e-kebumen kebumen cyber and education · pdf fileprosiding konferensi nasional teknologi...
TRANSCRIPT
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 90
E-KEBUMEN
KEBUMEN CYBER AND EDUCATION COMMUNITY
(Virtual community & E-Learning) Bambang Dwi Anggono
Abstrak
Meskipun menyandang predikat termiskin ketiga dari 35 Kabupaten di Jawa Tengah, status tersebut tidak
menyurutkan semangat masyarakat Kebumen untuk maju mengejar ketertinggalan dan meningkatkan kualitas SDM
masyarakat agar mampu memberi arti lebih luas. Kesadaran itu selanjutnya melahirkan ide untuk membangun
sebuah komunitas dan mengkoordinir kegiatan bersama antara unsur masyarakat, dunia pendidikan, akademisi,
aparat pemerintahan daerah bahkan unsur legislatif serta dunia usaha (swasta/BUMN di Kebumen), sehingga
lahirlah Komunitas cyber dan pendidikan Kebumen dengan nama e-kebumen (www.e-kebumen.net dan milis e-
Komunitas e-Kebumen merupakan jawaban atas relatif terbatasnya infrastruktur Teknologi Informasi di
Kebumen, baik infrastruktur publik, pemerintahan maupun pendidikan. Konsep dasar yang dibangun adalah
melakukan share berbagai sumberdaya Teknologi Informasi yang dimiliki oleh pemerintahan, pendidikan dan
publik menjadi sebuah sumber daya Kebumen bagi kepentingan pendidikan dan peningkatan penetrasi Teknologi
Informasi masyarakat Kebumen. Upaya pemberdayaan ini ditempuh mengingat berbagai keterbatasan Pemerintah
Daerah, terutama dalam hal pendanaan (APBD) bagi percepatan pembangunan masyarakat informasional di
Kebumen.
Dukungan luar biasa diberikan mulai dari BUMN dan BUMD yang berada di Kebumen, Perbankan,
pengusaha daerah, bahkan swasta nasional dan pribadi masyarakat yang bersimpati. Universitas Indonesia
(departemen elektro UI) bahkan secara khusus memberikan support materi, pembicara hingga berbagai akomodasi
secara Cuma-Cuma. E-Kebumen mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar dan workshop gratis
dengan tema “Teknologi Informasi untuk pendidikan” tanpa membebani APBD.
Peserta seminar dan workshop gratis terdiri dari Kepala sekolah, guru Teknologi Informasi, staf TU
sekolah, Siswa yang didampingi oleh orang tuanya (internet untuk keluarga dan pendidikan), LSM, birokrat dan
publik. Disamping pembicara yang berasal dari Universitas Indonesia (UI), pemberi materi seminar dan workshop
berasal dari para perantau asal Kebumen yang telah sukses di berbagai daerah secara Cuma-Cuma.
Materi yang diberikan antara lain internet dasar, internet dan modul pendidikan, e-learning/e-school yang
mencakup data siswa, guru, nilai, administrasi, inventaris, Information Technology advance (network dan website
design) dan sebagainya. Undangan kepada orang tua siswa untuk turut mendampingi anak-anak mereka dalam
workshop ditujukan agar orang tua tahu dan paham bahwa Teknologi Informasi merupakan salah satu cara
strategis untuk memintarkan generasi muda harapan bangsa. Jumlah peserta pada setiap kegiatan mencapai ribuan
orang. Antusiasme yang sangat mengejutkan ditunjukkan oleh masyarakat, khususnya dunia pendidikan. Sarana
dan prasarana workshop menggunakan laboratorium komputer sekolah. Mengingat keterbatasan jumlah komputer
dan luasnya wilayah Kabupaten Kebumen, workshop dilaksanakan secara roadshow agar mampu menjangkau
lokasi yang jauh dari perkotaan. Koneksi internet menggunakan VSAT mobile sumbangan salah satu sponsor tetap.
Bagi publik upaya komunitas e-kebumen mampu menurunkan harga sewa warnet dari semula Rp. 10 – 12
ribu/jam menjadi Rp. 3 – 4 ribu/jam. Bahkan telah dilaksanakan cyber Monday, dimana masyarakat dapat
mengakses internet gratis setiap hari senin. Sebagai upaya meningkatkan budaya menulis, juga telah disediakan
media khusus di web www.e-kebumen.net dimana siswa dapat mengirimkan karyanya secara online.
E-Kebumen telah menjadi salah unggulan yang dibawa pada forum WSIS 2005 di Tunisia oleh pakar Teknologi
Informasi nasional Onno W. Purbo dalam konteks public private partnership dan menempati peringkat 3 Indonesia
serta pada posisi 35 tingkat Asia pada stockholm challenge 2006 (www.stockholmchallenge.se).
1. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia bergerak begitu cepat.
Globalisasi menjadi sebuah hantu yang menakutkan
ketika kita berkaca akan kemampuan manusia
Indonesia dihadapkan pada keadaan, siap atau tidak
siap bangsa kita harus masuk dan mendukung
globalisasi dengan berbagai resikonya. Pertaruhannya
adalah, kita akan mampu menjadi subyek atau pelaku
dalam persaingan global tersebut atau kita akan
menjadi korban dan bulan-bulanan masyarakat
dengan budaya yang lebih maju dan siap menghadapi
globalisasi.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 91
Perkembangan Teknologi Informasi seakan
berdampingan erat dengan arus globalisasi yang
makin masuk dalam budaya lokal. Jarak dan waktu
sudah mampu dijembatani oleh Teknologi Informasi.
Batasan negara dan budaya seolah transparan melalui
Teknologi Informasi.
Pemerintah sendiri sebanarnya menyadari kondisi
dan resiko yang bakal terjadi. Namun negara kita
dihadapkan pada kondisi ekonomi yang kurang
menguntungkan, sehingga rakyat tidak bisa
sepenuhnya bergantung pada uluran tangan
Pemerintah. Sudah saatnya masyarakat membangun
dirinya sendiri.
Secara sistematis upaya penyiapan manusia Indonesia
yang siap menghadapi globalisasi dan era
informasional sudah dilaksanakan, terutama melalui
jalur pendidikan formal dan non formal. Pelajaran
Teknologi Informasi yang dulunya hanya menjadi
pelajaran ekstra kurikuler kini telah menjadi mata
pelajaran wajib siswa, dan bahkan dimungkinkan
menjadi salah satu penentu kelulusan siswa.
1.1 Latar Belakang
Kebumen merupakan Pemerintah Daerah termiskin
ketiga dari 35 Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah.
Hingga tahun 2005, Kebumen masih masuk dalam
kategori daerah stagnan. Dengan jumlah penduduk
lebih dari 1,2 juta jiwa dengan hasil pertanian
mendominasi pendapatan masyarakat dan tidak ada
industri besar, maka tidak heran bila Kebumen
termasuk berpotensi tertinggal dengan Pemerintah
Daerah-Pemerintah Daerah lainnya.
Kondisi di atas masih diperparah dengan keberadaan
perguruan tinggi yang belum signifikan dengan
kebutuhan pendidikan masyarakat, dimana hanya ada
dua perguruan tinggi swasta setingkat Sekolah
Tinggi. Daya tampung mahasiswanya pun relatif
rendah. Universitas negeri maupun swasta terdekat
berjarak 80 Km dari Kota Kebumen. Tidak
mengherankan bila puluhan ribu lulusan SLTA lebih
memilih merantau ke daerah lain, baik untuk
kepentingan melanjutkan sekolah maupun mencari
pekerjaan.
Teknologi Informasi juga merupakan jembatan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan secara lebih luas. Bila
melihat sistem belajar mengajar yang saat ini umum
berjalan, proses transfer knowledge masih dominan
satu arah. Siswa tidak memiliki banyak alternatif
untuk mempelajari ilmu pengetahuan, baik terstruktur
melalui kurikulum yang ada maupun dengan cara
mandiri. Faktor pengetahuan guru sangat
mendominasi kualitas transfer knowledge. Karena itu
diperlukan sebuah media yang memungkinkan proses
belajar mengajar dilaksanakan secara lebih
komprehensif dan berasal dari banyak sumber ilmu.
Teknologi Informasi merupakan sarana yang relatif
mudah digunakan kalangan pendidikan dan publik
untuk memperoleh alternatif sumber ilmu
pengetahuan tersebut.
Keterbatasan APBD bagi peningkatan kualitas
pendidikan harus disikapi masyarakat secara lebih
bijak. Hanya menunggu tidak akan menghasilkan
percepatan peningkatan kualitas pendidikan. Karena
itu perlu dilakukan sebuah action yang lebih riil
dengan menggunakan berbagai kekuatan dan sumber
daya yang ada di masyarakat itu sendiri, melalui
swadaya.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 92
Upaya pemberdayaan yang dilaksanakan juga harus
melibatkan segenap komponen masyarakat, mulai
dari kalangan pendidikan, pengusaha, pemerintahan
dan publik lainnya. Bila disinergikan dengan baik,
maka berbagai kepentingan yang ada pada setiap
komponen tersebut akan berjalan dengan baik dan
bersifat mutualistik.
2. PERMASALAHAN UMUM
Kesadaran untuk membangun swadaya masyarakat
dan tidak menggantungkan pada subsidi Pemerintah
Daerah, didasari pada kompleksitas permasalahan
yang dihadapi bersama, baik pada komponen publik,
dunia pendidikan, swasta dan pemerintahan, antara
lain :
2.1. Permasalahan Umum :
2.1.1 Rendahnya komitmen Pimpinan Daerah
terhadap peningkatan kualitas
pendidikan (keilmuan) melalui jalur
Teknologi Informasi pada sektor publik
dan pendidikan
2.1.2 Terbatasnya infrastruktur Teknologi
Informasi publik, sehingga alternatif
akses Teknologi Informasi menjadi
sangat terbatas
2.1.3 Ketiadaan Internet Service Provider
(ISP) lokal, sehingga ketergantungan
terhadap akses internet telkom sangat
tinggi
2.2 Permasalahan Pendidikan :
a. Lemahnya kemampuan lembaga Pemerintah
Daerah yang mengelola Pendidikan dan
Kebudayaan (Dinas P dan K) di bidang
penguasaan Teknologi Informasi, terutama
bagi kepentingan pendidikan formil dan
informil. Lemahnya penguasaan Teknologi
Informasi ini menyebabkan kebijakan di
sektor Teknologi Informasi menjadi sangat
lemah.
b. Mahalnya biaya pembangunan dan
pengembangan perangkat dan infrastruktur
Teknologi Informasi, baik bagi kalangan
publik maupun pendidikan
c. Ketiadaan akses internet lokal (ISP Lokal)
menyebabkan biaya tinggi pada akses
internet telkom yang kurang mampu
mendukung untuk kebutuhan puluhan
Personal Computer pada laboratorium
komputer sekolah
d. Rendahnya kemampuan trainer lokal dan
guru Teknologi Informasi sekolah untuk
mampu melakukan transformasi knowledge
kepada siswa dan public
e. Keberadaan laboratorium sekolah lebih
banyak digunakan sebagai media belajar
komputer, semestinya laboratorium
komputer juga mampu dimanfaatkan sebagai
media belajar ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya. Misalkan belajar biologi dapat
dilakukan melalui multimedia dan
Teknologi Informasi.
3. PELUANG DAN POTENSI
Semangat untuk melakukan gerakan rakyat
membangun dirinya sendiri melalui peningkatan
Teknologi Informasi di kalangan publik dan
pendidikan didukung dengan beberapa pertimbangan
potensi yang telah dimiliki masyarakat, dunia
pendidikan, swasta dan potensi di lingkup
pemerintahan, antara lain :
� Infrastruktur Teknologi Informasi antar
satuan kerja yang dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan peningkatan penetrasi
Teknologi Informasi
� Dibukanya beberapa jurusan Teknologi
Informasi pada beberapa SMK, bahkan
diantaranya sudah bertaraf nasional dan
SMA yang bertaraf internasional
� Keberadaan laboratorium komputer yang
memadai pada sebagian besar SLTP dan
SLTA dengan pemberian materi internet
sebagai salah satu pelajaran wajib
� Banyaknya siswa yang mengikuti
pendidikan/kursus Teknologi Informasi di
lembaga pendidikan informal
� Adanya keinginan beberapa ISP untuk
menanamkan investasi di Kabupaten
Kebumen.
� Adanya semangat dari para pengusaha lokal,
perbankan dan BUMD/N untuk
meningkatkan penetrasi Teknologi
Informasi melalui jalur pendidikan
4. MEMBANGUN KOMUNITAS LOKAL
Diawali dengan pemikiran untuk berpikir global dan
melakukan aksi mulai pada lingkup lokal (Think
Global, act local), pembangunan komunitas diawali
dengan berkumpulnya beberapa komponen
masyarakat yang disponsori oleh Bidang Pengelolaan
Data Elektronik Pemerintah Kabupaten Kebumen
pada awal Agustus 2005. Dari beberapa kali diskusi
intensif, disepakati pembentukan komunitas
multimedia dan pendidikan Kebumen dengan nama
e-kebumen.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 93
Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan pembangunan
web komunitas dengan URL www.e-kebumen.net
dan mailing list [email protected].
Diskusi yang lahir selanjutnya menghasilkan
kesepakan untuk menyelenggarakan seminar dan
workshop melalui pemberdayaan komunitas dan
tidak membebani APBD. Komunitas e-kebumen
beranggotakan komponen dari birokrasi/eksekutif,
legislatif/DPRD, kepala sekolah dan jajarannya,
forum guru Teknologi Informasi, siswa dan orang
tuanya, LSM dan publik lainnya.
5. AKTIFITAS E-KEBUMEN
Dengan bermodal keberanian dan keinginan untuk
maju, berbagai kegiatan sudah dihasilkan dengan
melibatkan banyak pihak. Kegiatan seminar dan
workshop dilaksanakan dengan sasaran peserta dari
kalangan eksekutif, legislatif, dunia pendidikan,
pengusaha Teknologi Informasi dan publik.
Peserta seminar dan workshop tidak dipungut biaya.
Segala kebutuhan seminar dan workshop dibiayai
oleh sponsor, mulai dari bandwidth internet sebesar 2
Mbps, seminar dan workshop kit, konsumsi, spanduk,
hingga penyediaan genset listrik.
Universitas Indonesia (UI) bahkan secara khusus
mengalokasikan dana dan tenaga untuk
penyelenggaraan training kelas dasar hingga lanjutan
(advance) dengan sasaran utama kalangan birokrasi
dan pendidikan, baik dari kalangan sekolah negeri
maupun swasta. Antusiasme peserta sangat tinggi.
Dari tiga kali pelaksanaan seminar dan workshop,
jumlah peserta mencapai lebih dari 2000 orang.
Materi workshop yang diberikan mencakup, antara
lain :
1. Internet dasar
2. Sistem Informasi sekolah
3. E-Learning
4. Networking (LAN dan WLAN)
5. VoIP
6. Sistem Informasi Manajemen bagi birokrasi
dan dunia pendidikan
7. Majalah dinding online
8. Jurnalistik bagi siswa
Para pengisi seminar dan pengajar pada workshop
berasal dari para perantau asal Kebumen yang telah
sukses di perantauan, khususnya di bidang Teknologi
Informasi. Para pengisi ini tidak diberikan honor
mengajar karena dibangun atas dasar kesadaran untuk
mencerdaskan anak bangsa dan semangat memberi
kontribusi bagi pembangunan daerah.
Aktifitas ini oleh Pakar Teknologi Informasi
Nasional, Bp. Onno W. Purbo dibawa ke WSIS di
Tunisia tahun 2005 sebagai contoh dari bentuk
kemitraan publik dan swasta bagi kepentingan
pendidikan rakyat, dengan tidak menggantungkan
diri pada uluran tangan pemerintah semata.
Hasil lebih riil yang mampu diraih adalah :
1. Masuknya investasi swasta dalam bentuk ISP
lokal
2. Keberadaan ISP tersebut mampu menekan biaya
sewa warung internet yang semula berkisar
antara Rp. 6000 – Rp. 12.000,-/jam menjadi
hanya Rp. 3000 – Rp. 4000,-/jam saja. Faktor
fasilitasi infrastruktur Teknologi Informasi
Pemerintah Daerah juga memberi kontribusi
terhadap perubahan tarif warnet yang sangat
signifikan tersebut.
3. Cyber Monday, yaitu sebuah kegiatan kerjasama
Pemerintah Kabupaten Kebumen, dalam hal ini
Bidang Pengelolaan Data Elektronik dengan ISP
lokal untuk menyediakan akses internet gratis
pada hari senin antara jam 09.00 – 12.00 WIB
dan jam 13.00 – 15.00 WIB. Internet gratis ini
disediakan di ruang komputer ISP dengan
peserta berasal dari kalangan pendidikan dan
publik. Pada kegiatannya dilakukan juga
messenger conference yang umumnya diikuti
oleh puluhan peserta, baik dari kalangan pelajar,
pemerintahan maupun umum, baik yang berada
di Kebumen maupun di luar Kebumen. Pada
messenger conference tersebut juga diberikan
kuis-kuis dengan hadiah menarik bagi yang bisa
menjawab dengan benar. Materi kuis merupakan
pelajaran sekolah dan pengetahuan umum yang
informasinya dapat diperoleh melalui internet.
4. Majalah Dinding Online (MjDO), dimana
seluruh siswa di Kebumen diberi kesempatan
mengirimkan majalah dinding dalam berbagai
bentuk, baik text maupun gambar untuk
dipublikasikan di web www.e-kebumen.net.
Bagi siswa yang karyanya dinilai bagus akan
diberikan penghargaan berupa souvernir menarik
dan uang pembinaan sebesar Rp. 50.000,- yang
diumumkan seminggu sekali.
5. Semangat untuk membangun laboratorium
komputer online dan keinginan untuk melakukan
integrasi antar laboratorium sekolah yang
nantinya juga akan dimanfaatkan bagi
komunikasi suara (VoIP) dan share internet
melalui media Wireless LAN.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia
3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung 94
6. PENUTUP
Masyarakat Kebumen menyadari bahwa untuk maju
diperlukan kerjasama dan saling mengisi dari
segenap komponen masyarakat, pemerintah, swasta
dan dunia pendidikan. Tidak bisa dilakukan secara
sendiri-sendiri. Dengan melakokan kolaborasi dan
saling berbagi sumber daya, ternyata beban yang
ditanggung menjadi lebih ringan dan dapat
menghasilkan karya yang tidak kecil.
Meskipun demikian, perkembangan komunitas yang
lahir dari kesadaran swadaya masyarakat ini sulit
untuk diharapkan dapat berlari kencang, karena setiap
penyplay sumber daya tentu memiliki keterbatasan.
Untuk itu dukungan dari Pemerintah maupun
lembaga donor lainnya diyakini akan mempercepat
perkembangan komunitas untuk memberikan hasil
yang lebih besar.
Kami berharap pengalaman ini dapat diadopsi oleh
masyarakat Daerah lain, sehingga dapat dibangun
kekuatan masyarakat yang mampu membangun
dirinya sendiri, khususnya melalui jalur multimedia
dan pendidikan.