2. tinjauan pustaka 2.1 dinamika genre di dunia perfilman ... · universitas kristen petra 15 pada...

26
Universitas Kristen Petra 13 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman Hollywood Dari masa ke masa film semakin berkembang, demikian pula genre. Genre memang bukanlah sebuah kata yang muncul di setiap percakapan tentang film, tetapi idenya ada dan disadari oleh semua orang. Film berada dalam cakupan genre-genre seperti manusia berada dalam keluarga atau kelompok etnis (Altman, 2004, p. 13). Hollywood sebagai industri perfilman terbesar di dunia sejak awal dijadikan titik tolak perkembangan genre-genre besar dan berpengaruh (Pratista, 2008, p. 12). Dalam dunia perfilman seperti Hollywood, genre menjadi sentral dari produksi film mereka. Dalam studio, bahkan sebelum sutradara ditunjuk atau pemain dipilih, film-film direncanakan dan ditulis dalam sebuah bingkai genre (Sklar, 2002, p. 10). Genre sangat dinamis, dan bergerak sesuai dengan pergerakan zaman. Satu pandangan mengatakan bahwa genre punya sebuah siklus hidup, di mana mereka berkembang, menjadi dewasa, dan menurun. Hal ini bisa membantu menjelaskan mengapa film-film western, yang pernah menjadi salah satu genre paling penting dalam dunia Hollywood, semakin jarang dibuat sejak pertengahan 1970-an. Selain itu, kepopuleran genre dipengaruhi pula oleh keadaan kultural dan historis yang spesifik, yang menjelaskan mengapa genre seperti horor dan fiksi ilmiah tenggelam di periode waktu tertentu dan berjaya di periode lain (Sklar, 2002, p. 10). Neale mengatakan bahwa istilah genre cukup baru untuk dunia media massa. Sebelum abad ke 19, genre lebih banyak dihubungkan dengan literatur atau kesenian lain. Tetapi dengan pengaruh dari teknologi-teknologi baru di tahun 1800-an, sarana hiburan massa pun menjadi lebih mudah diakses, dan membalik keadaan. Di dalam dunia perfilman, sebuah film sangat jarang bersifat murni. Hal ini tidak mengejutkan bila kita menilik dari warisan film yang berasal dari bentuk hiburan lain (gedung pertunjukan, musikal, teater, novel, dan lain-lain). Karena genre tidak statis, genre dapat bermutasi (Hayward, 2006, p. 186).

Upload: others

Post on 23-Aug-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

13

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman Hollywood

Dari masa ke masa film semakin berkembang, demikian pula genre. Genre

memang bukanlah sebuah kata yang muncul di setiap percakapan tentang film,

tetapi idenya ada dan disadari oleh semua orang. Film berada dalam cakupan

genre-genre seperti manusia berada dalam keluarga atau kelompok etnis (Altman,

2004, p. 13). Hollywood sebagai industri perfilman terbesar di dunia sejak awal

dijadikan titik tolak perkembangan genre-genre besar dan berpengaruh (Pratista,

2008, p. 12). Dalam dunia perfilman seperti Hollywood, genre menjadi sentral

dari produksi film mereka. Dalam studio, bahkan sebelum sutradara ditunjuk atau

pemain dipilih, film-film direncanakan dan ditulis dalam sebuah bingkai genre

(Sklar, 2002, p. 10).

Genre sangat dinamis, dan bergerak sesuai dengan pergerakan zaman. Satu

pandangan mengatakan bahwa genre punya sebuah siklus hidup, di mana mereka

berkembang, menjadi dewasa, dan menurun. Hal ini bisa membantu menjelaskan

mengapa film-film western, yang pernah menjadi salah satu genre paling penting

dalam dunia Hollywood, semakin jarang dibuat sejak pertengahan 1970-an. Selain

itu, kepopuleran genre dipengaruhi pula oleh keadaan kultural dan historis yang

spesifik, yang menjelaskan mengapa genre seperti horor dan fiksi ilmiah

tenggelam di periode waktu tertentu dan berjaya di periode lain (Sklar, 2002, p.

10).

Neale mengatakan bahwa istilah genre cukup baru untuk dunia media

massa. Sebelum abad ke 19, genre lebih banyak dihubungkan dengan literatur

atau kesenian lain. Tetapi dengan pengaruh dari teknologi-teknologi baru di tahun

1800-an, sarana hiburan massa pun menjadi lebih mudah diakses, dan membalik

keadaan. Di dalam dunia perfilman, sebuah film sangat jarang bersifat murni. Hal

ini tidak mengejutkan bila kita menilik dari warisan film yang berasal dari bentuk

hiburan lain (gedung pertunjukan, musikal, teater, novel, dan lain-lain). Karena

genre tidak statis, genre dapat bermutasi (Hayward, 2006, p. 186).

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

14

Hampir semua genre besar mengalami pasang surut dalam

perkembangannya dan tidak selalu populer sepanjang masa. Contohnya seperti

film-film musikal kini tidak sepopuler dan sesukses masa keemasan di era 1940-

an. Pada era tersebut film-film terlaris didominasi oleh jenis musikal, seperti

“Singing in the Rain”, “The Sound of Music”, serta “Westside Story”. Namun

kini tercatat hanya beberapa film saja yang sukses (Pratista, 2008, p. 11). Pada era

sekarang ini, studio Walt Disney pun mendominasi produksi film animasi-

musikal, seperti “Beauty and the Beast”, “Aladdin”, dan “The Lion King”

(Pratista, 2008, p. 18).

Leo Braudy percaya bahwa genre berfungsi sebagai barometer untuk

masalah sosial dan kultural di penonton. Sejak sebelum pertengahan tahun 1950-

an, pengertian awal dari identitas nasional yang aman di Amerika dibentuk oleh

film-film bergenre western, yang merepresentasikan spirit Amerika yang menjadi

pemimpin dan pionir. Namun hal ini kemudian digoyahkan dengan film-film

tertentu dimulai dari “Broken Arrow” milik Delmer Daves (1950) yang

memunculkan kemungkinan dan keraguan bagaimana bangsa Barat benar-benar

menang (Hayward, 2006, p. 187).

Sebelum tahun 1950 juga menjadi era di mana film noir tetap berpegang

pada mise-en-scene nya yang gelap, dan representasi dari dunia malam. Tetapi

film-film seperti ini semakin jarang muncul di tahun 1950-an, dan focus ceritanya

pun mulai berubah. Cerita-cerita tentang pria yang dikelilingi femme fatales

digantikan dengan konteks yang lebih institusional, dengan naratif dari film-film

tahun 1950-an yang berpusat pada polisi, perang dingin, dan nuklir – dan

perempuan jahat yang berusaha keras untuk menjadi baik. Contoh paling baik dari

film noir di masa ini adalah “The Big Heat” (1953) yang disutradarai oleh Fritz

Lang, yang merupakan pendukung dari pergerakan film noir di akhir Perang

Dunia II (Sklar, 2002, p. 325). Genre yang juga berkembang pada periode 1950-

an ini adalah genre fiksi ilmiah. Setelah Perang Dunia II, perkembangan dari

roket, ketertarikan terhadap luar angkasa, perhatian untuk dunia ilmiah dan

konsekuensi dari tenaga nuklir menyebabkan munculnya berbagai film fiksi

ilmiah (Sklar, 2002, p. 32).

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

15

Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi

dengan film-film parodi, yang dimulai tahun 1970-an. Film-film western diejek

oleh Mel Brook lewat filmnya “Blazzing Saddles” (1974), dan genre mata-mata

dijadikan lelucon lewat film “The Long Goodbye” (1973). Tahun 1970an ini

menandai menjamurnya parodi dan masa di mana genre-genre sangat

dibengkokkan sehingga penonton mempertanyakan apa yang baru saja

ditontonnya. “Chinatown” (Roman Polanski, 1974) dan “The French

Connection” (William Friedkin, 1971) adalah contoh-contoh baik dari masa ini.

Pembelokan dari kode-kode umum sangatlah besar dalam kedua film ini sehingga

penonton merasakan jarak yang lebar antara film dan dirinya – karena kita tidak

terlalu memahami apa yang kita lihat dan tidak mampu mengidentifikasikan siapa

protagonis utama film tersebut (Hayward, 2006, p. 187).

Dinamika genre di dunia Hollywood nampak pula pada genre horor yang

amat sukses dan populer di era 1930-an, dan baru bangkit kembali di era 1970-an

melalui film-film horor supernatural. Film-film bencana sejak era 1990-an hingga

kini masih sangat populer namun sebenarnya genre ini telah mengalami masa

keemasan pada era 1970-an (Pratista, 2008, p. 11).

Pada akhir abad ke-20, Hollywood dideskripsikan sebagai sebuah industri

dan tempat budaya film populer mengalami banyak perubahan revolusioner.

Memasuki abad ke-21, transformasi di Hollywood menjadi sangat tampak dan

lebih kuat daripada dekade-dekade sebelumnya. Pada abad ke-21 sampai

sekarang, genre di dunia perfilman Hollywood menjadi sangat hybrid (bercampur

satu sama lain), dan banyak memanfaatkan teknologi-teknologi mutakhir seperti

computer-generated imagery (CGI). Film-film fantasi seperti “Tron” (1982) milik

Disney menjadi sangat sukses. Film animasi Pixar yaitu “Toy Story” (1995) pun

menjadi tanda pergerakan genre di abad ke-21 ini, sementara film-film dengan

genre drama kehilangan popularitasnya bila dibandingkan dengan film dengan

teknologi efek khusus seperti “Gladiator” (2000) (Sklar, 2002, p. 536).

Dengan demikian dapat dilihat bahwa genre memang datang dan pergi

sesuai dengan perkembangan: film-film western dan musikal saat ini sudah tidak

tren lagi, sementara film-film perang tengah mengalami suatu kebangkitan, dan

film gangster telah bertahan dengan melakukan banyak perubahan sejak masa

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

16

kejayaannya. Satu-satunya genre yang nampaknya tidak pernah tersingkir adalah

komedi, mungkin karena genre komedi begitu fleksibel (Stokes, 2007, p. 89).

Genre di dunia Hollywood akan terus berkembang, karena genre tidaklah tetap

dan cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan. Hal ini memungkinkan

penonton untuk merasa bahwa ekspektasi mereka terhadap genre suatu film

terpenuhi, di samping membuat penonton merasakan perbedaan yang cukup

sehingga mereka tidak merasa sedang menonton film yang familiar lagi (Taylor &

Willis, 1999, p. 60).

2.2 Film Animasi

Sejak dulu, film animasi menjadi salah satu pilihan hiburan bagi

masyarakat, menjadi sangat populer dan disukai baik oleh orang dewasa maupun

anak-anak (Clarke, 2012, p. 2). Bila dilihat dari sejarahnya, maka film animasi

mempunyai tradisi yang panjang dan lebih tua dari yang terlihat. Kekuatan dari

film animasi terletak pada fakta bahwa, seperti film lainnya, animasi bermain

dengan ilusi optik yang dikenal sebagai ‘persistence of vision’. Apa yang kita lihat

di layar kaca bukan ‘gambar bergerak’, tetapi rangkaian dari gambar diam – 24

gambar tiap detiknya – yang diperlihatkan dalam rentang waktu yang begitu cepat

sehingga menipu mata penonton (Lord & Sibley, 2007, p. 17).

Paul Wells, dalam Understanding Animation, mengatakan bahwa film

animasi punya peranan penting yang seringkali diremehkan, namun sebenarnya

dapat membawa arti dan pesan-pesan penting yang dekat dengan isu-isu sosial.

Film animasi mempunyai kapasitas untuk meredefinisikan ortodoksi narasi dari

film live-action, dan menunjukkan kondisi manusia dengan kekuasaan dan

pandangan sebanyak yang bisa dilakukan film-film live action. (p. 6).

Berbeda dengan live-action, animasi menarik elemen-elemen untuk

dijadikan film dari material mentah yang dibuat secara eksklusif oleh ide-ide

manusia. Ide-ide berbeda yang dipunyai oleh animator-animator mengenai benda-

benda, makhluk hidup, pergerakan dan artinya direpresentasikan melalui gambar-

gambar yang dibuat dengan tangan mereka sendiri (Wells, p. 7). Dalam dunia film

animasi, makna didapatkan melalui ‘kosakata-kosakata’ unik yang dipunyai sang

animator, yang bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh pembuat film live-action.

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

17

Film animasi berurusan dengan realitas metafisik, bukan tentang bagaiman

sesuatu terlihat, tetapi apa arti dari sesuatu tersebut. Animasi dapat melawan

hukum gravitasi, menantang persepsi kita tentang ruang dan waktu, menghadirkan

benda mati dengan cara yang kaya dan dinamis (p. 11).

Sebagai salah satu media komunikasi massa, film dan genre punya

hubungan penting. Melalui genre, pengalaman manusia dapat direkonstruksi,

disusun ulang, dan diimajinasikan kembali. Sebagai salah satu cara untuk

mengorganisir, membingkai, dan mengarahkan pengalaman dan pengetahuan,

serta sebagai alat bagi industri, genre telah menjadi sentral dalam dunia film sejak

awal adanya media komunikasi ini (Dawning, 2004, p. 413).

2.3 Genre

Genre merupakan istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan teks-

teks media ke dalam kelompok-kelompok tertentu dengan karakteristik sejenis.

Konsep genre ini berguna untuk melihat bagaimana teks-teks media diorganisir,

dikategorisasi, dan dikonsumsi. Genre bisa diaplikasikan pada televisi, teks cetak

dan radio, juga untuk film. Konsep genre mengatakan bahwa ada tipe-tipe tertentu

dari materi media, yang dapat disadari melalui beberapa elemen yang sama,

seperti style, naratif, struktur, yang digunakan berulang-ulang untuk membuat

genre tertentu (Reyner, 2003, p. 54). Jane Stokes, dalam How to Do Media and

Cultural Studies, menuliskan bahwa genre adalah salah satu cara untuk

mengklasifikasikan film yang paling mudah diidentifikasi karena telah siap

digunakan oleh industri film, khususnya industri film Hollywood, demi tujuan

pemasaran (2007, p. 90).

Genre membuat penonton mengorganisir tipe-tipe film, yang dapat

membantu untuk menentukan narasi dasar dari sebuah film. Mengategorisasikan

film-film dalam genre yang telah ada tidak hanya memampukan penonton untuk

mengidentifikasi struktur cerita sebuah film, tetapi juga dapat membantu baik

produser maupun distributor untuk memasarkan produk-produk mereka dengan

lebih mudah (Sterin, 2012 p. 164). Mempelajari mengenai genre membantu kita

untuk memahami bagaimana sistem klasifikasi kultural dan selera

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

18

distratifikasikan secara sosial, dan dengan demikian merefleksikan dan

memperkuat relasi terhadap kekuatan tertentu (Branston, 2006, p. 48).

Dari perspektif industri film dan televisi, genre menyediakan keuntungan

ekonomi yang substansial. Di lain sisi, genre juga sebuah bentuk yang kuat dari

ekspresi. Faktanya, genre kembali kepada topik, isu, masalah, dan peristiwa yang

signifikan, baik secara historis, sosial, maupun kultural (Downing, 2004, p. 424).

Dalam teori film, genre dapat dikenali utamanya dari ikonografi yang

berulang, pengulangan kode-kode dan konvensi-konvensi, juga plot yang familiar.

Ikonografi mengacu pada elemen-elemen yang membentuk aspek-aspek visual

dari sebuah teks – misalnya, dalam genre Western, terdapat gaya tertentu untuk

berpakaian dan setting yang familiar untuk aksinya seperti sebuah padang pasir

atau kota kecil di Amerika – dengan kuda-kuda – yang diharapkan ada. Kode dan

konvensi dapat dijelaskan sebagai elemen-elemen teknis yang berkontribusi untuk

menghasilkan arti, termasuk di dalamnya adalah tarian dan lagu-lagu di musikal,

atau shot-shot kamera dari sudut pandang orang pertama dengan nuansa gelap dan

lagu mencekam di sebuah film horor (Hartley, 2002, p. 112).

Perlu diingat juga bahwa genre dapat saling tumpang-tindih satu sama

lain, dan ada juga lebih dari satu genre yang bercampur dalam satu produk. David

Buckingham, seperti dikutip oleh Chandler, berargumen bahwa genre berada

dalam sebuah proses konstan untuk negosiasi dan perubahan. Dengan demikian,

genre bersifat dinamis dan berubah seiring berjalannya waktu. Konvensi-konvensi

dalam setiap genre dapat berubah, genre baru dan sub-genre bermunculan, dan

terdapat pula genre yang berakhir. Genre baru adalah transformasi dari satu atau

beberapa genre lama (2000, p. 3). Dalam dunia media, menabrak aturan-aturan

dalam genre dapat digunakan sebagai alat kreatif untuk memunculkan ironi, tawa,

kejutan, dan kontemplasi (Branston, 2006, p. 47).

Sementara itu, Rick Altman menjelaskan lebih jauh bahwa genre adalah

konsep yang kompleks dengan banyak arti, yang dapat diidentifikasikan sebagai

berikut (2004, p. 14):

- genre sebagai blueprint, sebagai sebuah formula dalam program-

program dan pola dalam produk-produk industri;

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

19

- genre sebagai struktur, sebagai kerangka formal di mana film-film

ditemukan secara individual;

- genre sebagai label, sebagai nama dari sebuah kategori yang penting

untuk mengambil keputusan dan komunikasi para distributor dan

ekshibitor;

- genre sebagai kontrak, sebagai posisi melihat (viewing position) yang

dibutuhkan oleh audiens dalam tiap genre film.

Gill Branston, dalam Understanding Genre, menyebutkan bahwa

pelabelan genre (romance, science fiction, news, dll) digunakan oleh beberapa

pihak untuk tujuan-tujuan yang berbeda (p. 45):

- Audiens media, untuk mencari kesenangan dari familiaritas dan

keyakinan dalam mengetahui secara luas apa yang mungkin terjadi di

sebuah teks media.

- Industri-industri media, untuk menghindari resiko dan memastikan

perbedaan-perbedaan yang menguntungkan;

- Kritikus media, dan orang lain dengan kekuatan untuk

mengklasifikasikan media, untuk membentuk, menjaga, dan mengubah

hierarki dari nilai dan status sosial.

Genre juga dapat dilihat turut terlibat dalam mengonstruksi penontonnya. John

Fiske melihat genre sebagai alat untuk mengonstruksi baik audiens maupun

subjek pembacaan (seperti film, buku) (Fiske, dalam Chandler, 2000, p. 9). Genre

di media massa memainkan perananan dalam mengonstruksi perbedaan dan

identitas, terutama dalam hubungannya dengan perbedaan seksual dan identitas.

Misalnya, film peperangan dan western cenderung diasumsikan sebagai genre

yang ‘maskulin’, sementara opera sabun dan musikal cenderung dianggap

‘feminim’ (Nealle, dalam Chandler, 2000, p. 9).

2.4 Jenis Genre Film

Walaupun beberapa pihak mengatakan bahwa animasi adalah genre

tersendiri, peneliti lebih setuju dengan banyak pihak, salah satunya Brad Bird,

sutradara film animasi dari Warner Bros. yang mengatakan bahwa animasi

hanyalah salah satu cara bercerita, salah satu bentuk kesenian dan salah satu

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

20

teknik pembuatan film, dengan demikian bukanlah sebuah genre. Sedangkan

genre pada film animasi sendiri bisa sangat bervariasi layaknya film live action,

mulai dari western, horor, science fiction, musikal, sampai drama (Deneroff,

2012).

Tabel 2.1 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder

Aksi Bencana

Drama Biografi

Epik Sejarah Detektif

Fantasi Film Noir

Fiksi-ilmiah Melodrama

Horor Olahraga

Komedi Perjalanan

Kriminal dan Gangster Roman

Musikal Superhero

Petualangan Supernatural

Perang Spionase

Western Thriller

Sumber: Pratista, 2008, p. 13

Genre dalam film sendiri sangat beragam, variasi genre sendiri jumlahnya

bisa mencapai ratusan. Kebanyakan film merupakan kombinasi dari beberapa

genre sekaligus, namun biasanya sebuah film tetap memiliki satu atau dua genre

yang dominan (Pratista, 2008, p. 11). Himawan Pratista membagi genre film ke

dalam dua kelompok besar, yaitu genre induk primer dan genre induk sekunder.

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer

sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Dapat dikatakan

bahwa tiap film pasti mengandung setidaknya satu unsur genre induk primer,

namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa genre induk

sekaligus. (Pratista, 2008, p. 13). Di bawah ini adalah jenis-jenis genre induk

primer:

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

21

a. Aksi (Pratista, 2008, p. 13-14)

Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru,

menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film-film aksi

umumnya berisi adegan aksi-kejar-mengejar, perkelahian, tembak menembak,

balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi-aksi fisik lainnya. Aksi kejar-

mengejar seringkali menggunakan berbagai cara dan moda transportasi seperti

berlari, berkuda, sepeda, mobil, truk, kereta api, kapal, helikopter, pesawat, dan

sebagainya. Film-film aksi umumnya juga memiliki karakter protagonis dan

antagonis yang jelas serta konflik berupa konfrontasi fisik. Tokoh protagonis

biasanya mahir dalam pertempuran senjata maupun tangan kosong. Biasanya

tokoh protagonis adalah seorang penegak hukum seperti polisi, detektif, agen

pemerintah, tentara, veteran perang, dan sebagainya.

Dalam cerita film, umumnya pihak protagonis selalu terancam jiwanya

dan selalu berada di bawah tekanan pihak antagonis. Film aksi umumnya

menggunakan karakter laki-laki sebagai tokoh utama, dan sasaran penonton pun

biasanya ditujukan untuk kaum pria.

Genre aksi adalah salah satu genre yang paling adaptif dengan genre

lainnya. Genre ini mampu dikombinasikan dengan semua genre induk, seperti

petualangan, thriller, kriminal, fiksi-ilmiah, drama, komedi, perang, fantasi, dan

bencana. Film-film aksi seringkali menghabiskan biaya produksi besar karena

menggunakan bintang-bintang populer serta adegan aksi yang spektakuler. Film

aksi seringkali sukses di pasaran, walaupun kualitasnya masih sering

dipertanyakan.

b. Drama (p. 14-15)

Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak diproduksi

karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama umumnya

berhubungan dengan tema cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret

kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh lingkungan, diri sendiri, maupun alam.

Kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatis, dan mampu menguras air mata

penontonnya.

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

22

Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial baik skala besar (masyarakat)

maupun skala kecil (keluarga) seperti ketidakadilan, kekerasan, diskriminasi,

rasialisme, ketidakharmonisan, masalah kejiwaan, penyakit, kemiskinan, politik,

kekuasaan, dan sebagainya. Film-film drama umumnya tidak terfokus pada aksi

fisik atau komedi dan jarang sekali menggunakan efek visual. Kisahnya seringkali

diadaptasi dari pertunjukan, karya sastra, novel, puisi, catatan harian, dan

sebagainya.

Seperti halnya film aksi, genre drama mampu berkombinasi dengan genre

apapun seperti komedi, thriller, fiksi-ilmiah, western, kriminal, fantasi, horor,

serta perang. Genre roman, melodrama, biografi, merupakan pengembangan

langsung dari genre drama. Film-film drama umumnya bisa ditonton oleh semua

kalangan namun sering kali juga membidik kalangan penonton tertentu seperti

keluarga, remaja, dan anak-anak.

Tidak seperti genre aksi, film-film drama kadang kurang berhasil di

pasaran namun seringkali mendapat pengakuan tinggi dari pengamat film. Film-

film yang mampu memenangkan penghargaan film terbaik dari berbagai ajang

festival umumnya adalah film bergenre drama beserta pengembangannya.

c. Epik Sejarah (p. 15)

Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan

latar belakang sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos,

legenda, atau kisah biblikal. Film berskala besar (kolosal) ini seringkali

menggunakan setting mewah dan megah, ratusan, hingga ribuan figuran, variasi

kostum dengan aksesori yang unik, serta variasi perlengkapan perang seperti

pedang, tameng, tombak, helm, kereta kuda, panah, dan sebagainya.

Film epik sejarah juga sering menyajikan aksi pertempuran skala besar

yang berlangsung lama. Tokoh utama biasanya merupakan sosok heroik yang

gagah berani dan disegani oleh semua lawannya. Genre biografi merupakan

pengembangan dari genre epik sejarah. Namun tidak seperti biografi, tingkat

keakuratan cerita dalam epik sejarah seringkali dikorbankan.

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

23

d. Fantasi (p.15-16)

Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang

tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri

dongeng, imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Film-film fantasi berhubungan

dengan pedang dan mantra gaib, naga, kuda terbang, karpet terbang, dewa-dewi,

penyihir, jin, serta peri. Film fantasi juga terkadang berhubungan dengan aspek

religi seperti Tuhan atau malaikat yang turun ke bumi, campur tangan kekuatan

ilahi, surga dan neraka, dan lain sebagainya. Film-film fantasi seringkali

mengadaptasi kisah 1001 malam serta mitos dewa-dewi Yunani. Genre fantasi

biasanya bersinggungan dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural, dan horor.

Film-film animasi juga sering diproduksi menggunakan teknik animasi oleh

studio Walt Disney, seperti “Little Mermaid”, “Beauty and the Beast”, dan

“Aladdin”. Film fantasi umumnya ditujukan untuk penonton remaja dan anak-

anak namun juga mampu memikat kalangan dewasa.

e. Fiksi Ilmiah (p. 16)

Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar,

percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah

seringkali berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada di luar

jangkauan teknologi masa kini. Film fiksi ilmiah biasanya berhubungan dengan

karakter non-manusia atau artifisial, seperti makhluk asing, robot, monster, hewan

purba dan sebagainya. Film fiksi ilmiah mengalami masa emas pada era 1950-an

dan hingga kinipun masih sangat populer. Film-film fiksi ilmiah umumnya kaya

akan efek visual sehingga menghabiskan biaya produksi yang sangat besar. Genre

fiksi ilmiah juga mampu berkombinasi dengan genre apapun seperti aksi,

petualangan, fantasi, drama, horor, film noir, western, dan komedi. Sasaran

penonton pun sangat bervariasi, namun umumnya lebih disukai kaum pria.

f. Horor (p. 16-17)

Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan,

serta terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya

sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

24

biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia. Film

horor umumnya menggunakan karakter-karakter antagonis non-manusia yang

berwujud fisik menyeramkan. Pelaku terror bisa berwajah manusia, makhluk gaib,

monster, hingga makhluk asing. Film horor biasanya berkombinasi dengan genre

supernatural, fiksi ilmiah, serta thriller. Film horor umumnya memiliki suasana

setting gelap, dengan dukungan ilustrasi musik yang mencekam. Sasaran film

horor biasanya ditujukan untuk kalangan penonton remaja dan dewasa.

g. Komedi (p. 17)

Komedi boleh jadi merupakan genre yang paling populer diantara semua

genre lainnya sejak era silam. Komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya

memancing tawa penontonnya. Film komedi biasanya berupa drama ringan yang

melebih-lebihkan aksi, situasi, bahasa, hingga karakternya. Film komedi juga

biasanya selalu berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan

penontonnya (happy ending). Film komedi secara umum dibagi menjadi dua jenis,

yakni komedi situasi (unsur komedi menyatu dengan cerita), serta komedi

lawakan (unsur komedi bergantung pada figur komedian). Kedua jenis komedi ini

juga sering berkombinasi.

Genre komedi secara khusus dapat dipecah menjadi beberapa jenis dan

bentuk, yakni slapstick (menekankan aksi konyol), komedi verbal (menekankan

dialog), screwball comedy (komedi tim berpasangan dan populer di era 40-an),

serta parodi atau satir (imitasi film-film populer).

Genre komedi sering berkombinasi dengan genre aksi, drama, musikal,

serta roman. Sasaran film komedi umumnya ditujukan untuk penonton remaja,

keluarga, dan anak-anak.

h. Kriminal dan Gangster (p. 17-18)

Film-film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal

seperti perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian, pembunuhan,

persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja di luar

sistem hukum. Seringkali film jenis ini mengambil kisah kehidupan tokoh

kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. Genre ini juga menampilkan

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

25

perseteruan antara pelaku kriminal dengan penegak hukum seperti detektif swasta,

polisi, pengacara, atau agen rahasia. Tidak seperti genre aksi, film-film kriminal

dan gangster sering menampilkan adegan-adegan kekerasan yang tidak

manusiawi (sadis). Ciri khas adegan aksinya adalah menggunakan tongkat

pemukul, senapan mesin, serta bom mobil.

Tokoh kriminal biasanya adalah sosok laki-laki ambisius, materialistis,

sadis, imoral, dan menggunakan cara apapun untuk mencapai tujuannya.

Sebaliknya, sosok penegak hukum biasanya adalah sosok yang taat hukum, keras,

serta menggunakan caranya sendiri untuk menangkap buruannya. Cerita film

umumnya mengambil latar kota besar dengan penduduk yang padat. Dalam

sejarah perkembangannya, genre ini berkembang menjadi detektif (misteri), film

noir, serta film penjara atau narapidana.

i. Musikal (p. 18)

Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari

serta gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan

biasanya menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu bersama liriknya

biasanya mendukung jalannya alur cerita. Cerita film-film musikal umumnya

berkisah ringan seperti percintaan, kesuksesan, serta popularitas. Sasaran film

musikal lebih ditujukan untuk penonton keluarga, remaja, dan anak-anak. Pada

era sekarang ini, film musikal telah jarang diproduksi. Studio Walt Disney

mendominasi produksi film animasi-musikal, seperti “Beauty and The Beast”,

“Aladdin”, dan “Lion King”.

j. Petualangan (p. 19)

Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi

ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Film-film petualangan selalu

menyajikan panorama alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, savanna,

gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. Plot film umumnya seputar pencarian

sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang, mineral (emas

& berlian), dan sebagainya; atau usaha penyelamatan diri dari suatu wilayah tak

dikenal; atau bisa juga usaha penaklukan sebuah wilayah.

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

26

Film-film petualangan seringkali berkombinasi dengan genre aksi, epik

sejarah, fantasi, fiksi ilmiah, serta perang. Sasaran penonton film petualangan

biasanya ditujukan untuk semua umur. Adegan-adegan aksinya biasanya juga

lebih halus daripada film-film aksi yang selalu mengumbar kekerasan. Film

petualangan terutama di era klasik kadang juga melibatkan tokoh-tokoh pahlawan,

seperti “Tarzan”, “Robin Hood”, “Sinbad” dan “Zorro”. Film-film petualangan

biasanya menghabiskan biaya produksi yang sangat besar namun suksesnya luar

biasa di pasaran.

k. Perang (p. 19-20)

Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang ditimbulkan

oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan adegan pertempuran

seru baik di darat, laut, maupun udara. Film-film perang biasanya memperlihatkan

kegigihan, perjuangan, dan pengorbanan para tentara dalam melawan musuh-

musuh mereka. Tidak seperti epik sejarah, film perang umumnya menampilkan

adegan pertempuran dengan kostum, peralatan, perlengkapan, serta strategi yang

relatif modern, mulai dari seragam, topi, sepatu bot, pistol, senapan mesin, granat,

meriam, tank, helikopter, rudal, torpedo, pesawat jet, kapal tempur, kapal selam,

dan lain sebagainya. Film-film perang seringkali mengambil latar periode perang

sipil di Amerika dan Rusia, perang dunia pertama dan kedua, perang Vietnam,

perang Teluk, serta konflik di Timur Tengah.

Genre perang sangat mudah berkombinasi dengan genre drama, fiksi

ilmiah, western, petualangan, roman, thriller, komedi, serta epik sejarah. Film-

film perang juga digunakan sebagai media propaganda anti perang melalui isu-isu

seputar moral serta kehancuran akibat perang.

l. Western (p. 20)

Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti genre-

genre sebelumnya, western memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang

sangat spesifik. Tema film western umumnya seputar konflik antara pihak baik

dan jahat. Setting seringkali menampilkan kota kecil, bar, padang gersang, sungai,

rel kereta api, pohon kaktus, ranch atau peternakan, serta perkampungan suku

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

27

indian. Western juga memiliki karakter-karakter khas, yakni koboi, indian,

kavaleri, sherrif, deputi; juga binatang seperti kuda, sapi, keledai, ular derik,

burung bangkai, dan sebagainya. Film western umumnya berisi aksi tembak-

menembak, aksi berkuda, lempar tali (laso), serta yang menjadi trademark yakni,

aksi duel. Karakter-karakternya memiliki perlengkapan serta kostum yang khas

seperti pistol, senapan, jaket kulit, sabuk, topi, sepatu bot, hingga aksen (dialog)

yang khas. Film-film western juga sering berkombinasi dengan genre drama,

perang, dan petualangan. Spaghetti western adalah salah satu contoh genre

pengembangan western produksi Italia pada era 1960-an.

Genre berikutnya adalah kelompok genre induk sekunder. Genre induk

sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan pengembangan

atau turunan dari genre induk primer. Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri

karakter yang lebih khusus dibandingkan dengan genre induk primer (Pratista,

2008, p. 21). Genre induk sekunder tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bencana (Pratista, 2008, p. 21)

Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedi atau musibah

baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia. Secara

umum, film bencana dibagi dalam dua jenis, bencana alam dan bencana buatan

manusia. Bencana alam adalah aksi bencana yang melibatkan kekuatan alam yang

merusak dalam skala besar, serangan hewan atau binatang seperti virus, lebah,

ular, burung, kelelawar, dan sebagainya. Bencana buatan manusia umumnya

berhubungan dengan tindak kriminal atau faktor ketidaksengajaan manusia,

seperti aksi terorisme, kecelakaan pesawat terbang, kebocoran reaktor nuklir,

kebakaran gedung, malfungsi komputer, kapal karam, dan sebagainya.

Film bencana umumnya menghabiskan biaya produksi yang sangat besar

karena skala filmnya yang sangat luas serta penggunaan efek visual yang begitu

intensif. Film bencana juga dapat bersinggungan dengan fiksi ilmiah yakni akibat

invasi makhluk luar angkasa. Seperti halnya film-film fiksi ilmiah dan superhero,

film-film bencana pada dua dekade belakangan ini biasanya menjadi jaminan

suksesnya sebuah film di pasaran.

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

28

b. Biografi (Pratista, 2008, p. 22)

Biografi secara umum merupakan pengembangan dari genre drama dan

epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup

seorang tokoh berpengaruh di masa lalu maupun masa kini. Film biografi

umumnya mengambil kisah berupa suka duka perjalanan hidup sang tokoh

sebelum ia menjadi orang besar atau keterlibatan sang tokoh dalam peristiwa

besar. Dalam perkembangannya, film-film biografi dapat dikombinasikan dengan

genre lain yang lebih spesifik sesuai dengan latar-belakang sang tokoh seperti

pahlawan perang, spiritualis, kriminal, penyanyi atau kelompok musik, pelukis,

dan lain sebagainya. Film biografi seringkali juga mendapat pengakuan terhormat

dari para pengamat film.

c. Detektif (p. 22)

Genre detektif merupakan pengembangan dari genre kriminal dan

gangster dan lebih populer pada era klasik daripada kini. Inti cerita umumnya

berpusat pada kasus kriminal pelik yang belum terselesaikan. Sang tokoh biasanya

seorang detektif atau polisi yang menelusuri kembali jejak kasus tersebut dengan

merangkai semua bukti, mencari bukti baru, menginterogasi saksi, dan

sebagainya. Alur ceritanya sulit diduga serta penuh dengan misteri. Pada akhir

cerita tokoh utama biasanya menemukan bukti konkret yang memberatkan

seorang tersangka. Pelaku kejahatan biasanya adalah orang yang sama sekali tidak

diduga sebelumnya dan pada klimaks cerita seringkali terjadi konfrontasi fisik

dengan tokoh utama. Film-film detektif di era modern sering berkombinasi

dengan genre aksi dan thriller.

d. Film Noir (Pratista, 2008, p. 23)

Film noir yang bermakna gelap atau suram merupakan turunan dari genre

kriminal dan gangster yang mulai populer pada awal dekade 1940-an hingga akhir

1950-an. Film noir merupakan genre dengan pendekatan tema serta sinematik

yang paling unik ketimbang genre-genre lainnya. Tema selalu berhubungan

dengan tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, serta pemerasan. Alur

ceritanya penuh misteri, sulit ditebak, serta kadang membingungkan. Film noir

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

29

juga sering menggunakan penuturan kilas-balik serta narator. Tokoh-tokoh utama

pria biasanya seorang penyelidik seperti seorang detektif swasta, polisi, agen

pemerintah, petugas asuransi, veteran perang, atau kriminal. Sementara tokoh

utama wanitanya sering diistilahkan sebagai femme-fatale, yakni seorang wanita

cantik berambut pirang yang memiliki karakter manipulatif, bermuka dua,

misterius, dan berbahaya.

Film noir memiliki elemen-elemen estetik yang khas dalam membentuk

mood-nya. Setting cerita umumnya berlangsung malam hari dan sering

mengambil lokasi di jalanan beraspal basah, lorong, bar, rumah, apartemen,

kantor, gudang, dan lain-lainnya yang bernuansa gelap. Asap rokok juga dominan

dalam banyak adegannya. Tata cahayanya menggunakan low-key lighting serta

sering menggunakan efek bayangan. Tata kamera biasanya menggunakan teknik

low-angle serta kadang deep focus.

e. Melodrama (p. 23-24)

Melodrama merupakan pengembangan dari genre drama yang juga sering

diistilahkan opera sabun atau film “cengeng” (menguras air mata). Melodrama

menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi penontonnya secara

mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik). Karakter utama

biasanya seorang wanita dan sering menggunakan tema seputar kegagalan cinta,

perkawinan yang retak, perceraian, tragedi atau musibah, trauma, serta masalah-

masalah sosial lainnya. Tokoh utama lazimnya mendapat tekanan besar dari

lingkungan sosialnya, pasangan, keluarga, anak, teman, tempat kerja, serta

lainnya. Alur cerita biasanya memperlihatkan bagaimana sang tokoh mengalami

masa-masa sulit dalam hidupnya namun mampu menjalaninya dengan tegar,

berani, penuh keteguhan hati, serta pengorbanan. Sasaran film melodrama

umumnya ditujukan untuk penonton wanita dan keluarga.

f. Olahraga (p. 24)

Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga baik atlet,

pelatih, agen maupun kompetisinya sendiri. Film olahraga diadaptasi dari kisah

nyata baik biografi, maupun sebuah peristiwa olahraga besar. Jenis olahraga yang

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

30

paling sering diadaptasi adalah basket, tinju, American football, baseball, hoki es,

sepak bola, balapan mobil, golf, surfing, serta balap kuda. Cerita filmnya

seringkali mengambil kisah seorang pemula atau mantan atlet yang kembali

berlaga. Film olahraga biasanya penuh dengan momen emosional yang

menggambarkan perjuangan, tekad, dan semangat sang atlet untuk meraih

kejayaan. Film olahraga sering bersinggungan dengan genre drama, aksi, komedi,

fiksi ilmiah, serta fantasi. Sasaran film olahraga biasanya penonton keluarga,

anak-anak dan remaja.

g. Perjalanan (p. 24)

Seperti halnya western, genre perjalanan atau sering diistilahkan road

films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat populer di era klasik.

Film perjalanan sering bersinggungan dengan genre aksi, drama, serta

petualangan. Genre ini biasanya mengisahkan perjalanan darat jarak jauh dari satu

tempat ke tempat lain dengan atau tanpa tujuan tertentu. Perjalanan seringkali

menjadi tempat pelarian, pencarian, perenungan kehidupan, cinta, kebebasan,

spiritual, serta eksistensi diri. Sepanjang perjalanan para tokohnya biasanya juga

mengalami berbagai peristiwa secara episodik yang nantinya tanpa disadari

mendewasakan diri mereka.

h. Roman (p. 25)

Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari genre

drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah

percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya. Tema

film roman umumnya adalah pasangan yang mencintai satu sama lain namun

menghadapi banyak ujian serta masalah dari dalam maupun luar yang

menghalangi hubungan mereka atau bisa pula bagaimana usaha seseorang untuk

mendapatkan pasangan impiannya. Kisah film umumnya berakhir dengan bahagia

untuk “selama-lamanya”, sepasang kekasih akhirnya mampu melewati cobaan,

atau tokoh utama akhirnya mendapatkan pasangan impiannya. Namun tak jarang

pula mereka gagal atau berakhir tragis. Film roman juga seringkali berkombinasi

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

31

dengan genre komedi dan musikal. Film jenis ini biasanya ditujukan untuk

kalangan penonton wanita remaja dan dewasa.

i. Superhero (p. 25)

Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan

antara genre fiksi ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik

perseteruan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh

super dalam membasmi kekuatan jahat. Karakter superhero memiliki kekuatan

serta kemampuan fisik ataupun mental jauh di atas manusia rata-rata. Cerita

biasanya diawali dengan latar belakang sang superhero mendapatkan kekuatannya

dan selalu diakhiri dengan duel melawan si tokoh jahat. Film superhero umumnya

juga penuh dengan adegan-adegan aksi menawan yang kaya efek visual. Film

superhero biasanya menghabiskan biaya produksi yang sangat besar namun

hingga kini masih menjadi formula ampuh untuk menarik penonton dari kalangan

manapun.

j. Supernatural (p. 26)

Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib

seperti hantu, roh halus, keajaiban serta kekuatan mental seperti membaca pikiran,

masa depan, masa lalu, telekinesis, dan lainnya. Film-film supernatural sangat

mudah bersinggungan dengan genre seperti horor, fantasi, drama, dan fiksi ilmiah.

Genre supernatural bila berdiri sendiri tidak ditujukan untuk memancing rasa

takut penontonnya. Film-film supernatural biasanya juga ditujukan untuk

penonton anak-anak dan remaja.

k. Spionase (p. 26)

Spionase atau agen rahasia adalah satu genre populer kombinasi antara

genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang

mata-mata atau agen rahasia. Film spionasi seringkali berlatar cerita periode

perang dingin atau intrik internasional antar negara. Tema biasanya berurusan

dengan senjata pemusnah masal, seperti nuklir, senjata biologis, teknologi, atau

informasi penting yang dapat mengganggu keamanan nasional negara atau dunia.

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

32

Tokoh utama biasanya adalah seorang laki-laki dewasa berpenampilan menarik,

cerdas, cekatan, menguasai dan mahir dalam menggunakan berbagai jenis senjata

serta moda transportasi, menguasai banyak bahasa, serta mahir perkelahian tangan

kosong. Film-film spionase selalu berisi adegan aksi-aksi seru dan menegangkan

berpacu dengan waktu.

l. Thriller (p. 26-27)

Film thriller memiliki tujuan utama memberi rasa ketegangan, penasaran,

ketidak pastian, serta ketakutan pada penontonnya. Alur cerita film thriller

seringkali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu

mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks filmnya. Film thriller

biasanya mengisahkan seorang biasa yang terjebak dalam situasi luar biasa,

seperti seorang yang terlibat perkara kriminal yang tidak ia lakukan. Karakter

utama bisa siapa saja, yakni seorang pembunuh, kriminal, pelarian, psikopat,

teroris, politikus, wartawan, agen pemerintah, polisi, detektif, dan lainnya. Film

thriller lazimnya bersinggungan dengan beragam genre seperti drama, aksi,

kriminal, politik, dan lainnya.

2.5 Studi Genre

Genre sekarang dilihat sebagai sebuah bagian penting dari struktur dan

tradisi pembuatan film di Hollywood, dan diakui memainkan peranan penting

dalam bagaimana film-film populer menghasilkan makna (Taylor, 1999, p. 61).

Pada film-film terdapat kode-kode dan konvensi yang serupa yang

menjadi bagian dari genre tertentu. Misalnya unsur-unsur seperti lokasi, gaya, dan

mise-en-scene, seluruhnya merupakan bagian dari sistem terkode yang dapat

diidentifikasi melalui analisis genre. Genre sekaligus merupakan kategori naratif:

struktur gadis bertemu jejaka dalam film-film roman, selalu merupakan struktur

semua film dalam genre tersebut. Kesenangan lain dari film genre adalah melihat

bagaimana unsur kunci ditafsirkan dan direka ulang untuk kebiasaan-kebiasaan

dan nilai-nilai kontemporer, mengingat genre senantiasa berubah sepanjang waktu

(Stokes, 2007, p. 91).

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

33

Penelitian genre menjawab dua pertanyaan utama. Yang pertama adalah

sejauh mana teks tertentu berkompromi dengan sebuah genre. Secara retoris,

peneliti perlu menetapkan dengan jelas tipikal konvensi kedua genre, genre

pertama yaitu yang diasumsikan orang lain merupakan genre film tersebut,

sedangkan genre kedua mewakili penilaian peneliti mengenai teks yang akan

didemonstrasikan di dalam penelitian sesungguhnya termasuk dalam genre ini

(artinya melawan kelaziman orang yang cenderung mengasumsikan teks film

yang diteliti termasuk dalam genre yang pertama).

Yang kedua, penelitian genre mencari apakah ada sebuah genre baru yang

sedang berkembang. Mengembangkan neologisme (kata-kata atau ekspresi baru

untuk memberi makna baru sebuah kata) untuk sebuah genre baru merupakan hal

yang baik untuk penelitian genre. Jika menurut peneliti terdapat serangkaian film

yang memiliki suatu kesamaan, tetapi belum diidentifikasi sebelumnya, maka

peneliti bisa membuat sebuah kasus untuk sebuah genre baru (Stokes, 2007, p. 94-

95).

Analisis genre mensituasikan teks dalam konteks tekstual dan sosial,

menggarisbawahi sifat sosial dari produksi dan pengartian teks. Dengan demikian,

analisis genre tidak hanya menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat

intratekstual, tetapi juga intertekstual, yakni aspek-aspek yang berkaitan dengan

teks lain dengan genre serupa, dan ekstratekstual, yakni aspek-aspek yang

bersangkutan dengan konteks di mana genre teks tersebut diproduksi dan

dikonsumsi (Chandler, 2000, p. 10).

2.5.1 Konvensi-konvensi Genre

Studi genre adalah studi dengan melakukan suatu analisis retoris atas

sebuah teks atau serangkaian teks. Jenis-jenis hipotesis didasarkan pada sejauh

mana teks tersebut mematuhi atau tidak mematuhi konvensi-konvensi genre.

Konvensi-konvensi tersebut mungkin bersifat semiotik, naratif, atau

representasional. Studi tekstual genre bekerja dengan melihat konvensi-konvensi

genre melalui 6 kategori, yaitu setting, lokasi, ikonografi, peristiwa-peristiwa

naratif, karakter-karakter, dan struktur plot (Stokes, 2007).

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

34

Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Properti dalam hal

ini adalah semua benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi,

lampu, pohon, dan sebagainya. Setting yang digunakan dalam sebuah film

umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks cerita. Setting harus mampu

meyakinkan penonton jika film tersebut tampak sungguh-sungguh terjadi pada

lokasi dan waktu sesuai konteks cerita filmnya (Pratista, 2008, p. 62).

Lokasi adalah tempat di mana sebuah adegan dilakukan, yang dapat

berupa indoor atau outdoor (Tomaric, 2008, p. 258). Ikonografi mengacu pada

motif-motif visual yang mengijinkan penonton untuk mengidentifikasi film-film

tertentu kepada genre tertentu. Ikonografi membantu penonton untuk mengerti

dengan cepat berbagai informasi tentang karakter, aksi, dan setting dari kostum,

set, dan objek-objek yang familiar (Taylor & Willis, 1999, p. 61). Secara lebih

rinci Chandler menjelaskan bahwa ikonografi adalah stok gambar atau motif,

konotasi yang sudah pasti; utamanya bersifat visual tapi tidak selalu, termasuk di

dalamnya adalah dekorasi, kostum dan objek, aktor-aktor tertentu, pola dialog

yang sudah familiar, karakteristik musik dan suara, dan topografi fisik yang

sesuai; teknik film – posisi-posisi kamera, pencahayaan, rekaman suara,

penggunaan warna, editing, dan lain-lain (Chandler, 2000, p. 13) .

Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain

dan terikat oleh logika sebab akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang

dan waktu. Dalam sebuah film cerita sebuah kejadian pasti disebabkan oleh

kejadian sebelumnya. Logika sebab akibat muncul akibat tuntutan dan keinginan

dari pelaku cerita. Segala aksi dan tindakan para pelaku cerita akan memotivasi

terjadinya peristiwa berikutnya dan terus memotivasi peristiwa berikutnya lagi.

Perubahan ini membentuk peristiwa-peristiwa naratif. Pola naratif umumnya

disajikan secara linier dimana sebuah rangkaian peristiwa berjalan sesuai dengan

urutan waktu sebenarnya. Peristiwa naratif dapat berada di dalam plot dan dapat

juga tidak ditampilkan dalam plot (Pratista, 2008, p. 33-34).

Karakter-karakter dalam film dapat dibedakan dalam 3 karakter utama,

yaitu protagonis, antagonis, dan karakter pendukung. Semua genre memiliki

karakter-karakter yang memegang peran utama atau protagonis. Tidaklah lazim

bagi protagonis untuk menjadi penjahat. Kadang-kadang, pria dan wanita pemeran

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

35

utama ini sangat dapat diprediksi, sehingga mereka memiliki pelbagai kualitas

yang sama di sejumlah genre. Pria-pria seperti itu berani dan rupawan, dan

mungkin menolong seorang wanita yang sedang mengalami kesulitan yang berat.

Demikian pula, wanita pemeran utama mungkin sangat cantik, dan menjadi orang

kedua setelah sang pahlawan pria (Graeme, 2008, p. 99). Pemeran protagonis

merupakan “orang baik-baik” dalam cerita. Karakter ini hampir selalu diceritakan

sedang mengalami “perubahan” dalam hidupnya di mana kepribadian dan

motivasinya selalu lebih ditonjolkan dibandingkan dengan karakter-karakter

lainnya. Sebuah cerita umumnya bercerita tentang karakter protagonis dan fokus

pada cerita tentang perjalanannya, penemuannya, dan perubahannya. Sementara

itu, karakter antagonis adalah kebalikan dari protagonis. Antagonis menghadirkan

halangan, tantangan, dan situasi yang harus dihadapi oleh protagonis dan karakter

pendukung. Karakter pendukung ini ditampilkan sebagai pendukung protagonis

maupun antagonis dan biasanya memiliki tujuan yang sama. Karakter ini juga

memiliki permasalahannya sendiri walaupun hanya ditampilkan sebagai

pendukung (Tomaric, 2008, p. 21-22).

Struktur plot adalah rangkaian peristiwa yang disajikan secara visual

maupun audio dalam film. Struktur plot ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu pola

linier dan pola nonlinier (Pratista, 2008, p. 36-38):

a. Pola Linier

Plot film sebagian besar dituturkan dengan pola linier dimana waktu

berjalan sesuai urutan aksi peristiwa tanpa adanya interupsi waktu yang

signifikan. Penuturan cerita linier memudahkan kita untuk melihat hubungan

kausalitas jalinan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Jika urutan waktu cerita

dianggap sebagai A-B-C-D-E maka urutan waktu plotnya juga sama, yakni A-B-

C-D-E. Sepanjang apapun rentang waktu cerita jika tidak terdapat interupsi waktu

yang signifikan maka polanya tetap linier. Sekalipun menggunakan multi-plot

(tiga cerita atau lebih) disajikan secara simultan dan terjadi dalam waktu yang

relatif sama, maka polanya juga tetap dianggap linier. Plot film seringkali

diinterupsi oleh teknik kilas balik atau kilas depan. Namun interupsi waktu

Page 24: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

36

dianggap tidak signifikan selama teknik tersebut tidak mengganggu alur cerita

secara keseluruhan.

b. Pola Nonlinier

Nonlinier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan dalam film

cerita. Plot ini memanipulasi urutan waktu kejadian dengan mengubah urutan

plotnya sehingga membuat hubungan kausalitas menjadi tidak jelas. Pola

nonlinier cenderung menyulitkan penonton untuk bisa mengikuti alur cerita

filmnya. Jika urutan waktu cerita dianggap A-B-C-D-E maka urutan plotnya dapat

C-D-E-A-B atau D-B-C-A-E atau lainnya. Jika cerita film berlangsung selama

sehari, maka penuturan kisahnya disajikan secara tidak urut, misalkan malam,

pagi, sore, dan siang. Satu lagi pola nonlinier yang sangat jarang digunakan

adalah membalik urutan plotnya. Urutan plot sengaja dibalik dari masa kini ke

masa silam. Jika urutan waktu cerita adalah A-B-C-D-E maka urutan waktu

plotnya adalah E-D-C-B-A.

2.6. Konstruksi Sosial Media Massa

Konstruksi sosial ketika diaplikasikan pada komunikasi massa

mengasumsikan audiens sebagai khalayak yang aktif. Media berperan dalam

mentransmisikan budaya kepada audiens. Teori konstruksi sosial mengenal

tipifikasi, yaitu kemampuan audiens untuk mengklasifikasikan objek dan aksi

yang diobservasi, dan kemudian mengondisikan diri untuk melakukan respon

balasan. Dengan demikian, segala bentuk media massa, termasuk film, yang ada

di masyarakat adalah hasil konstruksi dari media sebagai produsen, yang dibuat

sedemikian rupa untuk menyampaikan makna, ataupun budaya, kepada khalayak

luas (Bungin, 2008).

2.7 Nisbah Antar Konsep

Film dan genre sejak awal punya kaitan erat. Melalui genre, pengalaman

manusia dapat direkonstruksi, disusun ulang, dan diimajinasikan kembali. Di

dalam dunia perfilman Hollywood, genre berkembang dan berubah dari waktu ke

waktu, sesuai dengan kondisi historis dan kultural di masyarakat. Dinamika genre

Page 25: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

37

di dunia Hollywood turut mempengaruhi isi cerita dari film itu sendiri dan

penontonnya. Genre di dunia Hollywood akan terus berkembang, karena genre

tidaklah tetap dan cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan. Hal ini

memungkinkan penonton untuk merasa bahwa ekspektasi mereka terhadap genre

suatu film terpenuhi, di samping membuat penonton merasakan perbedaan yang

cukup sehingga mereka tidak merasa sedang menonton film yang familiar lagi.

“Wreck It Ralph” juga dapat merupakan bagian dari film yang mungkin membawa

pergeseran genre akibat dinamika yang ada di dunia perfilman Hollywood.

“Wreck It Ralph” yang menjadi objek penelitian ini adalah film dengan

bentuk animasi. Film animasi sudah lama ada di dunia perfilman dan disukai baik

oleh anak-anak maupun orang dewasa. Film animasi punya peranan penting yang

seringkali diremehkan, namun sebenarnya dapat membawa arti dan pesan-pesan

penting yang dekat dengan isu-isu sosial. Walaupun banyak dianggap sebagai

sebuah genre, sebenarnya animasi hanyalah salah satu cara bercerita, salah satu

bentuk kesenian dan salah satu teknik pembuatan film, dengan demikian bukanlah

sebuah genre. Sedangkan genre pada film animasi sendiri bisa sangat bervariasi

layaknya film live action, mulai dari western, horor, science fiction, musikal,

sampai drama

Penelitian ini akan meneliti konstruksi genre dalam “Wreck It Ralph”.

Maka dari itu, penting untuk mengetahui dengan jelas apa yang disebut dengan

genre. Genre merupakan istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan teks-

teks media ke dalam kelompok-kelompok tertentu dengan karakteristik sejenis.

Konsep genre ini berguna untuk melihat bagaimana teks-teks media diorganisir,

dikategorisasi, dan dikonsumsi. Genre bisa diaplikasikan pada televisi, teks cetak

dan radio, juga untuk film. Genre dapat dikenali utamanya dari ikonografi yang

berulang, pengulangan kode-kode dan konvensi-konvensi, juga plot yang familiar.

Terdapat enam kategori yang akan dipakai penulis untuk melakukan analisis genre

dalam “Wreck It Ralph”, yaitu setting, lokasi, ikonografi, peristiwa-peristiwa

naratif, karakter-karakter, dan struktur plot. Keenam kategori ini mengacu pada

kategori yang diutarakan oleh Jane Stokes. Sebagai produk media massa, genre

adalah hasil konstruksi dari produsen film itu sendiri, yang dibuat sedemikian

Page 26: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinamika Genre di Dunia Perfilman ... · Universitas Kristen Petra 15 Pada perkembangan selanjutnya, dunia film Hollywood pernah dipenuhi dengan film-film

Universitas Kristen Petra

38

rupa untuk menyampaikan pesan ataupun mentransmisikan budaya kepada

masyarakat atau penonton.

Terdapat ratusan genre film, tetapi secara khusus Himawan Pratista

membagi genre film ke dalam dua bagian besar, yaitu genre induk primer dan

genre induk sekunder. Genre induk primer adalah genre pokok yang telah ada dan

populer sejak awal perkembangan sinema. Genre induk sekunder adalah

pengembangan atau turunan dari genre induk primer. Berbagai macam genre yang

dijabarkan di bab ini akan digunakan untuk membantu analisis peneliti dalam

menentukan konstruksi genre pada film “Wreck It Ralph” di bab 4.

2.8 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Olahan Peneliti, 2013

“Wreck It Ralph” sebagai film Disney Animation Studios membawa banyak konvensi dan kode yang berbeda dari

film Disney biasanya

Genre

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder

Setting   Lokasi Peristiwa Naratif Karakter Plot

Konstruksi Genre Dalam Film “Wreck It Ralph”

Ikonografi