Download - Draft UBB
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
BAB I
UNIT UTILITAS BATUBARA
Unit Utilitas Batubara di PT Petrokimia Gresik adalah unit yang secara khusus
memproduksi listrik dan steam untuk melayani pabrik I, Pabrik II & Pabrik III
dengan memakai DCS (Distributed Control System) keluaran DELL sebagai
pengontrol utama untuk menjalankan seluruh alat produksi. Karena merupakan
pengontrol utama, maka pengontrol ini tidak boleh mengalami gangguan sistem.
Maka dari itu DCS C-200 memiliki sebuah sistem yang dapat mengantisipasi
gangguan sistem. Sistem itu adalah redundant system. Diterapkannya sistem ini
bertujuan agar gangguan produksi dan kerugian secara ekonomis bisa diminimalkan.
Secara sederhana redundant system adalah sebuah sistem yang
memungkinkan terjadinya suatu proses perpindahan fungsi kontrol dari kontroler
utama ke kontroler cadangan. Perpindahan fungsi kontrol biasanya terjadi karena
terdapat error atau failure system pada kontroler utama. Jika kontroler utama (primer)
mengalami gangguan secara otomatis fungsi kontrol akan dialihkan pada kontroler
cadangan (backup). Proses perpindahan fungsi kontrol sudah dirancang sedemikian
rupa sehingga bisa terjadi dengan sangat cepat, nyaris tanpa ada delay.
II.1 Konsep Proses Unit Utilitas Batubara
Proyek Utilitas Batubara dimulai pada tanggal 1 Mei 2008 dan pengoperasian
unit utilitas batubara PT Petrokimia Gresik diresmikan oleh Menteri Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar pada tanggal 6 November 2010. Proyek
ini dibangun oleh kontraktor PT Indonusa Harapan Masa Consortium Jakarta. Unit ini
merupakan bagian dari Departemen Produksi III PT Petrokimia Gresik, yang lebih
dikenal dengan nama Konversi Energi Batubara (Coal-base Energy Conversion).
Pabrik ini memiliki produk utama berupa power dengan kapasitas produksi 25 MW
dan Steam 2x150 ton/jam. Proyek ini dibuat sebagai upaya penghematan biaya energi
Departemen Teknik Kimia 1Fakultas Teknik Universitas Indonesia
BFW
Pabrik I
Pabrik IIIDHDP
DHDP
BFW
Pruduct SteampH : 8,0 - 9,0
Cond : ≤ 5 μS/cmSiO2 : ≤ 0,02 ppm
Boiler WaterpH : 9,0 - 9,6
Cond : ≤ 100 μS/cmSiO2 : ≤ 2 ppm
TH : 0 ppmPO4 : 2,0 - 6,0 ppm
BatubaraGCV (adb) : min. 5200 kcal/kg
Ash (adb) : maks. 5 %S (adb) : 0,35 %
TM (ar) : maks.38 %
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
keseluruhan hingga sebesar US $11 juta per tahun yang akhirnya akan menurunkan
biaya produksi pupuk dan menghemat subsidi pemerintah.
Gambar 1.1 Power Plant Utilitas Batubara (UBB)
II.2 Diagram Alir Proses
II.2.1 Diagram Blok Proses Utilitas Batubara
Departemen Teknik Kimia 2Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Lolosover size Crusher
Screen
Batubara
Tidak
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
II.2.2 Diagram Alir Proses Utilitas Batubara
Departemen Teknik Kimia 3Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
II.3 Proses Utilitas Batubara
Tahapan Unit Utilitas Batubara, antara lain :
1. Coal Handling System
2. Coal mill
3. Demin Water Plant
4. Cooling Tower dan Prasarana
5. Boiler
6. Electrostatic Precipitator (ESP)
7. Turbin, Generator
II.3.1 Coal Handling System
Departemen Teknik Kimia 4Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Unit Coal Handling System berfungsi sebagai alat transportasi batubara dari
gudang menuju coal mill. Dengan alat ini, bahan baku batubara dapat terdistribusi
menuju unit coal mill.
Batubara yang digunakan pada Utiitas Batubara (UBB) ini berasal dari
Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur dengan proses pengangkutan
menggunakan kapal tongkang menuju pelabuhan PT Petrokimia Gresik. Dari
pelabuhan, batubara dipindahkan dengan menggunakan Fixed Grap Unloader yang
dilanjutkan dengan belt conveyor system menuju Coal Storage.
Kapasitas Coal Storage 40.000 ton dengan luas 4.752 m2. Kapasitas ini cukup
untuk memenuhi kebutuhan selama ± 40 hari. Conveyer poin 1 dan 2 berkapasitas
±600 ton/ jam dan Fixed Grap Unloader 600 ton/jam.
Coal Storage dilengkapi dengan Tripper untuk mengisi coal banker langsung
ketika unloading tongkang berkapasitas 2x200 ton/jam. Proses pengisian rutin coal
banker dari coal storage menggunakan shovel berkapasitas 2x200 ton/jam melalui
sistem first in--first out. Menggunakan screen 20 mm, batubara diumpan menuju
vibrating feeder 2x200 ton/jam yang selanjutnya dipindahkan menggunakan belt
conveyor melewati vibrating screen 30 mm. Batubara yang tidak lolos pada vibrating
screen 30 mm dialirkan menuju double crusher untuk mereduksi ukuran dari
batubara, kemudian diangkut dengan conveyor menuju coal banker.
1I.3.2 Coal mill
Coal mill adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah batubara dari ukuran
30 mm menjadi mesh 170—lolos 70%. Penghalusan ini bertujuan untuk
mempermudah pembakaran batubara didalam furnace (ruang pembakaran). Batubara
dengan ukuran lembut mudah untuk ditiup menuju funace dan membuat pembakaran
lebih baik dan optimal karena luas kontak menjadi lebih besar.
Sistem aliran pada coal mill UBB PT Petrokimia Gresik ini adalah sistem
aliran closed circuit dengan during grinding menggunakan udara panas yang telah
Departemen Teknik Kimia 5Fakultas Teknik Universitas Indonesia
AIR SEAL FAN
2000C MAX
PAF20K-08. 17
20K-08. 11
3000C MAX
Coal mill
20L-08.12
4000C MAX
FD FAN 20-08. 01178000M3/H5895PA
FurnaceB.02.01
Coal Feeder20M-08.15
ID FAN 20K-08. 02
ESP
Stack Towe
r
INLET BATUBARA
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
melewati air heater boiler. Pengeringan befungsi menghindari lengket pada
penggilingan dan memaksimalkan penggilingan.
Sebelum umpan batubara lembut memasuki furnace, furnace harus berada
pada kondisi temperature 400℃ agar pembakaran yang terjadi nanti lebih optimal. Terdapat Star seal Fan dan Primary air Fan dari empat sudut
furnace yang memfokuskan nyala api agar tetap berada di pusat furnace.
Gambar 2.4 Flow Diagram Coal mill Utilitas Batubara
II.3.3 Cooling Tower dan Prasarana
Unit ini adalah penyedia air pendingin dengan suhu 32℃. Air dialirkan dari
Hard water tank berkapasitas 5000 m3 dengan flowrate 114 m3/jam, dengan kapasitas
basin 1300 m3. Berikut spesifikasi dari Cooling tower :
Turbidity : < 200 ppm
pH : 7 -8
Conductivity : < 200 mMohs
Ca hardness : 40 – 200 ppm
Chlorine ion as cl : 300 ppm
Departemen Teknik Kimia 6Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
SiO2 : < 130 ppm
Fe : < 2 ppm
Cl2 : 0,5 -1 ppm
Corrosion Inhibitor : 25 ppm
Scale Inhibitor : 25 ppm
Slime Control Agent : 50 ppm
UBB Water System terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cooling Water System
Cooling water di unit UBB didistribusikan menuju condensor turbin dan
untuk sealing pompa-pompa di area ID fan, blower, BFW pump, sampling.
2. Service Water
Service water didistribusikan ke seluruh unit UBB. Service water
didistribusikan menuju 20 TK-10.07 menggunakan pompa 20 MP-10.01 A/B.
Terdapat dua buah pompa dengan kapasitas masing masing ± 50 m3/ jam, yang satu
beroperasi, yang lain stand by dan digunakan saat keadaan urgen.
3. Fire Water Sytem
Kebutuhan air hydrant di supply oleh pompa 20 MP-10.02 A/B yang
suctionnya dari 20.TK-10.07. Sebagai pompa utama untuk mempertahankan tekanan
dalam sistem sebesar ± 7 kg/cm2 pada system ini dilengkapi jockey pump yang bisa
auto start.
II.3.4 Boiler
Boiler merupakan alat pembakaran luar yang memiliki fungsi mengubah air
menjadi uap jenuh dengan pemanasan lanjutan menggunakan superheater tube
Departemen Teknik Kimia 7Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
menjadi uap kering. Boiler berfungsi mengubah energi kimia yang terdapat dalam
bahan bakar menjadi energi panas. Boiler terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Ruang bakar (furnace) sebagai alat untuk mengubah energi kimia bahan bakar
menjadi energi panas.
2. Evaporator water wall yang berfungsi mengubah energi pembakaran (panas)
menjadi energi potensial uap.
3. Water steam drum yang berfungsi sebagai pemisah steam dengan air.
Ketiga komponen diatas dapat membuat boiler berfungsi. Sedangkan komponen
lainnya:
Flue gas duct dengan sistem tarikan gas asapnya memungkinkan dapat berfungsi
secara efektif.
Sistem pemipaan dalam hal ini pipa-pipa air memungkinkan sistem penghantar
kalor yang efektif antara nyala api atau gas panas dengan air boiler.
Sistem pemanas uap lanjut, yang terdiri atas sistem pemanas udara pembakaran
serta sistem pemanas air pengisi boiler berfungsi sebagai alat untuk menaikkan
efisiensi boiler.
Tahap pengoprasian Sistem Tarikan Gas Asap Boiler
Start ID fan lalu FD fan selanjutnya buka semua secondary air lalu buka
damper 40 %, serta jaga tekanan dalam furnace antara -50 sampai -100 Pa. Flushing
selama 1-5 menit. Kemudian mill fan/PAF beroperasi pada tekanan 300—400 Pa,
dengan membuka damper hot air dan cool air. Flushing pipa primary air seluruhnya.
Setelah flushing ID fan dan PA Fan berhenti, membuka 4 valve secondary air sampai
5% sebagai pendingin. Damper blower FD fan dan ID fan tekanan minus furnace -30
sampai 50 Pa. Suhu udara preheater >160 ℃ (suhu gas asap boiler setelah
superheater >150℃ dan furnace 450℃. Suhu flue gas keluar dari furnace > 650℃ .
Flue gas masuk HT superheater suhu sekitar 600℃ setelah keluar dari furnace.
Departemen Teknik Kimia 8Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Kemudian gas keluar dari HT superheater dengan suhu 550℃. Suhu flue gas masuk
upper economizer sekitar 440℃. Setelah proses pemanasan air umpan boiler pada
upper economizer sehingga suhu flue gas keluar sekitar 330℃. Kemudian sebagai
udara pemanas dalam coal mill 200℃ pada tekanan 1,5 Kpa. Kemudian pada suhu
sekitar 190℃ masuk lower economizer dan flue gas keluar sekitar 130℃ .
Tahap Pengoperasian Sistem Uap Air Boiler
Dari tangki demin water digunakan sebagai air umpan boiler sebelumnya
dipanaskan dalam deaerator kemudian dipompa dengan tekanan 14,5 Mpa dengan
suhu 215℃ ke lower economizer dan keluar dari upper economizer dengan tekanan
100 atm dan suhu 318℃ masuk ke steam drum sampai level dijaga 0 mm ± 50 mm.
Jika level air steam drum berkurang maka start pompa BFW dan ditutup sirkulasi
economizer. Masukkan ke pipa-pipa dinding boiler masuk ke lower economizer
keluar dari upper economizer dan kembali ke steam drum dan kenaikan temperatur
furnace 50℃/jam. Kemudian steam masuk kedalam superheater. Jika telah mencapai
suhu ± 460℃, aktifkan 1st Desuperheater dan suhu steam receiver 535℃
dikendalikan dengan 2nd Desuperheater. Produk steam pada tekanan 9,8 Mpa dan
suhu 535℃.
II.3.6 ElectroStatic Precipitator ( ESP)
ElectroStatic Precipitation digunakan untuk menangkap debu dengan prinsip
elektrostatis. Unit ini digunakan dalam industri untuk mengatasi limbah debu. Hasil
pembakaran batubara difurnace banyak mengandung debu. Debu tersebut akan
terbawa bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas di buang maka gas
tersebut akan melewati kisi–kisi ElectoStatic Precipitator (ESP). ElectoStatic
Precipitator merupakan alat yang efektif untuk menangkap debu dengan efisiensi
tinggi (di atas 90%) dengan rentang partikel yang cukup besar. Dengan ElectroStatic
Precipitator jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong hanya ± 0,16 % dan
keefektifan penangkapan debu mencapai 99,84 %.
Departemen Teknik Kimia 9Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Cara kerja dari ElectroStatic Precipitator (ESP) :
1. Gas buang (flue gas) dilewatkan melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara
discharge electrode (DE) dengan collector plate (CP), flue gas yang mengandung
butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik
partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi
bermuatan negatif.
2. Partikel debu yang bermuatan negatif kemudian menempel pada plat-plat
pengumpul collector plate (CP). Debu yang dikumpulkan di collector plate
dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran
(rapping). Debu itu kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper) dan pindah ke
fly ash silo dengan cara divakum atau dihembuskan.
Proses pembentukan medan listrik :
1. Terdapat dua jenis elektroda, yaitu discharge electrode (DE) yang bermuatan
negatif dan collector plate (CP) elektroda bermuatan positif.
2. Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu yang
memiliki jarak antar discharge electrode dengan collector plate.
3. Discharge electrode diberi listrik arus searah dengan muatan minus dengan level
tegangan antara 55-75 KvDC. Sumber listrik awal adalah 380 volt AC, kemudian
dinaikkan transformator menjadi sekitar 55-75 Kv dan dirubah menjadi listrik DC
oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja.
4. Collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif.
5. Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka medan
listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai elektroda tersebut dan partikel-
partikel debu akan tertarik pada plat-plat tersebut, gas bersih kemudian bergerak
ke cerobong asap.
II.3.7 Turbin Generator
Departemen Teknik Kimia 10Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Turbine secara umum terdiri atas beberapa komponen yaitu nozzle, rotor,
blade impeller dan shaft. Pada saat steam yang mempunyai pressure dan temperature
tertentu masuk kedalam nozzle, terjadi pressure drop pada steam dari P0 menjadi P1
karena bentuk section nozzle mengikuti perubahan arah dari flow steam. Volume
spesifik steam naik dari V0 menjadi V1, laju alir steam naik dari F0 menjadi F1. Steam
dengan energy panas yang tinggi (C1), memiliki kecepatan relative tinggi, mengalir
keluar dari nozzle dan masuk ke jalur rotor blade. Di dalam jalur rotor blade yang
berliku-liku, arah aliran steam berubah menjadi tenaga dorong kepada rotor blade dan
menimbulkan moment yang membuat rotor blade memutar dan membawa main shaft
memutar. Rotor blade mengeluarkan mechanical power sebesar daya steam dalam
rotor blade mendorong impeller. Saat steam meninggalkan rotor blade masih terdapat
kecepatan putar rotor sebesar C2. Kecepatan ini disebut juga sebagai after speed.
Energi kinetik dari after speed ini disebut after speed loss.
Proses start up turbin dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Sesuai pada proses startup fresh steam parameter dapat dibagi lagi menjadi rate
parameter start up dan slip parameter start up. apabila ketika start up fresh steam
parameter yang ada didepan motor main steam valve dalam proses start up
keseluruhan selalu menjaga rate tak berubah metode start up tersebut disebut
nominal parameter start. Apabila ketika start up fresh steam parameter yang ada
didepan motor main steam valve meningkat seiring dengan speed load
bertambah, metode start up tersebut disebut flip parameter start up.
2. Pembagian sesuai tinggi rendahnya temperature metal turbin sebelum turbin di
start dapat dibagi menjadi cold start dan heat start ketika sebelum turbin start up
temperature metal di steam chamber pada high pressure casing regulating stage
lebih rendah dari temperature metal untuk mempertahankan turbin idling disebut
cold start.
Departemen Teknik Kimia 11Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Apabila saat start up temperatur metal di steam chamber pada regulating
stage lebih tinggi dari temperatur tersebut disebut heat start, dalam nominal
parameter idling type turbine yang berbeda mempertahankan idling pada nominal
parameter masing-masing temperature metal pada regulating stage steam chamber.
Saat ini batasnya adalah diatas 150oC sebagai heat start dan dibawah 150 oC sebagai
cold start. Sebuah turbin menggunakan start method harus ditentukan sesuai kondisi
unit yang ada maupun start method berbeda start operation masing-masing prinsip
dasarnya sama yaitu menaikkan temperature metal temperature.
II.4 Analisis Batubara
Sebelum batubara diproses menjadi bahan bakar terlebih dahulu harus sesuai
dengan kriteria yang diminta. Dengan batubara yang sesuai kriteria, maka proses
pembakaran akan mendapatkan nilai kalor yang diinginkan dan lancar. Berikut syarat
batubara yang harus dipatuhi :
Total Moisture (ar) : max 38 %
Inherent Moisture (adb) : -
Ash (adb) : max 5 %
Total sulfur (adb) : max 0,35 %
Gross Calorific Value (adb) : min 5200 cal/g
BAB II
SPESIFIKASI ALAT
Spesifikasi alat adalah kumpulan data-data teknis tentang suatu alat produksi.
Spesifikasi alat berfungsi sebagai pendoman bagi pihak operator, supervisor dan
bagian produksi, sehingga dapat mengoperasikan alat dengan efektif dan efisien.
Berikut adalah spesifikasi alat di Utilitas Batubara Departemen Produksi III PT
Petrokimia Gresik.
II.1 Spesifikasi Alat Utama
Departemen Teknik Kimia 12Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
II.1.1 Coal Handling System
1. Fixed Grab Unloader (20 FGU-07.01)
Fungsi : Memindahkan batubara dari tongkang kedalam
hopper.
Kapasitas : 600 ton/jam
2. Coal Receiving Hoppers (20 G-07.01)
Fungsi : Tempat loading batubara dan mengatur aliran
(flow) batu bara yang masuk kedalam
conveyor.
Kapasitas : 600 ton/jam
3. Conveyor (20 M-07.01)
Kapasitas : 600 ton/jam
Belt lebar : 1200 mm
Panjang belt : 284,903 m
Motor Power : 132 KW
Speed : 1,3 m/detik
4. Conveyor (20 M-07.02)
Kapasitas : 600 ton/jam
Belt lebar : 1200 mm
Panjang belt : 284,903 m
Speed : 1,6 m/detik
Motor Power : 45 KW
5. Coal Storage
Kapasitas : 40.000 ton/jam
Luas : 4.752 m2
Departemen Teknik Kimia 13Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
6. Conveyor (20 MBF- 07.02)
Kapasitas : 400 ton/jam
Lebar belt : 1200 mm
Panjang belt : 4,5 m
Speed : 1,25 m/ detik
Motor Power : 7,5 KW
7. Conveyor ( 20 M-07.03 A/B)
Kapasitas : 200 ton/jam
Belt lebar : 650 mm
Panjang belt : 149,892 m
Speed : 1,25 m/detik
Motor Power : 37 KW
8. Conveyor (20 M-07.04 A/B)
Kapasitas : 200 ton/jam
Belt lebar : 650 mm
Panjang belt : 69,852 m
Motor Power : 30 KW
Speed : 1,25 m/ detik
9. Conveyor (20 M-07.05 A/B)
Kapasitas : 200 ton/jam
Motor Power : 30 KW
Belt lebar : 650 mm
Speed : 1,25 m/detik
Panjang belt : 26,78 m
10.Conveyor (20 M-07.06 A/B)
Departemen Teknik Kimia 14Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Kapasitas : 200 ton/ jam
Motor Power : 11 KW
Belt lebar : 650 mm
Speed : 1,25 m/ detik
Panjang belt : 96,729 m
11.Conveyor (20 M-07.07 A/B)
Kapasitas : 200 ton/ jam
Motor Power : 7,5 KW
Belt lebar : 650 mm
Speed : 1,25 m/detik
Panjang belt : 124,88 m
12.Coal Bunker (20G-08.14 A/B/C/D/E/F)
Kapasitas masing-masing : 200 m3
Kapasitas total : 1.200 m3-1.800 m3
II.1.2 Coal mill
Coal mill (20 L-0.8.12 A/B/C/D/E/F)
Type : ZQM- 178”
Mill rate capacity : 15 ton/ jam
Output fineness : R90 ≤ 30 %
Raw Coal moisture : ≤ 30 %
Mill ring pitch diameter : ∅ 1800 mm
Ball diameter X number : ∅ 605 mm X 9
Fill-in ball diameter X number : ∅ 545 mm X10
Recommended minimum ball diameter : ∅500 mm
Departemen Teknik Kimia 15Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Bottom grinding ring speed : 45,3 r/ min
Total loading press : 27430 kg
Spring coefficient : 33 kg
Mill outlet temperature nmax : 70 ℃
Motor selected : YJK 4001-10
Motor speed : 595 r/ min
Motor voltage supplied : 380 Volt
Thin oil lube station selected : XYZ-125 G
Flow rate of oil pumps : 40 L/ min ( untuk 1 mil)
II.1.3 Cooling Water System (20–ET-09.07 A/B/C/D)
Cooling Tower
Fungsi : Mendinginkan air didestilasikan ke condensor
Tinggi menara : 11 m
Jumlah Cell : 4 Cell dengan 20K-09.01 A/B/C/D
Kapasitas per cell : 225 m3/ h
Fan model : LF 77
Fan efficiency : 85 %
Berat Fan : 2200 kg
Impeller rpm : 145 rpm
Jumlah fan : 4
Sistem cooling Tower : cross flow
Temperatur in/out : 35,1 ℃ / 22,9 ℃
III.1.4 Boiler System
1. Boiler (20 B-02.01 A/B)
Fungsi : Sebagai tempat memanaskan air sehingga menghasilkan
uap untuk memutar turbin
Jenis Boiler : Bahan bakar batubara
Departemen Teknik Kimia 16Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Efficiency : 90 %
Kapasitas : 150 ton/jam
Temperatur : 540 ℃
Tekanan : 9,8 Mpa
2. Steam & Water drum (20 D-02.01 A/B)
Fungsi : Memisahkan antara steam dan air
3. Lower Economizer (20 E-02.02)
Fungsi : Sebagai pemanas sekunder BFW dengan flue gas
temperatur rendah
4. Electic heater (20 E-02.02)
Fungsi : Penyedia udara panas pembakaran boiler
5. Upper Economizer (20 E-02.03)
Fungsi : Sebagai pemanas sekunder BFW dengan flue gas
temperatur tinggi
6. Lower Temperature Superheater (20 E-02.04)
Fungsi : Pemanasan lanjutan air umpan boiler temperatur rendah.
7. Ist Desuperheater (20 E-02.05)
Fungsi : Mengurangi temperatur berlebih pada steam
8. Ist High Temperature Superheater (20 E-02.06)
Fungsi : Pemanas lanjutan pertama air umpan boiler temperatur
tinggi
9. 2nd High Temperature Superheater (20 E-02.08)
Departemen Teknik Kimia 17Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Fungsi : Pemanas lanjutan kedua air umpan boiler temperatur
tinggi
10. 2nd High Desuperheater (20 E-02.08)
Fungsi : Mengurangi temperatur berlebih untuk temperatur steam
yang sesuai
III.1.5 Electrostatic Precipitator (ESP)
Fungsi : untuk menangkap debu yang berterbangan dengan
menggunakan prinsip elektrostatis. Sehingga mengurangi
kandungan polutan gas buang sebelum keluar cerobong
Gambar 2.1 Electrostatic Precipitator
III.1.6 Turbin Generator System
Departemen Teknik Kimia 18Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Turbin Generator ( 20 TG-01.02)
Fungsi : alat penghasil tenaga listrik dari tenaga mekanis
Tekanan : 8,83 Mpa
Temperatur : 535 ℃
Kapasitas : 21 ton/jam
P exhaust : 0,008 Mpa
T exhaust : 42 ℃
Kecepatan putar : 3000 rpm
Model : qf-25-2w
voltage : 6300 V
current : 2860 A
capacity : 25 MW
Efficiency : ≥ 97,4%
Frequency : 50 Hz
Phase : 3
Technical : gb 7064-86
Power factor (cos ∅ ) : 0,8
Connection : y
Insulation class : f
Excitation voltage (v) : 180
Excitation current (a) : 372
d.c resistance of stator winding (ω ) 75 ℃ : 0,00297
d.c resistance of excitation winding (Ω) 75° : 0,407
Departemen Teknik Kimia 19Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
BAB III
PENGOLAHAN LIMBAH
Pengolahan limbah merupakan komponen penunjang dalam kelancaran proses
produksi suatu pabrik. Dengan pengolahan limbah yang ada dapat meminimalisasi
limbah dan aman bagi lingkungan. Pada bab ini akan dijelaskan produk samping dari
Utilitas Batubara Departemen Produksi III.
III.1 Fly Ash (Abu Terbang)
Fly ash merupakan hasil samping batubara yang berupa partikel abu yang
sangat ringan dan terbawa oleh udara. Fly ash ini terbentuk pada proses pembakaran
dalam furnace. Untuk menangani abu ini, terdapat system yang disebut Fly Ash
Handling System. Fly Ash Handling System di Utilitas Batubara adalah pneumatic
conveying dimana fly ash disalurkan dari hopper dan Electrostatic Precipitator
(20EP-08.03 A/B) menuju ash silo (20 G-05.01 A/B). Selanjutnya, fly ash tersebut
melalui sistem storage delivery pump (20 M-05.11/12/13) bertekanan 7 bar. Fly ash
dikumpulkan dan dipisahkan dengan udara penghantar melalui pipa dan back filter
Departemen Teknik Kimia 20Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
yang selanjutnya dimasukkan ke ash silo (20G-05.01 A/B) melalui mekanisme vacum
valve.
Sistem ini dikontrol menggunakan Programmable Logig Control (PLC) yang
dapat mengoperasikan sistem secara otomatis atau manual dari Control Center Room
(CCR). Kontrol lokal disediakan untuk tujuan penyetelan, perawatan dan penyetelan.
Fly ash kemudian diproses lebih lanjut ke produksi semen sebagai campuran
pembuatan semen.
Limbah gas yang dilepas ke udara tidak bewarna dan menghasilkan gas NO2,
SO2, NOx,VOC yang terbentuk dari hasil selama proses produksi. Gas- gas yang
terbentuk sangat berbahaya karena dapat membentuk hujan asam, maka dari itu
dilakukan pemantauan dengan menggunakan alat CEM (Controlling Emition
Monitoring) sehingga gas-gas yang keluar ke udara sesuai ambang batas.
Tabel 5.1 Baku mutu kualitas udara ambien
Parameter Baku mutu
SO2 0,01 ppm
CO 20,00 ppm
NOx 0,05 ppm
Ox 0,10 ppm
Debu 0,26 ppm
Pb 0,06 ppm
H2S 0,03 ppm
NH3 2,00 ppm
HC 0,24 ppm
(Sumber : Kep-02/MENKLH/I/1988)
Jika terjadi kerusakan pada mesin, maka monitor tidak dapat membaca gas-
gas emisi. Untuk mengatasi masalah itu dapat dengan perhitungan neraca panas dan
neraca massa dari proses yang dilakukan analizer-analizer gas dari unit proses.
Departemen Teknik Kimia 21Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT. PETROKIMIA GRESIK
Langkah ini dilakukan agar gas-gas buang terpantau dan tidak membahayakan
lingkungan.
Sisa proses pembakaran adalah menyebabkan pencemaran udara seperti debu,
SO2 dan NO2 yang terbentuk selama proses produksi. Untuk mengatasi limbah debu
dengan cara dilewatkan kedalam Cyclone dan Electrostatic Presipitator terlebih
dahulu sebelum dibuang ke udara bebas. Kedua alat tersebut berfungsi untuk
memisahkan udara dengan partikel padatan. Selain kedua alat tersebut juga dipasang
bag filter. Untuk para pekerja yang berada dilingkungan kerja berdebu diwajibkan
memakai masker sebagai upaya mencegah bahaya debu. Debu yang beterbangan di
udara bebas setiap tiga bulan sekali harus dianalisa dan kondisi konsentrasi rata-rata
yang ada harus berada di bawah ambang batas yaitu 10 mg/m3 (Kep.Men.LH Nomor:
Kep.13/MENLH/3/1995).
V.2 Bottom Slug
Bottom Slug merupakan ampas batubara yang tidak terbakar sempurna di
furnace. Merupakan hasil bawah produk samping proses pembakaran batubara.
Produk samping ini berupa lumpur panas yang ditampung dibawah furnace. Sisa
serbuk batubara yang tidak terbakar dicampur dengan air panas pada suhu 150℃
hingga terbentuk lumpur panas. Lumpur yang telah terkumpul didalam furnace
dikeluarkan dari dasar furnace dengan sistem elevator. Bottom Slug kemudian
diambil oleh industri lain yang membutuhkan untuk bahan pengecoran.
Departemen Teknik Kimia 22Fakultas Teknik Universitas Indonesia