e.4 - gizi
DESCRIPTION
kesehatan Ibu anakTRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Gizi buruk merupakan masalah kesehatan mayor, khususnya di negara yang
sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah makanan, jenis
makanan yang salah, respon tubuh terhadap infeksi yang luas sehingga
menyebabkan malabsorbsi nutrien atau ketidakmampuan tubuh dalam
menggunakan nutrien untuk menjaga kesehatan tubuh. Secara klinis, gizi buruk
ditandai dengan tidak adekuatnya asupan protein, energi dan berbagai mikronutrien
seperti vitamin sehingga menyebabkan seringnya penderita terkena infeksi.
Gizi buruk dapat meningkatkan resiko penyakit dan kematian dini. Menurut
WHO, pada tahun 2002 kondisi kekurangan energi protein (KEP) merupakan
penyebab meninggalnya lebih dari setengah jumlah balita di negara berkembang.
Di Indonesia, pada tahun 2007, setidaknya 7.6 juta anak usia dibawah lima
tahun menderita pertumbuhan yang terlambat (stunted growth), yang dimana hal ini
merupakan manifestasi primer gizi buruk. Berdasarkan ranking dari United Nations
Children’s Fund, Indonesia berada di peringkat lima besar untuk jumlah anak balita
yang menderita stunted growth setelah India, China, Nigeria dan Pakistan.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penaggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan saja, dan disamping
merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku
yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur
harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan
keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human
Development Index ( HDI ). Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi
utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada
dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan
asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya
1
disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein.
Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 %
( 1989 ) menjadi 24,6 % ( 2000 ) dan 14 % (2007). Namun kondisi tersebut tidak
diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk
cenderung meningkat dari 5,8% (2005) menjadi 6,36% (2007).
Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan
ekonomi, sosial, politik, dan budaya. KEP merupakan masalah gizi utama di
Indonesia. Penyakit akibat KEP dikenal dengan kwasiorkor, marasmus, dan
marasmic-kwasiorkor. KEP umunya diderita oleh balita dengan gejala
hepatomegali. Kajian gizi kurang adalah dari beberapa studi/survei yang melakukan
pengukuran erat bdan dan tinggi bada. Pada umunya pengukuran BB/TB
menunjukkan keadaan gizi kurang yang lebih jelas dan sensitif dibandingkan
penilaian prevalensi berdasarkan berat badan dan umur. Prevalensi gizi kurang
menurut BB/TB wasting <-2SD) sesudah tahun 2003 berkisar antara 10-16%.
Menurut WHO, jika prevalensi wasting di atas 10%, menunjukkan negara tersebut
mepunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan erat dengan angka
kematian balita.
Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas
penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan
pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan
kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan
timbulnya berbagai menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan
dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun
Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta upaya-upaya lain yang
bersifat Rescue. Bantuan pangan (beras Gakin, dll) juga diberikan kepada keluarga
miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan.
Dalam mengatasi permasalahan gizi di Indonesia, perlu dilakukan intervensi, salah
2
satunya adalah skala prioritas melalui investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan
sosial yang khususnya ditujukan pada kelompok resiko tinggi, seperti keluarga
miskin. Selain itu, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan termasuk perilaku
masyarakat sadar gizi.
Prioritas intervensi gizi ibu dan anak adalah mencakup intervensi perubahan
perilaku, seperti pemberian ASI ekslusif, pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) secara tepat, memantau berat badan secara teratur, dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Selain itu perlu suplementasi gizi mikro, mencakup
asupan vitamin A, tablet besi (Fe), dan garam beryodium.
Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah
dan meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita
gizi buruk dan gizi kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi
kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan
penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk
belum dapat ditekan secara bermakna
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan
tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara
terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan
seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan
(BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
B. Tujuan Kegiatan
1. Melakukan pemeriksaan fisik dan antropometris untuk menilai status gizi
2. Melakukan pendampingan anak malnutrisi
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan anak malnutrisi
4. Mengetahui kondisi yang melatarbelakangi terjadinya malnutrisi pada pasien
5. Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak malnutrisi.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Nama : An. Syahrul
2. TTL : Boyolali, 03 Agustus 2010
3. Umur : 1 tahun 9 bulan ( 21 bulan )
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Dukuh Menjing RT 2/RW 1 Desa Pandeyan,Kecamatan
Ngemplak,Boyolali-Jawa Tengah
6. Nama Ayah : Tn. Suradi
7. Umur : 40 tahun
8. Pekerjaan Ayah : Buruh bangunan
9. Pendidikan : SMA
10. Nama Ibu : Ny. Wiji Lestari
11. Umur : 40 tahun
12. Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
13. Pendidikan : SD
14. Warga negara : Indonesia
15. Kultur : Jawa
16. Agama : Islam
B. Anamnesis
An. S dengan keluhan berat badan sulit naik. Bila ditimbang di Posyandu
setiap bulannya, sejak usia 13 bulan grafik berat badannya selalu di bawah garis
merah. An. S mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan, tapi tidak mendapat imunisasi
lengkap yaitu campak yang seharusnya sudah dilakukan pada usia 9 bulan. Dalam
sehari, anak makan sedikit-sedikit 3 kali dengan menu nasi, sayur dan kadang daging.
An. S mengkonsumsi susu tambahan yang diberikan oleh ibu Bidan Tri selama 2
bulan terakhir ini.
4
C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Antenatal Care
Ibu dengan G4P3A0. Selama kehamilan ibu teratur kontrol ke bidan 9x,
imunisasi TT (+), riwayat minum jamu (-), riwayat demam (-), kejang (-),
mengalami preeklampsia ringan pada usia kehamilan memasuki 41 minggu
dengan TD 160/90 mmHg.
2. Natal Care
Anak laki-laki, lahir serotinus ( 42+3 Minggu ) di RSUD.Banyudono ditolong
oleh Bidan secara Vacum Ekstraksi, langsung menangis, BBL 3600 gram.
3. Postnatal care
Setelah lahir, anak dirawat gabung dengan ibunya, sakit kuning (-). Bayi
mendapat ASI pertama dalam waktu satu jam kelahiran, mendapat injeksi vit K
Anak hanya sakit ringan seperti demam, batuk, pilek dan diare, bila berobat ke
bidan atau puskesmas sembuh.
D. Riwayat Masa Lampau
1. Sakit yang pernah diderita.
Demam, pilek, batuk, diare.
2. Obat-obatan yang digunakan.
Puyer dan atau sirup untuk demam, batuk, pilek dan diare
3. Imunisasi.
Yang sudah (BCG; Hepatitis B 0 ; Polio I, II, III, IV ; DPT Hb combo I, II, III)
dan yang belum adalah imunisasi campak
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan, misalnya : Asma(-),
Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-). Gambar Genogram :
5
F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Sejak lahir hingga saat ini 21 bulan, diasuh oleh ibu nya sendiri.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Baik, jarang bertengkar dengan saudaranya.
3. Hubungan dengan sebaya
Baik, suka bermain dengan teman sebaya.
4. Pembawaan secara umum
Lincah, tidak rewel.
G. Riwayat Makanan
0-6 bulan ASI sesuka bayi (>8 kali /hari)
6-8 bulan ASI sesuka bayi, bubur susu sesuka bayi 3-4 kali perhari)
8 - 12 bulan ASI sesuka bayi + bubur tim saring (dengan wortel + tahu + tempe)
diberikan 3 x ½ porsi)
12-21 bulan ASI sesuka bayi + Nasi 3 x ½ porsi, telor, tahu, tempe, sayur (daging
dan ikan jarang diberikan). Pasien mendapat susu formula.
H. Kebutuhan Dasar
6
1. Makanan yang disukai / tidak disukai.
Selera makan kurang baik. Sering malas untuk makan, dan kalau makan porsi
sedikit serta tidak memenuhi anjuran pemenuhan gizi. Alat makan yang dipakai
piring, dengan makan pakai sendok, kadang memakai tangan. Makan 2-3 kali
dalam sehari teratur.
2. Pola Tidur
Anak biasanya tidur 2 kali dalam sehari, tidur siang kira-kira 2 jam dan tidur
malam biasanya 9 jam.
3. Mandi
Anak mandi 2 kali sehari, dimandikan, memakai sabun, dikeringkan dengan
handuk.
4. Aktivitas bermain
Anak aktif dan sering bermain dengan kakak dan teman sebayanya.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tidak tampak sakit / Tampak Kurus
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital sign
Nadi : 92 x / menit
Respirasi : 24 x / menit
Suhu : 36.9 C
4. Kepala
Bentuk kepala : simetris, mesosefal, venektasi temporal (-)
Rambut : warna hitam, tidak, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut.
5. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
6. Hidung : discharge (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
7. Mulut : lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-)
8. Telinga : otore (-/-), nyeri tekan (-/-)
9. Leher : KGB tidak teraba pembesaran
10. Thorax :
7
Paru
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : vocal fremitus paru kanan = paru kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi : batas jantung kanan atas di SIC II LPSD
Batas jantung kiri atas di SIC II LPSS
Batas jantung kanan bawah di SIC IV LPSD
Batas jantung kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
12. Extremitas : Akral hangat, Edema (-), sianosis (-)
13. Status Gizi :
a. Berat badan (BB): 8,2 Kg → BB//U -3 ≤ SD < -2 (Gizi Kurang)
b. Tinggi badan (TB): 78 cm
J. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1. Diagnosa medis
Balita Bawah Garis Merah (BGM) dengan Gizi Kurang.
2. Status nutrisi
Berat badan 8,2 kg, tinggi badan 78 cm, dengan pola makan tidak teratur.
3. Obat-obatan
8
Tidak ada.
4. Aktivitas saat ini
Anak masih aktif dalam bermain.
5. Tindakan petugas
Memberikan penyuluhan tentang balita Bawah Garis Merah (BGM) dan
pemberian bantuan susu tiap bulannya kepada pasien.
6. Hasil laboratorium
Tidak dilaksanakan
K. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. Mengangkat kepala : 3 bulan
2. Tengkurap dan berbalik : 2 bulan
3. Duduk : 6 bulan
4. Merangkak : 9 bulan
5. Berdiri sendiri : 12 bulan
6. Berjalan : 15 bulan
7. Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
8. Berbicara : 18 bulan
9
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah dilakukan pada:
Hari / Tanggal : Kamis / 10 Mei 2012
Waktu : 12.00 -13.00 WIB
Tempat : Dukuh Menjing RT 2/RW 1 Desa Pandeyan,Kecamatan
Ngemplak,Boyolali-Jawa Tengah
Metode : Kunjungan rumah, Anamnesis, Pemeriksaan Fisik Klinik,
Pemeriksaan Antropometrik
Sasaran : Penderita dan keluarga
Pelaksana : dr. Arief Hariyadi Santoso dan dr. Arga Ilyasa Kusuma
Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah, yaitu:
1. Tahap perkenalan dan penggalian pengetahuan pasien dan keluarga
Setelah memberi salam dan perkenalan, pelaksana selanjutnya menjelaskan
maksud dan tujuan kedatangan. Setelah itu pelaksana melihat kondisi rumah dan
lingkungan sekitar rumah sambil menanyakan beberapa hal terkait dengan
kebersihan dan kebiasaan penderita dan keluarga.
2. Tahap wawancara
Pelaksana melakukan wawancara seputar penyakit gizi kurang yang diderita
pasien dan pola makan serta lingkungan tempat tinggal mereka. Orang tua pasien
khususnya ibu pasien sangat antusias menjawab semua pertanyaan. Disamping
itu, pelaksana juga memberikan kesempatan pada orang tua pasien untuk bertanya
langsung apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti.
10
Home Visite Pengkajian Hari Kamis , Tanggal 1 0 Mei 201 2
A. Data Umum
1. Daftar anggota keluarga.
No NamaHub KK
Umur (th)
JK Agama Pendidikan PekerjaanKet
Imunisasi
1 Tn. S Ayah 40 L Islam SMA Buruh -
2 Ny. W Ibu 40 P Islam SD IRT -
3 An. W Anak 21 L Islam - Lengkap
4 An. S.L Anak 17 P Islam - - Lengkap
5 An. K Anak 9 L Islam Lengkap
6 An. S Anak 21 bln L Islam Campak -
2. Tipe keluarga : Terdiri dari Ayah, Ibu, dan empat orang anak. (Nuclear family)
3. Kewarganegaraan / suku bangsa : Indonesia / jawa
4. Agama : Islam
5. Status sosial ekonomi : Tn. S bekerja sebagai Buruh sedangkan Ny. W bekerja
sebagai IRT. Penghasilan rata-rata per bulan sekitar Rp 1.500.000-2.000.000.
Penghasilan tersebut dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
B. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah Tn. S adalah milik sendiri, dinding rumah sebagian
besar sudah terbuat dari tembok bata, dengan luas tanah dari berdirinya bangunan
rumah kurang lebih 8 x 8 m2. Lantai rumah terbuat dari cor semen plester,
sedangkan kamar mandi terbuat dari keramik, dapur hanya semen cor tanpa
plester. Ventilasi rumah tidak cukup untuk sirkulasi udara di dalam rumah dan
sinar matahari tidak banyak yang dapat masuk rumah, tidak ada kamar yang
menggunakan ventilasi. Kesan rumah cukup higiene. Skor penilaian Rumah Sehat
: 931 (<1068)
11
GAMBAR DENAH RUMAH
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
a. Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn. S tinggal berdekatan dengan
tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup baik. Mata pencaharian
tetangga Tn. S, sebagai Petani.
b. Tingkat pendidikan tetangga rata-rata SLTA, jarak rumah yang ditempati
keluarga Tn. S dengan tetangga dekat.
3. Mobilitas geografis keluarga.
a. Keluarga Tn. S menempati rumah yang dibangun sederhana. Rumah tersebut
ditempati kurang lebih sudah sekitar 15 tahun. Letak rumah di gang kampung
dan cukup jauh dengan jalan raya, alat transportasi umum tidak ada. Sedang
untuk mobilitas yang salah satunya untuk ke pelayanan kesehatan, keluarga
Tn. S menggunakan sepeda motor dan atau sepeda.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
a. Kelurga Tn. S sering berkumpul dengan keluarga pada sore hari, di
lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti PKK dan perkumpulan RT
Kamar TidurAn. K dan An.S
Kamar TidurAn.W dan An.S.L
Kamar TidurOrangtua
Ruang Tengah
Dapur
Kamar Mandi dan
WC
12
sebulan sekali, Tn. S dan Ny. W secara rutin mengikuti kegiatan tersebut.
Hubungan antar tetangga terjalin dengan baik.
5. Sistem pendukung keluarga.
a. Jumlah anggota keluarga Tn. S terdiri dari 4 orang yaitu Tn. S, Ny.W, An. W,
An. SL, An. K, dan An. S. Pendukung yang ada dalam keluarga tersebut
adalah kebersamaan antar anggota keluarga yang saling menyayangi dan
bersifat terbuka. Dalam masyarakat ada kebersamaan dengan tetangga, saling
membantu serta adanya perkumpulan dalam masyarakat. Untuk menunjang
kesehatan, keluarga Tn. S periksa ke Dokter, Bidan atau mantri jika dirasakan
sakit dengan biaya pengobatan menggunakan asuranasi kesehatan.
C. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga.
Komunikasi yang digunakan keluarga Tn. S yaitu komunikasi terbuka,
jika ada masalah di rundingkan bersama.
2. Struktur peran.
a. Tn. S berperan sebagai kepala keluarga serta menjadi tulang punggung
perekonomian keluarga.
b. Ny. W bertanggung jawab sebagai ibu rumah tangga dalam membimbing dan
mendidik anak-anaknya.
3. Nilai dan norma budaya.
Dalam keluarga Tn. S menekankan etika dan sopan santun dalam
bermasyarakat, saling menghormati. Keluarga ini menganggap bahwa gizi kurang
yang di derita anaknya (An. S) harus rutin memeriksakan anaknya ke Posyandu
dalam memantau tumbuh kembangnya.
D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif.
Keluarga Tn. S termasuk keluarga yang harmonis, interaksi dalam keluarga
terjalin baik. Antar anggota keluarga saling membantu dan menyayangi.
13
2. Fungsi sosial.
Keluarga Tn. S selalu mengajarkan perilaku sosial yang baik kepada anak-
anaknya. Tn. S dan Ny. W juga mengikuti kegiatan di kampungnya secara rutin
3. Fungsi reproduksi.
Saat hamil anak ke-4, usia ibu W dalam usia dengan risiko yaitu 38 tahun.
4. Fungsi perawatan kesehatan.
Menurut keterangan Ny. W saat ini tidak ada anggota keluarga yang sakit dan
menjalani pengobatan.
5. Fungsi ekonomi.
Semua pendapatan hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari.
E. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. S berharap agar anaknya dapat meningkat gizinya.
F. Implementasi
Waktu KEGIATAN HASIL EVALUASI
03 Mei 2012
Jam 09.00-
11.00 WIB
Mencari dan mengum-
pulkan data keluarga
dan individu.
Mendapatkan data keluarga dan individu.
Melakukan pemeriksaan fisik An. S.
10 Mei 2012
Jam 12.00 -
13.00 WIB
Memeriksa kondisi ke-
sehatan An. S dan me-
lakukan penyuluhan.
Diperoleh hasil pemeriksaan kesehatan
An. S.
Ibu tahu bahwa anaknya menderita gizi
kurang dan mengerti tentang macam
makanan bergizi yang dapat diberikan
kepada anaknya
14
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA KASUS
A. Hasil Penelusuran Kasus
An. S, dengan jenis kelamin laki-laki, berusia 21 bulan. Memiliki tinggi badan 78
cm dan berat badan 8,2 kg. Analisa status gizi balita berdasarkan standar “Klasifikasi
Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA) Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 920 / Menkes / SK / VII / 2002”, berdasarkan baku rujukan
penilaian status gizi anak laki-laki usia 21 bulan menurut berat badan dan umur
(BB/U), An. S termasuk balita dengan Gizi Kurang.
Pada penampilan fisik terlihat kurus. Pada perhitungan berat badan yang ditulis
pada KMS didapatkan hasil status gizi An. S berada pada Bawah Garis Merah (BGM)
dengan grafik naik turun pada perhitungan tiap bulannya.
Dari hasil wawancara di dapatkan keterangan bahwa An. S lahir Serotinus dan
dengan kehamilan risiko tinggi yaitu pada usia 38 tahun. An. S sejak kecil dirawat
ibunya. Dari keterangan Ny. W, An. S memiliki masalah dengan nafsu makannya.
An. S makan tidak teratur sekitar 2-3x sehari. Pada usia An. S menginjak 13 bulan,
anak mulai berada pada BGM. Kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan
gizi pada An.S adalah asupan makanan yang kurang karena komposisi dan jumlah
makanan yang jelek dengan penyebab tidak langsungnya adalah pola pengasuhan
anak kurang memadai, karena dari hasil pengamatan, tidak tersedia nya perhatian dan
pengetahuan serta dukungan dari anggota keluarga mengenai keadaan tumbuh
kembang yang baik berupa fisik, mental, sosial. Hal ini berkaitan dengan tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga.
15
No. Variabel Hasil Penulusuran
1. Pengetahuan orang
tua pasien mengenai
gizi buruk dan gizi
kurang
Pengetahuan orang tua pasien tentang gizi buruk dan gizi
kurang serta komplikasinya adalah kurang.
2. Riwayat penyakit
keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita sakit
serupa.
3. Mengidentifikasi
faktor risiko
Anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
serupa. Pasien tidak pernah diberikan makanan yang
bergizi dan lebih suka makan makanan yang dibeli di
warung (jajan).
4. Pola makan pasien Pasien sehari-hari mengkonsumsi nasi putih dengan satu
atau dua lauk, seperti tempe goreng dan sayur. Pasien
diberikan susu formula dan jarang mengkonsumsi buah.
5. Tingkat pendidikan Pasien masih belum bersekolah. Pendidikan terakhir ibu
pasien adalah SD dan dinilai cukup mampu memahami
edukasi yang diberikan pelaksana dan melaksanakannya.
6. Tingkat ekonomi Pasien termasuk golongan ekonomi menengah kebawah.
Rencana tindakan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah :
Penyuluhan kepada ibu tentang kondisi gizi anaknya dan tentang asupan
makanan serta pemantauan pertumbuhan anggota keluarga Adapun saran-saran yang
diberikan, antara lain :
1. Edukasi tentang gizi buruk
Dijelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien menderita gizi kurang. Penyakit
ini sering menyerang anak-anak dan status gizi pasien bisa diperbaiki dengan
pemberian makanan yang bergizi seimbang. Keluarga diedukasi untuk mengamati
kondisi pasien secara kontinyu dengan cara memantau berat badan pasien secara
teratur. Apabila pasien sakit, seperti batuk, pilek dan diare sebaiknya pasien
segera dibawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
16
2. Gizi pasien diperbaiki dengan memberikan makanan yang sesuai dan tepat gizi.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita diberikan sekali sehari selama 90
hari kemudian dievaluasi Berat Badan badan tiap bulan dan TB pada saat awal
dan akhir pada saat pelaksanaan PMT. Jenis PMT yang diberikan yaitu PMT
pemulihan.
17
LAMPIRAN
1. RIWAYAT PERKEMBANGAN An. S
Motorik kasar
Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal
Tengkurap 2 2-4 bulan
Mengangkat kepala 3 0-3 bulan
Duduk 6 5-6 bulan
Merangkak 9 6-9 bulan
Berdiri 12 9-12 bulan
Berjalan 15 11-15 bulan
Motorik Halus
Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal
Menggenggam pensil 4 3-6 bulan
Meraih benda dalam jangkauan 4 3- 6 bulan
Memungut benda dengan cara meraup
8 6-9 bulan
Memasukkan benda ke mulut 5 9-12 bulan
Minum dengan gelas 10 9-15 bulan
Mencoret-coret 20 24-36 bulan
Bahasa
Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal
Meniru bunyi kata-kata 9 2,5 – 5,5 bulan
Papa – mama tidak spesifik 7 5,5 – 7,5 bulan
2 – 3 kata 14 11 – 16 bulan
Kombinasi kata 18 18 – 22 bulan
Personal sosial
20
Kemampuan Umur Pencapaian Range Normal
Mengenal ibu 3 0-3 bulan
Membalas senyum 3 0-3 bulan
Mengeluarkan suara gembira 5 3-6 bulan
Bertepuk tangan 9 6-9 bulan
Bermain ciluk baa 9 6-9 bulan
Mengenal keluarga 9 9-12 bulan
Belajar makan dan minum sendiri 18 18-24 bulan
2. PENILAIAN RUMAH SEHAT
Langit-langit Tidak ada Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
Dinding Bukan tembok Semi permanen/setengah tembok/bata yang tidak diplester/papan tidak kedap air permanen
Lantai Tanah Papan/anyaman bambu dekat tanah/plesteran yang detak dan berdebu Diplester ubin/keramik
Jendela kamar tidur Tidak ada Ada
Jendela ruang keluarga Tidak ada Ada
Ventilasi Tidak ada Ada, luas ventilasi permanen < 10% luas lantai Ada, luas ventilasi permanen > 10% luas lantai
Lubang asap dapur Tidak ada Ada, luas lubang ventilasi dapur < 10% luas dapur Ada, luas lubang ventilasi dapur > 10% luas dapur
Pencahayaan Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca Kurang terang, kurang jelas untuk baca dengan normal Terang dan tidak silau, bisa digunakan
21
untuk membaca Sarana air bersih Tidak ada
Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
Jamban Tidak ada Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai atau kolam Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank Ada, leher angsa, septic tank
Sarana Pembuangan Air limbah Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah Ada, diresapkan, tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air > 10 m) Ada, dialirkan ke selokan terbuka Ada, diresapkan, dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air > 10m) Ada, disalurkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah
Sarana Pembuangan sampah Tidak ada Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup Ada, kedap air dan tidak ada tutup Ada, kedap air dan bertutup
Buka jendela kamar tidur Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari
Buka jendela ruang keluarga Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari
Bersihkan rumah dan halaman Tidak pernah Kadang-kadang Setiap hari
Buang tinja bayi dan balita ke jamban Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan Kadang-kadang ke jamban Setiap hari dibuang ke jamban
Buang sampah pada tempat sampah Dibuang ke
22
sungai/kebun/kolam/sembarangan Kadang-kadang ke tempat sampah Setiap hari dibuang ke tempat sampah
Skor : 931
3. PENENTUAN STATUS GIZI An.S berdasarkan BB/U
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam
Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan,
Oktober 1981.
2. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997
3. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan
PMT pada Balita, Jakarta 1997.
4. London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM
(Not Published, 1998)
5. WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children,
WHO Searo, 1998.
6. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas,
Jakarta 1997
7. Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London, 1992
25