e-book: darurat pendidikan: sebuah tinjauan pelaksanaan pendidikan berbasis hak di indonesia, 2012

24
Tim Peneliti The Institute for Ecosoc Rights DARURAT PENDIDIKAN Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia Jakarta 2012

Upload: the-institute-for-ecosoc-rights

Post on 11-Aug-2015

1.571 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Hasil penelitian dari The Institute for Ecosoc Rights, Jakarta, berisi analisis hak asasi manusia terhadap masalah pendidikan di Indonesia. Ini suatu pendekatan yang masih langka dikerjakan di Indonesia. Pendidikan bukanlah sekedar masalah teknis para pendidik tapi kebijakan publik yang wajib didahulukan oleh para penyelenggara negara.

TRANSCRIPT

Page 1: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

i Darurat Pendidikan di Indonesia

Tim PenelitiThe Institute for Ecosoc Rights

DARURAT PENDIDIKAN Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan

Berbasis Hak di Indonesia

Jakarta 2012

Page 2: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

ii Darurat Pendidikan di Indonesia

Edisi DigitalDARURAT PENDIDIKAN Sebuah Tinjauan PelaksanaanPendidikan Berbasis Hak Di Indonesia

@2012 The Institute for Ecosoc Rights

Tim Kerja:Sri Palupi, P. Prasetyohadi, Rinto Trihasworo, Albert Bambang Buntoro, Cheluz Pahun, Bertha Dwiyani, Christine Latumahina

Penyunting:P. Prasetyohadi

Buku ini diterbitkan atas dukungan European Union

The Institute for Ecosoc RightsJl. Tebet Timur Dalam VI-C No.17 Jakarta 12820 IndonesiaTelpon/fax: 62-21-8304153; email : [email protected]: ecosocrights.blogspot.com

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam TerbitanTim Peneliti dari The Institute for Ecosoc RightsDARURAT PENDIDIKAN:Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis hak di Indonesia The Institute for Ecosoc Rights; —Jakarta 2012xvi/238 hlm.; 15 x 23 cmISBN: 978-979-25-3764-2Edisi Digital

Page 3: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

iii Darurat Pendidikan di Indonesia

Sekapur Sirih

Pendidikan ternyata tidak pernah tidak penting dalam kehidupan ki ta, apa-lagi ketika kebanyakan warga negara di Indonesia masih ber pendidikan rendah. Tapi yang memprihatinkan kita sekarang ini, seperti kata Ma-

hatma Gandhi, adalah bahwa ‘orang pada umumnya tidak mengerti apa itu se-sungguhnya pendidikan.’ Karenanya, kami berharap buku ini menyumbangkan setidaknya pemahaman tentang pendidikan dari perspektif hak asasi manusia, dengan cara mengangkat prinsip universal dalam memandang pendidikan se-bagai hak dasar.

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan sebagai hak asasi ini pada gi-lirannya akan membekali kita untuk menagih secara spesifi k kepada pemerintah untuk menjalankan komitmen global yang telah dijanjikannya sendiri pada tahun 2000 dalam mencapai salah satu tujuan pembangunan millenium berupa ‘pen-didikan dasar untuk semua’. Lebih mendasar lagi, karena kesadaran kita sebagai warga negara Indonesia dan sebagai warga dunia, kita juga wajib menagih ne-gara untuk memenuhi kewajiban ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ (pembukaan UUD1945) dan pemenuhan konstitusional hak atas pendidikan sebagaimana termaktub dalam pasal 31 dalam kelima ayatnya.

Hak asasi manusia adalah pendekatan minimal yang dapat menjadi titik tolak sebelum kita lebih lanjut ikut ambil bagian dalam mengembangkan pen-didikan di Indonesia. Perspektif hak asasi manusia akan membantu memberi arah tentang kedudukan pendidikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dengan memahami hak dasar manusia dalam pendidikan (yang be-gitu lentur dan luas cakupannya) setidaknya kita akan kurang merasa ter sesat di dalam rimba dunia pendidikan di Indonesia, yang terus-menerus menjadi ajang tarik-ulur para penguasa di negeri kita yang tak henti-hentinya justru mendahu-lukan hati bengkok tak jujur karena niat melakukan korupsi sedemikian rupa sampai tak juga disadari kalau dunia pendidikan nasional sudah kehilangan ori-entasi. Inefi siensi dan disorientasi kian menjadi wajah dunia pendidikan kita.

Sekapur sirih ini semoga tidak hanya akan menjadi sekadar basa-basi yang hanya berefek merangsang Anda untuk membaca buku ini dan kemudian me ninggalkannya berdebu di rak buku. Kami berharap data dan narasi yang disajikan dalam buku ini benar-benar menggugah Anda, para pembaca, untuk

Page 4: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

iv Darurat Pendidikan di Indonesia

memasuki lebih dalam isi buku ini dan merenungkan jantung persoalan pen-didikan di daerah dengan dipandu wawasan dasar hukum internasional dan na-sional yang melandasi hak atas pendidikan. Analisis studi kasus spesifi k di tiga daerah, yaitu Maybrat – Papua Barat, Lembata – Nusa Tenggara Timur, dan Jembrana – Bali, kami sajikan dalam korelasinya dengan masalah-masalah pen-didikan di tingkat nasional.

Mendekati pendidikan dari perspektif hak asasi manusia belum banyak dikembangkan di Indonesia. Pendekatan yang menonjol selama ini lebih meng-arah pada sisi-sisi teknis ilmu pendidikan. Berbagai pembahasan dalam hal ke-bijakan di bidang pendidikan juga lebih banyak menonjolkan sisi protes atas karut-marut pendidikan nasional. Akibat negatif dari karut marutnya pendidikan nasional yang kita rasakan dalam masyarakat menjadi sangat luas menyangkut produktivitas dan harga diri bangsa. Karut marutnya pendidikan nasional ju-ga membuat kita kurang menyadari akan pentingnya mengaitkan produktivitas dan harga diri bangsa dengan tantangan nyata pendidikan yang sedang berlang-sung. Ini terjadi karena selama puluhan tahun hak- hak dasar kita telah dilanggar, diserobot untuk kepentingan-kepentingan lain yang menggelapkan masa depan anak-anak bangsa kita. Kita jadi lupa bahwa pendidikan bukan sekadar urusan pemerintah tetapi juga urusan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk masyarakat umum, termasuk mereka yang telah terlanjur tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasar. Sebab Konstitusi mengamanatkan bahwa pendidikan adalah untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas.

Buku ini tak hanya lahir dari upaya kami untuk membantu mengungkap sisi-sisi hak kita atas pendidikan yang selama ini digelapkan, tetapi sekaligus juga merupakan bagian dari kegiatan yang bertujuan untuk memajukan dan mem-perkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya mendekati masalah pendidikan dari sisi hak asasi manusia. Agar pendekatan hak ini lebih memberikan harapan, terutama atas tuntutan kita terhadap kewajiban negara, dalam hal ini pemerin-tah, dalam kegiatan itu kami juga mendorong para wakil rakyat dan pemerintah di tingkat kabupaten untuk menyadari pentingnya menata harapan baru dengan membereskan ihwal prinsip-prinsip dasar dalam bidang pendidikan. Jika aparat negara tak menyadari pentingnya hak atas pendidikan, maka harapan kita atas perbaikan mutu kehidupan di Republik ini semakin pudar.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membuat semua kegiatan penelitian dan pelatihan penyusunan rancangan peraturan daerah ( legal drafting) terkait hak atas pendidikan sampai diterbitkannya buku ini, terutama ke-pada European Union yang telah mendukung pendanaan; tim peneliti termasuk

Page 5: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

v Darurat Pendidikan di Indonesia

mereka yang berbasis di daerah-daerah penelitian; para guru di daerah-daerah penelitian yang membuka jalan bagi penelitian dan pelatihan; anggota-anggota DPRD dan pemerintah-pemerintah daerah, baik kabupaten Maybrat di Papua Barat, kabupaten Lembata di Nusa Tenggara Timur maupun kabupaten Jem-brana di Bali, yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk melakukan penelitian dan lokakarya yang membahas pelaksanaan hak atas pendidikan; dan tentunya juga para narasumber dalam lokakarya bersama dengan para pejabat daerah dan warga masyarakat peduli pada pendidikan.

Pada akhirnya, semoga buku ini dapat menjadi suatu bahan bagi kita se-mua untuk belajar dari pengalaman yang telah dilakukan oleh masyarakat dan peme rintah dalam upaya meningkatkan berbagai aspek dari pendidikan, apa pun pendekatan yang dilakukan. Tapi, dengan penerbitan buku ini, kami yakinkan Anda, para pembaca, juga akan mendapatkan manfaat langsung, setidaknya dalam pemahaman tentang apa itu pendidikan berbasis hak asasi. Manfaat itu tak hanya terkait dengan pemahaman umum tentang pendidikan sebagai suatu nilai universal tetapi juga bagi diri Anda sendiri sebagai individu ketika menyadari bahwa pendidikan itu hanya dapat diamini ketika berjalan secara terus-menerus dan ternyata menyangkut setiap orang sampai akhir hayat.**

The Institute for Economic, Social and Cultural RightsJakarta, November 2012

Page 6: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

vi Darurat Pendidikan di Indonesia

DAFTAR ISISekapur Sirih ------------------------------------------------------------------------------------------------ iiiDaftar Isi -------------------------------------------------------------------------------------------------- viDaftar Tabel ------------------------------------------------------------------------------------------------ xiSingkatan --------------------------------------------------------------------------------------------------xvAkronim ------------------------------------------------------------------------------------------------- xvi

BAB I - PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------- 1

BAB II - KERANGKA LEGALITAS PERWUJUDAN HAK ATAS PENDIDIKAN -------------------------------------------------------------- 9

2.1. Undang-Undang Dasar 1945 ------------------------------------------------------------------- 92.2. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia -----------------------------------------------------112.3. Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya ------------------------------------------------112.4. Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak -----------------------142.5. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional-------------152.6. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan -162.7. Pendidikan untuk Semua (Education for All) -------------------------------------------------162.8. Milennium Development Goals (MDGs) ----------------------------------------------------------172.9. Integrasi Hak Asasi dalam Pendidikan -------------------------------------------------------18

BAB III - DARURAT PENDIDIKAN DI MAYBRAT, PAPUA BARAT------------------------------------------------------------------------------25

3.1. Pengantar -----------------------------------------------------------------------------------------253.2. Latar belakang Kabupaten Maybrat ---------------------------------------------------------29

1) Sejarah Papua --------------------------------------------------------------------------------292) Pemekaran kabupaten ----------------------------------------------------------------------333) Kependudukan ------------------------------------------------------------------------------345) Sudah mengenal pendidikan sejak sebelum ada pemerintahan ----------------------366) Rintisan karya pendidikan zending Protestan dan misi Gereja Katolik ------------367) Perkembangan pendidikan di Papua -----------------------------------------------------39

i) Tahap Pendidikan Agama ------------------------------------------------------------39ii) Tahap Peradaban ----------------------------------------------------------------------40iii) Tahap LOSO dan MOSO -----------------------------------------------------------40iv) Tahap Integrasi dengan Pendidikan Nasional ------------------------------------42

3.3 Kondisi pendidikan di tiga distrik di Kabupaten Maybrat --------------------------------431) Distrik Mare ----------------------------------------------------------------------------------43

i) Kampung Suswa ----------------------------------------------------------------------45ii) Kampung Sun -------------------------------------------------------------------------46iii) Kampung Seiya -----------------------------------------------------------------------47

2) Distrik Aifat ----------------------------------------------------------------------------------49i) Kampung Mosun ---------------------------------------------------------------------51ii) Kampung Maan ----------------------------------------------------------------------54iii) Kampung Konja ----------------------------------------------------------------------57

Page 7: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

vii Darurat Pendidikan di Indonesia

3.4. Pendidikan dalam kondisi darurat di Maybrat ----------------------------------------------633.5. Praktik pendidikan di Maybrat dalam perspektif hak asasi manusia --------------------66

1) Ketersediaan ---------------------------------------------------------------------------------66i) Beban keluarga dalam membiayai pendidikan ------------------------------------67ii) Persentase biaya pangan yang tinggi ----------------------------------------------68iii) Kekurangan guru ----------------------------------------------------------------------70iv) Rendahnya kesejahteraan guru -----------------------------------------------------71v) Tak ada akses untuk informasi publik ---------------------------------------------74vi) Sekolah minus ruang klas, buku dan sarana penunjang ------------------------75

2) Aksesibilitas ----------------------------------------------------------------------------------76i) ‘Diskriminasi Total’ -------------------------------------------------------------------77ii) Pendidikan dengan pendekatan kekerasan ---------------------------------------78

3) Akseptabilitas --------------------------------------------------------------------------------78i) Rendahnya kualitas guru ------------------------------------------------------------79ii) Kurikulum gagal dijalankan ---------------------------------------------------------79iii) Rendahnya kualitas pendidikan ----------------------------------------------------81iv) Mengabaikan proses -----------------------------------------------------------------82

4) Adaptabilitas ---------------------------------------------------------------------------------83i) Kontekstualisasi pendidikan menjadi tidak relevan ------------------------------83ii) Sekolah yayasan ‘dinegerikan’ kemudian diterlantarkan-------------------------83iii) Birokrasi macet dalam memajukan pendidikan ----------------------------------85

BAB IV - LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR: PENDIDIKAN TERLANTAR ----------------------------------------------------------89

4.1. Pengantar: Di manakah Anda berada? -------------------------------------------------------894.2. Masalah Pendidikan di Lembata --------------------------------------------------------------92

1) Masih rendahnya pendidikan seumumnya warga Lembata --------------------------932) Masalah kualitas pengajaran dan pendidikan serta hasil capaiannya ----------------943) Rendahnya partisipasi dalam pendidikan------------------------------------------------994) Keterbatasan pendekatan rasio jumlah murid dan guru ---------------------------- 1005) Tingkat putus sekolah -------------------------------------------------------------------- 1016) Minimnya anggaran pendidikan kabupaten ------------------------------------------ 102

4.3.Potret para guru pendidikan dasar di Lembata ---------------------------------------------- 1051) Jarak rumah ke sekolah ------------------------------------------------------------------ 1052) Di mana mereka mengajar? ------------------------------------------------------------- 1063) Sertifi kasi profesi ------------------------------------------------------------------------- 1065) Keadaan ekonomi guru: Sejauh mana tekor? ----------------------------------------- 1097) Tanggungan rumahtangga dari para guru -------------------------------------------- 1118) Harapan dari para guru di Lembata ---------------------------------------------------- 117

i) Tentang keadaan anak-anak dan orangtua mereka ----------------------------- 117iii) Perlindungan untuk para guru ---------------------------------------------------- 118iv) Dampak buruk ujian nasional ----------------------------------------------------- 118v) Tentang kurikulum dan peningkatan kapasitas mengajar --------------------- 119vi) Tentang sertifi kasi profesi guru --------------------------------------------------- 120

Page 8: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

viii Darurat Pendidikan di Indonesia

vii) Otonomi sekolah -------------------------------------------------------------------- 120viii) Tentang wajib belajar sembilan tahun-------------------------------------------- 121

4.4.Para murid dan orangtua mereka -------------------------------------------------------------- 1211) Abdullah, si tukang bangunan, --------------------------------------------------------- 1222) Yohana, 14 tahun, dari Lewoleba, ----------------------------------------------------- 1243) Maria Marliana Rini, 15 tahun, --------------------------------------------------------- 126

4.5.Analisis hak dasar terhadap capaian pendidikan -------------------------------------------- 1291) Ketersediaan ------------------------------------------------------------------------------- 129

i) SD gratis, tak ada putus sekolah -------------------------------------------------- 129ii) Partisipasi sekolah rendah di tingkat SMTP ------------------------------------ 130iii) Tantangan krusial bagi pemerintah daerah -------------------------------------- 130iv) Pendidikan Dasar 12 Tahun? ------------------------------------------------------ 131v) Sekolah swasta sebagai alternatif pilihan belajar? ------------------------------ 131vi) Apakah terjadi pertambahan jumlah sekolah di Omesuri? ------------------- 132

2) Aksesibilitas pendidikan ----------------------------------------------------------------- 133i) Diskriminasi terhadap masyarakat adat Lembata? ----------------------------- 134ii) Diskriminasi terhadap perempuan? ---------------------------------------------- 134iii) Pemerataan pendidikan: Beyond Gender? -------------------------------------- 135

3) ‘Akseptabilitas’ ----------------------------------------------------------------------------- 136i) Mutu hasil pendidikan secara umum --------------------------------------------- 136ii) Adakah kemerdekaan mengembangkan kurikulum dan silabus pendidikan? ------------------------------------------------------------ 137iii) Lemahnya organisasi kerja para guru -------------------------------------------- 138

4) Adaptabilitas ------------------------------------------------------------------------------- 139i) Studi kasus desa Lèrèk, Atadei: Konteks adaptabilitas hak pendidikan ---- 139ii) Konteks kemiskinan ekonomi ---------------------------------------------------- 140iii) Mungkinkah anak belajar dalam kemiskinan dan kegelapan? ---------------- 141iv) Orang sibuk mencari makan. Sekolah dan belajar kurang penting? -------- 143v) Apakah pendidikan membekali harapan menyelesaikan masalah pangan? 144vii) Reorientasi kurikulum berbasis adaptasi dan penyelesaian masalah lokal? 146viii) Sekolah swasta vs sekolah negeri? ------------------------------------------------ 149

BAB V - JEMBRANA : KABUPATEN PERINTIS WAJIB BELAJAR 12 TAHUN --------------------------------------------------------- 153

5.1 Pengantar: Sekilas Jembrana ----------------------------------------------------------------- 1535.2 Kebijakan dan Program Pendidikan -------------------------------------------------------- 155

1) Periode 2000-2005 ------------------------------------------------------------------------ 155i) Kesempatan belajar seluas-luasnya ----------------------------------------------- 155ii) Peningkatan kualitas guru ---------------------------------------------------------- 156iii) Peningkatan sarana dan prasarana dengan pola block grant ----------------------------------------------------------------------- 156iv) Regrouping sekolah tingkat dasar --------------------------------------------------- 157v) Program sekolah kajian------------------------------------------------------------- 157

Page 9: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

ix Darurat Pendidikan di Indonesia

2) Periode 2006-2011 ------------------------------------------------------------------------ 157i) Sasaran pembangunan bidang pendidikan -------------------------------------- 157ii) Arah kebijakan pembangunan ---------------------------------------------------- 158iii) Program pendidikan ---------------------------------------------------------------- 160vi) Program khusus Paket B dan Paket C ------------------------------------------- 163v) Peraturan Daerah Bidang Pendidikan -------------------------------------------- 165vi) Realisasi Anggaran Pendidikan---------------------------------------------------- 168

3) Dampak pendidikan berdasarkan laporan pemerintah kabupaten ---------------- 170i) Perkembangan jumlah sekolah --------------------------------------------------- 170ii) Peningkatan kualitas bangunan sekolah ----------------------------------------- 171iii) Peningkatan AKM, APM dan kelulusan----------------------------------------- 172iv) Peningkatan jumlah penduduk melèk huruf ----------------------------------- 175

5.3.Potret Guru Pendidikan Tingkat Dasar ------------------------------------------------------ 1761) Guru Sekolah Dasar (SD) --------------------------------------------------------------- 1762) Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)--------------------------------------------- 178

5.4.Kondisi Rumah Tangga Miskin di Jembrana ------------------------------------------------ 1805.5.Analisis Hak atas Pendidikan di Jembrana --------------------------------------------------- 184

1) Ketersediaan ------------------------------------------------------------------------------ 185i) Keterbatasan cakupan -------------------------------------------------------------- 186ii) Kebijakan progresif-bertahap dalam memanfaatkan dana publik 20persen untuk pendidikan -------------------------------------------------------------------- 187

2) Aksesibilitas ------------------------------------------------------------------------------- 187i) RSBI diskriminatif ? ----------------------------------------------------------------- 187ii) Efi siensi geografi s demi peningkatan kinerja pendidikan sekolah -------------------------------------------------------- 188iii) Program beasiswa untuk sekolah lanjutan -------------------------------------- 189

3) Akseptabilitas ------------------------------------------------------------------------------ 190i) Pembaruan pendidikan bermutu berdimensi anti- korupsi? ----------------------------------------------------------- 191ii) Munculnya budaya kerja pendidikan? -------------------------------------------- 191iii) Peningkatan mutu kelulusan?------------------------------------------------------ 192

4) Adaptabilitas ------------------------------------------------------------------------------- 193i) Apakah pendidikan telah dirancang untuk menyelesaikan masalah setempat? ------------------------------------------------ 194ii) Pembaruan pendidikan = pembengkakan pembiayaan minus produktivitas? ------------------------------------------------ 195

Page 10: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

x Darurat Pendidikan di Indonesia

BAB VI - KISAH DAN KESAKSIAN MEMPERJUANGKAN HAK ATAS PENDIDIKAN ----------------------------------------------------------- 199

6.1. Menerobos Rimba demi Cita-cita ----------------------------------------------------------- 1996.2. ‘Kalau Bukan Kami, Siapa Lagi?’: Kisah Guru SD di Pedalaman Maybrat ---------- 2056.3. Cahaya Akan Bersinar dari Kampung Amgotro ----------------------------------------- 2106.4 Merantau Mencari Pendidikan yang Bermutu ------------------------------------------- 213

BAB VII -DARURAT PENDIDIKAN NASIONAL ------------------------------------------- 2171) Kondisi Tiga Kabupaten -------------------------------------------------------------------- 2182) Kondisi Tingkat Nasional -------------------------------------------------------------------- 226

Daftar Pustaka -------------------------------------------------------------------------------------------- 240Index ------------------------------------------------------------------------------------------------ 241

Page 11: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

xi Darurat Pendidikan di Indonesia

DAFTAR TABELTabel 1.1 PERBANDINGAN PASAL 31 UUD 1945 SEBELUM & SETELAH AMANDEMEN -------------------------------------------10

Tabel 2.2 KEWAJIBAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN BERBASIS HAK ASASI MANUSIA---------------------------------------------------22

Tabel 2.3 RATA-RATA BIAYA PENDIDIKAN YANG DIKELUARKAN ----------------- RUMAH TANGGA PER TAHUN ----------------------------------------------------68

Tabel 2.4 PENGELUARAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA DAN BIAYA PENDIDIKAN RATA-RATA SETIAP RUMAH TANGGA DALAM SATU TAHUN ---------------------------70

Tabel 2.5 BESARAN ANGSURAN YANG DIBAYAR GURU SETIAP BULAN ---------------------------------------------------------------------------73

Tabel 3.1 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN, LEMBATA 2004 ---------------------------------------93

Tabel 3.2 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN, LEMBATA 2007 ---------------------------------------94

Tabel 3.3 TINGKAT KELULUSAN & RATA-RATA NEM, LEMBATA 2005 ----------------------------------------------------------------------------95

Tabel 3.4 RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN PARA GURU ----------------------96

Tabel 3.4B PERINGKAT AKREDITASI SEKOLAH DI LEMBATA 2012 -----------------------------------------------------------------------97Tabel 3.5 PERBANDINGAN JUMLAH DESA DAN JUMLAH GEDUNG SEKOLAH ----------------------------------------------98

Tabel 3.6 FASILITAS PENDUKUNG PENDIDIKAN & PENGAJARAN, LEMBATA 2006 --------------------------------------------------98

Tabel 3.7 RENDAHNYA PARTISIPASI SEKOLAH DI PEDESAAN -------------------------------------------------------------------------- 100

Tabel 3.7a PERUBAHAN ANGKA TINGKAT PARTISIPASI SEKOLAH -------------------------------------------------------------- 100

Tabel 3.8 TINGKAT PUTUS SEKOLAH, LEMBATA 2006 -------------------------------- 101

Tabel 3.9 VOLUME ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN LEMBATA 2009-2011 ------------------------------------------- 102

Tabel 3.10 POKOK-POKOK UTAMA PEMBIAYAAN DINAS PPO LEMBATA APBD 2005-2006 ---------------------------------------- 104

Tabel 3.11 APA LATARBELAKANG PENDIDIKAN TERAKHIR GURU YANG BELUM MENDAPATKAN SERTIFIKASI? -------------------------------------------------- 107

Page 12: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

xii Darurat Pendidikan di Indonesia

Tabel 3.14 TANGGUNGAN KELUARGA DARI PARA GURU --------------------------- 112

Tabel 3.15 KEADAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PARA GURU ----------------------------------------------------------------------------- 113

Tabel 3.16 TANGGUNGAN ANAK DARI PARA GURU ----------------------------------- 113

Tabel 3.17 TANGGUNGAN ANGGOTA KELUARGA YANG LAIN ------------------- 114

Tabel 3.18 PENGELUARAN KEUANGAN PARA GURU DI LEMBATA ---------------------------------------------------------------------------- 115

Tabel 3.19 RATA-RATA JENIS PENGELUARAN PER KAPITA WARGA LEMBATA MENURUT BPS LEMBATA ------------------------------ 116

Tabel 3.20 PERKIRAAN PENGELUARAN KELUARGA ABDULLAH DALAM SETAHUN TERAKHIR -------------------------------- 125

Tabel 3.22 PERKEMBANGAN PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN, LEMBATA 2004-2008 --------------------------------------------- 133

Tabel 3.23 LAHAN & PRODUKSI TANAMAN KOMODITI DIKECAMATAN ATADEI ---------------------------------------------------------- 141

Tabel 3.24 LATARBELAKANG PENDIDIKAN ORANGTUA DARI MURID-MURID SMP NEGERI 2 ATADEI 2010-2011 ---------------- 142

Tabel 3.25 LATARBELAKANG PENDIDIKAN ORANGTUA DARI MURID-MURID SMP NEGERI 2 ATADEI 2010-2011 --------------------------------------------------------------------- 147

Tabel 3.26 PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN DI SMPN2 NEGERI, ATADEI LEMBATA 2010-2011 ------------------------------------------------------------------- 148

Tabel 3.27 PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN DI SMP SWASTA/KATOLIK ‘TANJUNG KELAPA LEREK ATADEI 2007/2008 --------------------------------------------------------- 149

Tabel 3.28 NEGERI/INPRES ATAUKAH SWASTA YANG MEMPERJUANGKAN MUTU PENDIDIKAN DI LEMBATA? ------------------------------------------------------ 151

Tabel 4.1 POTRET REALISASI ANGGARAN PENDIDIKAN DI JEMBRANA, BALI -------------------------------------------- 169

Tabel 4.2 JUMLAH SEKOLAH MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN DI JEMBRANA 2000-2005 --------------------------------------- 171

Tabel 4.3 JUMLAH DAN KONDISI RUANG SEKOLAH --------------------------------- 172

Tabel 4.4 APK, APM, DROPS-OUT DAN KELULUSAN DI TINGKAT SD DAN SEDERAJAT ---------------------------------------------- 173

Page 13: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

xiii Darurat Pendidikan di Indonesia

Tabel 4.5 APK, APM, DO DAN KELULUSAN DI TINGKAT SMP DAN SEDERAJAT --------------------------------------------------------------- 173

Tabel 4.6 APK, APM, DO DAN KELULUSAN DI TINGKAT SMA DAN SEDERAJAT --------------------------------------------------------------- 173

Tabel 4.7 PERSENTASE PENDUDUK USIA 7-18 TAHUN MENURUT PARTSIPASI BERSEKOLAH 2009 --------------------------------- 174

Tabel 4.8 JUMLAH RATA-RATA PARTISIPASI BERSEKOLAH 2004-2009 ------------------------------------------------------------ 174

Tabel 4.10 POLA PENGELUARAN RUMAH TANGGA ------------------------------------ 183

Tabel 4.11 KOMPONEN BIAYA SEKOLAH --------------------------------------------------- 184Tabel 4.12 DAMPAK DARI PEMBARUAN PENDIDIKAN DI JEMBRANA TERHADAP ORANGTUA & PARA GURU ATAU SEKOLAH -------------------------------------------------- 190

Tabel 4.13 ANALISA PROBLEM PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN DI TIGA KABUPATEN JEMBRANA, MAYBRAT DAN LEMBATA -------------------------------------------------------- 238

***

Page 14: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

xiv Darurat Pendidikan di Indonesia

SingkatanABT : Anu Beta TubatPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPK : Angka Partisipasi KasarAPM : Angka Partisipasi Murni BOS : Bantuan Operasional Sekolah BPS : Biro Pusat StatistikCBSA : Cara Belajar Siswa AktifDAK : Dana Alokasi KhususEBTA : Evaluasi Belajar Tahap AkhirIKIP : Institut Keguruan dan Ilmu PendidikanKKN : Kuliah Kerja NyataKMB : Konferensi Meja Bundar KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan PengajaranLTS : Lagere Technische SchoolMDGs : Millenium Development GoalsMI : Madrasah Ibtida’iyahMTs : Madrasah TsanawiyahPBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa PGSD : Pendidikan Guru Sekolah DasarPGSLP : Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan PertamaPMS : Primaire Middlebare SchoolPNS : Pegawai Negeri SipilPPO : Pendidikan Pemuda dan OlahragaRI : Republik IndonesiaSD : Sekolah DasarSDN : Sekolah Dasar NegeriSDM : Sumber Daya ManusiaSLTP : Sekolah Lanjutan Tahap PertamaSMK : Sekolah Menengah KejuruanSMP : Sekolah Menengah PertamaSMPN : Sekolah Menengah Pertama NegeriSMA : Sekolah Menengah AtasSMU : Sekolah Menengah Umumsms : short message serviceSP2010 : Sensus Penduduk tahun 2010 SPG : Sekolah Pendidikan Guru

Page 15: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

xv Darurat Pendidikan di Indonesia

SPP : Sumbangan Penyelenggaraan PendidikanSTK : Surat Tanda KelulusanTPS : Tingkat Partisipasi SekolahTK : Taman Kanak-kanakUT : Universitas TerbukaYPPK : Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik

Akronimekosob : ekonomi, sosial dan budayainpres : Instruksi Presideniptek : ilmu pengetahuan dan teknologiKominfo : Kementerian Komunikasi dan InformasiMulo : Meeruitgebreid Lager OnderwijsOdo : Opleiding School Voor Dorps OnonderwijarOvvo : Opleiding School Voor VolksonderwijsPepera : Penentuan Pendapat Rakyatrombel : rombongan belajarsipol : sipil dan politikTrikora : Tri Komando RakyatUNTEA : United Nation Temporary Executive Administrationwajar : wajib belajar

Page 16: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

xvi Darurat Pendidikan di Indonesia

. . . pada hari perayaan hak asasi manusiaDesember 2012

Pendidikan yang berhasillebih akan berbasis di dalam suatu unit desa

sebagai suatu ‘republik’ yang memerdekakan, atau di dalam suatu unit terkecil dalam keber-

samaan yang saling mendukung. Di dalamnya prak-tik pendidikan menjadi puncak dari sasaran

dan gerak sentrifugal dari seluruh kegiatan dan kehidupan masyarakat di dalam desa.

— Mahatma Gandhi

Page 17: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN1.

Sejak pendidikan menjadi komoditi yang diperdagangkan dan lembaga pendidikan beralih fungsi dari lembaga pelayanan sosial menjadi lembaga komersial, pendidikan —apalagi pendidikan bermutu— semakin jauh dari

jangkauan kelompok miskin. Kian mahalnya biaya pendidikan membuat kelu-arga miskin seringkali harus menyerah betapapun anak-anak mereka berpresta-si. Bahkan sekadar bermimpi dapat menyekolahkan anak hanya setingkat SMA saja mereka tak berani lagi. Anak-anak pun mereka paksa untuk menanggalkan mimpi sejak dini.

Ada anak lulusan SMP yang berprestasi —bahkan pernah mengikuti olim-piade sains di daerahnya— terpaksa menjadi buruh migran di luar negeri karena orangtua tak mampu lagi membiayai pendidikannya. Ada lagi anak dari keluarga miskin yang nekat mengikuti tes dan diterima di perguruan tinggi negeri terpak-sa mengundurkan diri karena bapaknya yang buruh tani tak mampu membiayai. Rasa frustasi mendorongnya lari ke luar negeri menjadi buruh migran.

Rupanya di negeri ini tengah berlangsung proses pemiskinan yang jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan. Dulu, meskipun miskin, orangtua dan anak-anak dari keluarga miskin masih berani bermimpi. Sebab dulu masih besar peluang bagi anak-anak keluarga miskin untuk mewujudkan mimpinya. Tidak heran kalau dulu banyak anak dari keluarga miskin berhasil meraih pendidikan tinggi. Tapi sekarang sekadar bermimpi bisa menyekolahkan anak sampai SMA saja mereka sudah tidak berani. Realitas di sekeliling mereka mengajarkan, anak-anak miskin yang nekat menerobos masuk ke jenjang SMA berakhir dengan pu-tus sekolah. Kelompok miskin semakin rentan untuk kehilangan harapan akan masa depan. Itulah mengapa banyak orang miskin bunuh diri. Sebab tiadanya harapan akan masa depan membuat orang miskin berpikir, mati sekarang atau besok sama saja.

Page 18: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

2 Pendahuluan

Di tengah kenyataan kemiskinan yang masih terus saja melumpuhkan ma syarakat untuk mampu bangun sendiri mencapai kemandirian, tak lain ha-nya pendidikan yang masih mampu memberikan kekuatan kepada kita untuk berharap ketika berbagai program pembangunan tidak memuaskan. Jika dalam menjalankan program-program pendidikan pun pada akhirnya juga tidak kita pertanggung-jawabkan, maka satu-satu harapan yang masih masuk akal ini akan sirna sama sekali. Kita tak mampu lagi berjalan maju ke depan di semua bidang kehidupan dalam masyarakat dengan lebih percaya diri, karena di mana-mana terjadi kebusukan yang mematikan mereka yang hendak bersungguh-sungguh dalam mengimplementasikan program-program pembangunan.

Hanya dengan memandang pendidikan dari sisi hak- hak dasar manusia, maka harapan untuk mengembalikan arah pelaksanaan program pendidikan pa-da jalurnya yang benar akan membuahkan suatu keyakinan bahwa secara ber-tahap kita akan dapat memulihkan dan menguatkan jati diri para pelaku pen-didikan untuk membantu anak-anak kita dan semua warga negara yang memer-lukannya terbebaskan dari kejahiliyahan dan kegelapan pengetahuan, dan mam-pu mencapai kesadaran dan kemandirian. Hak dasar manusia menawarkan suatu kerangka analisis yang memungkinkan kita mempertanyakan kembali se jauh mana kita telah memenuhi kewajiban membebaskan mereka yang paling ter-lupakan di pelo sok-pelosok desa dan di lorong-lorong kumuh di perkotaan dari nir-pengetahuan, sejauh mana kita mampu menawarkan suatu perubahan sikap yang mendasar kepada anak-anak didik kita lebih daripada sekadar mendapatkan pengetahuan di sekolah-sekolah. Sejauh mana kita membekali mereka dengan kemerdekaan dasar yang memungkinkan mereka untuk menguatkan diri sendiri dan sesamanya dalam masyarakat sehingga mampu belajar sendiri lebih banyak lagi dari lingkungan sosial, alam,dan dari dalam diri mereka sendiri.

Tentunya Anda segera ingin tahu, pelajaran apa yang akan Anda dapatkan dengan membaca buku catatan penelitian ini. Beberapa pertanyaan berikut ini kami harap akan membantu Anda untuk mempersiapkan diri mencari tentatif dan alternatif jawaban-jawabannya di dalam buku ini. Semuanya kami cetuskan untuk mencoba merangsang daya ingin tahu Anda tentang dunia dan masalah pendidikan serta masa depan bangsa kita ..

Bagi Anda yang jauh dari Papua, apa lagi yang masih dapat Anda pelajari dari pulau di ujung timur Indonesia itu yang kabar-kabarnya terus mendidih de-ngan pergolakan anti-Jakarta. Dalam ranah pendidikan, apa pula yang dapat kita pelajari dari sebuah kabupaten terpencil di pedalaman kepala burung di Papua? Mungkin Anda baru pertama kalinya mendengar ada sebuah kabupaten terpencil dengan nama Maybrat, tetapi mengapa masyarakat di sana begitu bersemangat

Page 19: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

3 Pendahuluan

untuk menyekolahkan anak-anak mereka meskipun pemerintah (daerah) masih sangat jauh dari harapan dalam menjalankan tugas mereka menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak Papua? Mengapa para orangtua di Maybrat meman-dang pendidikan sebagai suatu hal yang sangat penting bagi anak-anak mereka, sementara kita lihat pula ketika pendidikan tak memberikan harapan, warga mis-kin di pesisir Jembrana atau sebagian warga pedalaman di Lembata memandang pendidikan sebagai kegiatan yang tidak berharga? Apakah sesungguhnya Papua sebagai daerah paling ujung timur di Indonesia sekaligus suatu pulau dan areal yang begitu kaya dengan sumber daya alam itu masih merupakan bagian integral dari Indonesia sehingga pendidikan untuk anak-anak Papua begitu diterlantar-kan? Ataukah Jakarta hanya menginginkan kekayaan alam Papua saja, sementara menerlantarkan warga Papua sebagai warga asli di pulau itu? (Mohon dilihat latar belakang masing-masing kabupaten pada bab-bab yang bersangkutan.)

Dari Jembrana di Bali sebagai sebuah kabupaten yang disebut-sebut se-bagai salah satu kabupaten yang pernah dipimpin oleh seorang bupatinya yang sangat peduli kepada masyarakatnya dan seorang bupati yang sangat berprestasi di mata banyak pengamat pembangunan, bagaimana cara-cara yang ditempuh-nya untuk memberangus kecodongan aparat pemerintah daerah yang condong korup sehingga dana pembangunan tak jua secara memadai dan secara langsung sampai pada anak-anak sekolah dan masyarakat seumumnya? Tetapi mengapa, sekalipun prestasi pemerintah Jembrana dalam mengawasi praktik pendidikan, masih tak sedikit juga kelompok-kelompok masyarakat miskin yang tak ter-layani? Mungkinkah praktik pendidikan dipisahkan begitu saja secara kaku dari kenyataan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat?

Sementara itu dari Lembata tetapi juga di Papua, kita boleh bertanya, meng apa sekolah- sekolah swasta yang duhulu menjadi lembaga penyimpan tim-bunan harapan kehidupan masyarakat sekarang semakin lumpuh dan tak ber-daya bahkan untuk mempertahankan diri mereka sendiri? Mengapa masyarakat setempat begitu saja (dengan kerelaan hati) menyerahkan sekolah- sekolah swasta yang dahulu mereka bangun sendiri dengan susah payah kepada pemerintah? Mengapa guru-guru swasta justru bangga menjadi pegawai negeri sipil sementara tak mereka sadari kemunduran kemerdekaan jiwa mereka ketika mendidik anak-anak Lembata atau Papua atau kabupaten-kabupaten yang lain? Ketika para guru justru semakin menjadi penakut atau bahkan pengecut karena tak memiliki nyali lagi untuk menyampaikan kenyataan yang menghimpit mereka? Mengapa mere-ka terpaksa (bangga) mengubahkan sekolah swasta menjadi sekolah ne geri dan berdampak pada hilangnya kemandirian untuk menyelenggarakan pendidikan yang mampu menyelesaikan masalah-masalah setempat?

Page 20: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

4 Pendahuluan

Sejauh mana cengkeraman rejim politik lokal di Lembata telah membe-lenggu para guru yang sesungguhnya merupakan kunci perubahan arah pen-didikan sehingga mematikan kemerdekaan para guru untuk menemukan kreativ-itas dan semangat mendidik anak-anak di sekolah. Lembata juga menawarkan suatu perspektif yang membuat kita lebih menyadari betapa pendidikan nasional di seluruh Indonesia sangat berat sebelah mengutamakan pendidikan formal se-hingga kita lupakan mereka yang berada di pelosok-pelosok desa itu sampai ter-luput dari kesadaran kita bahwa mereka adalah juga sasaran tugas pembebasan dari para penanggung jawab pendidikan daerah maupun nasional.

Di era reformasi, Indonesia mempunyai kerangka legalitas yang kuat terkait komitmen terhadap pendidikan berbasis hak. Dari UUD 1945 sampai instrumen internasional hak asasi manusia yang telah diratifi kasi pemerintah se-muanya mengamanatkan pelaksanaan pendidikan berbasis hak. Dalam kerangka legalitas itu negara mengakui bahwa pendidikan adalah hak dasar warga yang wajib dipenuhi negara.

Meskipun program wajib belajar sudah dicanangkan dan dilaksanakan se-jak 1973 oleh pemerintah Orde Baru, namun realisasi wajib belajar sembilan tahun masih jauh dari yang dijanjikan pemerintah. Pendidikan dasar berkuali-tas dan bebas biaya belum terwujud. Ini terlihat, misalnya, dari beberapa indi-kasi berikut: 1) orangtua masih mengeluarkan biaya untuk pendidikan dasar, 2) masih tingginya angka putus sekolah di jenjang sekolah dasar. Sebanyak 527.850 anak atau 1,7persen dari 31,05 juta anak SD putus sekolah setiap tahunnya. Bahkan peringkat Indonesia dalam Indeks Pembangunan Pendidikan untuk Se-mua pada 2011 merosot, dari posisi 69 ke posisi 65 dari 127 negara (Kompas, 4/3/2011); 3) Lulusan SD yang tak dapat melanjutkan ke SMP tercatat 720.000 siswa (18,4persen) dari lulusan SD setiap tahunnya; 4) mutu pendidikan masih menjadi pertanyaan, khususnya di wilayah Indonesia Timur yang jauh dari pusat pemerintahan.

Masalah putus sekolah dan ketidakmampuan para lulusan SD untuk da-pat melanjutkan pendidikan ke SMP pada umumnya disebabkan karena faktor kemiskinan. Karena itu dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional secara makro, perhatian khusus bagi anak-anak miskin merupakan perwujudan dari persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keadilan. Adalah adil jika anak-anak miskin diberikan perhatian khusus untuk mengkompensasikan kelemahannya yang secara struktural melekat dalam diri dan lingkungannya.

Perlunya perhatian khusus terhadap anak-anak miskin dalam pelaksanaan pendidikan didasari alasan bahwa mereka berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan untuk dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil yang se-tara dengan kawan-kawannya yang lebih beruntung. Banyak bukti mengungkap-

Page 21: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

5 Pendahuluan

kan bahwa kemiskinan secara ekonomi mempunyai akibat yang luas terhadap kemiskinan secara fi sik, intelektual, sosial, dan emosional. Secara fi sik anak-anak miskin sering sakit-sakitan, kurang bersemangat, mengantuk dan lusuh. Secara sosial mereka kurang bersahabat, agresif atau sebaliknya pemalu, malas, dan ren-dah diri. Secara emosional mereka labil dan kurang peka pada kepentingan orang lain. Secara kognitif mereka lemah, kemampuan belajarnya lambat, prakarsanya kurang, dan sulit berkonsentrasi (Supriadi1994:56-7). Keadaan mereka berbeda dengan anak-anak dari strata sosial-ekonomi menengah dan tinggi yang dalam keluarga mendapatkan perlakuan yang baik, makanan bergizi sejak bayi, iklim ke-luarga yang mendukung, dan sejak umur empat sampai lima tahun mendapatkan pendidikan pra-sekolah yang membuat mereka lebih siap untuk masuk SD.

Diskusi dengan guru SD di wilayah Leragere, Kabupaten Lembata, mi-salnya, mengungkapkan bagaimana anak-anak miskin sulit untuk berkonsentrasi selama menerima pelajaran dan sering mengantuk karena secara fi sik mereka ber ada dalam kondisi kurang terpenuhi kebutuhan akan gizi. Pada umumnya mereka berangkat sekolah dalam kondisi perut kosong karena tidak ada makanan di rumah. Apa yang dikatakan seorang guru SD di suatu daerah kumuh di Ban-dung mungkin mewakili sebagian kondisi anak-anak miskin itu. ‘Sebelum masuk klas, setiap anak di sini sudah merasakan dia itu orang gagal yang dikelilingi oleh oleh orang-orang yang gagal. Jadi bagaimana dia mempunyai dorongan belajar dan harapan untuk sukses dalam hidupnya. Sebelum mereka bisa belajar de-ngan baik, mereka harus dibantu untuk mengatasi citra dirinya yang negatif itu’ (Supriadi1994:60).

Upaya pendidikan bagi anak-anak miskin dan kurang beruntung, den-gan demikian, tidak bisa dianggap selesai dan dapat mencapai sasaran dengan dibebaskannya SPP atau diringankannya biaya sekolah mereka. Hal lain yang ti dak kurang penting untuk diperhatikan adalah pendekatan, metode, model, atau strategi pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok miskin. Untuk itu, pertanyaan yang patut diajukan dalam melihat persoalan pendidikan dasar dalam perspektif hak asasi manusia, adalah: 1) bagaimana pe-luang dan tantangan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis hak; 2) bagaimana kondisi pelaksanaan pendidikan berbasis hak di pelosok-pelosok pedesaan, khu-susnya di tiga kabupaten yang menjadi lokasi studi kasus praktik pendidikan; 3) bagaimana pendidikan dapat menjawab masalah-masalah kemiskinan yang diha-dapi masyarakat setempat.

* * *

Page 22: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

6 Pendahuluan

Studi kasus praktik pendidikan dengan pendekatan analisis hak dasar di tiga kabupaten di Maybrat ( Papua Barat), Lembata ( Nusa Tenggara Timur) dan Jembrana (Bali) ini kami angkat untuk menguji sejauh mana kita masih mam-pu belajar dari berbagai pengalaman yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan bagi warga masya-rakatnya. Mengapa tiga kabupaten itu yang dipilih? Di antara kabupaten yang ada di wilayah Papua, Maybrat dikenal sebagai kabupaten yang relatif tinggi akses masyarakatnya terhadap pendidikan. Lembata merupakan salah satu ka-bupaten di Provinsi NTT yang tingkat kelulusannya dalam ujian nasional paling rendah. Sementara Jembrana merupakan kabupaten perintis wajib belajar sem-bilan tahun di Indonesia. Masyarakat di tiga kabupaten itu masih sangat kental keterikatannya dengan sistem adat.

Bab pertama merupakan pendahuluan dari catatan yang kami terbitkan dalam bentuk buku ini, berisi ringkasan pelajaran yang dapat ditarik dari peng-amatan praktik pendidikan di tiga kabupaten dan kegiatan intervensi yang ka-mi lakukan, terutama di Lembata dan di Maybrat. Studi ini bukanlah teruta-ma merupakan sebuah studi ketat ilmu perbandingan tetapi lebih berupa upaya menarik pelajaran dari pengalaman praktik penyelenggaraan pendidikan formal di tiga kabupaten yang kami pilih berdasarkan ancangan pengandaian pelajaran yang dapat ditarik untuk mendorong perubahan dalam penyelenggaraan pen-didikan di Indonesia, terutama di daerah-daerah miskin dan terabaikan.

Bab kedua, memaparkan kerangka legalitas yang menjadi acuan dalam me-nilai praktik pendidikan berbasis hak. Dalam bab ini bisa dipelajari hak warga terkait pendidikan dan kewajiban serta komitmen pemerintah dalam mewujud-kan pendidikan berbasis hak.

Bab ketiga sampai kelima merupakan presentasi dari kondisi umum praktik pendidikan di tiga kabupaten yang dipilih dalam studi ini, kemudian diikuti de-ngan identifi kasi masalah pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat setempat, dan yang terakhir merupakan analisis pelaksanaan pendidikan berbasis hak ber-dasarkan empat komponen indikator pemenuhan hak, yang terdiri dari ‘keterse-diaan’, ‘aksesibilitas’ atau ‘keterjangkauan’, ‘ akseptabilitas’ atau ‘keberterimaan’, dan ‘ adaptabilitas’ atau ‘ kebersesuaian’.

Bab keenam merupakan kesaksian dari guru dan murid terkait pelaksanaan pendidikan dasar di daerah mereka ( Papua). Ada tiga orang murid dan seorang guru yang mengisahkan pengalaman mereka terkait pendidikan dasar. Peng-alaman murid dan guru ini memperluas horizon dalam melihat problem pen-didikan di Papua.

Page 23: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

7 Pendahuluan

Bab ketujuh merupakan tarikan benang merah atau kesimpulan dari temuan-temuan terkait praktik pendidikan di tiga kabupaten, dan sekaligus refl eksi atas kondisi pendidikan di Indonesia dari kacamata pendidikan berbasis hak.

Dalam buku ini anda tidak akan menemukan paparan khusus terkait re-komendasi. Sebab pemaparan dan analisia atas problem pendidikan di tiga ka-bupaten dan di tingkat nasional sudah menunjukkan bagaimana pembaruan pen-didikan dijalankan dan ke mana pembaruan pendidikan seharusnya diarah kan.

Analisis ini menggunakan kerangka umum yang lazim diterapkan dalam memandang keadaan pendidikan dari sisi pendekatan hak- hak dasar, yaitu bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, seperti yang minimal dapat kita kutip secara sah dengan legiti-masi universal dari Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Pasal 13 dan 14. Konstitusi kita UUD 1945 pasal 31:1-2. Pasal ini menggarisbawahi janji yang sama, yang wajib kita tuntut terus-menerus pelaksanaannya dalam kenyataan.

Lebih daripada itu pemenuhan hak atas pendidikan ini wajib dan karena-nya harus dijamin dengan cara memastikan bahwa pemerintah sungguh-sungguh memusatkan segala daya upayanya untuk memaksimalkan sumber-sumber yang tersedia secara transparan dan mengutamakan manfaat yang sebesar-besarnya dari penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk semua warga negara. Salah satu tengara yang signifi kan adalah sejauh mana sumber-sumber itu dimanfaatkan untuk pemajuan investasi kapasitas manusia terutama sejauh berupa kecerdasan intelektual dan daya-daya kemanusiaan yang mengimbanginya.

Kami pertanyakan dalam analisis ini empat dimensi utama dari hak dasar pendidikan. Pertama, analisis ‘ketersediaan’ (availability): sejauh mana para pihak mampu memastikan suatu praktik pendidikan wajib dan bebas biaya untuk semua anak atau warga kabupaten. Sisi lain dari ketersediaan pendidikan dasar ini beracu pada sejauh mana tersedia pula kebebasan bagi orangtua dan warga kabupaten pada umumnya dalam menentukan pilihan mereka ketika hendak (menyerahkan) memberikan kesempatan belajar untuk anak-anak mereka.

Kedua, analisis ‘ akseptabilitas’ atau ‘keterjangkauan’ (accessibility) dari peme nuhan hak dasar pendidikan menguji sejauh mana telah sungguh-sungguh dijamin tidak terjadinya diskriminasi dalam segala bentuknya yang mungkin ter-jadi, termasuk diskriminasi berdasarkan kemampuan ekonomi. Secara khusus perhatian kami arahkan di sini kepada pemenuhan hak pendidikan masyarakat adat, kelompok miskin, dan keikutsertaan perempuan dalam pendidikan.

Ketiga, analisis ‘ akseptabilitas’ atau ‘keberterimaan’ (acceptability) un-tuk pencapaian dari pemenuhan hak dasar pendidikan mengacu pada fokus terha dap ‘sejauh mana mutu pendidikan telah dicapai’. Untuk itu perlu ditinjau

Page 24: E-Book: DARURAT PENDIDIKAN: Sebuah Tinjauan Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Hak di Indonesia, 2012

8 Pendahuluan

salah satu sisi terpenting yang melukiskan bagaimana proses belajar-mengajar dan mendidik berlangsung dan sekaligus menguji bagaimana proses belajar ber-langsung di setiap kabupaten.

Keempat, benar bahwa analisis ‘ adaptabilitas’ atau ‘ kebersesuaian’ dalam pemenuhan hak dasar pendidikan mengarah pada pengujian terhadap sejauh mana prinsip kunci pemenuhan hak anak sungguh-sungguh telah di-jalankan, sejauh mana praktik pendidikan benar-benar telah memenuhi kepent-ingan yang paling utama dari setiap anak didik. Namun, analisis adaptabilitas ini akan menjadi relevan dan signifi kan bila kita tempatkan dalam kontekstual-isasi pendidikan sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak didik dan warga masyarakat di mana mereka tinggal, yang dalam konteks penelitian kami terutama berlaku di kawasan pedesaan yang akrab berinteraksi dengan dunia alamiah.**

* Penjelasan lebih lanjut tentang kerangka pendekatan hak dasar pendidikan ini dapat Anda perdalam dari Tomasevski, Katarina. 2004

Untuk mendapatkan unduhan bab-bab selanjutnya, mohon para pembaca men-ghubungi administrasi The Institute for Ecosoc Rights, di Jl. Tebet Timur Dalam VI-C/17, Jakarta 12820; telpon: 62-21-8304153; email: [email protected].

Kami juga mengharapkan partisipasi para pembaca untuk menawarkan ganti un-tung dari kerja keras kami dalam penelitian ini. Terimakasih.

The Institute for Ecosoc Rights, Jkt