dunia memuliakan pustaka

Download Dunia Memuliakan Pustaka

If you can't read please download the document

Upload: atep-kurnia

Post on 23-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Book World Capital

TRANSCRIPT

Dunia Memuliakan PustakaOleh. ATEP KURNIA

Dunia kian menyadari betapa buku sangat berharga. Oleh karena itu, dapat dimengerti bila kini setiap tahun diselenggarakan penganugerahan Ibukota Buku Sedunia (World Book Capital) kepada kota-kota di dunia yang sangat menaruh perhatian pada upaya memajukan penerbitan buku, kegiatan membaca, dan pengabdian insan-insan yang terlibat di dalamnya. Gagasan mulia bidang literasi tersebut lahir dari ide cemerlang insan perbukuan di Spanyol. Pada 10 Oktober 2001, Francisco Villar, wakil tetap Spanyol di UNESCO, melayangkan permohonan kepada UNESCO agar menyelenggarakan anugerah Ibukota Buku Sedunia setiap tahun. Permohonan yang didukung banyak negara ini bergayung sambut. Saat Konferensi Umum UNESCO pada 2 November 2001, lembaga PBB ini melalui Resolution 31C/29 memutuskan mendukung secara moral maupun intelektual gagasan Spanyol. Caranya, dengan melibatkan organisasi profesional dunia yang aktif dalam industri perbukuan.Jadinya, Ibukota Buku Sedunia menjadi program tahunan UNESCO bekerja sama dengan Asosiasi Penerbit Internasional (IPA), Asosiasi Perpustakaan Internasional (IFLA), dan Asosiasi Pedagang Buku Internasional (IBF). Dan Madrid menjadi Ibukota Buku Sedunia pertama pada 2001 karena ditunjuk langsung.Selain Madrid, UNESCO dan kompatriotnya bersepakat mencalonkan secara berturut-turut Alexandria (Mesir), sebagai Ibukota Buku Dunia tahun 2002 dan New Delhi (India) tahun 2003. Alexandria dianugerahi gelar itu karena berhasil membangun kembali perpustakaan kuna Alexandria, Bibliotheca Alexandrina. New Delhi ditunjuk langsung karena kota itu meluncurkan program yang memajukan penerbitan buku dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap industri buku.

Syarat dan Ketentuan

Setelah 2003, penunjukan Ibukota Buku Sedunia tidak berlaku. Gantinya, terbentuklah Panitia Pemilihan yang terdiri dari UNESCO, IPA, IFLA, dan IBT. Mereka bertugas memilihnya melalui seleksi proposal. Sejak saat itu, UNESCO memberlakukan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi calon dan peraih gelar Ibukota Buku Sedunia.Adapun syarat yang harus dipenuhi kota-kota calon, mula-mula proposal yang diajukan harus diserahkan tidak melebihi tenggat yang ditentukan panitia. Proposalnya harus lengkap: wajib menyertakan surat dukungan dari walikota kota yang bersangkutan; ditulis dengan bahasa resmi UNESCO, yaitu bahasa Perancis, Inggris, Spanyol, Russia, Arab atau Cina; maksimum berisi 25 halaman dalam format A4; dibuat lima rangkap; kemudian dikirim melalui pos, faksimili, atau kalau melalui email ditujukan ke alamat [email protected] dan berbentuk format pdf. Selain itu, proposal itu harus mencantumkan orang yang dapat dihubungi dari kota bersangkutan, yang meliputi nama, gelar, kode pos, telepon dan alamat email. Pencantuman tersebut demi kepentingan korespondensi antara kota kandidat dengan panitia sebelum pemilihan dan setelah lolos seleksi. Kota-kota calon memberikan kebebasan bagi UNESCO dan anggota panitia lainnya untuk menyebarkan proposal mereka secara online. Program-program kandidat harus ditujukan pada upaya memajukan penerbitan buku dan mengembangkan tradisi membaca selama masa antara satu perayaan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia (23 April) ke perayaan berikutnya. Dan agar adil, Panitia Pemilihan mencegah terpilihnya kota kandidat yang berasal dari daerah yang sama. Sementara kriteria yang akan diuji panitia meliputi enam hal, yakni: Pertama, program-program kegiatannya semata-mata ditujukan untuk program Ibukota Buku Sedunia dan melaksanakan program tersebut selama kota yang bersangkutan menjadi Ibukota Buku Sedunia dan dalam jangka waktu yang lebih lama demi hubungan kemitraan dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan literasi.Kedua, menyertakan kerangka umum pengeluaran dan strategi untuk mengidentifikasi sumber keuangan yang mungkin dapat membantu program tersebut. Ketiga, melibatkan kota, daerah, negara serta dunia. Pihak-pihak yang terlibat di dalamnya meliputi kalangan profesional dan organisasi non-pemerintah. Begitu pula dengan pengaruh program yang diselenggarakan. Keempat, jumlah dan mutu kegiatan sekali atau terus berlanjut oleh kota kandidat harus bekerja sama dengan organisasi literer berskala nasional dan internasional, yang mewakili para penulis, penerbit, penjual buku dan pustakawan dan sangat khidmat pada pihak-pihak yang terkait pada mata rantai penyediaan buku dan masyarakat sains & sastra.Kelima, jumlah dan mutu program lainnya ditujukan untuk memajukan penerbitan buku dan tradisi membaca; dan keenam, bersesuaian dengan prinsip-prinsip kebebasan berpendapat, kebebasan untuk menerbitkan (freedom to publish), serta menyebarkan informasi, sebagaimana yang dinyatakan di dalam Konstitusi UNESCO dan Pasal 19 dan 27 Pernyataan Semesta mengenai Hak-hak Azasi Manusia dan Kesepakatan pada Pemasukan Benda-benda Pendidikan, Sains, dan Budaya. Sementara, kewajiban yang harus dipenuhi kota yang dinobatkan sebagai Ibukota Buku Sedunia adalah: Pertama, melibatkan UNESCO dan ketiga organisasi profesional yang terlibat dalam Panitia Pemilihan, dengan jalan mengkomunikasikan dan menyebarkan informasinya melalui penayangan logo-logo mereka pada semua publikasi dan situs Internet yang berkaitan dengan Ibukota Buku Sedunia di kota yang bersangkutan.Kedua, menyetorkan laporan sementara kegiatan yang sedang dilangsungkan selama paruh pertama tahun nominasi (23 April-Oktober) dan laporan akhir kegiatan yang telah dilangsungkan setahun penuh nominasi (23 April -22 April tahun berikutnya) kepada UNESCO, yang akan menyebarkannya kepada semua anggota Panitia Pemilihan. Ketiga, secara sistematis mengundang UNESCO dan ketiga organisasi profesional yang terlibat dalam Panitia Pemilihan ke semua acara utama yang berhubungan dengan program Ibukota Buku Sedunia; dan keempat, menulis dan menyebarkan informasi program kota yang bersangkutan dalam bahasa nasional kota yang bersangkutan dan dalam bahasa internasional. Juga, pihak berwenang kota yang bersangkutan harus mendukung penuh dengan cara memfasilitasi auditing kegiatan sesuai dengan permintaan UNESCO.Namun, yang patut diingat, anugerah ibukota buku itu hanya bernilai simbolis, tidak bernilai uang dan gelar tersebut bisa dianggap bentuk penghargaan khusus bagi kota yang mampu mewujudkan kegiatan literasi yang semarak setahun penuh.

Pilihan Pusat Literasi Dunia

Setelah penganugerahan tahun 2003, Panitia menyeleksi proposal dari kota-kota calon Ibukota Buku Sedunia. Untuk kali pertamanya, pada 17 Januari 2003, Panitia mengadakan rapat penentuan Ibukota Buku Sedunia tahun 2004. Saat itu panitia memilih Antwerp (Belgia) karena keunggulan program acara yang meliputi aspek promosi buku, penjualan buku, penerbitan buku dan kegiatan membaca, kesusastraan, jasa dan layanan, kerajinan, buku untuk kalangan muda, buku dan keanekaragaman budaya, serta buku dan budaya minoritas. Untuk Ibukota Buku Sedunia 2005, Panitia memilih Kota Montreal (Kanada). Di balik keputusan panitia pada 17 Februari 2004 itu, Panitia menganggap Montreal menawarkan banyak aktivitas literer yang berskala dunia dan menggunakan pendekatan tematis yang diurai melalui kerja sama para penggiat industri buku di kota itu. Rapat Panitia pada 25 Oktober 2004 memutuskan Turin (Italia) menjadi Ibukota Buku Sedunia 2006, karena program yang disajikannya berkolaborasi dengan Kota Roma, sehingga tercipta sinergi di antara mata rantai perbukuan dan meliputi segi promosi buku dan kegiatan membaca.Keputusan rapat yang dipimpin Jean-Manuel Bourgois pada 17 Juni 2005 memilih Bogota (Kolombia) sebagai peraih Ibukota Buku Sedunia tahun 2007. Dengan lengkapnya tawaran, hadirnya prakarsa khusus untuk program tahun 2007 yang meliputi kegiatan kreatif untuk mempromosikan kegiatan membaca, pelibatan masyarakat lokal dan swasta.Di Paris, markas besar UNESCO, pada 8 Juni 2006 Panitia menentukan Ibukota Buku Sedunia 2008 jatuh kepada Kota Amsterdam (Belanda), karena proposal kota itu menyajikan program-program literer yang berkualitas, bervariasi, dan berskala internasional. Pelibatan semua pihak yang berkepentingan serta fokus kepada kebebasan berpendapat (freedom of expression), juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi Panitia. Pada 30 Agustus 2007, Kota Beirut (Lebanon) terpilih sebagai Ibukota Buku Sedunia tahun 2009. Beirut terpilih karena kota ini memusatkan program-programnya pada keanekaragaman budaya, dialog dan toleransi, serta program-programnya cenderung ragam dan menggairahkan. Panitia memilih Ljubljana (Slovenia) sebagai peraih Ibukota Buku Sedunia 2010 pada rapat 18 Juni 2008, karena kualitas aplikasinya demikian juga programnya lengkap. Demikian pula halnya dukungan luas insan perbukuan di Ljubljana.Pada rapat Panitia Ibukota Buku Sedunia tanggal 12 Juni 2009, Buenos Aires dinobatkan sebagai Ibukota Buku Sedunia tahun 2011. Dengan alasan, strateginya sangat solid untuk menyokong program-program yang dihelatnya. Demikian pula kualitas serta ragam kegiatannya sangat menonjol. Untuk 2012, gelar Ibukota Buku Sedunia jatuh ke Kota Yerevan (Armenia) melalui rapat panitia pada 2 Juli 2010. Kota ini dipilih karena kualitas dan variasi programnya, realistis, mengakar pada kehidupan orang kota, terpusat pada hal-hal universal dan melibatkan semua pihak terkait dalam industri buku. Ibukota Buku Sedunia 2013 untuk kali pertama diselenggarakan di Asia Tenggara, karena pada rapat 27 Juni 2011, panitia menetapkan Bangkok (Thailand). Kota ini dinilai melibatkan pelbagai pihak yang berkepentingan pada mata rantai penyediaan buku. Selain itu, Bangkok memfokuskan kegiatannya pada masyarakat dan komitmen yang tinggi pada kegiatan literer yang diajukan dalam proposal.Kemudian pada rapat 5 Juli 2012, panitia penyeleksi Port Harcourt (Nigeria) sebagai Ibukota Buku Sedunia 2014, karena kualitas programnya, terutama perhatian mereka terhadap kalangan muda-mudi, peran Port Harcourt dalam peningkatan budaya buku di Nigeria. Untuk tahun 2015, Kota Incheon (Korea Selatan) dipilih menjadi Ibukota Buku Sedunia 2015 sebagai hasil keputusan rapat panitia penyelenggara pada 16 Juli 2013. Selain karena karena kualitas programnya, Kota Incheon menyediakan akses kepada penerbitan buku cetak dan digital bagi warganya dan bagi Semenanjung Korea.Kapankah kota di Indonesia menjadi Ibukota Buku Sedunia? Barangkali bisa mengejar momentum tahun 2016. Mengapa? Karena panitia penyeleksi, sebagaimana yang dapat kita baca dari situs UNESCO, sedang menunggu proposal kiriman dari kota-kota di penjuru dunia untuk dipilih sebagai Ibukota Buku Sedunia 2016. Semoga saja ada di antara kota di Indonesia yang sudah mengirimkan proposal ke sana.

*Penulis, editor, dan penerjemah. Bergiat di Pusat Studi Sunda (PSS), Bandung.