draft ubb

32
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK BAB I UNIT UTILITAS BATUBARA Unit Utilitas Batubara di PT Petrokimia Gresik adalah unit yang secara khusus memproduksi listrik dan steam untuk melayani pabrik I, Pabrik II & Pabrik III dengan memakai DCS (Distributed Control System) keluaran DELL sebagai pengontrol utama untuk menjalankan seluruh alat produksi. Karena merupakan pengontrol utama, maka pengontrol ini tidak boleh mengalami gangguan sistem. Maka dari itu DCS C-200 memiliki sebuah sistem yang dapat mengantisipasi gangguan sistem. Sistem itu adalah redundant system. Diterapkannya sistem ini bertujuan agar gangguan produksi dan kerugian secara ekonomis bisa diminimalkan. Secara sederhana redundant system adalah sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya suatu proses perpindahan fungsi kontrol dari kontroler utama ke kontroler cadangan. Perpindahan fungsi kontrol biasanya terjadi karena terdapat error atau failure system pada kontroler utama. Jika kontroler utama (primer) mengalami gangguan secara otomatis fungsi kontrol akan dialihkan pada kontroler cadangan (backup). Proses perpindahan Departemen Teknik Kimia 1 Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Upload: afdal-adha

Post on 27-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

UBB, Batubara, Laporan, KP Petro

TRANSCRIPT

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB I

UNIT UTILITAS BATUBARA

Unit Utilitas Batubara di PT Petrokimia Gresik adalah unit yang secara khusus

memproduksi listrik dan steam untuk melayani pabrik I, Pabrik II & Pabrik III

dengan memakai DCS (Distributed Control System) keluaran DELL sebagai

pengontrol utama untuk menjalankan seluruh alat produksi. Karena merupakan

pengontrol utama, maka pengontrol ini tidak boleh mengalami gangguan sistem.

Maka dari itu DCS C-200 memiliki sebuah sistem yang dapat mengantisipasi

gangguan sistem. Sistem itu adalah redundant system. Diterapkannya sistem ini

bertujuan agar gangguan produksi dan kerugian secara ekonomis bisa diminimalkan.

Secara sederhana redundant system adalah sebuah sistem yang

memungkinkan terjadinya suatu proses perpindahan fungsi kontrol dari kontroler

utama ke kontroler cadangan. Perpindahan fungsi kontrol biasanya terjadi karena

terdapat error atau failure system pada kontroler utama. Jika kontroler utama (primer)

mengalami gangguan secara otomatis fungsi kontrol akan dialihkan pada kontroler

cadangan (backup). Proses perpindahan fungsi kontrol sudah dirancang sedemikian

rupa sehingga bisa terjadi dengan sangat cepat, nyaris tanpa ada delay.

II.1 Konsep Proses Unit Utilitas Batubara

Proyek Utilitas Batubara dimulai pada tanggal 1 Mei 2008 dan pengoperasian

unit utilitas batubara PT Petrokimia Gresik diresmikan oleh Menteri Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar pada tanggal 6 November 2010. Proyek

ini dibangun oleh kontraktor PT Indonusa Harapan Masa Consortium Jakarta. Unit ini

merupakan bagian dari Departemen Produksi III PT Petrokimia Gresik, yang lebih

dikenal dengan nama Konversi Energi Batubara (Coal-base Energy Conversion).

Pabrik ini memiliki produk utama berupa power dengan kapasitas produksi 25 MW

dan Steam 2x150 ton/jam. Proyek ini dibuat sebagai upaya penghematan biaya energi

Departemen Teknik Kimia 1Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BFW

Pabrik I

Pabrik IIIDHDP

DHDP

BFW

Pruduct SteampH : 8,0 - 9,0

Cond : ≤ 5 μS/cmSiO2 : ≤ 0,02 ppm

Boiler WaterpH : 9,0 - 9,6

Cond : ≤ 100 μS/cmSiO2 : ≤ 2 ppm

TH : 0 ppmPO4 : 2,0 - 6,0 ppm

BatubaraGCV (adb) : min. 5200 kcal/kg

Ash (adb) : maks. 5 %S (adb) : 0,35 %

TM (ar) : maks.38 %

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

keseluruhan hingga sebesar US $11 juta per tahun yang akhirnya akan menurunkan

biaya produksi pupuk dan menghemat subsidi pemerintah.

Gambar 1.1 Power Plant Utilitas Batubara (UBB)

II.2 Diagram Alir Proses

II.2.1 Diagram Blok Proses Utilitas Batubara

Departemen Teknik Kimia 2Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lolosover size Crusher

Screen

Batubara

Tidak

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

II.2.2 Diagram Alir Proses Utilitas Batubara

Departemen Teknik Kimia 3Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

II.3 Proses Utilitas Batubara

Tahapan Unit Utilitas Batubara, antara lain :

1. Coal Handling System

2. Coal mill

3. Demin Water Plant

4. Cooling Tower dan Prasarana

5. Boiler

6. Electrostatic Precipitator (ESP)

7. Turbin, Generator

II.3.1 Coal Handling System

Departemen Teknik Kimia 4Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Unit Coal Handling System berfungsi sebagai alat transportasi batubara dari

gudang menuju coal mill. Dengan alat ini, bahan baku batubara dapat terdistribusi

menuju unit coal mill.

Batubara yang digunakan pada Utiitas Batubara (UBB) ini berasal dari

Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur dengan proses pengangkutan

menggunakan kapal tongkang menuju pelabuhan PT Petrokimia Gresik. Dari

pelabuhan, batubara dipindahkan dengan menggunakan Fixed Grap Unloader yang

dilanjutkan dengan belt conveyor system menuju Coal Storage.

Kapasitas Coal Storage 40.000 ton dengan luas 4.752 m2. Kapasitas ini cukup

untuk memenuhi kebutuhan selama ± 40 hari. Conveyer poin 1 dan 2 berkapasitas

±600 ton/ jam dan Fixed Grap Unloader 600 ton/jam.

Coal Storage dilengkapi dengan Tripper untuk mengisi coal banker langsung

ketika unloading tongkang berkapasitas 2x200 ton/jam. Proses pengisian rutin coal

banker dari coal storage menggunakan shovel berkapasitas 2x200 ton/jam melalui

sistem first in--first out. Menggunakan screen 20 mm, batubara diumpan menuju

vibrating feeder 2x200 ton/jam yang selanjutnya dipindahkan menggunakan belt

conveyor melewati vibrating screen 30 mm. Batubara yang tidak lolos pada vibrating

screen 30 mm dialirkan menuju double crusher untuk mereduksi ukuran dari

batubara, kemudian diangkut dengan conveyor menuju coal banker.

1I.3.2 Coal mill

Coal mill adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah batubara dari ukuran

30 mm menjadi mesh 170—lolos 70%. Penghalusan ini bertujuan untuk

mempermudah pembakaran batubara didalam furnace (ruang pembakaran). Batubara

dengan ukuran lembut mudah untuk ditiup menuju funace dan membuat pembakaran

lebih baik dan optimal karena luas kontak menjadi lebih besar.

Sistem aliran pada coal mill UBB PT Petrokimia Gresik ini adalah sistem

aliran closed circuit dengan during grinding menggunakan udara panas yang telah

Departemen Teknik Kimia 5Fakultas Teknik Universitas Indonesia

AIR SEAL FAN

2000C MAX

PAF20K-08. 17

20K-08. 11

3000C MAX

Coal mill

20L-08.12

4000C MAX

FD FAN 20-08. 01178000M3/H5895PA

FurnaceB.02.01

Coal Feeder20M-08.15

ID FAN 20K-08. 02

ESP

Stack Towe

r

INLET BATUBARA

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

melewati air heater boiler. Pengeringan befungsi menghindari lengket pada

penggilingan dan memaksimalkan penggilingan.

Sebelum umpan batubara lembut memasuki furnace, furnace harus berada

pada kondisi temperature 400℃ agar pembakaran yang terjadi nanti lebih optimal. Terdapat Star seal Fan dan Primary air Fan dari empat sudut

furnace yang memfokuskan nyala api agar tetap berada di pusat furnace.

Gambar 2.4 Flow Diagram Coal mill Utilitas Batubara

II.3.3 Cooling Tower dan Prasarana

Unit ini adalah penyedia air pendingin dengan suhu 32℃. Air dialirkan dari

Hard water tank berkapasitas 5000 m3 dengan flowrate 114 m3/jam, dengan kapasitas

basin 1300 m3. Berikut spesifikasi dari Cooling tower :

Turbidity : < 200 ppm

pH : 7 -8

Conductivity : < 200 mMohs

Ca hardness : 40 – 200 ppm

Chlorine ion as cl : 300 ppm

Departemen Teknik Kimia 6Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

SiO2 : < 130 ppm

Fe : < 2 ppm

Cl2 : 0,5 -1 ppm

Corrosion Inhibitor : 25 ppm

Scale Inhibitor : 25 ppm

Slime Control Agent : 50 ppm

UBB Water System terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Cooling Water System

Cooling water di unit UBB didistribusikan menuju condensor turbin dan

untuk sealing pompa-pompa di area ID fan, blower, BFW pump, sampling.

2. Service Water

Service water didistribusikan ke seluruh unit UBB. Service water

didistribusikan menuju 20 TK-10.07 menggunakan pompa 20 MP-10.01 A/B.

Terdapat dua buah pompa dengan kapasitas masing masing ± 50 m3/ jam, yang satu

beroperasi, yang lain stand by dan digunakan saat keadaan urgen.

3. Fire Water Sytem

Kebutuhan air hydrant di supply oleh pompa 20 MP-10.02 A/B yang

suctionnya dari 20.TK-10.07. Sebagai pompa utama untuk mempertahankan tekanan

dalam sistem sebesar ± 7 kg/cm2 pada system ini dilengkapi jockey pump yang bisa

auto start.

II.3.4 Boiler

Boiler merupakan alat pembakaran luar yang memiliki fungsi mengubah air

menjadi uap jenuh dengan pemanasan lanjutan menggunakan superheater tube

Departemen Teknik Kimia 7Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

menjadi uap kering. Boiler berfungsi mengubah energi kimia yang terdapat dalam

bahan bakar menjadi energi panas. Boiler terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :

1. Ruang bakar (furnace) sebagai alat untuk mengubah energi kimia bahan bakar

menjadi energi panas.

2. Evaporator water wall yang berfungsi mengubah energi pembakaran (panas)

menjadi energi potensial uap.

3. Water steam drum yang berfungsi sebagai pemisah steam dengan air.

Ketiga komponen diatas dapat membuat boiler berfungsi. Sedangkan komponen

lainnya:

Flue gas duct dengan sistem tarikan gas asapnya memungkinkan dapat berfungsi

secara efektif.

Sistem pemipaan dalam hal ini pipa-pipa air memungkinkan sistem penghantar

kalor yang efektif antara nyala api atau gas panas dengan air boiler.

Sistem pemanas uap lanjut, yang terdiri atas sistem pemanas udara pembakaran

serta sistem pemanas air pengisi boiler berfungsi sebagai alat untuk menaikkan

efisiensi boiler.

Tahap pengoprasian Sistem Tarikan Gas Asap Boiler

Start ID fan lalu FD fan selanjutnya buka semua secondary air lalu buka

damper 40 %, serta jaga tekanan dalam furnace antara -50 sampai -100 Pa. Flushing

selama 1-5 menit. Kemudian mill fan/PAF beroperasi pada tekanan 300—400 Pa,

dengan membuka damper hot air dan cool air. Flushing pipa primary air seluruhnya.

Setelah flushing ID fan dan PA Fan berhenti, membuka 4 valve secondary air sampai

5% sebagai pendingin. Damper blower FD fan dan ID fan tekanan minus furnace -30

sampai 50 Pa. Suhu udara preheater >160 ℃ (suhu gas asap boiler setelah

superheater >150℃ dan furnace 450℃. Suhu flue gas keluar dari furnace > 650℃ .

Flue gas masuk HT superheater suhu sekitar 600℃ setelah keluar dari furnace.

Departemen Teknik Kimia 8Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Kemudian gas keluar dari HT superheater dengan suhu 550℃. Suhu flue gas masuk

upper economizer sekitar 440℃. Setelah proses pemanasan air umpan boiler pada

upper economizer sehingga suhu flue gas keluar sekitar 330℃. Kemudian sebagai

udara pemanas dalam coal mill 200℃ pada tekanan 1,5 Kpa. Kemudian pada suhu

sekitar 190℃ masuk lower economizer dan flue gas keluar sekitar 130℃ .

Tahap Pengoperasian Sistem Uap Air Boiler

Dari tangki demin water digunakan sebagai air umpan boiler sebelumnya

dipanaskan dalam deaerator kemudian dipompa dengan tekanan 14,5 Mpa dengan

suhu 215℃ ke lower economizer dan keluar dari upper economizer dengan tekanan

100 atm dan suhu 318℃ masuk ke steam drum sampai level dijaga 0 mm ± 50 mm.

Jika level air steam drum berkurang maka start pompa BFW dan ditutup sirkulasi

economizer. Masukkan ke pipa-pipa dinding boiler masuk ke lower economizer

keluar dari upper economizer dan kembali ke steam drum dan kenaikan temperatur

furnace 50℃/jam. Kemudian steam masuk kedalam superheater. Jika telah mencapai

suhu ± 460℃, aktifkan 1st Desuperheater dan suhu steam receiver 535℃

dikendalikan dengan 2nd Desuperheater. Produk steam pada tekanan 9,8 Mpa dan

suhu 535℃.

II.3.6 ElectroStatic Precipitator ( ESP)

ElectroStatic Precipitation digunakan untuk menangkap debu dengan prinsip

elektrostatis. Unit ini digunakan dalam industri untuk mengatasi limbah debu. Hasil

pembakaran batubara difurnace banyak mengandung debu. Debu tersebut akan

terbawa bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas di buang maka gas

tersebut akan melewati kisi–kisi ElectoStatic Precipitator (ESP). ElectoStatic

Precipitator merupakan alat yang efektif untuk menangkap debu dengan efisiensi

tinggi (di atas 90%) dengan rentang partikel yang cukup besar. Dengan ElectroStatic

Precipitator jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong hanya ± 0,16 % dan

keefektifan penangkapan debu mencapai 99,84 %.

Departemen Teknik Kimia 9Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Cara kerja dari ElectroStatic Precipitator (ESP) :

1. Gas buang (flue gas) dilewatkan melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara

discharge electrode (DE) dengan collector plate (CP), flue gas yang mengandung

butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik

partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi

bermuatan negatif.

2. Partikel debu yang bermuatan negatif kemudian menempel pada plat-plat

pengumpul collector plate (CP). Debu yang dikumpulkan di collector plate

dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran

(rapping). Debu itu kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper) dan pindah ke

fly ash silo dengan cara divakum atau dihembuskan.

Proses pembentukan medan listrik :

1. Terdapat dua jenis elektroda, yaitu discharge electrode (DE) yang bermuatan

negatif dan collector plate (CP) elektroda bermuatan positif.

2. Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu yang

memiliki jarak antar discharge electrode dengan collector plate.

3. Discharge electrode diberi listrik arus searah dengan muatan minus dengan level

tegangan antara 55-75 KvDC. Sumber listrik awal adalah 380 volt AC, kemudian

dinaikkan transformator menjadi sekitar 55-75 Kv dan dirubah menjadi listrik DC

oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja.

4. Collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif.

5. Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka medan

listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai elektroda tersebut dan partikel-

partikel debu akan tertarik pada plat-plat tersebut, gas bersih kemudian bergerak

ke cerobong asap.

II.3.7 Turbin Generator

Departemen Teknik Kimia 10Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Turbine secara umum terdiri atas beberapa komponen yaitu nozzle, rotor,

blade impeller dan shaft. Pada saat steam yang mempunyai pressure dan temperature

tertentu masuk kedalam nozzle, terjadi pressure drop pada steam dari P0 menjadi P1

karena bentuk section nozzle mengikuti perubahan arah dari flow steam. Volume

spesifik steam naik dari V0 menjadi V1, laju alir steam naik dari F0 menjadi F1. Steam

dengan energy panas yang tinggi (C1), memiliki kecepatan relative tinggi, mengalir

keluar dari nozzle dan masuk ke jalur rotor blade. Di dalam jalur rotor blade yang

berliku-liku, arah aliran steam berubah menjadi tenaga dorong kepada rotor blade dan

menimbulkan moment yang membuat rotor blade memutar dan membawa main shaft

memutar. Rotor blade mengeluarkan mechanical power sebesar daya steam dalam

rotor blade mendorong impeller. Saat steam meninggalkan rotor blade masih terdapat

kecepatan putar rotor sebesar C2. Kecepatan ini disebut juga sebagai after speed.

Energi kinetik dari after speed ini disebut after speed loss.

Proses start up turbin dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Sesuai pada proses startup fresh steam parameter dapat dibagi lagi menjadi rate

parameter start up dan slip parameter start up. apabila ketika start up fresh steam

parameter yang ada didepan motor main steam valve dalam proses start up

keseluruhan selalu menjaga rate tak berubah metode start up tersebut disebut

nominal parameter start. Apabila ketika start up fresh steam parameter yang ada

didepan motor main steam valve meningkat seiring dengan speed load

bertambah, metode start up tersebut disebut flip parameter start up.

2. Pembagian sesuai tinggi rendahnya temperature metal turbin sebelum turbin di

start dapat dibagi menjadi cold start dan heat start ketika sebelum turbin start up

temperature metal di steam chamber pada high pressure casing regulating stage

lebih rendah dari temperature metal untuk mempertahankan turbin idling disebut

cold start.

Departemen Teknik Kimia 11Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Apabila saat start up temperatur metal di steam chamber pada regulating

stage lebih tinggi dari temperatur tersebut disebut heat start, dalam nominal

parameter idling type turbine yang berbeda mempertahankan idling pada nominal

parameter masing-masing temperature metal pada regulating stage steam chamber.

Saat ini batasnya adalah diatas 150oC sebagai heat start dan dibawah 150 oC sebagai

cold start. Sebuah turbin menggunakan start method harus ditentukan sesuai kondisi

unit yang ada maupun start method berbeda start operation masing-masing prinsip

dasarnya sama yaitu menaikkan temperature metal temperature.

II.4 Analisis Batubara

Sebelum batubara diproses menjadi bahan bakar terlebih dahulu harus sesuai

dengan kriteria yang diminta. Dengan batubara yang sesuai kriteria, maka proses

pembakaran akan mendapatkan nilai kalor yang diinginkan dan lancar. Berikut syarat

batubara yang harus dipatuhi :

Total Moisture (ar) : max 38 %

Inherent Moisture (adb) : -

Ash (adb) : max 5 %

Total sulfur (adb) : max 0,35 %

Gross Calorific Value (adb) : min 5200 cal/g

BAB II

SPESIFIKASI ALAT

Spesifikasi alat adalah kumpulan data-data teknis tentang suatu alat produksi.

Spesifikasi alat berfungsi sebagai pendoman bagi pihak operator, supervisor dan

bagian produksi, sehingga dapat mengoperasikan alat dengan efektif dan efisien.

Berikut adalah spesifikasi alat di Utilitas Batubara Departemen Produksi III PT

Petrokimia Gresik.

II.1 Spesifikasi Alat Utama

Departemen Teknik Kimia 12Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

II.1.1 Coal Handling System

1. Fixed Grab Unloader (20 FGU-07.01)

Fungsi : Memindahkan batubara dari tongkang kedalam

hopper.

Kapasitas : 600 ton/jam

2. Coal Receiving Hoppers (20 G-07.01)

Fungsi : Tempat loading batubara dan mengatur aliran

(flow) batu bara yang masuk kedalam

conveyor.

Kapasitas : 600 ton/jam

3. Conveyor (20 M-07.01)

Kapasitas : 600 ton/jam

Belt lebar : 1200 mm

Panjang belt : 284,903 m

Motor Power : 132 KW

Speed : 1,3 m/detik

4. Conveyor (20 M-07.02)

Kapasitas : 600 ton/jam

Belt lebar : 1200 mm

Panjang belt : 284,903 m

Speed : 1,6 m/detik

Motor Power : 45 KW

5. Coal Storage

Kapasitas : 40.000 ton/jam

Luas : 4.752 m2

Departemen Teknik Kimia 13Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

6. Conveyor (20 MBF- 07.02)

Kapasitas : 400 ton/jam

Lebar belt : 1200 mm

Panjang belt : 4,5 m

Speed : 1,25 m/ detik

Motor Power : 7,5 KW

7. Conveyor ( 20 M-07.03 A/B)

Kapasitas : 200 ton/jam

Belt lebar : 650 mm

Panjang belt : 149,892 m

Speed : 1,25 m/detik

Motor Power : 37 KW

8. Conveyor (20 M-07.04 A/B)

Kapasitas : 200 ton/jam

Belt lebar : 650 mm

Panjang belt : 69,852 m

Motor Power : 30 KW

Speed : 1,25 m/ detik

9. Conveyor (20 M-07.05 A/B)

Kapasitas : 200 ton/jam

Motor Power : 30 KW

Belt lebar : 650 mm

Speed : 1,25 m/detik

Panjang belt : 26,78 m

10.Conveyor (20 M-07.06 A/B)

Departemen Teknik Kimia 14Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Kapasitas : 200 ton/ jam

Motor Power : 11 KW

Belt lebar : 650 mm

Speed : 1,25 m/ detik

Panjang belt : 96,729 m

11.Conveyor (20 M-07.07 A/B)

Kapasitas : 200 ton/ jam

Motor Power : 7,5 KW

Belt lebar : 650 mm

Speed : 1,25 m/detik

Panjang belt : 124,88 m

12.Coal Bunker (20G-08.14 A/B/C/D/E/F)

Kapasitas masing-masing : 200 m3

Kapasitas total : 1.200 m3-1.800 m3

II.1.2 Coal mill

Coal mill (20 L-0.8.12 A/B/C/D/E/F)

Type : ZQM- 178”

Mill rate capacity : 15 ton/ jam

Output fineness : R90 ≤ 30 %

Raw Coal moisture : ≤ 30 %

Mill ring pitch diameter : ∅ 1800 mm

Ball diameter X number : ∅ 605 mm X 9

Fill-in ball diameter X number : ∅ 545 mm X10

Recommended minimum ball diameter : ∅500 mm

Departemen Teknik Kimia 15Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Bottom grinding ring speed : 45,3 r/ min

Total loading press : 27430 kg

Spring coefficient : 33 kg

Mill outlet temperature nmax : 70 ℃

Motor selected : YJK 4001-10

Motor speed : 595 r/ min

Motor voltage supplied : 380 Volt

Thin oil lube station selected : XYZ-125 G

Flow rate of oil pumps : 40 L/ min ( untuk 1 mil)

II.1.3 Cooling Water System (20–ET-09.07 A/B/C/D)

Cooling Tower

Fungsi : Mendinginkan air didestilasikan ke condensor

Tinggi menara : 11 m

Jumlah Cell : 4 Cell dengan 20K-09.01 A/B/C/D

Kapasitas per cell : 225 m3/ h

Fan model : LF 77

Fan efficiency : 85 %

Berat Fan : 2200 kg

Impeller rpm : 145 rpm

Jumlah fan : 4

Sistem cooling Tower : cross flow

Temperatur in/out : 35,1 ℃ / 22,9 ℃

III.1.4 Boiler System

1. Boiler (20 B-02.01 A/B)

Fungsi : Sebagai tempat memanaskan air sehingga menghasilkan

uap untuk memutar turbin

Jenis Boiler : Bahan bakar batubara

Departemen Teknik Kimia 16Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Efficiency : 90 %

Kapasitas : 150 ton/jam

Temperatur : 540 ℃

Tekanan : 9,8 Mpa

2. Steam & Water drum (20 D-02.01 A/B)

Fungsi : Memisahkan antara steam dan air

3. Lower Economizer (20 E-02.02)

Fungsi : Sebagai pemanas sekunder BFW dengan flue gas

temperatur rendah

4. Electic heater (20 E-02.02)

Fungsi : Penyedia udara panas pembakaran boiler

5. Upper Economizer (20 E-02.03)

Fungsi : Sebagai pemanas sekunder BFW dengan flue gas

temperatur tinggi

6. Lower Temperature Superheater (20 E-02.04)

Fungsi : Pemanasan lanjutan air umpan boiler temperatur rendah.

7. Ist Desuperheater (20 E-02.05)

Fungsi : Mengurangi temperatur berlebih pada steam

8. Ist High Temperature Superheater (20 E-02.06)

Fungsi : Pemanas lanjutan pertama air umpan boiler temperatur

tinggi

9. 2nd High Temperature Superheater (20 E-02.08)

Departemen Teknik Kimia 17Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Fungsi : Pemanas lanjutan kedua air umpan boiler temperatur

tinggi

10. 2nd High Desuperheater (20 E-02.08)

Fungsi : Mengurangi temperatur berlebih untuk temperatur steam

yang sesuai

III.1.5 Electrostatic Precipitator (ESP)

Fungsi : untuk menangkap debu yang berterbangan dengan

menggunakan prinsip elektrostatis. Sehingga mengurangi

kandungan polutan gas buang sebelum keluar cerobong

Gambar 2.1 Electrostatic Precipitator

III.1.6 Turbin Generator System

Departemen Teknik Kimia 18Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Turbin Generator ( 20 TG-01.02)

Fungsi : alat penghasil tenaga listrik dari tenaga mekanis

Tekanan : 8,83 Mpa

Temperatur : 535 ℃

Kapasitas : 21 ton/jam

P exhaust : 0,008 Mpa

T exhaust : 42 ℃

Kecepatan putar : 3000 rpm

Model : qf-25-2w

voltage : 6300 V

current : 2860 A

capacity : 25 MW

Efficiency : ≥ 97,4%

Frequency : 50 Hz

Phase : 3

Technical : gb 7064-86

Power factor (cos ∅ ) : 0,8

Connection : y

Insulation class : f

Excitation voltage (v) : 180

Excitation current (a) : 372

d.c resistance of stator winding (ω ) 75 ℃ : 0,00297

d.c resistance of excitation winding (Ω) 75° : 0,407

Departemen Teknik Kimia 19Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB III

PENGOLAHAN LIMBAH

Pengolahan limbah merupakan komponen penunjang dalam kelancaran proses

produksi suatu pabrik. Dengan pengolahan limbah yang ada dapat meminimalisasi

limbah dan aman bagi lingkungan. Pada bab ini akan dijelaskan produk samping dari

Utilitas Batubara Departemen Produksi III.

III.1 Fly Ash (Abu Terbang)

Fly ash merupakan hasil samping batubara yang berupa partikel abu yang

sangat ringan dan terbawa oleh udara. Fly ash ini terbentuk pada proses pembakaran

dalam furnace. Untuk menangani abu ini, terdapat system yang disebut Fly Ash

Handling System. Fly Ash Handling System di Utilitas Batubara adalah pneumatic

conveying dimana fly ash disalurkan dari hopper dan Electrostatic Precipitator

(20EP-08.03 A/B) menuju ash silo (20 G-05.01 A/B). Selanjutnya, fly ash tersebut

melalui sistem storage delivery pump (20 M-05.11/12/13) bertekanan 7 bar. Fly ash

dikumpulkan dan dipisahkan dengan udara penghantar melalui pipa dan back filter

Departemen Teknik Kimia 20Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

yang selanjutnya dimasukkan ke ash silo (20G-05.01 A/B) melalui mekanisme vacum

valve.

Sistem ini dikontrol menggunakan Programmable Logig Control (PLC) yang

dapat mengoperasikan sistem secara otomatis atau manual dari Control Center Room

(CCR). Kontrol lokal disediakan untuk tujuan penyetelan, perawatan dan penyetelan.

Fly ash kemudian diproses lebih lanjut ke produksi semen sebagai campuran

pembuatan semen.

Limbah gas yang dilepas ke udara tidak bewarna dan menghasilkan gas NO2,

SO2, NOx,VOC yang terbentuk dari hasil selama proses produksi. Gas- gas yang

terbentuk sangat berbahaya karena dapat membentuk hujan asam, maka dari itu

dilakukan pemantauan dengan menggunakan alat CEM (Controlling Emition

Monitoring) sehingga gas-gas yang keluar ke udara sesuai ambang batas.

Tabel 5.1 Baku mutu kualitas udara ambien

Parameter Baku mutu

SO2 0,01 ppm

CO 20,00 ppm

NOx 0,05 ppm

Ox 0,10 ppm

Debu 0,26 ppm

Pb 0,06 ppm

H2S 0,03 ppm

NH3 2,00 ppm

HC 0,24 ppm

(Sumber : Kep-02/MENKLH/I/1988)

Jika terjadi kerusakan pada mesin, maka monitor tidak dapat membaca gas-

gas emisi. Untuk mengatasi masalah itu dapat dengan perhitungan neraca panas dan

neraca massa dari proses yang dilakukan analizer-analizer gas dari unit proses.

Departemen Teknik Kimia 21Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK

Langkah ini dilakukan agar gas-gas buang terpantau dan tidak membahayakan

lingkungan.

Sisa proses pembakaran adalah menyebabkan pencemaran udara seperti debu,

SO2 dan NO2 yang terbentuk selama proses produksi. Untuk mengatasi limbah debu

dengan cara dilewatkan kedalam Cyclone dan Electrostatic Presipitator terlebih

dahulu sebelum dibuang ke udara bebas. Kedua alat tersebut berfungsi untuk

memisahkan udara dengan partikel padatan. Selain kedua alat tersebut juga dipasang

bag filter. Untuk para pekerja yang berada dilingkungan kerja berdebu diwajibkan

memakai masker sebagai upaya mencegah bahaya debu. Debu yang beterbangan di

udara bebas setiap tiga bulan sekali harus dianalisa dan kondisi konsentrasi rata-rata

yang ada harus berada di bawah ambang batas yaitu 10 mg/m3 (Kep.Men.LH Nomor:

Kep.13/MENLH/3/1995).

V.2 Bottom Slug

Bottom Slug merupakan ampas batubara yang tidak terbakar sempurna di

furnace. Merupakan hasil bawah produk samping proses pembakaran batubara.

Produk samping ini berupa lumpur panas yang ditampung dibawah furnace. Sisa

serbuk batubara yang tidak terbakar dicampur dengan air panas pada suhu 150℃

hingga terbentuk lumpur panas. Lumpur yang telah terkumpul didalam furnace

dikeluarkan dari dasar furnace dengan sistem elevator. Bottom Slug kemudian

diambil oleh industri lain yang membutuhkan untuk bahan pengecoran.

Departemen Teknik Kimia 22Fakultas Teknik Universitas Indonesia