e library stikes nani hasanuddin muhlishart 103 1 artikel 3

8
Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 1 HUBUNGAN ANTARA PEMASANGAN KATETER TETAP DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWATINAP DI RSUD LAPATARAI KABUPATEN BARRU Muhlis Hartawan 1 , Hamzah Taza 2 , Sukriyadi 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 Rumah Sakit Islam Faisal Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2.5- 11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%.Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan Pemasangan Kateter (prosedur pemasangan kateter,perawatan kateter, lama kateter terpasang) dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap RSUD Lapatarai Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, dengan jumlah populasi sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif melalui desain cross Sectional Study.Sampel ditarik secara total sampling dengan jumlah 30 responden. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,007< α =0,05), terdapat hubungan antara perawatan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,035< α =0,05) dan terdapat hubungan antara lama kateter terpasang dengan kejadian ISK (ρ =0,003< α =0,05). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kateter, perawatan kateter, dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pihak Rumah sakit Lapatarai agar lebih memperhatikan prosedur awal untuk pasien yang akan di pasang kateter tetap sehingga dapat mencegah infeksi saluran kemih yang diakibatkan oleh pemasangan kateter tetap. Kata kunci : Pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang, dan kejadian Infeksi Saluran Kemih PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang cepat,tepat dan akurat, semakin meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan social,ekonomi, termasuk salah satu pelayanan kesehatan di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru merupakan Rumah Sakit kesehatan yang efektif dan efisien. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan tersebut yang memegang peranan penting salah satunya adalah perawat. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diharapkan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku di instansi tempat bekerja,sebab kepatuhan ini harus mengacu pada kemampuan mempertahankan program- program yang berkaitan dengan promosi kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara perawatan kesehatan (Nursalam 2006). Pelayanan keperawatan diberikan secara menyeluruh salah satunya memenuhi kebutuhan eliminasi (buang air kecil). Tindakan perawat dalam hal ini salah satunya memasang kateter uretra sesuai dengan protap yang berlaku. Kateterisasi adalah pemasangan kateter urine dengan melakukan insersi kateter folly / Nelaton melalui uretra kemuara kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Prosedur ini bertujuan untuk memulihkan atau mengatasi retensi urine akut atau kronis, pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi,dan menetukan jumlah urine sisa setelah miksi. Salah satu indicator adanya infeksi akibat kesalahan pemasangan maupun perawatan pada pasien yang terpasang kateter uretra adalah terjadinya infeksi nosokomial karena itu dapat menghambat proses penyembuhan dan pemulihan pasien. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama di rawat fasilitas layanan kesehatan ( Potter & Perry,2005). Penyakit infeksi merupakan penyakit sering di jumpai di seluruh dunia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas

Upload: rezy-arina-putri

Post on 11-Feb-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jurnal keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 1

HUBUNGAN ANTARA PEMASANGAN KATETER TETAP DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWATINAP

DI RSUD LAPATARAI KABUPATEN BARRU

Muhlis Hartawan1, Hamzah Taza2, Sukriyadi3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2Rumah Sakit Islam Faisal Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%.Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan Pemasangan Kateter (prosedur pemasangan kateter,perawatan kateter, lama kateter terpasang) dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap RSUD Lapatarai Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, dengan jumlah populasi sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif melalui desain cross Sectional Study.Sampel ditarik secara total sampling dengan jumlah 30 responden. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,007< α =0,05), terdapat hubungan antara perawatan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,035< α =0,05) dan terdapat hubungan antara lama kateter terpasang dengan kejadian ISK (ρ =0,003< α =0,05). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kateter, perawatan kateter, dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pihak Rumah sakit Lapatarai agar lebih memperhatikan prosedur awal untuk pasien yang akan di pasang kateter tetap sehingga dapat mencegah infeksi saluran kemih yang diakibatkan oleh pemasangan kateter tetap. Kata kunci : Pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang,

dan kejadian Infeksi Saluran Kemih PENDAHULUAN

Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang cepat,tepat dan akurat, semakin meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan social,ekonomi, termasuk salah satu pelayanan kesehatan di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru merupakan Rumah Sakit kesehatan yang efektif dan efisien. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan tersebut yang memegang peranan penting salah satunya adalah perawat. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diharapkan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku di instansi tempat bekerja,sebab kepatuhan ini harus mengacu pada kemampuan mempertahankan program-program yang berkaitan dengan promosi kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara perawatan kesehatan (Nursalam 2006).

Pelayanan keperawatan diberikan secara menyeluruh salah satunya memenuhi kebutuhan eliminasi (buang air kecil).

Tindakan perawat dalam hal ini salah satunya memasang kateter uretra sesuai dengan protap yang berlaku. Kateterisasi adalah pemasangan kateter urine dengan melakukan insersi kateter folly / Nelaton melalui uretra kemuara kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Prosedur ini bertujuan untuk memulihkan atau mengatasi retensi urine akut atau kronis, pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi,dan menetukan jumlah urine sisa setelah miksi. Salah satu indicator adanya infeksi akibat kesalahan pemasangan maupun perawatan pada pasien yang terpasang kateter uretra adalah terjadinya infeksi nosokomial karena itu dapat menghambat proses penyembuhan dan pemulihan pasien. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama di rawat fasilitas layanan kesehatan ( Potter & Perry,2005).

Penyakit infeksi merupakan penyakit sering di jumpai di seluruh dunia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas

Page 2: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 2

atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%.(Johnson WD.dkk.2002)

Infeksi saluran kemih menempati tempat ke-3 dari infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Delapan puluh persen dari infeksi saluran kemih disebabkan oleh kateter uretra. Hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan tindakan pemasangan yang tidak sesuai dengan protap antara lain: masih ada lama pemasangan kateter uretra lebih dari 15 hari (Riyantinah 2009). Menurut Firfer penelitian ini menunjukkan kepatuhan dalam melaksanakan protap salah satunya pemasangan kateter uretra belum dilaksanakan 100% oleh perawat (Ribek, 2000). Pencegahan infeksi akibat kepatuhan dan keterampilan dalam pemasangan kateter uretra. Upaya memberikan pelayanan yang optimal di bangsal bedah ada beberapa faktor yang mempengaruhi,salah satunya adalah perilaku kepatuhan perawat yang meliputi pendidikan,pengetahuan,sikap dan masa kerja karena peneliti masih melihat adanya perawat yang melaksanakan tindakan pemasangan kateter uretra tidak sesuai dengan protap. Menurut penelitian yang dilakukan Ipa Bokko (2005) ada enam variable yang berkontribusi pada kejadian ISK akibat pemasangan kateter yaitu Prosedur Pemasangan Kateter Tetap, Prosedur Perawatan dan Lama Kateter Terpasang. Tingginya angka kejadian ISK di RS memberikan dampak pada kerugian klien dan masyarakat. Insidensi ISK secara Internasional mencapai 35%-45% dari seluruh infeksi nosokomial (WHO,2010). Studi epidemologi infeksi nosokomial di Indonesia menyatakan bahwa pasien yang menjalani prosedur invasif di Rumah Sakit pendidikan tipe A 0,9% mengalami ISK, sedangkan di Rumah Sakit pendidikan tipe B 1,1% (Duerink,2006). Menurut data dari dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan kejadian ISK pada Rumah Sakit dan Puskesmas perawatan di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebanyak 379 kasus (27%) pada tahun 2009 456 kasus (29%) dan tahun 2010 sebanyak 346 kasus 27%. Menurut data dari Medical Record RSUD Lapatarai Kabupaten Barru kejadian ISK pada tahun 2008 sebanyak 96 kasus (34%) pada tahun 2009 98 kasus (35%) dan tahun 2010 sebanyak 86 kasus (32%), sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan 74 kasus (30%). Oleh karena itu peneliti mengajukan pertanyaan penelitian bahwa “Hubungan antara

Pemasangan Kateter Tetap dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih pada pasien Rawat Inap di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru?”.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalahkuantitatifdengan metode pendekatan Crosssectional. Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lapatarai Kab. Barrupada tanggal 13 sampai 27 Agustus tahun 2012.

Populasi adalah keselurahan objek peneliti yang akan diteliti. Semua klien dewasa yang terpasang kateter tetap di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru. Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan rumus sesuai dengan kriteria inklusi. 1) Kriteria Inklusi :

Kriteria Inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria Inklusi pada penelitian ini yaitu : a) Bersedia menjadi responden b) Pasien ISK yang dirawat inap dan

yang akan melakukan pemasangan kateter di RSUD Lapatarai Kabupaten barru

2) Kriteria eksklusi : Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini :

a) Tidak bersedia menjadi responden b) Pasien buta huruf c) Pasien ISK rawat inap yang telah

terpasang kateter di RSUD Lapatarai Kabupaten Barru

Pengumpulan data 1. Pengumpulan Data Primer

Dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan.

2. Data Sekunder Diperoleh dari data rekam medis RSUD Lapatarai Kab. Barru Pengolahan data dilakukan dengan :

a) Editing. Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b) Koding Kegiatan pemberian kode numeric atau angka terhadap data yang terdiri atas

Page 3: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 3

beberapa kategori. Selanjutnya dibuat daftar variable sesuai dengan yang ada dalam instrument penelitian. Selanjutnya untuk mempermudah pemasukan data, maka dibuat formulir koding. Kemudian hasil koding siap dimasukkan kedalam computer.

c) Entry data Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat table kontigensi.

d) Melakukan teknik analisis Dalam melakukan analisis, khusussnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.Dalam tahap ini diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.Data diolah dengan SPSS yaitu : 1. Analisis Univariat : dilakukan terhadap

tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dilakukan secara statistic deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat : dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan uji chi square.

HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat

a) Distribusi Frekuensi Umur Responden Tabel 5.1:Distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur padapasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Umur Responden

Jumlah(n)

Persen(%)

40-49 tahun 14 46,7

50-59 tahun 8 26,7

60-69 tahun 8 26,7

Total 30 100 Sumber : Data PrimerAgustus 2012.

Tabel 5.1. menunjukkan jumlah

responden terbanyak adalah responden yang berumur 40-49 tahun sebanyak 14 orang (46,7%), responden berumur 50-59 tahun sebanyak 8 orang (26,7)

sedangkan responden yang berumur 60-69tahun sebanyak 8 orang (26,7%)

b) Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tabel 5.2 : Data Distribusi frekuensi

responden berdasarkan Jenis Kelamin pada pasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Jenis Kelamin Jumlah(n) Persen(%) Laki-Laki 15 50,0 Perempuan 15 50,0 Total 30 100

Sumber : Data PrimerAgustus 2012.

Tabel 5.2 menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (50,0%), dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (50,0%).

c) Distribusi Frekuensi Pendidikan

Responden Tabel 5.3 :Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Pendidikan Respondenpada pasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Pendidikan Jumlah (n)

Persen (%)

< SMP 21 70,0 ≥SMP 9 30,0 Total 30 100

Sumber : Data Primer Agustus2012.

Tabel 5.3 menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah responden yang berpendidikan<SMP yaitu sebanyak 21 orang (70,0%), responden yang ≥SMP sebanyak 9 orang (30,0%)

d) Distribusi Frekuensi Suku

Tabel 5.4 :Distribusi frekuensi responden berdasarkan Sukupada pasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Suku Jumlah(n) Persen(%) Bugis 23 76,7 Non Bugis 7 23,3 Total 30 100

Page 4: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 4

Sumber : Data Primer Agustus 2012

Tabel 5.4.menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah responden dengan suku bugis sebanyak 23 orang (76,0%),sedangkan responden dengan suku non bugis sebanyak 7 orang (23,3%)

e) Prosedur Pemasangan Kateter

Tabel 5.5:Distribusi frekuensi responden berdasarkan prosedur pemasangan kateterpada pasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Prosedur

Pemasangan

Kateter

Jumlah

(n)

Persen

(%)

Sesuai 14 46,7

Tidak Sesuai 16 53,3

Total 30 100

Sumber : Data PrimerAgustus 2012

Tabel 5.5.menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 16 responden (53,3%) yang melakukan tindakan tidak sesuai sesuai prosedur pemasangan kateter pada pasien dengan infeksi saluran kemih.Sedangkan tindakan yang sesuai sebanyak14 (46,7%) responden.

f) Prosedur Perawatan Kateter

Tabel 5.7:Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kateter terapasang padapasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Lama

Kateter

terpasang

Jumlah(n) Persen(%)

Lama 15 50,0

Tidak Lama 15 50,0

Total 30 100

Sumber : Data Primer Agustus2012

Tabel 5.7.menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 15 responden (50,0%) yang melakukan tindakan tidak lama kateter terpasang pada pasien dengan infeksi saluran

kemih.Sedangkan tindakan yang lama sebanyak15 (50,0%) responden.

g) Infeksi Saluran Kemih Tabel 5.8: Distribusi frekuensi responden

berdasarkan infeksi saluran kemih padapasien denganinfeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Infeksi Saluran Kemih

Jumlah (n)

Persen (%)

Ada Infeksi 12 40,0 Tidak ada Infeksi 18 60,0

Total 30 100 Sumber : Data Primer Agustus 2012

Tabel 5.8.menunjukkan bahwa

dari 30 responden terdapat 18 responden (60,0%) yang melakukan tindakan tidak ada infeksi ISK pada pasien dengan infeksi saluran kemih.Sedangkan tindakan yang ada infeksi sebanyak12 (40,0%) responden.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara pemasangan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih. Tabel 5.9 : Hubungan antara

pemasangan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih padapasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Pemasangan

Kateter

ISK

Ada Infeksi

Tidak ada infeksi

Total

n % n % n %

Sesuai 2 6,7 12 40,0 14 46,7

Tidak

Sesuai 10 33,3 6 20,0 16 53,3

Total 12 40,0 18 60,0 30 100

P = 0,007 α = 0,05

Sumber : Data Primer, Agustus Tahun 2012

Pada penelitian ini dari 30 responden didapatkan 14 responden (46,7%) yang pemasangan kateter sesuai dengan rincian sebanyak2

Page 5: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 5

responden (6,7%)ada yang infeksi, dan sebanyak12 responden (40,0%) yang tidak ada infeksi

Sedangkan dari 16 responden (53,3%) yang memiliki pemasangan kateter yang tidak sesuai, sebanyak 10 responden (33,3%)yang ada infeksi, dan sebanyak 6 responden (20,0%) yang tidak ada infeksi.

Berdasarkan analisa Chi-square,diperoleh p= (0,007) yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha).

b. Hubungan perawatan kateter dengan

kejadian infeksi saluran kemih Tabel 5.10 : Hubungan antara

perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih padapasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Perawatan

kateter

ISK

Ada infeksi

Tidak ada infeksi

Total

n % n % n %

Sesuai 4 13,3 13 43,3 17 56,7

Tidak

Sesuai 8 26,7 5 16,7 13 43,3

Total 12 40,0 18 60,0 30 100

P = 0,035 α = 0,05

Sumber : Data Primer, Agustus Tahun 2012

Pada penelitian ini dari 30 responden didapatkan 17 responden (43,3%) yang memiliki pemasangan kateter yang sesuai, sebanyak4 responden (13,3%)ada yang infeksi, dan sebanyak13responden (43,3%) yang tidak ada infeksi

Sedangkan dari 13 responden (43,3%) yang memiliki pemasangan kateter yang tidak sesuai, sebanyak 8 responden (26,7%)yang ada infeksi, dan sebanyak 5 responden (16,7%) yang tidak ada infeksi.

Berdasarkan analisa Chi-square,diperoleh p= (0,035)yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha).

c. Hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih Tabel 5.11 : Hubungan antara lama

kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih padapasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru

Lama kateter

terpasang

ISK Ada

infeksi Tidak ada

infeksi Total

n % n % n %

Lama 10 33,3 5 16,7 15 56,7

Tidak

lama 2 6,7 13 43,3 15 43,3

Total 12 40,0 18 60,0 30 100

P = 0,003 α = 0,05

Sumber : Data Primer, Juli Tahun 2012

Pada penelitian ini dari 30 responden didapatkan 15 responden (56,7%) yang memiliki pemasangan kateter yang sesuai, sebanyak 10 responden (33,3%) ada yang infeksi, dan sebanyak 5 responden (16,7%) yang tidak ada infeksi

Sedangkan dari 15 responden (43,3%) yang memiliki pemasangan kateter yang tidak sesuai, sebanyak 2 responden (6,7%)yang ada infeksi, dan sebanyak 13 responden (43,3%) yang tidak ada infeksi.

Berdasarkananalisa Chi-square, diperoleh p = (0,003) yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha).

PEMBAHASAN 1. Hubungan antara pemasangan kateter

dengan kejadian infeksi saluran kemih Hasil penelitian yang ditampilkan

pada tabel 5.9 memberikan gambaran tentang pemasangan kateterdengankejadian infeksi saluran kemih dan didapatkan hasil sebagai berikut : Diantara 30 orang responden, terdapat 14 orang (46,7 %) yang pemasangan kateternya sesuai, dengan rincian 2 responden (6,7%) menderita infeksi saluran kemih sedangkan 12 responden (40,7%) tidak mengalami infeksi saluran kemih. Sedangkan 16 responden (53,3%) yang pemasangan

Page 6: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 6

kateternya tidak sesuai, sebanyak 10 responden (33,3%) diantaranya mengalami infeksi saluran kemih dan 6 responden (20,0%) lainnya tidak mengalami infeksi saluran kemih.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggnakanChi-square, diperoleh p= 0,007< α (0,05) yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemasangan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru.

Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feri (2004) tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian ISK di RSUD Bajawa Kabupaten Ngada – NTT. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 100 responden sebanyak 40 responden dengan pemasangan kateter yang sesuai prosedur mengalami infeksi saluran kemih sedangkan 60 responden lainnya tidak mengalami infeksi saluran kemih. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara pemasangan kateter terhadap kejadian infeksi saluran kemih.

Hasil penelitian ini sependapat dengan Azwar (1994) yang menyatakan Infeksi nosokomial terjadi setelah pasien dirawat di rumah sakit minimal 3x24 jam. Salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih. Infeksi nosokomial saluraran kemih (INSK) disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain agent yang masuk ke dalam tubuh memiliki virulensi yang kuat, hospes yang lemah, dan memiliki daya imun yang rendah. Selain itu juga akibat dari prosedur pemasangan kateter yang tidak memperhatikan teknik aseptik, kateter terlalu lama terpasang dan kualitas perawatan kateter yang kurang baik (Ardiyanto, 2005).

2. Hubungan perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 30 responden, didapatkan 17 responden (43,3%) yang perawatan kateternya sesuai prosedur dengan rincian sebanyak4 responden (13,3%) mengalami infeksi saluran kemih, dan sebanyak13responden (43,3%) yang tidak mengalami infeksi saluran kemih. Sedangkan dari 13 responden (43,3%)

yang perawatan kateternya tidak sesuai dengan prosedur, terdapat sebanyak 8 responden (26,7%)yang ada infeksi saluran kemihnya, dan sebanyak 5 responden (16,7%) yang tidak ada infeksi saluran kemihnya.Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-square, diperoleh p = 0,035> α (0,05) yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perawatan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanto (2005), Hasil penelitian didapatkan perbandingan yang cukup mencolok terhadap hubungan antara perbedaan kualitas perawatan kateter dengan dengan angka kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Kualitas yang kurang angka kejadian infeksinya lebih tinggi yaitu sekitar 83,3% atau dari 6 responden terdapat 5 yang terjadi dan 1 tidak terjadi infeksi saluran kemih. Kualitas cukup sebanyak 26,67% atau dari 15 responden terdapat 4 yang terjadi infeksi dan 11 tidak terjadi infeksi saluran kemih. Kualitas baik tingkat kejadian infeksinya sebesar 22,22% atau dari 9 responden hanya ada 2 yang terjadi infeksi dan 7 tidak terjadi infeksi. Secara keseluruhan prosentase kejadian infeksi nosokomial saluran kemih pada tingkat kualitas perawatan kurang adalah 45,5%, cukup 36,4% dan baik sebesar 18,2% dari 30 responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat schaffer (2008) bahwa Kejadian infeksi nosokomial saluran kemih sering terjadi pada pasien yang terpasang dower kateter dan di rumah sakit. Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent atau mikroorganisme ke dalam tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih dan dapat diubah untuk meminimalkannya adalah prosedur pemasangan, lama pemasangan dan kualitas perawatan kateter. Prosedur pemasangan kateter perlu memperhatikan teknik aseptik dan benar sehingga tidak menimbulkan iritasi atau trauma pada saluran kemih yang dapat menjadi sumber infeksi. Lamanya waktu pemasangan kateter sebaiknya

Page 7: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 7

tidak terlalu lama, karena semakin lama terpasang kateter angka kejadian infeksi saluran kemih semakin tinggi. Apabila ada advis dokter untuk melepas dower kateter maka harus dilepas secepat mungkin dan bila terpasang lebih dari 7 hari maka penggantian dower kateter baru harus dilakukan. Pemberian perawatan kateter yang berkualitas tinggi akan dapat mengurangi tingkat terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih ( Ardiyanto,2005)

3. Hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih

Pada tabel 5.11 menunjukkan hasil penelitian dari 30 responden didapatkan 15 responden (56,7%) yang lama kateter terpasangnya sesuai prosedur,dengan rincian sebanyak10responden (33,3%) mengalami infeksi saluran kemih, dan sebanyak5responden (16,7%) yang tidak ada mengalami infeksi saluran kemih. Sedangkan dari 15 responden (43,3%) yang lama pemasangan kateternya tidak sesuai tidak prosedur, sebanyak 2 responden (6,7%)yang ada infeksi saluran kemih, dan sebanyak 13 responden (43,3%) yang tidak ada infeksi salran kemih .Berdasarkan uji statistik Chi-square, diperoleh p = 0,003> α (0,05) yang menunjukkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif (Ha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama pemasangan kateter tetap dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Barru.

Hasil Penelitian ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afsah (2008) tentang tingkat krjadian infeksi saluran kemih pada pasien dengan lama kateter Urin terpasang di RS PKU Muhamaddiyah. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil dari 30 responden yang di teliti terdapat 15 responden mengalami infeksi yang dipengaruhi lama pemasangan kateter urin.

Hasil ini sejalan dengan pendapat Schafer (2000) bahwa Kualitas perawatan kateter serta lama kateter terpasang merupakan tingkat pemberian pelayanan keperawatan berupa perawatan kateter sesuai standar operasional perawatan kateter dengan mengacu pada standar pelayanan profesi keperawatan.

Perawatan kateter pada pasien-pasien terpasang kateter dower mutlak dilakukan untuk meminimalkan dampak yang tidak diinginkan berupa terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Kualitas perawatan kateter didasarkan pada pemberian perawatan kateter yang dilakukan oleh perawat yang meliputi standar operasional perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi saluran kemih. Untuk menilai kedua unsur tersebut, peneliti melakukan observasi pada perawat dalam melakukan perawatan kateter serta mengkaji keadaan pasien yang terpasang kateter setelah dilakukan tindakan perawatan kateter. Observasi dilakukan selama pasien mulai terpasang dower kateter sampai dilepas atau hari kesepuluh. Hal ini dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial terjadi setelah pasien dirawat minimal 3x24 jam (Ardiyanto, 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN

Hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Ada Hubungan prosedur pemasangan

kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien di ruang rawat inap RSUD Lapatarai Kabupaten Barru.

2. Ada Hubungan prosedur perawatan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien di ruang rawat inap RSUD Lapatarai Kabupaten Barru

3. Ada Hubungan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien di ruang rawat inap RSUD Lapatarai Kabupaten Barru.

SARAN 1. UntukProsedur pemasangan kateter,

diharapkan kepada perawat agar lebih memperhatikan prosedur dalam pemasangan kateter agar dapat mencegah terjdinya infeksi yang diakibatkan prmsangan kateter. Hal ini dilakukan demi menunjang terlaksananya proses perawatan dengan baik dan memberikan kenyamanan bagi pasien.

2. Untuk lama kateter terpasang, diharapkan kepada perawat agar selalu rutin memperhatikan waktu lamanya kateter terpasang pada pasien demi menghindari terjadinya infeksi yang diakibatkan karena terlalu lamanya kateter terpasang pada pasien

Page 8: e Library Stikes Nani Hasanuddin Muhlishart 103 1 Artikel 3

Volume 1 Nomor 4 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 8

DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2. Universitas Indonesia (UI-Press) :

Jakarta Alimul Hidayat, A. Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika :

Jakarta Anonim. 2011. Pengertian Sarana dan Prasarana. (online). (http://id.shvoong.com diakses 19 Maret 2012) Chriswardani Suryawati, 2004, Kepuasan Pasien Rumah Sakit Tinjauan Teoritis Dan penerapannya Pada

Penelitian, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, FK. Universitas Diponegoro, Semarang, Vol. 07. Departemen Kesehatan. Republik Indonesia., 2007. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007, Jakarta. Departemen Kesehatan. Republik Indonesia., 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, Jakarta. Departemen Kesehatan. Republik Indonesia., 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Makassar, Profil Kesehatan RSUD Daya Tahun 2009 Dinkes Sulsel, 2010. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.. Indar. 2009. Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Dipakai dalam lingkungan StikesNani Hasanuddin. Jacobalis, Samsi, Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Dan Akreditasi Rumah Sakit. Kumpulan Naskah

Ilmiah,2009. Muninjaya, A.A. Gde, 2004, Survey Kepuasan Pengguna Jasa Pelayanan Kesehatan Perjan Rumah Sakit

Sanglah Denpasar, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, FK. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Vol. 07, Halaman 115-122.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka Cipta : Jakarta Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Pofesional.. Edisi 2. Salemba

Medika : Jakarta Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika :

Jakarta Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika :

Jakarta Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Edisi 1. EGC : Jakarta Purwanto S. 2007. Studi Tentang Mutu Pelayanan Keperawatan Pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD

Prof.Dr.H. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng. Skripsi tidak diterbitkan Ramlah, Faktor Yang Berhubungan Dengan kepuasan pasien Rawat Inap Berdasarkan Mutu Pelayanan Pada

Rumah Sakit Islam Faisal, Skripsi Tidak Diterbitkan, Fakultas kesehatan Masyarakat Unhas, Makassar 2008

Redaksi Jendela Rumah Sakit, Petunjuk dan Penjelasan teknis Tentang AkreditasiRumah Sakit, Media

Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, Jakarta, 1996 Sabarguna, Boy S; Manajemen Pelayanan Rumah Sakit; Berbasis Sistem Informasi, Yogyakarta: Konsorium

Rumah Sakit Islam DIY, 2005. Sabarguna B.S. (2009). Manajemen Operasional Rumah Sakit. Yogyakarta : KONSORSIUM RSI Jateng. Hal 38,

45. Soejadi,1995. Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit Umum. Katiga Bina, Jakarta Sugiyono (2003). Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung, hal: 259 -303 Maria Y.B Tay, 2008. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap RSUD

Bajawa Kabupaten Ngada. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar. UNHAS Tim Penyusun., 2012, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi 10, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin,

Makassar. Tjiptono, F 2002. Total Quality Manajemen. Edisi Revisi.Andi, Yogyakarta. Utama, Surya, 2009. Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Referensi Pendukung Untuk

Mahasiswa, Akademik, Pimpinan, Organisasi dan Praktisi Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Wardanengsih Eri. 2010. Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan di Puskesmas Tempe

Kabupaten Wajo. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. UMI