dr.ir.hj.st.rohani.m.si - pengelolaan usaha peternakan

137
BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN KETUA DR. IR. HJ. ST. ROHANI, M.SI ANGGOTA IR. ABD. HAMID HODDI, MS IR. MARTHA B. ROMBE, MP MUH. RIDWAN, S.PT, M.SI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Upload: bedjo-ntu-aquw

Post on 30-Dec-2014

438 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

BAHAN AJAR

PENGELOLAAN USAHAPETERNAKAN

KETUA

DR. IR. HJ. ST. ROHANI, M.SI

ANGGOTA

IR. ABD. HAMID HODDI, MS

IR. MARTHA B. ROMBE, MP

MUH. RIDWAN, S.PT, M.SI

SOSIAL EKONOMI PETERNAKANFAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2011

Page 2: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HIBAH PENULISANBUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK

UNIVERSITAS HASANUDDINTAHUN 2011

Judul Buku Ajar : Pengelolaan Usaha PeternakanNama Lengkap : Dr. Ir. Hj. St. Rohani, M.SiNIP : 19690822 200801 2 015Pangkat/Golongan : Lektor / IIIcJurusan/Bagian/Program Studi : Sosial Ekonomi PeternakanFakultas/Universitas : Peternakan / Universitas HasanuddinAlamat Email : [email protected] : Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)

Dibiayai oleh Dana DIPA BLU Universitas HasanuddinTahun 2011 Sesuai SK Rektor UnhasNomor : 20875/H4.2/KU.10/2011 Tanggal 29 November 2011

Makassar, Desember 2011

Dekan Fakultas Peternakan Penulis

Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Dr. Ir. Hj. St. Rohani, M.SiNIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19690822 200801 2 015

MengetahuiKetua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)

Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.ScNIP. 19630501 198803 1 004

Page 3: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat

dan hidayahNya jualah sehingga dapat menyelesaikan penyusunan bahan ajar ini meskipun

terdapat halangan dan rintangan yang menantang.

Bahan ajar ini disusun sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa sehingga dapat

memperlancar proses pembelajaran terutama untuk mata kuliah Pengelolaan Usaha

Peternakan.

Dalam penyusunan bahan ajar ini, kami banyak mendapat masukan, bimbingan

serta petunjuk dari berbagai pihak. Akhirnya kami sangat menyadari bahwa bahan ajar ini

masih penuh dengan kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu tegur sapa

dan sumbang saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan agar terciptanya

tulisan yang lebih sempurna. Semoga apa yang kami paparkan dapat diterima dan berguna

bagi kita semua. Amin…..

Makassar, Desember 2011

Penulis

Page 4: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL iHALAMAN PENGESAHAN iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI ivDAFTAR TABEL viDAFTAR GAMBAR vii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TIPOLOGI USAHA PETERNAKAN 8

A. Usaha Peternakan Rakyat 9B. Usaha Peternakan Komersial 10

BAB III ASSET USAHA PETERNAKAN 13

A. Pengertian Asset 14B. Pengukuran 15C. Penilaian 16D. Pengakuan 17E. Penyajian 18F. Fixed Asset 18G. Working Asset 19H. Liquid Asset 29

BAB IV SATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS 31

A. Pengertian Satuan Ternak 32B. Penggunaan Satuan Ternak 32C. Pengertian Koefisien Teknis 38D. Jenis-jenis Koefisien Teknis 40

BAB V FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI 48

A. Jenis-jenis Faktor Produksi 49B. Alokasi Faktor Produksi 52C. Efisiensi Teknis dan Efisiensi Ekonomis 53

BAB VI APLIKASI FUNGSI PRODUKSI 56

A. Law of Diminising Return 57B. Incrasing Productivity 57C. Decreasing Productivity 58D. Constant Produkctivity 58E. Fungsi Produksi 59

Page 5: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

v

BAB VII MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN 76

A. Produksi dan Reproduksi 77B. Kandang dan Peralatan 79C. Pakan Ternak 80

BAB VIII ANALISA PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN 82

A. Biaya 83B. Pendapatan 84C. Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan 87

BAB IX KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP USAHAPETERNAKAN

110

A. Sinkronisasi Produksi dan Pemasaran 111B. Potensi Usaha Peternakan Sul-Sel dan Globalisasi

Ekonomi 115

DAFTAR PUSTAKA 129

Page 6: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

vi

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1 Matriks Hubungan Antara Profil dan Kompetensi Lulusan 2

2 Perkembangan Nilai Mahasiswa Peserta Mata Kuliah PengelolaanUsaha Peternakan pada 3 Semester Terakhir

3

3 Garis Besar Rancangan Pembelajaran (GBRP) Pengelolaan UsahaPeternakan

6

4 Daftar Satuan Ternak 32

5 Daya Dukung Tanaman Pangan 33

6 Jumlah Ternak per Tenaga Kerja 35

7 Net Calf Crop Dan Gugus Nilai Koefisien Teknis 40

8 Umur Awal dan Afkir Ternak Bibit 41

9 Masa Bunting dan Kering Kandang 42

10 Umur Awal, Berat Awal Dan Masa Penggemukan 43

11 Pertambahan Berat Badan Harian (PBH) 44

12 Kelas Babi Ras Unggul Finishing 45

13 Rata-rata Produksi, Masa Laktasi dan Penggunaan Susu Bagi AnakSapi

46

14 Kebutuhan Ransum Beberapa Jenis Ternak 80

15 Pertambahan berat badan setiap hari, tergantung dari banga sapi 87

16 Model Penggemukan Sapi 88

17 Model Proyeksi Populasi Sapi Bibit/Penggemukan (DenganMortalitas) Ranch Sapi

89

18 Model Proyeksi Produksi Broiler 94

19 Model Proyeksi Produksi Telur 100

20 Proyeksi Sapi Perah (Fh) 10 Induk Awal + Ib (Tanpa Pre – Proyek) 103

21 Proyeksi sapi perah (fh) 5 induk awal + 5 induk tambahan + ib(dengan pre – proyek)

105

22 Beberapa Analisis Usaha Peternakan 108

Page 7: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1 Analisis Kebutuhan Pembelajaran 5

2 Garis linear sederhana 62

3 Garis linear sederhana dengan nilai a = 0 62

4 Fungsi produksi linier dengan satu variabel input 63

5 Fungsi Produksi Kuadratik 64

6 Fungsi produksi kuadratik dengan satu variabel input 65

7 Fungsi produksi cob-douglas dengan satu variable input 66

Page 8: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

1

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB IPENDAHULUAN

Pengembangan bidang peternakan akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian

penting karena adanya program diversifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas gizi

masyarakat, yang mana dalam kaitan ini peternakan merupakan sumber produksi pangan

berkualitas tinggi, disertai dengan permintaan konsumsi masyarakat akan produk

peternakan masih jauh melebihi persediaan yang ada. Usaha ternak di pedesaan mampu

memberikan tambahan pendapatan dan lapangan pekerjaan bagi keluarga petani dan

masyarakat.

Upaya mendayagunakan hewan dengan sebaik-baiknya tidaklah mudah, oleh

karena itu perlu adanya suatu pengetahuan yang mantap dan berkembang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran Fakultas Peternakan sangat besar

untuk memberikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat agar tahu,

mau, dan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengembangan usaha

ternak. Hal ini merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh lulusan Sosial

Ekonomi Peternakan, dimana mereka mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu dan

teknologi di bidang manajemen, sosial dan ekonomi dalam bidang agribisnis peternakan

dengan adaptif dan kreatif dalam pemanfaatan sumber daya lokal yang berjiwa bahari.

Kompetensi Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan yaitu sebagai berikut :

1. Kompetensi Utama :

• Kemampuan menerapkan aspek teknis peternakan, teknologi hasil

peternakan

• kepada masyarakat.

• Kemampuan mengelola usaha agribisnis peternakan.

• Mampu melakukan usaha manidiri (berwirausaha) di bidang peternakan

• Kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah manajemen, sosial dan

ekonomi bidang peternakan.

• Kemampuan membuat dan menganalisis studi kelayakan usaha peternakan.

• Kemampuan membina dan mengembangkan masyarakat dalam menerapkan

inovasi dan teknologi dibidang peternakan

Page 9: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

2

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

2. Kompetensi Pendukung :

• Kemampuan menyusun dan menganalisa laporan keuangan perusahaan

peternakan

• Mampu melakukan presentasi dan negosiasi untuk meyakinkan masyarakat

dalam bidang sosial ekonomi peternakan.

• Kemampuan untuk mengolah dan menganalisa serta pengambilan keputusan

berbasis komputer

3. Kompetensi Lainnya (Institusional) :

• Kemampuan mengembagkan diri berdasarkan wawasan budaya bahari.

• Mampu bekerjasama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

• Mampu membuat media dan presentasi multim

Tabel 1. Matriks hubungan antara Profil dan Kompetensi Lulusan

ProfilLulusan

Kompetensi yang seharusnya dimilikiKompetensi Utama Kompetensi Pendukung Kompetensi Lainnya

Inovatif

a. Kemampuan menerapkanaspek teknis peternakan,teknologi hasil peternakankepada masyarakat.

b. Kemampuan mengelolausaha agribisnispeternakan.

c. Mampu melakukan usahamandiri (berwirausaha) dibidang peternakan

a. Mampu membuat mediadan presentasimultimedia

Adaptif

a. Kemampuan membina danmengembangkanmasyarakat dalammenerapkan inovasi danteknologi dibidangpeternakan.

a. Mampu melakukanpresentasi dan negosiasiuntuk meyakinkanmasyarakat dalambidang sosial ekonomipeternakan

a. Kemampuanmengembangkan diriberdasarkan wawasanbudaya bahari

b. Mampu bekerjasamadalam kehidupan sosialkemasyarakatan

Kreatif

a. Kemampuan menganalisisdan memecahkan masalahmanajemen, sosial danekonomi bidangpeternakan.

b. Kemampuan membuat danmenganalisis studikelayakan usahapeternakan.

a. Kemampuan menyusundan menganalisislaporan keuanganperusahaan peternakan

b. Kemampuan untukmengolah danmenganalisis sertapengambilan keputusanberbasis komputer

a. Mampu membuatmedia dan presentasimultimedia

Page 10: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

3

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pengembangan usaha peternakan hanya dapat dilakukan jika manusia memiliki

kemampuan dalam pengelolaan usaha peternakan itu sendiri. Pengelolaan usaha menjadi

acuan untuk mengembangkan usaha peternakan. Namun kurangnya sarana dan fasilitas

pembelajaran dan minat mahasiswa untuk mengakses internet mengakibatkan proses

pembelajaran e-learning kurang berkembang. Hal ini juga berdampak pada proses

pembelajaran Mata Kuliah Pengelolaan Usaha Peternakan terbukti dengan pencapaian nilai

yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Pengelolaan UsahaPeternakan pada 3 Semester Terakhir

No. Semester Nilai Hasil Jumlah (Orang) Jumlah (%)1 Akhir 2008/2009 A 6 14.29

A- -B+ -B 19 45.24B- -C+ -C 4 9.52C- -D -E 13 30.95

2 Awal 2009/2010 A -A- -B+ 6 7.89B 12 15.79B- -C+ 9 11.84C 25 32.89C- -D 6 7.89E 18 23.68

3. Akhir 2010/2011 A -A- -B+ 1 3.03B 3 9.09B- 6 18.18C+ 3 9.09C 13 39.39C- -D 3 9.09E 4 12.12

Page 11: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

4

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pada Tabel 2, memperlihatkan nilai mahasiswa 3 semester terakhir. Hal ini menjadi

bukti pembelajaran yang kurang efektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan pemahaman

mahasiswa maka perlu dilakukan penyediaan bahan ajar yang berbasis internet. Dengan

adanya bahan ajar ini diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dan

memberikan dukungan pada mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan dengan baik

mengingat sangat pentingnya mata kuliah ini. Pentingnya mata kuliah Pengelolaan Usaha

Peternakan dapat dilihat pada Analisis Kebutuhan Pembelajaran berikut ini :

Mata Kuliah : Pengelolaan Usaha Peternakan

Kompetensi Utama : a. Kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

manajemen, dan ekonomi bidang peternakan.

b. Kemampuan membuat dan menganalisis studi

kelayakan usaha peternakan.

Kompetensi Pendukung : a. Kemampuan menyusun dan menganalisis laporan

keuangan perusahaan Peternakan.

Sasaran Belajar : Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu

mengelola suatu usaha peternakan secara efisien dan

ekonomis.

Analisis kebutuhan pembelajaran tersebut menjadi landasan pelaksanaan

Pengelolaan Usaha Peternakan. Grafik analisis pembelajaran dapat dilihat pada gambar 1.

Page 12: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

5

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Gambar 1. Analisis Kebutuhan Pembelajaran

Dengan demikian keberadaan bahan ajar ajar ini akan menjadi tambahan referensi

bagi mahasiswa peserta mata kuliah Pengelolaan Usaha Peternakan yang selama ini masih

kurang. Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada GBRP (Garis Besar Rancangan

Pembelajaran). Susunan GBRP Mata Kuliah Pengelolaan Usaha Peternakan dapat dilihat

pada tabel 3.

Mampu memberikan argumntasi tentangkebijakan pemerintah terhadap usaha

peternakan9

Dapat menjelaskan &menguraikan faktor faktor

produksi4

Mahasiswa mampu mengelola suatu usahapeternakan secara efisien dan ekonomis

Dapat mengklsifikasikanasset usaha peternakan

2

Mampu mengidentifikasitipologi usaha peternakan di

Indonesia1

Dapat menjelaskan tentangSatuan Ternak danKoefisien Teknis

3Mampu membuat pola

manajemen usahapeternakan yang baik

7

Dapat mengukurproduktivitas melalui

aplikasi fungsi produksi6

Mampu menghitung biaya& pendapatan usaha

peternakan8

Dapat menjelaskanpengalokasian faktor-

faktor produksi5

Page 13: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

6

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)

Mata Kuliah : Pengelolaan Usaha PeternakanKompetensi Utama : Kemampuan membuat dan menganalisis studi kelayakan usaha peternakan.Kompetensi Pendukung : Kemampuan menyusun dan menganalisis laporan keuangan perusahaan peternakan.Kompetensi Lainnya : Mampu bekerjasama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.Sasaran Belajar : Mampu mengelola suatu usaha peternakan secara efisien dan ekonomis.

Tabel 3. Garis Besar Rancangan Pembelajaran (GBRP) Pengelolaan Usaha Peternakan

MINGGU KESASARAN

PEMBELAJARANMATERI

PEMBELAJARANSTRATEGI

PEMBELAJARAN KRITERIA PENILAIANBOBOTNILAI

(%)

IDapat mengidentifikasitipologi usaha peternakn diIndonesia

1.Pengertian Ush ptrnkn2.Usaha Ptrnkn Rakyat3.Usaha Ptrnkn Komersial

KULIAH &DISKUSI

- Pemahaman secara sistematik- Referensi jelas

5

IIDapat mengklasifikasikanasset usaha peternakan

1. Fixed Asset2. Working Asset3. Liquid Asset

KULIAH & TUGAS

- Ketepatan menyelesaikantugas

- Kejelasan perbedaan beberapaistilah.

5

IIIDapat menjelaskan tentangsatuan ternak dan koefisienteknik

1. Pengertian satuan ternak2. Analisis satuan Ternak3. Pengertian Koefisien

tehnik4. Jenis-jenis koefisien

tehnik

KULIAH, DISKUSI& TUGAS

- Pemahaman secara sistematik- Referensi jelas- ketepatan menyelesaikantugas

5

IV

Dapat menjelaskan,menguraikan danmengalokasikan faktor-faktor produksi

Jenis-jenis faktor produksi :tanah, modal, tenaga kerja,

manajemenAlokasi Faktor Produksi

Efisiensi teknis &ekonomis

KULIAH, DISKUSI& TUGAS

- Ketepatan menjelaskan jenis-jenis faktor produksi

- Ketepatan menguraikn jenis-jenis faktor produksi

-Keaktifan dlm diskusi klmpk-Kejelasan menguraikan

30

Page 14: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

7

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

pengalokasian faktor-faktorproduksi

-Ketepatan menyelesaikantugas

V, VI, VIIDapat mengukurproduktivitas melaluiaplikasi fungsi produksi

1. Law of DiminisingReturn

2. Incrasing Productivity3. Decreasing productivity4. Constant productivity5. Fungsi Linear6. Fungsi Kuadratik7. Fungsi Cobb Douglass

KULIAH, DISKUSIKELOMPOK &

TUGAS

- Ketepatan menguraikantentang produktivitas melaluiaplikasi fungsi produksi

- Ketepatan menentukan faktor-faktor produksi yang optimal

- Keaktifan dlm diskusi klmpk- Ketepatan menyelesaikan

tugas

5

VIII,IX, X

Dapat membuat polamanajemen usahapeternakan

Manajemen Usaha Petrnakn1.Reproduksi dan Produksi2.Kandang & pralatan3.Pakan & Ternak

MID TEST, STUDILAPANG &DISKUSIKELOMPOK

-Ketepatan waktu penyelesaianujian.

-Kedisiplinan dalammengemukakan pendapat danmenghargai pendapat oranglain

10

XI, XII,XIII

Dapat menghitung biaya &pendapatan usahapeternakan

Analsis Biaya &Pendapatan Ternak Potong,unggas & sapi perah.

KULIAH, TUGAS &DISKUSIKELOMPOK

-Kedisiplinan dalammengemukakan pendapat danmenghargai pendapat oranglain

20

XIV, XV,XIV

Dapat memberikanargumentasi tentangkebijakan pemerintahterhadap usaha peternakan

Kebijakan PemerintahTerhadap UsahaPeternakan:1. Sinkronisasi Produksi

dan Pemasaran2. Poteni Ush Ptrnkn Sul-

Sel dan GlobalisasiEkonomi

PRESENTASI &FINAL TEST

- Kesesuaian jawaban denganreferensi yang relevan

- Kedisiplinan dalammengemukakan pendapat danmenghargai pendapat oranglain

- Ketepatan waktu penyelesaianujian.

20

Page 15: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

8

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB IITIPOLOGI USAHA PETERNAKAN

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat mengidentifikasi tipologi usaha peternakn di Indonesia

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Kuliah

• Diskusi

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang pengertian usaha peternakan yang meliputi usaha

peternakan rakyat dan usaha peternakan komersial

PENDAHULUAN

Ilmu usaha tani atau farm management berkembang di Amerika dan Eropa sejak

permulaan abad ke XX. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan Ilmu Ekonomi

Produksi. Ilmu usaha tani juga berkembang di negara-negara lain termasuk Australia dan

Taiwan. Ilmu usaha tani di Asia telah mengalami perubahan disesuaikan dengan ukuran

usaha petani-petani di Asia yang pada dasarnya berusaha dalam ukuran yang kecil (small

size). Walaupun petani-petani Asia berukuran skala kecil, mereka telah menerapkan

prinsip-prinsip bisnis pertanian. Pengembangan sub sektor peternakan sebagai bagian dari

ilmu usaha tani dalam era globalisasi ekonomi dihadapkan pada persaingan yang semakin

terbuka, kondisi tersebut seharusnya dijadikan momentum untuk memacu peningkatan

sumberdaya lokal, daya saing serta antisipasi masa depan.

Kegiatan Peternakan saat ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga

saja. Tapi sudah merupakan usaha yang dijadikan sumber penghasilan pokok. Dewasa ini

usaha peternakan juga sudah mencapai level usaha industri yang menyediakan lapangan

kerja bagi orang banyak. Saat ini usaha peternakan yang pengelolaannya masih didominasi

usaha skala kecil dan menengah antara lain ternak kerbau, sapi, domba, kambing, kelinci,

itik dan ayam buras. Sementara ternak sapi potong, sapi perah, ayam ras dan puyuh

dikelolah oleh perusahaan peternakan. Namun demikian, usaha ternak sapi potong, sapi

perah atau puyuh bisa dikelola sendiri dengan skala kecil. Secara umum tipe usaha

peternakan akan dibahas pada bab ini.

Page 16: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

9

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

URAIAN MATERI

1. Usaha Peternakan Rakyat

Usaha ini diwakili oleh petani-petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2

ekor ternak, baik ternak ruminansia besar,kecil bahkan ayam kampung. Keluarga petani

yang bergerak dalam usaha ini diperkirakan terdiri atas 37.836.000 rumah tangga dengan

populasi ternak sebesar :

a. ± 7 juta ekor sapi potong

b. ± 3 juta ekor kerbau

c. ± 11 juta ekor kambing dan domba

d. ± 140 ekor ayam kampung

Usaha peternakan nasional hingga saat ini masih didominasi usaha peternakan

rakyat. Jumlahnya mencapai lebih dari 95 persen dari jumlah keseluruhan peternak di

Indonesia. Tipe usaha ini tidak mengalami kemajuan pesat, karena perkembangannya

sangat dipengaruhi oleh daya dukung wilayah dan terbatasnya modal dan pemakaian

teknologi. Cara ini dapat digambarkan hanya merupakan usaha sambilan, memanfaatkan

by produk pertanian dan sangat berguna untuk saving keluarga. Dari tipe usaha ini tentu

telah ada yang berkembang ke arah usaha semi intensif.

Usaha peternakan rakyat atau small farmers merupakan usaha peternakan yang

melaksanakan biosekuriti secara terbatas, karena masalah biaya sedangkan perkandangan

terbuka, sehingga terjadi hubungan dengan ternak liar. Secara terperinci ciri-ciri system

peternakan rakyat adalah :

a. Manajemen intensif yang rendah

b. Modal yang sangat rendah

c. Produknya adalah pengan dengan ketergantungan pada pasar output dan

input pada jasa pelayanan

Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk menjaga kesinambungan

usaha peternakan rakyat, adalah melalui sentuhan perbaikan sistem pemasaran ternak

potong, yang paling tidak dapat dilakukan 2 pendekatan :

a. Peternak sapi dan kerbau rakyat mendirikan wadah dan bersatu didalamnya untuk

menggalang sumber daya yang dimiliki untuk diarahkan pada keberlangsungan

peternakan rakyat dibidang usaha ternak potong secara agribisnis, dengan

pengertian peternak melalui wadah dimaksud mampu mengendalikan kegiatan-

Page 17: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

10

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

kegiatan hulu sampai dengan hilir sub sistem agribisnis usaha ternak potong yang

tentunya pemasaran termasuk didalamnya.

b. Pemerintah atau pengusaha yang peduli terhadap pembangunan peternakan rakyat

mempelopori pendirian usaha pembelian ternak rakyat secara langsung, menjamin

pembelian dengan harga memadai, memiliki cabang-cabang pada sentra

pengembangan ternak potong, tanpa perantara, dan menggunakan cara penentuan

harga per ekor ternak berdasarkan timbangan berat hidup ternak. Selanjutnya jika

yang menjadi pelopor tersebut adalah pemerintah dan usaha dimaksud telah

berjalan lancar dan menguntungkan, dapat dijual ke pihak swasta melalui kebijakan

privatisasi.

Peternak dengan peluang perolehan yang tinggi akan bergairah dalam

pengembangan usahanya dan selanjutnya akan muncul pendatang baru sebagai investor

untuk menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan ternak potong tersebut.

Argumentasi penguat dapat ditinjau dari realitas dan keunggulan usahatani skala

kecil. Pertama, usaha pertanian tidak pernah akan lenyap selama manusia masih perlu

makan. Kedua, kenyataan bahwa kepemilikan faktor produksi (lahan, modal) petani kita

sangat sempit dan terbatas. Ketiga, sebagian besar penduduk masih bergantung pada sektor

pertanian di pedesaan. Keempat, kontribusi pertaniansangat besar dalam menunjang sektor

industry hulu dan hilir serta jasa pertanian, baik dalam kontribusi komoditi pertanian,

pendapatan, pasar maupun penyerapan tenaga kerja. Kelima,program-program dalam skala

kecil lebih memungkinkan adanya partisipasi, lebih mudah disesuaikan, serta lebih peka

menjawab kebutuhan petani. Keenam, program kecil membutuhkan teknologi sederhana

yang disesuaikan dengan kemampuan pelakupelakunya. Terakhir, program-program skala

kecil memberi ruang yang besar bagi partisipasi dan kemandirian demi pencapaian

masyarakat yang bebas, demokratis dan berkeadian sosial.

2. Usaha Peternakan Komersil

Merupakan usaha yang benar-benar telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi

antara lain usaha dengan tujuan untuk profit maksimal. Dalam usaha ini profit adalah

motivasinya yang diproyeksikan kepada pasar-pasar yang ada.

Sistem perusahaan Peternakan Komersial (SPPK) memiliki ciri-ciri :

a. Melaksanakan sekuriti relative intensif

b. Modal relative tinggi

Page 18: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

11

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

c. Manajemen sekuriti relatuf moderat sampai tinggi

d. Produknys merupakan pangan dengan input tergantung pada Sistem Industri

Peternakan Terintegrasi atau impor

Usaha komersial dalam bidang peternakan dapat bermacam-macam, misalnya :

a. Usaha pembibitan

b. Usaha makanan ternak

c. Usaha penggemukan (feed lot)

d. Usaha ranch, dan lain-lainya

Sebagai gambaran jumlah usaha peternakan yang bergerak dalam tipe komersial

antara lain :

a. 7 usaha peternak pembibitan ayam tipe GPS (Grant Parent Stock)

b. 61 buah usaha peternakan pembibitan type PS (Parent Stock)

c. 97 Buah pabrik makanan ternak dengan kapasitas dari 1 ton/jam sampai 60 ton/jam

d. 3 jumlah feedlot

e. 45 jumlah ranch sapi potong

Usaha peternakan komersial umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki

modal besar serta menerapkan teknologi modern. Disamping itu usaha peternakan

komersial telah melakukan pemeliharaan dalam ruangan tertutup dan menerapkan

biosekuriti secara moderat.

Seperti usaha lainnya, usaha peternakandapat juga dikelola secara industry.

Beberapa jenis ternak yang sudah dikelola secara industi antara lain ayam ras, sapi potong,

dan sapi perah. Usaha ternak secara industry sudah berbadan hukum. Usaha peternakan

skala bear seyogiyanya berbadan hukum karena melibatkan banyak pihak yang terdiri dari

pemilik modal dan pekerja. Beberapa bentuk badan hukum yang dapat dipilih antara lain

yayasan, koperasi, CV, atau perseroan terbatas.

Tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha ini mencapai 100%. Contoh usaha

yang dikelola secara industry adalah adalah peter nakan sapi perah. Namun demikian,

usaha ini dikelola oleh peternak di bawah gabungan Koperasi Susu Indonesia.

Page 19: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

12

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

PENUTUP

Soal Latihan

1. Jelaskan perbedaan antara usaha peternakan komersial dan peternakan rakyat !

2. Bagaimana upaya pemerintah untuk mempertahankan kesinambungan usaha

peternakan rakyat ?

Daftar Bacaan

Hasnudi, Iskandar Sembiring, Sayed Umar. 2010. Usaha Peternakan KomersialUmumnya Dilakukan oleh Peternak Yang Memiliki Modal Besar SertaMenerapkan Teknologi Modern. Fakultas Pertanian. Jurusan Peternakan.Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-hasnudi.pdf.

Indro Surono. 1997. Agribisnis Skala Kecil. Wacana No. 8 / Mei - Juni 1997

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 20: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

13

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB IIIASSET USAHA PETERNAKAN

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat mengklasifikasikan Asset usaha peternakan

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Kuliah

• Tugas

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang :

• Fixed Asset

• Working Asset

• Liquid Asset

PENDAHULUAN

Usaha apapun yang dijalankan pasti membutuhkan sejumlah modal. Modal

merupakan sejumlah barang, jasa dan uang yang dimiliki untuk mengawali sebuah langkah

usaha dibidang peternakan. Modal memegang peranan penting dan merupakan tulang

punggung usaha peternakan. Oleh karena itu, diperlukan manajemen permodalan yang

bertujuan untuk mengelola modal agar pengalokasiannya tepat dan penggunaannya efisien.

Seiring dengan berkembangnya suatu perusahaan maka jumlah aset juga akan terus

bertambah dari tahun ke tahun. Aset adalah barang tidak habis pakai (non consumable)

yang dimiliki perusahaan yang memiliki umur lebih dari 12 bulan. Aset membutuhkan

manajemen yang baik agar lebih mudah untuk dipantau dan ditelusuri. Kebutuhan

informasi mengenai data dan informasi suatu aset sangatlah penting guna untuk

memperbaiki kinerja atau efisiensi di dalam suatu perusahaan.

Page 21: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

14

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

URAIAN MATERI

A. Pengertian Asset

FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6,

prg 25):

Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular

entity as a result of past transactions or events. (Aset adalah manfaat ekonomik masa

datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat

transaksi atau kejadian masa lalu.)

Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:

An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and

from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard

Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:

Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting

entity as a result of past transaction or other past events.

Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset

dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai

sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis

sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.

Berdasar uraian diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga

karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:

1. Manfaat ekonomik yang datang cukup pasti

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat

ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat

atau potensi jasa karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas

mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang,

Page 22: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

15

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau

karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.

2. Dikuasai atau dikendalikan entitas

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh

entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan

atau kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini

berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan,

menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain

terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi

mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership)

hanya mempunyai makna yuridis atau legal.

3. Timbul akibat transaksi masa lalu

Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus

sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset

harus timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk

memenuhi definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian

ekonomik. FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset

karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau

meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan

atau kecelakaan.

B. Pengukuran

Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measureability) manfaat

ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan jumlah

rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya, yang akan

dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.

Dan jika suatu sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal (reliable)

pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai

aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.

Page 23: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

16

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

C. Penilaian

Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena

adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna

ekonomik (economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya

digunakan dalam akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus

dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk

proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen

keuangan pada saat penyajian.

Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang

berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.

Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat

membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas

bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan

pelaporan keuangan.

FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan

dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai

berikut:

a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan

kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos* historisnya yaitu jumlah rupiah

kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini

tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau

diamortisasi.

b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang

atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus

dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.

c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan

atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang

dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi

perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga

Page 24: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

17

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai

bukunya.

d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang

disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya

yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan

pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi

kas atau setaranya.

e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka

panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang

sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan

tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan

tersebut.

D. Pengakuan

Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi,

kejadian, atau keadaan yang mempebgaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset,

kriteria keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut Sterling,

Belkaoui (1993) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient)

yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset tersebut, yaitu:

1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus ada

transaksi yang menandai timbulnya aset

2. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk

mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka,

dibutuhkan dan berharga.

3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan

usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.

4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek

harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.

5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui

aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).

Page 25: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

18

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung

untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.

Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan

kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur untuk

menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi,

keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria

pengakuan sifatnya konseptual atau umum.

E. Penyajian

Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang

mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman

penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:

1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian

atas dalam neraca berformat laporan.

2. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.

3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling

lancar dicantumkan pada urutan pertama.

4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan

(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang.

F. Fixed Asset (Asett Tetap)

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan ekonomi perusahaan. Aset tetap

diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi

entitas tanah, peralatan, gedung bangunan, jalan dan sebagainya. Aset tidak berwujud

adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik. Contoh dari aset ini adalah hak cipta,

paten, merek dagang, rahasia dagang.

Aset tetap (Fixed tetap) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk

tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Page 26: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

19

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak

dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.

Karakteristik aset tetap sebagai berikut:

1. Dimiliki perusahaan untuk digunakan (bukan barang dagangan)

2. Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama (bukan investasi

jangka panjang)

3. Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi

perusahaan (bukan perlengkapan)

4. Memiliki nilai yang relatif tinggi

Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif lama dan menjadi

alat utama perusahaan menghasilkan revenue, maka investasi dalam aset tetap (Capital

Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang.

Klasifikasi Aset Tetap

Umumnya aset tetap dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan.

2. Perbaikan Tanah, seperti jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun

perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.

3. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang.

4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan

meubel.

Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap

Dari beragam aset tetap berujud, untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokkan sbb:

1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah untuk lokasi perusahaan,

pertanian, dan peternakan.

2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa

diganti dengan aset yang sejenis, misalnya gedung dan peralatan.

Page 27: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

20

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya

tidak dapat diganti dengan aset yang sejenis, seperti sumber-sumber alam misalnya

tambang dan hutan.

Penyusutan atas 3 kelompok aset tetap berujud tsb adalah:

1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas --------- tidak dilakukan penyusutan

terhadap harga perolehannya

2. Aset tetap yang terbatas umurnya --------- dilakukan penyusutan terhadap harga

perolehannya

Aset tetap yang dapat diganti dengan aset sejenis, penyusutannya disebut

depresiasi. Penyusutan sumber alam disebut deplesi, sedangkan penyusutan aset tidak

berwujud disebut amortisasi.

Prinsip Penilaian Aset Tetap Berwujud

aset tetap dinyatakan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aset tetap tersebut

dikurangi dengan akumulasi penyusutannya

Sesudah aset tetap diperoleh dan dalam masa penggunaan, maka:

1. Aset yang umurnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca

sebesar harga perolehannya

2. Aset yang umurnya terbatas dicantumkankan dalam neraca sebesar nilai

bukunya.

Harga perolehan (acquisition cost) aset tetap meliputi jumlah uang yang dikeluarkan atau

utang yang timbul untuk memperoleh aset tetap tersebut.

Nilai buku aset tetap adalah harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi

depresiasi/deplesi aset tetap tersebut

Cara-Cara Perolehan Aset Tetap

1. Pembelian Tunai

2. Pembelian Angsuran

3. Ditukar dengan Surat-surat Berharga

4. Ditukar dengan Aset Tetap yang Lain

a) Pertukaran aset tetap yang tidak sejenis

Page 28: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

21

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

b) Pertukaran aset tetap yang sejenis

5. Diperoleh dari Hadiah/Donasi

6. Aset yang Dibuat Sendiri

Aset tetap berwujud, termasuk:

1. Tanah

2. Bangunan/Gedung

3. Mesin dan Alat-alat

4. Alat-alat Kerja

5. Pattern dan Dies/Cetakan

6. Perabot/Mebelair dan Alat-alat Kantor

7. Kendaraan

8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan/Returnable Container

Tanah, harga perolehannya meliputi

a. harga beli tunai tanah

b. biaya balik nama

c. komisi pembelian

d. biaya penelitian tanah

e. pajak, iuran, atau pungutan lain yang harus dibayar pembeli

f. biaya merobohkan bangunan lama

g. biaya perataan tanah, pembersihan, dan pembagian

Bangunan

Jika gedung dibuat sendiri, maka harga perolehan gedung terdiri dari:

a. biaya-biaya pembuatan gedung

b. biaya perencanaan dan desain gambar

c. biaya izin bangunan

d. pajak-pajak selama masa pembangunan gedung

e. bunga selama masa pembuatan gedung

f. asuransi selama masa pembangunan

Perlengkapan gedung (seperti tangga berjalan dan lift) dicatat sendiri dalam

rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat-alat tersebut.

Page 29: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

22

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Mesin dan alat-alat, harga perolehannya meliputi:

a. harga beli

b. pajak-pajak yang menjadi beban pembeli

c. biaya angkut

d. asuransi selama dalam perjalanan

e. biaya pemasangan

f. biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin

Bila mesin dibuat sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua biaya yang

dikeluarkan untuk membuat mesin.

Mesin yang disewa dari pihak lain, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi

dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya.

Alat-alat kerja berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan (seperti drei,

catut, & palu) memiliki harga perolehan yang relatif kecil shg tidak didepresiasi tetapi

diperlakukan sbb:

1. pada waktu pembelian dikapitalisasi, kemudian pada setiap akhir periode dihitung

fisiknya. Selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode yang bersangkutan dan

rekening alat-alat kerja dikredit; atau

2. dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan

normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya.

Pattern dan Dies/Cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode

dicatat dalam rekening aset tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.

Tetapi jika cetakan hanya dipakai memproduksi pesanan khusus, maka harga

perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.

Perabot dan alat-alat kantor, pembelian atau pembuatannya harus dipisah-

pisahkan untuk fungsi produksi, penjualan, dan administrasi karena depresiasinya

dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut.

Harga perolehannya terdiri atas harga beli, biaya angkut, dan pajak yang menjadi

tanggungan pembeli.

Page 30: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

23

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Kendaraan, juga dipisahkan berdasarkan fungsi. Harga perolehannya meliputi

harga faktur, bea balik nama, & biaya angkut.

Pajak yang dibayar setiap periode (seperti pajak kendaraan bermotor dan jasa

raharja) dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan.

Returnable Container adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari

produk yang dijual, misalnya drum, tangki, dan botol. Barang tersebut merupakan aset

perusahaan dan disusut selama umur kegunaannya.

Bila tempat barang tersebut dikembalikan, maka harga jual tidak termasuk harga

tempat barang tersebut

Biaya-Biaya Selama Masa Penggunaan Aset Tetap

1. Reparasi dan Pemeliharaan

2. Penggantian

3. Perbaikan/betterment/improvement

4. Penambahan

5. Penyusunan Kembali Aset Tetap/Rearrangement

Reparasi dan pemeliharaan terjadi berulang-ulang dan manfaat biaya tersebut

hanya dalam periode yang bersangkutan, sehingga dicatat sebagai biaya.

Reparasi besar terjadi selang beberapa tahun dan manfaatnya dirasakan dalam

beberapa periode, sehingga biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya

sebagai biaya dilakukan dalam beberapa periode yang menerima manfaatnya.

Dua cara mencatat biaya reparasi besar, yaitu:

1. menambah harga perolehan aset tetap, apabila biaya ini dikeluarkan untuk

menaikkan nilai kegunaan aset dan tidak menambah masa manfaatnya.

2. mengurangi akumulasi depresiasi jika memperpanjang umur ekonomis dan nilai

residu, sehingga nilai buku bertambah besar dan mempengaruhi perhitungan

depresiasi.

Penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aset atau suatu

bagian aset dengan unit yang baru dengan tipe yang sama.

Page 31: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

24

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Improvement adalah penggantian suatu aset dengan aset baru untuk memperoleh

kegunaan yang lebih besar. Perbaikan dengan biaya relatif kecil diperlakukan seperti

reparasi biasa. Tetapi perbaikan dengan biaya relatif besar dicatat sebagai aset baru. Aset

lama yang diganti serta akumulasi depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.

Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aset seperti

penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir, serta penambahan alat pada mesin

pabrik yang dapat meminimalisir pencemaran. Biaya yang timbul dalam penambahan

dikapitalisasi menambah harga perolehan aset dan didepresiasi selam umur ekonomisnya.

Rearrangement Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan kembali atau

perubahan route produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi jika jumlahnya cukup

berarti dan manfaatnya akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus

dikapitalisasi. Biaya tersebut dikapitalisasi sebagai biaya dibayar dimuka atau beban yang

ditangguhkan dan akan diamortissi ke periode yang memperoleh manfaat rearrangement.

Pemberhentian Aset Tetap

Aset tetap bisa dihentikan penggunaannya dengan cara:

1. Dijual,

2. Ditukarkan, atau

3. Rusak

Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian

1. semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dihapuskan

2. apabila aset tetap tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan nilai buku atau

residu dicatat sebagai laba atau rugi.

Ilustrasi

Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2002 dengan harga Rp5.700.000,00; pada

tanggal 1 Juli 2006 dijual dengan harga Rp1.200.000,00. Mesin tersebut ditaksir berumur 5

tahun, didepresiasi menggunakan metoda garis lurus, dan taksiran nilai residu

Rp450.000,00. Penjualan pada tanggal 1 Juli 2006 dicatat:

Depresiasi Mesin

Akumulasi Depresiasi Mesin

Rp525.000,00

Rp525.000,00

Page 32: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

25

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Depresiasi 6 bulan: 6/12 x 1/5 x (Rp5.700.000,00 – Rp450.000,00) = Rp525.000,00

Kas

Akumulasi Depresiasi Mesin

Mesin

Laba Penjualan Mesin

Rp1.200.000,00

4.637.500,00

Rp5.700.000,00

137.500,00

Perhitungan

Harga jual

Rp1.200.000,00

Nilai buku mesin:

Harga perolehan Rp5.700.000,00

Akumulasi depresiasi:

2002: 11 bulan = Rp962.500,00

2003: 12 bulan = 1.050.000,00

2004: 12 bulan = 1.050.000,00

2005: 12 bulan = 1.050.000,00

2006: 6 bulan = 525.000,00 (4.637.500,00) (1.062.500,00)

Laba penjualan aset tetap

Rp137.500

Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak

dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti,

bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan

kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam

perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi

atau penyusutan.

Page 33: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

26

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh

perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas / equities yang dapat

mendatangkan manfaat di masa depan.

1. Harta Lancar / Aktiva Lancar / Current Assets Harta lancar adalah harta yang

berbentuk uang tunai maupun aktiva lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang

tunai dalam jangka satu tahun.

Contoh : piutang dagang, biaya atau beban dibayar di muka, surat berharga, kas,

emas batangan, persediaan barang dagang, pendapatan yang akan diterima, dan lain

sebagainya.

2. Harta Investasi / Aktiva Ivestasi / Investment Assets Harta Investasi adalah harta

yang diinvestasikan pada produk-produk investasi untuk mendapatkan keuntungan.

Contoh : Reksadana, saham, obligasi, dan lain-lain.

3. Harta Tak Berwujud / Intangible Assets Aset tak berwujud adalah harta yang tidak

memiliki bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan. Contoh : Merk dagang, hak paten, hak cipta, hak pengusahaan

hutan / hph, franchise, goodwill, dan lain sebagainya.

4. Harta Tetap / Aktiva Tetap / Fixed Assets Harta tetap adalah harta yang menunjang

kegiatan operasional perusahaan yang sifatnya permanen kepemilikannya.

Contoh : Gedung, mobil, mesin, peralatan dan perlengapan kantor, dan lain-lain.

5. Harta Lainnya / Other Assets Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak

dapat dikategorikan pada harta atau aset di atas baik dalam bentuk aset tetap, aset

investasi, aset tak berwujud dan aset lancar.

Contoh : Mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan

yang sah, dan lain-lain.

Salah satu ukuran yang menyangkut aset atau aktiva adalah angka rasio

penjualan/total aset, yang dinyatakan sebagai persentase. Asumsinya, semakin besar

penjualan yang diwujudkan, semakin efisien penggunaan aset seluruhnya. Angka penjualan

diambil dari laporan laba-rugi, sedang angka total aset berasal dari neraca. Dalam hal ini

rasio dari tahun terakhir dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Page 34: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

27

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

G. Working Asset

Working asset adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat yang relative

lebih singkat, biasanya hanya digunakan dalam satu periode produksi dalam kegiatan

ekonomi perusahaan. Aset ini berupa bahan yang akan diolah dalam proses produksi,

sehingga sifatnya bergerak.

Asset tidak tetap digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,

untuk digunakan dalam proses produksi usaha hanya untuk satu periode. Sehingga selalu

diadakan perbaharuan setiap melakukan proses produksi.

Asset ini merupakan bahan yang diolah menjdai barang adi yang siap untuk dijual

kepada pihak lain sebagai hasil produksi. Karena dari asset ini akan diperoleh keuntungan

dari usaha yang dijalani. Banyaknya asset ini tergantung pada kapasitas produksi yang

dimiliki oleh perusahaan, sehingga cenderung disebut sebagai asset tidak tetap.

Aktiva lancar adalah kas dan asset-aset lainnya yang dapat ditukarkan menjadi kas

(uang) dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau dalam 1 (satu) periode kegiatan normal

perusahaan. Paling tidak ada 5 (lima) jenis aktiva lancar yang dapat dijadikan acuan untuk

menilai sebuah perusahaan, yaitu Kas & Setara Kas, Surat-surat Berharga, Piutang,

Persediaan, dan Biaya dibayar di muka.

Kas dan setara kas.

Yang termasuk di dalam komponen ini adalah asset dalam bentuk kas dan kas

dalam bank. Aset yang termasuk dalam komponen Aktiva Lancar ini merupakan asset yang

paling cair bagi perusahaan karena dapat secara langsung digunakan untuk segala macam

transaksi.

Surat-surat Berharga.

Surat-surat berharga dapat berupa saham, obligasi atau surat-surat berharga lain

yang dimiliki perusahaan yang bertujuan untuk memutarkan kelebihan uang tunai yang

tidak ditujukan untuk investasi jangka panjang.

Page 35: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

28

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Piutang

Piutang adalah dana perusahaan pada perorangan atau perusahaan lainnya sebagai

konsekwensi penjualan dalam bentuk kredit/pinjaman. Pada akhir periode yang ditentukan,

dana tersebut kemudian dapat dicairkan dalam bentuk kas (uang). Terkadang piutang naik

lebih cepat dari penjualan, ini mengindikasikan masalah pada penagihan (pembayaran).

Untuk menganalisa piutang dipakai receivable turn over yang menghitung lama

penerimaan pembayaran rata-rata.

Penyisihan piutang ragu-ragu

Penyisihan piutang ragu-ragu adalah sejumlah dana yang disisihkan untuk

mengantisipasi kemungkinan gagal bayar oleh konsumen perusahaan. Jumlah yang

disisihkan tersebut dihitung berdasarkan besarnya piutang yang tak tertagih dalam periode

tertentu.

Persediaan.

Persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual

kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan. Barang-barang ini dapat merupakan

hasil produksi atau komponen produksi perusahaan. Tidak semua perusahaan memiliki

persediaan, terutama jika perusahaan tersebut bergerak di bidang jasa. Dua hal yang perlu

diperhatikan dari persediaan : pertama; nilai yang dilaporkan sering berbeda dengan nilai

wajarnya karena perbedaan penerapan sistem akuntansi, kedua; nilai persediaan biasanya

besar dan merupakan sumber yang menyerap penggunaan dana. Jika tidak diolah secara

efisien akan menghambat aliran dana. Untuk mengukur persediaan, kita akan bahas dengan

inventory turnover yang menghitung perputaran persediaan selama satu tahun.

Biaya dibayar di muka

Yang terakhir adalah biaya dibayar dimuka. Komponen ini merupakan salah satu

bentuk pengeluaran yang telah dibayar perusahaan kepada pemasok/supplier perusahaan

sebelum perusahaan menerima barang atau jasa tersebut.

Page 36: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

29

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

H. Liquid Asset

Aset tidak likuid atau cair adalah aset yang tidak dapat segera diubah menjadi uang

tunai, berbeda dengan aset likuid, aset yang baik dalam bentuk uang tunai, atau dengan

mudah dikonversi menjadi uang tunai. Orang sering mencoba untuk menghindari menjaga

keseimbangan besar aset tidak likuid dalam portofolio mereka, karena aset bisa menjadi

kewajiban serius, terutama jika pasar menjadi tidak stabil. Beberapa contoh dari aset tidak

likuid meliputi: real estat, blok besar saham, barang antik, dan koleksi.

Investasi ini memberikan kemudahan bagi investor untuk mengakses dana jika

sewaktu-waktu dibutuhkan. Jenis aset liquid diantaranya : rekening tabungan, rekening

koran, dan deposito berjangka baik dalam mata uang lokal maupun asing. Khusus produk

aset liquid dalam mata uang asing, investor harus menyadari bahwa produk ini

mengandung resiko mata uang (exchange rate risk).

Ada beberapa alasan mengapa aset dapat menjadi tidak likuid. Salah satu alasan

umum adalah ketidakpastian tentang nilai aset, yang dapat disebabkan oleh instabilitas

keuangan umum, atau masalah khusus untuk aset tersebut. Sebagai contoh, dalam periode

menurunnya nilai properti, rumah merupakan aset tidak likuid, karena nilainya tidak jelas,

dan hal ini dapat membuat pembeli enggan. Demikian juga, saham bisa menjadi tidak

likuid jika perusahaan reorganisasi atau berpindah tangan, sebagai nilai saham akan

terpengaruh oleh perubahan di dalam perusahaan, tetapi tidak ada yang tahu apakah nilai

akan naik atau turun. Demikian pula, penjualan blok saham besar dapat menyebabkan

perubahan nilai, melakukan penjualan seperti sulit untuk ditangani.

Alasan lain untuk aktiva menjadi tidak likuid adalah karena mereka jarang atau

jarang diperdagangkan. Hal-hal seperti karya seni dan barang antik sering tidak likuid

karena mereka unik, dan bisa sulit untuk menemukan pasar untuk barang-barang, dan

untuk menentukan apa nilai wajar item tersebut mungkin. Sebuah lukisan Picasso,

misalnya, sangat sulit untuk nilai karena satu-satunya contoh bahwa lukisan di dunia, dan

pembeli yang memenuhi syarat untuk karya bernilai tinggi yang unik dan seni bisa jadi

sulit untuk menemukan.

Keuntungan dari aset yang tidak likuid, bagi seseorang yang bersedia untuk duduk

di atasnya, adalah bahwa kadang-kadang dapat mencapai nilai yang sangat tinggi. Rumah,

misalnya, memiliki nilai yang dapat berfluktuasi liar, tetapi jika orang bertahan di masa

Page 37: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

30

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

jatuh nilai bukan penjualan panik, mereka mungkin dapat bersih keuntungan di masa depan

ketika nilai rumah pulih. Demikian juga, nilai sebuah lukisan Bruegel asli tidak akan

menurun dalam jangka panjang, bahkan jika lukisan sulit untuk menjual dan nilai

berfluktuasi dalam jangka pendek.

Kerugian yang jelas pada jenis-jenis aset adalah bahwa ketika seseorang

membutuhkan uang dalam terburu-buru, aset tidak likuid tidak sampai tugas. Seseorang

mungkin menjual aset tersebut pada diskon tajam putus asa jika tidak ada cara lain untuk

meningkatkan dana yang tersedia, atau seseorang mungkin berjuang untuk menjual aset

tidak likuid pada waktunya untuk memenuhi kewajiban lain atau mengambil keuntungan

dari kesempatan. Masalah ini adalah sebuah gambaran yang sangat baik mengapa sangat

penting untuk diversifikasi investasi dan kepemilikan untuk fleksibilitas maksimum dan

potensi keuntungan.

PENUTUP

Soal Latihan

1. Jelaskan keuntungan dari liquid asset ?

2. Jelaskan perbedaan antara fixed asset dan working asset !

Bahan Bacaan

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno B. 1995. Agribisnis Ayam Ras. Penebar swadaya: Jakarta.

Soeprapto H, dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro mediaPustaka, Jakarta.

http://id.shvoong.com/business-management/investing/2063951-smart-investing-investasi-jangka-panjang/#ixzz1f3cxCEIa

Page 38: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

31

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB IVSATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat menjelaskan tentang satuan ternak dan koefisien teknis

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Kuliah

• Diskusi

• Tugas

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang :

• Pengertian satuan ternak

• Analisis satuan ternak

• Pengertian koefisien teknis

• Jenis-jenis koefisien teknis

PENDAHULUAN

Dalam memilih usaha yang memberikan keuntungan maksimum diperlukan

perencanaan usaha tani yang tepat. Perencanaan ini merupakan tahapan-tahapan

inventarisasi sumber-sumber produksi yang tersedia, di ikuti dengan mengorganisasi

faktor-faktor tersebut dalam suatu rencana yang sesuai dengan tujuan usaha. Selanjutnya

disusun perkiraan semua ongkos atau biaya atas dasar rencana tersebut dalam bentuk suatu

anggaran. Rencana-rencana usaha tani harus selalu diperbaiki agar sesuai dengan

perkembangan harga, ilmu pengetahuan, teknologi, sumber daya tersedia dan lain-lain.

Dalam tahap perencanaan usaha diperlukan data koefisien tehnik. Koefisien ini

adalah persyaratan teknik yang menggambarkan beberapa input diperlukan dalam

menghasilkan satu unit satuan usaha terkecil. Setiap usaha tani biasanya diukur dalam unit

per ha, sedang ternak per ekor. Jadi koefisien atau indeks untuk usaha satu ekor ternak

bibit misalnya diperlukan 0,5 ha tanaman rumput, 5 jam tenaga kerja, satu juta capital dan

lain-lain. Angka ini sangat dibutuhkan dalam menentukan ukuran usaha baik usaha tunggal

maupun usaha kombinasi. Secara jelas mengenai koefisien tehnik termasuk satuan ternak

akan dijelaskan pada bab ini.

Page 39: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

32

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

URAIAN MATERI

1. Pengertian Satuan Ternak

Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat

badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dimakan. Jadi ST memiliki ari ganda,

yaitu ternak itu sndiri atau jumlah makanan ternak yang dimakannya. Mula-mula ST

digunakan pada ternak pemamah iak (rumninansia) untuk mengetahui daya tamping suatu

padang rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan hasil rumput dari

padang rumput tersebut. Namun penggunaan ST kini juga pada jenis ternak lainnya.

Manfaat Satuan Ternak (ST) yaitu :

a. Untuk mengetahui potensi ternak suatu daerah

b. Untuk memproduksi kebutuhan makanan

c. Sebagai standart untuk pertukaran ternak

2. Penggunaan Satuan Ternak

Satuan ternak digunakan disamping untuk menghitung daya tampung makanan

ternak suatu padang rumput atau daya tampung sisa hasil usaha tani suatu areal tanah

pertanian terhadap jumlah ternak, dapat juga digunakan untuk perhitungan berbagai

masukan dan keluaran fisik. Dengan demikian biaya masukan dan penerimaan dapat pula

diperhitungkan. Masukan fisik misalnya, rumput, hijauan dan makanan ternak lainnya, luas

kancang, luas padang rumput, jumlah air minum, obat, perkawinan ternak dan tenaga

buruh. Output fisik misalnya, jumlah pupuk kandang, jumlah berat badan dan tenaga kerja

ternak.

Tabel 4. Daftar Satuan Ternak

Jenis Ternak Kelompok Umur Umur Satuan TernakSapi Dewasa

MudaAnak

Lebih dari 2 tahun1-2 tahun

Kurang dari 1 tahun

1.000.500.25

Kerbau DewasaMudaAnak

Lebih dari 2 tahun1-2 tahun

Kurang dari 1 tahun

1.000.500.25

Kambing/Domba DewasaMudaAnak

Lebih dari 1 tahun½ - 1 tahun

Kurang dari ½ tahun

0.140.07

0.035Babi Dewasa

MudaAnak

Lebih dari 1 tahun½ - 1 tahun

Kurang dari ½ tahun

0.400.200.10

Ayam/Itik Dewasa (100 ekor)Muda (100 ekor)Anak (100 ekor)

Lebih dari ½ tahun1/6 - ½ tahun

Kurang dari 1/6 tahun

1.000.500.25

Page 40: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

33

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Padang Rumput

Sebidang padang rumput seluas 5 ha misalkan dapat menghasilkan 51 ton rumput

segar dan dedaunan atau hijauan lain setahun. Oleh karena Satuan Ternak memerlukan 35

kg hijauan sehari, maka setahun dibutuhkan 365 x 35 kg = 12.775 kg. Jadi daya tampung

padang rumput tersebut adalah (52.000) : (12.775) = 4.07 ST per tahun atau 4 ekor sapi

dewasa. Bila orang ingin beternak kerbau, maka daya tampungnya = 4 ekor kerbau dewasa.

Untuk kambing atau domba = 29 ekor ternak dewasa. Bilamana ternak muda yang

dipelihara, maka jumlah makanan ternak yang tersedia adalah untuk dua kali ternak diatas.

Sisa Hasil Usaha Tani

Sisa hasil usaha tanaman pangan adalah makanan ternak yang baik. Per Ha tanaman

pangan dapat mendukung jumlah Satuan Ternak sebagai berikut:

Tabel 5. Daya Dukung Tanaman Pangan

Jenis TanamanDaya Dukung

(ST/Ha)Jenis Makanan

PadiJagungSingkongUbi JalarKacang KedelaiKacang Tanah

1.1364.9860.7671.8741.2691.740

JeramiJeramiDaunDaun

JeramiJerami

Seorang petani yang memiliki ½ Ha dengan pola tanaman setahun :

1. Padi + Jagung + Ubi Jalar, maka daya dukung = 2.7 ST

2. Padi + Ubi Jalar + Kacang Tanah, maka daya dukung = 1.6 ST

Pada pola tanam (1) ia dapat memelihara 5 sapi muda atau 19 domba/kambing.

Sedangkan pada pola tanam (2) ia dapat memelihara 3 sapi muda atau 11 domba/kambing.

Kedua macam pola tanam di atas terdapat berbagai kecamatan di pulau Jawa, terutama

Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Luas Kandang

Secara umum satu ST memerlukan luas kandang x 1,5 = 3 m2 .

Berapa luas kandang untuk sapi 5 induk + jantan + 5 dara + 6 jantan muda + 10 anak?

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Page 41: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

34

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

5 induk sapi = 5 ST

1 Jantan = 1 ST

5 dara = 2,5 ST

6 jantan muda = 3 ST

10 anak = 2,5 ST

Jumlah = 14 ST = 14 x 3 m2 = 42 m2

Karena 1 ekor domba/kambing dewasa = 0,14 ST, maka pada luasan kandang 3 m2

= 1 ST, dapat ditampung (1) : (0,14) = 7 ekor kambing atau domba.

Hasil Pupuk Kandang

Satu ST menghasilkan pupuk kandang sebanyak 4 ton setahun. Umumnya

sebagian besar (kl. 90%) pupuk kandang digunakan sendiri.

Bila jumlah ternak adalah 2 induk sapi dan 2 anak, berapakah penerimaan pupuk

kandang setahun? Kalau harga pupuk kandang = Rp. 10/ kg, perhitungan adalah :

2 induk = 2 ST = 2 x 4 = 8 ton

2 anak = ½ ST= ½x 4 = 2 ton

Jumlah = 10 ton

Penjualan 10% = 1 ton = 10.000 = penerimaan dari pupuk

Berapa pupuk bila terdapat 20 domba dewasa?

20 domba = 20 x 0,14 = 2,8 ST = 11,2 ton

10% = 1,12 x Rp 10.000 = Rp 11.200, -

Estimasi Harga Ternak

Tinggi dan rendahnya harga ternak, berhubungan dengan berat badan. Harga

ternak ruminansia dapat diestimasikan sesuai dengan Satua Ternak. Misalnya satu induk

dewasa (1 ST) berharga Rp. 400.000,- maka harga satu betina muda (1 – 2 th = ½ ST)

dapat diestimasikan ½ x 400.000 = Rp. 200.000,- satu pedet = ¼ST = Rp 100.000. Satu

domba dewasa (0,14 ST) di daerah yang sama = 0,14 x Rp 400.000 = Rp 56.000,-.

Mengetahui harga sapi, kemudian mengistimasi harga domba atau kambing di

daerah yang sama, disebut estimasi silang. Estimasi silang tak berlaku antara sapi dengan

babi, karena lingkungan teknis dan pasar berbeda. Namun bila diketahui harga babi dewasa

Page 42: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

35

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

misalnya Rp. 100.000, maka dapat diestimasikan harga anak babi yaitu ¼ x 100.000 = Rp

25.000. karena babi dewasa = 0,4 ST dan anak babi 0,1 ST.

Estimasi harga ini penting didalam menyususn arus kas untuk menghitung

keuntungan. Karena sesudah akhir tahun masa proyesi produksi, masih ada sjumlah ternak

sisa disebut “Stock on hand”. Stock on hand ini perlu diestimasikan harganya menjadi

“value on hand” (VOH) atau nilai sisa komponen ternak.

Biaya Pengobatan

Estimasi biaya pengobatan berhubungan dengan besar kecilnya dosis obat. Ternak

dewasa memiliki dosis lebih besar dari ternak muda dan anak. Jadi misalnya suatu jenis

pengobatan pada ternak sapi dewasa (1 ST) bernilai Rp. 5.000,- maka pada ternak sapi

muda (½ ST) dapat diestimasikan ½ x 5.000 = Rp. 2.500,- dan pada anak sapi (¼ ST) =

Rp. 1.250,-. Dengan mengetahui pengobatan yang umumnya ditentukan per ternak dewasa

serta proyeksi kelahiran ternak, dapatlah diprkirakan biaya pengobatan setiap tahun. Untuk

pengobatan sebaiknya dihubungi Dinas Peternakan agar memperoleh keterangan harga

obat yang lebih lengkap.

Tenaga Kerja

Pada system pemeliharaan ternak intensif di pulau Jawa dibutukan 0,7 jam setiap

hari untuk 2ekor sapi dewasa. Pada system ekstensif di Sulawesi Selatan dibutuhkan 0,3

jam untuk 2 ekor sapi dewasa. Dari dua contoh ini dapatlah dihitung kebutuhan tenaga

kerja buruh seperti table berikut :

Tabel 6. Jumlah Ternak per Tenaga Kerja

Jenis TernakUsaha Intensif

(ekor)Usaha Ekstensif

(ekor)Sapi PotogSapi PerahKerbauKambingDombaBabiAyam Ras (Layer)Ayam Ras (Broiler)Itik

292327

16316357

6171088568

675363

381381133

--

1368

Page 43: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

36

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Catatan : Pada system pemeliharaan intensif, ternak lebih banyak dikandangkan,

pada system ekstensif, ternak lebih banyak digembala.

1 HK = 8 jam kerja perhari

Biaya Breeding

Biaya breeding diperhitungkan dari jumlah ST induk. Bilamana ada program AI,

maka digunakan ukuran service/conception (S/C) setempat. S/C memperlihatkan berapa

kali inseminasi untuk membuat seekor induk bunting.

Pada umumnya S/C = 2. Maka biaya breeding setiap ST induk = 2 x 2.500 = 5000

(bilamana setiap kali kawin suntik = Rp. 2.500,-).

Ternak Ruminansia

Satu ekor sapi dewasa lebih dari 2 tahun akan mengkonsumsi rumput/

dedaunan/hijauan sebanyak ±35 kg sehari. Seekor ternak muda (umur 1-2 th)

mengkonsumsi setengah dari jumla itu (15-17½ kg). dan seekor pedet (umur kurang dari 1

tahun) akan mengkonsumsi ±seperempatnya (7½-9 kg). oleh karena itu kita sebut satu ekor

Sapi Dewasa = 1 Satuan Ternak (ST). satu ekor sapi muda = ½ ST dan 1 ekor anak sapi =

¼ ST. bila kita hendak memelihara seekor ternak dewasa selama 1 bulan, maka jumlah

makanan ternak yang dikonsumsi adalah 30 ST/hari, yaitu 30 x 35 kg rumput = 1.050 kg.

bila satu tahun, maka dibutuhkan 365x35 kg=12775 kg. kita sebut 12.775 kg rumput = 1

ST/tahun. Misalkan 1 Ha padang rumput menghasilkan 25.550 kg rumput setahun. Maka

daya tampung padang rumput tersebut adalah (25.550) : (12.775) = 2 ST atau sama dengan

2 ekor sapi dewasa. Apa akibatnya bila kita memelihara 4 ekor ternak sapi dewasa?

Marilah kita menghitung imbangan antara umlah ternak dan makanan yang

tersedia.

Terdapat 4 sapi dewasa = 4 ST

Makanan ternak yang tersedia adalah 2 ST.

Jadi ratio makanan ternak/ternak = 2/4 = ½.

Akan terlihat bahwa ternak di tempat ini adalah kurus-kurus, karena makanan

ternak yang tersedia hanya setengah dari kebutuhan.

Penggolongan daerah berdasarkan perbandingan antara makanan ternak yang

tersedia dengan jumlah ternak adalah sebagai berikut :

Page 44: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

37

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

(1) < 1 daerah ini kekurangan makanan ternak. Pada musim kemarau kelihatan badan

ternak menjadi kurus-kurus. Ternak muda banyak dijual ke daerah lain sebagai bibit

atau bakalan. Selain itu dapat kelihatan penggundulan padang rumput, terutama selama

musim kemarau.

Umumnya hai ini terjadi pada daerah yang sudah sangat padat ternak.

(2) = 1 daerah ini adalah seimbang antara jumlah makanan dan jumlah ternak. Badan

ternak umumnya kelihatannya sedang (tidak kurus, tidak gemuk). Disini juga terdapat

penjualan ternak muda ke daerah lain. Terutama jantan muda sebagai bakalan bibit.

(3) > 1 daerah ini memiliki kelebihn makanan ternak. Tubuh hewan kelihatan

gemuk-gemuk sepanjang tahun. Kadang-kadang kelewat gemuk). Daerah ini

umumnya memasukkan ternak terutama jantan muda dari daerah lain untuk

digemukkan.

(STm = Satuan Ternak untuk makanan ternak, STt = Satuan Ternak untuk ternak).

Ternak Omnivora

Ternak omnivore yang akan dibicarakan di sini adalah unggas dan babi. Makanan

ternak omnivora yang menentukan adalah konsentrat yaitu biji-bijian, dedak, bungkil,

tepung ikan. Dengan demikian daya dukung suatu daerah terhadap pengembangan unggas

dan babi adalah :

1. Limbah processing hasil usaha tani, yaitu:

Dedak padi

Dedak jagung

Bungkil kelapa

Bungkil kelapa sawit

Bungkil kedelai

Bungkil kacang tanah

2. Biji-bijian hasil usaha tani, yaitu:

Jagung

Kedelai

3. Limbah hasil perikanan dan peternakan, yaitu:

Tepung ikan

Tepung tulang.

Page 45: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

38

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Ternak Babi

Seekor induk babi mengkonsumsi makanan konsentrat sehari sebanyak 2.5 kg.

Satu ST babi atau 3 induk mengkonsumsikan makanan konsentrat sebanyak 7.5 kg sehari

atau 225 kg sebulan atau 2.7 ton setahun. Dengan mengetahui populasi babi di suatu

daerah serta golongan umurnya (dewasa, muda, anak), serta produksi makanan konsentrat,

maka dapat diperkirakan apakah ternak babi masih dapat dikembangkan di daerah tersebut.

Penggunaan satuan ternak pada ternak babi terbatas pada estimase potensi

pengembangan teknis di suatu daerah. Berhubungan sifat teknis biologis ternak babi yang

sangat berbeda dengan ternak ruminansia, maka penyusunan biaya dan penerimaan usaha

ternak babi lebih banyak didasarkan pada perhitungan dengan memakai koefisien teknis.

Hal ini akan diuraikan kemudian.

Ternak Unggas

Penggunaan Satuan Ternak pada ternak unggas baik broiler maupun petelur

terbatas pada beberapa unsure masukan, yaitu kandang, tenaga kerja, obatan dan kebutuhan

kecil lain-lainnya. Unsur masukan Dan keluaran lainnya dihitung atas dasar penggunaan

koefisien teknis.

Dari uraian di atas ternyata, bahwa parameter Satuan Ternak tidak dapat digunakan

untuk menghitung semua komponen masukan dan keluaran ternak omnivore, karena ST

berasal mula dari cara menghitung daya tamping makanan ternak di suatu padang

pengembalaan untuk ternak pemakan rumput dan hijauan.

Tapi ST sendiri adalah satu dari sekian banyak koefisien Teknis yang

dikelompokkan secara tersendiri.

Untuk semua perhitungan masukan dan keluaran, biasanya digunakan Satuan

Ternak dan Koefisien Teknis secara bersama-sama.

3. Pengertian Koefisien Teknis

System pengukuran memerlukan patokan-patokan tertentu. Untuk menghitung

suatu besaran yang bersifat linear, luas bidang, besaran volume atau jumlah berat,

diperlukan angka standar, yang mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ditentukan, yang

dipilih, disebut koefisien teknis (KT), dan dapat berbentuk persentase (%), ukuran linear

(m, cm), ukuran berat (kg, ton), ukuran volume (1, cc), ukuran luas (m2, Ha), ukuran

Page 46: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

39

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

waktu (jam, hari, minggu, bulan, tahun), rasio antara sumber daya (feed-Egg Ratio, Gain-

feed Ratio). Di dalam menghitung produksi, KT sangat diperlukan.

Di dalam bidang peternakan, semua jenis koefisien teknis dapat dikelompokkan ke

dalam lima kelompok, yaitu :

1. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan masukan, misalnya Satuan Ternak dan

tingkat penggunaan sumber daya untuk masukan.

2. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan reproduksi, misalnya angka kelahiran,

service per conception pada kawin suntik.

3. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan produksi, misalnya pertambahan berat

badan harian, produksi susu rata-rata per ekor per hari, produksi telur rata-rata per

ekor perhari.

4. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan rasio sumber daya, misalnya ; sex

ratio, feed –egg ratio, feed-gain, bull-cow ratio.

5. Koefisien Teknis yang berhubungan dengan sifat teknis non biologis, misalnya

depresiasi tahunan, umur mesin, pemakaian bahan bakar.

Nilai Koefisien Teknis

Angka yang digunakan untuk memproyeksikan produksi atau kelahiran ternak dan

produksi makanan ternak disebut koefisien teknis. Pada dasarnya koefisien teknis

merupakan asumsi berdasarkan pertimbangan factor lingkungan dan teknologi di suatu

lokasi.

Misalkan net calf crop sapi (angka kelahiran sapi setelah dikurangi prosentase

kematian) adalah 100 %, berarti setiap induk sapi akan melahirkan 1 anak setiap tahun, tak

ada kematian dan semua anak sapi ini diharapkan dapat dibesarkan. Namun bilamana tak

ada pejantan atau AI, keadaan makanan ternak tak cukup dan terdapat factor penyakit atau

betina dan jantan majir, maka net calf crop = 0 %. Kita sebut net calf crop 100 % adalah

sangat optimistic dan 0 % = sangat pesimistik sebagai koefisien teknis yang ekstrim. Di

dalam kenyataan sehari-hari koefisien teknis ekstrim jarang ditemukan. Yang ditemukan

adalah antara 0 – 100 % untuk suatu kelompok ternak.

Untuk kepentingan praktis menghitung proyeksi kelahiran bersih dalam

merencanakan arus kas tunai suatu usaha peternakan, maka koefisien teknis dapat dibagi

dalam enam gugus nilai yaitu nilai sangat optimistic, optimistik tinggi, optimistic,

pesimistik tinggi, pesimistik rendah dan sangat pesimistik.

Page 47: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

40

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Dalam tabel berikut diberikan contoh tentang berbagai angka net crop ternak bibit

dengan gugus koefisien teknisnya.

Tabel 7. Net Calf Crop Dan Gugus Nilai Koefisien Teknis

Ternak Angkakelahiran bersihrata-rata

Standarddevisa

Sangatoptimistic

Optimistic tinggi

Optimistic

Pesim.Tinggi

Pesim.Rendah

Sangatpesimistik

Sapi Bali (%)Sapi PO (%)Sapi SO (%)Sapi Madura (%)Kerbau (%)Kambing (%)Domba (%)Babi (%)

7055556050

120120

7

201010102020202

9065657070

140409

8060606560

130130

8

7055556050

120120

7

6050505540

110110

6

5045455030

100100

5

201010101020202

Terlihat dalam tabel di atas, bahwa angka rata-rata = Optimistik. Jadi untuk

keperluan praktis, gugus nilai koefisien teknis rata-rata kita jumlahkan atau kurangi dengan

berturut-turut ½ Standar Diviasi. Sebagai pedoman penggunaan koefisien teknis, kita perlu

mengetahui kondisi lingkungan (bibit, makanan, perkawinan, penyakit) yang dinilai dalam

tiga keadaan yaitu : baik, sedang, kurang.

Untuk keadaan baik, digunakan nilai optimistic s/d optimistic tinggi

Untuk keadaan sedang, digunakan nilai pesimistik tinggi s/d optimistic

Untuk keadaan kurang, digunakan nilai pesimistik rendah s/d sangat pesimistik.

Khusus untuk nilai sangat optimistic dapat digunakan pada penterapan teknologi

tinggi pada usaha peternakan yang telah maju.

Disamping untuk Calf Crop terdapat juga jenis koefisien teknis misalnya sex ratio,

umur awal, umur pasar dll.

4. Jenis-jenis Koefisien Teknis

Koefisien Teknis Usaha Ternak Bibit

Untuk menyusun proyeksi kelahiran, penjualan dan sisa ternak diakhir masa

proyeksi ternak bibit, diperlukan koefisien teknis sbb:

1) Umur awal induk dan jantan, untuk menentukan pada tahun berapa diafkir.

Page 48: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

41

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

2) Umur pasar betina bibit dan jantan muda/bibit, untuk menentukan penjualan setiap

tahun.

3) Sex ratio, yaitu jumlah anak jantan berbanding jumlah anak betina, untuk

menentukan jumlah jantan dan betina pada setiap kelahiran yang direncanakan.

Pada umumnya secara alamiah peluang jantan dan betina adalah sama.

4) Net Calf Crop, yang ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan pada lokasi yang

direncanakan.

Untuk kambing,: Net Kid Crop, untuk domba : net lamb crop dan untuk babi : net

litter. Dari semua jenis koefisien teknis tersebut yang sangat penting adalah angka

kelahiran bersih ini.

Kemampuan Pejantan

Semakin bertambah umur, semakin tinggi kemampuan pejantan melayani betina.

Kemampuan ini menurun lgi setelah jantan menjadi tua. Seekor jantan dapat melayani 9-

10 ekor betina. Jantan yang sudah diketahui keunggulannya dapat melayani sampai 20 ekor

betina atau lebih.

Syarat Ternak Bibit

Syarat ternak bibit meliputi : umur, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada dan

berat badan. Bagi usaha ternak bibit murni dan unggul, persyaratan sejarah keturunan atau

pedigree juga diharuskan. Umur awal bibit sangat penting ditinjau dari segi pembiayaan.

Karena ternak yang masih di bawah umur harus dipelihara terlebih dahulu sebelum

dikawinkan. Akibatnya akan memperlambat penjualan hasil pertama. Sebaliknya umur

bibit yang terlalu tua pun tidak baik, karena sudah mengurangi jumlah anak secara

keseluruhan, karena lebih cepat diafkir. Ternak bibit yang sudah tua sebaiknya dijual untuk

dipotong, karena kemampuannya telah menurun.

Umur ternak bibit dan umur afkirnya terlihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Umur Awal dan Afkir Ternak Bibit

Jenis ternak Umur awal (tahun) Umur afkir (tahun)SapiKerbauKambingDombaBabi

22 ½

11¾

1010664

Page 49: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

42

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Berapa anak yang dapat dihasilkan sebelum seekor induk diafkir karena tua ?

Produksi anak ditentukan oleh

1) Ternak bibitnya

2) Perkawinan yang tepat

3) Makanan yang berkwalitas

4) Penjagaan kesehatan yang baik

Bila keempat factor ini baik. Maka factor pembatas lain adalah.

1) Lamanya masa bunting

2) Lamanya induk kering kandang, yaitu masa antara menyapih anak dikawinkan

lagi.

Pada tebel berikut ini terlihat masa bunting dan kering kandang sebelum induk

dikawinkan lagi.

Tabel 9. Masa Bunting dan Kering Kandang

Jenis ternak Masa bunting (bulan) Masa kering kandang(bulan)

SapiKerbauKambingDombaBabi

91155

3,8

3311½

Dengan demikian sebelum seekor induk diafkir, ia dapat menghasilkan anak sebanyak :

Sapi 8 ekor, kerbau 6 ekor, kambing/domba 15 ekor, babi 80 ekor, dengan catatan

bahwa kambing dan domba, 50 % kelahiran adalah kembar, sedang pada babi setip

kelahiran = 10 anak. Angka- angka ini adalah potensi penghasilan anak yang sangat

optimistic. Di dalam kenyataannya nanti, seorang peternak akan menghadapi rupa-rupa

hambatan, sehingga terjadi kematian anaj. Jadi angka kelahiran bersih sesudah dikurangi

kematian, itulah yang perlu digunakan dan disebut koefisien teknis.

Koefisien Teknis Usaha Penggemukan

Koefisien teknis (KT) yang terpenting adalah : pertambahan berat badan harian

(PBBH). PBBH didapat dari hasil penelitian, oleh karena itu diketahui untuk setiap jenis

ternak. Dengan mengetahu berat awal seekor ternak, serta berat pasar yang diinginkan

konsumen, kita dapat menghitung lamanya waktu penggemukan. Seekor sapi muda dengan

Page 50: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

43

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

berat hidup awalnya 175 kg dengan preferensi berat pasar yang diinginkan konsumen 250

kg, memerlukan waktu lebih dari 7 bulan penggemukan, bila KT – PBBH adalah 0,35

kg/hari. Untuk penggemukan ternak ruminansia, dimana di samping tambahan makanan

konsentrat, makanan hijau memegangperanan penting, maka angka konversi ransum ke

dalam berat badan, kurang menarik perhatian, karena harga makanan hijauan relative

murah dibandingkan dengan makanan konsentrat. Tidak demikian halnya pada usaha sapi

perah, unggas dan babi.

Jadi koefisien teknis pada penggemukan ternak sapi, kerbau, domba, kambing dan

babi adalah :

1) Umur awal

2) Berat bada awal

3) Pertambahan berat badan harian

4) Masa penggemukan dan

5) Berat badan yang diinginkan pasar atau berat pasar.

Pada tabel berikut terlihat umur awal, berat bada awal dan masa penggemukan

bakalan ternak potong.

Tabel 10. Umur Awal, Berat Awal Dan Masa Penggemukan

Ternak Umur (bulan) Berat (kg)Waktu

penggemukan(bulan)

SapiKerbauKambingDombaBabi

1818664

150150151530

6 – 86 – 83 – 53 – 53 – 4

1) Catatan : Bangsa ternak sangat mempengaruhi berat bakalan

Pertambahan Berat Badan Harian

Setiap jenis ternak memiliki sifat-sifat pertambahan berat badan harian tersendiri.

Untuk memperoleh pertambahan berat badan yang setinggi mungkin, diperlukan

pemberian makanan yang sesuai, dan penjagaan kesehatan yang baik.

Di bawah ini terlihat pertambahan badan harian setiap jenis ternak potong.

Page 51: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

44

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Tabel 11. Pertambahan Berat Badan Harian (PBH)

Ternak P B H (Kg)1 2

Sapi BaliSapi MaduraSapi Peranakan OngoleSapi Sumba OngoleSapi GratiSapi Frisian HolsteinKambing KacangKambing Peranakan EttawahDomba KampungDomba Ekor GemukDomba GarutBabi KampungBabi SilanganBabi RasKerbau MurrahKerbau Lumpur

0.30 – 0.400.30 – 0.400.30 – 0.450.35 – 0.600.35 – 0.500.40 – 0.700.10 – 0.150.15 – 0.250.10 – 0.150.10 – 0.150.15 – 0.250.35 – 0.450.40 – 0.600.40 – 0.700.40 – 0.700.25 – 0.40

Bagaimanakah kita dapat menggunakan angka pertambahan berat badan di atas

untuk memperhitungkan keuntungan dalam satu masa penggemukan suatu jenis ternak ?

Sebagaimana telah disebutkan sebelum ini, koefisien Teknis juga meliputi angka

PBBH. Sehingga penggunaan suatu nilainya diambil dari penyebaran nilai rata-rata dan

standard diviasinya.

Penggemukan Babi

Istilah penggemukan pada ternak babi pada hakekatnya adalah kurang tepat, karena

yang terjadi adalah pembesaran babi muda yang beratnya antara 15 – 30 kg menjadi babi

potong dengan berat 90 – 100 kg. namun karena pembesaran ini dipercepat dengan jenis

ransum khusus, maka masyarakat peternak terlanjut menggunakan penggemukan.

“Finishing” adalah istilah yang lebih tepat digunakan.

KT yang digunakan di sini di samping umur awal, berat badan awal, pertambahan

berat badan harian, masa penggemukan dan berat pasar, sangatlah penting diketahui angka

konversi ransum/berat badan. Hal ini penting karena hamper seluruh ransum babi adalah

konsentrat yang relative mahal. Yang disebut angka konversi ransum ialah jumlah ransum

yang diperlukan untuk memperoleh tambahan berat badan 1 kg.

Angka ini disebut juga efisien ransum atau “ feed Effeiciency”.

Page 52: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

45

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pada penggemukan babi ras unggul dengan makanan yang sesuai, berat badan 90

kg dapat dicapai pada waktu 190 hari. Bilamana pada umur 200 hari barulah berat badan

tersebut (90 kg) dicapai, maka babi ras tersebut adalah kurang baik.

Berikut ini terdapat tebel dimana seorang peternak dapat menilai apakah babi yang

digemukkan berasal dari keturunan yang baik atau tidak, dengan melihat umur pada berat

pasar, PBBH dan efisiensi ransum.

Tabel 12. Kelas Babi Ras Unggul Finishing

StandardKlas

1 2 3 KurangUmur sewaktu 90 kg (hari)

Pertambahan berat badan harian (kg)

Efisiensi makanan (kg)

170

0.70

3.2

180

0.65

3.4

190

0.60

3.6

> 190

< 0.60

< 3.6

Kebanyakan efisiensi makanan usaha penggemukan babi masih berada di atas 4

kg. apakah efisien ? secara teknis memang tidak efisien, tp secara ekonomis mungkin

sekali masih menguntungkan, dilihat dari pertbandingan harga ransum per kg dan harga

babi per kg.

Misalkan harga ransum babi adalah Rp 125/kg dan harga babi Rp 100/kg,

memperlihatkan suatu margin sebesar Rp 500, mungkin masih menguntungkan.

Usaha Sapi Perah

Umur bibit awal sapi yang terbaik adalah 1.5 – 2 tahun. Karena Sapi Perah adalah

jenis ternak ruminansia semua Koefisien teknis pada ruminansia berlaku juga bagi sapi

perah.

Ternak betina digunakan untuk bibit dan penghasil susu. Ternak jantan, disamping

untuk bibit, dapat digunakan untuik penggemukan. Bangsa Sapi Frisian Holstein jantan

memperlihatkan pertambahan badan harian yang cukup baik.

Koefisien teknis yang khusus untuk ternak sapi perah adalah yang menyangkut

produksi susu, yaitu :

1) Produksi susu rata-rata per hari

2) Masa laktasi

Page 53: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

46

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

3) Penggunaan hasil susu untuk pembesaran anak sapid an perkiraan susu yang rusak

4) Umur induk

Pada tabel berikut terlihat nilai Koefisien Teknis tersebut.

Tabel 13. Rata-rata Produksi, Masa Laktasi dan Penggunaan Susu Bagi Anak Sapi

UraianMasalaktasi(bulan)

Rata-rataproduksi susu per

hari(liter)

Umurakhir

(tahun)

Konsumsi susuAnak jantan

2 bln(liter/ekor)

Anak betina4 bln

(liter/ekor)Sapi perahSilangan local

Sapi perah FH(murni)

9.5

10

6 – 10

11 – 20

7

7

150

150

300

300

Ayam Broiler

Masa pembesaran ayam broiler mulai dari DOC, adalah 1.5 sampai 2 bulan, dimana

ayam broiler telah dapat mencapai 1.5 kg sampai 2 kg berat hidup.

Koefisien teknis terpenting usaha broiler adalah konversi ransum atau Effisiensi

Makanan. Preferensi Konsumen di pasaran adalah broiler dengan dengan berat potong

ringan (1 kg) atau sedang (1.5 kg). oleh karena berat potong (karkas) broiler adalah 75 %

berat hidup, maka untuk memperoleh berat potong 1 atau 1.5 kg, diperlukan berat hidup

berturut-turut 1.34 atau 2 kg berat hidup.

Efisiensi makanan yang baik adalah 2.5 sampai 3 kg. jadi untuk memperoleh

broiler 1.34 kg dan 2 kg berat hidup dibutuhkan ransum masing-masing 3.35 dan 5 kg

ransum (3.335 kg = 1.34 x 2.5 kg dan 5 kg = 2 x 2.5)

Ayam Ras Petelur

Koefisien teknis yang terpenting pada ayam ras petelur adalah konversi ransum.

Istilah yang popular adalah Rasio Ransum Telur atau “Feed – Egg Ratio (FER).

Merupakan angka rata-rata flok dihitung mulai DOC hingga flok itu afkir, umumnya pada

umur 2 tahun.

Page 54: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

47

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

FER ini dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu :

1. Rata-rata jumlah ayam yang bertelur setiap harinya (Hen Day Percentage).

Persentase ini sebaiknya di atas 60%.

2. Culling dan replacement rate. Bilamana ayam tya yang sudah menurun produksinya

tetap masih dipertahankan, maka konsumsi ransum bertambah

3. Penyusunan/mortalitas ayam dewasa. Makin besar angka kematian ayam dewasa

dengan produktif, makin tinggi rasio ransum telur, karena jumlah telah terlanjur

dikonsumsi oleh ayam yang mati tanpa produksi telur diperhitungkan.

PENUTUP

Soal Latihan

1. Jelaskan Perbedaan antara satuan ternak dan koefisien teknis

2. Mengapa dalam pengelolaan usaha ternak, dibutuhkan penggunaan koefisien

teknis terutama dalam proses produksi

Bahan Bacaan

Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. UsahaPeternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan.

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.

Page 55: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

48

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB VFAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat menjelaskan, menguraikan dan mengalokasikan faktor-faktor produksi

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Kuliah

• Tugas

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang :

• Jenis-jenis faktor produksi

• Alokasi faktor produksi

• Efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis

PENDAHULUAN

Dalam agribinisnis peternakan, produksi diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk

menghasilkan produk peternakan baik berupa barang maupun jasa. Proses produksi usaha

peternakan sangat penting diperhatikan. Untuk itu diperlukan pengelolaan produksi secara

terencana, terstruktur, dan berpola dalam suatu system yang disebut manajemen produksi.

Produksi melibatkan aktivitas memasukkan barang dan jasa yang dinamakan input

untuk memperoleh barang dan jasa lain yang dinamakan output. Input dan output

merupakan barang dan jasa yang belum dinilai dengan satuan harga, jadi masih dalam

wujud satuan fisik seperti apa adanya.

Sumber yang adanya bersifat mutlak untuk menghasilkan produk dinamakan

“Faktor Produksi”. Keadaan jumlah dan kualitas faktor produksi menentukan jumlah dan

kualitas produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Dalam keadaan teknologi tertentu,

hubungan antara faktor produksi dengan produknya tercermin dalam spesifikasi fungsi

produksinya. Dengan mengetahui spesifikasi produksi dari faktor produksi maka lebih

memudahkan dalam mengalokasikan faktor produksi tersebut sehingga penggunaannya

dapat efisien baik secara teknis maupun secara ekonomis.

Page 56: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

49

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

URAIAN MATERI

A. Jenis-jenis faktor produksi

Istilah faktor profuksi sering pula disebut dengan korbanan produksi, karna

produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggris, faktor

produksi disebut dengan input.

Dalam tahap pertama dari perencanaan usaha tani, jenis faktor produksi sangat

dibutuhkan, yang merupakan titik tolak awal suatu kegiatan. Dari sini akan terlihat sumber-

sumber yang potensial, yang kurang baik, yang terbatas baik secara kuantitas maupun

kualitas. Dalam praktek, faktor produksi yang mempengaruhi produksi ini dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu :

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya,

bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.

b. Faktor social-ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,

tersedianya kredit, dan sebagainya.

Faktor produksi yang umumnya digunakan dalam suatu usaha peternakan antara lain:

a. Tanah

Unsur ini harus mula-mula dilihat karena dari sini akan terlihat macam dan

besarnya usaha. Beberapa hal yang perlu dicatat dalam inventaris tanah adalah :

- Luas tanah dan pembagian pemakaian, berapa yang untuk tanaman pangan, pakan

ternak, tanaman keras, dan bangunan dari yang tidak terpakai.

- Tipe lahan termasuk kemiringan, tekstur dan kedalamannya

- Analisa tanah dan tingkat kesuburannya

- Sistem irigasi, sumber air yang tersedia

- Keadaan top dan sub soil, sistem drainase

- Curah hujan pada saat tanam, type pupuk

- Peta tanah dan lain-lain

Lahan dan lingkungan menjadi salah satu bagian sumber daya peternakan. Sampai

saat ini potensi lahan untuk peternakan masih cukup luas, terutama di kawasan timur

Page 57: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

50

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Indonesia. Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Papua merupakan sentra-sentra

ternak yang telah dan akan dikembangkan oleh pemerintah. Daerah tersebut, terutama

untuk pengembangan breeding sapi potong. Sementara untuk penggemukan dan

pengembangan sapi perah lebih cocok di Jawa.

Lingkungan diartikan sebagai ketersediaan bahan pakan untuk memenuhi

kebutuhan budidaya ternak. Bahan pakan dari hijauan seperti rumput-rumputan dan produk

sampingan pertanian lainnya tersedia cukup melimpah sehingga merupakan potensi yang

dapat mendukung kegiatan budidaya ternak.

b. Modal

Jumlah untuk investasi, tambahan investasi dan modal kerja. Modal milik sendiri

dan beberapa yang harus dipinjam dengan bunga berapa. Besar kecilnya modal dalam

usaha peternakan tergantung pada : skala usaha, jenis komoditas yang diproduksi,

tersedianya kredit.

Sebagian besar usaha peternakan masih dikelola dengan skala kecil dan menengah.

Penyebabnya antara lain keterbatasan modal yang dimiliki oleh para peternak. Padahal,

salah satu kunci kesuksesan dalam pengembangan usaha peternakan adalah ketersediaan

modal dan kemampuan untuk mengelolanya.

Saat ini peluang mendapatkan modal untuk usaha peternakan terbuka luas. Modal

dapat diperoleh dari para investor yang ingin menanamkan modalnya maupun fasilitas

kredit yang disediakan oleh pemerintah melalui skim kredit.

Ketersediaan modal yang cukup menjadi mutlak dibutuhkan dalam usaha

peternakan. Namun,besarnya modal yang akan digunakan tergantung dari skala usaha.

Sumber modal data berasal dari dana sendiri, pinjaman bank, skim kredit pemerintah, dan

dari investor dalam bentuk kemitraan atau bagi hasil.

Dalam kegiatan proses produksi, maka modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu

modal tidak bergerak (modal tetap) dan modal tidak tetap (modal variable).perbedaan

tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti

tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap yang

dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi.

Page 58: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

51

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Peristiwa ini terjadi alam waktu yang relative pendek (short term) dan tidak berlaku untuk

jangka panjang (long term).

Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variable merupakan biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi. Misalnya

biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang

dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.

c. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu

diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari

tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam perlu diperhatikan. Perlu dicatat

baik segi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja. Kuantitas dapat diukur dalam hari,

minggu atau tersedia dari tenaga kerja harian, tetap, sewa dan keluarga. Distribusi

pekerjaan perlu diketahui disamping kecakapan tenaga kerja, macam training, pengalaman

dan lain-lain.

Usaha disektor peternakan tidak termasuk dalam jenis usaha yang padat kerja.

Kegiatannyapun bersifat temporer. Pada dasarnya kegiatan pokok dari tenaga kerja dalam

suatu usaha peternakan adalah pemberian pakan dan pembersihan kandang. Kegiatan lain

seperti pengawasan dan pencegahan penyakit hanya merupakan pendukung. Namun, yang

paling penting diperhatikan oleh para pengusaha atau peternakan adalah pengorganisasian

tenaga kerja.

Pengorganisasian tenaga kerja, terutama dilakukan untuk skala usaha menengah

dan besar (industry peternakan). Hal ini untuk menciptakan efisiensi kerja.

Pengorganisasian tenaga kerja berkaitan dengan pembagian tugas kerja kepada masing-

masing tenaga kerja.

Hal-hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan tenaga kerja yaitu : tersedianya

tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman, serta upah tenaga

kerja, dimana besar kecilnya upah dipengaruhi oleh mekanisme pasar,jnis kelamin, kualitas

tenaga kerja, umur tenaga kerja, lama waktu bekerja,serta penggunaan tenaga kerja bukan

manusia (mesin dan ternak)

Page 59: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

52

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

d. Managemen

Tingkat manajemen, apakah diatas rata-rata, pengalaman dan kecakapan manager

perlu pula dicatat. Dalam usaha tani modern, peranan manajemen enjdai sangat penting dan

strategis. Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan, mengorganisasi,

dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena prosesproduksi ini

akan melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan,maka manajemen

berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam

tahapan proses produksi. Dalam praktek, faktor manajemen ini banyak dipengaruhi oleh

berbagai aspek, antara lain.

• Tingkat pendidikan

• Tingkat keterampilan

• Skala usaha

• Besar-kecilnya kredit

• Macam komoditas

B. Alokasi faktor produksi

Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan faktor produksi untuk

memproduksi output tertentu, posisi optimal ini dicapai dimana tidak dimungkinkan untuk

meningkatkan output tanpa mengurangi produksi output yang lain.

Alokasi faktor produksi yang menghasilkan produksi optimal akan dicapai jika :=MRTSx

ij = MRTSyij

Dimana x dan y adalah output yang dihasilkan dan i dan j adalah faktor produksi

yang digunakan.

Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi dengan tepat dapat meningkatkan

produktivitas. Penggunaan faktor produksi yang produktif dan efisien diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas peternakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan peternak. Adanya efisiensi kegiatan produksi dapat meningkatkan hasil

tproduksi yang pada gilirannya pendapatan peternak juga akan meningkat.

Page 60: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

53

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Prinsip efisiensi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana

pengalokasian faktor produksi tersebut agar digunakan secara seefisien mungkin. Dalam

terminologi ilmu ekonomi , maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3

macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) serta efisiensi ekonomi

C. Efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis

Ada dua konsep efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis

dan ekonomis. Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik

telah mencapai maksimum. Efisiensi ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah

mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasil produk

fisik).

Dalam proses produksi, dikenal istilah efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.

Efisiensi teknis merupakan syarat keharusan dan efisiensi ekonomis merupakan syarat

kecukupan dalam setiap petimbangan pengambilankeputusan produsen. Efisiensi teknis

tercapai pada saat produk rata-rata berada pada maksimumnya dan efisiensi ekonomis

tercapai pada saat nilai produk marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinalnya

(BKM). Efisiensi ekonomis merupakan kata lain dari “keuntungan maksimum”. Secara

kronologis, setiap tambahan input dari awal sampai akhir akan didapatkan efisiensi taknis

lebih dahulu dan setelah itu baru efisiensi ekonomis.

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis)

kalau faktor produksi dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi

harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor

produksi yang bersangkutan (NPMx = Px) dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha

tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga efisiensi harga.

Model pengukuran efisiensi juga berbeda tergantung dari model yang dipakai.

Umumnya ada dua model yang umum dipakai, yaitu:

a) Model fungsi produksi

b) Model linear programming

Efisiensi ekonomis penggunaan faktor-faktor produksi dirumuskan sebagai

berikut:

Page 61: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

54

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Apabila sejumlah faktor produksi digunakan untuk menghasilkan satu produk,

maka efisiensi ekonomis masing-masing faktor produksi dirumuskan sebagai berikut :

Perhitungan rasio produktivitas dapat dilakukan setelah nilai ril dari element output

dan input telah diperoleh. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam perhitungan rasio

produktivitas adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan angka-angka indeks

Angka indek di hitung untuk membandingkan baik element output maupun

input terhadap periode dasar msing-masing, misalnya output periode Februari 2010

terhadap output periode Januari 2010 dan seterusnya. Rumusan untuk menghitung

angka indeks adalah sebagai berikut :

Indeks Output periode ke-t = output period eke-t/output periode dasar atau :

b. Perhitungan rasio produktivitas

Perhitungan rasio produktivitas adalah untuk menghitung besarnya

perbandingan antara output yang dihasilkan dengan masing-masing input yang

digunakan, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

Produktivitas input period eke-t = output periode ke-t/input periode ke-t atau

Page 62: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

55

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

PENUTUP

Soal Latihan

1. Mengapa dalam pengelolaan usaha peternakan harus memperhatikan alokasi

penggunaan faktor-faktor produksi ?

2. Jelaskan perbedaan antara efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis !

Bahan Bacaan

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Djoko Sumarjono.2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Program Studi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

Situmorang, Jontor. 2007. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan FungsiProduksi Cobb-Douglass dalam Menentukan Return To Scale pada PTPerkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. USU Repository.

Soekartawi. 1990.Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.

Sumarjono, D. 1986. Analisis Ekonomi Ayam Pedaging pada Dua Skala UsahaKeluarga di Kelompok Peternak Unggas ’’Tulus Rahayu“ KabupatenPurbalingga Jawa Tengah. Tesis. Fakultas Pascasarjana Unpad.

Page 63: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

56

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB VIAPLIKASI FUNGSI PRODUKSI

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat mengukur produktivitas dengan menggunakan aplikasi fungsi produksi

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Kuliah

• Diskusi Kelompok

• Tugas

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang :

• Law of Diminising Return

• Incrasing Productivity

• Decreasing productivity

• Constant productivity

• Fungsi Linear

• Fungsi Kuadratik

• Fungsi Cobb Douglass

PENDAHULUAN

Sumber daya diartikan sebagai input atau pengorbanan untuk menghasilkan output

tertentu. Dalam menghasilkan suatu produk atau input dapat dipengaruhi oleh produk yang

lain. Di dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk dapat dipengaruhi oleh

satu atau beberapa faktor. Secara matematis hubungan input dengan output digambarkan

sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3,.....Xn)

Di dalam proses produksi peternakan, biasanya berupa hubungan yang mula-mula

bersifat increasing yang dilanjutkan dengan hubungan yang bersifat decreasing

productivity setelah variabel yang diberikan relative telah cukup.

Kombinasi ini merupakan fenomena produksi dan dinyatakan dalam hukum

penambahan hasil yang menurun atau law of diminishing return. Hukum ini berlaku untuk

produk penambahan hasil (produk marginal).

Page 64: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

57

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

URAIAN MATERI

A. Law of Diminishing Return

Law of diminishing returns adalah sebuah hukum dalam ekonomi yang

menjelaskan tentang proporsi input yang tepat untuk mendapatkan output maksimal. Teori

ini menjelaskan bahwa ketika input yang kita miliki melebihi kapasitas produksi dari input,

maka return (pendapatan) kita akan semakin menurun. Terdapat tiga tingkat dalam teori

ini, yaitu fase increasing return (pendapatan yang meningkat), fase kedua dimana

pendapatan tetap meningkat tapi pada intensitas yang lebih rendah dan fase ketiga adalah

diminishing returns.

Hukum ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap

akan menghasilkan tambahan output yang semakin lama menjadi semakin kecil

dibandingkan tambahan inputnya.

Bayangkan jika sawah yang oleh 10 orang saja sudah sempit, ditambah lagi dengan

1,2, bahkan tiga orang lagi. Maka sawah akan semakin penuh. Disinilah timbul pendapatan

yang menurun. Petani yang ada disana tidak produktif. Bahkan, pemilik sawah juga harus

membayar lebih dari 10 petani, yang mana sawah itu sendiri hanya bisa menghasilkan

output yang dilakukan oleh 10 petani.

Otomatis, pemilik sawah harus membayar lebih untuk itu, sehingga pendapatan

mereka akan semakin menurun. Sawah juga akan semakin sesak jika diisi oleh lebih dari

10 orang, bisa jadi mereka justru mencangkul kaki dari petani yang lain, karena lahan nya

sudah habis.

Demikianlah mengapa pendapatan bisa justru menurun jika angka buruh pada suatu

pabrik terlalu banyak. Pabrik bisa rugi dan tidak bisa membayar para buruh, sehingga

sampailah pada keputusan untuk melakukan PHK.

B. Incrasing Productivity

Law of Increasing Return merupakan hukum yang menyatakan bahwa setiap

penambahan input kepada input yang tetap, akan menghasilkan tambahan output yang

semakin besar dibanding tambahan inputnya.

Contoh logis adalah misalnya kita mempunyai sawah, dengan input petani. Satu

sawah memiliki kapasitas petani sebanyak 10 orang. Maka, ketika kita menempatkan satu

Page 65: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

58

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

orang petani disana, kita akan mendapatkan output (beras). Begitu juga jika ditambah terus

sampai misalnya angka 7. Ketika level petani sudah berada pada angka 7, output akan

stabil dan terus menerus meningkat. Begitu juga jika sampai 8, 9 dan 10, pendapatan terus

meningkat.

Fenomena ini menggambarkan bahwa terjadi penambahan hasil yang menigkat

pada pemberian input tambahan berikutnya

C. Decreasing Productivity

Hukum ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap

akan menghasilkan penurunan output yang semakin lama menjadi semakin besar

dibandingkan tambahan inputnya.

Contohnya, misalnya kita mempunyai sawah, dengan input petani. Satu sawah

memiliki kapasitas petani sebanyak 10 orang. Maka, pendapatan ketika 7 petani disawah

dengan 10 petani berbeda. Secara logika kita bisa melihat, misalnya saja para petani, ketika

semakin banyak yang terlibat, akan secara psikologis bertambah malas. Atau mereka juga

bisa bertambah susah dalam bekerja, karena sawah yang mereka garap semakin penuh.

Tapi, pendapatan tetap meningkat.

D. Constant productivity

Fenomena ini menggambarkan pada setiap penambahan unit input pada suatu

kegiatan produksi, akan memberikan tambahan hasil yang tetap pada setiap kenaikan input

berikutnya. Karena kenaikan tersebut bersifat tetap, maka bila digambarkan akan berbentuk

garis lurus.

Keadaan ini jarang terjadi dalam dunia usaha pertanian. Salah satu

kemungkinannya adalah apabila input masih relative kecil. Fenomena ini menggambarkan

pada setiap penambahan unit input pada suatu kegiatan produksi, akan memberikan

tambahan hasil yang tetap pada setiap kenaikan input berikutnya. Karena kenaikan tersebut

bersifat tetap, maka bila digambarkan akan berbentuk garis lurus.

Disebut constant productivity apabila tambahan hasil atau produk marjinal selalu

tetap yaitu ΔY/ΔX selalu mempunyai nilai yang sama

Page 66: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

59

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

E. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y ) dan

variabel yang menjelaskan (X) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang

dijelaskan biasaanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminitai dan

dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disesababkan karena

beberapa hal, antara lain :

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara factor

produksi (input) dan prroduksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut

dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel

yang dijelaskan (independent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan

(independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel

penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, . . . . , Xi, . . . . , X2)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas , maka hubungan Y dan X dapat

diketahui dan sekaligus hubungan

X1 . . . . Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi ciri khusus

berupa suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang

menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi

yang digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah faktor

produksinya sebagai “independent variabel”.

Bentuk hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya yang sering

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Yt = a + bXt + Et Fungsi linier sederhana

2. Yt = a + b1X1t + b2X2t +...... bnXnt + Et Fungsi linier berganda

3. Yt = a + b1X1t + b2X1t2 + Et Fungsi kuadratik

4. Yt = a X1tbi 10Et Fungsi Cobb-Douglas sederhana

5. Yt = a X1tb1 X2tb2 ..... Xntbn 10Et Fungsi Cobb-Douglas berganda

Suatu hal yang harus diperhatikan adalah ada banyak sekali bentuk persamaan

aljabar yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu fungsi produksi. Tidak ada suatu

Page 67: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

60

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

bentuk yang dapat dipakai untuk menggambarkan produksi di setiap daerah dan pada suatu

keadaan. Tetapi jika bentuk fungsi produksi telah ditemukan, maka keterangan itu sangat

berguna bagi produsen untuk mengambil keputusan optimasi. Oleh karena itu, penelitilah

yang mempunyai tugas untuk menemukan fungsi produksi di setiap keadaan usaha.

Bentuk persamaan aljabar yang menyatakan fungsi produksi seperti diatas perlu

disempurnakan dengan menentukan konstanta dari a dan b secara statistik dihitung dengan

metode “Least Sguare” dari sekumpulan data produk dan faktor produksinya. Prinsip

“Least Sguare” adalah membuat suatu garis dari sekumpulan titik dalam suatu ruang

dimana letak garis tersebut mempunyai simpangan yang paling kecil dari letak titik-titik

yang ada. Cara yang lebih rinci dapat dipelajari dalam statistika.

Macam fungsi produksi

Berbagai macam fungsi produksi telah dikenal dan dipergunakan oleh berbagai

peneliti, tetapi yang umum dan sering dipakai adalah sebagai berikut :

a. Linear

b. Kuadratik ; dan

c. Eksponensial

Disamping juga fungsi produksi CES (Constant Elasticity Of Substitution),

Transcendental dan Traslog.

Fungsi Produksi Linear

Rumus matematik dari fungsi produksi linear adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, . . . Xi, . . . Xa)

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan (dependent variabel) dan

X = variabel yang menjelaskan (independent variabel)

Fungsi produksi linear biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi produksi

linear sederhana dan linear berganda. Perbedaan ini terletak pada jumlah variabel X yang

dipakai dalam model fungsi produksi linear sederhana ialah bila hanya satu variabel X

yang dipakai dalam model. Secara matematis dapat dituliskan sebagi berikut :

Page 68: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

61

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Y = a + bX

Dimana:

a = intersep ( perpotongsn) dan

b = koefisien regresiBila a = 0, maka Y = bX, dan garis ini akan melewati titik origin.

Hal ini dapat dilihat di gambar 1 dan 2

y

∇x ∇y y = a + bx=

0 x

Gambar 2. Garis linear sederhana

Y

∇x ∇y y = bx=

0 x

Gambar 3. Garis linear sederhana dengan nilai a = 0

Terlihat di gambar 1 dan 2 bahwa koefisien regresi. B, sekaligus merupakan

slope (kemiringan) yang garis Y = a + bX (gambar 1 ) dan Y = bX (gambar 2 ). Karena itu,

maka b merupakan produk marginal dari garis Y = a + bX atau Y = Bx dan dapat ditulis

sebagai berikut :

Page 69: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

62

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

b = (∇Y / ∇X )

Di dalam praktek, penggunaan garis linear sederhana ini banyak dipakai untuk

menjelaskan fenomena yang berkaitan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Model

sederhana ini sering digunakan karena anlisisnya mudah dilakukan dan hasilnya lebih

mudah dimengerti secara cepat. Sedangkan kelemahannya terletak pada jumlah variabel X

yang hanya satu yang dipakai di dalam model; sehingga dengan tidak memasukkannya

variabel X yang lain, maka peneliti akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak

dimasukkan dalam model tersebut.

Untuk mengatasi hal ini, maka peneliti biasanya menggunakan garis linear

berganda atau garis regresi berganda (multiple regression). Berbeda dengan garis regresi

linear sederhana (simple regression), maka jumlah variabel X yang dipakai dalam garis

regresi berganda ini adalah lebih dari satu.

Secara matematis hal ini dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,...,XI,..Xn); atau

Y = a + b1X1 + b2X2 + ... + biXi + ... + bnXn

Dimana a, b, dan X dan Y telah dijelaskan sebelumnya.

Estimasi garis regresi linear berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan modal

estimasi tertentu sehingga diperoleh garis estimasi atau garis penduga yang baik.

Pada bentuk persamaan yang melibatkan lebih dari dua variabel (satu variabel Y

dan lebih dari satu variabel X), maka hubungan antara faktor produksi dengan hasil

produksinya tidak perlu digambar karena disamping sukar juga menyulitkan tafsirannya.

Tetapi jika hanya melibatkan dua variabel saja, maka sebaliknya hubungan antara faktor

produksi dengan hasil produksinya digambarkan untuk menjadikan jelas dalam tafsiran

maknanya.

Gambar fungsi linier Ŷ = 25 + 0,5X adalah sebagai berikut :

Page 70: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

63

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Gambar 4. Fungsi produksi linier dengan satu variabel input.

Keterangan : Fungsi linier itu menyatkan bahwa setiap tambahan satu unit X (=25)

akan mengakibatkan tambhan setengan unit Y (=12,5). Gambar 1 memperlihatkan gerak

yang menaik lurus.

Fungsi Produksi Kuadratik

Rumusan matematik dari fungsi produksi kuadratik biasanya dituliskan sebagai

berikut:

Y = f ( Xi ) : atau dapat ditulikan

Y = a + bX + cX2

Di mana :

Y = variabel yang dijelaskan;

X = variabel yang menjelaskan

a, b, c = parameter yang diduga.

Berbeda dengan garis linear (sederhana dan berganda) yang tidak mempunyai

nilai maksimum, maka fungsi kuadratik justru mempunyai nilai maksimum. Jadi, bila:

Y = a + bX + cX2,

Maka nilai maksimum akan tercapai bila turun pertama dari fungsi tersebut

sama dengan nol. Jadi turunan pertama dari fungsi kuadrat adalah:

∂Y / ∂X = b + 2cX = 0

Page 71: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

64

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

X = b / 2c,.

Dalam proses produksi pertanian, dimana berlaku hukum kenaikan hasil yang

semakin berkurang, maka fungsi kuadratik dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + bX – cX2

Y

Y = a + bX - cXa

c= negatif

0 X

Gambar 5. Fungsi Produksi Kuadratik

Nila parameter c yang negatif menunjukkan kaidah kenaikan hasil yang berkurang

tersebut. Karena ciri seperti inilah maka fungsi kuadratik sering dipakai dalam analisis

percobaan pemupukan. Karena dalam penelitian pemupukan, biasanya yang dicari adalah

berapa dosis pupuk yang dipakai agar hasilnya optimum dan maksimum; dan berapa pula,

dosis pupuk yang dipakai pada titik atau pada kondisi di mana produksi sudah mulai

menurun. Bila benar bahwa nilai parameter c adalah negatif, maka hukum kenaikan hasil

yang semakin berkurang berlaku pada fungsi produksi tersebut. Hal ini dapat digunakan

sebagaimana terlihat pada gambar 6.3.

Fungsi produksi kuadratik juga disebut dengan fungsi produksi polinominal

kuadratik.

Jika persamaan fungsi produksi menjadi sebaliknya yaitu : Y = 100 –0,5X, maka

gerak garis menjadi menurun lurus dari titik awal 100 dan memperlihatkan berlakunya

hukum “Decreasing return”. Gambar fungsi kuadratik Ŷ = 12,5 + X + 0,005X2 adalah

seperti gambar 5 berikut ini.

Page 72: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

65

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Ŷ = 12,5 + X + 0,005X2

100

75

50

25

0 25 50 75

Gambar 6. Fungsi produksi kuadratik dengan satu variabel input.

Fungsi Produksi Polinominal Akar Pangkat Dua

Di samping dikenal fungsi produksi dan polinominal kuadratik, dikenal pula fungsi

produksi polinominal yang lain yang sering disebut dengan fungsi produksi polinominal

akar pangkat dua. Secara matematis, persamaan fungsi ini dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a0 + a1X1½ + a11X1.

Bila X pangkat setengah ini diganti dengan inisial Z, maka fungsi produksi tersebut

dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a0 + a1Z + a11Z2

Kalau diperhatikan, maka persamaan ini adalah persamaan kuadratik; sehingga

dengan demikian penyelesaiannya adalah sama dengan penyelesaian fungsi kuadratik

seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Fungsi Produksi Eksponensial

Fungsi produksi eksponensial ini dapat berbeda satu sama lain tergantung pada ciri

data yang ada; tetapi umumnya fungsi produksi eksponensial ini dapat dituliskan sebagai

berikut :

Y = aXb (biasanya disebut fungsi Cobb-Douglas)

Dan Y = abx

Page 73: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

66

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Karena di dalam fungsi produksi eksponensial ini ada bilangan berpangkat, maka

penyelesaiannya diperlukan bantuan logaritma. Misalnya

Y = 0,5X0,3

Maka penyelesaian persamaan tersebut adalah

Log Y = log 0,5 + 0,3 log X.

Gambar 7 . Fungsi produksi cob-douglass dengan satu variabel input.

Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variable, dimana variable yang satu disebut variable dependent

(Y) yang dijelaskan, dan yang lain disebut variable independent (X), atau merupakan salah

satu bentuk fungsi produksi yang dapat dipergunakan dalam analisis produktivitas.

Beberapa alasan praktis dalam menggunakan fungsi produksi cobb-douglas yaitu :

a. bentuk fungsi cob-douglas bersifat sederhana dan mudah penerapannya

b. Fungsi produksi coob-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil

(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.

c. Koefisien – koefisien fungsi cob-douglas secara langsung menggambarkan

elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan

untuk dikaji dalam fungsi produksi cob-douglas

d. Koefisien intersep produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi

penggunaan input dalam menghasilkan output dari system produksi yang sedang

dikaji

Page 74: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

67

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Bentuk umum dari fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Q = ϭ Lα Mβ

Bentuk Transformasi

Ln Qn = konstanta + L ln Ln + M ln Mn

Bentuk Asli

Qn = e Constanta LnL Mn

M

Dimana :

Q = output

L = Input jam kerja efektif (tenaga kerja)

M = Input jam kerja mesin efektif

Ϭ (deltha) = Koefisien intersep ( indeks efisien)

α (alpha) = Elastisitas output dari input L

β (betha) = Elastisitas output dari input M

Koefisien intersep ( indeks efisiensi) yang dilambangkan dengan ϭ ( deltha)

merupakan koefisien yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input

dalam menghasilkan output dari system produksi yang sedang dikaji itu. Berikut ini adalah

tiga ketentuan yang berkenaan dengan koefisien intersep atau indeks efisiensi ϭ yaitu :

1. jika deltha periode ii > deltha periode I, maka system produksi mengalami

kenaikan produktivitas

2. jika deltha periode II < deltha periode I , maka system produksi mengalami

penurunan produktifitas

3. jika deltha periode II = deltha periode I, maka system prosuksi tetap

Koefisien elastisitas output dari input yang dipergunakan adalah koefisien yang

memberikan gambaran elastisitas penggunaan input dalam menghasilkan output yang

terdapat di dalam suatu system produksi.

Terdapat enam ketentuan mengenai elastisitas output, yaitu

1. jika α > β, artinya input jam kerja efektif yang dipergunakan dalam system produksi

jumlahnya lbih besar daripada input jam kerja mesin efektif, dalam hal ini tenaga

kerja lebih berperan dibandingkan mesin.

2. jika α > β, artinya input jam efektif yang dipergunakan dalam system produksi

jumlahnya sama dengan jumlah input jam mesin efektif, dalam hal ini tenaga kerja

dan mesin memilii peran yang seimabang

Page 75: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

68

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

3. jika α < β, artinya input jam kerja efektif yang dipergunakan dalam system produksi

jumlahnya lebih kecil daripada jumlah input jam kerja mesin efektif dalam hal ini

mesin lebih berperan dibandingkan tenaga kerja

4. jika α + β > 1, maka system produksi memiliki skala hasil meningkat

5. jika α + β = 1, maka system produksi memiliki skala hasil tetap

6. jika α = β < 1, maka system produksi memiliki skal hasil menurun

Secara umum Model cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Model Cobb-Douglas dapat dibedakan berdasarkan jenis sisaannya :

1. Model Cobb-Douglas tak- linear tak penuh yang mempunyai bentuk umum

Model in terjadi jika sisaannya bersifat multiplikat. Bentuk linearnya dapat dituliskan

sebagai

2. Model Cobb-Douglas tak-linear penuh yang mempunyai bentuk umum :

Mentransformasikan persamaan regresi linier ke dalam fungsi produksi Cobb-

Douglass

Setelah data-data hasil pengamatan selesai diolah dengan spss, maka akan didapat

persamaan regresi Y = a + bXatau Y = In Q dan X = In I, maka persamaan regresi menjadi

In Q = a+ b In I. Selanjutnya persamaan regresi linear tersebut ditransformasikan ke dalam

fungsi produksi Cobb Dougles dengan langkah-langkah sebagi berikut ;

In Q = a + b In I

In Q = a + In Ib

Page 76: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

69

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

In Q – In Ib = a

In (Q/Ib) = a

In Q/ Ib = aa

Q = ea Ib

Dengan demikian persamaan fungsi produksi Cobb- Douglas telah didapatkan

dengan ea merupakan indeks efisiensi dari proses transformasi (ϭ) dan b merupakan

elastisitas produksi dari input yang digunakan ( α ).

Adapun Kelebihan dari fungsi Cobb Douglass yaitu :

1. Dapatmenunjukkanefisiensiteknisdalamsistemproduksi

2. Lebihmudahmelihatelastisitas

3. Dapat menunjukkan Return To Scale

Tetapi fungsi cobb douglas ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain :

1. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi yang

diperoleh negatif atau nilainya terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan

menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas

2. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga

menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau kecil.

3. Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen merupakan faktor penting

untuk meningkatkan produksi karena berhubungan langsung dengan variabel terikat

seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan mendorong besaran

elastisitas tehnik dari fungsi produksi ke arah atas. Manajemen ini berhubungan

dengan pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input dan kadang

sulit diukur dalam pendugaan fungsi cob douglas

4. Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan meskipun telah diusahakan

agar besaran korelasi antara variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti

memperbaiki spesifikasi variabel yang dipakai

Misalnya adapun Penyelesaian hubungan antara y dan x adalah sebagai berikut :

Persamaan dalam Fungsi produksi Cobb Douglas

Y = axibix2b2eu

Ln Y = ln a + b1ln X1 + b2ln X2 + ln e

Misalnya : Z = lnY

α = ln a

Page 77: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

70

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

X11 = ln X1

X22 = ln X2

μ = ln e

Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglass harus diubah bentuk fungsinya menjadi

fungsi linier, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan persamaan

tersebut :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah suatu

bilangan yang besarnya tidak diketahui

2. Dalam fungsi produksi,perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan tehnologi dalam

setiap pengamatan, ini artinya kalau fungsi produksi yang dipakai dalam

pengamatan memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan tersebut terletak

pada intersep dan bukan pada kemiringan (slope) model tersebut

3. Tiap variabel x adalah perfect competition

4. Perbedaan lokasi seperti iklim adalah tercakup pada faktor kesalahan u

(disturbance term)

Seperti dijelaskan sebelumnya, maka di samping keempat macam fungsi produksi

tersebut, juga sering dipakai fungsi produksi CES, transcendental dan translog. Ketiga

fungsi produksi yang lain, akan mempunyai kelemahan – kelemahan dan keunggulan –

keunggulan. Fungsi produksi tersebut, secara sekilas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Fungsi Produksi CES

Fungsi produksi CES untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Arrow,dkk.,

(1960). Fungsi ini dipakai bila berlaku asumsi atau situasi constant returns to scale. Rumus

matematik dari CES adalah sebagai berikut:

Y = ɣ [δK-p + (1 – δ)L-p]-1/p.

Di mana :

Y = output

ɣ = parameter efisiensi (ɣ > 0),

δ = distribusi parameter (0 < δ < 0),

K = Kapital

L = input tenaga kerja, dan

P = parameter subtitusi (p > -1)

Page 78: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

71

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Oleh fletcher (1968), fungsi produksi CES tersebut dimodifikasi dan juga dipakai

oleh soskie (1968). Selanjutnya model CES yang telah dimodifikasi ini dilaporkan oleh

fletcher dan Lu (1969) dengan VES (variable elasticity of substitution).

Rumus matematis VES adalah sebagai berikut:

ɣ = ɣ[Δk-p + (1 – δ) –C(1 + P)L -P]-1/P

di mana :

Persamaan VES ini mempunyai ciri antara lain mempunyai produk marginal yang

positif dan menurun ke bawah dan homogenitas derajat satu. Di samping keunggulan

fungsi ini, maka VES ini mempunyai kelemahan, yaitu jumlah variabel yang dipakai

tersebut hanya dua dan bila dipakai lebih dari dua, maka penyelesaiannya menjadi relatif

sulit.

Fungsi Produksi Transcendental

Rumus umum dari fungsi produksi transcendental adalah sebagai berikut:

b1 c1x1 b2 c2x2

Y = AX1 e x2 e + u,

Di mana :

Y = Output

X = input

A,b,c = parameter yang akan diduga

e = bilangan konstan

u = galat (disturbance term)

Dalam kondisi – kondisi tertentu fungsi produksi teranscendental ini akan menjadi

fungsi cobb-douglas. Fungsi produksi transcendental ini, untuk pertama kalinya,

diperkenalkan oleh Halter, dkk., (1957)dan keunggulan fungsi ini adalah dapat

menggambarkan kondisi di mana produk marginaldapat menaik, menurun dan menurun

dalam “negatif” (negative marginal products). Sebaliknya kelemahan fungsi ini adalah bila

salah satu dari nilai X adalah nol, maka fungsi tersebut tidak dapat diselesaikan, karena

fungsi Y menjadi nol.

Page 79: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

72

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Fungsi Produksi Translog

Fungsi produksi translog dapat ditulis sebagai berikut :

Log Y = log A + b1 log X1 + b2 log X2 + b3

(log X1 log X2) + u

di mana :

Y = output

X = input

b1, b2, b3 = parameter yang diduga

A = parameter yang juga berfungsi sebagai intersep

u = galat (disturbance term)

Fungsi produksi translog ini dapat berubah bentuknya menjadi fungsi produksi

Cobb-Douglas apabila parameter b tidak berbeda nyata dengan nol. Fungsi produksi

translog ini juga banyak dimodifikasi oleh berbagai peneliti disesuaikan dengan situasi data

yang dimiliki, antara lain dikembangkan oleh Christensen, dkk. (1973), Ranade dan Herdt

(1978).

Memilih Fungsi Produksi

Memilih fungsi produksi yang sesuai dengan keinginan si peneliti adalah bukan

pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan karena data yang ada belumtentu sesuai dengan

model atau fungsi produksi yang telah disiapkan sebelumnya. Kejadian ini seringkali

ditemui pada analisis yang menggunakan data yang tidak terkontro; misalnya data survei

sosial ekonomi. Bila data yang dipakai adalah data yang terkontrol (misalnya data

percobaan di rumah kaca atau green house), maka model atau fungsi produksi yang

dirancang dapat dengan mudah diaplikasikan; karena datanya dapat dikontrol disesuaikan

dengan tujuan penelitian. Sebaliknya untuk data sosial-ekonomi, walaupun datanya sudah

disiapkan dengan baik; namun modelnya atau fungsi produksi yang direncanakan sering

dimodifikasi, disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Hal ini disebabkan karena data

sosial-ekonomi sering dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang kadang-kadang di luar

jangkauan ingatan responden. Misalnya, kalau ditanyakan “beberapa produksi ketela pohon

Mukibat yang Bapak peroleh pada masa panen yang lalu ?” Kesulitan untuk menjawab

pertanyaan tersebut, antara lain adalah :

Page 80: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

73

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

a. Mungkin petani sudah lupa beberapa produksi ketela pohon Mukibat setahun yang lalu

b. Produksi ketela pohon Mukibat tidak dipanen dalam waktu yang bersamaan sehingga

untuk menjumlahkan semua produksi yang diperoleh adalah agak sulit

c. Produksi ketela pohon Mukibat dapat dihitung dengan produksi kualitas basah atau

kering; dan untuk kualitas kering ini pun juga bervariasi sehingga menyulitkan petani

responden untuk mengingat kembali beberapa produksi yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka di dalam memilih bentuk atau model fungsi

produksi maka diperlukan tindakan yang antara lain sebagai berikut :

a. Identifikasi masalah yang jelas. Variabel apa yang berfungsi sebagai variabel yang

dijelaskan. Y, dan variabel apa yang berfungsi sebagai variabel yang menjelaskan X.

Jadi bentuk persamaan Y = f (X) harus jelas. Perlu pula diperhatikan bahwa dalam

identifikasi model ini dikenal istilah simultaneus equations; di mana variabel yang

semula bertindak sebagai independent variable berubah fungsinya sebagai variabel

dependen. Misalnya,

Y = f (X1, X2)

X1 = f (X1, X2, X3 ) ; dan

X5 = f (X6, X7)

Kasus seperti ini sering ditemui dala data sosial ekonomi; dan dengan bantuan

ekonometrika simultaneous tersebut dapat diselesaikan dengan mudah.

b. Identifikasi masalah tersebut akan berhasil baik kalau dilakukan hal – hal sebagai

berikut :

b.1. Studi Pustaka

Dengan studi pustaka, peneliti meras percaya bahwa identifikasi masalah yang

dilakukan didukung oleh teori yang benar.

b.2. Pengalaman Penelitian Sendiri

Pengalaman peneliti dalam melakukan identifikasi masalah adalah sangat besar

manfaatnya untuk diidentifikasi masalah ini.

b.3. Belajar dari Peneliti Lain

Makin banyak kontak anata peneliti satu dengan peneliti lain bila melakukan

identifikasi masalah adalah besar manfaatnya. Belajar dari peneliti lain, bukan saja

bermanfaat untuk memperbesar wawasan, tetapi juga lebih memudahkan pekerjaan.

Caranya tidak selalu harus berdiskusi langsung tetapi juga membaca hasil-hasil yang

pernah dilakukan oleh orang lain.

Page 81: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

74

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

c. Melakukan trial and error (coba-coba)

Melakukan trial and error (TAE) ini penting untuk menguatkan model yang dipakai.

Bila perangkat komputer sudah tersedia, maka TAE ini lebih mudah dilakukan;

misalnya untuk mengecek apakah variabel satu dengan variabel lain ada hubungan

yang kuat, maka perlu di cek dengan tehnik diagram sebaran titik atau membuat scatter

diagram. Dengan cara seperti ini maka peneliti akan lebih mudah menentukan model

pendugaan, apakah modelnya linear, kuadratik, eksponensial atau model lainnya.

Variditas Model Fungsi Produksi

Variditas model adalah suatu pernyataan atau uraian yang menjelaskan dukungan

apakah model atau fungsi produksi yang dipilih sebagai model itu valid (kuat, sah).

Penjelasan dukungan ini harus mampu menunjukkan tentang keunggulan model yang

dipakai berikut asumsi-asumsi yang dipakai.

Uraian yang berisikan dukungan terhadap model yang dipakai, seyogyanya terdiri

dari :

a. Secara teoritis, model yang dipakai itu benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Secara praktis, model yang dipakai itu dapat dilaksanakan atau dapat diduga

dengan baik dan mudah.

c. Secara analisis model yang dipakai itu menghasilkan parameter statistik yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Untuk dapat menghasilkan model yang baik, sebagaimana dijelaskan sebelumnya,

perlu di dasari oleh wawasan yang luas dalam melakukan pendekatan terhadap fenomena

yang diteliti.

Kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai dalam memilih model dan dalam

melakukan analisis, adalah tidak dilakukannya uji variditas model. Hal ini dapat dengan

mudah terlihat dari kurang besarnya alat analisis atau model yang dipakai tetapi terus saja

parameter yang dihasilkan dari pendugaan tersebut diartikan dan dibuat sebagai dasar

membuat kesimpulan. Sebagai contoh model pendugaan fungsi produksi, katakanlah model

Cobb-Douglas, yang menghasilkan koefisien determinasi yang rendah dan dijumpai

adanya multikolinearitas anatrvariabel yang tinggi, hasil analisisnya masih dipakai sebagai

dasar membuat kesimpulan

Page 82: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

75

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

PENUTUP

Soal Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan

a. Fungsi Produksi

b. Fungsi Produksi Linear

c. Fungsi Produksi Kuadratik

d. Fungsi Produksi Eksponensial

2. Jelaskan bagaimana prosedur pemilihan fungsi produksi sebagai model pendugaan

yang baik.

3. Apa yang anda lakukan jika terjadi fungsi produksi sebagai model yang Anda

pakai menghasilkan hasil estimasi yang jelek.

Daftar Bacaan

Bishop, C. E dan Toussaint, W.D. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.Mutiara. Jakarta.

Djoko Sumarjono.2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Program Studi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

Soekartawi. 1990.Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.

Situmorang, Jontor. 2007. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan FungsiProduksi Cobb-Douglass dalam Menentukan Return To Scale pada PTPerkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. USU Repository

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2079431-law-diminishing-return/#ixzz1eJEm6scP

Page 83: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

76

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB VIIMANAJEMEN USAHA PETERNAKAN

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat membuat pola manajemen usaha peternakan

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Studi Lapang

• Diskusi Kelompok

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang :

• Produksi dan Reprodusi

• Kandang dan Peralatan

• Pakan ternak

PENDAHULUAN

Agribisnis peternakan mulai dikenal dan berkembang di Indonesia sekitar

pertengahan tahun 1980-an. Agribisnis peternakan merupakan sebuah system pengelolaan

ternak secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari pembuatan

(manufacture) dan penyaluran (distribution) sarana produksi ternak (sapronak), kegiatan

usaha produksi(budi daya), penyimpanan dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran

produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan

kebijakan pemerintah.

Ini penting dipahami oleh para pelaku usaha peternakan agar pengelolaan usahanya

menjadi efisien. Selain itu, dimaksudkan pula agar pelaku usaha memahami pola atau alur

usaha peternakan secara umum. Dalam agribisnis peternakan, sumber daya manusia

(peternak) menjdai sangat penting karena berperan sebagai pengelola kegiatan usaha.

Dalam agribisnis peternakan, produksi diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk

menghasilkan produk peternakan, baik berupa barang maupun jasa. Proses produksi usaha

peternakan menjadi sangat penting diperhatikan. Untuk itu, diperlukan pengelolaan

produksi secara terencana, terstruktur dan terpola dalam suatu system yang disebut

Page 84: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

77

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

manajemen produksi. Manajemen produksi peternakan mencakup kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian proses produksi dalam suatu unit usaha peternakan.

URAIAN MATERI

A. Produksi dan Reprodusi

Perencanaan produksi dan reproduksi dalam agribisnis peternakan dimaksudkan

agar kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai.

Perencanaan produksi dan reproduksi meliputi :

a. Perencanaan Produk

Perencanaan produk berkaitan dengan jenis usaha yang akan dipilih sesuai

dengan permintaan pasar. Dalam usaha produksi ternak, ada tiga jenis produk

utama yang dihasilkan, yaitu daging, telur dan susu.

Perlu dipahami bahwa pada subsistem produksi ternak, selain usaha yang

langsung memproduksi daging, telur, dan susu, terdapat pula usaha yang masih

terkait langsung untuk menghasilkan produk tersebut. Calon peternak ataupun

investor dapat memilih usaha pembibitan saja, seperti pembibitan sapi, pembibitan

ayam atau itik. Dengan demikian posisi usaha ini adalah sebagai penyuplai benih

bagi para peternak atau pengusaha yang bergerak pada usaha pembesaran dan

penggemukan ternak.

Dalam memilih salah satu produk peternakan sebaiknya memperhatikan

beberapa hal seperti berikut ini :

• Prospek pasar produk peternakan. Untuk itu, calon peternak atau pengusaha

sebaiknya mencari informasi tentang volume, kualitas, harga, sistem

pembayaran, dan jalur pasar, baik dalam negeri maupun ekspor

• Modal kerja dan investasi. Hal ini penting juga diketahui oleh calon

pengusaha atau peternak karena akan berhubungan dengan modal grace

priode dan BEP (Break Event Point)

• Kontinuitas produk, produk yang akan dipilih harus mampu menjamin

kontinuitas produksi. Hal ini dimaksudkan agar usaha dapat terus

berlangsung.

Page 85: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

78

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

• Risiko usaha, produk yang akan dipilih sebaiknya produk peternakan yang

memiliki tingkat risiko usaha yang kecil agar potensi kerugian yang di

alami dapat ditekan.

b. Lokasi

Pemilihan lokasi berkaitan dengan syarat social ekonomi dan teknis. Syarat

social ekonomi meliputi :

1) lokasi bukan daerah kawasan industry dan pemukiman penduduk;

2) harus memperhatikan lingkungan dan kelestariannya;

3) memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitarnya;

4) lokasi peternakan sebaiknya dekat dengan pasar atau konsumen; dan

5) terdapat prasarana jalan yang baik dan sarana angkutan yang memadai.

Sedangkan syarat teknis berhubungan dengan tata letak lokasi usaha

peternakan. Beberapa syarat yang harus diperhatikan adalah lokasi peternakan

berdekatan dengan sentra produksi peternakan, sesuai dengan wilayah

pengembangan usaha peternakan, wilayah penyebaran industry peternakan, atau

sesuai dengan wilayah pengembangan ekspor produk peternakan.

Dengan memperhatikan syarat tersebut, peternak akan lebih mudah

mengembangkan usahanya. Penentuan lokasi usaha harus didasarkan pada faktor-

faktor yang sanga berpengaruh dalam pengelolaan usaha peternakan seperti

ketersediaan pakan dan sumber air.

c. Skala Usaha

Perencanaan skala usaha menjadi penting diperhatikan karena

berhubungann dengan modal, tenaga kerja, dan jumlah produksi yang akan

dihasilkan. Skala usaha juga berhubungan dengan perizinan. Untuk usaha

peternakan skala kecil (peternakan rakyat) tidak perlu mengurus izin pendirian

usaha pada pemerintah, tetapi cukup dengan melaporkan saja. Namun untuk skala

usaha menengah dan besar memerlukan prosedur perizinan. Berdasarkan SK

Menteri Pertanian.

Usaha peternakan sebaiknya diarahkan menjadi usaha komersial karena sala

satu sifat usahanya adalah semakin besar skala usaha semakin ekonomis. Beberapa

jenis ternak dapat memberikan tingkat keuntungan besar jika dikelola secara

Page 86: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

79

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

komersial antara lain usaha peternakan ayam ras pedaging, ayam ras petelur, sapi

potong dan sapi perah.

d. Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja perlu memperhatikan jumlah, sumber dan upah

tenaga kerja yang digunakan. Jumlah tenaga kerja sebaiknya disesuaikan dengan

skala usaha karena akan berdampak pada biaya produksi yang akan dikeluarkan.

Jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan jenis kegiatan yang ada dalam usaha

peternakan.

Tenaga kerja dalam usaha peternakan dapat berasal dari tenaga kerja sendiri

dan tenaga kerja luar. Tenaga kerja sendiri terdiri dari diri sendiri (peternak) dan

anggota keluarganya. Sedangkan tenaga kerja luar merupakan tenaga kerja yang

sengaja diambul dari luar dengan memberikan kompensasi atau gaji.

B. Kandang dan Peralatan

Kandang, obat-obatan, peralatan vaksin, dan peralatan pelengkap lainnya adalah

sederetan faktor produksi yang harus diperhatikan dalam pengelolaan usaha peternakan.

Dalam usaha peternakan komersial,kandang menjadi salah satu faktor produksi

yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada dasarnya berfungsi untuk

mempermudah tatalaksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak.

Model dan konstruksi kandang untuk beberapa jenis ternak seperti itik, ayam,

domba, dan sapi perlu diperhatikan. Untuk ayam model yang ideal adalah ayam postal,

sedangkan kandang baterai lebih ideal untuk ayam petelur. Sementara model kandang

untuk ternak sapi dan domba tidak terlalu penting, tetapi konstruksi kandang harus kuat

dan permanen. Hal ini dimaksudkan agar kandang dapat digunakan untuk periode waktu

lama.

Peralatan usaha disesuaikan dengan kapasitas produksi atau jumlah ternak yang

diusahakan. Peralatan berfungsi untuk melengkapi dan mempermudah kegiatan produksi.

Page 87: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

80

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

C. Pakan Ternak

Pakan sangat penting dalam usaha peternakan. Sekitar 60-65% biaya usaha diserap

oleh pakan ternak. Oleh karena itu, calon peternak harus memperhatikan cara penggunaan

dan pemberian pakan pada ternak. Untuk menjamin kelangsungan usaha, ketersediaan

pakan yang cukup dengan kualitas yang baik menjadi sangat penting. Ternak akan

menghasilkan daging atau telur jika pakan yang diberikan cukup dan memiliki nilai gizi

sesuai kebutuhan ternak.

Kebutuhan pakan untuk setiap jenis ternak masing-masing berbeda. Sebagai contoh

kebutuhan pakan ayam ras pedaging berbeda dengan kebutuhan ayam ras petelur. Jumah

pakan yang dibutuhkan ayam ras pedaging relative lebih banyak dibandingkan dengan

ayam ras petelur. Pakan untuk ayam ras petelur biasanya membutuhkan konsentrat buatan

pabrik yang dicampur dengan jagung kuning giling dan bekatul dengan perbandingan

tertentu. Pakan ternak sapi, kebutuhan pakan ternak sapi perah lebih sedikit dibandingkan

dengan jumlah pakan yang dibutuhkan sapi potong.

Pemberian pakan harus dilakukan secara teratur dengan jumlah sesuai dengan

kebutuhan ternak. Kelebihan atau kekurangan pakan akan berdampak kurang baik bagi

ternak. Sapi potong yang mendapatkan porsi pakan yang sedikit dengan kualitas pakan

yang terbatas akan menurunkan berat badannya.

Tabel 14. Kebutuhan Ransum Beberapa Jenis TernakJenis Ternak Kebutuhan RansumAyam Ras Pedaging

• 0-4 minggu

• 4-6 minggu

• > 6 minggu

150 kg/ 100 ekor/hari200 kg/100 ekor/ hari250 kg/100 ekor/hari

Ayam Ras Petelur

• 0-6 minggu

• 6-20 minggu

• > 20 minggu

4 kg/100 ekor/hari4-8 kg/100 ekor/hari8-10 kg/100 ekor/hari

Domba

• 20 kg

• 25 kg

• 30 kg

• 35 kg

• 40 kg

10 kg pakan hijauan/ekor/hari12 kg pakan hijauan/ekor/hari13 kg pakan hijauan/ekor/hari16 kg pakan hijauan/ekor/hari18 kg pakan hijauan/ekor/hari

Kambing 7 kg pakan hijauan/ekor/hari + 0.5-1 kg pakan tambahan/hariSapi Potong (Penggemukan)

• Local (250-350 kg)

• Eropa (350-450 kg)

• 30 ml Bosdext + 3-5kg dedak + 5 lt air + 5-7 kg jerami (untuk satuekor/hari)

• 45 ml Bosdext + 7,5 kg dedak + 7,5 lt air + 7-10 kg jerami (untuksatu ekor/hari)

Page 88: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

81

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian, dan

konsentrasi pakan yang diberikan pada ternak. Pakan utama ternak sapi, kerbau, domba

atau kambing terdiri dari hijauan dan pakan tambahan berupa konsentrat. Sementara jenis

unggas seperti ayam dan itik pakan utamanya berupa konsentrat dan pakan tambahan

hijauan. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah tercukupinya kebutuhan protein,

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kebutuhan zat gizi tersebut diperlukan untuk

perkembangbiakan, pertumbuhan, reproduksi dan kebutuhan aktivitas.

PENUTUP

Soal Latihan

1. Mengapa proses produksi usaha peternakan sangat penting untuk diperhatikan ?

2. Susunlah sebuah rencana produksi untuk peternakan unggas dan ruminansia !

Daftar Bacaan

Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. UsahaPeternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan.

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.

Page 89: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

82

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB VIIIANALISA PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat menghitung biaya dan pendapatan usaha peternakan

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Kuliah

• Tugas

• Diskusi Kelompok

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang analisa biaya dan pendapatan usaha ternak potong,

ternak unggas dan sapi perah.

PENDAHULUAN

Dalam merencanakan suatu usaha yang baik, segala kegiatan yang dilakukan harus

tersusun dan terarah sehingga kendala dan hambatan dalam pengelolaan usaha dapat

diatasi.

Peternak yang ingin mengusahakan salah satu usaha ternak terlebih dahulu harus

menyusun perencanaan produksi, modal dan pemasaran. Pada aspek produksi, peternak

harus meencanakan jenis ternak yang akan diusahakan, skala produksi yang akan

dihasilkan, dan proses kegiatan produksi.

Pada aspek modal, peternak harus menyusun anggaran modal yang dibutuhkan dalam

mengelola usaha ternak. Sementara aspek terakhir yang perlu diperhatikan adalah

pemasaran. Pemasaran menjadi sangat penting karena produk yang dihasilkan harus terjual

agar usaha dapat berkembang dengan baik. Peternak harus mampu melihat peluang

pemasaran dari produk yang akan dihasilkan.

Namun, bukan hanya mengelola ke tiga aspek tersebut, untuk mencapai

keberhasilan suatu usaha peternakan, maka peternak dituntut memiliki kemampuan untuk

menganalisis biaya dan pendapatan usaha yang dilakukannya. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui layak tidaknya usaha tersebut dikembangkan.

Page 90: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

83

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

URAIAN MATERI

Analisis usaha dilakukan setelah gagasan usaha layak untuk dikembangkan, dilihat

dari aspek pemasaran dan produksi. Pembahasan analisi usaha menyangkut perhitungan

biaya investasi dan operasional serta penerimaan dari hasil penjualan produk yang

dihasilkan. Metode analisis usaha yang umum digunakan adalah anggaran aliran kas (cash

flow), analisi laba/rugi, return cost ratio (R/C), benefit cost ratio (B/C), dan break even

point (BEP). Namun terlebih dahulu perlu diketahui analisis biaya dan pendapatan

A. BIAYA

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses

produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik

yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.

Beban (expense) adalah biaya yang dibebankan (matched) dengan pendapatan

(revenue) dalam suatu periode akuntansi.

Obyek Biaya (Cost Object) adalah unit atau aktivitas dimana biaya diakumulasikan

dan diukur. Unit atau aktivitas itu dapat berupa: produk, order, departemen, divisi, proyek

Macam-macam Biaya

Biaya Produksi

• Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang.

• biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya

kesempatan dan penyusutan barang modal.

Biaya jangka pendek

1. Biaya total(total cost) merupakan jumlah dari biaya tetap dengan biaya variable.

2. Biaya tetap(fixed cost) adalah tegantung dari jumlah produksi,misalnya biaya modal,

biaya gaji,sewa gedung dll.

3. Biaya variable(variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung dari tingkat

produksi misalnya biaya bahan baku, upah buruh.

Page 91: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

84

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Biaya Peluang

Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari

sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga

mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.

Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah

merupakan biaya peluang dari pilihan pertama.

Biaya Pabrikasi/Manufacturing Cost diklasifikasikan dalam:

1. Bahan Langsung (Direct Material).

2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor).

3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead) yaitu biaya selain bahan langsung dan

tenaga kerja langsung.

Biaya Non-pabrikasi/Commercial Expenses diklasifikasikan:

1. Biaya Pemasaran yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh pesanan dan

menyediakan produk bagi pelanggan

2. Biaya Administrasi yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi dan

menyediakan dukungan bagi karyawan

Prime Cost (Biaya Utama)

adalah jumlah bahan langsung dan tenaga kerja langsung

Conversion Cost (Biaya Konversi)

adalah jumlah tenaga kerja langsung dan overhead pabrik

Volume Produksi diklasifikasikan dalam:

1. Biaya Variabel yaitu biaya yang berubah secara proporsional sesuai dengan volume

kegiatan.

2. Biaya Tetap yaitu biaya yang tidak berubah karena perubahan volume kegiatan

dalam rentang yang relevan

3. Biaya Campuran yaitu biaya yang mempunyai komponen variable dan tetap

B. PENDAPATAN

Pengertian Pendapatan

Merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu

periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan

semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap

konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan

Page 92: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

85

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya

yang dikonsumsi.

Karakteristik Pendapatan, dapat dilihat dari :

• Sumber pendapatan

• Produk dan kegiatan utama perusahaan

• Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan

1. Aliran kas

Anggaran aliran kas adalah rencana, realisasi, dan evaluasi terhadap uang masuk

dan uang keluar. Baik uang masuk berupa pinjaman maupun uang keluar berupa

pengembalian pinjaman.

2. Laba/rugi

Keuntungan (laba) atau rugi suatu usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil

penjualan produk dikurangi dengan harga pokok, biaya pemasaran, dan biaya umum. Laba

ini masih disebut laba kotor. Laba bersih baru didapat setelah ditambahkan pendapatan di

luar usaha (misalnya penjualan limbah) dikurangi biaya di luar usaha (misalnya sumbangan

ke pemda) dan pajak (PPh 25 dan 29).

3. Return cost ratio (R/C)

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi hingga biaya – biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila

nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan

diperoleh dari uasaha tersebut.

R/C = total penerimaan penjualan produk

Total biaya

4. Benefit cost ratio (B/C)

B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total

biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memeberikan manfaat apabila

nilai B/C > 0. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh

dari usaha tersebut.

B/C = Tingkat keuntungan

Total biaya

Page 93: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

86

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

5. Break Even Point (BEP)

BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat diketahui pada tingkat

produksi dan harga berapa suatu usaha peternakan tidak memberikan keuntungan dan tidak

pula mengalami kerugian.

BEP produksi = total biaya

Harga penjualan

BEP harga = total biaya

Total produksi

Berikut ini disajikan beberapa contoh perhitungan biaya, pendapatan, dan analisi

usaha peternakan. Mengenai sumber data diambil dari beberapa sentra produksi sekitar

pertengahan tahun 2011.

Page 94: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

87

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

C. ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN

a) Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Potong

Bakalan

Syarat Bakalan

Sehat, kondisi badan kurus atau sedang, ternak muda.

Umur: 1½ tahun

Berat badan awal 150 – 175 kg

Pertambahan Berat Badan

Tabel 15. Pertambahan berat badan setiap hari, tergantung dari banga sapi, yaitu :

Bangsa SapiPertmabahan Berat Badan

Sehari (kg)

BaliMaduraPeranakan OngolSumba OngolGratiFrisian Holstein

0,30 – 0,550,30 – 0,550,30 – 0,650,35 – 0,700,35 – 0,650,40 – 0,75

Ternak Tua

Induk bibit dan jantan bibit yang tua atau majir yang badannya kurus tapi sehat,

dapat digemukkan sebelum dijual masa penggemukan : 1 – 2 bulan.

Faktor Pengelolaan

Masa penggemukan 4 – 8 bulan

Berat jual tergantung permintaan pasar dan berkisar antara 250 – 400 kg/ekor.

Pengebirian jantan perlu dilakukan untuk mempertinggi pertambahan berat badan dan

memperbaiki struktur lemak daging. Di samping rumput dan hijauan segar, perlu diberikan

konsentrat sebagai makanan. Waktu penggemukan yang paling baik sewaktu hewan

berumur antara 1 tahun - 2½ tahun.

Masukan Fisik

Makanan Ternak

Rumput/hijauan segar = 10% dari berat hidup ehari atau bahan kering 2,5 - berat

hidup. Biji-bijian/konsentrat = 1,8% berat hidup sehari.

Kandang

1 ekor = 3 m2 luas kandang

Page 95: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

88

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Oleh karena masa penggemukan rata-rata 6 bulan, maka biaya tetap kandang (penyusutan)

= setengah penyusutan tahunan.

Tenaga Kerja

1 ekor = 6,3 HK

Pengobatan

1 ekor = 1 unit

Lain – lain

1 ekor = 1 unit

Keterangan : masa penggemukan rata – rata 6 bulan

Hasil Fisik

Pertambahan berat badan yang dihasilkan selama masa penggemukan

Pupuk kandang : 1 ekor = 2 ton

Catatan

Berat hidup ternak potong menentukan harga penjualan ternak hidup. Namun harga

daging ditentukan oleh berat karkas (persentase pemotongan = berat daging tanpa kepala,

kulit, kaki dan alat tubuh di rongga dada dan perut, kecuali ginjal).

Persentase karkas terhadapt berat hidup adalaha :

Sapi Bali 57%

Sapi Ongol/PO 45%

Sapi Madura 47%

Sapi FH 57%

Tabel 16. Model Penggemukan Sapi

keteranganTanpa Proyek

(Th 0)Akhir Tahun

1 2 3 4 5Bakalan (1 – 2 th)Satuan Ternak (ST)PemblianBakalanMortalitasBakalanPenjualanSapi PotongKoefisien TeknisBerat Hidup (kg)Berat Pasar (kg)Pertambahan Berat Badan (g/h/ekor)Masa Penggemukan (bl)Daya Tampung (ST)Jumlah ST

--

-

-

-

------

--

-

-

-

------

77

7

-

-

15030040012,51,47

88

8

-

7

15030040012,51,68

88

8

-

8

15030040012,51,68

88

8

-

8

15030040012,51,68

Page 96: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

89

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Tabel 17. Model Proyeksi Populasi Sapi Bibit/Penggemukan (Dengan Mortalitas) RanchSapi

KeteranganAkhir Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7-10PejantanInduk & PenggantiAnak SapihanDara (1-2 th)Jantan (1-2 th)Jumlah TernakSatuan Ternak (ST)PembelianPejantanDara (1-2 th)Bakalan (1-2 th)JumlahMortalitasPejantanInduk & PenggantiDara (1-2 th)Bakalan (1-2 th)JumlahPenjualanPejantan Afkir/TuaInduk Afkir/TuaSapihanSapi Kebiri (1-2 th)Sapi Kebiri 1-2 th)Dara (1-2 th)Jumlah JKoefisien TeknisSapihan (%)Mortalitas Dewasa (%)Culling Induk (%)Culling Pejantan (%)Daya Tampung (ST)Luas Perbaikan (ST)

-------

----

-----

-------

------

19---

10(10)

19-

10

-----

-------

6025

201010

1285--

34(29)

-19-

19

-----

-------

6027

203020

1251738

54(39)

--88

-1--1

-2-2--4

652

10204020

1251158

50(36)

----

-----

-35-84

20

702

12204020

1261246

50(35)

1--1

-1--1

136-6-

18

752

12204020

1271248

52(36)

---1

-1--1

-37-8-

16

752

12204020

1271248

52(36)

----

-1--1

-38-8-

19

752

12204020

Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisi usaha penggemukan sapi adalah

sebagai berikut.

• Penggemukan per unit kandang berisi 96 ekor sapi dengan pemanenan 12

ekor/minggu.

• Masa penggemukan 100 hari (1 periode)

• Berat awal sapi 250 kg/ekor

• Berat badan satu ekor sapi akan naik 1,1 kg/hari atau 110 kg selama satu periode

Page 97: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

90

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

• Harga jual sapi hasil penggemukan Rp. 12.300,00/kg atau Rp 4.478.000.00/ekor.

• Umur ekonomis kandang dan peralatan selama 20 tahun.

1) Biaya investasi

Uraian Jumlah (rp)

Kandang dan peralatannya

Sewa lahan 4.000 m2 per tahun

150.000.000.00

1.000.000.00

Total 151.000.000.00

2) Biaya operasional produksi selama 100 hari

Uraian Jumlah

1. Biaya tetap

- Biaya penyusutan kandang dan peralatannya 2.055.000.00

- Sewa lahan 274.000.00

2. Biaya tidak tetap

- Biaya bibit @rp 3.125.000.00 x 96 300.000.000.00

- Biaya tenaga kerja @rp 2.130,00/hari x 100 x 96 ekor 20.448.000.00

- Biaya pakan sapi rp 5.500/hari x 100 hari x 96 ekor 52.800.000.00

- Biaya obat – obatan 2.880.000.00

- Biaya lain - lain 1.000.000.00

Total biaya 379.457. 000.00

Keterangan:

Penyusutan kandang = total biaya pembangunan kandang

Per periode Umur ekonomis kandang

= Rp 150.000.000.00

(20 ahun/365 hari) X 100 hari

3) Penerimaan

Periode (ekor) Harga (Rp/ekor) Jumlah (Rp)

96 4.478.000.00 429.888.000

4) Analisis usaha

a. Laba/rugi

Laba/rugi = Rp 429.888.000.00 – Rp 379.457.000.00

= Rp 50.431.000.00

Page 98: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

91

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Usaha penggemukan sapi untuk 96 ekor sapi menghasilkan keuntungan sebesar Rp

50.431.000.00 per periode produksi (100 hari) atau Rp 552.300.00 per ekor sapi.

b. Return cost ratio (R/C),

R/C = Rp 429.888.000.00= 1.13

Rp 379.457.000.00

Berdasarkan hasil analisi R/C bahwa usaha penggemukan sapi layak diusahakan

dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,13 > 1. Nilai R/C 1.13 artinya bahwa setiap

Rp 1.000.00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp

1.130.00

c. Benefit cost ratio (B/C)

Rp 50.431.000.00B/C = = 0.13

Rp 379.457.000.00

Dari analisi B/C diperoleh nilai 0.13, artinya bahwa setiap rp 1.000.00 biaya

yang dikeluarkan, usaha penggemukan sapi akan menghasilkan manfaat atau

keuntungan sebesar rp 130.00

d. Break even point (BEP)

Rp 379.457.000.00BEP produksi = = 84.7 (dibulatkan 85 ekor)

Rp 4.478.000.00

Rp 379.457.000.00BEP harga = = 3.952.677.10

96 ekor

Usaha penggemukan sapi tidak mengalami kerugian dan tidak memberikan

keuntungan jika jumlah sapi yang diusahakan sebanyak 85 ekor harga sapi hanya Rp

3.952.677.10 per ekor.

Page 99: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

92

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

b) Analisa Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Unggas

USAHA TERNAK AYAM BROILER

Satuan Ternak

1 ST – 100 ekor broiler

Syarat Doc

DOC haruslah berasal dari perusahaan yang telah mndapat izin, dan bebas penyakit,

terutama pulorum

Telah diketahui data pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan berat badan

yang dicapai pada waktu mencapai umur untuk dipasarkan. Mortalitas doc, telah diketahui

(maximum 5%). Strain Final Stock yang telah terkenal adalah : Arbor Acre, Cobb

ColorSex, White Rock, Hubbard, Indian River, Peterson, Dekalb, Starbro 15 dan masih

banyak strain yang memiliki nama dagang sendiri.

Faktor Pengelolaan Produksi

Masa pemanasan (brooding) dilakukan sejak doc sampai umur 4 minggu. Masa

pembesaran dari umur 5 minggu sampai 8 minggu. Bila pasaran menginginkan broiler

yang ringan (kecil), umur pembesaran dapat diperpendek menjadi 6 atau 7 minggu.

Pencegahan penyakit dilakukan dengan program yang teratur sejak umur doc

sampai umur 4 minggu, yaitu terhadap Tetelo dan cacar ayam. Pemberian antibiotika

dalam air minum atau dalam makanan pada umur 3 -5 hari.

Pemberian coccidiostat dalam makanan selama pemeliharaan 0 – 56 hari, untuk

mencegah penakit coccidiosis.

Kebersihan kandang dan kandang perlu diperhatikan setelah suatu flock selesai

dijual. Kotoran ayam ditumpuk disuatu tempat yang disinari matahari agar dapat dijadikan

pupuk.

Makanan dan minuman diberikan ad libitum (sesuka ayam dapat makan /minum).

Namun pengisian tempat makanan tidak boleh penuh, untuk mencegah tumpah kelantai.

Ayam yang kelihatan penyakitan sebaiknya segera diafkir.

Indikator efisiensi usaha adalah :

Page 100: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

93

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Feed Gain Ratio (FGR), yaitu perbandingan antara jumlah ransum yang digunakan dari

doc s/d dijual (untuk suatu flock) dengan berat badan yang dicapai.

Misalkan ransum yang digunakan 15450 kg dan berat badan flock yang dicapai 6175 kg.

Jadi FGR = = 2,5

Biaya makan per kg broiler

Pada (1), 1 kg broiler dihasilkan oleh 2,5 kg ransum. Kalau harga ransum = Rp. 200/kg,

maka biaya makanan per kg broiler = 2.5 x Rp. 200 = Rp. 500.

Biaya produksi per kg broiler

Karena diketahui bahwa biaya ransum merupakan 75 % biaya produksi broile, maka dari

(1) dan (2), biaya produksi 1 kg broiler =

x Rp. 500 = Rp. 665.

Masukan fisik

DOC

DOC yang dibeli hendaknya 5 % labih banyak dari jumlah broiler yang direncanakan.

Makanan Ternak

1) Starter ( 0 – 4 minggu) = 1.21 kg/ekor2) Finisher (5 – 8 minggu) = 1.92 kg/ekor

Kandang

1 ST = 100 ekor broiler = 15 m2 luas kandang, yang terdiri dari:

1. Kandang pemanasan doc sampai umur 3 hari = 3 m2

2. kandang pemanasan sampai umur 4 minggu = m2

3. kandang pembesaran sampai 8 minggu = 8 m2

Gudang Makanan = 10 % luas kandang

Freeder : 1 bulan/100 – 250 ekor

Weterer : 1 bulan/ 100 – 250 ekor

Tenaga Kerja

1 ST = 33.6 HK/th atau 5.16 HK/ 8 minggu

154506175

10075

Page 101: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

94

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pengobatan

1 ST = 1 unit /½ th

Lain – Lain

1 ST = 1 unit /½

HASIL FISIK

Produksi broiler per 2 bulan atau 5 kali setahun karkas broiler dihitung 75% berat

badan hidup. Produksi pupuk kandang

1 st = 3 ton pupuk kandang 1 th

Tabel 18. Model Proyeksi Produksi Broiler

Keterangan tanpa Dengan proyekProyek ( th 0) Tahun 1 Tahun 2

Komposisi flockBroiler (0 – 8 m)

PembelianDoc (dibeli)Doc (didapat) x)

MortalitasBroiler ( 0 – 8 m)

PenjualanBroiler

Koefisien teknisUmur beli (h)Umur pasar (m)Batch per tahun (ji)Mortalitas (%)

Konsumsi ransum:Starter ( 0 – 5 m ) kg/ekorFiniser ( 0 – 5 m) kg/ekorBerat hidup pada 8 m (kg/ekor)Rasio konversi ransum

4000

2000020400

1020

19380

1855

1.451.801.30

2.5 : 1

8000

3600036720

1836

34884

185/4xx)

5

1.451.801.302.5 : 1

8000

4000040800

2040

38760

1855

1.451.801.302.5 : 1

x) 2 % dari jumlah dibeli bebas biayaxx) 5 batch di kandang lama dan 4 batch di kandang baru pada tahun 1.

Asumsi yang digunakan dalam usaha ini adalah sebagai berikut.

• Skala usaha 100 ekor ayam selama 3 bulan

Page 102: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

95

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

• Tingkat mortalitas ayam (DOC) sebesar 10%

• Harga jumlah ayam untuk jantan rp 17.500.00 dan betina rp 20.000.00

• Bunga bank 2%/bulan

1. Biaya investasi

Uraian Jumlah (rp)

Kandang boks

Kandang baterai 50 kotak

80.000.00

500.000.00

Total 580.000.00

2. Biaya operasional produksi selama 100 hari

Uraian Jumlah (rp)

- DOC 100 x rp 3.000 300.000.00

- Biaya pakan 100 x 2.5 kg x 1.700 425.000,00

- Biaya pemeliharaan kandang rp

12.000.00/bulan

36.000.00

- Biaya vaksin 100 x rp 26 x 3 kali 7.800.00

- Jamu ternak 22.800.00

- Mortalitas DOC 10% 30.000.00

- Biaya tenaga kerja 45.000.000

- Listrik rp 4.500.00 x 3 bulan 9.000.000

- Bunga bank 2% bulan x 3 x rp

868.600.00

52.116.00

Total biaya 927.716.00

3) penerimaan

Produksi daging ayam Harga (Rp/ekor) Jumlah (rp)

45 ekor jantan x 0.9 kg

45 ekor betina x 1 kg

17.500.00

20.000.00

708.750.00

900.000.00

Total 1.608.750.00

4) analisis usaha

a. laba/rugi

laba = Rp 1.608.750.00 – Rp 927.716.00

= Rp 681.034.00

Page 103: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

96

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Usaha ayam buras pedaging dengan skala usaha 100 ekor selama 3 bulan

menghasilkan keutungan sebesar rp 681.034.00

b. Return Cost Ratio (R/C)

Rp 1.608.750.00

R/C = = 1.73

Rp 927.716.00

Berdasarkan hasil analisi R/C bahwa usaha ayam buras pedaging layak untuk

diusahakan dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1.73 > 1. Nilai R/C 1.73, artinya

bahwa setiap Rp 1.000.00 biaya yang dikeluarkan, akan menghasilkan keuntungan sebesar

Rp 730.00.

d. Break event point (BEP)

Rp 927.716.00

BEP produksi = = 49.5 (dibulatkan 50 ekor)

Rp 18.750.00

RP 927.716

BEP harga = = 10.307.95

90 ekor

Usaha ayam buras pedaging tidak mengalami kerugian dan tidak memberikan

keuntungan jika jumlah ayam buras yang diusahakan sebanyak 50 ekor atu harga jual ayam

buras rata – rata hanya rp. 10.307.95 ekor.

Page 104: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

97

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Usaha Ternak Ayam Petelur

Satuan Ternak (ST)

100 Ayam dewasa ( umur > ½ th ) = 1 ST

200 Ayam muda ( umur 1/6 – ½ th ) = 1 ST

400 Anak ayam ( umur < 1/6 th ) = 1 ST

Syarat Day Old Chick (DOC)

Berasal dari usaha Bibit (Breeding Farm), atau perusahaan bibit yang sudah ada

izin dan bebas penyakit, terutama pulorum. Strain Final stock yang sudah dibeli, sudah

jelas kapasitas produksi telurnya, daya tahan terhadap penyakit, dan masa produksinya.

Strain Final Stock yang terkenal :

Hy-Line, Harco, Rosella, Kimber, Super Harco, Babcock, Hysex, Kimbrown, Star Cross,

Shaver.

Mortalitas DOC telah diketahui (maksimum 10%). DOC yang dibeli sudah

melewati sexing, sehingga harus 100% betina.

Faktor Pengelolaan Produksi

Masa Pemanasan (brooding) berlansung sejak anak ayam umur sehari (DOC)

sampai umur 8 minggu. Masa pembesaran anak ayam mulai dari umur 9 minggu sampai

umur 20 minggu (growing). Masa pemeliharaan ayam petelur mulai dari umur 21 minggu

hingga di afkir (75 minggu). Produksi telur asih berlangsung sesudah umur 75 minggu,

namun penurunan produksi terjadi sebesar 20 – 25 %. Perpanjangan masa afkir hanya

dianjurkan pada waktu harga telur tinggi dan harga ransum rendah.

Lama penyinaran cahaya diperlukan untuk stimulasi produksi layer minimum 14

jam sehari. Stock doc pengganti ayam afkir (replacement stock) diatur pembeliannya setiap

21 minggu sekali.

Lantai kandang system litter, perlu digunakan dengan bahan yang tidak

memproduksi debu, atau bahan yang dapat menyerap air. Kandang ayam diubah menjadi

petek-petek per 500 – 1000 ekor per petek (yang juga disebut flock), untuk memudahkan

evaluasi produksi, konsumsi ransum dan menghindari risiko kematian akibat penyakit.

Ayam layer yang muda memperlihatkan sifat cannibal, perlu digunting 1/3 paruh atas

(debeaking).

Page 105: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

98

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Teknik pemberian ransum dan air minum adalah dua kali sehari. Sedangkan

program pencegahan penyakit harus teratur dilakukan untuk Tetelo, cacar ayam dan

Coccidiosis.

Persentasi rata-rata ayam bertelur setiap hri (Hen Day) sebaiknya70 % atau lebih,

tapi hendaknya jangan kurang dari 60%, dhitung mulai berproduksi sampai dengan

diafkirnya suatu kelompok (flock).

Kotoran ayam yang diperoleh setiap kali suatu flock selesai produksi dan diafkir,

ditimbun pada suatu lokasi untuk pupuk.

Indikator efisiensi usaha adalah :

Konversi Ransum

Feed Egg Ratio (FER) = jumlah ransum yang dikonsumsi mulai doc sampai diafkir (dari

suatu flock) dibagi dengan jumlah telur yang dihasilkan.

Misalnya : Konsumsi ransum = 1027 ton, produksi telur = 285 ton,

FER = =3,76

Biaya makanan per kg telur.

Dari FER di atas (1), 1 kg telurdihasilkan oleh 3,76 kg ransum. Kalau 1 kg ransum = Rp.150, -- maka biaya makanan = 3,76 x Rp.150,-- = Rp. 564, --

Biaya Produksi per kg telur.

Diketahui bahwa biaya ransum = 70 % biaya produksi telur. Jadi biaya produksi 1 kg telur

= x Rp.564,- = Rp.806,--

Kaidah Jempol (Rule of Thumb).

Agar suatu usaha layer masih tetap untung, harga telur per kg harus lebih dari 5 kali harga

ransum per kg.

MASUKAN FISIK

DOC :

DOC yang dibeli hendaknya 10 % lebih banyak dari jumlah layer yang direncanakan.

Makanan Ternak

(1) Starter ( 0-8 minggu ) = 2 kg/ekor

1027285

10070

Page 106: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

99

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

(2) Grower ( 9-20 minggu ) = 10 kg/ekor

(3) Layer ( 21 – 75 minggu ) = 40 kg/ekor

Kandang ( Sistem Litter )

1 ST = 100 ekor layer = 45 m2 luas kandang, yang terdiri dari :

(1) Kandang pemanasan = 9 m2

(2) Kandang pembesaan (growing) = 18 m2

(3) Kandang petelur (laying) = 18 m2

Untuk kandang system Battery

1 ST = 100 ekor layer = 20 m2 luas kandang, yang terdiri dari :

(1) Kandang pemanasan (brooding) = 5 m2

(2) Kandang pembesaan (growing) = 7 m2

(3) Kandang petelur (laying) = 8 m2

Gudang Makanan

(1) Sistem litter, 10 % luas kandang

(2) Sistem battery, 20 % luas kandang

Alat Pemanas DOC (Brooder)

Per 200 doc = 1 buah brooder kecil

Per 1000 doc = 1 buah brooder besar

Brooder, hanya pada system litter, pada system battery, kotak tempat doc sudah berfungsi

sebagai brooder, tinggal pemanasan saja.

Feeder ( Tempat Makan )

DOC – 4 buah/100 doc

Grower – 4 buah/100 ekor

Layer – 5 buah/100 ekor

Waterer ( Tempat Minum )

(1) DOC : 1 buah a 5 1/100 doc

(2) Grower : 4 buah a 5 1/100 ekor

(3) Layer : 4 buah a 5 1/100 ekor

Tenaga Kerja

1 ST (100 layer) atau

(200 ayam nuda) atau (400 anak ayam) = 59,2 HK/th.

Page 107: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

100

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pengobatan

1 ST = 1 unit/th.

Lain-lain

1 ST = 1 unit/th.

HASIL FISIK

Produksi Telur selama 12 – 13 bulan

Ayam afkir,

Pupuk kandang 1 ST = 4 ton/th.

Tabel 19. Model Proyeksi Produksi Telur

KeteranganTanpa Proyek Dengan Proyek

(Th 0) Th 1 Th 2 Th3Komposisi Flock akhir thJumlah PetelursebelumnyaPetelur yang ditambahkanJumlahRata-rata Petelur/thPembelianDocMortalitasAnak Ayam & GrowersPetelurJumlah MortalitasPenjualanPetelur AfkirTelurKoefisien TeknisUmur Beli (h)Masa Bertelur (bl)Umur Pasar (th)Hen day (%)Konsumsi Ransum(Starter 0 – 6 m(kg/ekor)(Grower 6 – 26 m(kg/ekor)(Layer 26 – 104 m(kg/ekor)Mortalitas :Anak ayam & Grower (%)Layer (%) x)

6671.3331.8001.700

1.500

166400566

934372.300

118

260

21040

1123.5

20001.1333.1331.700

3.000

333400733

934372.300

118

260

26040

1123.5

20003400

5.4003.533

4.500

500800

1.300

934773.727

118

260

26040

1122.6xx)

20003400

5.4005.100

4.500

5001.2001.700

2.8001.116.900

118

260

26040

1123.5

x) Termasuk Culling

xx) Pada masa Transisi

Page 108: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

101

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

c) Analisa Biaya Dan Pendapatan Usaha Sapi Perah

SATUAN TERNAK (ST)

Sapi dewasa ( > 2 th) = 1 ST

Sapi muda ( 1 – 2 th) = ½ ST

Anak sapi ( < 1 th) = ¼ ST

SYARAT BIBIT

Umur 1 ½ th ( 2 sampai 4 gigi seri berganti) keadaan tak gemuk, berbentuk seperti

gergaji, sempit di depan, lebar di belakang ( untuk betina), sehat tak bercacat. Pd

FH murni, lihat pedigree (silsilah).

PERKEMBANG BIAKAN

Siklus berahi 21 hari, lama berahi 2 – 3 hari

Masa bunting : 9 bulan

Masa kering kandang : 1 – 2 bulan

Pemberian air susu pada anak sapi maksimum selama 4 bulan untuk anak betina, 2

bulan untuk anak jantan, jumlah susu = 10 % dari berat badan.

Umur afkir induk/pejantan : 8 – 10 tahun

Umur jual anak jantan 1 ½ - 2 bulan

Bila dibesarkan, 1 ½ - 2 th.

Sex ratio kelahiran anak jantan/ betina = 1/1

Masa produktif (menghasilkan susu) induk, umur 3 – 10 tahun.

Mortalitas

Ternak Dewasa ( > 2 th) = 1 – 2 %/ th

Ternak Muda ( 1 – 2 th) = 4 %/ th

Anak ( < 1 th) = 5 – 8 %/ th

Calf crop : 60 – 90 %/ th.

Page 109: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

102

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

FAKTOR PENGELOLAAN PRODUKSI

Jumlah induk laktasi harus > 80% dari jumlah induk. Masa laktasi 9 – 10 bulan,

sebaiknya 300 hari/th.

Interval beranak : 12 – 13 bulan

Produksi rata-rata sehari :

Sapi Hissar : 3 – 8 1

Sapi Grati/ FH Lokal : 6 – 10 1

Sapi FH Murni :11- 10 1

Tempat usaha FH murni sebaiknya pada daerah 500 m di atas permukaan laut atau

lebih.

Kebersihan kandang, ternak, alat susu dan kesehatan ternak adalah menentukan

kwalitas air susu, di samping ransum yang baik. Berat jenis air susu minimum

1,0280 (Melk Codex).

MASUKAN FISIK

Makanan ternak

1 ST = 35 kg rumput/ hijauan segar/sehari (10 % berat induk) atau 10.5 kg bahan

kering/ sehari (3 % berat badan).

Konsentrat : 1,4 kg/hari (0,4 % berat badan) atau 1 ST ( induk) = 1,4 kg/ hari.

Untuk induk laktasi :

Selain ransum di atas, perlu tambahan konsentrat untuk setiap liter susu = 0,4 kg

konsentrat.

Kandang

1 ST (Sapi local, Grati Hissar) = 3m2 luas kandang

1 ST (Sapi FH Murni) = 5m2 luas kandang

Tenaga Kerja

1 ST = 15,9 HK/ th ( Usaha intensif)

1 ST = 6,9 HK/ th ( Usaha extensive)

Page 110: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

103

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pengobatan

1 ST = 1 unit/ th

Breeding

1 ST (induk) = 2 unit/ th

Peralatan susu

1 ST ( induk) = 1/5 unit / th

(Milk can bervolume 10 – 20 liter)

Lain- lain

1 ST = 1 unit/th.

HASIL FISIK

Hasil produksi susu (dikurangi pemberian pada anak sapi, dan rusak ½%)

Anak sapi jantan 2 bulan (Sapi jantan muda 1 ½ - 2 th bila dibesarkan)

Induk tua/ Afkir

Jantan tua/afkir (bila tak memakai A1)

Pupuk kandang 1 ST = 4 ton/th.

Tabel 20. Proyeksi Sapi Perah (Fh) 10 Induk Awal + Ib (Tanpa Pre – Proyek)

Tahun 1 2 3 4 5 6 7IndukAnak betinaAnak jantanDara 1 thDara 2 th

Jumlah ternak

Satuan ternak (ST)

PenjualanAnak jantanSusu (1000 1)Induk tua

Sisa ternak

10 10 10 10 14 14 14- 4 3 4 5 5 5- 3 4 3 5 5 5- - 4 3 4 5 5- - - 4 3 4 5

10 17 21 24 31 33 34

(10) (11.75) (13.75) (15.25) (20) (21)(21.5)

- 3 4 3 5 5 5- 24.7 24.9 24.7 35.8 35.9

35.8- - - - 3 4 3

10 14 17 21 23 24 26

Page 111: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

104

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Koefisien Teknis

Umur induk Awal = 1.5 th

Persentasi Induk Laktasi = 90 %

Umur jual anak sapi jantan = 2 bl

Umur Afkir induk = 5 th

Sex rasio anak = 1/1

Net Calf Crop = 70 %/ th (th 1 = 0 %)

Masa laktasi (mulai th 2) = 300 h/th

Rata-rata produksi susu induk = 10 1/hari

Penggunaan susu untuk anak betina = 2.5 1/ hari/ekor/selama 4 bl

Penggunaan susu untuk anak jantan = 2.5 1/ hari/ekor selama 2 bl

Susu yang rusak = 0,5 %/th

Keterangan Calf Crop

Gross Calf Crop = 90 %

Mortalitas Dewasa (2 %) 8 %

“ pre sapihan = 8 %

“ post sapihan = 4 %

Jumlah = 20 %

Net calf Crop = 70 %

Page 112: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

105

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Tabel 21. Proyeksi sapi perah (fh) 5 induk awal + 5 induk tambahan + ib (dengan pre –proyek)

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7IndukAnak betinaAnak jantanDara 1 thDara 2 th

Jumlah ternak

Satuan ternak (ST)

PenjualanAnak jantanSusu (1000 1)Induk tua

Sisa ternak

5 5+5 12 12 13 15 16 195 2 4 4 5 5 5 72 2 4 4 4 5 6 62 2 2 4 4 5 5 5- 2 2 4 4 4 5 5

11 18 24 28 30 34 37 42

(7.75) (13) (16) (18) (19.25) (22) (23.75) (27.25)

2 2 4 4 4 5 6 611 11 30.6 30.8 33.7 36 38.3 50.4

- - 2 3 2 3 2 3

9 16 18 21 24 26 29 33

Koefisien Teknis

Umur induk pre proyek = 3 th

Persentase Induk Laktasi = 90 %

Umur Awal Induk Tambahan = 1.5 th

Umur juan anak sapi jantan = 2 bl

Umur afkir induk = 5 th

Net calf crop = 70 %/ th

(bagi induk tambahan, th 1 = 0 %)

= 300 h / th

Rata-rata produksi susu / induk = 10 / hari

Penggunaan susu untuk anak betina = 2.5 1/ ekor/hari, selama 4 bl

Penggunaan susu untuk anak jantan = 2.5 1/ekor, selama 2 bl

Susu yang rusak = 0.5 %/ th

Setiap usaha peternakan bermaksud untuk memperoleh suatu keuntunga, termasuk

usaha ternak sapi perah.

Untuk bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, setiap peternak harus

berjuang kepada prinsip ekonomi, yakni mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya

Page 113: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

106

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

dengan biaya yang sekecil mungkin. Maka sabagai seorang peternak yang menginginkan

suatu keuntungan tentu saja harus mengerti harga pokok per liter air susu yang dihasilkan,

sehingga peternak bisa menentukan harga penjualan susu.

Lebih lanjut, di bawah ini akan diberikan contoh perhitungan biaya pokok per liter

susu secara praktis, agar para peminat bisa mudah menghayati dan mempraktekkan.

Misalnya :

1. Harga seekor sapi yang siap diperah Rp 350.000,-2. Biaya kandang seekor sapi Rp 150.000,-3. Seorang karyawan sanggup memelihara 5 ekor

Sapi dengan gaji Rp 25.000,-Jadi ongkos karyawan per ekor/ bulan= Jadi 1/5 x Rp 25.000,- Rp 5.000,-

4. Ongkos perawatan dan alain-lain Rp 2.500,-

5. Produksi rata-rata per hari 10 liter

6. Bahan makan yang disediakan 50 kg rumput

3 kg dedak

2 kg bungkil kelapa

50 kg tepung tulang

50 kg NaCl

Maka perhitungan harga poko per liter air susu adalah sebagai berikut :

1. Makanan per hari/ekor :

50 kg rumput a Rp 5,- Rp 250,-

3 kg dedak a Rp 40,- Rp 120,-

2 kg bungkil kelapa a Rp 110,- Rp 220,-

50 kg tepung tulang a Rp 125,- Rp 6,25,-

50 gr Nacl a Rp 40,- Rp 2,-

Jumlah Rp 598,25,- Rp 598,25

2. Karyawan :

Per hari = Rp 5000,- Rp 166,60

Page 114: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

107

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

3. Ongkos perawatan dan lain-lain

Per hari = Rp 2500,- Rp 83,30,-

30

4. Harga per ekor sapi perah Rp 350,000,-Dapat dipakai selama 5 tahunPenyusutan per hari

= 1 x Rp 350.000,- Rp 191,80,-

5 x 365 = 1825

5. Biaya kandang yang bisa dipakai 5 tahunDengan biaya Rp 150.000,- per hari

= 1 x Rp 150.000,-Rp 82,20

5 x 365Jadi biaya untuk memproduksi susu 10 liter adalah= Rp 1.122,15

10 Rp 122,215,-

Denga diketahuinya harga produksi per liter susu, maka peternak tentunya akan

menjual diatas biaya pokok.

Untuk analisi usaha peternakan lainnya, disajikan secara singkat dalam table 22.

Page 115: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

108

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Table 22. Beberapa Analisis Usaha Peternakan

Jenisusaha

Total biaya Penerimaan(rp)

Keutungan(rp)

R/C B/C Asumsi

Sapi perah 176.936.800.00 206.493.600.00 32.807.360.00 1.16 0.18 - skala usaha 10 ekor sapi selama 7 tahun- pendapatan diperoleh dari penjualan susu (15 liter/hari),pedet, sapi apkir, dan pupuk kandang

Itikpetelur

32.692.458.00 54.187.500.00 21.495.042.00 1.65 0.65 - skala usaha 500 ekor ayam buras selama 2 tahun-pendapatan diperoleh dari penjualan telur dan itik apkir

Ayam raspedaging

256.893.000.00 321.450.000.00 64.557.000.00 1.25 0.25 -skala usaha 1000 ekor ayam ras selama 30 periode produksi (1 =40 hari)- pendapatan dipeorleh dari penjualan daging dan kotoran ayam

Ayam raspetelur

27.253.164.00 71.968.000.00 44.174.836.00 2.64 1.64 -skala usaha 500 ekor ayam selama 2 tahun-pendapatandiperoleh dari penjualan telur,ayam apkir,dan kotoran ayam

Ayamburaspetelur

11.892.281.00 18.782.955.00 6.890.674.00 1.47 0.58 - skala usaha 100 ekor ayam buras selama 2 tahun-pendapatan diperoleh dari penjualan telur dan ayam apkir

Page 116: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

109

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

PENUTUP

SOAL LATIHAN

1. Susunlah aliran cas (Cash Flow) suatu usaha peternakan !2. Mengapa aspek financial sangat penting untuk diketahui dalam mengelola

usaha peternakan ?

DAFTAR BACAAN

Widjaja K. dan Abdullah S., 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras Dan Buras. PenebarSwadaya: Jakarta

Sudaryani T. dan Santosa H., 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Di Kandang Baterai.Penebar Swadaya: Jakarta

Suharno B. 1995. Agribisnis Ayam Ras. Penebar swadaya: Jakarta.

Soeprapto H, dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro mediaPustaka. Jakarta.

Santosa Undang. 2007. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.Jakarta.

Rasyaf, M. 1991. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

AAK. 2006. Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Produksi Telur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.

Page 117: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

110

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

BAB IXKEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP USAHA PETERNAKAN

SASARAN PEMBELAJARAN

Dapat memberikan argumentasi tentang kebijakan pemerintah terhadap usaha

peternakan

STRATEGI PEMBELAJARAN

• Tugas

• Presentasi

DESKRIPSI MATERI

Materi ini menjelaskan tentang Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Peternakan

yang meliputi :

a. Sinkronisasi produksi dan pemasaran

b. Potensi usaha peternakan Sul-Sel dan Globalisasi Ekonomi

PENDAHULUAN

Bagi para pelaku usaha peternakan, pemerintah diharapkan berperan aktif dalam

memberikan bantuan dan kemudahan menjalankan usaha. Memang diakui bahwa kebijakan

pemerintah di sector peternakan dimaksudkan untuk menciptakan kondisi usaha yang

kondusif agar para investor mau menanamkan modalnya.

Dalam rangka mendukung perkemangan usaha dan investasi di sector peternakan,

pemerintah telah menyusun berbagai langkah kebijakan. Antara lain memacu

pembangunan peternakan dengan meningkatka perannya sebagai penghasil protein hewani

bernilai tinggi melalui peningkatan produksi ternak, pengamanan ternak, penyediaan

kredit, dan penyuluhan. Meningkatkan kesejahteraan peternak melalui peningkatan

pendapatan yang diperoleh dari peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya

masyarakat peternak.

Dengan program pemerintah telah mengeluarkan kebijakan berupa penepatan

sentra-sentra peternakan, terutama di kawasan timur Indonesia seperti Sentra-sentra

produksi bibit dan pakan. Realisasi dari program tersebut yaitu dibangunnya pusat

pembibitan dan budidaya ayam buras serta pabrik pakan di 71 kabupaten pada 18 propinsi.

Sampai dengan tahun 2000 pemerintah telah mampu menjangkau 649 kelompok peternak

dengan melibatkan kurang lebih 16.000 rumah tangga peternak. Pemerintah juga

Page 118: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

111

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

memberikan peluang kepada para pelaku peternakan untuk memenfaatkan kredit program

dan nonprogram dalam berbagai pola kemitraan.

Khusus kepada investor yang ingin menenanamkan modalnya dalam pembibitan

ternak potong,pemerintah mengupayakan pemberian fasilitas khusus. Pemberiaan fasilitas

khusus ini, terutama pada peternakan babi, sapi perah, sapi potong, ayam broiler, itik, dan

pakan ternak. Kegiatan investasi di subsector peternakan dapat dilakukan dengan dua

macam, yakni didasarkan pada PMA dan PMDN serta nonfasilitas. Hasil dari program

tersebut diantaranya telah dimlainya ekspor obat hewan, ternak potong, telur tetas, dan itik

ke berbagai Negara. Antara lain telah di ekspor itik ke timur tengah serta daging sapi dan

kambing ke Malaysia, filiphina, dan timur tengah.

Kebijakan lain yang patut diperhitungkan oleh para investor adalah izin mendirikan

usaha.pemerintah telah mengeluarkan ketetapan tentang pemberiaan izin usaha

berdasarkan jenis ternak dan skala usahanya. Ini dimaksudkan agar pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya tidak mengalami kendala dan hambatan.

URAIAN MATERI

A. Sinkronisasi Produksi Dan Pemasaran

a. Pola Pemasaran

Pola pemasaran merupakan jalur distribusi suatu produk dari produsen melalui

beberapa pelaku pemasaran hingga sampai ke konsumen. Secara umum produk peternakan

memiliki tiga pola pemasaran, yaitu pola pemasaran melalui koperasi, kemitraan (PIR),

dan umum

1. Pola Pemasaran Melalui Koperasi

Pola ini menggunakan koperasi sebagai saluran untuk memasarkan produk

peternakan sekaligus sebagai tujuan pemasaran. Pola ini digunakan oleh para peternak

yang menjadi anggota koperasi. Keuntungan dari pola ini adalah peternak tidak perlu lai

mencari tempat untuk memasarkan produknya, karena semua produk peternakan yang

dihasilkan akan ditampung oleh koperasi.

Bagi peternak yang ingin menggunakan pola pemasaran melalui koperasi sebagai

tempat memasarkan produknya terlebih dahulu harus menjadi anggota koperasi. Pola

pemasaran produk peternakan melalui koperasi banyak ditempuh oleh para peternak

sapi perah. Para peternak sapi perah tersebut menggunakan Gabungan Koperasi Susu

Page 119: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

112

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Indonesia (GKSI) sebagai tempat pemasaran susu segar yang dihasilkannya.

Selanjutnya, oleh pihak koperasi tersebut diolah menjadi produk olahan berupa susu

siap konsumsi atau susu segar tersebut disalurkan ke industry pengolahan susu pola ini

dapat dikembagkan untuk semua jenis produk peternakan.

2. Pola pemasaran melalui kemiraan/PIR

Dalam pola kemitraan antara peternak dengan industry peternakan, peternak

sebagai plasma memiliki keterikatan dengan perusahaan/ industry sebagai inti. Pihak

peternak harus menjual produknya ke perusahaan inti sesuai dengan perjanjian.

Sebelumnya, pihak inti telah menentukan standar mutu produk yan harus dihasilkan

oleh peternak.

Pola ini telah banyak dilakukan oleh perusahaan peternakan ayam ras pedaging atau

ayam ras petelur. Pihak perusahaan bekerja sama dengan pihak peternak. Biasanya

perusahaan peternakan ayam tidak mampu memenuhi permintaan pasar dengan skala

usahanya sendiri, sehingga harus bekerja sama dengan peternak untuk memenuhi

permintaan tersebut. Dalam pola ini pihak perusahaan biasanya menyediakan DOC dan

pakan untuk dikelola oleh peternak, kemudian hasilnya dijual ke perusahaan.

3. Pola pemasaran umum

Pola ini adalah pola pemasaran yang berlangsung secara alami. Biasanya pola ini

banyak dilakukan oleh peternak yang ingin berusaha sendiri memasarkan produknya.

Peternak dapat menjual langsungke konsumen, pedagang besar, atau ke pasar-pasar

yangtelah ada.

Untuk memperjelas pandangan tentang pola pemasaran produk-produk peternakan,

berikut ini beberapa produk peternakan dengan pola pemasaran masing-masing.

a) Pola pemasaran sapi potong

Pola 1.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- konsumen

Pola 2.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- rumah pemotongan

hewan ---------- eksportir/ konsumen

Pola 3.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- rumah pemotongan

hewan ---------- industry pengalengan daging --------- eksportir/ konsumen.

Page 120: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

113

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

b) Pola pemasaran susu sapi

Pola 1.

Peternak/produsen ------------ koperasi ----------- konsumen

Pola 2.

Peternak/produsen ------------ koperasi ----------- industry pengolahan susu -------

--- eksportir/konsumen

Pola 1.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul ------------- industry

pengolahan susu ---------- eksportir/konsumen

c) Pola pemasaran ayam ras pedaging

Pola 1.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- konsumen

Pola 2.

Peternak/produsen (industry peternakan ayam ras pedaging) -------- industry

pemotongan hewan ----------- industry pengalengan ------------

eksportir/konsumen

Pola 3.

Peternak/produsen ------------ koperasi ----------- eksportir/konsumen

d) Pola pemasaran ayam ras petelur

Pola 1.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- pedagang besar -------

---- konsumen

Pola 2.

Peternak/produsen (industry peternakan ayam ras pedaging) --------

eksportir/konsumen

Pola 3.

Peternak/produsen ----------- koperasi ------------ konsumen

e) Pola pemasaran domba/kambing

Pola 1.

Peternak/produsen ----------- konsumen

Pola 2.

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- konsumen

Pola 3.

Page 121: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

114

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Peternak/produsen ----------- pedagang pengumpul --------- rumah pemotongan

hewan ------------- eksportir/konsumen

b. Strategi Pemasaran Produk Peternakan

Prinsip dasar pemasaran produk peternakan adalah menguntungkan produsen dan

konsumen. Untuk itu, diperlikan strategi yang tepat bagi produsen dalam menghasilkan

produk yang berkualitas prima serta aman dikonsumsi dengan memperhatikan standard an

harga sesuai keinginan konsumen

Pada umumnya pemasaran produk peternakan masih dilakukan secara tradisional,

yaitu dijual begitu saja tanpa memperhatikan penanganan seperti seleksi produk dengan

menggunakan standar mutu, kebersihan, dan kontinutas. Dalam system pemasaran

tradisional, kualitas produk belum memegang peranan penting dan control produk

sepenuhnya oleh produsen. Dalam pemasaran dengan menggunakan pola yang lebih

modern, standar kualitas dikontrol sepenuhnya oleh konsumen.

Sebelum memasarkan produk peternakan, ada tiga hal yang harus dikuasai yaitu

memahami struktur pasar, penampilan produk, dan pelaksanaan pemasaran. Struktur pasar

menyangkut berbagai pengetahuan antara lain pertumbuhan pasarnya, teknologi

pemasarannya, jumlah produsen dan konsumen serta peraturan-peraturan yang menyangkut

keluar masuknya komoditas. Semuanya itu sangat menentukan tinggi rendahnya harga dan

jumlah barang yang bisa tersedia setiap kali diperlukan.

Sebagai contoh, daging domba atau kambing mempunyai struktur pasar yang

berbeda dengan daging sapi/ kerbau ataupun ayam. Konsumen daging kambing masih

terbatas sehingga dari segi kuantitasnya juga terbatas. Daging domba selain mendominasi

rumah makan atau warung-warung sate, juga paling banyak dikonsumsi rumah tangga.

Namun, hal ini juga menjadi keuntungan bagi peternak kambing karena dengan

keterbatasan tersebut, harga daging kambing menjadi relative lebih mahal dan stabil dalam

perubahan harga.

Kelemahan produk peternakan Indonesia adalah kurangnya perhatian produsen

dalam bidang pemasaran. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pemasaran seperti

penyimpanan, pengangkutan dan penjualan sering tidak berjalan sejajar. Akibatnya

efisiensi pamasarannya menjadi lemah. Penguasaan informasi pasar juga sangat kurang,

terutama mengenai harga pada saat tersebut. Informasi pasar yang lengkap, akurat, dan

Page 122: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

115

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

adanya upaya terus-menerus untuk memantau perkembangannya akan memberikan

manfaat yang sangat besar. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain sebagai berikut,

• Dapat digunakan untuk mengatur kegiatan produksi (meningkatkan/

mengurangi produksi)

• Diversifikasi usaha yang masih berkaitan dengan usaha pokok.

• Menciptakan sisitem pengadaan dan penyaluran barang yang lebih efektif

hingga dicapai tingkat harga yang layak.

• Dapat menjamin kesinambungan produksi.

Dalam pemasaran yang paling penting adalah pihak produsen memiliki kekuatan

menentukan harga secara layak.harga jual produk peternakan lebih banyak ditentukan oleh

penanganan produk yang berdampak pada mutu. Semakin baik mutu produk yang

dihasilkan semakin baik pula harga yang akan diterima peternak.

B. Potensi Usaha Peternakan Sul-Sel Dan Globalisasi Ekonomi

1. Potensi Usaha Peternakan Sul-Sel

Sulawesi Selatan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak

sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan, pakan), sumber daya manusia, serta

peluang pasar yang memadai. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar yang

cerah. Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani-peternak, usaha ternak sapi

juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan antarprovinsi dan

antarpulau, antara lain ke Maluku, Papua, Jawa (Jakarta), dan Kalimantan Timur

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Peternakan telah melakukan

berbagai langkah untuk mengembangkan peternakan di wilayah tersebut. Satu dari

kebijakan tersebut adalah memberikan bantuan ternak sapi maupun modal kepada

kelompok petani-peternak. Dalam upaya mengembangkan kawasan integrasi ternak sapi-

tanaman, misalnya, pemerintah memberikan bantuan dana kepada kelompok melalui

Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi

Sulawesi Selatan).

Di Sulawesi Selatan, sapi dipelihara secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal

dengan sistem integrasi tanaman ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti

(2007), usaha ternak sapi tanaman dapat memberikan dampak budi daya, sosial, dan

ekonomi yang positif. Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman cukup besar

sepanjang tahun sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan dari luar dan

menjamin keberlanjutan usaha ternak (Priyanti 2007).

Page 123: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

116

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pola integrasi tanaman-ternak di Sulawesi Selatan yang dijumpai adalah integrasi

sapi-jagung dan integrasi sapi-kelapa. Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani

terpadu melalui pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti

2007).

Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan

hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain

menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sistem

integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga dengan mengolah kotoran sapi

menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat dijual kepada petani lain atau

masyarakat yang membutuhkannya. Usaha tani integrasi menerapkan pendekatan sistem

dalam satu kesatuan daur produksi (Priyanti 2007).

Dalam penelitiannya,Suwandi (2005) dan Priyanti (2007) mengkaji sistem integrasi

tanaman-ternak sapi potong. Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi

ternak sapitanaman dapat meningkatkan pendapatan petani (Sariubang et al. 2003;

Suwandi2005; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007).

Di Sulawesi Selatan sapi yang biasa dipelihara dalam sistem integrasi adalah sapi

“dwi fungsi”, yaitu sebagai penghasil daging sekaligus ternak kerja. Yang menjadi

pertanyaan adalah apakah sistem integrasi sapi-jagung dan sapi-kelapa dapat memberikan

insentif bagi petanipeternak di wilayah tersebut.

Akan tetapi luas lahan padang penggembalaan di Sulawesi Selatan menunjukkan

kecenderungan semakin berkurang. Dengan demikian produktivitas padang

penggembalaan sebagai basis ekologi penyedia hijauan bagi ternak ruminansia juga

mengalami penurunan. Hasil estimasi produksi hijauan padang penggembalaan sebesar

4,905,804 ton, dan dapat menyediakan hijauan untuk ternak ruminansia sebesar 384,016

ST. Jika dibandingkan dengan populasi ternak ruminansia di Sulawesi Selatan sebesar

576.701 ST, maka daya dukung tersebut jauh lebih rendah dibandingkan jumlah populasi

ternak ruminansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan hijauan dari

padang penggembalaan adalah perbaikan padang penggembalaan, pemanfaatan dan

penanaman rumput unggul dan leguminosa pohon, serta optimalisasi pemanfaatan biomas

limbah pertanian dan industri.

Page 124: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

117

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

2. Membangun Daya Saing Agrbisnis Peternakan

Agribisnis peternakan pada awal millennium ketiga menghadapi persaingan ganda,

yaitu persaingan antar daerah sebagai konsekuensi pelaksana otonomi daerah,dan

persaingan antar Negara sebagai konsekuensi kesepakatan liberalisasi perdagangan barang

dan jasa internasional. Kata kunci dalam memenangkan persaingan tersebut adalah daya

saing (competitivenes). Pada awalnya, daya saing suatu Negara ditentukan oleh keunggulan

mutlak (absolute advantage) atau keunggulan komparatif (comparative advantage) yang

dimilikinya. Keunggulan mutlak menunjukkan kemampuan suatu Negara menghasilan

barang/jasa yang mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada Negara lain (misalnya

kekayaan alam yang melimpah), sedangkan keunggulan komparatif menunjukkan

kemampuan suatu Negara menghasilkan barang/jasa dengan harga yang relative lebih

rendah dari pada Negara lainnya. Dalam perkembangannya, daya saing lebih ditentukan

oleh keunggulan bersaing (competitive advantage) yang diciptakan suatu Negara, yaitu

kemampuannya menghasilkan barang/jasa sesuai dengan preferensi konsumen

Ada tiga kunci sebagai prime determinant (penentu utama) untuk dapat

meningkatkan daya saing suatu Negara. Pertama, produktifitas yang merupakan nilai

output yang dihasilkan oleh suatu unit sumber daya yang digunakan. Dengan konsep

pemasaran yang benar, maka produkyang dihasilkan dengan produktifitas tinggi akan

menghasilkan return on invesment (tingkat pengembalian investasi)yang tinggi, yang

selanjutnya menarik investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak. Kedua, inovasi

(pembaharuan). Dengan inovasi dalam aspek luas akan menghasilkan produk baru, yang

selanjutnya dapat meningkatkan daya saing suatu Negara. Ketiga, segmentasi (focus).

Tidak ada suatu Negara mempunyai daya saing dalam semua industry (no nation can be

competitive in everything). Karena itu, suatu Negara harus berkonsentrasi pada salah satu

industry yang mempunyai core competence (kompetensi inti).

Selain ketiga penentu utama tersebut diatas, suatu Negara akan menunjukkan

keunggulan bersaingnya apabila suatu individu atau unit sistemnya menjadi pendukung

empat lambing keunggulan(advantage attribute) suatu Negara sebagai syarat tejadinya

national advantage (keunggulan nasional). Keempat lambing keunggulan yang oleh

Michail E. Porter (1990) disebut “The diamond of national advantage” adalah (1) kondisi

faktor produksi suatu Negara, (2) kondisi permintaan suatu domestic, (3) adanya industry

pendukung, dan (4) kondisi persaingan domestic dan strategi serta struktur perusahaan.

Page 125: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

118

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pengalaman Negara-negara industry baru (new industrial countries) seperti korea

selatan dan Taiwan, dan Negara-negara industry maju (developed industrial countries)

seperti singapura, jepang, jerman, inggris, perancis, dan amerika serikat, yang sebagian

adalah Negara miskin sumber daya alamnya, menunjukkan bahwa kemajuan bangsa

bersumber pada produktifitas ekonomi masyarakat yang didukung oleh SDM yang

berkualitas. Indonesia empnyaikelemahan mendasar pada syarat pertama yaitu faktor

produksi (factor conditions) untuk menjadi negara dengan daya saing tinggi jika hanya

mengandalkan sumber daya alam yang melimpah. Engalaman membuktikan bahwa

meskipun memiliki kekayaan alam melimpah Indonesia adalah importir netto sarana

produksi peternakan baik bibit, bahan pakan maupun teknologinya. Bahkan, akhir-akhir ini

pengusaha dan pemerintah sering mengambil jalan pintas dengan mengimpor hasil

produksi seperti daging, susu, dan telur konsumsi, sehingga tidak saja melemahkan daya

saing tetapi juga tidak enimbulkan semangat bersaing bgi pengusaha peternakan Indonesia.

Untuk menjadi bangsa yang kompetitif, kapasitas dan mutu sumber daya manusia

(SDM) harus menjadi tumpuan.masalahnya, kualitas SDM Indonesia terus merosot

tingkatannya. Data tentang Human Development Indeks (HDI) yang disajikan oleh United

Nations for Development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat kualitas SDM

Indonesia tahun 2000 berada pada urutan 109, tahun 1999 pada urutan 105, tahun 1998

pada urutan 99. Upaya perbaikan yang harus terus dilakukan adalah melalui pendidikan

dan pelatihan untukmenciptakan sumber daya manusia terampil dan memiliki keahlian

khusus (skilled and specialized human resources) melalui basis ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sumber ekonomi penting yang

tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kemajuan teknologi dan tentu saja kualitas

sumber daya manusia. Manfaat pendidikan dan pelatihan terhadap pertumbuhan ekonomi

berasal dari perbaikan kualitas SDM, pebaikan kualitas manejemen, dan kontribusinya

dalam menciptakan teknologi baru dan memperbaiki teknologi yang ada.

Syarat kedua suatu Negara dapat menjadi kompetitif harus memiliki basis

permintaan (demand conditions), karena dengan itu perusahaan atau industry dapat

mengalahkan pesaingnya. Indonesia mempunyai pasar domestic yang besar karena jumlah

penduduknya yang mencapai 210 juta, meskipun saat ini daya belinya masih rendah. Jika

kondisi ekonomi semakin membaik, maka peningkatan pendapatan masyarakat akan

mendorong permintaan pangan hewani (daging, susu, dan telur) yang semakin meningkat.

Pasar domestic ini telah lama menjadi incaran pemasaran Negara maju, karena itu dengan

Page 126: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

119

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

berbagai upaya mereka telah memaksakan pemberlakuan perdagangan bebas internasional

agar mereka dengan mudah memasarkan produknya keseluruh dunia tanpa hambatan. Jika

kondisi pasar domestic yang demikian besar tidak dijaga dan dimanfaattka dengan sebaik-

baiknya, maka Indonesia akan mengalami keterjajahan baru yaitu menjadi obyek dari

hegemoni ekonomi Negara-negara maju.

Syarat ketiga merupakan peneguhan kekuatan bersaing suatu industry yaitu adanya

industry pendukung dan terkait (supporting and related industries) pengalaman Indonesia

selama ini menunjukkan bahwa pengembangan agribisnis peternakan tidak disertai dengan

industry pendukung dan terkait yang kuat ( foot loose industry), seperti pembibitan, bahan

pakan, dan teknologi produksi. Akibatnya, meski memiliki basis permintaan yang besar,

agribisnis peternakan kurang kompetitif dalam bersaing dengan agribisnis peternakan luar

negeri.

Menurut Prof. Bugaran Saragih, pakar ekonomi pertanian yang saat ini menjadi

Menteri Pertanian paradigm pembangunan peternakan yang mampu menciptakan daya

saing global adalah paradigm pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Menurut

beliau, system agribisnis berbasis peternakan mencakup empat subsistem, yaitu (1)

subsistem agribisnis hulu (upstream agribusinees) yaitu kegiatan ekonomi yang

menghasilkan produk, (2) subsistem agribisnis budidaya (on-farm agribusiness) yakni

kegiatan yang menggunakan sapronak untuk menghasilakn komoditas peternakan primer,

(3) subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang

mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan, (4) subsistem jasa

penunjang (supporting institution) yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang

dibutuhkan ketiga subsistem yang lain. Dengan kekuasaan yang dimiliki saat ini, mudah-

mudahan Mentan Bungaran Saragih mampu mewujudkan paradigm pembangunan

agribisnis peternakan yang berdaya saing seperti yang slama ini selalu diucapkannya.

Syarat keempat yaitu kondisi persaingan domestic, sangat dipemgaruhi oleh

kesiapan SDM karena menyangkut gaya dan praktek manajemen, dan struktur dan

persaingan usaha. Tidak ada satu praktek manajemen, dan struktur usaha yang dapat

berlaku untuk semua Negara. Setiap Negara memiliki keunggulan bersaing sendiri, khas,

dan sesuai dengan struktur usaha dan kemampuan SDM-nya. Amerika ebih mengandalkan

teknologi informasi, Jepang pada teknologi otomotif, Italia pada industry rumah tangga,

Thailand pada industry pertanian, dan sebagainya. Semua keberhasilan tersebut berkat

Page 127: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

120

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

system pendidikan yang benar yang menghasilkan SDM berbakat, bertanggung jawab,

tekun, dan bekerja keras. Akibatnya, industry dalam negeri mereka tumbuh dan saling

berkompetisi baik di dalam maupun di luar negeri, persaingan local (local rivalry) akan

mendorong industry kea rah inovasi, efisiensi, perbaikan kualitas, serta selalu mendorong

penciptaan produk dan teknologi baru. Hal inilah yang menjadi modal bersaing ditingkat

global. Untuk mencapai kondisi demikian, persaingan yang bersifat monopoli dan

oligopoly harus diubah menjadi kerjasama kemitraan yang saling membutuhkan,

memperkuat dan menguntungkan.

Untuk menjadi Negara yang mempunyai daya saing di pasar global khususnya

dalam agribisnis peternakan baik ternak unggas, ternak potong, atau ternak perah,

Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan basis sumber daya local seperti tercantum pada

visi pembangunan peternakan yang dicanangkan oleh Ditjen Peternakan sekarang, namun

lebih dari itu harus dapat mengadopsi empat lambing keunggulan “the diamond of national

advantage” tersebut. Tanpa itu semua, maka Indonesia akan bisa menjadi Negara tanpa

kompetitif apapun, atau “A nation that be competitive in nothing”.

3. Agribisnis Peternakan Dalam Perekonomian Global

Proses industrialisasi perekonomian suatu Negara pada mulanya diawali pada

sector pertanian. Penemuan dan perkembangan teknologi pertanian mulai rekayasa

genetika bibit, mekanisme produksi sampai teknologi pengolahannya telah mampu

meningkatkan produksi dan kesejahteraan masyrakat petani. Peningkatan kesejahteraan

petani ini membawa dampak positif lanjutan berupa peningkatan permintaan barang dan

jasa, menstimulasi lapangan kerja dan pendapatan di sector-sektor lain, sehingga

berkembanglah sector industry dan jasa. Disisi lain,, mekanisasi pertanian yang telah ampu

menggantikan sebagian tugas tenaga kerja petani, telah menyebabkan urbanisasi tenaga

kerja pertanian dari pedesaan ke sector industry dan jasa yang terkonsentrasi di perkotaan

dengan segala permsalahannya.

Negara-negara industry maju, yang telah lebih dahulu melampaui tahapan

industrialisasi pertaniannya, menggunakan sector pertaniannya ini sebagai alat politik dan

ekonomi dalam menjajah Negara-negara berkembng melalui tiga tahap. Pertama, melalui

pemasaran sarana produksi, tknologi, dan produksi pertanian ke Negara-negara

berkembang. Negara-negara berkembang yang sebagian besar penduduknya hidup

bergantung pada sector pertanian, pada umumnya masih menghadapi masalah

Page 128: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

121

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

pangan.kenyataan ini tidak disia-siakan oleh Negara maju dengan mengekspor sarana

produksi, teknologi, dan produksi pertaniannya ke Negara-negara berkembang. Akibatnya,

perkembangan sector pertanian di Negara-negara berkembang sangat bergantung pada

sarana produksi impor dari Negara-negara industry maju dengan mengalahkan potensi

sumber daya alam local yang dimiliki sendiri. Perkembangan agribisnis peternakan

Indonesia misalnya, juga banyak bergantung pada sarana produksi dan teknologi impor.

Pada agribisnis ayam ras, impor telur dan DOC GPS mencapai 100%, bahan baku pakan

70%, obat dan vaksin 95%, peralatan dan mesin pabriknya memiliki komponen impor

hampir 90%. Dapat dipastkan perkembangan agribisnis ayam ras mendatang tidak dapat

terlepas dari sarana produksi dan teknologi impor. Kondisi ini akan menjadikan pengusaha

peternakan Indonesia sebagai “tukang jahit” atas komponen impor, bukan sebagai

“desainer” atas sumber daya atau kekayaan alam yang dimiliki negaranya sendiri.

Selain menjual produksi dan teknologi, Negara-negara maju juga menyediakan

berbagai pinjaan dan bantuan dalam upaya meningkatkan produksi pertanian dan

pendapatan petani diberbagai Negara berkembang. Bagi Negara donor, pinjaman yang

diberikan bukanlah bermotif social semata, tetapi memiliki muatan ekonomis yang

diperhitungkan secara cermat. Menurut studi Anderson dan Cohen (1998) setiap

peningkatan nilai produksi pertanian satu dolar di Negara berkembang akan mendorong 73

sen dolar impor baru termasuk 24 sen dolar impor produkpertanian, dan setiap satu dolar

pinjaman untuk investasi di sector pertanian, berarti 29 sen dolar peningkatan impor

Negara berkembang termasuk 10 sen dolar impor produk pertanian.

Pengalaman Korea Selatan merupakan contoh nyata hubungan antara bantuan

dengan impor pertanian. Sepanjang tahun 1950-an sampai 1980, Negara ini merupakan

resipien utama bantuan Amerika Serikat, termasuk bantaun pertanian. Sekarang meskipun

Negara ini tidak menerima bantuan AS lagi, tetapi menjadi Negara kelima terbesar pasar

ekspor pertanian AS. Contoh lain, pada tahun 1970-an banyak petani AS menentang

bantuan AS kepada Brasilia yang menjadikan Negara ini sebagai competitor AS di pasar

global. Tetapi, pada than 1997, brasilia mengimpor produk pertanian AS senile 500 juta

USS.

Seiring dengan peningkatan produksi pertanian, Negara-negara berkembang

berusaha memproteksi induntri pertaniannya dengan cara memberlakukan kuota dan tariff

atas produk pertanian impor. Melihat gejala ini, Negara industry maju melancarkan strategi

Page 129: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

122

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

kedua yaitu pemaksaan pemberlakuan perdagangan bebas dunia (global free trade).

Bermula pada tahun 1947, 23 negara yang merupakan original members berhasil

merumuskan Havana Charter yang menyetujui artikel awal mengenai GATT (General

Agreement on Tariff and Trade) mengenai konsensi penurunan tariff (bea masuk). Setelah

melalui proses panjang dan melelehkan, pada tanggal 15 April 1994 dalam pertemuan

tingkat Menteri di Maroko sebanyak 117 negara terpaksa menandatangani kesepakatan

GATT, yang kemudian menjelma menjadi WTO (World Trade Organisation) yang

bertugas mengatur lalu lintas perdagangan barang dan jasa di dunia. Mulai saat itu

secarabertahap namun pasti, dimulailah era perdagangan global yang bebas hambatan.

Globalisasi ekonomi yang berbuat wewenang WTO kian besar, seperti

diungkapkan Amaladoss (1999), pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan

seluruh dunia sebagai kesatuan pasar yang dicirikan oleh bebasnya gerakan modal, barang,

dan jasa melalui penurunan tariff, penghapusan hambatan non tarif, enghapusan subsidi,

peningkatan akses pasar, dan prinsip diskriminasi dalam perdagangan internasional. Tujuan

yang hendak dicapai adalah peningkatan tarif hidup masyarakat dunia. Hal ini dapat

tercapai karena dengan perdagangan bebas diharapkan akan mampu mendorong

meningkatnya perdagangan internasional yang lebih efisien. Peningkatan volume

perdagangan tersebut akan mendorong peningkatan produksi dan investasi yang

selanjutnya memperluas lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Namun pada kenyataanya, peran yang dilakukan oleh WTO tidak lain adalah

praktek domonasi dari korperasi lintas Negara (multi national corporations) yang didukun

oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) yang mengatur

hubungan antara Negara kaya dengan miskin seperti hubungan antara penguasa dan

bawahannya. Atas tekanan IMF pula, pemerintah Indonesia terpaksa mengeluarkan

keppres 4/1998 tanggal 2 februari 1998 yang menghapuskan ketentuan tentang tataniaga

susu. Dengan kata lain, menyerahkan sepenuhnya agribisnis persusuan kepada mekanisme

pasar. Selanjutnya disuse dengan keppres 99/1998 tanggal 14 juli 1998 yang diantaranya

membuka semua usaha peternakan untuk penanaman modal baik PMA maupun PMDN,

kecuali ayam buras. Sejalan dengan tuntutan global, dengan dalih apapun misalnya

melindungi usaha peternakan local – pemerintah tidak bisa lagi main larang terhadap

pemilik modal baik PMA maupun PMDN untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Page 130: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

123

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Pemberlakuan perdagangan bebas global dirasakan secara berbeda oleh masyrakat.

Bagi konsumen, penurunan tariff dirasakan sangat menguntungkan karena mereka dapat

membeli produk-produk pertanian impor dengan mudah, harga lebih murah, dan kualitas

lebih baik. Sebaliknya, bagi produsen pertanian utamanya petani dan peternak, penurunan

atau bahkan penghapusan tariff produk pertanian impor adaah sebuah malapetaka karena

produk mereka kalah bersaingdengan produk pertanian impor. Tidak mengherankan jika

petani Indonesia akhir-akhir ini semakin berani berunjuk rasa menentang masuknya beras

impor, gula impor, daging impor, buah-buahan impor, dan produk pertanian impor lain

yang dengan mudah memasuki dan membanjiri pasaran local.

Sebelum Negara-negara berkembang sempat menyesuaikan diri dan menikmati

perluasan pasar produk pertanian mereka di pasar internasional. Negara-negara industry

maju telah mempersiapkan jurus ketiga yaitu persyaratan kualitas (quality instrument) yang

ketat bagi produk pertanian yang akan masuk ke Negara mereka. Berbagai aturan control

kualitas seperti standar sertifikasi ISO, HACCP, (Hazard Analysis and Critical Control

Point), SPS (Sanitary and Phitosanitary), ecolabelling, intellectual property right (HAKI),

human right (HAM), dan sejenisnya merupakan tembok penghalang yang tidak mudah

tembus bagi produk pertanian Negara berkembang untuk memasuki pasar di Negara-negara

industi maju.

Disadari atau tidak, sebuah bentuk klonialisme ekonomi yamg berkedok

perdagangan bebas telah mengancam kehidupan petani dan peternak yang akan terhimpit

dalam pemasaran produksi sekaligus tidak memiliki kebebasan dalam memanfaatkan

potensi sumber daya local yang dimilikinya. Bagi peternak Indonesia, perdagangan bebas

bukan berarti pasar yang semakin luas, melainkan perjuangan hidup yang semakin keras.

4. Kebijaksanaan Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah

Mengingat bahwa kebanyakan IKM di Indonesia adalah relatif lemah dan kurang

efisien, maka dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) akan

diusahakan agar produktivitas dan daya saing UKM, termasuk IKM, akan ditingkatkan.

Untuk mencapai tujuan ini maka kebijaksanaan dasar untuk UKM diarahkan pada

penggalakkan ikhtiar pengusaha kecil dan menengah dan peningkatan kemampuan UKM

ini, khususnya melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) UKM ini, serta perbaikan

iklim usaha bagi UKM ini yang dapat mempermudah kegiatan-kegiatan mereka di berbagai

bidang ekonomi. (Iwantono, 1995:2).

Page 131: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

124

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Prioritas yang kini diberikan pada perbaikan iklim usaha bagi UKM rupanya

mencerminkan suatu pergeseran yang telah terjadi dalam pemikiran mengenai

pengembangan UKM. Di masa lampau, pandangan umum adalah bahwa UKM

memerlukan bantuan khusus dari pemerintah karena mereka dirugikan oleh mekanisme

pasar yang lebih menguntungkan usaha-usaha besar. Di samping ini pertimbangan untuk

mengurangi kesenjangan antara usaha-usaha besar dan UK (yang kini masih tetap

merupakan sumber keprihatinan) juga diajukan sebagai alasan mengapa UKM memerlukan

bantuan dan fasilitas khusus.

Akan tetapi akhir-akhir ini pandangan ini lambat laun mulai ditinggal_kan oleh

berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu pembuat kebijaksanaan di kebanyakan negara

Asia Timur (termasuk Indonesia) dan badan-badan bantuan inter- nasional, seperti Bank

Dunia dan Bank Pemba- ngunan Asia, dan kebanyakan pakar pembangunan, meskipun di

Indonesia sendiri berbagai pihak masih menganut pandangan bahwa pemerintah perlu

melakukan campur tangan khusus untuk mengembangkan dan membina UKM. Pemikiran

baru mengenai UKM ini sejalan dengan arus deregulasi yang telah dianut di kebanyakan

negara Asia Timur yang lebih mengandalkan diri pada kekuatan pasar sebagai cara terbaik

untuk pertumbuhan ekonomi yang efisien, termasuk pengembangan UKM.

Para penganut pandangan mutakhir ini menunjuk pada berbagai kasus kegagalan

atau kekurang- berhasilan berbagai program pengembangan UKM, seperti program

bantuan kredit yang disubsidi, seperti program KIM/ KMKP, dan bantuan teknis, seperti

program BIPIK, yang ternyata kurang efektif untuk meningkatkan kinerja komersial UKM.

Kebanyakan program campur tangan khusus dan protektif ini ternyata menim- bulkan

bukan saja berbagai distorsi yang menghambat pertumbuhan UKM yang efisien akan tetapi

juga pemborosan dana dan tenaga dan korupsi.

Lagipula, berbagai program UKM ini ternyata kurang efektif karena tiadanya

koordinasi antar instansi yang baik. Dengan kata lain, program-program lama rupanya

gagal karena lebih mengutama- kan pendekatan 'kesejahteraan' atau pemerataan (welfare

approach) daripada peningkatan efisiensi UKM. Karena program bantuan langsung kepada

UKM ini kurang berhasil, maka pemerin- tah Indonesia telah berusaha untuk mendorong

perkembangan UKM melalui cara yang _tidak langsung_, yaitu dengan mengem- bangkan

konsep 'Kemitraan dan Keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha', di mana usaha-usaha

besar, termasuk perusahaan swasta besar dan BUMN, membantu mitra usaha mereka, yaitu

Page 132: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

125

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

UKM, dalam berbagai hal, seperti bantuan teknis, pengendalian mutu (quality control),

pembelian bahan baku, manajemen, dan pemasaran.

Akan tetapi hingga kini program kemitraan ini pada umumnya juga belum

memenuhi harapan. (Iwantono, 1995:9). Misalnya, program keterkaitan antara perusahaan-

perusahaan perakit besar dan perusahaan- perusahaan pemasok (yang kebanyakan IKM)

yang di masa lampau hendak digalakkan melalui program penanggalan di industri-industri

barang modal Indonesia, khususnya industri otomotif dan industri elektronik, ternyata

kurang berhasil terutama karena kemampuan dari IKM masih jauh dari memadai, baik

ditinjau dari segi biaya, mutu, maupun ketepatan memenuhi jadwal penyerahan barang

(delivery schedule). (Thee, 1994: 168-169).

Demikian pula program Bapak Angkat hingga kini juga tidak membawa hasil yang

diharapkan oleh karena program-program yang 'dipaksakan' memang tidak akan membawa

hasil-hasil yang diharapkan jika perusahaanperusahaan besar, baik perusahaan swasta

maupun BUMN, sendiri tidak memperoleh manfaat komersial dari program- program ini,

bahkan sering merasa dibebankan oleh berbagai tugas yang tidak termasuk kegiatan bisnis

mereka sendiri.

Berbeda dengan pendekatan 'kesejahteraan' ini, maka pandangan mutakhir lebih

mengutamakan pendekatan efisiensi (eficiency approach) yang meliputi usaha untuk

meningkatkan kemampuan UKM dalam hal manajemen, teknologi, dan pemasaran serta

usaha untuk menghilangkan berbagai kendala yang telah merintangi perkembangan UKM

yang sehat. (Hill, 1995:19).

Di bawah ini akan dikaji lebih lanjut cara apa kiranya yang dapat ditempuh untuk

mengembangkan IKM yang dinamis dan efisien yang dapat menunjang proses

industrialisasi yang pesat dan efisien. Dalam pada itu pengembangan IKM tidak dapat

dilakukan secara seragam, karena jika ditinjau dari hubungannya dengan industri besar,

dapat dibedakan tiga kategori IKM, yaitu:

(1) IKM yang bersaing (kompetitif) dengan industri besar karena menghasilkan

barang yang kurang lebih sama dengan industri besar;

(2) IKM yang komplementer dengan industri besar karena telah menjalin kaitan

vertikal atau horisontal di luar pasar (extramarket direct vertical or horizontal linkages)

dengan industri besar; dan

Page 133: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

126

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

(3) IKM yang telah mengadakan spesialisasi (specialized) dalam menghasilkan

barang-barang untuk segmen- segmen pasar khusus yang berada di luar jangkauan industri

besar. (Hill, 1995;4).

Berhubung dengan berbagai ragamnya IKM di Indonesia, maka tulisan ini akan

secara khusus menyoroti kasus IKM yang telah atau dapat menjalin hubungan

komplementer dengan industri-industri besar, khususnya sebagai perusahaan pemasok

komponen bagi industri-industri besar, khususnya industri elektronika.

5. Kebijakan Subsektor Peternakan di Sul-Sel

Peternakan di Sulawesi Selatan umumnya didominasi oleh peternakan rakyat

berskala kecil dan diusahakan secara sambilan. Dalam mengembangkan usaha tersebut,

umumnya petani-peternak menghadapi masalah kekurangan modal. Berkaitan dengan hal

itu, pemerintah telah menggulirkan berbagai paket kredit sebagai sumber pembiayaan bagi

petanipeternak, baik dari sumber keuangan formal maupun nonformal (kredit individu dan

bagi hasil).

Dalam menunjang pembangunan peternakan, pemerintah melakukan berbagai

upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dalam memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Upaya ini dilakukan dengan membuka peluang investasi dan pasar sekaligus

mengembangkan investasi nasional dengan meningkatkan peran swasta dalam

pembangunan peternakan serta memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal

(Direktorat Pengembangan Peternakan 2004). Pemerintah sebagai motivator, akselerator,

regulator, fasilitator, dan promotor sangat berperan dalam pembangunan peternakan.

Pemerintah telah menempuh berbagai cara, namun pembangunan peternakan sangat

terkait dengan sumber daya yang ada sehingga kebijakan pemerintah perlu didasarkan pada

potensi daerah. Program Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi tahun 2005 adalah

meningkatkan ketahanan pangan, nilai tambah dan daya saing komoditas peternakan,

kesejahteraan masyarakat, serta mengembangkan komoditas unggulan daerah. Namun,

berbagai program tersebut belum berjalan sebagaimana yang dicanangkan. Banyak faktor

yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut.

Program sebaiknya dibarengi dengan penerapan strategi agresif dan diversifikatif

termasuk dalam pengembangan usaha ternak sapi. Strategi ini diadopsi dari Hoda (2002)

dan dianggap relevan dengan kondisi usaha ternak sapi di Sulawesi Selatan, karena

Page 134: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

127

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

penyediaan hijauan pakan bukan hanya bergantung pada limbah pertanian tetapi juga

dengan gerakan menanam hijauan makanan ternak. Berkaitan dengan hal ini pemerintah

perlu memperkenalkan penanaman rumput maupun tanaman leguminosa unggul pada

lahan kosong. Rumput Brachiaria brizanta dan legum Arachis pintoi tahan terhadap

naungan sehingga dapat ditanam di antara pohon kelapa, sedangkan yang tidak tahan

naungan seperti rumput Pennisetum purpureum dan legum Centrosema pubescens ditanam

di lahan terbuka.

Usaha lain adalah memberikan pelatihan kepada petani mengenai teknik budi daya,

pemeliharaan ternak, dan pengawetan tanaman hijauan makanan ternak unggul dengan

membuatnya menjadi silase. Usaha ternak sapi umumnya bersifat ekstensif atau

tradisional. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah memberikan

penyuluhan secara intensif kepada petanipeternak mengenai manajemen pemeliharaan,

kesehatan serta reproduksi ternak. Melalui upaya ini diharapkan usaha ternak berkembang

dari tradisional ke komersial dengan orientasi bisnis atau memperoleh keuntungan.

Dengan pengetahuan yang dimiliki, petani-peternak dapat memecahkan masalah-

masalah dalam berusaha ternak sapi. Penyuluhan yang diikuti dengan praktek akan

memberikan hasil yang optimal. Untuk memudahkan penyuluhan dan pelatihan

peningkatan keterampilan peternak dapat dibentuk kelompok-kelompok petani-peternak.

Berkaitan dengan hal ini, pemerintah telah mencanangkan program pengembangan

kelembagaan kelompok petani-peternak. Kelompok selanjutnya mendapat pembinaan

secara intensif dan kontinu dari pemerintah.

Pemeliharaan ternak sapi masih bersifat tradisional dengan tujuan menyediakan

tenaga kerja untuk mengolah tanah dan mengangkut hasil pertanian. Ternak dibiarkan

berada di lahan pertanian untuk mencari makan. Petani-peternak yang tergabung dalam

kelompok menggunakan bibit sapi lokal yang telah diseleksi. Dalam mengawinkan ternak,

petani telah menggunakaninseminasi buatan (IB) untuk memperoleh bibit unggul. Anak

atau pedet yang lahir divaksinasi sesuai kebutuhan dan diberi obat bila sakit. Masalah yang

dihadapi petani-peternak anggota kelompok adalah keterbatasan modal (Somba 2003).

Masalah ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah, antara lain dengan mencari investor

untuk lebih mendorong pengembangan usaha ternak sapi di Selawesi Selatan.

Page 135: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

128

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

PENUTUP

SOAL LATIHAN

1. Jelaskan Upaya Pemerintah Untuk Menjaga Kondisi Peternakan Dalam

Menghadapi Globalisasi

2. Jelaskan Tujuan Perlunya Sinkronisai Produksi Dan Pemasaran

DAFTAR BACAAN

Femi Hadidjah Elly, Bonar M. Sinaga, Sri Utami Kuntjoro, dan Nunung Kusnadi.Pengembangan Usaha Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi Sapi-TanamanDi Sulawesi Utara. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, UniversitasSam Ratulangi

Yusdja dan Ilham. 2005. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa Depan DanStrategi Mewujudkannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian, Bogor.

Yusdja dan Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat.. AnalisisKebijakan Pertanian.Volume 4. Nomor 1, Maret 2006 Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Page 136: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

129

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2006. Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Bishop, C. E dan Toussaint, W.D. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.Mutiara. Jakarta.

Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan. UsahaPeternakan, Perencanaan Usaha, Analisis dan Pengelolaan.

Djoko Sumarjono.2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Program Studi SosialEkonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

Femi Hadidjah Elly, Bonar M. Sinaga, Sri Utami Kuntjoro, dan Nunung Kusnadi.Pengembangan usaha ternak sapi rakyat Melalui integrasi sapi-tanaman Disulawesi utara. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas SamRatulangi.

Hasnudi, Iskandar Sembiring, Sayed Umar. 2010. Usaha Peternakan KomersialUmumnya Dilakukan oleh Peternak Yang Memiliki Modal Besar SertaMenerapkan Teknologi Modern. Fakultas Pertanian. Jurusan Peternakan.Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-hasnudi.pdf.

Indro Surono. 1997. Agribisnis Skala Kecil. Wacana No. 8 / Mei - Juni 1997

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.

Rahardi dan Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 1991. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Produksi Telur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Santosa Undang. 2007. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.Jakarta.

Soeprapto H, dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro mediaPustaka, Jakarta.

Soekartawi. 1990.Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.

Situmorang, Jontor. 2007. Analisis Produktivitas dengan Menggunakan FungsiProduksi Cobb-Douglass dalam Menentukan Return To Scale pada PTPerkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. USU Repository.

Sudaryani T. dan Santosa H., 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Di KandangBaterai. Penebar Swadaya: Jakarta

Suharno B. 1995. Agribisnis Ayam Ras. Penebar swadaya: Jakarta.

Page 137: Dr.ir.Hj.st.Rohani.M.si - Pengelolaan Usaha Peternakan

130

BAHAN AJAR PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN Sosial Ekonomi Peternakan

Sumarjono, D. 1986. Analisis Ekonomi Ayam Pedaging pada Dua Skala UsahaKeluarga di Kelompok Peternak Unggas ’’Tulus Rahayu“ KabupatenPurbalingga Jawa Tengah. Tesis. Fakultas Pascasarjana Unpad.

Sutawi, Ir. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UPT. Penerbitan UniversitasMuhammadiyah, Malang.

Widjaja K. dan Abdullah S., 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras Dan Buras. PenebarSwadaya: Jakarta

Yusdja dan Ilham. 2005. Suatu Gagasan Tentang Peternakan Masa Depan DanStrategi Mewujudkannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian, Bogor.

Yusdja dan Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. AnalisisKebijakan Pertanian.Volume 4. Nomor 1, Maret 2006 Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2079431-law-diminishing-return/#ixzz1eJEm6scP