mengapa orangtua yang pertama-tama bertanggung-jawab atas pengajaran iman anak? Hal ini menjadi tanggungjawab orangtua karena merekalah (keduanya atau salah satu) yang pertama-tama mengenal Kristus dengan menjadi anggota Gereja-Nya dan tinggal di dalamnya. Mereka memiliki tanggung-jawab untuk menurunkan iman itu kepada anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka untuk mereka didik. Sama seperti murid para rasul yang mengimani Kristus dari para rasul sendiri. Mereka yang pertama-tama mengalami hidup bersama dengan Kristus bertanggung-jawab untuk meneruskannya kepada murid-murid mereka atau siapa saja yang hendak mengenal Kristus. Dengan kata lain, iman itu haruslah diteruskan dari mereka yang terlebih dahulu mengalaminya supaya iman itu tidak mati dan hilang lenyap.

Supaya iman kita dapat tumbuh dan menghasilkan buah dalam dan melalui keluarga, maka, keluarga itu perlu menampilkan dirinya sebagai tanah yang subur, yang siap untuk ditaburi benih, bukan sebagai tanah yang berpasir, kering, berbatu-batu atau yang ditumbuhi semak belukar. Kesadaran seperti inilah yang kemudian mampu menumbuhkan semangat atau kecintaan sang anak terhadap jati dirinya sebagai seorang kristiani. Syukur-syukur jikalau apa yang telah ditaburkan oleh orangtua (melalui tradisi keluarga kristiani) kemudian semakin mendorong si anak memiliki kecintaan yang besar akan Gereja, terlebih merasakan panggilan Tuhan untuk mempersembahkan dirinya sebagai pelayan Gereja-Nya.

Sebenarnya, ketika seorang anak memiliki kecintaan yang mendalam akan imannya serta mantap menyatakan niatnya untuk menjadi seorang religius oleh karena kebiasaan dan keutamaan-keutamaan kristiani yang dihidupi oleh keluarga tersebut, pada

waktu yang sama, keluarga tersebut telah sedang melaksanakan tugasnya sebagai penanggung-jawab kehadiran Gereja. Dalam hal ini, setiap keluarga kristiani baiklah meneladan keutamaan-keutamaan rohani Keluarga Kudus Nazareth. Bunda Maria dan Santo Yoseph secara bersama-sama mendidik kanak-kanak Yesus dalam tradisi dan keagamaan Yahudi. Mereka mempersembahkan Putera mereka kepada Allah dan mengikutsertakan Yesus ketika hendak berangkat ke Yerusalem merayakan hari raya agama Yahudi. Oleh karena itu, hendaknya teladan ini juga diikuti oleh setiap orangtua yang dianugerahi anak. Pertama-tama yang harus disadari ialah bahwa anak-anak itu adalah anugerah Tuhan. Sudah sepatutnyalah mereka ‘‘diperkenalkan, dipersembahkan dan didekatkan’’ dengan Sang Pemberi anugerah tersebut. Dengan caranya yang tersendiri, orangtua harus berperan sebagai model orang beriman kristiani berhadapan dengan pasangan, tetangga, anak, atau dalam lingkup RT sekalipun.

Pertama-tama orangtua harus bersyukur mendapati anak mereka merasakan panggilan mengikuti Tuhan melalui teladan dan keutamaan yang mereka tanamkan. Syukur diungkapkan karena dalam arti tertentu, Allah berkenan akan persembahan mereka. Sebaliknya, janganlah kiranya orangtua menghalang-halangi niat anak-anak mereka yang hendak menjadi seorang religius. Memang persoalan si anak merasakan panggilan Tuhan dalam dirinya untuk menjadi seorang religius itu sifatnya selalu personal. Sikap yang dituntut dari orangtua ialah bertanggungjawab atas pendidikan dan pewarisan iman kristiani yang telah mereka janjikan di hadapan Allah kepada anak-anak mereka. Orangtua dalam membangun rumah tangga kristiani haruslah menjadi jalan bagi anak-anak mereka untuk berjumpa dengan Tuhan dan merasakan kehadiran Tuhan dalam diri mereka.

Page 9: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 7

Yang Kualami

MENYUARAKAN PANGGILAN TUHAN DI ERA INOVASI DISRUPTIF

Dunia tempat kita hidup terus mengalami perubahan. Kita adalah saksi perubahan itu. Perubahan terjadi mulai dari hal-hal kecil yang

mengubah kebiasaan sampai revolusi besar yang diam-diam mematikan suatu peradaban. Barangkali banyak di antara kita mengenal sosok Stephen Elop. Dia diangkat sebagai CEO Nokia pada tahun 2010. Pada masa itu, Nokia mengalami kemerosotan dan mulai ditinggalkan orang. Beliau dituding sebagai penyusup yang dikirimkan oleh Microsoft untuk melemahkan Nokia. Dia membantah tudingan itu dan hanya bisa mengatakan: “Kami tidak melakukan kesalahan apapun; tiba-tiba kami kalah dan punah”. Itulah sebuah perubahan yang kini menghadang jutaan pembangun merek dan pemilik reputasi yang dulu tak tergoyahkan.

Hal yang sama dialami oleh industri transportasi Blue Bird. Mereka menghadapi gempuran taksi online yang tanpa kelihatan merek taksinya, pun tidak berpelat nomor khusus angkutan umum. Taksi online ini merebut pangsa pasar blue bird. Perusahaan-perusahaan lain menghadapi lawan-lawan yang langsung door-to-door. Para kepala daerah mulai menata daerahnya secara cerdas dengan menjelajahi internet melalui smart city, biochips, dan internet of things. Segala kebijakan dan tata perencanaan pemerintaahan semakin transparan, terukur, dan terkontrol dengan baik melalui sistem online. Perubahan terjadi begitu cepat, secepat angin bertiup. Inilah suatu peradaban baru yang menuntut manusia mengubah pola pikirnya, a disruptive mindset.

Fr Bintang OMI dan Fr Redwan OMI sedang memposting poster OMI di media sosial

Oleh: Rm. Aloysius Wahyu Nugroho OMI(Promotor Panggilan Kongregasi Misionaris OMI Indonesia)

Page 10: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

8 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Saya semakin menyadari hal ini ketika mengikuti Seminar Nasional bertema Become a Real Enterpreneur Practice di Balikpapan pada tanggal 16 Oktober 2018 yang lalu. Pembicara utama seharusnya adalah Pak Rhenald Kasali yang terkenal dengan buah pemikirannya mengenai disruption. Namun karena beliau mendadak sakit dan berhalangan hadir, maka kami hanya mendapat bukunya saja.

Dalam bukunya yang berjudul Disruption, Pak Rhenald Kasali berusaha membedah teori Disruptive Innovation dari Clayton Christensen dan menerjemahkannya menjadi berbagai studi kasus yang lebih mudah dimengerti, terutama untuk para praktisi, walaupun memang dasar-dasar akademis juga turut diberikan sebagai dasar kerangka berpikir. Apa itu disruption/ disrupsi? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan sebagai hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam hidup sehari-hari, disrupsi adalah keadaan sedang terjadinya perubahan yang fundamental atau mendasar. Salah satu perubahan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan.

Perubahan terus terjadi melalui berbagai inovasi yang tiada henti. Dengan hadirnya internet, perubahan besar yang sangat besar terjadi dalam kehidupan ini. Informasi dari suatu tempat akan begitu cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi viral, dibicarakan banyak orang. Dalam hal hidup beriman, saat ini setiap saat orang sudah dengan begitu mudahnya mengakses renungan Kitab Suci harian yang ditulis seseorang dan menjadi viral di media sosial. Orang tidak perlu lagi membawa Kitab Suci dan Buku Tafsir yang tebal dan berat ke messengermana-mana. Semua ada di dalam smartphone yang sangat ringan. Informasi apapun berkaitan dengan ajaran iman bisa dengan mudahnya didapatkan dari benda canggih tersebut melalui akses internet yang menembus batas-batas ruang. Kalau kita tidak mau terbuka untuk meng-update diri dengan inovasi-inovasi yang disruptif, maka kita akan ketinggalan zaman dan ditinggalkan orang. Dalam konteks pewartaan Kabar Gembira, ketika kita mudah

puas dan berhenti pada metode-metode konvensional, maka siap-siap kita akan tidak didengarkan lagi dan mungkin malah ditinggalkan orang.

Hal serupa juga berlaku untuk bidang panggilan hidup religius yang menjadi bidang karya saya. Sampai saat ini, saya masih dipercaya oleh kongregasi untuk menjadi promotor panggilan. Sasaran promosi panggilan adalah kaum muda lulusan SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan yang sudah bekerja dengan usia maksimal 27 tahun untuk calon Pastor dan 30 tahun untuk calon Bruder.

Banyak data menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Indonesia, khususnya kaum muda telah menggunakan internet, dan bahkan banyak yang aktif di media sosial terutama dengan smartphone mereka. Tidak heran, sekarang banyak hal yang mudah sekali menjadi viral. Dalam dunia usaha, fenomena ini akan sangat menguntungkan mereka. Dulu ketika ada salah satu perusahaan yang bergerak di bidang food and beverages (industri makanan dan minuman) yang meluncurkan makanan ringan dengan rasa mie instan legendaris yang ada di Indonesia, makanan ringan ini cukup booming dan banyak dicari di kalangan remaja. Makanan ringan tersebut pertama kali muncul di salah satu platform media sosial yaitu instagram, dan kemudian banyak memicu penasaran. Setelah beredar di pasaran, tanpa perlu beriklan, produsen hanya tinggal menunggu konsumen yang sudah mengonsumsi makanan ringan tersebut dan memberikan testimoni/review di media sosial miliknya. Dengan semakin banyak yang melihat testimoni tersebut, akan semakin banyak pula calon konsumen yang penasaran dan pada akhirnya tertarik untuk mencoba.

Begitu pula pengalaman saya dalam mengelola promosi panggilan. Bersama para anggota tim promotor panggilan yang tersebar di berbagai daerah karya OMI, kami banyak bergerak melalui social media selain promosi panggilan secara konvensional melalui perjumpaan pribadi yang tentu saja sangat penting, relevan, dan tidak boleh ditinggalkan. Para Frater dan Bruder mulai aktif memproduksi iklan dan kesaksian panggilan yang kreatif, kemudian diposting di media sosial dan diviralkan sehingga dalam waktu singkat

Page 11: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 9

Yang Kualami

dapat dilihat oleh sekian ribu atau bahkan jutaan orang muda di seluruh dunia yang menggunakan media sosial.

Jika beberapa waktu terakhir promosi panggilan banyak mengandalkan iklan yang merupakan sebuah bentuk komunikasi satu arah, saat ini kegiatan promosi panggilan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif lagi. Bukan berarti iklan sudah tidak efektif, karena dari segi daya jangkau yang luas, iklan dapat dikatakan masih efektif. Namun, saat ini sudah banyak segmen kaum muda yang tidak memperhatikan bahkan mulai menghindari iklan. Dalam teori pemasaran di dunia usaha, ada beberapa cara perusahaan untuk melakukan kegiatan promosi. Ada iklan, promosi penjualan (contohnya diskon), penjualan personal, publisitas, menjadi sponsor acara tertentu, penjualan langsung, hingga WOM. WOM (Word of Mouth) atau istilah Jawa-nya adalah GT (“getok tular”) merupakan salah satu cara mengkomunikasikan produk yang cukup populer. Istilah ini mengacu pada kegiatan promosi yang secara tidak langsung dilakukan oleh konsumen kepada konsumen lain. Dalam hal ini WOM (GT) bukanlah sesuatu bentuk promosi yang dibuat oleh produsen, namun produsen dapat memicu timbulnya WOM (GT) di kalangan konsumen.

Dalam konteks promosi panggilan, kami berusaha untuk memicu timbulnya WOM (GT) di kalangan

kaum muda sendiri. Kami membekali para Frater dan Bruder di Seminari Tinggi OMI dengan keterampilan membuat film pendek, keterampilan sosial media dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai, serta internet yang selalu mudah diakses. Di tengah-tengah kesibukan studi filsafat dan teologi, mereka mengkhususkan waktu untuk memproduksi iklan dan film tentang kehidupan mereka menjalani panggilan sebagai Oblat. Sebagai hasilnya, iklan-iklan dan film-film berdurasi pendek tentang panggilan hidup sebagai Misionaris OMI memenuhi halaman-halaman media sosial. Banyak orang muda pengguna internet (netizen) yang belum pernah berjumpa dan tahu tentang Kongregasi Misionaris OMI kemudian tahu dan semakin penasaran ingin tahu lebih banyak lagi. Mereka kemudian membicarakannya antar mereka. Bahkan ada juga yang tanpa kami minta, berinisiatif mengumpulkan foto/gambar/video tentang OMI untuk kemudian diunggah melalui akun media sosialnya. Ketika kemudian ada banyak orang yang nge-like, ada sebuah kebanggaan tersendiri. Mereka seolah-olah mengalami experience yang sama dengan orang lainnya dan memiliki persamaan bahan pembicaraan dengan temannya. Karakteristik generasi saat ini juga sangat bangga bila rekomendasinya disetujui dan bahkan diikuti oleh orang lain.

Fr Redwan OMI sedang memposting poster OMI di Media Sosial Para Frater dan Bruder aktif memviralkan berita tentang Hidup Panggilan sebagai OMI di Medsos

Page 12: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

1 0 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Dari pengalaman menjadi promotor panggilan selama ini, sekitar 50% orang muda yang tertarik dan mendaftar bergabung dengan OMI adalah orang yang sama sekali baru mengenal OMI dari Media Sosial. Mereka bukan berasal dari paroki yang dilayani OMI dan belum pernah bertemu dengan para Pastor/ Bruder OMI dan mereka tidak tahu sama sekali apa itu OMI. Namun setelah mereka melihat iklan dan video singkat tentang OMI di media sosial, mereka penasaran untuk tahu lebih jauh. Tidak sedikit dari mereka yang kemudian mengontak saya secara pribadi via Messenger, Line, FB, Instagram atau Whatsapp untuk minta pendampingan secara pribadi sampai pada akhirnya memutuskan untuk melamar dan ikut test masuk OMI.

Melihat fenomena ini, di dalam doa, saya merenungkan bahwa Tuhan terus hadir sepanjang sejarah manusia. Tuhan pun tidak pernah ketinggalan jaman. Tuhan hadir di era disruption ini dengan memanggil orang muda untuk bekerja di kebun anggurNya melalui media sosial. Medsos dipakai Tuhan sebagai sarana mengetuk hati semakin banyak kaum muda untuk terbuka pada panggilanNya yang sangat mulia. Lebih dari semua usaha manusiawi, doa harus tetap menjadi yang paling utama. Karya panggilan pertama-tama adalah karya berlutut dan berdoa, dimana kita memohon Tuhan yang empunya tuaian untuk memanggil dan memilih orang muda untuk bekerja bagi tuaian yang melimpah tersebut. Doa yang selama ini dilakukan secara serentak oleh para Oblat beserta seluruh awam di tempat OMI berkarya di seluruh dunia ternyata didengar oleh Tuhan. Tuhan berkenan memanggil semakin banyak orang muda untuk bergabung dalam kongregasi Misionaris OMI.

Tentu saja media sosial bukanlah segala-galanya. Kehadiran secara personal melalu cara promosi panggilan yang konvensional masih tetap relevan. Kehadiran tim promotor panggilan ke sekolah-sekolah dan dalam acara kebersamaan kaum muda tetap diperlukan. Yang tetap harus disadari adalah bahwa Tuhan bisa mempergunakan apa saja sebagai sarana kehadiranNya. Oleh sebab itu, promotor panggilan bersama tim diajak untuk terbuka akan berbagai macam cara dan inovasi baru promosi panggilan sehingga kami mampu menjadi sarana kehadiran Tuhan khususnya di dalam diri kaum muda di era disruptif ini. Semoga dengan pola pikir dan pola kerja yang penuh inovasi dan disruptif, semakin luas dan dalamlah jangkauan sapaan Tuhan kepada orang-orang muda.

Page 13: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 1 1

Yang Kualami

BEATOJOSEPH BOISSEL OMIMartir Oblat Laos (20 Desember 1909 – 5 Juli 1969)

Oleh: Fr. Carolus Adi Nugroho OMI

Sejak Laos memperoleh kemerdekaan dari Perancis pada tanggal 19 Juli 1949, dibentuklah sebuah kerajaan untuk mengatur segala segi

kehidupan masyarakat Laos. Dalam perjalanannya, akibat gunjangan politik di negara tetangganya, Vietnam; terjadilah perebutan kekuasaan dan perang saudara di Laos. Perang ini adalah perang antara tentara kerajaan Laos dan gerilyawan komunis Laos yang ingin menguasai pemerintahan. Telah banyak terjadi kudeta pemerintahan dan menjatuhkan banyak korban. Salah satu yang menjadi korban adalah 17 martir Laos yang wafat akibat pembunuhan para tentara gerilyawan

komunis Laos demi mempertahankan iman kepada Yesus Kristus.

17 martir Laos ini terdiri dari 1 imam projo Laos, 6 imam OMI, 5 imam Misionaris Prancis (MEP), 1 awam Laos - murid Pastor Lucien Galan MEP, dan 4 katekis awam Laos. Tahta suci telah mengesahkan mereka sebagai Beato dalam beatifikasi di Vientiane, ibu kota negara Laos pada 11 Desember 2016. Mereka telah memberi kesaksian tertinggi dalam pewartaan Injil, yakni wafat demi mewartakan Injil Yesus Kristus. Gereja muda Laos mengangkat mereka sebagai Bapa-Bapa Pendiri Gereja Katolik di Laos.

Page 14: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

1 2 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Salah satu dari 6 imam OMI yang diutus ke Laos adalah Pastor Joseph Boissel OMI. Pastor Boissel berasal dari sebuah desa kecil dekat Pontmain, Prancis, lahir pada tanggal 20 Desember 1909, di dusun La Tiolais dari sebuah keluarga petani miskin. Dia menempuh tujuh tahun pendidikan menengah di Juniorat Misionaris Oblat Maria Imakulata di Jersey. Dia kemudian memasuki novisiat OMI di pulau Berder di Morbihan. Ia melanjutkan belajar filsafat di seminari Liege, Belgia, kemudian studi teologi di La Brosse-Montceaux, Prancis. Saat itu, masa formasinya terpotong karena melaksanakan kewajiban dinas militer selama 2 tahun. Tanggal 4 Juli 1937, ia ditahbiskan sebagai imam. Pada tanggal 26 Mei 1938, dengan tiga Oblat yang lain, ia menerima perutusan sebagai misionaris ke Laos saat berumur 29 tahun.

Pastor Boissel adalah bagian dari kelompok perintis dari misi Oblat di Laos. Setelah tiba di negara itu pada bulan Oktober 1938, ia segera dikirim ke daerah Xieng Khouang di mana pewartaan Injil baru saja dimulai. Ia memulai misinya dengan belajar bahasa Lao dan belum dapat berbuat banyak karena keterbatasan bahasa. Namun, dia berusaha keras untuk membangkitkan rasa persahabatan yang nyata, terutama di antara para Hmong, penduduk asli daerah itu. Ia melakukan kunjungan dari rumah ke rumah dan berusaha beradaptasi dengan budaya dan kebiasaan hidup masyarakat.

Pada bulan Maret 1945, Jepang menyerang Laos. Setelah itu, pada tanggal 1 Juni, Pastor Boissel ditangkap tentara Jepang dan dibawa ke Vinh, Vietnam. Namun ia akhirnya dibebaskan dan kembali ke Laos pada tahun 1946. Pastor Boissel kembali berkarya di tengah-tengah orang Hmong. Saat itu, misi di distrik Nong Ether dilarang dan berakhir. Kondisi masyarakat sangat miskin. Mereka kesulitan untuk mendapatkan makanan. Pastor Boissel sendiri menanam beras untuk hidup.

Pada tahun 1958, Pastor Boissel menapaki fase baru dalam kehidupan misionarisnya. Ia ditugaskan ke distrik Pakxe di mana dia akan bekerja sampai hari terakhir dalam hidupnya. Pastor Boissel diberi tanggung jawab misi atas sebuah desa penghasil padi di Nong Veng. Setelah 5 tahun berkarya di Nong Veng,

ia dipindahkan lagi ke Ban Na Chik, 4 km dari Pakxe ke arah Pak Kading. Dia mengunjungi desa-desa di pedalaman yang jauh, meskipun penglihatannya cacat karena salah satu matanya buta. Saat itu, melakukan suatu perjalanan ke desa-desa selalu berisiko karena sejak akhir Maret 1969, ancaman para gerilyawan komunis telah meluas. Akibatnya Pastor Boissel tidak dapat merayakan Pekan Suci di desa-desa ini. Baru pada awal bulan Juni, Pastor Boissel berani mengunjungi lagi desa-desa ini melalui jalan-jalan pedesaan yang ada penyergapan oleh para gerilyawan. Ia memulai tourney-nya setiap hari Sabtu di penghujung hari sebelum gelap dan kembali pada hari Minggu sekitar tengah hari.

Pada hari Sabtu, 5 Juli 1969, Pastor Boissel memutuskan untuk pergi ke Hat I-Êt, sebuah desa pengungsi suku Kmhmu yang berjarak 20 kilometer dari Paksane ke daerah hulu Sungai Nam San. Pastor Boissel berangkat sekitar pukul empat sore. Ia pergi bersama 2 orang suster yang seperti biasa akan membantunya melakukan kunjungan-kunjungan umat, perawatan orang sakit, dan memimpin ibadat sabda. Tak terkira olehnya bahwa ini. Namun, tetap bahwa dari dua pengalaman ini dapat dicermati bagaimana Tuhan dengan beragam cara-Nya menggelitik pribadi seseorang untuk selanjutnya mengikuti jalan_Nya menjadi seorang Imam. Ini akan menjadi akhir hidupnya sebagai seorang misionaris.

Berikut kesaksian yang diceritakan oleh salah satu dari dua suster yang menemani Pastor Boissel: “Sebelum tiba di desa, saya mendengar suara tembakan yang ditujukan kepada kami. Ban-ban mobil yang kami tumpangi meletus dan saya kemudian terbentur di bagian tangan. Lalu terdengar suara tembakan kedua dan suster lainnya terbentur kepalanya. Pastor Boissel terbentur paling parah, yaitu di wajah, dekat mulut, dan di tempurung kepalanya. Mobil kami masuk ke selokan dan terbalik. Kacamata Pastor Boissel rusak dan dia wafat di tempat. Matanya yang besar terbuka. Kami bertiga benar-benar berlumuran darah.

Saya kemudian melihat tiga orang gerilyawan berkeliling di sekitar mobil sebanyak tiga kali. Mereka berkata: ‘Mari kita bakar mobil ini dan penumpangnya!’ Mereka lalu berpindah tempat dan melemparkan

Page 15: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 1 3

Yang Kualami

granat ke mobil. Granat itu meledak. Saya tidak tahu berapa lama kami tinggal seperti itu di mobil. Granat itu telah membuat kami tuli. Akhirnya beberapa orang datang menjemput kami. Tubuh Pastor Boissel telah terbakar sampai-sampai wajahnya benar-benar tidak dapat dikenali lagi. Suster lainnya yang dipukul di kepala mengalami trauma akibat serangan itu.”

Pastor Boissel wafat karena imannya kepada Yesus Kristus. Walaupun ia sudah mengetahui resiko yang dapat membahayakan nyawanya, ia tetap setia menjalankan misinya mewartakan Kristus dan kabar gembira Injil kepada orang-orang yang tinggal

di desa-desa daerah pedalaman Laos. Ia meninggal karena keinginan besar dari gerilyawan komunis Laos yang ingin melihat agama Katolik menghilang. Ada kebencian dalam diri para gerilyawan komunis Laos ini kepada orang asing, imam, dan agama Katolik. Pastor Boissel adalah salah satu korban kebencian mereka ini. Pastor Boissel wafat bersama 16 martir Laos yang meninggal akibat pembunuhan para tentara gerilyawan dari tahun 1960 – 1969. Pengorbanan jiwa dan raganya tidak akan pernah terlupakan dan telah menumbuhkan benih-benih Kristianitas di Laos.

Gambaran Beato Joseph Boissel

Dokumentasi OMI

Peta Laos

Page 16: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

1 4 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Menikmati Setiap Waktu yang Tuhan Berikan!!!Oleh: Fr. Mark Anamangu OMI

Hidup dalam komunitas merupakan ciri khas yang utama dalam kehidupan seorang Oblat. Para Oblat senantiasa mengutamakan komunitas dalam

tugas dan pelayanan, bukan hidup sendiri-sendiri layaknya seorang eremit. Jika dilihat dalam sejarah Kongregasi dapat ditemukan kembali bagaimana Bapa Pendiri dan komunitas awal hidup dalam keutamaan persaudaraan dan kebersamaan dalam mengikuti jejak Kristus. Komunitas Awal ini saling menguatkan dalam pelayanan dan dalam satu spritualitas yang sama yakni melayani yang tak terlayani, sehingga tak heran jika hidup berkomunitas menjadi salah satu kharisma Kongregasi.

Berbicara mengenai komunitas berarti berbicara mengenai elemen-elemen yang ada di dalamnya. Ada individu-individu yang menjadi elemen dasar dan komunitas hadir untuk kesejahteraan bersama. Lebih jauh lagi jika ditarik ke ranah religius, komunitas hadir untuk pengudusan diri sendiri dan sesama. Di sini dapat dilihat bahwa komunitas memiliki banyak pengaruh terhadap setiap pribadi yang ada di dalamnya.

Hidup di dalam komunitas religius yang sudah memiliki rutinitas harian tidak jarang mengarah pada rasa jenuh yang berkepanjangan dan dampak yang paling nyata terjadi pada penghayatan hidup harian. Orang yang mengalami rasa jenuh biasanya

Page 17: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 1 5

Yang Kualami

akan nampak sekali dalam sikap maupun tuturan katanya yang seringkali kurang antusias dan mudah kehilangan fokus. Selain itu jika kondisi komunitas kurang mendukung tentu akan sangat berbahaya karena malah memperpuruk kondisi seseorang. Tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh setiap orang. Kehidupan komunitas ideal yang mengutamakan kebutuhan, kebahagiaan dan kesejahteraan anggotanya merupakan jawaban konkret atas setiap permasalahan yang ada.

Tepat pada tanggal 6-7 Agustus 2018 komunitas Wisma de Mazenod melakukan rekreasi bersama di Dieng. Kegiatan ini merupakan agenda rutin tiap tahun bagi anggota Wisma de Mazenod dalam rangka mengisi liburan sekaligus melepaskan penat setelah setahun disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti perutusan kuliah, pastoral dan rutinitas harian. Hal ini senada dengan apa yang ada di dalam Aturan Kongregasi nomor 39b. Bunyi aturan tersebut mengatakan dengan jelas: “Komunitas-komunitas kita akan memberikan kepada anggota-anggotanya kesempatan-kesempatan untuk berekreasi, beristirahat dan berelaksasi. Peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga Oblat dan dalam hidup tiap anggota akan dirayakan dengan cara sederhana dan hangat”. Itulah tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini.

Secara pribadi aku merefleksikan kegiatan ini sebagai sebuah kesempatan untuk mengenali anggota komunitas dari sisi lain. Kegiatan harian yang rutin seringkali membuat anggota komunitas yang satu dengan yang lain terjebak pada formalitas aturan. Apalagi sebagai anggota komunitas yang baru, aku berusaha beradaptasi dengan ritme hidup di komunitas dan juga beradaptasi dengan anggota komunitas di luar angkatanku yang notabene mendahaluiku dalam hal menjadi seorang Oblat.

Selain itu aku bersyukur kepada Tuhan atas rahmat kesehatan dan persaudaraan yang kualami selama mengalami peristiwa berharga ini. Awalnya aku sempat takut dan mengira-ngira bahwa aku bakalan jatuh sakit karena perbedaan suhu yang sangat mencolok antara Jogja dan Dieng. Rupanya kekehawatiranku tersebut tidak terjadi. Aku dapat mengikuti rekreasi dengan keadaan yang sehat dan bugar. Suhu udara yang sangat dingin di Dieng tak menyurutkan langkah untuk menikmati setiap moment yang ada seperti mendaki Bukit Sikidang, menuju ke Telaga Warna dan ke tempat pemandian air panas.

Bagiku rekreasi tidak hanya mendatangkan kesenangan semata ataupun mengarah pada suatu sikap hedon tetapi ada sebuah hal bernilai yang kutemukan yakni semakin bersyukur atas kesempatan

Page 18: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

1 6 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

hidup yang diberikan oleh Tuhan. Aku menyadari kehidupanku yang sangat singkat sehingga aku perlu menikmati setiap waktu dengan baik. Jika ada waktu belajar aku berusaha menikmatinya dengan belajar sebaik mungkin, jika ada waktu untuk berdoa aku berusaha menikmatinya dengan baik dan lain sebagainya. Hal yang paling menyedihkan ialah saat aku tak pernah menikmati apapun yang kujalani dengan sebaik mungkin. Penyesalan akan selalu datang pada orang yang tak tahu menggunakan waktu hidupnya atau bahasa yang lazim dipakai wasting the

time. Waktu seolah terbuang percuma tanpa ada suatu hal bermakna yang dilakukan.

Aku menentukan sikapku untuk menjalani setiap waktu dalam hidup dengan penuh kesadaran (hidup sepenuh-penuhnya) dan membuatnya berarti. Sikap manusiawi yang sangat kompromistis perlahan-lahan kukurangi demi kualitas hidup yang lebih baik. Aku memilih hal ini agar apa yang telah dianugerahkan oleh Tuhan tidak menjadi “sampah” dalam sikap dan perbuatanku. Semoga Tuhan membantuku.

Mission With Youth

Page 19: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 1 7

Yang Kualami

‘Tempat Sampah’ di Rumah Sakit Dr. Sardjito

Oleh: Bruder Johanes Baptista Adhi Samudro OMI

Rumah sakit Dr. Sardjito adalah Rumah Sakit Umum Pusat yang terletak di Kota Yogyakarta. Rumah sakit ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Sardjito (Rektor pertama Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta), pada tahun 1954. Tugas utama dari rumah

sakit ini adalah untuk melakukan pelayanan kesehatan masyarakat, sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) & Jawa Tengah bagian selatan, serta guna kepentingan pendidikan dan penelitian bagi para calon dokter dan resident (dokter ahli) Fakultas Kedokteran UGM. Sebagai rumah sakit rujukan tertinggi, rumah sakit ini juga bekerja sama dengan rumah sakit – rumah sakit di DIY maupun luar DIY dan luar negeri.

Di rumah sakit ini saya bertugas sebagai pembantu dokter kepala poliklinik. Tugas saya disini tentu saja pertama-tama mendampingi orang sakit, karena bukanlah orang–orang sehat yang memerlukan tabib. Saya ingin seperti Yesus, yang menyembuhkan segala macam jenis penyakit fisik seperti kebutaan, demam, kelumpuhan; dan juga jiwa karena kerasukan setan. Setiap hari sekitar 50 sampai 70 pasien datang

Page 20: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

1 8 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

untuk berobat di klinik tempat saya bertugas, dengan berbagai macam latar belakang mereka: suku, agama, dan ras. Mereka datang dari berbagai latar belakang kehidupan. Mulai dari anak jalanan, para pelajar dari seluruh Indonesia yang melanjutkan studi di Yogyakarta, tenaga pendidik, pemuka agama, dan wajah – wajah yang biasa bertebaran di stasiun-stasiun televisi. Selain memberikan pelayanan kesehatan kepada mereka yang

sakit, terkadang saya juga membantu melatih para petugas kesehatan (perawat, dokter muda dan resident) yang masih belajar di bangku kuliah mereka dalam melayani orang – orang sakit di rumah sakit ini. Jam bertugas saya dari pagi sampai sore.

Saya mendampingi para pasien yang terkadang bukan butuh obat–obatan kimiawi saja, tetapi obat–obatan: pengampunan, penerimaan, cinta, dll. Ketika mereka sudah diampuni, dicintai, diterima, obat–obatan kimiawi dan perawatan yang diberikan pun menjadi lebih manjur. Hidup mereka menjadi sungguh–sungguh hidup (lebih bersukacita, lebih berpengharapan) tidak lagi sebagai mayat hidup.

Saya merasa sangat bahagia bisa melayani orang–orang sakit. Terkadang karena saking banyaknya pasien yang datang berobat, saya sampai lupa namanya siapa

tetapi mereka masih mengingat nama saya. Terkadang ketika hendak mau berangkat ke rumah sakit atau pulang ke biara, dengan mengayuh sepeda onthel saya, ada sebuah mobil memepet sepeda saya dan menyapa: “Hallo dokter Jojo”. Ya, mereka tidak tahu saya Bruder. Bagi saya tidak penting mengatakan saya ini bruder atau biarawan Katolik, bagi saya yang terpenting adalah melayani mereka semua dengan tulus hati; ketika ada yang sekarat

menyuapi makanan/minuman dengan penuh kesabaran, ada yang datang ingin konsultasi kesehatan saya dengarkan dengan penuh perhatian dan berikan berbagai tindakan medis maupun non medis, ada yang bersedih saya berikan penghiburan, peneguhan dan kekuatan. Misi utama saya adalah membawa pertobatan sebab kerajaan Allah sudah dekat dengan menjadikan mereka semakin manusiawi dan akhirnya menjadi orang Kudus: yang Muslim menjadi seorang Muslim yang Baik, yang Hindu menjadi seorang Hindu yang Baik, yang Katolik menjadi seorang Katolik yang Baik, dan lain sebagainya. Bagi saya, setiap orang Kudus pastilah memiliki masa lalu, dan setiap pendosa memiliki masa depan.

Orang yang sedang sakit tidak hanya terguncang secara fisik, namun jiwa/batin dan rohnya juga ikut terguncang. Selain mengobati secara medis, orang–

Page 21: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 1 9

Yang Kualami

orang sakit juga perlu diambil ‘sampah–sampah’ hatinya, seperti aneka buah dari roh–roh jahat yang masih bersemayam di dalam hati mereka, misalnya: ketakutan, kecemasan, keputus-asaan, kemarahan, kesedihan, kecemburuan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, selain menyembuhkan jasmaninya saya juga berusaha untuk mengambil ‘sampah–sampah’ rohani mereka dan mengisinya dengan vitamin–vitamin dari Allah, yakni: Iman, Harapan dan Kasih.

Akankah kita berpaling dari Allah jika ujian berupa sakit datang dalam hidup kita? Lalu berputus asa? Sungguh, Allah tidak menyukai kedua hal itu. Jangan lantaran Allah memberikan sakit, lantas kita menganggap Dia kejam dan tidak adil. Jangan! Allah sayang kepada kita. Oleh karenanya mengirimkan rasa sayang itu dalam bentuk ujian, sakit misalnya.

Putus asa, hanya akan membuat kita berlarut–larut dalam kesedihan. Jangan pernah risau dan galau, jika kita sedang menderita sakit (sakit badan atau sakit hati). Atau keinginan yang belum juga terwujud. Percayalah, ada kesedihan pasti akan ada kebahagian, ada ujian pasti akan ada kelulusan, ada kegagalan pasti juga ada kesuksesan, ada penyakit pasti juga ada kesembuhan, begitu juga ada kematian pasti juga ada kebangkitan. Masalahnya, apakah kita memiliki iman walau hanya sebesar biji sesawi saja?

Segala yang ada di dunia ini selalu berputar dan berputar. Ada kalanya di bawah, ada kalanya di atas. Ada saatnya sedih, ada saatnya bahagia. Semua itu terus berputar silih berganti. Dimana pun posisi atau keadaan kita, tetaplah berbesar hati. Meski terkadang pahit bahkan juga sulit, tetaplah bangkit dan tersenyumlah; karena untuk segala sesuatu ada waktunya.

Kesedihan dan kebahagiaan merupakan dua hal yang selalu menyertai kita hingga akhir waktu kita nanti. Inilah kehidupan. Yakinlah, seperti Ayub; bahwa Allah selalu bersama dengan orang yang sabar. Sehingga diri kita tidak merasa sendirian dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan ini. Allah selalu menemani kita, saat kita sedih, saat kita bahagia, saat kita sehat, saat kita sakit, saat untung maupun malang, Allah tetap setia. Mendekatlah kepada Allah, dengan percaya bahwa Allah beserta kita (Emanuel). Sehingga kita mampu menyadari berkat berlimpah dari-Nya; karena sifat Allah yang Ar-Rahman, Ar - Rahiim, Al - Ghaffaar (Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun).

Page 22: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

2 0 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

‘SUKACITA’ INSADHA ITU BERBUAH

Oleh Fr. F.X. Paiman, OMI

Gembira Menggali Potensi, Bersinergi Menggapai Mimpi, itulah tema umum INSADHA (Inisiasi Sanata Dharma) 2018. Adapun nilai-nilai dasar yang

hendak ingin diterapkan pada INSADHA 2018 yaitu memadukan keunggulan akademik dan nilai-nilai kemanusiaan: CERDAS dan HUMANIS, mencintai kebenaran, memperjuangkan keadilan, menghargai keberagaman, menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia.

INSADHA 2018 ini memberi warna yang baru bagi saya. Tempat saya mengenal teman-teman baru dari berbagai fakultas, tidak hanya itu saja dari latar

belakang budaya, ras, agama, suku, dan golongan pun juga menjadi hal yang baru kembali. Di sinilah, saya memulai belajar kembali arti sebuah saudara. Saudara dalam satu tanah air yang selalu memberikan nuansa warna yang indah untuk dapat berbagi. Sehingga, INSADHA 2018 memancarkan warna dalam diri saya untuk dapat mengenal warna-warni saudara-saudari dalam satu tanah air.

Bhineka Tunggal Ika menjadi motto Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau yang mengikatkan diri untuk bersatu dalam Pancasila sebagai Ideologi Bangsa. INSADHA menjadi Indonesia mini yang dapat saya alami, sehingga saya tidak jauh-jauh pergi untuk mengenal keberagaman bangsa ini.

Page 23: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 2 1

Yang Kualami

Maka dari itu, INSADHA menjadi sarana bagi saya untuk lebih terbuka terhadap pengetahuan sosial.

Multikultural Indonesia ini nampak dalam kehadiran mahasiswa-mahasiswi baru di Universitas Sanata Dharma. Mereka hadir dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Mereka akan menunjukan segala potensi yang dimiliki lewat bakat, soft skill, dan intelektualnya masing-masing, sehingga mereka dapat menjadi generasi muda yang dapat diandalkan.

Saya mengalami sukacita INSADHA yang berbuah pada diri saya, antara lain cinta kasih yang universal dalam Bangsa Indonesia yang multikultural. Cinta kasih timbul karena adanya perbedaan yang saling melengkapi. Contohnya, ketika masing-masing anggota kelompok hendak menampilkan kreativitasnya yang terbaik, itulah kekayaan perbedaan. Perbedaan tidak menimbulkan masalah melainkan pengertian.

Perbedaan dan pengertian itu masih tetap ada dalam hati mereka masing-masing. Secara, psikologis tentu orang yang menolak terhadap usulan itu tidak akan puas nantinya ketika tampil dan bahkan orang tersebut tidak tampil dengan total. Sungguh itu terjadi ketika saya mengikuti INSADHA.

INSADHA dibagi menjadi tiga gelombang, dan

saya masuk dalam gelombang tiga. Gelombang tiga dibagi lagi menjadi 21 kelompok dan saya masuk kelompok 4 yang diberi nama “Marvel”. Selama tiga hari saya mengikuti INSADHA bersama-sama teman kelompok 4. Saya merasakan kedekatan dengan mereka sebagai satu keluarga baru di dalam kelompok INSADHA ini.

Suatu ketika semua gelombang disatukan untuk menampilkan suatu kreativitas. Karena tampilan kreativitas ini sudah diketahui gelombang pertama dan kedua, dan mereka pun sepakat akan menampilkan dance atau flashmob. Tetapi gelombang tiga kurang setuju karena tidak dimusyawarahkan terlebih dahulu. Walaupun begitu, tetap tampilan itu berlanjut. Seiring berjalannya acara INSADHA hingga berakhirnya, tetap masih ada penyesalan oleh karena tampilan kreativitasnya.

Ketika saya merefleksikan kembali pengalaman tersebut, ada titik poin yang dapat menjadi benang merahnya yaitu kesediaan hati untuk rela ikut dalam penampilan tersebut. Maka dari itu, perbedaan itu tidak menimbulkan permasalahan dalam kelompok, namun ingin menunjukan cinta kasih itu nyata dan hadir dalam kesediaan hati untuk rela ikut dalam meramaikan INSADHA.

Page 24: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

2 2 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Menimba Kembali dari

Mata Air Panggilanku

Oleh Fr. Henrikus Prasojo OMI

Liburan, siapa yang tidak senang? Selama menjadi biarawan OMI, banyak kesempatan liburan yang bisa kuterima misalnya liburan akhir semester, libur natal, libur paskah, dan

libur-libur lainnya. Namun libur yang saya maksud kali ini agak lain, yaitu kesempatan untuk libur ke kampung halaman, ya tahun ini adalah kesempatan bagi saya dan Fr. Wendi, OMI untuk berlibur ke keluarga kami masing-masing.

Dengan waktu yang bagiku terhitung singkat, aku merasa waktu liburan ini sangat terbatas sehingga banyak keinginan yang mungkin tidak terakomodir. Untuk itu, dalam permenungan saya, saya akhirnya memutuskan untuk membuat suatu tujuan baik lewat liburan ini. Saya memutuskan untuk menjadikan liburan kali ini sebagai ziarah panggilan, menimba kembali panggilan hidup saya dari Mata Air panggilanku.

Saya merenungkan bahwa, mungkin ini adalah kesempatan yang bagus untuk menggali lebih dalam setiap momen-momen kehidupanku terkhusus ketika Dia yang telah mencintai dan memanggilku, menyatakan kehendak-Nya yang luar biasa dalam

diriku. Bagaikan mata air yang tak kunjung henti mengalirkan kesegaran, begitu pula rahmat panggilan yang saya rasakan. Rasanya rahmat itu terus hidup dan mengalir dalam diri saya, dan lewat liburan ini saya akan menimba lebih banyak rahmat dari mata air tersebut.

K e d i r i , K o t a K e c i l P e n y u b u r I m a n

Hari pertama liburanku, saya langsung mengekor bersama ular besi bernama “K.A. Singasari” yang melaju sejak pagi-pagi dari Jakarta menuju arah Blitar. Sekitar pukul 21.30 WIB pada hari Rabu 20 Juni 2018, kereta tersebut tiba di stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Saya sudah menanti kedatangan kereta itu sejak pukul 20.00. Stasiun Lempuyangan saat itu terasa sangat sepi. Tiada satupun orang yang saya kenal. Sesekali saya mencoba menghibur diri dengan memperhatikan seluk beluk stasiun yang merupakan tempat kesukaan saya karena banyak kereta api lalu-lalang, melintas dengan kecepatan tinggi tanpa keraguan tetapi juga di satu sisi penuh sarat dengan pengendalian dan kontrol yang tepat. Saya membayangkan laju hidup seseorang apabila bisa seperti laju sebuah kereta api

gambar diambil dari http://local-earth.org/pure-water-tour/

Page 25: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 2 3

Yang Kualami

yang dikendarai oleh masinis yang tepat, maka sudah pasti hidupnya akan segera tiba pada keberhasilan yang diharapkan. Ia akan berjalan dengan langkah yang mantap dan pasti sehingga arah hidupnya tak terbelokkan, dan ia tahu kapan harus berlari dan kapan harus berhenti.

Ketika kereta Singasari tiba dan berhenti di lajur 1 Stasiun Lempuyangan, saya merasa amat gembira. Segera saya masuk ke dalam kereta dengan hati riang dan tanpa ragu. Sejuknya Air Conditioner kereta yang sungguh nyaman akibat revitalisasi besar-besaran PT. KAI oleh Ignatius Jonan, membuat saya bisa menikmati perjalanan ini dengan baik. Keesokan hari, tepat pukul 02.12 WIB dini hari, kereta tiba di stasiun Kediri. Keterlambatan hanya berbeda 2 menit dari yang tertera di tiket keretaku. Ini sudah lebih baik dari tahun 2002 ketika kami sekeluarga naik Kereta Api Brantas dari Kediri menuju Jakarta dan saat itu keterlambatan kereta kami sampai 3 jam dari yang tertera di tiket. Karya pak Jonan sebagai seorang Katolik yang mengabdi negara memang patut diapresiasi dan diteladan.

Setelah turun dari kereta dan menginjakkan kaki di stasiun Kediri, segenap rasa syukur dan doa kupanjatkan kepada Tuhan yang menyertai perjalanan ini. Sembari melangkahkan kaki pelan menuju pintu keluar stasiun, saya menyiapkan kalimat Bahasa Jawa untuk menumpang sebuah becak. Terakhir saya menghubungi bapak saya yang sudah lebih dahulu ada di Kediri, bapak mengatakan kepada saya agar saya pakai becak saja, karena terlalu subuh kalau harus menjemput. Waktu itu saya mengiyakan tanpa protes, karena memang ada benarnya. Toh saya juga merasa sudah besar dan saya juga cukup mumpuni untuk menggunakan beberapa kalimat dalam Bahasa Jawa.

Betapa terkejutnya saya ketika tiba di ujung lorong pintu keluar Stasiun Kediri, ternyata bapak sedang berdiri menggunakan jaket hitam dan menungguku. Ya, betapa bodohnya saya, harusnya saya tahu bahwa bapak tidak akan tega membiarkan anaknya ini pergi sendiri dari stasiun menuju rumah nenek. Itulah kasih sayang seorang ayah, lain di mulut lain di hati. Di mulut seakan tidak peduli, namun dari hati tetap terpancar kepedulian dan perhatiannya yang terwujud

dalam tindakan. Alhasil, saya dibonceng bapak menuju rumah nenek, keluarga Mojoroto.

Lebih terkejutnya lagi, saya tidak menyangka bahwa si mbah putri ternyata sudah menunggu saya dalam keadaan terjaga Bersama mama saya. Segera saya sungkem dan mencium pipi nenek saya semata wayang itu. Saya amat senang bisa melihat nenek saya ini masih sehat wal’afiat. Ini bukan pertama kalinya terjadi. Memang apabila nenek saya ini tahu bahwa akan ada anak atau cucunya yang datang ke Kediri, ia tidak akan tidur dan menunggu sambil berjaga dalam doa. Ia baru akan tenang ketika memastikan sendiri apabila anak cucunya tersebut tiba dengan selamat. Mama saya langsung menghidangkan nasi goreng kesukaan saya seakan tahu bahwa saya memang ingin segera makan.

Reuni singkat ini dijeda dahulu, saya ingin beristirahat agar bisa ikut misa pagi di Gereja St. Vinsensius A Paulo Kediri. Saya bertemu dengan salah satu anggota Sahabat Seminari OMI yang juga tinggal di Kediri. Dalam Misa Pagi ini saya merasa terkenang kembali masa-masa kecil waktu saya sekeluarga misa minggu di tempat ini. Baru kali ini saya memerhatikan dengan seksama seluruh interior Gereja. Gereja Paroki ini dikelola oleh para Imam CM. Salib besar yang ada di atas tabernakel terbuat dari kayu hitam dengan warna hitamnya yang agak pekat. Di belakang salib itu ditambahkan lampu neon yang memancarkan warna kuning keemasan. Batinku, kok salibnya salib Oblat sekali?

Sepulang dari Ekaristi, saya berjumpa dengan semua om dan bulik serta saudara-saudariku yang beberapa dari mereka sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja. Rumah Mojoroto di pagi hari memang sepi karena sebagian besar masih beraktivitas dan bekerja. Hanya om Yoto, bulik Har, Bulik Min dan si mbah yang ada di rumah. Oleh sebab itu, bapak mengajak saya Bersama mama, om Yoto dan bulik Min pergi ke Blitar berziarah ke makam Presiden RI Pertama Bung Karno. Perjalanan ini memang perjalanan rekreatif, tetapi ketika sampai di lokasi saya dapat merasakan adanya nuansa perjuangan dan patriotisme yang dimiliki oleh Bung Karno.

Page 26: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

2 4 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Tempat yang tidak boleh ketinggalan untuk dikunjungi adalah Gua Maria Pohsarang. Ini adalah tempat paling bersejarah dalam sejarah panggilan hidup saya. Di tempat inilah saya bernazar untuk setia mengembangkan devosi kepada Bunda Maria apabila saya diterima di dalam kongregasi OMI. Setiap berdoa di tempat ini saya selalu merasakan adanya suasana hangat yang seakan menyelimuti. Mengenang nazar tersebut, saya semakin teringat bagaimana Bunda Maria berperan dalam meneguhkan panggilan saya setiap kali saya goyah dan ragu. Teladan imannya selalu membuat saya menyadari betapa indahnya hidup dalam kehendak dan penyelenggaraan kasih Tuhan.

Pada malam hari, keluarga besar berkumpul dan saling bertukar cerita. Rasanya memang benar apa yang dikatakan dalam film Keluarga Cemara yang salah satunya diperankan oleh Adi Kurdi, bahwa Keluarga adalah harta yang paling berharga. Setiap pribadi dari keluarga ini telah membantuku untuk berkembang dan bertumbuh hingga saat ini. Tanpa mereka, saya yang sekarang ini pasti akan berbeda.

Paroki Kalvar i Lubang Buaya , Dar i s i tu lah semuanya Berasal

Sabtu, 23 Juni 2018 saya bersama bapak dan mama tiba di Jakarta. Kedatangan kami di stasiun Gambir disambut oleh Mbak Siska, Mbak Lia, Ratri dan Aditya. Mereka menjemput kami dan siap mengantar kami ke kediaman kecil di Ujung Aspal Bekasi.

Empat tahun mengubah banyak hal. Dulu hanya ada dua cluster dengan pemandangan hamparan kebun pisang yang luas. Kini kebun pisang itu sudah berubah menjadi cluster-cluster baru. Rasanya Jakarta dan sekitarnya sudah semakin padat daripada empat tahun yang lalu.

Pada hari minggu 24 Juni 2018 setelah sekian lama saya tidak melayani di Paroki Kalvari tercinta, saya punya kesempatan mengiringi koor Lingkungan St. Caecillia. Ketika sampai di Gereja Kalvari, ternyata sudah banyak yang berubah juga. Salib yang dulunya hanya lukisan, kini sudah berubah menjadi Salib Besar terbuat dari kayu kokoh didominasi warna hitam, dan di belakang salib juga terpanca cahaya kuning

keemasan yang seketika membuatku heran, “Salib Oblat?” Terima kasih kepada sang perancang altar, yang kudengar adalah seorang tokoh di Paroki Kalvari namun belum lama telah kembali ke Rumah Bapa. Nuansa seperti ini mengingatkanku kembali ketika paroki ini masih menjadi tempat pelayanan para Oblat sampai tahun 2007, kini saya kembali ke paroki saya tercinta sebagai seorang Oblat.

Lewat pribadi seorang Oblat yang ramah dengan umatnya saya tertarik untuk menjadi Imam. Setelah 2007 saya merasa cukup kehilangan karena figur itu tidak lagi saya temukan. Kini saya bergabung dalam keluarga religius Oblat. Memang bukan tiba-tiba. Sejak awal Tuhan menempatkan benih panggilan itu dalam diri saya dan lewat setiap pengalaman yang saya alami di paroki ini, panggilan saya bertumbuh. Entah itu pengalaman baik ataupun pengalaman buruk, semuanya ambil peran dan mengena di dalam memori saya.

Sebuah kesempatan luar biasa bahwa pada tahun ini, tanggal 1 Juli 2018 jatuh pada hari minggu. Ini adalah hari spesial sebab ini adalah hari ulangtahun saya dan juga ulang tahun paroki Kalvari. Umur kami benar-benar persis sama, sebab saat Gereja diresmikan pada 1 Juli 1995, saya juga lahir ke dunia ini. Saya putuskan untuk merayakan perayaan Ekaristi di Paroki Kalvari kendati lebih jauh 5 KM dari rumahku bila dibandingkan jika saya pergi ke Paroki St. Servatius Kampung Sawah. Pada kesempatan ini

Grup Penyapu Gua Maria Paroki Kampung Sawah

Page 27: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 2 5

Yang Kualami

Grup Penyapu Gua Maria Paroki Kampung Sawah

yang merayakan Ekaristi adalah Rm Yus Ardianto, Pr seroang imam diosesan yang baik. Dalam rangka ulang tahun paroki ini, dia memberikan saya kesempatan untuk turut berkhotbah bersama seroang frater dan Romo Yus sendiri. Bahagia rasanya boleh membagikan pengalaman rohani yang tumbuh sebagai umat paroki Kalvari. Seusai misa, saya berjumpa dengan teman-teman lamaku yang pernah bersama-sama dengan saya menjadi misdinar paroki Kalvari. Sungguh perjumpaan yang berharga.

S u n g g u h - S u n g g u h K o m p l i tSeusai misa dan berjumpa dengan teman-teman

lama di Paroki Kalvari, saya kembali ke rumah tercinta di Ujung Aspal. Memang yang membuat hari ini begitu special bukan hanya karena saya berulang tahun, namun karena pada hari ini seluruh anggota keluarga kami berkumpul. Mas Cahyo bersama istri dan anaknya yang sudah punya kediaman sendiri hari ini pun turut datang ke Ujung Aspal. Mas Bambang yang biasanya sedang berdinas di pedalaman Kalimantan Barat juga kebetulan sedang mengambil cuti untuk beberapa hari. Hadir juga Papi Hari bersama ibu, mertua dari mbak Ika. Rumah kami seketika terasa amat kecil karena banyaknya orang berkumpul di rumah ini. Tetapi itu bukanlah masalah, sebab justru lewat momen ini kami bisa saling bertukar cerita dan juga meneguhkan lewat pengalaman kami masing-masing.

Sebuah kue yang lucu disiapkan khusus untuk saya. Di kue itu ada namaku dengan hiasan sebuah lokomotif kereta yang terbuat dari bolu halus, dan juga seroang laki-laki menggunakan jubah yang saya tebak itu adalah diri saya. Kue itu kami nikmati bersama dan memang inilah momen yang paling saya rindukan, ketika seluruh anggota keluarga komplit, berkumpul dan berbagi sukacita bersama.

Di penghujung hari, saya bersama tiga kakak saya menyanyikan lagu dan merekamnya. Ini menjadi kenangan yang asik bahwa memang kami ini keluarga yang hidup seperti musik, ada macam-macam kisah, tetapi harmonis dalam satu rangkaian lagu. Terima kasih Tuhan atas anugerah keluarga yang engkau berikan kepadaku. Pengalaman ini semakin meneguhkan panggilan saya sebagai seorang

misionaris Oblat, dan rasanya pengalaman ini adalah bekal yang baik untuk mewartakan kabar sukacita di manapun saya diutus nanti.

Me n j a d i K u r a n g

Selain menghabiskan waktu bersama keluarga, saya juga mengunjungi dua komunitas Oblat di Santa Maria Imakulata Kalideres dan juga di Trinitas Cengkareng. Memalukan memang, sudah hidup selama 22 tahun, dan sudah lama mengenal OMI, baru di kali ini bisa mengunjungi dan melihat pelayanan para Oblat di dua paroki tersebut. Sejak menjadi OMI malahan saya sudah lebih dahulu mengenal karya OMI di daerah Kalimantan Barat dan Utara, Banyumas dan Cilacap. Baru kali ini saya bisa melihat dari dekat dua paroki yang dikelola oleh para Oblat.

Saya juga sempat napak tilas di Almamater saya SMP Santo Markus II. Saya berjumpa dengan beberapa guru yang juga mengajar saya dulu. Di tempat ini saya terkenang bagaimana saya mulai belajar tentang kepemimpinan dan pengalaman belajar membangun sebuah persahabatan. Sekolah ini juga yang membantu saya untuk menanggapi panggilan Tuhan. Saya ingat betul sewaktu saya mau mendaftar ke Seminari Wacana Bhakti untuk menjalankan Pendidikan sebagai seorang calon imam, pak Siprianus mendukung saya dan bahkan dengan kerendahan hatinya membantu saya mengirimkan surat lamaran dan juga formulir pendaftaran. Saya juga ingat, hari saat pak Siprianus mengantar surat lamaran dan formulir pendaftaran saya, hujan turun amat deras namun pak Siprianus tetap mengantarkan surat saya itu. Sungguh pengalaman yang mengharukan ketika saya duduk dan mengenang sekali lagi peristiwa hari itu. Ini adalah sekolah yang luar biasa, dan saya tidak menyesal sama sekali bersekolah di tempat ini.

Yang tidak saya kunjungi selama liburan ini adalah almamater saya Seminari Wacana Bhakti. Entah mengapa saya kurang terdorong untuk kembali ke Seminari. Memang ada beberapa alasan antara lain 1)hanya sedikit romo yang saya kenal, dan 2)beberapa pengalaman buruk dengan seminari terkait surat-menyurat. Namun ketika saya renungkan lagi, saya merasa amat bersalah karena tidak sempat berziarah

Page 28: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

2 6 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

ke Seminari sebab di tempat inilah panggilan saya sebagai seorang calon imam benar-benar ditempa. Dinamika dengan para putri Gonzaga yang kalau tidak diperhatikan bisa menjadi jerat panggilan, pembelajaran akademis dan non akademis yang pernah saya terima, proses membangun hidup komunitas yang saya alami, dan juga pengalaman-pengalaman yang menyertai adalah hal-hal yang sangat saya syukuri karena boleh saya terima lewat masa formatio di Seminari Wacana Bhakti. Oleh sebab itu saya merasa menjadi ada yang kurang karena tidak mengunjungi Seminari untuk menimba kembali perjalanan panggilan saya. Mungkin di lain kesempatan saya bisa kembali mengunjungi Seminari Wacana Bhakti dan menimba semua semangat yang pernah saya bangun di tempat ini.

K e t i k a S e m u a n y a S u d a h U s a iLiburan ini bukan tidak ada batasnya. Ada saatnya

mengakhiri liburan yang berarti perjalanananku untuk napak tilas panggilan dan menimba kembali dari mata air panggilan hidup saya sudah berakhir. Saya sangat bersyukur bisa mengalami proses napak tilas ini sehingga aneka semangat dan benih panggilan yang pernah tumbuh dalam diri saya bisa kembali saya temukan. Pengalaman selama liburan ini mengajak saya untuk mengingat kembali betapa baiknya Tuhan yang sudi memanggil dan membimbing saya. Karya-Nya dalam diri saya sangat unik, dan berulang kali saya refleksikan, selalu ada hal baru yang bisa saya peroleh.

Lewat pengalaman liburan ini, kenangan-kenangan dan juga pembelajaran-pembelajaran yang pernah saya terima tidak akan hilang dari memori. Lewat perjumpaan dengan banyak keluarga dan kenalan, saya memperoleh dukungan doa yang luar biasa dan akhirnya membuat saya semakin optimis untuk menjalani panggilan saya sebagai seorang misionaris Oblat. Lewat doa-doa itu saya merasa punya harapan untuk terus maju dalam terang kasih panggilan Tuhan. Saya membangun niat untuk semakin menjaga dan memelihara panggilan ini dan juga untuk menjalankannya dengan penuh rasa syukur. Semoga Tuhan membantu saya.

Khotbah Hari Ultah Paroki

Page 29: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 2 7

Galeri

Para Frater & ppdm dalam acara dies natalis ftw

Para misdinar dari paroki kristus raja - ungaran

bersama provinsial omi dan komunitas wdm

Page 30: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

2 8 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Galeri

REKREASI

anggota

komunitas WDM

mempererat

persaudaraan di

Dieng

KENANGAN

Pastor John

memberi salam kepada

saudara/i yang ada di

Indonesia

ZIARAH

Para frater

jalan kaki dari wke

Gua Maria Tritis di

bulan Rosario

Page 31: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 2 9

Galeri

Para oblat yang begitu dekat dengan orang-orang di mana mereka berkarya

Mgr Christophorus Tri Harsono, Bapa Uskup purwokerto mengunjungi komunitas skolastikat omi

mgr samuel oton sidin ofm cap - uskup sintang

2 simpasitan omi & orang tua fr. redwan, sintang

Page 32: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

3 0 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Galeri

Oleh : Fr. Georgius Redwan

Page 33: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 3 1

Yang Kualami

Oleh Fr. Henrikus Prasojo OMI

Fakultas Teologi Wedabhakti–Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma merupakan Fakultas Teologi yang memiliki titik tolak refleksi berdasarkan pengalaman-pengalaman rill manusia

sehari-hari. Oleh karena itu, bagi mahasiswa/I semester IV sampai dengan semester VI diajak untuk melaksanakan program pengabdian sosial. Program ini tidak dilaksanakan perorangan, melainkan dalam kelompok. Yang menjadi teman kelompok saya adalah Frater Wendi OMI, Fr. Harris SSCC, Fr. Adrian SSCC, Sr. Fransiska ADM dan Sr. Salesia ADM.

Kami memilih untuk melakukan pengabdian sosial kami di Yayasan Rumah Piatu Muslimin. Yayasan ini merupakan Yayasan sosial milik keluarga yang pengelolaannya dijalankan dengan system estafet kepemimpinan dari generasi ke generasi berikutnya. Seusai dengan Namanya “Muslimin” Yayasan sosial ini bercorak muslim, namun mereka adalah keluarga muslimin yang amat terbuka.

Yayasan sosial ini memiliki tiga buah unit karya yang berbeda. Yang pertama adalah Rumah Piatu Muslimin (RPM), Sekolah Muslimin, dan Wisma

Tuna Ganda (WTG). Atas kebaikan pak Sarsito S.Sarwono (red. Pak Sarsito) kami boleh mengalami pengalaman di dua unit karya mereka yaitu di RPM dan di WTG.

Pak Sarsito adalah seorang terpelajar yang dulunya pernah mengenyam Pendidikan a’la Jesuit di Kolese Kanisius Menteng. Ia mewarisi Panti Sosial ini dari ayahnya, dan sebagai seorang pemimpin ia adalah seorang pemimpin yang baik sehingga Yayasan ini dapat terus hidup hingga saat ini. Ia adalah seorang muslim moderat yang sangat toleran. Pemikirannya terbuka dengan banyak filosofi hidup, dan bahkan ia terbuka untuk berdialog dengan orang yang memiliki keyakinan lain.

Dari sosok pak Sarsito kami menerima banyak pencerahan dan juga pelajaran hidup yang berguna. Pelajaran itu antara lain 1)makna panti sosial, 2)mengapa anak ada di Panti sosial, 3)Tujuan manusia hidup dan 4)Bagaimana hidup baik dengan rejeki yang ada. Empat hal itu yang bagi saya sangat mengesan dan mengena dalam pengalaman saya selama menjalani pengabdian sosial ini.

Panti sosial menurut pak Sarsito adalah rumah

Kisah Belajar Kehidupan dari Mereka yang Sungguh Hidup

Page 34: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

3 2 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

bagi mereka yang keluarganya mengalami disfungsi sosial. Keluarga tidak berjalan sebagaimana seharusnya sesuai dengan fungsinya sehingga anak terlantar dan tidak terurus. Panti sosial tidak melulu menerima orang yang miskin namun sesuai Namanya, Yayasan panti sosial menerima mereka yang tidak menikmati peranan keluarga dengan baik. Berikut model pendampingan yang ada di Yayasan ini, baik di WTG maupun di RPM

A. Wisma Tuna Ganda (WTG)

Wisma Tuna Ganda menjadi rumah bagi mereka para penyandang cacat ganda atau lebih. Dalam suasana rumah, mereka menampung 3 kategori anak rawat yaitu

1 Anak mampu RawatYaitu anak-anak yang

tergolong tidak mampu mengurus diri sendiri dan sepenuhnya tergantung bantuan orang lain.

2 Anak mampu latihYaitu anak yang tergolong

mampu dilatih untuk mengurus diri sendiri.

3 Anak mampu didikYaitu anak yang tergolong

mampu mengurus diri sendiri dan masih memiliki potensi untuk dididik.

WTG memberikan suasana rumah, yaitu memberikan segala pelayanan yang mereka butuhkan untuk hidup layak dan memperpanjang angka harapan

hidup masing-masing anak rawat. Ada tiga tolak ukur keberhasilan dalam pelayanan di WTG ini antara lain:

1 Anak rawat terpenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sesuai kondisi anak

2 Anak rawat mendapat perawatan sesuai dengan hak-hak anak

3 Anak rawat mampu mengembangkan potensi fisik dan/atau mentalnya, sesuai dengan kondisi masing-masing anak

B. Rumah Piatu Muslimin (RPM)

Rumah Piatu muslimin memberikan ssuasana rumah dan keluarga bagi mereka yang mengalami permasalahan sosial terkait dst. disfungsi keluarga anak asuh. Maka pendampingan yang dibuat di RPM ini tidak mengadopsi model pendampingan Pesantren ataupun Seminari, tetapi dengan gaya yang unik menghadirkan suasana rumah dan keluarga bagi anak-anak. Dalam pendampingan ada beberapa aspek antara lain:

1 Pemenuhan kebutuhan dasar anak (Sandang, Pangan, Papan)

2 Menyediakan pendidikan yang layak

3 Mengasah kemandirian lewat tugas-tugas pribadi/kelompok di dalam panti.

4 Mengembangkan kepribadian anak dari segi rohani dan segi lainnya melalui pendalaman pendidikan agama dan latihan hidup bersama sebagai keluarga.

Empat aspek tersebut direalisasikan dalam program yang berbeda dalam tiap jenjangnya. Bagi anak asuh dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), mereka mengenyam pendidikan formal mereka dalam kompleks Panti Asuhan di bawah koordinasi Yayasan Rumah Piatu Muslimin. Ketika mereka sudah memasuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), mereka diwajibkan sekolah di luar kompleks panti asuhan agar dapat berdinamika dengan anak-anak lain di luar panti. Ketika SMA, mereka akan dititipkan di rumah singgah dan belajar hidup dalam keluarga rill sebagaimana keluarga-keluarga pada umumnya. Seminggu sekali mereka kembali ke panti asuhan dan berdinamika bersama teman-teman panti. Program ini berlanjut hingga nanti mereka selesai kuliah atau memutuskan untuk bekerja. Selama satu tahun pertama lulus kuliah atau mulai bekerja, anak asuh masih memperoleh bantuan dana untuk modal mereka membangun kehidupan yang mandiri. Setelah setahun dan dirasa cukup, mereka akan dilepas sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri serta siap hidup bersama dalam masyarakat.

Dari beberapa aspek pendampingan itu, tolak ukur keberhasilan pendampingan di RPM ini antara lain:

1 Terwujudnya tata kehidupan dan penghidupan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani

Page 35: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 3 3

Yang Kualami

maupun sosial anak secara wajar.2 Anak asuh berkumpul kembali bersama

keluarganya, dan hidup secara wajar.3 Anak asuh mampu mandiri sesuai dengan tingkat

usia dan kecerdasannya4 Anak asuh memiliki karakter, kecerdasan,

ketrampilan dan ketahanan hidup.

Pengalaman selama menjalani Pengabdian Sosial di Wisma Tuna Ganda (WTG) Palsigunung maupun Rumah Piatu Muslimin (RPM) membantu kami untuk berteologi lewat pengalaman riil. Dalam pengabdian sosial mau tidak mau kami berjumpa dengan realitas kehidupan yang jarang ditemui orang pada umumnya. Umumnya manusia ingin terlahir normal, menjalani hidup yang normal, memiliki masa depan yang normal, bahkan melampaui itu semua, manusia selalu punya ide atau gagasan tentang “Hidup Baik”. Dalam kesempatan ini, kami berjumpa dengan realitas kehidupan yang di luar keinginan manusia pada umumnya.

Di WTG kami berjumpa dengan orang-orang yang lahir dalam keterbatasan mereka sebagai manusia normal pada umumnya. Minimal mereka memiliki dua buah cacat dalam diri mereka. Mayoritas penghuni WTG adalah penderita cacat yang lebih dari dua jenis cacat.

Di RPM kami berjumpa dengan orang-orang yang hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak kondusif. Mereka tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang tidak bisa menjalankan fungsi sosialnya dengan baik.

Kami menjadikan pengalaman melihat realitas ini sebagai bentuk cara kami untuk mengenal Teologi Inkarnasi, di mana Allah yang Maha Agung dan Maha Luhur, sudi turun ke dunia, menjumpai manusia secara langsung dengan aneka realitas kehidupan, suka-dukanya, serta pergolakan dalam hidupnya, menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa.

Selain untuk memahami Teologi Inkarnasi, pengalaman ini membekali kami untuk bisa menemukan kehadiran Allah lewat keprihatinan hidup manusia secara langsung. Lewat pengalaman

ini, pisau refleksi kami menjadi semakin dipertajam untuk bisa menemukan kehadiran Allah dalam situasi konkrit manusia yang sungguh-amat terbatas. Dalam kerangka Teologi Inkarnasi-Sabda yang menjadi manusia, kami semakin terdorong juga untuk mewujudkan Kabar Gembira bagi para pasien dan penghuni panti.

Dialog Sebagai Jalan Mengenal AllahPerjumpaan dengan saudara-saudari non-

Kristiani, bahkan lebih spesifik non-Katolik membuat kelompok kami mau tidak mau mendialogkan juga “siapa Allah” bagi kami.

Allah yang kami kenal, sifat-sifat ke-Allahan yang kami kenal lewat warisan iman Kristianitas ternyata masih belum menyingkap seluruh misteri akan Allah. Realitas Allah memang selalu menjadi misteri dalam hidup kita. Bahkan sebagai umat Kristiani yang telah menerima Yesus sebagai pewahyuan langsung “Allah menjadi manusia”, realitas Allah tetap mengandung misteri. Hal ini tentu saja dikarenakan luas dan mendalamnya realitas Allah yang melampaui batas pemahaman, ekspresi dan daya tangkap manusia akan realitas tak kasat mata.

Seorang Teolog bernama Carl Rahner memperkenalkan kepada kita sebuah Teologi dengan subtema yang amat baik yaitu “Iman/keyakinan lain”. Lewat teologi ini, Rahner mengajak kita (post-Konsili

Ceria Bersama Anak Panti Asuhan Yayasan Muslimin

Page 36: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

3 4 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Vatikan II) untuk mengenal dan melihat keyakinan iman lain selain milik Kristianitas. Peter C. Phan pun percaya bahwa “Teologi Komparatif” dapat menjadi jalan untuk semakin memperdalam perkembangan iman Kristiani.

Berdialog dengan beberapa tokoh muslim di Rumah Piatu Muslimin membuat kami semakin teguh dalam iman akan Tritunggal Mahakudus. Pak Sarsito S Sarwono (Ketua Yayasan RPM) percaya bahwa orang-orang nasrani memiliki satu Allah sama seperti orang muslim, bahkan satu Allah itu adalah Allah yang sama. Baginya, agama (yang merupakan buatan manusia) adalah jalan mengenal dan berbakti kepada-Nya. Ketika kami bicara soal tentang esensi dasar Tritunggal (3 Pribadi dalam Satu Hakekat), dengan mudah ia memahami pola pikir iman kami sebagai seorang Kristiani.

Ternyata hal itu bukanlah hal yang asing dalam agama Islam. Kesatuan Ilahi yang ada dalam konsep iman Tritunggal juga secara inplisit berkembang dalam pemahaman umat muslim. Abu Hamid al Ghazali mengungkapkan:

"Iman dalam kesatuan ilahi (Tawhid) membawa sebuah insight akan penyelenggaran ilahi (tawakkul) yang hanya menjadi sempurna lewat keyakinan teguh akan Sang Esa."

Pengalaman berjumpa dan berdinamika bersama umat muslim di RPM dan WTG membuat kami tidak ragu ataupun takut untuk berdialog dengan iman/keyakinan lain, sejauh itu merupakan sebuah dialog intelektual dan kekeluargaan, bukan debat kusir siapa benar siapa salah.

Yang terpenting bisa saya petik dari pengalaman ini adalah bahwa saya semakin disadarkan bahwa terkadang yang membuat konflik antar agama muncul adalah karena masing-masing merasa apa yang diimani memuat kebenaran paling mutlak. Gereja Katolik pun mengakui bahwa ada kebenaran lain di luar Gereja Katolik yang membawa manusia pada keselamatan. Logika mudahnya, manusia saja makhluk terbatas, kok mau-maunya mengungkap misteri Allah yang tak terbatas itu. Ya pasti tidak bisalah. Sesempurnanya akal budi kita, pasti hanya mendekati kebenaran itu, tetapi tidak bisa mengungkapkan keseluruhan dari kebenaran itu.

“Semoga kita mengerti dan menyadari siapa kita ini sesungguhnya! Harapan saya, Tuhan akan menganugerahkan rahmat ini dengan bantuan dan perlindungan Bunda kita yang kudus, Maria Imakulata. Dalam Kongregasi kita, harus ada devosi besar kepada Maria. Tidakkah engkau melihat bahwa menyandang nama Oblat Maria merupakan takdir, dapat dikatakan Kongregasi diabdikan kepada Tuhan dalam perlindungan Maria, yang namanya digunakan sebagai nama Kongregasi, seperti nama keluarga Bunda Allah yang tersuci

dan tak bernoda?”

- Surat St. Eugenius de Mazenod kepada Pastor Tempier tahun 1826 setelah kita mendapat nama “Oblat Maria Imakulata” sebagai nama kongregasi -

8 Desember 1854: Dogma Santa Perawan MARIA DIKANDUNG TANPA NODA oleh Paus Pius IX

Lukisan Maria Imakulata oleh Maratta C. tahun 1671, diambil dari http://www.viaesiena.it/en/mendicanti/

itinerario_o/chiesa-sant-agostino/la-chiesa/la-devozione-mariana-o/immacolata-concezione-ago

Page 37: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 3 5

Yang Kualami

Seluruh hidup kita adalah doa agar Kerajaan Allah hadir dalam dan melalui diri kita.

Konstitusi dan Aturan OMI No. 32

NAPAK TILAS JEJAK OBLAT DI KALTIM DAN KALTARA

Berdiri: : P. Angelo Albini OMI, P. Piero Maria Bonometti OMI, P. Guiseppe Rabussi OMI, Mgr. Michael Coomans, P. Walter Versalleti OMI, P. Pancrazio di Grazia OMI

Duduk : Natalino Belingheri OMI, P. Antonio Bocchi OMI, P. Mario Bartoli, OMI, P. Carlo Bertolini OMI

Oleh Fr. Norbertus Soleman OMI

Page 38: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

3 6 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

“Bro, my name very popular in Bali.” Itulah kata-kata Fr. Tuyen ketika bertemu saya di bandara internasional Balikpapan. Ketika saya sedang bingung memikirkannya Fr. Tung menambahkan, “ Yeah, right bro... not just populer but in everywhere.” Saya makin bingung. Setelah saya ingat nama lengkap Fr. Tuyen, baru saya mengerti apa yang mereka bicarakan. Seorang

frater OMI yang terkenal ramah dan mirip Jackie Chan ini bernama lengkap Paul Le Khac Tuyen. Le Khack kalau diucapkan dengan nada datar berarti menyebut namanya. Akan tetapi, kalau kata “khac” kita tinggikan nada menunjuk pada organ vital pria. Maklum, mereka baru saja pulang dari Bali dengan ditemani Rm. Wahyu OMI. Saat di Bali mereka melihat berbagai bentuk ornamen atau gantungan kunci yang dijual di tempat wisata. Beberapa diantaranya berbentuk organ yang khas pria.

Dua frater yang belum bisa berbahasa Indonesia ini, berasal dari salah satu negara komunis, yaitu Vietnam. Setelah enam bulan tinggal di Indonesia, mereka berdua akan kembali ke negara asal untuk meneruskan proses panggilan mereka. Sebelum kembali, mereka ingin mengetahui karya-karya kongregasi OMI di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah karya-karya OMI di Kaltim dan Kaltara. Karya-karya OMI ini tidak terlepas dari jejak OMI yang terdahulu. Untuk itulah, selama dua minggu kami berkeliling ke medan karya oblat di sana.

J e j a k O b l a t d i B a l i k p a p a nKami bermalam di Pastoran Paroki St. Petrus dan Paulus Dahor, Balikpapan. Dulunya, paroki ini

dipercayakan Mgr. Coomans kepada Kongregasi OMI sebagai alternatif dan pos pendukung tugas utama para oblat. Dari Paroki ini lahirlah beberapa paroki yang lainnya, seperti Paroki Alleluia-Tanah Grogot, Paroki St. Yosef Bontang, Paroki St. Theresia Sangatta, dan Paroki St. Fatima Penajam. Saat ini, hanya dua paroki yang masih dilayani OMI, yaitu Paroki St. Petrus dan Paulus Dahor, Balikpapan, dan Paroki St. Fatima Penajam.

Di Balikpapan, kami masih bisa bertemu, mengobrol dan bercanda ria dengan seorang oblat dari Italia, yakni Rm. Carlo Bartolini Yalai OMI. Ia datang ke Indonesia pada tahun 1980. Romo rendah hati yang hobinya bernyanyi ini adalah salah satu anggota dari delegasi Italia untuk Keuskupan Samarinda. Pada waktu itu, di Kalimantan Timur hanya ada satu keuskupan, yaitu keuskupan Samarinda. Sekarang, misionaris OMI yang sangat mencintai devosi kepada Bunda Maria ini tinggal bersama dengan kedua oblat pribumi yang lebih muda, yakni Rm. Priyantoro OMI sebagai pastor paroki dan Rm. Maryanto OMI sebagai pendampingnya. Mereka melayani empat wilayah, yakni pusat paroki, Kapel Regina Pacis, Stasi KM 15, dan KM 45. Saat ini, di stasi KM 15 ada Rm. Yoseph Rebussi OMI. Akan tetapi, Romo yang pada 18 Juni kemarin genap berusia 78 tahun ini, tidak mampu melayani lagi kendati semangatnya sangat kuat. Selain karena sudah berusia, ia juga sedang sakit. Romo yang dikenal dengan nama Rm. Yoseph ini adalah salah satu delegasi Oblat dari Italia gelombang pertama. Ia datang ke Indonesia pada 25 April 1977 bersama dengan keenam angota delegasi oblat lainnya, yaitu: Rm. Mario Bertolli OMI; Rm. Antonio Bocchi OMI; Rm. Wan Ibung Natalino Belingheri OMI; Rm. Pierro Maria Bonometti OMI; dan Rm. Angelino Albini OMI. Mereka datang ke Indonesia atas undangan Administrator Apostolik Samarinda, Mgr. Christian Van Weegberg. Akan tetapi, mereka disambut oleh Administrator Apostolik Samarinda yang baru, Mgr. Michael Coomans, karena pada waktu itu Mgr. Van Weeberg meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat Bouraq yang jatuh di Banjarmasin pada awal November 1975.

Kami juga berkesempatan menapaki jejak oblat di stasi KM 45. Kapel yang berarsitektur dan bertata ruang seperti museum ini dibangun oleh Rm. Mario Bertoli OMI. Apabila kita masuk ke dalamnya kita akan terpesona

Page 39: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 3 7

Yang Kualami

oleh keunikkan kapel ini. Panti imam terletak di tengah, sedangkan kiri-kanan dan depan adalah tempat duduk umat. Dindingnya penuh lukisan para kudus dan bertuliskan doa Salam Maria dalam berbagai bahasa. Fr. Tuyen dan Fr. Tung merasa sangat senang melihat doa salam Maria dalam bahasa mereka. Untuk sejenak, mereka melafalkan doa tersebut. Dari bangunan dan tata ruang kapel ini sangat tampak keutamaan Rm. Mario. Selain sangat mencintai devosi kepada Bunda Maria, provinsial pertama OMI provinsi Indonesia ini juga terkenal dekat dengan umat dan memiliki jiwa seni yang tinggi.

Me l a y a n i S e o r a n g D i r i d i P i n g g i r L a u t

Hari berikutnya kami ke Paroki St. Fatima, Penajam. Dulunya paroki ini adalah stasi dari paroki St. Petrus dan Paulus Dahor, Balikpapan. Akan tetapi, sejak 8 Juni 2000 menjadi paroki sendiri. Paroki yang berada dipinggir laut ini terdiri dari tujuh stasi, yakni: Stasi Yohanes Petung, Maria Imakulata WKP, Keluarga Kudus Nazaret Gunung Intan, St. Petrus Sebakung III, St. Eugenius de Mazenod Sotek, St. Mikael Itchi, dan Hati Kudus Yesus Gersik. Selain itu, Paroki yang dilayani oleh Rm. Yoyon OMI seorang diri ini memiliki tiga lokasi yang belum dijadikan stasi, yaitu: lokasi PT. APMR, Riko; PT. IHM, Semoi; dan PT. Mega Hijau, Majapahit. Jarak antar stasi rata-rata jauh dan medannya juga sulit.

Kami bertiga sempat mengikuti aktivitas pelayanan Rm. Yoyon. Pada hari Minggu kami misa di pusat Paroki pukul 07.00. Lalu pukul 09.00 kami pergi untuk merayakan misa di Itci. Untuk sampai ke sana kami harus menempuh jarak 79 km dalam waktu dua jam. Pukul 14.00 kami pergi untuk misa di Sotek. Jarak dari Itci ke Sotek adalah 37 Km dengan waktu tempuh 45 menit kalau cepat. Ketika mengikuti Perayaan Ekaristi di sini, kami bertiga seperti tanpa roh. Kami merasa sangat capek dan ngantuk padahal kami tidak bertugas. Kami dapat membayangkan betapa capeknya Rm. Yoyon. Dia memimpin misa dan menyetir. Tidak ada kesempatannya untuk bersitirahat. Akan tetapi, kami juga merasa terhibur karena banyak umat yang

ikut misa. Mereka juga sangat ramah menerima kami. Ini sungguh mengagumkan.

J e j a k O b l a t d i K a l t a r aSetelah dari penajam kami bertiga menapaki jejak

oblat di Kaltara. Tempat pertama yang kami jejaki adalah Paroki St. Maria Imakulata Tarakan. Sebelum milenium ke-3, paroki ini adalah satu-satunya paroki yang ada di wilayah utara keuskupan Samarinda. Awalnya, paroki ini dilayani oleh para imam Kapusin, lalu dilanjutkan oleh para imam MSF. Sejak tahun 1977, Mgr. Coomans mempercayakan paroki ini kepada para imam OMI. Dengan jumlah imam yang sangat terbatas, para oblat berhasil mengemban tugas yang dipercayakan kepada mereka. Buktinya, dari paroki ini lahirlah paroki-paroki lain. Akhirnya pada 09 Januari 2002 wilayah utara keuskupan Agung Samarinda ini menjadi sebuah keuskupan tersendiri dengan uskup pertamaya Mgr. Yustinus Harjosusanto. Sekarang, para imam OMI di keuskupan Tanjung Selor hanya melayani tiga paroki, yaitu Tarakan, Malinau, dan Pulau Sapi.

Fr. Tuyen dan Fr. Soleman bersama Pak Petrus pengurus Gua Maria Mentogog

Page 40: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

3 8 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Saat ini, Paroki Tarakan di bawah penggembalaan Rm. Dominikus Pareta OMI. Romo yang yang hoby main badminton ini tidak hanya melayani hal-hal yang berkaitan dengan Gereja pada umumnya, tapi juga memperhatikan kaum muda dan pengembangan sarana ibadat. Perhatiannya kepada kaum muda ini tampak dengan adanya asrama Mahasiswa dan Mahasiswi di dekat Universitas Borneo. Asrama ini dulunya didirikan oleh Rm. Antonio Bocchi OMI untuk membantu mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya di Universitas Borneo. Selain itu, diharapakan juga dari asrama ini muncul para aktivis gereja, biarawan dan biarawati. Paroki Tarakan ini juga memiliki wadah pembinaan kaum muda yang lainnya seperti Antiokhia dan Choice.

Selama di Tarakan kami sempat berziarah ke Gua Maria Mentogog. Gua Maria yang berada di tengah hutan yang cukup lebat ini berawal dari seorang pemuda Flores yang menghibahkan tanahnya ke OMI melalui Rm. Yoseph OMI. Oleh para imam OMI,

tanah ini dijadikan sarana pengembangan rohani, yakni gua Maria. Di kompleks sekitar gua Maria ada pondok untuk para peziarah beristirahat/menginap dan pondok untuk pertemuan. Selain itu, ada juga dua makam, yakni makam Rm. Antonio Bocchi OMI salah imam yang membangun tempat ini dan makam pak Thomas Saleh penemu Hosti Berdarah. Gua Maria yang letaknya 13 km dari Gereja Tarakan ini, tidak hanya dikunjungi oleh umat Katolik, tetapi juga umat yang berkeyakinan lain. Misalnya, Saudara-saudari kita dari Gereja Protestan juga sering melakukan ibadah di tempat yang sejuk dan sunyi ini. Jujur saja, kami bertiga ke sana tidak hanya untuk berdoa, tetapi juga untung hunting foto karena banyak sekali objek yang menarik.

Ketika dalam perjalanan pulang ke paroki, kami mampir sebentar di wisma OMI Gunung Belah. Wisma OMI ini terkadang disebut Castle Rm. Antonio Bocchi OMI karena dia yang membangun rumah yang berarsitektur kastel ini. Sekarang, wisma yang sering digunakan untuk retret dan rekoleksi ini

Rm. Dirman, Fr. Tuyen dan Fr. Soleman bersama anak-anak di stasi sungai Uli

Page 41: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 3 9

Yang Kualami

dirawat oleh Rm. Nico Setija Widjaja OMI. Selain untuk mengembangkan iman umat, Rm. Nico juga menjadikan rumah ini akrab dengan budaya secara khusus budaya Dayak. Hal ini terlihat dari ornamen-ornamen hiasan yang ada di dalam Wisma OMI Gunung Belah.

Dua hari kemudian, kami bertiga menapaki jejak oblat di paroki Malinau. Untuk sampai ke tempat ini kami harus manaiki speedboat selama tiga jam melalui sungai Sesayap. Misi yang dibuka oleh para misionaris OMI sejak tahun 1976 ini sudah memiliki 14 stasi yang tersebar di tiga kecamatan. Paroki yang sedang membangun gedung gereja baru ini dilayani oleh dua orang imam, yakni Rm. Heru OMI dan Rm. Miki Pr.

Um u r B o l e h T u a , t a p i S e m a n g a t T e t a p M u d a

Sekitar 30 menit dari Malinau yakni di Desa Pulau Sapi ada juga paroki yang dikelola oleh OMI, yakni paroki Rasul Yohanes Pulau Sapi. Bangunan gedung gereja yang sarat dengan motif dayak ini menjadi paroki mandiri pada 15 September 1993. Sebelumnya, paroki ini menjadi bagian dari paroki St. Stefanus Malinau. Karena jarak yang jauh dan juga karena keterbatasan imamnya, paroki ini dibagi menjadi dua wilayah, yakni Wilayah hilir dan hulu. Wilayah Hilir-dekat pusat paroki dilayani oleh Rm. Wan Ibung Natalino Belingheri, OMI atau yang biasanya dipanggil Rm. Natalino. Seorang imam dari Italia yang datang ke Indonesia sejak 41 tahun lalu ini sangat mencintai budaya Dayak dan pandai menari Dayak. Bahkan pada namanya telah disematkan nama Dayak, yakni “Wan Ibung” Itulah sebabnya misonaris OMI yang pada 29 Maret 2019 nanti akan merayakan pesta emasnya ini juga sangat dicintai oleh orang Dayak.

Wilayah Hulu dari Paroki Pulau Sapi, meliputi sembilan stasi: Stasi St. Yakobus Pelancau, St. Filipus dan Yakobus Sengayan, St. Maria Imakulta Langap, St. Yohanes Pembaptis Seturan, St. Antonius Punan Rian, St. Matius Long Rat, St. Petrus Sungai Uli, St. Bartolomeus Naha Keramu, dan St. Fransiskus Nunu Tana Kibang. Beberapa stasi berada di area pertambangan batu bara, sedangkan yang lain lagi

masuk ke area yang masih alami. Dalam perjalanan menuju ke ke tempat yang masih asri ini kita akan melihat hutan belantara dengan pohon-pohon lebat, air sungai jernih, udara segar dan masih banyak hewan buruan. Wilayah ini dilayani oleh Rm. Fransiskus Xaverius Sudirman, OMI atau yang biasanya dipanggil Rm. Dirman. Dia biasanya tourney dengan menggunakan strada hitam dan ditemani seorang driver. Terkadang ia mengajak beberapa OMK. Imam OMI yang berasal dari Yogyakarta ini secara fisik memang sudah lemah karena usia dan sakit, tapi semangat misionarisnya masih sangat kuat. Ini sangat tampak melalui aktivitas tourneynya dan gedung-gedung gereja yang ia bangun di beberapa stasi.

S i a p a y a n g a k a n

M e l a n j u t k a n K a r y a P a r a O b l a t ?

Paroki Pulau Sapi wilayah Hulu adalah jejak para oblat yang terakhir kami telusuri. Kini sudah waktunya bagi kami untuk kembali ke Yogyakarta untuk meneruskan proses pendidikan kami menjadi seorang imam. Pengalaman ini membuat kami bertiga baper. Ini sangat terasa melalui obrolan kami baik dalam perjalanan maupun saat menunggu pesawat di bandara. Singkatnya, kami bertiga merasa berat untuk meninggalkan jejak-jejak para oblat. Jika

Rm. Yoyon, Fr. Tuyen, Fr. Tung mengobrol di atas kapal ferry menuju Penajam.

Page 42: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

4 0 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

kami bisa memilih antara kembali atau tetap tinggal, kami pasti memilih tinggal. Ada rasa kasihan dan khawatir melihat para oblat melayani umat sebanyak itu seorang diri. Selain sendiri, beberapa dari mereka harus melayani dalam keadaan sakit dan lemah. Ini menimbulkan pertanyaan besar dalam diri kami, seandainya mereka sudah tiada atau sama sekali tidak mampu melayani lagi, siapa yang akan menggantikan mereka ? Pertanyaan ini menantang kami sendiri. Kami ditantang untuk menyelesaikan proses pendidikan menjadi imam sampai akhirnya kami bisa menjadi pengganti atau pembantu mereka. Akan tetapi, tidak cukup hanya kami. Karya para oblat sangat luas dan banyak. Diperlukan banyak orang untuk melakukan semuanya itu.

Ma n a y a n g B e n a r , K r i s i s P a n g g i l a n a t a u K r i s i s P a w a b a n ?

Wahai para pemuda, kebutuhan umat semakin bertambah, tapi jumlah imam semakin sedikit. Adakah pemuda-pemuda zaman now yang merasa dikasihi oleh Tuhan dan ingin membaktikan diri kepada Tuhan untuk menjadi menjadi seorang imam atau bruder OMI? atau inikah jejak-jejak OMI terakhir yang tidak akan pernah terlihat lagi? Mungkin kamu merasa bahwa tidak ada panggilan. Betulkah itu? Salah. Allah

selalu mengundang kita untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Jadi, bukan tidak ada panggilan, tapi tidak ada tanggapan-bukan krisis panggilan, tapi krisis jawaban. Mungkin hiruk pikuk, hiburan dan daya tarik dunia saat ini telah membuat kita tidak mendengar dering panggilan-Nya, sehingga hanya sedikit orang yang menanggapi panggilan atau video call dari Tuhan. Cobalah sejenak kita menenangkan diri dan menjauhkan diri dari kebisingan, dan kesibukkan sehari-hari! Kita luangkan waktu untuk mengosongkan diri dan membiarkan Allah mengisi hati dan pikiran kita. Di saat seperti itulah kita bisa mendengarkan suara panggilan Allah dengan jelas. Saat itu juga kita bisa dengan bijaksana dan tepat menanggapi panggilan itu. Ada panggilan, maka ada tanggapan. Jika ada tanggapan, maka muncul harapan dan harapan tidak pernah mengecewakan.

Fr. Tuyen, Fr. Tung dan Fr. Soleman bersama umat di stasi Solek

Page 43: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 4 1

Yang Kualami

Hol iday

L i b u r a n B e r s a m a K e l u a r g a d a n R e t r e t A k h i r T a h u nOleh : Fr. Hendrianus Wendi OMI

Liburan adalah hal yang paling dinanti-natikan bagi kita yang setiap hari selalu disibukkan dengan kegiatan sekolah maupun perkerjaan. Cara yang paling ampuh untuk melepaskan penat salah

satunya ialah liburan ke tempat wisata, seperti:

pantai, gunung, luar negeri, ke tempat-tempat rohani, dll. Nah, yang tidak kalah spesialnya ialah liburan pulang kampung untuk berkumpul bersama dengan keluarga. Untuk melepaskan segala kepenatan dari segala aktivitas atau perkerjaan, kumpul bersama keluarga ternyata salah satu obat yang paling ampuh.

Page 44: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

4 2 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Kumpul bersama keluarga atau sanak saudara tidak perlu mengeluarkan banyak uang atau tenaga, tetapi memberi banyak manfaat.

Manfaat liburan bagi saya yang sudah 4 tahun tinggal di Yoyakarta ialah mengumpulkan energi baru untuk melakukan perutusan sebagai religius. Itulah yang saya rasakan saat pulang ke rumah orang tua ketika libur semester pada 15 Juni 2018 yang lalu.

Tiga minggu liburan tersebut menjadi momen untuk berbahagia bersama keluarga di Kalimantan Barat Paroki Sepauk, Keuskupan Sintang. Banyak hal baru ketika saya datang ke rumah setelah sekian lama tidak di sana, di antaranya adalah kehadiran “orang baru”, adik saya Eugenia Ananda Jovelyn. Ia lahir 7 Agustus 2017 lalu. Ia bertumbuh besar, cantik, putih, gendut, dan yang paling menggemaskan ialah pipinya yang tembem. Kehadirannya adalah kebahagiaan bagi kami sekeluarga, rahmat yang Tuhan berikan bagi keluarga kami yang tiada batasnya.

Tiga minggu bersama dengan keluarga juga menjadi momen penyembuhan bagi saya. Saat berkumpul dengan orang tua adalah kesempatan saya untuk menyembuhkan perasaan “sakit” yang belum t e r u n g k ap k a n selama ini, menyembuhkan rasa rindu dan rasa kangen. Tidak bisa d i p u n g k i r i bahwa kendati hidup dalam k o m u n i t a s r e l i g i u s cukup ramai, t e r k a d a n g tetap muncul perasaan sepi di dalam diri. Menikmati waktu bersama keluarga membuat saya sungguh merasakan diterima tanpa syarat. Mereka tahu betul kelemahan dan kekurangan saya, namun mereka juga sungguh mencintai saya. Canda dan tawa bersama kelurga tercipta dengan penuh bahagia. Selama tiga minggu bersama dengan

mereka tidak satu hari pun saya sia-siakan tanpa berkumpul dengan sanak keluarga.

Liburan kemarin juga saya sempatkan untuk mengunjungi keluarga besar. Menyapa mereka dan sharing pengalaman dalam menjawab panggilan. Hal itu ternyata membawa suasana baru bagi mereka. Apalagi masih banyak keluaga yang belum terlalu mengerti jalan hidup yang saya pilih ini, saya menjelaskan kepada mereka bahwa ini adalah panggilan Tuhan. Perasaan terpanggil untuk menjadi imam sudah saya rasakan sejak kelas 4 SD, ketika komuni pertama dan pertama kali menjadi misdinar. Saya menjelaskan sebuah moment dalam Ekaristi saat Romo mengngkat Tubuh Kristus membuat saya tertarik untuk melakukan hal yang sama. Saya menjawab keinginan mengangkat Tubuh Kristus ketika masih kecil besama dengan teman-teman sepermainan yaitu membuat misa-misaan dengan biskuit roma kelapa dan air teh. Dari pengalaman kecil inilah saya merasa Tuhan memanggil untuk ikut jalannya menjadi seorang imam (khususnya imam Oblat).

Peristiwa liburan ini saya refleksikan sebagai perintah malaikat

kepada para murid pada hari k e b a n g k i t a n Yesus, katanya, “Dan segeralah pergi dan k a t a k a n l a h kepada murid-m u r i d - N y a bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia m e n d a h u l u i

kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia.” Perjalanan pulang ke rumah menjadi perjalanan saya kembali ke Galilea, berjumpa dengan Tuhan Yesus yang sudah lebih dahului dan menunggu saya di sana. Di Sepauklah panggilan ini tumbuh, di Sepauklah Yesus meletakkan benih panggilannya kepada saya,

Page 45: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 4 3

Yang Kualami

Pada 5 Juli 2018 kami mengadakan retret akhir tahun persiapan pembaruan kaul di Batu, Kabupaten Malang. Pembimbing retret kami ialah Rm. Damianus OMI. Tema yang diberikan adalah tentang

kekuatan doa dalam menjalani hidup berkaul.Doa adalah sarana untuk mengenal bagaimana

Allah berkarya di dalam diri kita. Dalam doa setiap orang mengusahakan untuk hidup suci. Hidup doa tujuannya ialah membawa orang pada kesucian, bukan prestasi. Bagaimana cara untuk sampai pada kesucian? Hal yang paling penting adalah membuka diri pada rahmat Allah.

Bila kita bertumbuh dalam doa dan semakin mencintai Allah, buahnya ialah pelayanan. Pelayan yang baik adalah pelayan yang mendasarkan diri pada hidup doa. Mengapa? Karena pertama-tama pelayanan yang dilakukan itu didasarkan dengan penyerahan pada Allah. Penyerahan maksudnya ialah dari pihak kita tetap mempunyai peran aktif untuk mengusahakan pelayanan yang baik. Bagaimana dengan hasilnya hanya Tuhan yang tahu. Tetapi kita yakin bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha, apalagi bila disertai dengan doa.

Sebagai religius Oblat, hidup doa dikontekskan dalam kesatuan dengan komunitas. Setiap hari para frater, Bruder dan Romo berdoa bersama mendaraskan mazmur-mazmur dan merayakan Ekaristi. Selain ada doa pribadi, ada doa bersama yang melambangkan kesatuan umat Kristen yang hidup dalam kekuatan Roh Kudus. Sebab benar apa yang tertulis dalam Kitab Suci, apa bila ada satu atau dua orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ akan Aku ada di tengah-tengah mereka. (Mat 18, 20)

Setelah beberapa hari merenungkan tentang hidup doa, kami masuk pada permenungan tentang

panggilan sebagai religius OMI. Hal yang paling penting pada poin ini adalah kesadaran bahwa ‘aku’ dipanggil dan dipilih oleh Allah. Allah yang berinisiatif untuk memanggil anak-anak-Nya untuk mengahadirkan atau mewartakan kerajaan Allah di dunia. Namun, sering kali yang sudah dipanggil oleh Allah kehilangan tujuan dan orentasi yang sebenarnya. Oleh karenanya tidak heran, apabila ada orang yang memutuskan untuk tidak menanggapi penggilan itu, tetapi mengambil jalan lain yang kita yakin juga panggilan untuk menuju kesucian. Menjadi semakin nyata seperti yang dikatakan Yesus bahwa, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit. Karena itu mintalah kepada tuaian, supaya ia mengirim perkerja-pekerja untuk tuian itu” (Lukas 10, 2).

Dari tema tentang panggilan itu, saya mempunyai pengalaman yang menarik. Saya merenungkan tentang akar panggilan. Saat itu saya mulai gelisah dan penuh keraguan saat memeriksa batin. Saya bertanya pada Tuhan apakah hidup yang saya jalani ini adalah panggilan Tuhan? Apakah ada motivasi yang “buruk”? lalu, mengapa saat merenungkan panggilan perasaan yang dominan adalah rasa takut, gelisah, dan ragu-ragu? Apakah saya tukut dengan masa depan? Demikanlah pertanyaan pergulatan batin saat memeditasikan panggilan sebagai religius. Saya merenungkan panggilan saya tidak hanya satu malam, tetapi pergulatan itu saya alami selama empat hari saat retret. Bagi saya saat itu adalah kesempatan bagi saya untuk memeriksa kembali perjalanan penggilan saya, karena ternyata perjalanan itu sudah berlalu panjang.

Dalam permenungan saya, ayat Kitab Suci yang mengelitik hati adalah Matius 17:14-20. Injil itu menceritakan tentang Yesus yang menyembuhkan anak orang yang terkena sakit ayan. Orang itu mengatakan bahwa ia sudah membawa kepada murid-murid Yesus, tetapi mereka tidak bisa. Lalu dikisahkan juga Yesus yang menegur murid-murid-Nya. Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (Matius 17:17). Saat saya merenungkan ayat ini, saya merasa menjadi bagian dari murid-murid yang ditegur Yesus

dan Sepauk menjadi Galilea Panggilan Hidup Saya. Ketika saya kembali berjumpa dengan keluarga saya, saya sungguh merasakan bahwa Yesus juga hadir di tengah-tengah mereka dan sudah menanti saya untuk berjumpa.

Page 46: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

4 4 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

karena kurang percaya. Contohnya banyak hal-hal pribadi yang masih sibuk untuk saya gulati, seperti pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya skeptis di atas. Pergulatan itu ternyata manggangu karya Allah dalam diri saya. Banyak rahmat yang Allah berikan kepada saya, tetapi tidak saya gunakan dengan sebaiknya untuk pelayanan. Seperti orang Farisi yang selalu meminta tanda, demikianlah saya dalam menjalankan panggilan Tuhan, selalu mencari tanda. demikian suara hati bertanya, “Apa tanda yang bisa Ia tunjukan kepada saya, jika benar Ia memanggil saya?” Padahal, tanda itu ada, tetapi kurang saya sadari. Dampak dari semua perasaan itu ternyata membuat saya tidak berkembang dalam panggilan.

Rasa skeptis (ragu) dalam menjawab panggilan Tuhan adalah hal yang biasa. Biasanya keraguan itu disebut dengan masa desolasi. Desolasi ini bisa disebabkan, (1) karena faktor external. Contohnya dalam komunitas tidak ada rasa saling mengahargai. Tidak ada kata pujian apabila salah satu dari anggota komunitas mengalami keberhasilan dalam pastoral maupun studi. Keberhasilan anggota komunitas biasanya dianggap biasa, oleh yang lain. Dari perasaan itu muncul rasa saling iri hati antara teman sekomunitas. Contoh lain ialah tidak bisa menerima kekurangan-kekurangan anggota komunitas. Pikirannya hanya mencapai sesuatu yang ideal. Menempatkan orang lain harus mencapai standar yang sama dengan diri sendiri. Apabila yang dibayangkan tidak terjadi, dampaknya bisa menjadi stres sendiri. Atau tidak ada dukungan dari pihak keluarga. Masih banyak contoh lain yang dapat menyebabkan orang desolasi. Kedua (2), adalah faktor internal. Ini bisa disebabkan kurangnya penghayatan hidup rohani. Bisa dalam hal doa, penyerahan diri secara total pada Allah, masalah psikologis, seperti: luka batin, pengolahan hidup, dll. Kurang memotivasi diri, dsb. Dampaknya orang bisa mencari kesenangan di luar komunitas. Oleh karena itu, saya merasa bersyukur bahwa masih terus menemukan jalan di dalam Tuhan. Sebab Tuhan bagi saya adalah jalan kebenaran dan hidup (Yohanes 14,6).

Menyadari bahwa Tuhan adalah satu-satu jalan untuk berserah, pada malam rekonsiliasi dan di hadapan Sakramen Maha Kudus, saya menegaskan

kembali untuk menjawab panggilan Tuhan secara lebih sungguh dan total di dalam doa (Oblatio). Apa yang membuat saya menegaskan lagi jalan hidup saya? Hal yang membuat saya menegaskan panggilan karena saya merasa bahagia dengan jalan panggilan ini. Apa yang sudah saya jalani sejak di Seminari Menegah St. Yohanes maria Vianney, Sintang sampai di kongregasi OMI salama 8 tahun adalah masa-masa penuh berkat. Penuh berkat bukan berarti tidak pernah mengelami kesulitan, tetapi kesulitan yang dihadapi membuat saya semakin dewasa dalam bersikap mengambil keputusan. Malahan saya menganggap adanya kesulitan sebagai berkat, karena dapat melewati kesulitan-kesulitan dari pengalaman hidup konkret. Selain itu berkat yang saya rasakan ialah dukungan dari keluarga. Keluarga mendukung panggilan dan mendoakan saya setiap hari. Selain keluarga ialah doa dan harapan dari umat. Bagi saya, semua pengalaman di atas adalah sebuah bentuk ungkapan cinta Tuhan.

Puncak dari perjalanan rekoleksi akhir Tahun adalah diterimanya saya dan teman-teman untuk memperbarui kaul religius (ketaatan, kemiskinan, kemurnia dan kemantapan) dalam kongregasi OMI. Pembaruan kaul pada 19 Agustus 2018 diterimakan oleh Provinsial OMI Romo Eko Saktio OMI. Mengucapkan kembali kaul religius adalah sebuah anugrah yang berlimpah untuk diri saya. Mengapa? Karena saya mensyukuri masih bisa hidup berkaul sebagai seorang Oblat di tahun ketiga. Dalam perayaan Ekaristi di hadapan Allah, dengan tegas saya mengatakan “ya, Tuhan” untuk menjawab panggilan-Mu. Saya berdoa pada-Nya, agar segala pelayanan dan perutusan yang diberikan kongregasi atau komunitas dapat saya jalani dengan penyerahan diri yang total dalam karisma St. Eugenius de Mazenod dan dalam lindungan Maria Imakulata.

Page 47: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 4 5

Yang Kualami

J a n g a n A d a P r a s a n g k a Sebelum Mencoba

Oleh Fr. Henrikus Prasojo OMI

Jujur sebelum saya berangkat, banyak yang menitipkan nasihat supaya hati-hati dalam mengikuti kegiatan nantinya. Semua tutur kata, tindakan, dialog semua harus dipersiapkan dengan baik. Seakan-akan

saya harus menghadapi sekumpulan serigala yang siap menerkam. Padahal tidak demikian. Memang tutur kata, tindakan dan dialog harus diperhatikan agar tetap mencerminkan tata krama yang baik, namun bukan untuk menghadapi sekumpulan serigala lapar.

Sejak Jumat sampai Minggu, 16-18 November 2018 saya melaksanakan live-in di Pondok Pesantren LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Baitul Mahmud Kaliori, Banyumas. Program ini diadakan oleh Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya terkait mata kuliah

Kajian Agama-Agama dan Dialog. Saya pergi Bersama dua teman frater dari Kongregasi Redemtoris dan Satu teman frater dari Keuskupan Purwokerto.

Akhir-akhir ini memang rasanya terdapat adanya tegangan yang muncul lewat media sosial yang mengangkat kasus tentang Rizieq Shibab dan kroco-kroconya. Isu agama selalu menjadi topik hangat yang dibicarakan, baik oleh para penganut lini moderat maupun oleh para penganut lini garis keras. Lewat berita-berita media sosial, rasanya enggan kalau mau bicara soal kerukunan beragama saat ini. Tidak sedikit pula lewat kejadian-kejadian dan fenomena-fenomena ini, terbangun opini pribadi terkait kelompok agama tertentu.

Terkait dengan kisah saya, ada yang mengatakan

Page 48: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

4 6 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

kepada saya bahwa tempat di mana saya akan live-in adalah salah satu penganut aliran keras. Sejak awal saya memang merasa tidak terlalu peduli dengan opini tersebut. Bagi saya sangat tidak logis sebuah kelompok beraliran garis keras mau menerima mahasiswa Fakultas Teologi Katolik di tempat mereka. Jika mereka berkenan membuka diri untuk menerima kami, itu sudah menjadi sebuah tanda besar bahwa mereka adalah kelompok yang inklusif, bukan eksklusif.

Memang benar, sejak hari pertama menghubungi pak Haji Mujimin, salah satu pengurus dari Pondok Pesantren LDII Baitul Mahmud, kelompok kami sudah merasakan adanya kehangatan dari setiap tanggapan yang diberikan. Kami diberikan petunjuk jelas bagaimana kami dapat tiba ke Pondok Pesantren itu, bahkan kami ditawari untuk dijemput oleh pihak Pesantren apabila sudah tiba di Banyumas.

Setibanya di Pondok Pesantren LDII Baitul Mahmud (red. Pesantren), kami langsung disambut oleh pak Tanto (ketua Pondok), pak Mujimin, dan para santri di sana. Setelah perkenalan singkat dengan para pengurus pesantren, kami langsung bersiap untuk mengikuti kegiatan hari itu.

Pesantren LDII adalah rumah bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menjadi ustad dan ustadzah di organisasi LDII. Seluruh dinamika kegiatan di pesantren ini didominasi oleh sholat dan mengaji. Mereka dilatih dan dididik untuk bisa menjadi pemimpin religius yang baik dan bisa memberikan pengajaran dan penerangan bagi Jemaah. Yang agak berbeda adalah kegiatan pagi pukul 06.00 s/d 08.00. Pada jam tersebut para santri dibagi menjadi dua, ada kelompok yang berolahraga dan ada yang kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren. Selain waktu tersebut, kegiatan mereka adalah sholat dan mengaji.

Pengalaman hidup dan mengikuti dinamika kegiatan di pesantren LDII selama tiga hari dua malam membuat saya semakin menyadari pentingnya menjauhkan aneka prasangka (terlebih prasangka buruk) terhadap saudara-saudara kita yang berkeyakinan lain. Prasangka muncul karena ketidaktahuan. Pengenalan yang tidak benar membuat seseorang hidup dalam prasangka-prasangka yang diragukan kebenarannya.

Sebelum saya ada berangkat, saya dibekali prasangka-prasangka yang mungkin bagi beberapa orang akan membuat mental turun. Faktanya ketika berada di lokasi, saya merasakan seperti di rumah sendiri karena mereka memberikan cintanya kepada kami. Dalam setiap pengajaran saat mengaji, pesan damai dan pesan kerukunan terselip dalam dakwah dan ceramah para ustad dan ustadzah. Komunikasi, inklusivitas, kerjasama dalam Forum Kerukunan Umat Beragama menjadi poin-poin yang sedang dikembangkan oleh Paradigma Baru LDII.

Kata “keras” bagi saya tidak pas untuk disematkan pada organisasi Islam LDII. Sejauh saya mengamati, kata “Tekun” rasanya lebih pas untuk menggambarkan kehidupan religius mereka. Kata itu yang saya pilih sebab mereka lebih tekun mengusakakan kesucian lewat tradisi hidup doa yang teratur dan juga jumlah ibadah mereka yang lebih banyak daripada jamaah Islam pada umumnya.

Prasangka tidak menciptakan kerukunan. Dialog dan keterbukaanlah yang melahirkan kerukunan. Kita Indonesia, kita Bhineka, keragaman adalah kekayaan dan kekuatan kita. Daripada hidup dalam prasangka yang membuat pikiran kita tumpul, mari kita semua mempertajam cakrawala kita dengan hal-hal yang sifatnya faktual, actual, dan juga terpercaya. Kita berbeda, namun saudara. Kita Bhinneka namun kita semua Indonesia.

Page 49: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 4 7

Yang Kualami

Hidup Yang Penuh Sukacita Bersama Kaum Muda

Oleh Fr. Henrikus Prasojo OMI

Joyful LifeWith The Youth

Aneh? ya, di tengah keramaian dan hiruk-pikuk dunia digital dan media sosial, 26 anak muda ini selama 3 hari 2 malam melepaskan HP mereka masing-masing, ngapain? Dibantu

oleh para biarawan/wati dari aneka kongregasi (OMI, SJ, CB, ADM, PI, MSF, AK) mereka melihat ke dalam hati mereka, tentang rencana Tuhan dalam hidup mereka.....

Program ini disebut Joyful Gathering. Beberapa orang menduga bahwa nama ini hanya nama samaran agar para Mahasiswa-Mahasiswi tidak enggan mengikuti kegiatan yang berbau retret ini. Alasan yang sesungguhnya dari pemberian nama ini adalah bahwa para mahasiswa-mahasiswi diajak untuk menemukan sukacita hidup sejati dalam hidup mereka. Para mahasiswa-mahasiswi diajak untuk merenungkan makna terdalam dari Sukacita yang ditawarkan Tuhan kepada mereka.

Kita harus jujur, bahwa kerap kali makna sukacita yang kita alami menjadi bias. Sukacita seakan menjadi sebuah candu yang harus terus-menurus dimiliki

dan dialami dalam keseharian hidup kita. Hal ini dibahas juga dalam salah satu sesi yang dibawakan oleh Romo Wahyu OMI yaitu tentang Happiness Trap, Jebakan kebahagiaan. Manusia yang sulit merasakan kepuasan selalu terdorong untuk memenuhi hasrat untuk memperoleh kepuasan tersebut dari waktu ke waktu. Sudah punya motor ingin punya mobil. Sudah punya mobil ingin punya helikopter dst. Hal itu hanya bisa diatasi dengan rasa syukur atas pemberian Tuhan kepada kita. Tanpa ada rasa syukur, sukacita itu akan menjadi jebakan kebahagiaan terus-menerus yang membuat diri kita mengejar sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu esensial dalam hidup kita.

Dalam kegiatan Joyful Gathering ini, setiap peserta diajak untuk menggali di dalam dirinya peranan kasih Tuhan dalam diri mereka. Dalam setiap proses, para peserta dibantu dan difasilitasi oleh para biarawan-biarawati. Setelah penyampaian materi, para peserta merenungkan secara pribadi bahan yang telah diberikan, kemudian mensharingkan hasil permenungan itu di dalam kelompok-kelompok kecil.

Sungguh luar biasa karya Tuhan. Memang Roh

Page 50: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

4 8 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

Kudus baru bisa berkarya setelah masing-masing dari kita membuka diri atas kehadiran-Nya. Awalnya saya mengira bahwa sharing teman-teman mahasiswa/i tidak akan terlalu mendalam karena memang budaya refleksi bukanlah kebiasaan kaum muda. Budaya berefleksi seringkali melekat pada identitas biarawan-biarwati. Persis saat itulah saya telah meragukan karya Roh Kudus, yang akhirnya membuat saya sadar bahwa karya Roh Kudus lebih luar biasa dibandingkan pemikiran manusia. Mengapa saya merasa demikian? Sebab ketika saya mendengarkan sharing teman-teman mahasiswa/I, saya melihat betapa dalamnya refleksi yang mereka buat atas diri mereka. Saya sendiri tidak menyangka bahwa mereka mampu masuk ke dalam diri mereka, menemukan pengalaman-pengalaman di mana Tuhan berkarya dalam diri mereka. “Luar biasa”, tuturku dalam batin. Saya menyesal telah meragukan karya Roh Kudus. Kini saya percaya bahwa setiap

orang memiliki hikmat dan rahmat Roh Kudus yang sama, entah itu biarawan-biarawati, maupun awam biasa. Yang terpenting adalah kita setiap hari melatih diri untuk mengenali hikmat tersebut hari demi hari.

Berdasarkan kesaksian beberapa teman mahasiswa, mereka merasa terbantu setelah mengikuti kegiatan Joyful Gathering ini. Aneka hambatan dan kesulitan sudah tidak menakuti mereka lagi, sebab mereka telah menemukan kebahagiaan dalam terang Kasih Tuhan. Memang proses berjalan seumur hidup, tapi kini mereka menatap masa depan dengan lebih optimis dan penuh harapan dalam terang kasih Tuhan.

Anak Zaman Now sekarat tanpa HP? Siapa bilang? Mereka buktinya....... Ayo isi hidupmu dengan hal-hal bermakna, gali potensi yang Tuhan beri semaksimal mungkin, jangan kalah dengan godaan dan tantangan zaman. Main HP dan medsosan ya boleh, tapi bukan yang utama kan???

Page 51: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 4 9

Yang Kualami

P e r m a c u l t u r e : T e r a p a n L a u d a t o S i

Selama 12 Hari Yayasan Bringin Indonesia mengundang berbagai kelompok masyarakat lintas ilmu dan budaya dalam Permaculture Design Course 2018 di Omah Lor, Gunungsari, Pakem (16-28 Juli 2018). Kegiatan ini merupakan langkah untuk memulihkan kembali hubungan manusia dana alam yang semakin merenggang karena kerusakan bumi. Dalam kursus ini, manusia dianggap saudari alam telah menurun martabatnya sebagai citra Allah (imago Dei) menjadi dosa. Para pematerinya menyebut bahwa Paus Fransiskus menyatakan keprihatinan dan mengundang setiap orang untuk mencintai ibu bumi yang telah rusak karena keserakahan manusia, seperti deforestasi, pencemaran, mutase genetic karena rekayasa genetika destruktif, teknologi yang tidak berkontribusi dengan alam dan kehidupan masyarakat manusia yang saling memusnahkan manusia dan bumi, sedangkan manusia hanya memiliki bumi satu-satunya ini. PDC 2018 ini diikuti oleh kelompok pesantren Jember, para biksu Wilwatikta Malang, eksekutif, mantan direksi bank, model, mahasiswa/i, guru, santri, oblat dan bahkan tidak beragama, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kami dikumpulkan oleh alam untuk kembali mewartakan bahwa keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan hanya bisa diperoleh dengan kembali kepada hubungan manusia-alam yang saling berkontribusi, dan bukan saling menyingkirkan. Kursus dua minggu permaculture ini merupakan kesinambungan karya besar St. Fransiskus Asisi yang telah masuk

T i ngga l Be rsama Da l am Komun i t as Pe rmacu l t u reOleh : Bruder Tarchizius Edtwin Sulispriyanto OMI

Page 52: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

5 0 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

dunia kebijakan negara Australia, Irlandia, Swedia untuk memulihkan kembali bumi yang menjadi sahabat. Thomas Berry dan Fransiskus Asisi menyebut bahwa tiada guna Anda menjadi suci tanpa ibu bumi yang menguduskan Anda di hadapan Allah. Dengan demikian martabat manusia kembali diangkat sebagai citraNya yang menyelamatkan.

Saya, seorang oblat kagum atas kemampuan bumi bertahan, berupaya sedemikian tetap memberikan kebaikan kepada manusia yang tidak tahu berterimakasih, bahkan di saat bumi semakin panas. DAlam PDC Omah Lor ini, saya merasa dipanggil kuat oleh alam semesta untuk menerapkan pola-pola permanen alam semesta. Pola-pola inilah, yang diajarkan dalam Permaculture (Permanen Culture) yang memanggil manusia untuk berdampingan dengan alam, menerapkan 12 prinsipnya yang telah dikembangkan secara ilmiah oleh Bill Mollison, dkk. Pola-pola permaculture sangat dekat dengan nilai-nilai kemanusiaan, integrase ciptaan, bhineka tunggal Ika dan bahkan nilai kekudusan yang ditawarkanNya secara tak berhingga.

Aktivitas memasak menu organic dari berbagai negara dan profesi di tempat yang semula rusak karena kekeringan,

tercemar dan teracuhkan. Para peserta Permaculture Design Course 2018 Omah Lor Wellness Center, Gunungsari, Pakem,

Sleman

Apakah Permaculture itu?Permaculture berasal dari dua unsur, yakni

permanen dan culture. Boleh dikatakan Permanen Culture adalah usaha-usaha budidaya hidup berdampingan dengan alam untuk mencapai hidup harmoni sustainabel. Permaculture bukan hanya sekedar berkebun, tetapi merupakan cara hidup ekologi , memadukan kontribusi antara alam semesta dan manusia dengan segala permasalahan di kehidupan masyarakat yang cukup sulit ditangani seperti free energy (PLTS, PLTA, PLTAngin, PLT-RF) , penyembuhan sakit yang tak tersembuhkan, limbah beracun dan mikroplastik, sampah rumah tangga dan masih banyak manfaat yang tidak dapat dituliskan di feature ini. Permaculture dikembangkan secara ilmiah bahkan jauh sebelum peradaban Mesir (Hyksos Dynasty). Namun, kini sejak 1970an , Permaculture telah banyak mengubah keadaan negara-negara Eropa, Asia dan Afrika menjadi wilayah-wilayah harmoni alam dengan memasukkan permaculture dalam kebijakan negara. Contoh terdekat adalah negara Swedia, Inggris dan Ethiophia. Swedia menggunakan 99% listriknya dari sampah dan sisanya dibuat sebagai aspal jalan yang mampu menyerap air hujan. Sedangkan kemajuan Ethiophia memanfaatkan kan sampah sebagai listrik, abu produk pembakarannya untuk batako. Budaya ini telah berkembang melalui terapan dan literasi Bill Mollison, John Champagne dkk. Di Inggris, limbah plastic dan yang tak bisa diurai dijadikan bahan pembuat aspal yang berbeda dengan aspal di Indonesia dan Amerika Serikat. Aspal dari plastic ini mampu menyerap air secara langsung ke dalam tanah, sehingga banjir dan erosi di pemukiman dapat terhindarkan, sekaligus menjaga sustainabilitas air bersih. Permaculture di Indonesia mulai berkembang di Bandung (Ecocamp dan Farm House), Kalimantan Tengah (Susila Dharma International), Karanganyar-Solo, Imogiri (Bumi Langit) , Jember (Permaculture Bamboo) dan Malang (Green Mommy). Kesimpulannya, permaculture ialah cara hidup dengan menerapkan cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam.

Page 53: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8 5 1

Yang Kualami

Tujuan permakultur adalah: Peduli bumi karena tanpa bumi yang sehat, manusia tidak bisa sejahtera, bahkan manusia tidak bisa mencapai kesucian

Ada 13 asas Permakultur yang dipegang oleh setiap peserta di seluruh dunia. Asas itu adalah sbb :

1. Pengamatan dan interaksi. Dengan mengamati pola alam dan sosial, kita dapat menggunakannya dalam karya desain – berkaitan dengan falsafah Fukuoka ‘bekerja dengan alam, bukan melawan alam’. Kita perlu tahu bagaimana alam ini bekerja jika ingin bekerja bersama alam.

2. Tangkap dan simpan energy. Energi yang luar biasa melimpah adalah dari matahari yang ditangkap oleh tanaman yang dengan cara cerdas mengubah foton menjadi karbohidrat kompleks. Cara luar biasa inilah yang ikut menjaga seluruh ekosistem bumi. Kita perlu membangun kembali sebuah ‘investasi alami’ dalam rangka membuat basis masyarakat berkelanjutan dan jangka panjang.

3. Anda memulai dengan perut terisi. Hasil yang dicari adalah panen yang merupakan proses kreatif dan bukan “sekali proses panen”. Panen adalah pendekatan bagaimana rumah dan semua lanskap memberikan hasil maksimal, penuh keberkahan.

4. Menerapkan sistem swatata dan menerima umpan balik. Prinsip ini berkaitan dengan aspek swatata dan swakelola alam, yang dalam permakultur akan membatasi tindakan yang dianggap tidak layak atau perilaku melanggar adab.

5. Menggunakan sumber dan layanan yang terbarukan. Angin, matahari, gelombang laut merupakan kunci bagi sumberdaya terbarukan yang akan membantu kita mendesain keberlanjutan. Membentuk kembali hutan dan tanah merupakan dua tindakan sangat penting di abad ini.

6. Tanpa sampah. “rethink, refuse, reduce, reuse, repair, recycle” dapat ditambahkan dengan istilah “re-design” di sini pula, di mana pendekatan cradle-to-cradle digunakan permakultur secara baik. Perawatan yang baik dan membeli alat berkualitas dan berusia panjang juga merupakan cara mengurangi sampah dan tingkat konsumsi.

7. Merancang pola dengan detail. Pola yang

ditemukan di alam merupakan sumber inspirasi bagi permakultur, karena sifatnya kuat, adaptif dan tetap. ‘Berpikir pola’ dapat digunakan dalam situasi yang beranekaragam, tidak seperti teknik khusus yang hanya dapat diterapkan hanya pada situasi tertentu saja. Permakultur bermaksud membantu kita memikirkan mengenai keseluruhan pola bagi semua metode dan beraneka desain.

8. Integrasi dan bukan segregasi. Salah satu ilham terpenting dari ekologi adalah kesalingberkaitan dan hubungan penuh manfaat antara satu dengan yang lain. Sebuah ekosistem yang sehat adalah luasnya koneksi-koneksi dan hubungan antara unsur-unsur, dan bukan menyingkirkan unsur yang berbeda atau lawan

9. Terapkan solusi lambat dan sederhana. Solusi skala kecil dan aktivitas sederhana lebih mungkin diadaptasikan dengan keperluan lokal, lebih dapat menghargai alam dan dapat untuk melihat konsekuensi dari tindakan. Kita menemukan istilah-istilah senada seperti slow food, slow city dan slow down! Perubahan bertahap lebih dapat diamati, dipahami dan dimonitor. Konsep ini disebut “Golden Rules” oleh Bill Mollison. Aa Gym mengatakan, “Mulai dari kecil, mulai dari sekarang.”

10. Gunakanlah dan hargailah kekayaan dari keberagaman. Keanekaragaman merupakan esensi indahnya kehidupan. Merawat dan meningkatkan keanekaragaman dari ekosistem yang ada juga merupakan kegiatan esensial karena beberapa alasan seperti evolusi, transenden dan antisipasi kerusakan.

11. Manfaatkan batas-batas dan hargailah yang termarginal. Dalam ekologi disebut ‘nada alam’ atau ‘ecotone‘. Jika tanaman bit produktif dari hutan adalah tepian, maka didesain agar memiliki tepian yang lebih banyak. Kita dapat mendesain dengan tanaman-tanaman aliansi (alley cropping), sabuk naungan (shelterbelts) dan desain kolam tanpa sudut. Marginal dapat berupa gagasan-gagasan, pandangan-pandangan, manusia-manusia yang terkucil, tanaman yang tidak lazim, binatang liar atau orang yang berbeda sehingga menjadi ‘masyarakat tepian’. Permakultur itu sendiri merupakan konsep marginal sejak kemanusiaan dilahirkan di bumi.

Page 54: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

5 2 C ARA K A D E S EMB ER 2 0 1 8

Yang Kualami

12. Kreatif dan tanggap pada perubahan. Kita tahu segala sesuatu berubah – lebih cepat daripada kita duga. Perubahan iklim, suplai minyak bumi, habisnya sumberdaya, pertumbuhan penduduk, perkembangan teknologi, pertumbuhan dan krisis ekonomi (economic booms and busts). Sebagian menjadi tantangan di luar kendali kita. Namun demikian, pertimbangan kita akan hal tersebut, dan bagaimana kita bereaksi, sebagai individu, kelompok, organisasi dan jaringan, itulah yang dapat kita kelola.

13. Manusia dan Alam adalah kekayaan penghancur perbudakan oleh uang. Uang telah banyak sekalu menyebabkan manusia menjadi rakus sehingga alam diperbudak.

Bruder Oblat : Sahabat alam dan sahabat para pendosa

Selama di sana, saya dilatih untuk bertahan hidup dari apa saja yang alam telah berikan. Usaha-usaha yang diajarkan merupakan pelatihan untuk mengembangkan diri di lingkungan yang sangat berat kondisi kerusakan alam dan sosialnya. Permaculture ini tida mengajarkan untuk mengubah orang lain, melainkan mengubah diri sendiri. Artinya, dengan merasakan tekanan dan desakan harus bertahan di lingkungan yang berat, saya didesak belajar menerapkan apa saja yang berasal dari alam, yang berupa kombinasi antara alam dan teknologi agar survive tanpa merusak bumi. Ternyata, ditemukan bahwa alam menyediakan kontribusi yang sangat cerdas, mengagumkan dan penuh dengan pengenalan akan Allah yang berbelaskasih untuk setiap ciptaan, termasuk manusia. Dari hal yang sangat kecil, seperti menginjakkan rumput di pagi hari hingga serumit pembangkit listrik tenaga arus kecil, alam semesta ini ternyata hidup dan sadar.

Selama 2 minggu di dalam lingkungan itu, saya berada bersama dengan orang-orang yang berbeda dengan keyakinan dengan saya. Ada ustad, bhiksu, brahmachari, santri, oblat dan bahkan orang yang tidak beragama. Ada pula beragam profesi seperti model, pengusaha, pensiunan, kepala sekolah, guru TK, bruder, mahasiswi, desainer, mantan napi dan

ilmuan. Berbagai keyakinan dan pekerjaan tidak membuat kami menghilangkan keunikan kami, atau bahkan menyingkirkan salah satu anggota meskipun seorang pendosa berat sekalipun. Dari hal ini, alam mengajarkan kami sebagai murid-murid Sang Mahakasih. Permaculture mengajarkan bahwa seorang murid akan sama dengan Sang Mahakasih itu sendiri melalui kehidupan sehari-hari di alam semesta yang sangat luas ini.

Misi ekologi babak baruBuah dari kursus ini saya terima sebagai sebuah

perutusan Allah lewat alam. Perutusan itu berupa fixing damages dan sustainability community. Dengan berbekal 13 asas permakultur yang mengandung nilai Injil Yesus Kristus, saya diinspirasi untuk berkontribusi hidup ekologis mulai dari diri sendiri terlebih dulu, seperti mendengarkan alam, mengikuti petunjuk alam lalu membagikan rahmat itu kepada orang lain dan bersama dengan orang lain. Semenjak itu juga, saya diajakNya membagikan rahmat berupa terapan permakultur pada para narapidana, awam di KArangsalam, komunitas skolatikat (Rumah Jamur, Hot and Cold Composting, dan Bacteria systemic seperti Kefir, Yoghurt dan Kombucha), unit Sapi Perah milik Susteran Abdi Darah Mulia, Omah Lor Wellness Center Pakem (sabun, body butter, wrapper, brain medic). Rasa tidak lelah muncul dari kerja misi ini, karena saya merasakan Allah yang menggerakkan orang-orang yang saya layani untuk berbuat lebih baik lagi daripada yang saya buat.

Page 55: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses

OMImelayani yang tak terlayani

KONGGREGASI MISSIONARIS OBLAT MARIA IMAKULATA

mengucapkan

Selamat Natal 2018& Tahun Baru 2019

Page 56: EDISI DESEMBER 2018 CARAKA - omiindonesia.org fileuntuk Hari Doa Panggilan Sedunia 2018. CARAKA DESEMBER 2018 1 Majalah CARAKA dan informasi seputar Oblat Maria Imakulata dapat diakses