e.4 - gizi

36
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Gizi buruk merupakan masalah kesehatan mayor, khususnya di negara yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah makanan, jenis makanan yang salah, respon tubuh terhadap infeksi yang luas sehingga menyebabkan malabsorbsi nutrien atau ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan nutrien untuk menjaga kesehatan tubuh. Secara klinis, gizi buruk ditandai dengan tidak adekuatnya asupan protein, energi dan berbagai mikronutrien seperti vitamin sehingga menyebabkan seringnya penderita terkena infeksi. Gizi buruk dapat meningkatkan resiko penyakit dan kematian dini. Menurut WHO, pada tahun 2002 kondisi kekurangan energi protein (KEP) merupakan penyebab meninggalnya lebih dari setengah jumlah balita di negara berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2007, setidaknya 7.6 juta anak usia dibawah lima tahun menderita pertumbuhan yang terlambat (stunted growth), yang dimana hal ini merupakan manifestasi primer gizi buruk. Berdasarkan ranking dari United Nations Children’s Fund, Indonesia berada di peringkat lima besar untuk jumlah anak balita yang 1

Upload: monique-lusiani

Post on 21-Dec-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan Ibu anak

TRANSCRIPT

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Gizi buruk merupakan masalah kesehatan mayor, khususnya di negara yang

sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah makanan, jenis

makanan yang salah, respon tubuh terhadap infeksi yang luas sehingga

menyebabkan malabsorbsi nutrien atau ketidakmampuan tubuh dalam

menggunakan nutrien untuk menjaga kesehatan tubuh. Secara klinis, gizi buruk

ditandai dengan tidak adekuatnya asupan protein, energi dan berbagai mikronutrien

seperti vitamin sehingga menyebabkan seringnya penderita terkena infeksi.

Gizi buruk dapat meningkatkan resiko penyakit dan kematian dini. Menurut

WHO, pada tahun 2002 kondisi kekurangan energi protein (KEP) merupakan

penyebab meninggalnya lebih dari setengah jumlah balita di negara berkembang.

Di Indonesia, pada tahun 2007, setidaknya 7.6 juta anak usia dibawah lima

tahun menderita pertumbuhan yang terlambat (stunted growth), yang dimana hal ini

merupakan manifestasi primer gizi buruk. Berdasarkan ranking dari United Nations

Children’s Fund, Indonesia berada di peringkat lima besar untuk jumlah anak balita

yang menderita stunted growth setelah India, China, Nigeria dan Pakistan.

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penaggulangannya

tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan saja, dan disamping

merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku

yang kurang mendukung pola hidup sehat.

Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur

harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human

Development Index ( HDI ). Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi

utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada

dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan

asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya

1

disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein.

Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.

Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 %

( 1989 ) menjadi 24,6 % ( 2000 ) dan 14 % (2007). Namun kondisi tersebut tidak

diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk

cenderung meningkat dari 5,8% (2005) menjadi 6,36% (2007).

Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan

ekonomi, sosial, politik, dan budaya. KEP merupakan masalah gizi utama di

Indonesia. Penyakit akibat KEP dikenal dengan kwasiorkor, marasmus, dan

marasmic-kwasiorkor. KEP umunya diderita oleh balita dengan gejala

hepatomegali. Kajian gizi kurang adalah dari beberapa studi/survei yang melakukan

pengukuran erat bdan dan tinggi bada. Pada umunya pengukuran BB/TB

menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih jelas dan sensitif dibandingkan

penilaian prevalensi berdasarkan berat badan dan umur. Prevalensi gizi kurang

menurut BB/TB wasting <-2SD) sesudah tahun 2003 berkisar antara 10-16%.

Menurut WHO, jika prevalensi wasting di atas 10%, menunjukkan negara tersebut

mepunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan erat dengan angka

kematian balita.

Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik

maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas

penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan

penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan

pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan

kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan

timbulnya berbagai menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.

Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan

dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun

Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta upaya-upaya lain yang

bersifat Rescue. Bantuan pangan (beras Gakin, dll) juga diberikan kepada keluarga

miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan.

Dalam mengatasi permasalahan gizi di Indonesia, perlu dilakukan intervensi, salah

2

satunya adalah skala prioritas melalui investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan

sosial yang khususnya ditujukan pada kelompok resiko tinggi, seperti keluarga

miskin. Selain itu, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan termasuk perilaku

masyarakat sadar gizi.

Prioritas intervensi gizi ibu dan anak adalah mencakup intervensi perubahan

perilaku, seperti pemberian ASI ekslusif, pemberian Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI) secara tepat, memantau berat badan secara teratur, dan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS). Selain itu perlu suplementasi gizi mikro, mencakup

asupan vitamin A, tablet besi (Fe), dan garam beryodium.

Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah

dan meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita

gizi buruk dan gizi kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi

kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan

penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk

belum dapat ditekan secara bermakna

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan

tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara

terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan

seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan

(BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).

B. Tujuan Kegiatan

1. Melakukan pemeriksaan fisik dan antropometris untuk menilai status gizi

2. Melakukan pendampingan anak malnutrisi

3. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan anak malnutrisi

4. Mengetahui kondisi yang melatarbelakangi terjadinya malnutrisi pada pasien

5. Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak malnutrisi.

3

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas

1. Nama : An. Syahrul

2. TTL : Boyolali, 03 Agustus 2010

3. Umur : 1 tahun 9 bulan ( 21 bulan )

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Alamat : Dukuh Menjing RT 2/RW 1 Desa Pandeyan,Kecamatan

Ngemplak,Boyolali-Jawa Tengah

6. Nama Ayah : Tn. Suradi

7. Umur : 40 tahun

8. Pekerjaan Ayah : Buruh bangunan

9. Pendidikan : SMA

10. Nama Ibu : Ny. Wiji Lestari

11. Umur : 40 tahun

12. Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

13. Pendidikan : SD

14. Warga negara : Indonesia

15. Kultur : Jawa

16. Agama : Islam

B. Anamnesis

An. S dengan keluhan berat badan sulit naik. Bila ditimbang di Posyandu

setiap bulannya, sejak usia 13 bulan grafik berat badannya selalu di bawah garis

merah. An. S mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan, tapi tidak mendapat imunisasi

lengkap yaitu campak yang seharusnya sudah dilakukan pada usia 9 bulan. Dalam

sehari, anak makan sedikit-sedikit 3 kali dengan menu nasi, sayur dan kadang daging.

An. S mengkonsumsi susu tambahan yang diberikan oleh ibu Bidan Tri selama 2

bulan terakhir ini.

4

C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

1. Antenatal Care

Ibu dengan G4P3A0. Selama kehamilan ibu teratur kontrol ke bidan 9x,

imunisasi TT (+), riwayat minum jamu (-), riwayat demam (-), kejang (-),

mengalami preeklampsia ringan pada usia kehamilan memasuki 41 minggu

dengan TD 160/90 mmHg.

2. Natal Care

Anak laki-laki, lahir serotinus ( 42+3 Minggu ) di RSUD.Banyudono ditolong

oleh Bidan secara Vacum Ekstraksi, langsung menangis, BBL 3600 gram.

3. Postnatal care

Setelah lahir, anak dirawat gabung dengan ibunya, sakit kuning (-). Bayi

mendapat ASI pertama dalam waktu satu jam kelahiran, mendapat injeksi vit K

Anak hanya sakit ringan seperti demam, batuk, pilek dan diare, bila berobat ke

bidan atau puskesmas sembuh.

D. Riwayat Masa Lampau

1. Sakit yang pernah diderita.

Demam, pilek, batuk, diare.

2. Obat-obatan yang digunakan.

Puyer dan atau sirup untuk demam, batuk, pilek dan diare

3. Imunisasi.

Yang sudah (BCG; Hepatitis B 0 ; Polio I, II, III, IV ; DPT Hb combo I, II, III)

dan yang belum adalah imunisasi campak

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan, misalnya : Asma(-),

Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-). Gambar Genogram :

5

F. Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh

Sejak lahir hingga saat ini 21 bulan, diasuh oleh ibu nya sendiri.

2. Hubungan dengan anggota keluarga

Baik, jarang bertengkar dengan saudaranya.

3. Hubungan dengan sebaya

Baik, suka bermain dengan teman sebaya.

4. Pembawaan secara umum

Lincah, tidak rewel.

G. Riwayat Makanan

0-6 bulan ASI sesuka bayi (>8 kali /hari)

6-8 bulan ASI sesuka bayi, bubur susu sesuka bayi 3-4 kali perhari)

8 - 12 bulan ASI sesuka bayi + bubur tim saring (dengan wortel + tahu + tempe)

diberikan 3 x ½ porsi)

12-21 bulan ASI sesuka bayi + Nasi 3 x ½ porsi, telor, tahu, tempe, sayur (daging

dan ikan jarang diberikan). Pasien mendapat susu formula.

H. Kebutuhan Dasar

6

1. Makanan yang disukai / tidak disukai.

Selera makan kurang baik. Sering malas untuk makan, dan kalau makan porsi

sedikit serta tidak memenuhi anjuran pemenuhan gizi. Alat makan yang dipakai

piring, dengan makan pakai sendok, kadang memakai tangan. Makan 2-3 kali

dalam sehari teratur.

2. Pola Tidur

Anak biasanya tidur 2 kali dalam sehari, tidur siang kira-kira 2 jam dan tidur

malam biasanya 9 jam.

3. Mandi

Anak mandi 2 kali sehari, dimandikan, memakai sabun, dikeringkan dengan

handuk.

4. Aktivitas bermain

Anak aktif dan sering bermain dengan kakak dan teman sebayanya.

I. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Tidak tampak sakit / Tampak Kurus

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Vital sign

Nadi : 92 x / menit

Respirasi : 24 x / menit

Suhu : 36.9 C

4. Kepala

Bentuk kepala : simetris, mesosefal, venektasi temporal (-)

Rambut : warna hitam, tidak, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut.

5. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

6. Hidung : discharge (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

7. Mulut : lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-)

8. Telinga : otore (-/-), nyeri tekan (-/-)

9. Leher : KGB tidak teraba pembesaran

10. Thorax :

7

Paru

Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)

Palpasi : vocal fremitus paru kanan = paru kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V 2 jari medial LMCS

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial LMCS

Perkusi : batas jantung kanan atas di SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas di SIC II LPSS

Batas jantung kanan bawah di SIC IV LPSD

Batas jantung kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS

Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)

11. Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

12. Extremitas : Akral hangat, Edema (-), sianosis (-)

13. Status Gizi :

a. Berat badan (BB): 8,2 Kg → BB//U -3 ≤ SD < -2 (Gizi Kurang)

b. Tinggi badan (TB): 78 cm

J. Keadaan Kesehatan Saat Ini

1. Diagnosa medis

Balita Bawah Garis Merah (BGM) dengan Gizi Kurang.

2. Status nutrisi

Berat badan 8,2 kg, tinggi badan 78 cm, dengan pola makan tidak teratur.

3. Obat-obatan

8

Tidak ada.

4. Aktivitas saat ini

Anak masih aktif dalam bermain.

5. Tindakan petugas

Memberikan penyuluhan tentang balita Bawah Garis Merah (BGM) dan

pemberian bantuan susu tiap bulannya kepada pasien.

6. Hasil laboratorium

Tidak dilaksanakan

K. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1. Mengangkat kepala : 3 bulan

2. Tengkurap dan berbalik : 2 bulan

3. Duduk : 6 bulan

4. Merangkak : 9 bulan

5. Berdiri sendiri : 12 bulan

6. Berjalan : 15 bulan

7. Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

8. Berbicara : 18 bulan

9

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah dilakukan pada:

Hari / Tanggal : Kamis / 10 Mei 2012

Waktu : 12.00 -13.00 WIB

Tempat : Dukuh Menjing RT 2/RW 1 Desa Pandeyan,Kecamatan

Ngemplak,Boyolali-Jawa Tengah

Metode : Kunjungan rumah, Anamnesis, Pemeriksaan Fisik Klinik,

Pemeriksaan Antropometrik

Sasaran : Penderita dan keluarga

Pelaksana : dr. Arief Hariyadi Santoso dan dr. Arga Ilyasa Kusuma

Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah, yaitu:

1. Tahap perkenalan dan penggalian pengetahuan pasien dan keluarga

Setelah memberi salam dan perkenalan, pelaksana selanjutnya menjelaskan

maksud dan tujuan kedatangan. Setelah itu pelaksana melihat kondisi rumah dan

lingkungan sekitar rumah sambil menanyakan beberapa hal terkait dengan

kebersihan dan kebiasaan penderita dan keluarga.

2. Tahap wawancara

Pelaksana melakukan wawancara seputar penyakit gizi kurang yang diderita

pasien dan pola makan serta lingkungan tempat tinggal mereka. Orang tua pasien

khususnya ibu pasien sangat antusias menjawab semua pertanyaan. Disamping

itu, pelaksana juga memberikan kesempatan pada orang tua pasien untuk bertanya

langsung apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti.

10

Home Visite Pengkajian Hari Kamis , Tanggal 1 0 Mei 201 2

A. Data Umum

1. Daftar anggota keluarga.

No NamaHub KK

Umur (th)

JK Agama Pendidikan PekerjaanKet

Imunisasi

1 Tn. S Ayah 40 L Islam SMA Buruh -

2 Ny. W Ibu 40 P Islam SD IRT -

3 An. W Anak 21 L Islam - Lengkap

4 An. S.L Anak 17 P Islam - - Lengkap

5 An. K Anak 9 L Islam Lengkap

6 An. S Anak 21 bln L Islam Campak -

2. Tipe keluarga : Terdiri dari Ayah, Ibu, dan empat orang anak. (Nuclear family)

3. Kewarganegaraan / suku bangsa : Indonesia / jawa

4. Agama : Islam

5. Status sosial ekonomi : Tn. S bekerja sebagai Buruh sedangkan Ny. W bekerja

sebagai IRT. Penghasilan rata-rata per bulan sekitar Rp 1.500.000-2.000.000.

Penghasilan tersebut dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

B. Keadaan Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah Tn. S adalah milik sendiri, dinding rumah sebagian

besar sudah terbuat dari tembok bata, dengan luas tanah dari berdirinya bangunan

rumah kurang lebih 8 x 8 m2. Lantai rumah terbuat dari cor semen plester,

sedangkan kamar mandi terbuat dari keramik, dapur hanya semen cor tanpa

plester. Ventilasi rumah tidak cukup untuk sirkulasi udara di dalam rumah dan

sinar matahari tidak banyak yang dapat masuk rumah, tidak ada kamar yang

menggunakan ventilasi. Kesan rumah cukup higiene. Skor penilaian Rumah Sehat

: 931 (<1068)

11

GAMBAR DENAH RUMAH

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

a. Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn. S tinggal berdekatan dengan

tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup baik. Mata pencaharian

tetangga Tn. S, sebagai Petani.

b. Tingkat pendidikan tetangga rata-rata SLTA, jarak rumah yang ditempati

keluarga Tn. S dengan tetangga dekat.

3. Mobilitas geografis keluarga.

a. Keluarga Tn. S menempati rumah yang dibangun sederhana. Rumah tersebut

ditempati kurang lebih sudah sekitar 15 tahun. Letak rumah di gang kampung

dan cukup jauh dengan jalan raya, alat transportasi umum tidak ada. Sedang

untuk mobilitas yang salah satunya untuk ke pelayanan kesehatan, keluarga

Tn. S menggunakan sepeda motor dan atau sepeda.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

a. Kelurga Tn. S sering berkumpul dengan keluarga pada sore hari, di

lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti PKK dan perkumpulan RT

Kamar TidurAn. K dan An.S

Kamar TidurAn.W dan An.S.L

Kamar TidurOrangtua

Ruang Tengah

Dapur

Kamar Mandi dan

WC

12

sebulan sekali, Tn. S dan Ny. W secara rutin mengikuti kegiatan tersebut.

Hubungan antar tetangga terjalin dengan baik.

5. Sistem pendukung keluarga.

a. Jumlah anggota keluarga Tn. S terdiri dari 4 orang yaitu Tn. S, Ny.W, An. W,

An. SL, An. K, dan An. S. Pendukung yang ada dalam keluarga tersebut

adalah kebersamaan antar anggota keluarga yang saling menyayangi dan

bersifat terbuka. Dalam masyarakat ada kebersamaan dengan tetangga, saling

membantu serta adanya perkumpulan dalam masyarakat. Untuk menunjang

kesehatan, keluarga Tn. S periksa ke Dokter, Bidan atau mantri jika dirasakan

sakit dengan biaya pengobatan menggunakan asuranasi kesehatan.

C. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga.

Komunikasi yang digunakan keluarga Tn. S yaitu komunikasi terbuka,

jika ada masalah di rundingkan bersama.

2. Struktur peran.

a. Tn. S berperan sebagai kepala keluarga serta menjadi tulang punggung

perekonomian keluarga.

b. Ny. W bertanggung jawab sebagai ibu rumah tangga dalam membimbing dan

mendidik anak-anaknya.

3. Nilai dan norma budaya.

Dalam keluarga Tn. S menekankan etika dan sopan santun dalam

bermasyarakat, saling menghormati. Keluarga ini menganggap bahwa gizi kurang

yang di derita anaknya (An. S) harus rutin memeriksakan anaknya ke Posyandu

dalam memantau tumbuh kembangnya.

D. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif.

Keluarga Tn. S termasuk keluarga yang harmonis, interaksi dalam keluarga

terjalin baik. Antar anggota keluarga saling membantu dan menyayangi.

13

2. Fungsi sosial.

Keluarga Tn. S selalu mengajarkan perilaku sosial yang baik kepada anak-

anaknya. Tn. S dan Ny. W juga mengikuti kegiatan di kampungnya secara rutin

3. Fungsi reproduksi.

Saat hamil anak ke-4, usia ibu W dalam usia dengan risiko yaitu 38 tahun.

4. Fungsi perawatan kesehatan.

Menurut keterangan Ny. W saat ini tidak ada anggota keluarga yang sakit dan

menjalani pengobatan.

5. Fungsi ekonomi.

Semua pendapatan hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari.

E. Harapan Keluarga

Keluarga Tn. S berharap agar anaknya dapat meningkat gizinya.

F. Implementasi

Waktu KEGIATAN HASIL EVALUASI

03 Mei 2012

Jam 09.00-

11.00 WIB

Mencari dan mengum-

pulkan data keluarga

dan individu.

Mendapatkan data keluarga dan individu.

Melakukan pemeriksaan fisik An. S.

10 Mei 2012

Jam 12.00 -

13.00 WIB

Memeriksa kondisi ke-

sehatan An. S dan me-

lakukan penyuluhan.

Diperoleh hasil pemeriksaan kesehatan

An. S.

Ibu tahu bahwa anaknya menderita gizi

kurang dan mengerti tentang macam

makanan bergizi yang dapat diberikan

kepada anaknya

14

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA KASUS

A. Hasil Penelusuran Kasus

An. S, dengan jenis kelamin laki-laki, berusia 21 bulan. Memiliki tinggi badan 78

cm dan berat badan 8,2 kg. Analisa status gizi balita berdasarkan standar “Klasifikasi

Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA) Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor : 920 / Menkes / SK / VII / 2002”, berdasarkan baku rujukan

penilaian status gizi anak laki-laki usia 21 bulan menurut berat badan dan umur

(BB/U), An. S termasuk balita dengan Gizi Kurang.

Pada penampilan fisik terlihat kurus. Pada perhitungan berat badan yang ditulis

pada KMS didapatkan hasil status gizi An. S berada pada Bawah Garis Merah (BGM)

dengan grafik naik turun pada perhitungan tiap bulannya.

Dari hasil wawancara di dapatkan keterangan bahwa An. S lahir Serotinus dan

dengan kehamilan risiko tinggi yaitu pada usia 38 tahun. An. S sejak kecil dirawat

ibunya. Dari keterangan Ny. W, An. S memiliki masalah dengan nafsu makannya.

An. S makan tidak teratur sekitar 2-3x sehari. Pada usia An. S menginjak 13 bulan,

anak mulai berada pada BGM. Kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan

gizi pada An.S adalah asupan makanan yang kurang karena komposisi dan jumlah

makanan yang jelek dengan penyebab tidak langsungnya adalah pola pengasuhan

anak kurang memadai, karena dari hasil pengamatan, tidak tersedia nya perhatian dan

pengetahuan serta dukungan dari anggota keluarga mengenai keadaan tumbuh

kembang yang baik berupa fisik, mental, sosial. Hal ini berkaitan dengan tingkat

pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga.

15

No. Variabel Hasil Penulusuran

1. Pengetahuan orang

tua pasien mengenai

gizi buruk dan gizi

kurang

Pengetahuan orang tua pasien tentang gizi buruk dan gizi

kurang serta komplikasinya adalah kurang.

2. Riwayat penyakit

keluarga

Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita sakit

serupa.

3. Mengidentifikasi

faktor risiko

Anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit

serupa. Pasien tidak pernah diberikan makanan yang

bergizi dan lebih suka makan makanan yang dibeli di

warung (jajan).

4. Pola makan pasien Pasien sehari-hari mengkonsumsi nasi putih dengan satu

atau dua lauk, seperti tempe goreng dan sayur. Pasien

diberikan susu formula dan jarang mengkonsumsi buah.

5. Tingkat pendidikan Pasien masih belum bersekolah. Pendidikan terakhir ibu

pasien adalah SD dan dinilai cukup mampu memahami

edukasi yang diberikan pelaksana dan melaksanakannya.

6. Tingkat ekonomi Pasien termasuk golongan ekonomi menengah kebawah.

Rencana tindakan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah :

Penyuluhan kepada ibu tentang kondisi gizi anaknya dan tentang asupan

makanan serta pemantauan pertumbuhan anggota keluarga Adapun saran-saran yang

diberikan, antara lain :

1. Edukasi tentang gizi buruk

Dijelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien menderita gizi kurang. Penyakit

ini sering menyerang anak-anak dan status gizi pasien bisa diperbaiki dengan

pemberian makanan yang bergizi seimbang. Keluarga diedukasi untuk mengamati

kondisi pasien secara kontinyu dengan cara memantau berat badan pasien secara

teratur. Apabila pasien sakit, seperti batuk, pilek dan diare sebaiknya pasien

segera dibawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

16

2. Gizi pasien diperbaiki dengan memberikan makanan yang sesuai dan tepat gizi.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita diberikan sekali sehari selama 90

hari kemudian dievaluasi Berat Badan badan tiap bulan dan TB pada saat awal

dan akhir pada saat pelaksanaan PMT. Jenis PMT yang diberikan yaitu PMT

pemulihan.

17

DOKUMENTASI HOME VISIT

18

19

LAMPIRAN

1. RIWAYAT PERKEMBANGAN An. S

Motorik kasar

Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal

Tengkurap 2 2-4 bulan

Mengangkat kepala 3 0-3 bulan

Duduk 6 5-6 bulan

Merangkak 9 6-9 bulan

Berdiri 12 9-12 bulan

Berjalan 15 11-15 bulan

Motorik Halus

Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal

Menggenggam pensil 4 3-6 bulan

Meraih benda dalam jangkauan 4 3- 6 bulan

Memungut benda dengan cara meraup

8 6-9 bulan

Memasukkan benda ke mulut 5 9-12 bulan

Minum dengan gelas 10 9-15 bulan

Mencoret-coret 20 24-36 bulan

Bahasa

Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal

Meniru bunyi kata-kata 9 2,5 – 5,5 bulan

Papa – mama tidak spesifik 7 5,5 – 7,5 bulan

2 – 3 kata 14 11 – 16 bulan

Kombinasi kata 18 18 – 22 bulan

Personal sosial

20

Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal

Mengenal ibu 3 0-3 bulan

Membalas senyum 3 0-3 bulan

Mengeluarkan suara gembira 5 3-6 bulan

Bertepuk tangan 9 6-9 bulan

Bermain ciluk baa 9 6-9 bulan

Mengenal keluarga 9 9-12 bulan

Belajar makan dan minum sendiri 18 18-24 bulan

2. PENILAIAN RUMAH SEHAT

Langit-langit Tidak ada Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan

Dinding Bukan tembok Semi permanen/setengah tembok/bata yang tidak diplester/papan tidak kedap air permanen

Lantai Tanah Papan/anyaman bambu dekat tanah/plesteran yang detak dan berdebu Diplester ubin/keramik

Jendela kamar tidur Tidak ada Ada

Jendela ruang keluarga Tidak ada Ada

Ventilasi Tidak ada Ada, luas ventilasi permanen < 10% luas lantai Ada, luas ventilasi permanen > 10% luas lantai

Lubang asap dapur Tidak ada Ada, luas lubang ventilasi dapur < 10% luas dapur Ada, luas lubang ventilasi dapur > 10% luas dapur

Pencahayaan Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca Kurang terang, kurang jelas untuk baca dengan normal Terang dan tidak silau, bisa digunakan

21

untuk membaca Sarana air bersih Tidak ada

Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

Jamban Tidak ada Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai atau kolam Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank Ada, leher angsa, septic tank

Sarana Pembuangan Air limbah Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah Ada, diresapkan, tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air > 10 m) Ada, dialirkan ke selokan terbuka Ada, diresapkan, dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air > 10m) Ada, disalurkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah

Sarana Pembuangan sampah Tidak ada Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup Ada, kedap air dan tidak ada tutup Ada, kedap air dan bertutup

Buka jendela kamar tidur Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari

Buka jendela ruang keluarga Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari

Bersihkan rumah dan halaman Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari

Buang tinja bayi dan balita ke jamban Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan Kadang-kadang ke jamban Setiap hari dibuang ke jamban

Buang sampah pada tempat sampah Dibuang ke

22

sungai/kebun/kolam/sembarangan Kadang-kadang ke tempat sampah Setiap hari dibuang ke tempat sampah

Skor : 931

3. PENENTUAN STATUS GIZI An.S berdasarkan BB/U

23

4. KATEGORIAL STATUS GIZI

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam

Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan,

Oktober 1981.

2. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997

3. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan

PMT pada Balita, Jakarta 1997.

4. London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM

(Not Published, 1998)

5. WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children,

WHO Searo, 1998.

6. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas,

Jakarta 1997

7. Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London, 1992

25