early alzheimer's disease_2
TRANSCRIPT
Penyakit Alzheimer Stadium Awal
Seorang pria berusia 72 tahun yang masih menangani investasi di sebuah
perusahaan pialang mencari konsultasi atas desakan istrinya karena mengalami
kesulitan dengan ingatannya yang semakin parah dalam dua tahun terakhir. Klien
telah mengekspresikan kekhawatiran tentang kehilangan ingatannya kadang-
kadang. Istrinya melaporkan bahwa ia seringkali mengulangi pertanyaan-
pertanyaan tentang janji-janji sosial dan menjadi marah saat istrinya
mengemukakan hal ini. Pemeriksaan fisiknya normal, tetapi pasien ini mengalami
kesulitan untuk mengingat unsur-unsur tentang cerita singkat dan menambah
sedikit perubahan. Ia memiliki skor 28 dari 30 pada Pemeriksaan Keadaan Mental
Mini, yang mengindikasikan sedikit gangguan fungsi kesadaran. Ia dicurigai
menderita penyakit Alzheimer stadium awal. Bagaimana seharusnya pasien
dievaluasi dan diobati?
PERMASALAHAN KLINIS
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab demensia yang paling sering di
masyarakat Barat, yang mempengaruhi sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat
dan 17 juta orang di seluruh dunia. Angka kejadian tahunan diseluruh dunia
meningkat dari 1% antara usia 60 sampai 70 tahun menjadi 6 sampai 8% pada
usia 85 tahun atau lebih. Di negara-negara dimana kelangsungan hidup pada usia
80 tahun atau lebih adalah hal yang biasa, jumlah orang pada kelompok usia ini
yang menderita penyakit Alzheimer sekarang mendekati 30% dan diduga akan
terus naik cukup besar. Permulaan penyakit ini bersifat tersembunyi dan
membahayakan, dan manifestasinya berkembang dalam beberapa tahun dari
gangguan ingatan ringan menjadi kehilangan kesadaran parah. Suatu keadaan
transisional, yang disebut sebagai gangguan kesadaran ringan, seringkali
mendahului manifestasi paling awal dari penyakit Alzheimer. Perjalanan penyakit
Alzheimer bersifat progresif dan berakhir pada ketidakmampuan mental dan
fungsional dan kematian. Masa stabil kadang-kadang terjadi dimana derajat
gangguan kesadaran (kognitif) stabil selama 1 atau 2 tahun, tetapi setelah itu
perkembangannya biasanya berlanjut.
Ketidakmampuan untuk menyimpan informasi yang diperoleh akhir-akhir
ini biasanya merupakan gejala awal, sedangkan kejadian-kejadian yang sudah
lama terjadi relatif diingat hingga kemudian. Dengan perkembangan penyakit,
gangguan pada bidang kesadaran lainnya (misalnya bahasa, penalaran abstrak, dan
fungsi eksekutif atau pengambilan keputusan) terjadi pada berbagai derajat dan
biasanya bertepatan dengan kesulitan saat bekerja dalam situasi sosial atau
aktivitas rumah tangga. Perubahan-perubahan pada suasana hati dan afek (emosi)
seringkali menyertai penurunan dalam ingatan. Delusi dan perilaku psikosis
biasanya tidak memberikan tanda-tanda tetapi dapat terjadi pada suatu waktu
dalam perjalanan penyakit tersebut. Kejadian psikosis pada demensia stadium
awal menunjukkan diagnosa lain, seperti demensia dengan badan-badan Lewy.
Dalam otopsi, ciri-ciri patologi yang paling sering didalam otak pasien
penderita penyakit Alzheimer meliputi protein beta-amyloid ekstraseluler pada
plak menyebar dan pada plak-plak yang mengandung unsur-unsur syaraf yang
mengalami degenerasi, yang disebut plak neuritik. Perubahan-perubahan
intraseluler meliputi endapan-endapan protein tau hiperfosforilasi, sebuah protein
kumpulan mikrotubula, dalam bentuk kekusutan neurofibliari. Luka-luka
patologis ini pertama-tama muncul di wilayah entorhinal hippocampus dan
kemudian jadi menyebar. Dari waktu ke waktu, terjadi kehilangan neuron dan
synapse yang luas. Mekanisme patogenik yang bertanggung jawab bagi
perkembangan perubahan-perubahan ini belum diketahui.
Sebuah riwayat demensia dalam keluarga merupakan salah satu faktor
resiko yang dilaporkan paling konsisten untuk penyakit Alzheimer. Jarang ada
kasus keluarga yang mengalami pewarisan autosom dominan penyakit Alzheimer
yang berkembang antara usia 30 sampai 50 tahun; sekitar separuh dari kasus ini
berasal dari m utasi pada gen-gen yang mengenkode protein precursor amiloid,
presenilin 1, atau presenilin 2. Penelitian-penelitian tentang gen-gen yang
mengalami mutasi ini telah mengarah kepada penegasan bahwa penyakit
Alzheimer disebabkan oleh generasi dan agregasi peptida beta-amyloid, yang
kemudian membentuk plak neuritik. Walaupun beberapa ratus keluarga membawa
mutasi ini, namun mereka menjelaskan kurang dari 1% kasus.
Kerabat tingkat pertama pasien penderita penyakit permulaan lambat
memiliki resiko harapan hidup sekitar dua kali lebih besar karena penyakit
tersebut. Penyakit ini juga lebih sering cocok pada kembar monozigot daripada
kembar dizigot. Orang-orang yang berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki
banyak anggota yang menderita penyakit permulaan lambat mengalami
peningkatan resiko untuk demensia, tetapi penyebaran kasus tersebut jarang sesuai
dengan pewarisan mendelian.
Varian genetika yang mengenkode apolipoprotein (APOE) 4 merupakan
satu-satunya mutasi yang tak dapat dipungkiri terkait dengan bentuk penyakit
Alzheimer permulaan lambat. Resiko yang terkait dengan alel APOE 4
memuncak antara usia 60 sampai 80 tahun. Jika dibandingkan dengan tidak
adanya alel 4 APOE, keberadaan alel semacam itu terkait dengan resiko penyakit
tersebut sebanyak dua kali lipat atau tiga kali lipat seumur hidup, dan keberadaan
kedua salinan terkait dengan peningkatan pada resiko dengan faktor lima atau
lebih. Hubungan antara penyakit Alzheimer dengan varian pada reseptor 1 yang
terkait sortilin (SORL1), clusterin, protein penyusun clathrin yang mengikat
phosphatidylinositol, dan sebuah reseptor komponen pelengkap (3b/4b) telah
dilaporkan, tetapi mekanisme yang mendasari hubungan tersebut masih belum
pasti.
STRATEGI DAN BUKTI
Gangguan ingatan biasanya merupakan salah satu dari tanda-tanda
pertama penyakit Alzheimer, tetapi kesulitan mengingat nama-nama teman atau
kejadian-kejadian akhir-akhir ini juga umum pada orang-orang tua normal. Maka
dari itu dokter dihadapkan dengan kesulitan untuk membedakan antara penuaan
normal dengan penyakit Alzheimer stadium awal. Gangguan kognitif ringan
merupakan suatu keadaan lanjutan dimana orang-orang mengalami masalah
ingatan yang lebih banyak dripada yang akan dianggap normal untuk usia mereka,
tetapi gejala mereka tidak separah gejala penyakit Alzheimer dan mereka tidak
mengalami gangguan fungsional. Penyakit Alzheimer berkembang pada frekuensi
yang jauh lebih tinggi pada orang-orang yang mengalami gangguan kognitif
ringan daripada pada mereka yang mengalami penuaan normal. Penentuan kapan
pasien telah mencapai stadium sangat awal pada penyakit Alzheimer tidak mudah,
terutama karena mungkin stadium praklinis penyakit Alzheimer ada dimana plak-
plak senile, plak neuritik, dan kekusutan neurofibrillary terjadi pada jumlah yang
cukup untuk memenuhi kriteria neuropatologis yang baku untuk penyakit
Alzheimer tanpa adanya gejala yang jelas atau tanda-tanda demensia. Penyebab
lain dari gangguan ingatan juga harus dipertimbangkan seperti penyakit
cerebrovasculer, hydrocephalus, hypothiroidisme, kekurangan vitamin B12, infeksi
sistem syaraf pusat, sebuah gangguan kognitif yang terkait dengan infeksi virus
immuno-defficiency, pengaruh negatif dari obat-obatan resep, penyalahgunaan
zat, dan kanker.
Penurunan yang cukup besar pada ingatan verbal dan fungsi pelaksana
(misalnya, kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berurutan) biasanya
terjadi pada permulaan penyakit Alzheimer tetapi mungkin sulit untuk
didokumentasikan tanpa pengujian neuropsikologis formal (Gambar 1).
Berkurangnya kemandirian dalam aktivitas sehari-hari (yang seringkali diakui
oleh keluarga pasien) merupakan salah satu prediktor paling kuat untuk penyakit.
Status fungsional dapat diukur dengan skala Penilaian Demensia Klinis (CDR),
yang mengevaluasi performa kognitif dan fungsional pada sebuah skala yang
berkisar antara 0 sampai 3, dengan skor lebih tinggi yang mengindikasikan tingkat
keparahan gangguan yang lebih besar. Penilaian ini memerlukan sebuah sumber
pengumpulan informasi tambahan mengenai kemampuan pasien untuk berfungsi
secara mandiri tetapi dalam dilakukan di lingkungan perawatan dasar dan
terutama bermanfaat bagi para dokter yang tidak memiliki akses cepat terhadap
pengujian neurpsikologi formal. Penilaian ini memerlukan waktu 30 sampai 45
menit untuk diberikan, dan pelatihan diberikan secara online. (Informasi rinci
tambaha tersedia dalam Lampiran Tambahan, tersedia dalam teks lengkap artikel
ini di NEJM.org). Skor CDR merupakan prediktor paling kuat untuk penyakit
Alzheimer dalam sebuah penelitian yang melibatkan para relawan masyarakat
tanpa demensia, dan nilai-nilai pada skala penilaian fungsional yang didasarkan
pada CDR secara efektif mengidentifikasi pasien pada penyakit Alzheimer
stadium awal di lingkungan klinis. Uji neuropsikologis formal yang menunjukkan
penurunan yang cukup besar pada ingatan verbal dan fungsi eksekutif mendukung
diagnosa penyakit Alzheimer, tetapi memerlukan seorang profersional yang
terlatih untuk memberikan dan menafsirkannya.
Gambar 1. Urutan Perubahan Patologi, Klinis, Fisiologis, dan Radiologi dari
Penuaan Normal ke Penyakit Alzheimer Awal
Perubahan-perubahan dari penuaan normal sampai penyakit Alzheimer preklinis
sampai penyakit Alzheimer awal (kuning sampai hijau) ditunjukkan. Ciri-ciri
patologis yang paling sering dari penyakit Alzheimer adalah keberadaan protein
beta-amyloid ekstraseluler dalam plak menyebar, bersama-sama dengan
perubahan-perubahan intraseluler yang meliputi endapan protein tau
hiperfosforilasi dalam bentuk kekusutan neurofibrilary. Perubahan-perubahan ini
cocok dengan skor pada Skala Penilaian Demensia Klinis (CDR), yang berkisar
antara 0 sampai 3, dengan 0 yang mengindikasikan tidak adanya gangguan, 0,5
gangguan sangat ringan, 1,0 gangguan ringan, 2,0 gangguan sedang, dan 3,0
gangguan parah. CSF menyatakan cairan cerebrospinal, FDG-PET 18F-
fluorodeoksi-glukosa – tomografi emisi positron, dan MRI gambar resonansi
magnetik.
Kadang-kadang, para pasien penderita penyakit Alzheimer awal hadir
dengan gangguan bahasa atau disfungsi perceptual bukan kehilangan ingatan. Dari
waktu ke waktu, gangguan ingatan maupun penurunan fungsional menjadi tampak
pada pasien tersebut.
Para pasien penderita penyakit awal memiliki resiko yang semakin besar
untuk mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Akademi Neurologi Amerika
merekomendasikan agar para dokter melakukan penilaian yang hati-hati terhadap
kemampuan mengemudi, termasuk meminta pengasuh agar menilai kemampuan
mengembudi pasien dan meninjau surat-surat lalu lintas dan kecelakaan. Penilaian
kognitif yang meliputi persepsi visual dan pelaksanaan tugas berurutan mungkin
juga sangat membantu dalam menilai kapasitas untuk mengemudi. Banyak agen-
agen kendaraan bermotor telah mensimulasi laboratorium mengemudi atau mau
menilai kemampuan mengemudi untuk sebuah biaya nominal. Informasi
mengenai sumber-sumber untuk mengevaluasi para pengemudi yang mungkin
terganggu tersedia melalui Badan Pengurus Keamanan Lalu Lintas Jalan Rasa
Nasional (www.nhtsa.dot.gov).
PILIHAN PENGOBATAN
TERAPI OBAT
Penghambat (inhibitor) cholinesterase (donepezil, rivastigmine, dan
galantamine) dan antagonist reseptor N-metil-D-aspartat memantine merupakan
satu-satunya pengobatan untuk penyakit Alzheimers yang telah disahkan oleh
Badan Pengurus Obat dan Makanan (Tabel 1). Percobaan klinis acak terkontrol
placebo terhadap penghambat cholinesterase telah melibatkan pasien penderita
penyakit Alzheimer ringan hingga sedang dan telah menunjukkan manfaat yang
signifikan namun kecil secara klinis dalam kaitannya dengan kesadaran, fungsi
sehari-hari, dan perilaku. Kondisi pasien yang mengkonsumsi obat-obatan ini
masih tetap stabil selama setahun atau lebih dan kemudian dapat menurun,
melalui suatu angka yang lebih rendah daripada angka pada pasien yang tidak
diobati.
Tabel 1. Terapi obat untuk Penyakit Alzheimer
Obat Dosis Efek Samping Negatif
yang umum
Komentar
Donepezil
(Aricept)
5 mg/hari pada waktu
tidur sebelum atau
sesudah makan
selama 4 sampai 6
minggu; sesudahnya
Mual, muntah,
hilangnya nafsu
makan, penurunan
berat badan, diare,
pusing, kram otot,
Tersedia dalam satu
dosis tunggal
harian
10 mg/hari, jika
ditolerir
insomnia, dan
impian yang jelas.
Rivastigmine
(Exelon)
3 mg per hari, dibagi
menjadi dosis pagi
dan sore sesudah
makan; dosis
ditambah sebanyak
3 mg/hari setiap 4
minggu jika
ditolerir, dengan
maksimal dosis
harian 12 mg.
Mual, muntah,
hilangnya nafsu
makan, penurunan
berat badan, diare,
tidak sanggup
mencerna, pusing,
mengantuk, sakit
kepala, diaphoresis,
kelemahan.
Tersedia sebagai
tambalan.
Galantamine
(Razadyne)
8 mg per hari, dibagi
menjadi dosis pagi
dan sore sesudah
makan; dosis
ditambah sebanyak
4 mg/hari setiap 4
minggu jika
ditolerir, dengan
maksimal dosis
harian 16 sampai 24
mg.
Mual, muntah,
hilangnya nafsu
makan, penurunan
berat badan, diare,
pusing, sakit kepala,
kelelahan
Tersedia sebagai
kapsul yang
dilepaskan lama
(extended-release).
Memantine
(Namenda)
5 mg/hari sebelum atau
sesudah makan;
dosis ditambah
sebanyak 5 mg
setiap minggu,
dengan maksimal
dosis harian 20 mg
Konstipasi, pusing,
sakit kepala, nyeri
(nonspesifik)
Sering digunakan
sebagai tambahan
untuk inhibitor
kolinesterasi; tidak
direkomendasikan
sendiri untuk
pengobatan
penyakit awal.
Walaupun belum banyak penelitian yang secara langsung membandingkan
ketiga inhibitor kolinesterase, namun sebuah tinjauan yang sistematis dan meta-
analisis terhadap data dari 27 percobaan acak menyimpulkan bahwa tidak daa
perbedaan yang signifikan pada pengaruh terhadap performa kognitif diantara
obat-obatan tersebut. Selama periode penelitian (biasanya 3 sampai 6 bulan),
penggunaan masing-masing obat ini sesuai resep pada dosis standar menghasilkan
rata-rata peningkatan sebesar 2 sampai 3 poin pdaa Skala Penilain Penyakit
Alzheimer untuk kesadaran (skala berkisar antara 0 sampai 70, dengan skor lebih
tinggi yang mengindikasikan kesadaran yang lebih buruk) atau berkurangnya laju
penurunan, jika dibandingkan dengan kelompok placebo (selisihnya sekitar 3
poin, dengan selisih yang minimal penting secara klinis sebesar 4 poin).
Berdasarkan 14 penelitian yang mengukur fungsi harian, donepezil sedikit
tetapi secara signifikan lebih efektif daripada rivastigmin. Donepezil juga tetapi
secara signifikan lebih baik daripada rivastigmine dan galantamin dalam
kaitannya dengan perilaku, seperti yang diukur dengan Inventaris Neuropsikiatrik
(pada skala yang berkisar antara 1 sampai 144, dengan skor lebih tinggi yang
mengindikasikan tingkat keparahan penyakit yang lebih besar). Para pasien yang
menerima donepezil memiliki rerata penurunan sebesar 4,3 poin pada skor
baseline, jika dibandingkan dengan penurunan sebesar 1,4 bagi mereka yang
menerima zat-zat lain. Kemungkinan dari seluruh peningkatan pada skor adalah
1,9 kali lebih besar dengan donepezil daripada dengan placebo, 1,2 kali lebih
besar dengan rivastigmin daripada dengan placebo, dan 1,6 kali lebih besar
dengan galantamine daripada dengan placebo. Pengaruh buruk (termasuk mual,
muntah, diare, pusing dan penurunan berat badan) seringkali terjadi pada ketiga
obat tersebut semuanya, walaupun sedikit lebih jarang dengan donezepil daripda
dengan obat-obatan yang lain.
Percobaan acak awal terhadap memantine yang melibatkan pasien
penderita penyakit sedang hingga parah menunjukkan sebuah penurunan yang
kecil tetapi signifikan pada memburuknya kesadaran. Percobaan acak selanjutnya
yang melibatkan pasien penderita penyakit ringan hingga sedang menunjukkan
bahwa memantine menghasilkan sedikit manfaat dalam jangka waktu 6 bulan,
dengan perubahan-perubahan mutlak pada ukuran kognitif dan fungsional sebesar
1 poin persen. Akan tetapi, penelitian-penelitian yang dibatasi pada para pria
penderita penyakit ringan atau stadium awal tidak menunjukkan manfaat yang
signifikan tentang terapi memantine. Memantine juga telah digunakan pada pasien
penderita penyakit stadium awal dalam kombinasi dengan inhibitor kolinesterase,
seperti donepezil, dengan sedikit peningkatan (sebuah perubahan relatif pada nilai
2 sampai 5%) pada Deret Gangguan Parah dan inventaris aktivitas-aktivitas
sehari-hari dalam Penelitian Kerjasama Penyakit Alzheimer.
Masih banyak data yang diperlukan untuk memandu waktu pengobatan
penyakit Alzheimer awal yang optimal. Dalam sebuah percobaan acak terkontrol
placebo kecil terhadap donepezil, para pasien dimana penyakit Alzheimer telah
didiagnosa pada tahun sebelumnya menunjukkan perbaikan dalam performa
kesadaran dalam jangka waktu 24 minggu. Dalam sebuah penelitian label
terbuka, pasien yang diobati pada awal perjalanan penyakit mengalami perbaikan
yang hanya sedikit lebih besar daripada perbaikan pada pasien yang memulai
pengobatan lebih akhir. Pada penelitian observasi lainnya, lamanya pengobatan
dengan inhibitor kolinesterase atau memantine selama setidaknya 3 tahun terkait
dengan laju penurunan yang secara signifika lebih lambat pada kemampuan
kognitif atau fungsi sehari-hari.
Pada prakteknya, laporan subyektif tentang perbaikan pada pasien yang
menerima inhibitor kolinesterase atau memantin adalah hal yang umum, tetapi
perbaikan yang subyektif sedang, jika dapat terdeteksi). Sebuah pendekatan yang
rasional adalah dengan mencoba inhibitor kolinesterase terlebih dahulu, beralih ke
obat lain pada golongan yang sama jika obat yang pertama tidak efektif atau jika
efek samping yang tidak dapat ditolerir muncul. Memantime dapat ditambahkan
kepada salah satu inhibitor kolinesterase pdaa pasien yang mengalami sedikit
perbaikan atau tidak mengalami perbaikan dengan monoterapi inhibitor
kolinesterase.
STRATEGI-STRATEGI LAIN
Penggunaan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, terapi estrogen, vitamin
antioksidan, atau statin telah diusulkan untuk pencegahan penyakit Alzheimer,
tetapi hasil percobaan acak tidak konsisten atau negatif. Demikian halnya,
keunggukan terapi pelengkap yang umum digunakan (misalnya ginkgo biloba,
asetil-L-carnitine, lecithin, huperzine A, piracetam, curcumin, periwinkle, dan
phosphatidilserine) tidak ditunjukkan pada percobaan acak. Sebuah tinjauan
terhadap Sembilan percobaan klinis acak tentang terapi pelatihan dan rehabilitasi
kognitif yang digunakan untuk mengatasi kehilangan ingatan dan fungsi
intelektual lainnya menunjukkan tidak adanya efek yang berarti.
PENANGANAN GEJALA PSIKIATRIK
Gejala behavioral dan psikiatrik biasanya meningkat dengan
perkembangan penyakit. Akan tetapi, depresi dan kegelisahan sering terjadi
bahkan pdaa penyakit Alzheimer stadium awal. Pada sebuah penelitian, 25%
pasien penderita penyakit Alzheimer dilaporkan telah menerima diagnosa depresi
pada waktu atau tepat sebelum permulaan gejala penyakit. Pada pasien-pasien
dimana terapi farmakologi dianggap cocok, inhibitor penyerapan ulang serotonin
selektif biasa digunakan; antidepressant trisiklik umumnya dihindri, karena efek
antikolinergiknya dapat menyebabkan atau memperburuk kebingungan.
Psikosis yang ditandai dengan halusinasi dan delusi mungkin jarang terjadi
pada pasien penderita penyakit Alzheimer stadium awal. Terjadinya agitasi
(pergolakan), delusi, halusinasi, dan iritabilitas pada awal perjalanan penyakit
juga meningkatkan kemungkinan sebuah diagnosa alternatif, seperti demensia
dengan badan-bdan Lewy. Pengobatan dengan obat-obatan antipsikosis
konvensional atau atipikal mungkin sangat membantu, tetapi obat-obatan
semacam itu sebaiknya digunakan dengan hati-hati karena kemungkinan efek
buruknya (misalnya parkinsonisme, tanda-tanda extrapyramidal, sedasi, dan
kebingungan).
DUKUNGAN PENGASUH
Orang-orang yang hidup dengan dan memberikan asuhan untuk pasien
penderita Alzheimer, bahkan pada fase awal penyakit, seringkali melaporkan
stress (tekanan) emosional, yang sebagian terkait dengan kebutuhan untuk
menyerahkan liburan, hobi, atau bahkan pekerjaan untuk mengasuh pasien. Para
pengasuh seharusnya secara rutin diberi bimbingan dan dukugan. Sumber-sumber
bagi pengasuh dan pasien tersedia melalui asosiasi Alzheimer (www.alz.org).
BIDANG-BIDANG KETIDAKPASTIAN
Penelitian lebih lanjut tentang metode penggambaran otak dan biomarker
yang dapat memfasilitasi pengidentifikasian pasien penderita penyakit Alzheimer
awal diperlukan. Atropi fokus terhadap gambar resonansi magnetik (MRI)
wilayah temporal bawah, terutama hippocampus, telah ditunjukkan memprediksi
konversi dari gangguan kognitif ringan ke penyakit Alzheimer. Akan tetapi, tidak
ada teknik standar untuk menghitung atropi di lingkungan klinis dan sensitivitas
diagnosa dan kekhususan MRI tidak jelas.
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bukti penurunan metabolism dan
perfusi pdaa cuping parietal pada 18F-fluorodeoksiglukosa – tomografi emisi
positron (FDG-PET) merupakan bukti atropi fokus pada MRI yang akurat dalam
memprediksikan perkembangan dari g angguan kognitif ringan sampai penyakit
Alzheimer. Akan tetapi, PET scanning memerlukan biaya besar dan saat ini belum
tersedia secara luas, dan perannya dalam diagnosa masih belum pasti. PET
imaging dengan penggunaan senyawa pengikat amyloid, seperti senyawa B
Pittsburg (PIB) berlabel karbon 11, telah dilaporkan mengidentifikasi pasien
penderita penyakit Alzheimer awal. Beberapa orang tua yang normal tanpa
demensia mengalami penahanan PIB yang hampir sama dengan yang diamati
pada pasien penderita penyakit Alzheimer, tetapi perkembangan ke penyakit
Alzheimer terjadi lebih cepat pada orang-orang penderita gangguan kognitif
ringan yang memiliki penahanan PIB daripada pada mereka yang tanpa
penahanan (ingatan), yang mengindikasikan bahwa endapan amyloid mungkin
merupakan biomarker (penanda biologis) awal tentang penyakit yang baru mulai.
Pengukuran penanda pada cairan cerebrospinal juga telah diusulkan untuk
mengidentifikasi penyakit Alzheimer awal. Diantara orang-orang yang menderita
gangguan kognitif ringan, berkurangnya kadar peptide beta-amyloid dan
meningkatnya kadar tau total dan tau fosforilasi pada threonine 181 telah
memprediksikan diagnosa penyakit Alzheimer. Penilaian memerlukan lumbar
puncture dan tingkat diagnostik ambang dari penanda-penanda ini berbeda antar
penelitian. Ukuran-ukuran ini sekarang tersedia secara komersial dengan
penafsiran klinis, tetapi peran mereka pada prakteknya masih belum jelas.
PEDOMAN-PEDOMAN
Federasi Perhimpunan Neurologis Eropa telah menerbitkan rekomendasi
untuk diagnosa penanganan penyakit Alzheimer. Atas dasar percobaan acak yang
ada, pengobatan dengan inhibitor kolinesterase direkomendasikan bahkan untuk
penyakit ringan atau awal; tidak ada inhibitor kolinesterasi tertentu yang lebih
dianjurkan daripada yang lain. Akademi Neurologi Amerika menerbitkan
rekomendasi praktis pada tahun 2001 yang belum diperbaharui. Pada tahun 2000,
Asosiasi Amerika untuk rekomendasi praktek Psikiatri Geriatrik yang juga
menekankan pengobatan dengan obat-obatan yang disetujui untuk gejala-gejala
kognitif, serta pengobatan simptomatik untuk manifestasi neuropsikiatrik, seperti
depresi dan psikosis, dan perhatian kepada masalah-masalah yang terkait dengan
keamanan, seperti mengemudi, hidup sendiri, dan pemberian obat.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pasien usia 72 tahun yang digambarkan dalam vignette ini memiliki
riwayat gangguan ingatan dan fungsional, dengan skor Pemeriksaan Keadaan
Mental Mini dan pemeriksaa neurologi normal. Analisis kimia darah dasar dan
pengukuran thyrotropin sebaiknya dilakukan, bersama-sama dengan penelitian-
penelitian laboratorium tambahan dianggap relevan secara klinis. MRI otak untuk
mencegah penyakit otak lainnya dan menilai atropi dan sebuah penilaian
neuropsikologis terperinci diperlukan untuk membuat diagnosa pendahuluan. Jika
diagnosa penyakit Alzheimer ditetapkan, saya akan mendiskusikan dengan pasien
dan pengasuh mengenai kemungkinan masalah keamanan, termasuk situasi hidup
saat ini dan mengemudi, dan saya aka nmengawali pengobatan dengan salah satu
inhibitor kolinesterase, mungkin donepezil (yang dimulai pada 5 mg setiap malam
saat mau tidur). Saya akan merencanakan sebuah kunjungan lanjutan dalam 4
sampai 6 minggu untuk menilai efek samping dan keunggulan obat (baik
subyektif dan obyektif) dengan mengurangi Pemeriksaan Keadaan Mental Mini.
Pada saat itu, dosis inhibitor kolinesterasi dapat ditambah menjdi 10 mg per hari
jika obat tersebut telah ditolerir dengan baik. Pasien sebaiknya diikuti dari dekat
secara klinis, dengan penilaian neuropsikologis berulang-ulang dalam 2 tahun.
Dr. Mayeux melaporkan menerima honor dari Quintile karena mengabdi
sebagai dewan pemantau data dan keamanan untuk percobaan sebuah produk
yang dibuat oleh Eli Lilly. Tidak ada kemungkinan konflik kepentingan lain yang
dilaporkan terkait artikel ini.
Bentuk-bentuk pengungkapan oleh peneliti tersedia dengan teks lengkap
artikel ini di NEJM.org.