draft rancangan program bridging course

Upload: widodo-ds

Post on 18-Jul-2015

289 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM BRIDGING COURSE

PENDAHULUAN Pendidikan Transisi adalah model pendidikan peralihan yang bertujuan untuk menyiapkan berbagai persiapan memasuki lembaga pendidikan formal atau nonformal dan bentuk pelayanan pendidikan untuk mencegah anak-anak yang rawan putus sekolah agar tetap bertahan bersekolah atau yang sudah putus sekolah untuk kembali bersekolah (Panduan Penyelenggaraan Program Pendidikan Transisi untuk Mencegah dan Menarik Pekerja Anak, ILO-IPEC, 2008). Permasalahan utama yang menyebabkan anak putus sekolah (khususnya di Kabupaten Sukabumi) adalah : Sulitnya akses pendidikan Sebagian wilayah kabupaten Sukabumi mempunyai kontur yang berbukit-bukit. Akses jalan pada daerah-daerah tertentu masih sangat sulit. Masih banyak ditemui dimana suatu kampung/pemukiman yang jauh dari fasilitas pendidikan (khususnya SMP dan SMA). Rendahnya kualitas layanan pendidikan Dari hasil studi kasus ILO tahun 2011 di Kabupaten Sukabumi, terlihat bahwa kualitas layanan pendidikan (terutama di SMP Satu Atap) masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya fasilitas sekolah (baik fisik maupun tenaga pengajar) maupun rendahnya kompetensi pengajar (guru) di sekolah satu atap. Hampir semua guru di SMP Satu Atap adalah guru honorer (tenaga sukarela) yang kualifikasi pendidikannya tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Bahkan masih banyak yang lulusan SMA/sedarajat. Rendahnya taraf ekonomi Di beberapa lokasi masih terlihat jelas bahwa taraf ekonomi masyarakat masih berada di bawah rata-rata. Kemiskinan menimbulkan berbagai efek berantai, seperti tidak tercukupinya kebutuhan gizi, sanitasi lingkungan, dan rendahnya kesadaran akan arti pentingnya pendidikan untuk anak. Kedua faktor tersebut yang dituding sebagai penyebab anak putus sekolah, yang kemudian memutuskan untuk bekerja, baik bekerja membantu orang tua maupun bekerja di sektor-sektor pekerjaan orang dewasa.

1

TUJUAN Tujuan Umum Program bridging course bertujuan mempersiapkan anak putus sekolah untuk kembali bersekolah. Program ini akan memberikan bekal sehingga anak yang telah putus sekolah untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, baik lingkungan sosial maupun lingkungan belajarnya. Tujuan Khusus 1. Memberikan motivasi kepada anak untuk kembali bersekolah, 2. Memberikan pembekalan kepada anak dalam hal keterampilan personal dan sosial, 3. Memberikan pembekalan kepada anak dalam mata pelajaran yang telah dipilih, 4. Memberikan motivasi kepada masyarakat/orang tua akan pentingnya pendidikan.

MATERI KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Materi Akademik Materi akademik diambil dari mata pelajaran pilihan, yakni mata pelajaran yang dipakai dalam Ujian Nasional, terdiri dari : Bahasa Indonesia Matematika IPA Bahasa Inggris

2. Materi Non Akademik Materi Non Akademik diambil dari 3R Trainers Kit. Telah dipilih materi yang pernah disimulasikan dalam pelatihan 3R Trainers Kit untuk Fasilitator.

ANALISIS POTENSI PESERTA DIDIK Calon sasaran untuk program bridging course terdiri dari 3 lokasi : 1. Desa Cijurey Kecamatan Gegerbitung 2. Desa Cicemet Kecamatan Cisolok 3. Desa Ciptagelar Kecamatan Cisolok

2

Analisis Calon Peserta Bridging Course Desa Cijurey Peserta didik yang berada pada lokasi Desa Cijurey cenderung homogen. Mereka ini adalah anak-anak yang lulus SD pada tahun pelajaran 2010/2011 yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang SMP. Penyebab utama terjadinya hal ini adalah karena lokasi SMP yang terlalu jauh dari tempat tinggal. Kurangnya motivasi dan rendahnya taraf ekonomi menyebabkan anak-anak ini tidak melanjutkan sekolah. Pada tahun-tahun sebelumnya, hampir semua skiswa lulusan SD melanjutkan ke SMP, karena di lokasi ini dahulunya ada SMP Kelas Jauh dari SMPN 2 Gegerbitung. Sejak ditutupnya SMP Kelas Jauh ini, maka banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah. Tercatat setidaknya ada 15 anak lulusan dari SDN 2 Cijurey yang tidak dapat melanjutkan ke SMP. Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi pada tahun ini telah meresmikan didirikannya SMP Satu Atap, yakni SMPN 4 Gegerbitung Satu Atap, yang berlokasi di SDN 2 Cijurey. SMP ini pada tahun ajaran 2012/2013 mulai membuka pendaftaran siswa baru. Besar kekhawatiran bahwa anak-anak yang telah lulus SD pada tahun sebelumnya tidak tertarik untuk mendaftarkan diri masuk SMP, dikarenakan telah terlambat satu tahun dibanding teman-temannya. Analisis Calon Peserta Bridging Course Desa Cicemet dan Ciptagelar Desa Cicemet dan Ciptagelar berada di lingkungan Desa Adat. Kedua lokasi ini terpisah jarak sejauh 3,5 km. Namun demikian karakteristik keduanya mempunyai banyak kesamaan. Namun karena jarak dan kondisi geografis, kedua lokasi ini tidak dapat disatukan pada kegiatan bridging course, walaupun nantinya akan dirujuk pada sekolah yang sama, yakni SMPN 4 Cisolok Satu Atap, yang baru didirikan pada tahun ini, dan akan menerima siswa baru pada tahun pelajaran 2012/2013. Tahun-tahun sebelumnya tidak ada SMP di sekitar lokasi ini, sehingga lulusan dari kedua SD tersebut hanya sebagian kecil yang melanjutkan ke jenjang SMP. Pada dua tahun terakhir, telah teridentifikasi setidaknya ada 50-an anak yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP, dan dimungkinkan masih akan bertambah karena ada yang belum tercatat. Jadi, anak calon peserta bridging course di kedua lokasi ini cenderung lebih heterogen.

STAKE HOLDER YANG TERLIBAT Program ini menuntut keterlibatan segenap stake holder. Adapun stake holder yang akan terlibat pada program ini beserta peranannya dapat digambarkan sebagai berikut : 3

1. Sekolah Rujukan Sekolah rujukan yang dimaksud adalah SMP dimana anak peserta bridging course ini akan melanjutkan ke jenjang SMP. Dalam hall ini adalah SMPN 4 Gegerbitung dan SMPN 4 Cisolok. Kepala Sekolah SMP akan dilibatkan pada program ini. 2. Guru/Fasilitator Fasilitator pada tiap lokasi terdiri dari 3 orang guru, yang sebelumnya telah dilatih. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan Fasilitator 3R untuk 2 orang guru pada masing-masing sekolah. Materi 3R inilah yang nantinya akan dijadikan materi bridging course disamping mata pelajaran pilihan, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Selain itu, fasilitator bersama komite sekolah akan dilibatkan dalam lokakarya untuk menyusun rencana aksi kerja untuk pelaksanaan pemantauan berbasis sekolah. Pembagian tugas fasilitator akan diatur sesuai situasi dan kondisi. 3. Komite Sekolah dan Tokoh Masyarakat Komite Sekolah berfungsi sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bersama dengan tokoh masyarakat, akan mendata anak-anak yang tidak sekolah. Salah satu komite sekolah akan dilibatkan dalam lokakarya untuk menyusun rencana aksi kerja. 4. Orang tua siswa 5. Pengawas Sekolah 6. Dinas Pendidikan

4

DIAGRAM ALUR KERJA PELAKSANAAN PROGRAM BRIDGING COURSE

Identifikasi Masalah

Memperoleh data awal tentang lokasi keberadaan anak yang putus jenjang dan drop out

Penyusunan Rencana Kerja

Menyusun detil rencana kerja dan pembagian tugas

Pembentukan Kelompok Pemantau Sekolah (KPS)

Membentuk KPS yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru dan Tokoh Masyarakat (Komite Sekolah). Kelompok ini dibentuk oleh Kepala SD dengan kriteria yang telah ditetapkan dan disahkan dengan SK Kepala Sekolah Lokakarya pelatihan selama 2 hari untuk melengkapi materi yang pernah diberikan pada Pelatihan 3R, menyusun strategi pembelajaran, silabus dan RPP

Pelatihan dan Pembekalan untuk KPS

Penelusuran anak oleh KPS

Pengembangan dari data awal yang telah diperoleh pada identifikasi masalah, dengan detilnya. Pada tahap ini akan diperoleh data anak secara lengkap dan detil, dengan form yang telah disiapkan. Pembelajaran dilakukan oleh guru/tutor selama 36 jam, dengan materi akademik dan non akademik. Selama proses pembelajaran, KPS memantau perkembangan anak dan memberikan rekomendasi tindakan apabila perlu. Komite sekolah bertugas memantau performa anak dalam pembelajaran dan melakukan komunikasi dengan anak dan orang tua.

Pelaksanaan Pembelajaran & Pemantauan

Merujuk Anak ke Sekolah & Memantau keberadaan anak di sekolah

KPS memastikan bahwa anak yang telah menerima program ini terdaftar pada sekolah yang telah dirujuk pada tahun pelajaran 2012/2013. Pemantauan dilakukan untuk mengatahui tingkat kehadiran anak di sekolah.

Evaluasi

5

RENCANA KERJA

No 1.

Kegiatan Lokakarya pelatihan selama 2 hari

2.

Verifikasi data anak calon peserta bridging course

3.

Pelaksanaan 36 jam Program Pembalajaran Bridginhg Course

4.

Pemantauan perkembangan anak

5.

Merujuk anak untuk mendaftar ke SMP

Penjelasan Peserta : 3 orang guru calon fasilitator 1 orang komite sekolah atau tokoh masyarakat Penjelasan selengkapnya ada pada Rencana Kerja Lokakarya Pelaksana pendataan : Komite sekolah / tokoh masyarakat Guru/fasilitator Data awal yang telah didapat dilakukan verifikasi untuk memperolah data yang lebih detil. Pelaksana : Fasilitator Materi : Materi Akademik teridir dari : Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan IPA Materi Non Akademik : 3R Trainers Kit Pemantauan dilakukan oleh : Tim pelaksana program Kepala Sekolah Pengawas Sekolah Instrumen : Instrumen pemantauan yang telah disiapkan. Kepala Sekolah Guru/Fasilitator Komite Sekolah

Waktu April minggu kedua

April minggu ketiga

April minggu keempat sampai dengan Juli minggu pertama

April minggu keempat sampai dengan Juli minggu pertama

Juli minggu kedua

6