dualisme kepemimpinan dalam partai...
TRANSCRIPT
DUALISME KEPEMIMPINAN DALAM PARTAI GOLKAR
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA
STRATA SATU DALAM HUKUM TATANEGARA (SIYASAH)
OLEH:
ACH BUSAIRI
NIM : 11370048
PEMBIMBING:
Drs. M. RIZAL QOSIM, M.Si.
19630131 1992031 004
SIYASAH SYARIYYAH/HTNI
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
ii
ABSTRAK
Kehidupan partai politik sesungguhnya merupakan pilar utama penegak
demokrasi politik yang efektif. Partai politik adalah yang paling mempunyai
kesempatan dalam melakukan perubahan. Kekuasaan politik Negara secara
terorganisasi berada pada partai politik
Partai Golkar pada tahun 2014 terjadi perbedaan pandangan setelah pemilu
Presiden, sehingga terjadi dualisme kepemimpinan. Keduanya antara Kubu
Aburizal Bakrie dan Kubu Agung Laksono. Dimana keduanya saling berbeda
pandangan terhadap pemerintah, Kubu Aburizal Bakri berada diluar pemerintahan
bersama Koalisi Merah Putih (KMP) sedangkan Kubu Agung Laksono berada
didalam pemerintahan dan bergabung bersama Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Perbedaan itu muncul ketika Rapimnas di Yogyakarta, dan menjadi puncak
terjadinya konflik dualisme kepemimpinan didalam tubuh Partai Golkar sehingga
menimbulkan dua kubu yang saling bersebrangan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah field reseach. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah lebih menekankan pada teknik wawancara bagaimana
proses terjadinya dualisme di internal Partai Golkar, khususnya wawancara
mendalam (depth interview). Yang kemudian di analisis dengan Teori Fiqh
Siyasah.
Penelitian dilakukan dengan menjelaskan tentang Dualisme
Kepemimpinan dalam Partai Golkar dengan menggunakan teori kepemimpinan
islam dan sosiologi politik. Hasil dari penelitian tersebut maka akan terlihat
konflik dualisme yang terjadi selama ini didalam Partai Golkar. Mulai dari latar
belakang dualisme, gagasan politik kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie
sampai upaya islah. Dan akan dianalisis dengan nilai-nilai Islam.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua kubu antara Aburizal
Bakrie dan Agung Laksono dalam mencapai islah dan bersatu dalam mencapai
semangat rekonsiliasi dalam Musyawarah Luar Biasa (Munaslub) merupakan
tindakan yang sesuai dengan Fiqh Siyasah Syariyyah. Dan dualisme
kepemimpinan ini sangat berpengaruh terhadap kondisi internal partai, aktifitas
partai, dan kontribusi dana APBN/APBD.
Kata Kunci: Partai Golkar, Dualisme Kepemimpinan
i
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Berdasarkan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI No. 158/1987 dan No. 05436/1987
Tertanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Huruf Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا
Ba>’ B Be ب
ta>’ T Te ت
sa> Ś es (dengan titik di atas) ث
Ji>m J Je ج
ha ح >’ H{ ha (dengan titik di bawah)
kha خ >’ Kh ka dan ha
da>l D De د
za>l Ż Set (dengan titik di atas) ذ
za>’ R Er ر
zai Z Zet ز
si>n S Es س
syi>n Sy Es dan ye ش
sa>d S{ es (dengan titik di bawah) ص
da>d D{ de (dengan titik di bawah) ض
ta>’ T{ te (dengan titik di bawah) ط
za>’ Z} zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ʻ koma terbalik di atas‘ ع
- gain G غ
- fa>’ F ف
- qa>f Q ق
- ka>f K ك
- la>m L ل
ii
- mi>m M م
- nu>n N ن
- wa>wu W و
- ha> H ه
hamzah ʻ Apostrof ء
- ya>’ Y ي
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap, contoh:
ditulis Ahmadiyyah احمدية
C. Ta >’ Marbu>tah di Akhir Kata
1. Bila dimantika ditulis, kecuali untuk kata-kata arab yang sudah terserap
menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
ditulis jama>aʻh جماعة
2. Bila dihidupkan ditulis t, contoh:
’<ditulis kara>matul-auliya كرامة الوليآء
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dhammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
a panjang ditulis a>, i panjang ditulis i>, dan u panjang ditulis u>, nasing-masing
dengan tanda (-) hubung di atasnya
F. Vokal-Vokal Rangkap
1. Fathah dan ya >’ mati ditulis ai, contoh:
ditulis Bainakum بينكم
2. Fathah dan wa>wu mati ditulis au, contoh:
ditulis Qaul قول
iii
G. Vokal-Vokal Yang Berurutan Dalam Satu Kata, Dipisahkan Dengan
Apostrof (ʻ)
م أأنت ditulis A’antum
ditulis Mu’annaś مؤنث
H. Kata Sandang Alif dan Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah
آنالقر ditulis Al-Qur’a>n
ditulis Al-Qiya>s القياس
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf L (el)-nya.
ماءس لا ditulis As-sama>’
ditulis Asy-syams الشمس
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan EYD
J. Penulisan Kata-Kata Dalam Rangkaian Kalimat
رضذوى الف ditulis Żawi al-furu>d
MOTTO
Tuhanku, bagaimana kau kembalikan kepadaku urusanku sendiri, padahal kau telah
menjaminku. Bagaimana aku akan hina, padahal kau yang menolongku. Bagaimana aku
akan kecewa, padahal kau yang mengasishiku?
-Ibnu Atha’illah-
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan:
Almamater kebanggaanku Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas
Syariah & Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kedua orang tuaku Saprawi dan Massi yang telah sabar membimbing dan
membesarkan dengan penuh kesabaran
Keluarga besarku terutama ibu Misri’a dan kakak saudara sepupu Edi dan Zuli yang
senantiasa memberikan kepedulian dan kasih saying selama ini ikut mendorong untuk
secepatnya menyelesaikan kuliah
Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu berfikir, berjuang, dan hidup bersama
Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Daerah Istimewa Yoyakarta.
iv
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الر حيم
الحمد هلل رب العا لمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن
اللهم صل على سيد نا محمد وعلى أله وأصحا به أجمعين. دا رسول هللاممح
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
Semesta alam yang tak pernah lekang memberikan segala bentuk kenikmatan
untuk semua mahluk-Nya. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa
diberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga dapat sehingga penyusun bisa
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Dualisme Kepemimpinan dalam
Partai (Studi terhadap Dualisme Kepemimpinan Partai Golkar)” sebagai bagian
dari tugas akhir dalam menempuh Studi Sarjana Strata Satu (S1) di Jurusan
Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. segenap keluarga dan para sahabatnya yang tak pernah
mengenal lelah memperjuangkan agama Islam sehingga manusia dapat
mengetahui jalan yang benar dan jalan yang batil.
Dengan segenap kerendahan hati, saya selaku penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun
materil, tenaga dan fikiran sehingga penyusunan skripsi tersebut berjalan dengan
v
baik. Oleh karena itu, tak lupa penulis menghaturkan rasa ta’dzim dan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Agus. Moh. Najib, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Oman Fathurohman SW, MA., selaku Ketua Jurusan Hukum
Tata Negara (Siyasah) Fakutas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
3. Bapak Drs. M. Rizal. Qosim, M.S.I. selaku pembimbing. Terima kasih
atas ilmu yang telah diberikan dan dengan sabar dan tabah membimbing
skripsi saya.
4. Bapak Sunaryo, selaku TU Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakutas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5. Bapak dan Ibu Dosen Beserta Seluruh Civitas Akademika Fakutas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. Pengurus DPD Partai Golkar DIY, khususnya bapak John Keban dan
bapak Erwin Nizar telah banyak membantu memberi pengetahuan tentang
Partai Golkar.
7. Keluargaku tercinta, Ibu-Bapak (Saprawi dan Massi) dan Adik
(Muhammad Kholid). Merekalah yang terus memberi motivasi dalam
segala hal dan memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak
mungkin bisa dibalas dengan apapun.
8. Teman-teman satu jurusan Hukum Tata Negara (siyasah) angkatan 2011,
Ahmad Fathoni Fauzan, Fathurrahman, Afrizal, Adam Gitawana dan
vi
teman-teman jurusan satua angkatan yang sahabat-sahabat yang
lainnya.semoga persahabatan kita abadi.
9. Sahabat-sahabat PMII, Hamzah, Faizi, Dedi, dan Fathoni dan sahabat yang
lainnya, terimaksih atas kerjasama dan kesetiaannya selama ini. Kalian
akan selalu dikenang.
10. Keluarga KKN Salakmalang, Syaiful, Nazil, Imam, Hana, Presil, Yessi,
Iefa dan Rini. Semoga kekeluargaan kita tetap terjaga
11. Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pembuatan skripsi ini
baik bantuan materi maupun immateri.
Penyusun hanya bisa mendo’akan semoga semua yang telah diberikan
kepada penyusun bisa membawa berkah serta bermanfaat bagi kita semua dan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Pada akhirnya, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua serta diterima sebagai amal kebaikan di sisi
Allah. Amin ya Rabb al-‘alamin.
Yogyakarta, 18 Oktober 2016
Penyusun
Ach Busairi
11370048
D A F T A R I S I
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN .............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... x
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 7
D. Telaah Pustaka ........................................................................................ 8
E. Kerangka Teori ..................................................................................... 10
F. Metode Penelitian .................................................................................. 22
G. Sistematika Pembahasan........................................................................ 24
BAB II: DESKRIPSI PARTAI GOLKAR
A. Sejarah Partai Golkar ............................................................................. 26
B. Terbentuknya Sekretariat Bersama (SEKBER) ...................................... 27
C. Terbentuknya Partai Politik ................................................................... 38
D. Struktur Organisasi, Wewenang dan Kewajiban .................................... 42
E. Paradigma Partai Golkar ........................................................................ 49
BAB III: STUDI TERHADAP DUALISME KEPEMIMPINAN DALAM PARTAI
GOLKAR
A. Latar Belakang Dualisme ...................................................................... 53
B. Gagasan Politik Versi Dua Kubu ........................................................... 67
1. Gagasan Politik Kubu Agung Laksono ............................................ 67
2. Gagasan Politik Kubu Aburizal Bakrie ............................................ 74
C. Dampak Dualisme Partai Golkar ........................................................... 81
D. Upaya Islah Dualisme Kepemimpinan Partai Golkar ............................. 86
BAB IV: ANALISIS DAMPAK DUALISME KEPEMIMPINAN PARTAI
GOLKAR DALAM FIQH SIYASAH
A. Perpecahan Internal Partai Golkar Perspektif Fiqh Siyasah .................... 96
B. Dualisme Partai Golkar Perspektif Fiqh Siyasah ................................. 100
C. Islah Partai Golkar dalam Perspektif Siyasah Syar’iyyah ...................... 104
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 108
B. Saran ................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partai politik merupakan salah satu bentuk perwujudan kebebasan
berserikat sebagai salah persyaratan berjalannya demokrasi. Kebebasan
berserikat lahir dari kecenderungan dasar manusia untuk hidup bermasyarakat
dan berorganisasi secara formal maupun informal. Kecenderungan berorganisasi
dalam perkembangannya menjadi menjadi salah satu kebebasan dasar manusia
yang diakui secara universal sebagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) dengan
istilah kemerdekaan berserikat (freedom of association). Kemerdekaan serikat
semakin penting karena terkait dengan diakuinya hak-hak politik, seperti hak
pemilih (the right to vote), hak berorganisasi (the right of free speech), dan hak
persamaan politik (the right to political equality).1
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat yang mempreposisikan
bahwa dalam suatu organisasi Negara, rakyat yang berdaulat. Pasal 1 Ayat (2)
UUD 1945 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang Dasar. Sementara itu, Pasal 1
Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
Hukum. Kedua ketentuan tersebut mengandung arti bahwa Negara Indonesia
1 Muchammad Ali Syafaat, Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan Praktik Pembubaran
Partai Politik dalam Pergulatan Republik, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hlm, 4-5.
2
menganut prinsip Constitutional Democracy atau Negara Hukum yang
demokratis. Berdasarkan prinsip tersebut, hukum merupakan kekuasaan tertinggi
dalam penyelenggaraan Negara atau yang dikenal dengan prinsip the Rule of
Law, and not of Man. Hal ini termasuk dalam hal menjalankan demokrasi.
Sebaliknya, dalam Negara hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip
demokrasi. Oleh karena itu, prinsip supremasi hukum itu sendiri berasal dari
prinsip kedaulatan rakyat.2
Dalam sistem demokrasi, Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan
salah satu sarana politik yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memiliki ragam
fungsi, platform (program partai) dan dasar pemikiran. Partai Golkar dianggap
sebagai media yang cukup representatif untuk berpartisipasi dalam rangka
menentukan kebijakan. Melalui sistem ketatanegaraan yang diberikan oleh
pemerintah kepada warga Negara untuk mendirikan partai politik, disini kita
sebagai warga negara bisa mengetahui dimana tempat sesungguhnya untuk
berpolitik dan memahami bagaimana Negara dan warga Negara dapat saling
berinteraksi. Di dalam partai Golkar di era demokrasi seperti saat ini, mereka
terus memfokuskan pada penguatan sistem. Golkar adalah partai dengan surplus
figur terbanyak diantara partai-partai lainnya. Hal ini merupakan potensi besar
2 Ibid, hlm. 6.
3
jika dikelola dengan sistem yang matang. Jika sistem ini tidak dikelola dengan
baik, justru malah menjadi kontraproduktif.3
Pada tiga tahun terakhir ini, eksistensi partai Golkar sedang digoyah
dengan adanya perselisihan internal partai. Perselisihan di dalam partai Golkar
ini diakibatkan adanya dualisme kepengurusan yang diawali perdebatan tentang
pelaksanaan Musyawarah Nasional (MUNAS). Dalam artian, kubu pertama
(yakni kubu H.R. Agung Laksono) ingin melaksanakan Musyawarah Nasional
tanggal 6-8 Oktober 2014, ternyata dalam Rakernas tidak disepakati. Keputusan
itu ditengarai karena kubu H.R Agung Laksono ingin segera kepengurusan
terbentuk dan berputar haluan mendukung pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Karena sebelumnya Partai
Golkar secara terbuka mendukung Prabowo dan Hatta Rajasa untuk maju sebagai
Presiden. Kubu H.R Agung Laksono ini berasumsi selama sejarah partai, Partai
Golkar tidak pernah berada pada partai oposisi.4 Secara garis besar, konflik
tersebut terjadi karena intrik antar elite didasari motivasi yang tidak terlalu
substansif bagi Partai Golkar. Penyebabnya adalah persoalan posisi partai
Golkar untuk tetap di Koalisi Merah Putih (KMP) sebagai partai oposisi atau
keluar dari koalisi, yakni ikut gabung dalam pemerintahan.5
3 Fayakhun Andriani, Golkar Transformer, Jakarta: RM Books, 2014, hlm. 7
4 Lihat juga http://www.rappler.com/indonesia/119950-lini-masa-dualisme-pemimpin-golkar
Diakses pada tanggal 23 Mei 2016 pukul 19.40 WIB.
5 Lihat https://www.academia.edu/19707325. Diakses pada tanggal 15 Januari 2015 pukul
15.00 WIB.
4
Dalam konteks perselisihan tersebut, menurut ARB, Munas dan AD/ART
telah menyepakati bahwa Rapat Konsultasi Nasional, Rapat Pleno, Rapat
Pimpinan Nasional, hingga Musyawarah Nasional akan diselenggarakan tanggal
30 November 2014 sampai 14 Desember 2014. Keputusan dari ARB tersebut,
kubu H.R. Agung Laksono mengadakan rapat terbatas dengan beberapa peserta
Rapat Pleno yang masih berada di dalam ruangan Rapimnas tersebut untuk
berinisiatif melanjutkan Rapat Pleno DPP. Setelah Rapat Pleno Partai Golkar
tanggal 25 November 2014, agendanya adalah melaksanakan hasil Rapimnas dan
membentuk TPPG (Tim Penyelamat Partai Golkar) serta menginginkan
Musyawarah Nasional Golkar dilaksanakan pada 2015. Dengan adanya situasi
dan kondisi partai yang semakin berkonflik, akhirnya Munas Kubu H.R. Agung
Laksono diselenggarakan di Hotel Mercure, Ancol Jakarta pada tanggal 6-8
Desember 2014.6 Tentu oleh banyak kalangan, ini yang memperkuat asumsi
bahwa konflik ini merupakan syarat kepentingan kekuasaan.
Konflik masih terus berlanjut ketika kedua belah pihak saling menggugat
satu sama lain. Pada tanggal 5 Januari 2015 pihak dari Agung Laksono
menggugat Munas bali yang dilaksanakan oleh kubu Aburizal Bakrie ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat namun ditolak oleh Majelis Hakim dengan
alasan bahwa masalah seharusnya bisa diselesaikan di internal partai sehingga
tidak perlu lagi dibawa ke Mahkamah Partai Golkar. Satu minggu kemudian,
6 Lihat http:/politik.news.viva.co.id/news/read/620175-sekjen-golkar-beberkan-awal-mula-
manuver-agung, diakses pada tanggal 20 Desember 2015, pukul 13.15 WIB.
5
yakni pada tanggal 12 Januari 2015 kubu dari Aburizal Bakrie balik menggugat
Munas Ancol yang dilaksanakan oleh kubu Agung Laksono ke Pengadilan
Negeri Jakarta Barat namun gugatan Aburizal Bakrie juga ditolak karena gugatan
Aburizal Bakrie dianggap terlalu prematur. Majelis Hakim berpendapat bahwa
penyelesaian konflik lebih baik dikembalikan kepada mekanisme internal Partai
Golkar sendiri.7 Kebijakan hakim dalam realitasnya tidak memiliki efek positif
dalam menyelesaikan konflik partai ini. Bahkan cenderung konflik kedua kubu
semakin memuncak dan semakin berkonflik.
Aksi saling menggugat masih terus berlanjut diantara kubu Agung
Laksono dan kubu Aburizal Bakrie. Pada tanggal 10 Maret 2015 Munas Ancol
yang dilaksanakan oleh kubu Agung Laksono disahkan oleh Menteri Hukum dan
HAM dan pad tanggal 17 Maret 2015 Ketua Mahkamah Partai Golkar juga
menerima pengesahan tersebut. Namun kubu Aburizal Bakrie tidak bisa
menerima keputusan dari Menteri Hukum dan HAM dan ketua Mahkamah Partai
Golkar tersebut, sehingga ia melayangkan gugatan terkait Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Ham No: M.HH-01.AH.11.01 tahun 2015 yang
mengesahkan kepengurusan Partai Golkar kubu Agung Laksono ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN). Dan hasilnya pada tanggal 18 Mei 2015, PTUN
mengabulkan sebagian gugatan Aburizal Bakrie. Gugatan yang dikabulkan
adalah mengenai pembatalan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang
7 Lihat http://septa51.web.unej.ac.id/2015/12/15/konflik-internal-partai-golkar. Diakses pada 11
Januari 2016 pukul 21.20 WIB.
6
AD/ART Partai Golkar dan mewajibkan tergugat intervensi yakni Agung
Laksono untuk mencabut SK Menkumham tersebut. Setelah muncul keputusan
dari PTUN, kubu dari Agung Laksono pada akhirnya mengajukan banding
karena merasa ada beberapa hal yang ganjil dalam keputusan tersebut.8
Berdasarkan uraikan diatas, sangat menarik untuk dikaji secara mendalam
tentang bagaimana konflik internal di partai Golkar ini dengan mengkaji
langsung dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang dualisme kepemimpinan
partai Golkar dari kedua kubu yang bersengketa, yakni antara kubu Agung
Laksono dan kubu Abu Rizal Bakrie. Maka dari itu, peneitian ini penulis beri
judul “DUALISME KEPEMIMPINAN DALAM PARTAI GOLKAR”.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak dualisme kepemimpinan
partai Golkar?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dan kegunaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
8 Ibid.
7
1. Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan tentang dampak di internal Partai Golkar dengan adanya
dualisme Kepemimpinan Partai Golkar antara Abu Rizal Bakri dan Agung
Laksono;
b. Menjelaskan tentang dualisme kepemimpinan dalam Partai Golkar;
c. Menjelaskan tentang pandangan Politik Islam terhadap Dualisme
Kepemimpinan dalam Partai Golkar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran bagi khasanah
ilmu politik bagi masyarakat Indonesia;
b. Sebagai kajian lebih lanjut bagi institusi atau lembaga terkait maupun bagi
mahasiswa, praktisi politik dan pihak-pihak lain yang membutuhkan
tentang kajian ini;
c. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Siyasah
pada Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan dalam penulisan dengan
penelitian yang ada sebelumnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap
penelitian-penelitian yang telah ada sebelunya, berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis terhadap tema skripsi yang sepadan.
8
Berdasarkan studi kepustakaan yang telah penulis lakukan, setidaknya
ada dua penelitian yang sama tentang tema partai Golkar yang penulis lakukan
yaitu sebagai berikut:
Skripsi hasil karya dari Ahmad Fayumi yang berjudul “Transformasi
Kepartaian di Indonesia Perspektif Hukum Islam”. Dalam skripsi ini ini
dijelaskan bagaimana persoalan dinamika politik pasca Reformasi 1998 dimana
partai Golkar yang mempunyai akar sejarah panjang dalam pentas politik
nasional.9 Adapun jika dikaitkan dengan penelitian yang penulis lakukan tentu
berbeda karena penelitian yang dilakukan penulis difokuskan pada era Pilpres
2014 dan dikaji dalam konteks dualisme kepemimpinan di dalam konflik partai
Golkar tersebut.
Sedangkan menurut Irmawanti dalam skripsinya yang berjudul “Strategi
Humas dalam Upaya Meraih Simpatisan Bagi Pasangan Prakoso (Study Kasus
Kampanye DPD Partai Golkar pada Pilkada Bupati Kulon Progo 2011). Dalam
skripsi ini dijelaskan bagaimana strategi-strategi dalam pemilu yang dilakukan
oleh simpatisan partai Golkar.10
Adapun penelitian ini tidak menyinggung
konflik-konflik yang terjadi di dalam partai Golkar secara keseluruhan, yang
tentu berbeda dengan apa yang lakukan penulis dalam penelitian ini.
9 Ahmad Fayumi, “.Transformasi Kepartaian di Indonesia Perspektif Hukum Islam”. Skripsi,
Yogyakarta: Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga. 10 Irmawanti, Strategi Humas Dalam Upaya Meraih Simpatisan Bagi Pasangan Prakoso (Studi
Kasus Kampanye DPD Partai Golkar Pada Pilkada Bupati Kulon Progo 2011). Yogyakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum. UIN Sunan Kalijaga.
9
Dari kedua penelitian diatas, tidak ditemukan penelitian yang
memfokuskan pada konteks dualisme partai Golkar, lebih-lebih mengkaji khusus
pada dua kubu sekaligus. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian
yang belum pernah ada yang dilakukan sebelumnya.
E. Kerangka Teori
Dalam buku “Pengantar Sosiologi Politik”, dijelaskan Carl Friedrich
memberi batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasi
secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan
dalam pemerintahan bagi pimpinan partainya dan kekuasaan itu akan
memberikan kegunaan materi dan ide kepada nggota-anggotanya. Sementara itu,
soltau memberikan definisi partai politik sebagai sekelompok warga Negara yang
sedikit banyak terorganisasi, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan
dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujua untuk menguasai
pemerintahan, dan menjalankan kebijaksanaan umum mereka.11
Banyak sudut pandang yang berbeda-beda dalam memahami pengertian
sosiologi politik sebab ada beberapa pengertian sosiologi politik, diantaranya
adalah sosilogi politik dipahami sebagai cabang ilmu sosiologi yang
memerhatikan sebab akibat social dari distribusi kekuasaan yang tidak merata
11 Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, hlm. 39-40.
10
didalam masyarakat, sehingga gejala social tersebut seringkali melahirkan
konflik dan integrasi sosial dan politik, sedangkan gejala konflik dan integrasi
politik tersebut akan melahirkan dinamika sosial politik yang berujud pada
perubahan yang disebabkan oleh alokasi kekuasaaan tersebut. Fokus utama dari
sosiologi politik adalah deskripsi, analisis dan penjelasan tentang gejala social
politik, terutama menyangkut bagaimana proses terbentuknya kekuasaan dan
pola-pola distribusinya dalam masyarakat. Selain itu juga sosiologi politik juga
memfokuskan perhatiannnya pada sikap dan perilaku politik masyarakat,
terutama menyangkut persoalan tentang bagaimana masyarakat merespon
terhadap suatu kebijakan publik yang dibuat oleh para penguasa.12
Lebih jauh lagi ketika penyelenggaraan Pemilu, maka intensitas konflik
antar-pendukung suatu partai politik dewasa ini cendrung menurun, sedangkan
ketika proses pemilihan keala desa intensitas konflik justru makin tinggi. Banyak
pihak memahami politik sebagai proses penyelenggaraan suatu Negara, suatu
lembaga yang mengklaim memiliki hak monopoli terhadap legitimasi
penggunaan kekuasaan terhadap suatu wilayah dimasyarakat. Sementara itu, ilmu
politik terutama berurusan dengan proses pengkajian suatu gejala politik yang
didalamnya menyangkut objek pembahasan tentang sikap dan perilaku politik
masyarakat kaitannya dengan budaya politik yang berujud pada partisipasi
politik. Pemerintahan, mekanisme administrasi publik, dan pemilihan umum,
12 Ibid hlm. 20-21.
11
opini publik, dan perilaku politik merupakan struktur politik yang seringkali
disebut sebagai sitem politik. Dalam hal ini, analisis sosiologi terhadap gejala
politik dengan struktur sosial masyarakat yang ada, sehingga tingkat partisipasi
dan perilaku politiknya dapat dipahami sebagai salah satu gejala sosial.13
Menurut pengertian yang lebih modern, sosiologi politik adalah ilmu
yang membahas tentang bagaimana kekuasaan didistribusikan didalam
masyarakat, pemerintahan suatu Negara diselenggarakan, otoritas kekuasaan
diaplikasikan, pola-pola pengaturan pencapaian kekuasaan, dan didalam
masyarakat. Selain itu, sosiologi politik juga merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari hubungan antara masyarakat dan politik hukum dengan masyarakat,
lembaga-lembaga politik disuatu sisi dan masyarakat dengan proses politik
(sosialisasi, partisipasi, rekrument komunikasi dan konflik lain).14
Konsep ini
pada dasarnya memfokuskan pada perbedaan antara pemerintah (pihak yang
memiliki kekuasaan) dan rakyat yang diperintah (sebagai pihak yang tidak
memiliki kekuasaan). Dalam setiap kelompok manusia mulai dari yang terkecil
hingga yang terbesar, mulai dari yang rapuh hingga yang paling stabil terdapat
orang yang memerintah dari mereka yang mematuhinya, terdapat mereka yang
membuat keputusan dan orang-orang yang menaati keputusan yang
bersangkutan. Perbedaan tersebut merupakan fenomena politik yang fundamental
13 Ibid. Hlm. 24
14 Lihat http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-sosiologi-politik.html diakses
pada tanggal 7 Agustus 2016 pukul 21.00 WIB.
12
yang dijelaskan melalui studi perbandingan pada setiap masyarakat dan pada
setiap tingkatan sosial.
Kedua konsep diatas tidak dengan sendirinya memperjelas pengertian
sosiologi politik. Terdapat kedua tafsiran umum tentang politik. Pertama, di
suatu pihak, politik secara hakiki dipandang sebagai pergolakan atau
pertempuran. Kekuasaan memungkinkan kelompok dan individu yang berkuasa
mempertahankan dominasi terhadap masyarakat dan mengeksploitasinya,
sedangkan kelompok dan individu yang lain menentang dominasi dan tidak
eksplotatif tersebut. Disini politik merupakan sarana mempertahankan hak-hak
istimewa kelompok minoritas dari dominasi kelompok mayoritas. Kedua, dilain
pihak, politik dipandang suatu sebagian suatu usaha untuk menegakkan
ketertiban dan keadilan. Disini kekuasaan dipakai untuk mewujudkan
kemakmuran bersama dan melindungi kepentingan umum dari tekanan kelompok
tertentu.15
Dalam literatur politik, partai pada dasarnya menyelenggarakan beberapa
fungsi, antara lain: 1). Sosialisasi politik, 2). Pendidikan politik, 3). Rekruitmen
politik, 4). Komunikasi politik, 5). Ideologi dan partai politik.16
Sedangkan pengertian konflik adalah proses sosial dimana orang atau
kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
15 Op.Cit. Usman Kolip. hlm. 21-22
16 Soejono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, 1990. Hlm. 107.
13
lain yan disertai dengan ancaman atau kekerasan. Dalam bukunya, KJ. Holsti
mengemukakan bahwa konflik yang menimbulkan kekerasan yang terorganisir
yang muncul dari suatu kombinasi khusus para pihak, pandangan yang
berlawanan mengenai suatu isu, sikap bermusuhan, dan tipe-tipe tindakan
diplomatik dan militer tertentu. Bentuk konflik biasanya terindentifikasi oleh
suatu kondisi oleh sekelompok manusia, yang di dalamnya terdiri dari suku,
etnis, budaya, agama, ekonomi, politik, sosial yan berbeda.17
Sumber konflik sendiri terletak pada hubungan antara sistem-sistem
negara-negara Kebangsaan yang dilandasi oleh konsep egosentrisme, yakni
aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan
negara dalam hubungannya dengan negara lain. Bila suatu negara terlalu
berpegang teguh pada pengakuan universal atas kemerdekaan politiknya dan
kebebasan memilih serta bertindak, ia akan menemui dilema karena ia pun harus
menghormati kebebasan dan kemerdekaan yang sama dari setiap negara lain.
Tetapi sebenarnya tidak ada negara satu pun yang bisa mempercayai negara lain,
artinya keselamatan negara tergantung kepada usaha-usaha sendiri, karena itu
setiap negara harus bersikap hati-hati dalam memelihara hubungan dengan
negara lain. 18
17
KJ. Holsti, Politik Internasional, Kerangka untuk Analisis, 1983, hlm. 167 18 Ibid, hlm. 169.
14
Dalam bahasa Inggris, kepemimpinan disebut dengan leadership,
sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah khilafah, imarah, atau
imamah. Secara etimologi, kepemimpinan berarti daya memimpin atau kualitas
seorang pemimpin atau tindakan dalam memimpin itu sendiri. Sedangkan secara
terminologi, ada beberapa definisi mengenai kepemimpinan (leadership).
Menurut David dan Newstrom, leadership adalah suatu kepemimpinan untuk
membujuk orang lain agar dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain, sehingga orang lain tersebut bersikap dan berlaku sesuai dengan
tujuan pemimpin.19
Sementara itu, menurut Hadi Purwono kepemimpinan adalah kemampuan
seorang dalam mengkordinasikan dan menjalin hubungan antar sesama manusia,
sehingga mendorong orang lain untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan hasil
yang maksimal. Definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh
Fiedler, bahwa kepemimpinan sebenarnya adalah suatu tindakan dalam
mengarahkan dan memimpin pekerjaan anggota kelompok, yang meliputi
tindakan membentuk hubungan kerja, memuji dan mengkritik anggota-anggota
kelompok tersebut, serta menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan dan
perasaan anggota-anggota yang dipimpinnya.20
Dari beberapa definisi tersebut,
19 Atub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatik: Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan
Kharismatis Soekarno, Jakarta: Gunung Mulia, 1999. Hlm. 72 20 Lihat Soekarso, Iskandar Putong, Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis, 2015.
15
dapat dipahami bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan atau seni untuk
mempengaruhi perilaku orang-orang yang dipimpin agar mau bekerja menuju
kepada suatu tujuan yang ditetapkan atau diinginkan bersama. Dengan kata lain,
kepemimpinan adalah kemampuan memimpin dari seorang pemimpin.
Kepemimpinan merupakan tindakan (action) yang dilakukan seorang
pemimpin untuk memimpin, mempengaruhi, membujuk anggota yang
dipimpinnya agar mau bekerja sesuai dengan tujuan. Itulah sebabnya dalam
kepemimpinan, seorang pemimpin harus melakukan koordinasi dan konsolidasi
secara baik dengan mereka yang dipimpin untuk melaksanakan program kerja
sesuai dengan target yang diharapkan. Disini dapat dipahami, ada dua pihak yang
menunjang dalam proses kepemimpinan, yakni yang memimpin dan yang
dipimpin. Tugas dan tanggup jawab seorang pemimpin adalah mengarahkan dan
menggerakkan, menuntun, memberi motivasi, serta mendorong orang yang
dipimpinnya untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Sedangkan tugas dan
tanggungjawab yang dipimpin ialah mengambil peran aktif dalam mensukseskan
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Supaya program kerja berhasil dengan baik, maka diperlukan kesatuan
komando (unity of command) dalam setiap unit organisasi tanpa adanya kesatuan
komando yang didasarkan atas satu perencanaan dan kebijaksanaan yang jelas,
maka sangat sulit diharapkan bahwa tujuan yang telah diterapkan akan tercapai
dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah kekacaun dalam pekerjaan.
16
Tentunya hal ini diperlukan sebuah komitmen dan kesadaran bersama untuk
menaati pimpinan dan peraturan yang telah ditetapkan.21
Adapun tipe atau gaya kepemimpinan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
a. Otokratis
Tipe pemimpin otokratis adalah tipe pemimpin yang memperlakukan
organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi. Sehingga hanya kemauan
dari pemimpin semata yang harus berlangsung, dan kurang mau mendengar
kritik dari bawahannya. Ia beranggapan bahwa mereka yang dipimpin itu
semata-mata bawahannya. Pemimpin semacam ini sangat tertutup pada kritik,
saran, dan pendapat orang lain. Ia seolah-olah beranggapan bahwa pikiran dan
pendapatnya yang paling benar.
b. Militeristik
Yang dimaksud kepemimpinan meliteristik itu tidak harus dalam
organisasi militer, tetapi gaya kepemimpinannya yang seperti kepemimpinan
di dalam organisasi militer. Orang sipil bisa bergaya militer dalam memimpin.
Dalam gaya kepemimpinan militeristik, biasanya perintah pemimpin harus
ditaati secara mutlak.
21 Drs. H. Muhadi Zainuddin, Lc, MA. Dan Abd. Mustaqim, M.Ag., Studi Kepemimpinan
Islam (Telaah Normatif dan Historis), hlm. 1-2
17
c. Paternalistik
Kepemimpinan paternalistik adalah model kepemimpinan yang mana
pemimpin cenderung menganggap bahwa yang dipimpin tidak pernah dewasa.
Karenanya ia jarang memberikan kesempatan kepada yang dipimpinnya untuk
mengembangkan daya kreatifitas, inisiatif, dan mengambil keputusan dalam
bidang tugas yang dibebankan kepadanya. Kepemimpinan ini lebih
menonjolkan figur dan biasanya kalau figurnya meninggal dunia (atau keluar
dalam organisasi), maka organisasi tersebut menjadi stagnan, mundur, atau
akhirnya akan runtuh.
d. Kharismatik
Pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang punya daya pikat yang
sangat besar. Biasanya dia punya banyak pengikut dan mereka mau bekerja
apapun sesuai apa yang disuruh oleh pemimpinnya ini. Kepemimpinan
kharismatik juga cenderung menonjolkan pada figur yang kharismatik,
sehingga ketika figur sudah tidak ada lagi, kontinuitas organisasi cenderung
mundur. Karena kepemimpinan model ini biasanya tidak dibangun sebuah
sistem yang baik dalam organisasi.
e. Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah sebuah model kepemimpinan yang
mana pemimpinnya berusaha menyinkronkan antara kepentingan dan tujuan
18
organisasi dengan kepentingan dan tujuan orang yang dipimpinnya. Pemimpin
model ini biasanya lebih mengutamakan kerjasama. Ia lebih terbuka (inklusif),
mau dikritik dan menerima saran atau pendapat dari orang lain. Dalam
mengambil keputusan dan kebijakan, pemimpin ini selalu mengutamakan
musyawarah. Ia tidak khawatir disaingi oleh yang dipimpinnya, bahkan
berusaha membinanya agar bersama-sama lebih maju. Model kepemimpinan
semacam ini nampaknya yang lebih sesuai dengan demokratisasi di Indonesia
saat ini.22
Selain teori diatas, penulis juga menggunakan teori lain untuk bisa
membantu dalam pemecahan masalah tentang penelitian ini. Maka dari itu,
penulis menggunakan teori Fiqhiyyah yang berhubungan dengan masalah
kepemimpinan, seperti al-maslahah (kemaslahatan umat) dan kaidah-kaidah
Fiqhiyyah lainnya yang sesuai dan bisa mendukung ataupun memperkuat
pendapat dalam penelitian ini. Penggunaan teori ini terasa penting, karena
masalah kepemimpinan tidak diatur secara terperinci atau eksplisit di dalam
Al-Qur-an dan Al-Hadits.
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa keharusan seorang pemimpin
untuk senantiasa memperhatikan nilai-nilai uluhiyah (nilai ketuhanan)
sekaligus realitas insaniyah (nilai kemanusiaan), sehingga bisa menghasilkan
22 Ibid. 11-12
19
suatu keputusan yang arif, yang bisa menunjukkan kunci sukses seorang
pemimpin.
Dalam kitab “Al-Ahkam As-Sulthaniyah”,23
tentang hukum
penyelenggaraan Negara dalam syariat Islam yang ditulis oleh Imam Al-
Mawardi, jika terdapat ketidak jelasan dalam hukum, dalam artian masih terus
berlangsung setelah diadakan pemeriksaan, dan tidak ada barang bukti yang
menjelaskan siapa yang lebih dahulu diangkat sebagai pemimpin (khalifah),
maka tidak dilakukan undian terhadap keduanya, karena sesuai dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
1. Karena Imamah (kepemimpinan) termasuk akad, dan dalam akad tidak ada
sistem undian;
2. Karena tidak ada dualisme imamah (kepemimpinan), dan undian tidak
dibenarkan dilakukan terhadap urusan tersebut, dimana dualisme tidak
dibenarkan di dalamnya. Undian hanya bisa diterapkan dalam urusan yang
dibenarkan dualisme di dalamnya seperti dalam urusan benda.
Jadi selama adanya ketidakjelasan ini tetap berlangsung, maka
kepemimpinan keduanya tidak sah. Untuk selanjutnya dewan pemilih berhak
mengangkat salah seorang dari keduanya. Jika mereka ingin menunjuk orang
ketiga diluar keduanya, ada yang berpendapat bahwa itu dibenarkan, karena
kedua orang tersebut sudah tidak lagi menjabat sebagai pemimpin (khalifah).
23 Imam Al Mawardi, Al Hakam As-Sulthaniyah, Bekasi: PT. Darul Falah, 2012, hlm. 10-11
20
Ada lagi yang berpendapat, bahwa penunjukan tersebut tidak
dibenarkan, karena bai’at (pengangkatan) yang telah dilakukan terhadap
keduanya mengharuskan imamah (kepemimpinan) tidak diserahkan kepada
orang ketiga selain keduanya, dan juga karena ketidakjelasan itu menghalangi
ditetapkannya imamah (kepemimpinan) kepada salah seorang dari
keduanya.24
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis
penelitian, sifat penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Artinya
metode penelitian yang data-datanya didapatkan langsung dari tempat
dilakukannya penelitian, menggambarkan secara sistematik,25
atau
karakteristik populasi atau bidang tertentu secara aktual dan cermat terkait
masalah yang diteliti. Dalam peneltian ini, penulis langsung mendatangi
beberapa pengurus partai Golkar dari kedua kubu yang berselisih di gedung
DPW DIY Partai Golkar selama beberapa bulan.
24 Ibid.
25 M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesi, 2002,
hlm. 22.
21
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mencari uraian menyeluruh dan
cermat tentang salah satu keadaan, dimana pendekatan yang dipakai lebih
ditentukan secara kualitatif yang memungkinkan bagi penulis untuk langsung
mencari dan mengumpulkan data atau masalah yang dipelajari.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa sumber, yakni sumber data primer, wawancara mendalam, dan
dokumentasi.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
lebih menekankan pada teknik wawancara bagaimana proses terjadinya dualisme
di internal partai Golkar, khususnya wawancara mendalam (depth interview)
terhadap pengurus DPD Partai Golkar DIY.26
4. Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul, selanjutnya
dilakukan analisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis
induktif. Dengan metode induktif ini, penulis lebih memungkinkan untuk
26Pengurus Partai Golkar DIY
22
mengidentifiksi berbagai realitas di lapangan, membuat interaksi antara penulis
dan informan secara lebih eksplisit, tampak jelas, dan mudah dilakukan, serta
memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi. Dengan
analisa tersebut, penulis akan lebih objektif dalam menganalisa sebuah masalah,
sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan penelitian skripsi ini, penulis menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,
kerangka teoritik dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua. Diskripsi Partai Golkar yang meliputi sejarah Partai Golkar,
terbentuknya sekretariat bersama, terbentuknya partai politik, struktur wewenang
dan kewajiban, paradigma Partai Golkar.
Bab Ketiga. Menjelaskan tentang latar belakang dualisme, gagasan politik
partai Golkar versi dua kubu, dampak dari kisruh dualisme Partai Golkar dan
upaya islah dualism Partai Golkar
23
Bab Keempat, merupakan analisis hasil penelitian yang membedah
tentang dualisme kepemimpinan Partai Golkar dengan menggunakan teori
Sosiologi Politik dan kepemimpinan politik Islam
Bab Kelima. Merupakan bab terakhir atau bab penutup yang didalamnya
berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari penelitian, diikuti
dengan saran untuk melengkapi penulisan penelitian skripsi ini.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memahami uraian dari beberapa bab diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa adanya dualisme Partai Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dan kubu
Agung Laksono sangat berpengaruh terhadap kondisi kader, aktifitas partai,
kontribusi dana DPP dan jalinan komunikasi antar internal dan eksternal. Hal ini
tidak bisa dipungkiri bahwa dualisme kepemimpinan Partai Golkar tentu sangat
disesalkan banyak pihak karena akan menurunkan citra partai di masyarakat.
Karena dalam sejarahnya, Partai Golkar merupakan partai yang besar yang
memiliki kekuatan dan jaringan komunikasi yang baik di dalam internal partai itu
sendiri.
Maka dari itu, adanya dualisme kepemimpinan tersebut menjadi
pelajaran penting bagi Partai Golkar sendiri dan tentu bagi partai-partai di luar
Golkar, bahwa seluruh dinamika politik di dalam partai harus diusahakan untuk
diselesaikan secara baik, yang salah satunya dengan cara bermusyawarah dengan
benar sesuai dengan doktrin ikrar partai.
Selanjutnya, dualisme kepemimpinan Partai Golkar antara Aburizal
Bakrie dan Agung Laksono ini pada akhirnya dilaksanakan rekonsiliasi dan
mencapai Islah adalah sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW, dikarenakan dalam suatu Partai Politik haruslah ada
99
satu seorang pemimpin yang sejalan dengan mengusung slogan “Amar Ma’ruf
Nahi Mungkar”.
B. Saran
Dengan adanya dualisme kepemimpinan yang terjadi di dalam Partai
Golkar, maka penyusun memberikan saran sebagaimana berikut:
1. Partai Golkar sebagai partai yang besar ke depannya harus mampu
menjaga kesolidan di internal, meskipun partai Golkar tidak menjadi
pimpinan Negara, tetapi Partai Golkar harus menjadi bagian dari
pemerintahan dan mendukung penuh pemerintah dalam membangun
bangsa dan Negara;
2. Partai Golkar harus berani bersaing dalam perpolitikan di Indonesia dan
tetap mengedepankan aspirasi masyarakat sesuai dengan slogan Partai
Golkar, “suara Golkar adalah suara Tuhan.”
3. Partai Golkar harus mengedepankan kepentingan rakyat dari pada individu
partai, karena Partai Golkar bagian dari representasi rakyat yang selalu
diharapkan demi kejayaan negara Indonesia.
111
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya
Thoha Putra, 1998.
Buku Al-Mawardi, Imam, Al-Hakam As-Shulthaniyyah, Bekasi: PT. Darul Falah, 2012.
Baker, Anton dan Ahmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat, Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Arrianie, Lely, Komunikasi Politik: Politisi dan Pencitraan di Panggung Politik, Jakarta:
Widya Padjajaran, 2010.
Djazuli, Ahmad, Fiqhih Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Ummat dalam
Rambu-rambu Syariah, cet.ke-1 edisi revisi, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Effendy, Bahktiar, Hajriyanto Y. Thohari, Kholid Novianto, M. Alfan Alfian,dkk,
Beringin Membangun, Sejarah Politik Partai Golkar, Jakarta: Grafindo
Khasanah Ilmu, 2012.
Gaffar, Affan, dkk, Golkar dan Demokratisasi di Indonesia, Yogyakarta: Aditya
Media, Demangan GK 17/1993.
Humaidi, Fahmi, Demokrasi Oposisi dan Masyarakat Madani: Isu-isu Besar
Politik Islam, alih bahasa Muhammad Abdul Ghaffar E., Bandung: Mizan,
1996.
Khaeron, E. Hermawan, Etika Politik Islam, Bandung: Nuansa Cendikia, 2013
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,
1993.
Marham, Idrus, Partai Golkar dan Dinamika Politik Multi Partai Menatap Posisi
Partai Golkar Sebagai Partai: Jakarta: AMPG Press, 2006.
Marham, Idrus, Magnet Politik Partai Golkar, Bekasi: PT Penjuru Ilmu Sejati, hlm.
Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.
Rachman, Aulia A. Citra Khalayak Tentang Golkar, Jakarta: PSAP, 2006
112
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana,
2013.
Santoso, Listiyono, Dkk., Epistimologi Kiri, Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2003,
hlm.88.
Tandjung, Akbar, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi
Politik Era Transisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Zainuddin, H.Muhadi dan Abd. Mustaqim, Studi Kepemimpinan Islam, Telaah
Normatif dan Historis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Internet Lihat https://www.selasar.com/politik/penyebab-konflik-golkar diakses pada
tanggal 13 Januari pukul 20.00 WIB.
Lihat https://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 22.00
WIB.
Lihat http://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-golongan-karya. Diakses pada
tanggal 22 Juli 2016 pukul 22.40 WIB.
Lihat www.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 19.40 WIB.
Lihat http://septa51.web.unej.ac.id/2015/12/15/konflik-internal-partai-golkar
diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 23.00 WIB.
Jurnal
Dinamika Politik Partai Golkar 1998-2004.
Skripsi
Fayumi, Ahmad, “.Transformasi Kepartaian di Indonesia Perspektif Hukum
Islam”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum.
Irmawanti, Strategi Humas Dalam Upaya Meraih Simpatisan Bagi Pasangan
Prakoso (Studi Kasus Kampanye DPD Partai Golkar Pada Pilkada Bupati
Kulon Progo 2011). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum.
Wawancara
Wawancara dengan Erwin Nizar selaku Wakil Ketua Kepemudaan Partai Golkar
D.I.Y. Beliau sebagai bagian dari kubu Aburizal Bakrie.
113
Wawancara dengan John Keban selaku Wakil Ketua DPD Golkar D.I.Y. Beliau
sebagai bagian dari kubu Agung Laksono.
I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ach Busairi
Tempat/Tgl. Lahir : Sumenep, 05 Maret 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Dusun Gunung, Sukajeruk-Msalembu, Sumenep, Jawa
Timur.
No.Telp : 081225760267
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal:
1. SDN Masalima III, Masalembu, Sumenep Lulus 2005
2. SMPN I Masalembu, Sumenep, Lulus 2008
3. SMAN 1 Masalembu, Sumenep, Lulus 2011
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011-Sekarang