draf; anggaran dasar dan anggaran rumah tangga … · faktor indikasi geografis dan iklim indonesia...
TRANSCRIPT
Perhimpunan Usaha Masyarakat Pertanian Indonesia( P E R M A P I )
Draf ; ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Herman RachmanPemrakarsa
2
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Perhimpunan Usaha Masyarakat Pertanian Indonesia
( PERMAPI ) PEMBUKAAN Segala Puji dan Syukur patut kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan sang pencipta, yang telah melimpahkan karunia rahmat dan hidayahnya bagi bangsa Indonesia. Faktor Indikasi Geografis dan iklim Indonesia yang terletak digaris lintang Katulistiwa terbentang dari Sabang sampai Meuroke, dapat tumbuh dengan subur beragam tanaman pertanian pangan-hortikultura dan perkebunan, garis pantai dan hamparan lautan yang sangat luas dengan kekayaan kandungan hayati beragam ikan dan potensi hasil laut lainnya Sebagai negara kesatuan kepulauan yang diakui dalam konvensi PBB 1982, memiliki 1.910.931,32 Km2 daratan, dan 3.544.743,9 Km2 laut yang tidak terbatas pada radius dan kedalaman. Maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa jika negara ini dikelola secara baik dan optimal oleh mengendali administrator pemerintahan dari pusat sampai ke desa, dapat memakmurkan dan mensejahtrakan seluruh komponen rakyat Indonesia dengan mengelola ruang2 ekonomi, dengan sendirinya akan dapat membuka secara luas lapangan2 kerja baru. Sektor ini dapat menjadi tulang punggung yang menopang perekonomian nasional saat ini.
Sampai saat ini porsi alokasi dana untuk Sektor Pertanian melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara belum memadai dan belum mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan nasional. Dengan masih besarnya peluang berusaha di Sektor Pertanian, diharapkan Pemerintah saat ini dan mendatang memiliki komitmen untuk membangun Sektor pertanian sehingga dapat menjadi lokomotif pembangunan nasional dan terintegrasi dengan pembangunan Sektor-Sektor lain sehingga peran Sektor Pertanian menjadi semakin nyata, terutama di dalam upaya menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan dan mendorong tumbuhnya industri baru yang dapat menyerap lapangan kerja sehingga penduduk di pedesaan tidak berbondong-bondong ke kota untuk mencari kerja yang dapat menimbulkan implikasi yang sangat luas di daerah perkotaan seperti Jakarta. Agar Sektor pertanian dapat berkembang lebih baik, yang Pertama diperlukan adalah komitmen pemerintah untuk menjadikan Sektor pertanian sebagai Sektor andalan yang merupakan fokus pembangunan nasional, sehingga permasalahan pertanian bukan lagi permasalahan Sektor, tetapi menjadi masalah nasional. Dengan demikian dapat menggairahkan para pelakunya baik petani, pengusaha dan pihak-pihak yang terkait dengan bidang pertanian. Kedua setelah adanya komitmen
3
dari pemerintah ini maka para pelaku bisnis dibidang pertanian harus menjalin kerjasama yang baik sehingga bisnis menjadi lebih efisien dengan cara membangun kemitraan yang saling mempercayai dan saling menguntungkan dalam membangun industri hulu sampai hilir pertanian yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Pada tahap Ketiga Pemerintah pusat maupun daerah memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya kegiatan bisnis dibidang pertanian diseluruh wilayah Indonesia. Agar dapat terjalin komunikasi yang baik antara pemerintah selaku pemegang kebijaksanaan dengan petani, para pengusaha dan pekerja dibidang pertanian sebagai pelaku bisnis dibidang pertanian dipandang perlu untuk dibentuk Perhimpunan Usaha Masyarakat Pertanian Indonesia (Permapi) baik ditingkat pusat maupun daerah. Organisasi ini sangat penting untuk mendukung pembangunan pertanian dimasa yang akan datang agar Sektor pertanian dapat berperan sebagai lokomotif pembangunan nasional yang akan menghela pembangunan di Sektor-Sektor lain pada pemerintahan saat ini dan yang akan datang, sehingga peran Sektor pertanian benar-benar menjadi andalan dimasa yang akan datang. Tujuan Perhimpunan Usaha Masyarakat Pertanian Indonesia (PERMAPI) bertujuan untuk membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat pertanian dan Perikanan di Indonesia dengan cara memberikan sumbang saran kepada
pemerintah berupa pemikiran, tindakan (aksi), sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi untuk bahan pengambilan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertanian dan Perikanan.
ANGGARAN DASAR
Bab I NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN, BENTUK DAN
SIFAT
Pasal 2
1. Organisasi ini bernama Perhimpunan Usaha Masyarakat Pertanian Dan Perikanan Indonesia disingkat PERMAPI
2. PERMAPI didirikan dengan Akta Notaris Harina Wahab Yusuf SH No. 20 tanggal ,29 Februari 2016, di Jakarta untuk kurun waktu yang ditentukan.
3. Organisasi tingkat Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
Pasal 2
PERMAPI adalah organisasi kemasyarakatan berbentuk kesatuan dengan ruang lingkup nasional, berdaulat dan mandiri atas dasar kesamaan kegiatan, profesi dan fungsi di bidang pertanian, termasuk agribisnis, serta pembangunan pedesaan, bersifat profesional dan kekeluargaan.
4
Bab II ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
PERMAPI berazaskan pada Pancasila dan UUD 1945. UU No.1 Tahun 1987 Tentang Kamar Dagang dan Industri Indonesia
Pasal 4
Tujuan PERMAPI adalah membantu memperkuat usaha-kelembagaan dan meningkatkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi masyarakat pertanian- Perikanan dan keluarganya, serta pelaku agribisnis lainnya melalui dan menjembatani kehendak petani-nelayan kepada para pengambil keputusan, pengembangan kemitraan usaha yang saling menguntungkan dalam sistem agribisnis dalam rangka mewujudkan tujuan Nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang 1945.
Bab III FUNGSI DAN TUGAS POKOK
Pasal 5
PERMAPI berfungsi sebagai :
a. Wadah penghimpun seluruh potensi usaha pertanian-ternak dan perikanan/potensi kelautan, peneliti, pemerhati dan pengusaha bidang pertanian-ternak-
perikanan dan potensi kelautan, mulai hulu sampai dengan hilir untuk menyatukan tekad, sikap, dan gerak dalam memajukan kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat pertanian serta pelaku agribisnis lainnya.
b. Wahana perjuangan, penyaluran aspirasi dan komunikasi sosial timbal balik antar sesame usaha petani-peternak dan nelayan, pengusaha bidang pertanian hulu dan hilir dan pelaku agribisnis lainnya, dan atau dengan organisasi kemasyarakatan lainnya, organisasi kekuatan sosial politik baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri, Badan Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat dan Pemerintah.
c. Wahana pendorong, penggerak dan pendampingan usaha petani-peternak dan nelayan, pengusaha pertanian hulu dan hilir dan pelaku agribisnis lainnya dalam menyukseskan pembangunan ekonomi nasional.
d. Wadah pembinaan dan pengembangan kegotong-royongan dan kesadaran masyarakat pertanian, pengusaha hulu dan hilir serta pelaku agribisnis lainnya.
5
Pasal 6
Dalam rangka pencapaian tujuan dan fungsi dimaksud, tugas pokok PERMAPI adalah : 1. Memelihara, meningkatkan dan memperkokoh serta
mengembangkan kelembagaan usaha masyarakat pertanian dan perikanan.
2. Meningkatkan komoditas sumber daya manusia
masyarakat pertanian, percepatan pengembangan, penerapan dan inovasi teknologi dan pengembangan wirausaha dibidang agribisnis.
3. Membina kelompok, asosiasi dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan, dalam rangka menyatukan tekad, sikap dan gerak untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha pertanian dan keluarganya dan pelaku agribisnis dan agroindustri lainnya.
4. Memperjuangkan hak dan kepentingan usaha petani-
peternak-nelayan dan pelaku agribisnis, agroindustri dan lainnya serta usaha taninya.
5. Memperjuangkan penataan kembali pemilikan,
pengusaan, pemanfaatan dan pengusahaan tanah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya dan pelaku agribisnis dan agroindustri lainnya.
6. Menggerakan dan mengarahkan peran serta petani-peternak-nelayan- pengusaha pertanian hulu dan hilir serta pelaku agribisnis dan agroindustri lainnya dalam pembangunan nasional.
7. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kaum
petani-peternak-nelayan, penduduk dan pelaku agribisnis dan agroindustri lainnya agar lebih mampu mengembangkan usahanya secara mandiri.
8. Menggerakan kegotong-royongan dalam wadah
kerukunan untuk mengembangkan kemajuan kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat petanian-peternak-nelayan dan pelaku agribisnis lainnya melalui kemitraan usaha yang saling menguntungkan.
9. Penerapan konsep agribisnis dan agroindustri
dalam Sektor Pertanian Nasional secara konsisten dan utuh, secara terintegrasi dan efektif mengembangkan pertanian modern untuk menghasilkan produk-produk unggulan yang berdaya saing tinggi.
10. Meningkatkan kerjasama dengan organisasi
profesi lainnya, tertata yang terkait dengan Sektor Pertanian-Peternakan-Perikanan,dalam menuangkan konsep agribisnis dan agroindustri.
6
Bab IV DOKTRIN DAN ATRIBUT
Pasal 7
1. Doktrin PERMAPI ditetapkan tersendiri oleh musyawarah paripurna Organisasi Tingkat Pusat,
2. Doktrin PERMAPI adalah kesatuan pemikiran PERMAPI
dan merupakan pedoman, pegangan dan bimbingan dalam pelaksanaan fungsi dan peran PERMAPI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Bangsa Indonesia.
Pasal 8
1. PERMAPI mempunyai atribut-atribut, terdiri dari
Panji/Lambang dan lagu. 2. Ketentuan tentang Atribut PERMAPI ditetapkan tersendiri
oleh Musyawarah Paripurna Organisasi Tingkat Pusat.
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 9
1. Anggota organisasi ini adalah :
a. Usaha Perorangan Warga Negara Republik Indonesia yang dengan suka rela mendaftarkan diri anggota PERMAPI.
b. Organisasi ekonomi kemasyarakatan dan kelompok/ organisasi usaha terkait.
2. Setiap anggota mempunyai hak bicara dan hak
memberikan suara, hak memilih dan dipilih menjadi pengurus organisasi, kecuali anggota berbentuk organisasi kemasyarakatan dan kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b di atas hanya mempunyai hak bicara.
3. Setiap anggota wajib menjunjung tinggi nama dan
kehormatan organisasi, wajib mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi, wajib aktif melaksanakan program organisasi.
Pasal 10
Keanggotaan di dalam PERMAPI berhenti karena : 1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri;
3. Membubarkan diri atau dibubarkan organisasi;
4. Diberhentikan sebagai anggota karena tindakan
indisipliner.
7
BAB VI SUSUNAN ORGANISASI DAN SUSUNAN
KEPENGURUSAN
Pasal 11
1. Struktur organisasi terdiri atas Organisasi Tingkat Nasional dan Organisasi Tingkat Propinsi, Organisasi Tingkat Kabupaten/Kota.
2. Dimasing-masing tingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) susunan organisasi terdiri dari Dewan Pertimbangan Organisasi, Dewan Penasehat Organisasi, Dewan Pakar dan Dewan Pengurus.
3. Keanggotaan Dewan Pertimbangan Organisasi,
Dewan Penasehat Organisasi, Dewan Pakar akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 12
1. Struktur kepengurusan Dewan Pengurus terdiri dari :
a. Dewan Pimpinan Pusat, disingkat DPP, untuk Tingkat Nasional dengan wilayahnya meliputi seluruh Indonesia.
b. Dewan Pimpinan Daerah, disingkat DPD, untuk
Tingkat Propinsi Propinsi, berkedudukan diwilayah Ibukota Propinsi yang bersangkutan.
c. Dewan Pimpinan Cabang, disingkat DPC, untuk Tingkat Kabupaten kota dengan wilayahnya meliputi daerah Kabupaten kota berkedudukan diwilayah daerah kabupaten kota.
2. Susunan DPP terdiri dari Ketua Umum, 3 orang
Wakil Ketua, seorang Sekretaris Jenderal, 1 orang Wakil Sekretaris, seorang Bendaharawan Umum, 1 orang Wakil Bendahara, dan 1 orang Koordinator Sekretariat serta 3 Kompartemen.
3. Susunan DPD terdiri seorangg Ketua, 3 orang
Wakil Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, 1 orang Koordinator Sekretariat dan 2 orang Koordinator Bagian.
4. Susunan DPC terdiri seorang Ketua, 2 orang Wakil
Ketua seorang Sekretaris, seorang Bendahara dan 1 orang Koordinator Sekretariat, 2 Biro dan beberapa orang Koordinator Bagian maksimal 5 tergantung kebutuhan.
5. Dewan Pimpinan di tiap tingkat kepengurusan
bersifat kolektif. 6. Dewan Pimpinan ditiap tingkat kepengurusan
dapat membentuk badan pelaksana kebijakan dan kepengurusan sehari-hari sesuai kebutuhan.
8
BAB VII WEWENANG. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 13 1. Pendiri mempunyai kewenangan untuk menetapkan
kepengurusan organisasi. 2. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah penyelenggara dan
penanggungjawab tertinggi organisasi. 3. DPP berwenang :
a. Menentukan kebijaksanaan organisasi sebagai
pelaksanaan Anggaran Dasar Rumah Tangga, ketetapan Musyawarah Nasional, Keputusan Rapat Kerja Nasional dan Keputusan Musyawarah Paripurna Organisasi.
b. Mengesahkan Susunan dan Personil organisasi. c. Membekukan sementara DPD yang melanggar
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 4. DPP berkewajiban;
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga ketetapan Musyawarah Nasional, Keputusan Musyawarah Paripurna Organisasi.
b. Memberikan pertanggung jawaban kepada
anggota melalui Musyawarah Nasional. c. Menyampaikan laporan keadaan dan
perkembangan organisasi kepada Rapat Kerja Nasional dan Musyawarah Paripurna Organisasi.
d. Melakukan pembinaan serta pengawasan
terhadap kepengurusan di daerah.
Pasal 14
1. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) adalah
pelaksana kepengurusan Organisasi di wilayahnya.
2. DPD berwenang
a. Menetapkan kebijaksanaan organisasi di daerahnya sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Ketetapan Musyawarah Nasional, Keputusan Rapat Kerja Nasional keputusan Musyawarah di daerahnya masing-masing serta kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan yang lebih tinggi.
9
b. Menyiapkan program kerja yang mengacu pada program kerja nasional
c. Mengesahkan susunan dan personalia
kepengurusan dibawahnya. d. Membekukan sementara Dewan Pimpinan
Setingkat dibawahnya yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Runah Tangga.
3. Dewan Pimpinan Daerah berkewajiban.
a. Melaksanakan segala ketentuan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga. Ketetapan Musyawarah Nasional keputusan Rapat Kerja/Musyawarah di daerahnya masing-masing, maupun kebijaksanaan organisasi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan yang lebih tinggi tingkatnya.
b. Memberikan pertanggung jawaban kepada musyawarah Organisasi ditingkatnya masing-masing.
c. Memberikan laporan perkembangan organisasi kepada rapat kerja ditingkat masing-masing dan musyawarah Paripurna Organisasi.
Pasal 15
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah pelaksana kepengurusan organisasi diwilayahnya.
DPC berwenang :
1. Menetapkan kebijaksanaan organisasi di daerahnya sesuai dengan Anggaran dasar, Anggaran Rumah Tangga, Ketetapan Musyawarah Nasional, Keputusan Rapat Kerja Nasional, Keputusan Musyawarah di daerah masing-masing, serta kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan yang lebih tinggi.
2. Mengesahkan susunan dan personalia
kepengurusan setingkat dibawahnya.
3. Membekukan sementara Dewan Pimpinan setingkat dibawahnya yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 16.
1. Pada setiap tingkat kepengurusan dengan kewajiban diminta atau tidak diminta memberikan pembinaan kepada Dewan Pimpinan dimasing-masing tingkat Kepengurusan.
10
2. Pada tingkat DPP,DPD,DPC diadakan Badan Pertimbangan Organisasi, dengan kewajiban diminta atau tidak diminta memberikan pertimbangan kepada Dewan Pimpinan dimasing-masing tingkat kepengurusan tersebut, baik oleh seorang atau lebih atau keseluruhan anggota badan petimbangan organisasi.
BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 17.
Musyawarah dan rapat terdiri dari;
1. Musyawarah Nasional; 2. Musyawarah Nasional Luar Biasa disingkat MUNASLUB; 3. Rapat Kerja Nasional, disingkat RAKERNAS; 4. Musyawarah Paripurna Organisasi Tingkat Pusat dan
Tingkat Daerah disingkat MPO; 5. Musyawarah Daerah, disingkat MUSDA; 6. Rapat Kerja Daerah, disingkat RAKERDA.
Pasal 18
1. Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi, diadakan sekali dalam lima tahun, dengan wewenang ;
a. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga;
b. Menetapkan Program Umum Organisasi;
c. Menyusun laporan pertanggung jawaban DPP;
d. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Pusat serta memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Pusat yang baru;
e. Menetapkan keputusan keputusan lainnya.
2. Musyawarah Nasional Luar biasa mempunyai wewenang yang sama dengan Musyawarah Nasional, diadakan sewaktu-waktu apabila dipandang perlu dengan ketentuan ; a. Diadakan karena keadaan mengharuskan
adanya keputusan yang wewenangnya ada pada musyawarah nasional;
b. Diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas
kehendak sendiri maupun atas permintaan sekurang-kurangnya lebih setengah jumlah, DPD.
11
3. Rapat Kerja Nasional diadakan dua kali dalam lima tahun dengan wewenang;
a. Menetapkan Rencana Kerja Tahunan secara
Nasional;
b. Mengevaluasi pelaksanaan program tahunan DPP;
a. Menetapkan keputusan-keputusan MUNAS lainnya;
4. Musyawarah Paripurna Organisasi di tingkat DPP diadakan sedikit-dikitnya dua kali dalam setahun dengan wewenang; a. Menetapkan penilaian pelaksanaan DPP;
b. Memilih dan menetapkan salah seorang ketua DPP
untuk menjabat sebagai Ketua Umum, sampai berakhirnya masa bakti DPP bersangkutan bila Ketua Umum berhalangan tetap;
c. Memilih dan menetapkan salah seseorang Wakil
Sekretaris Jenderal DPP untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal sampai berakhirnya masa bakti DPP bersangkutan, bila Sekretaris Jenderal berhalangan tetap;
d. Memilih dan menetapkan pengisian lowongan antar
waktu untuk jabatan lain dalam DPP.
5. Musyawarah Daerah diadakan sekali dalam lima tahun, dengan wewenang;
a. Menetapkan Kebijaksanaan Umum dan Pokok-
Pokok Program Organisasi di daerahnya;
b. Menetapkan penilaian pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Organisasi dimasing-masing tingkat;
c. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan
dimasing-masing tingkatan serta memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan yang baru.
6. Musyawarah Paripurna Organisasi di tingkat DPD
diadakan sedikit-dikitnya dua kali dalam setahun, dengan wewenang ;
a. Menetapkan penilaian pelaksanaan
kebijaksanaan DPD. b. Memilih dan menetapkan salah seorang wakil
ketua DPD untuk menjabat sebagai ketua DPD,sampai berakhirnya masa bakti DPD bersangkutan, bila ketua DPD berhalangan tetap;
c. Memilih dan menetapkan pengisian lowongan antara waktu untuk jabatan lain dari ketua DPD.
12
7. Musyawarah Paripurna Organisasi di tingkat DPC
diadakan sedikit-dikitnya dua kali dalam setahun, dengan wewenang; a. Menetapkan penilaian pelaksanaan kebijaksanaan
DPC; b. Memilih dan menetapkan salah seorang wakil Ketua
DPC untuk menjabat sebagai ketua DPC sampai berakhirnya masa bakti DPC yang bersangkutan, bila ketua DPC berhalangan tetap;
c. Memilih dan menetapkan pengisian lowongan antara
waktu untuk jabatan lain dari ketua DPC.
8. Yang dimaksud dengan berhalangan tetap adalah karena;
Mengundurkan diri, meninggal dunia atau dinyatakan bersalah secara hukum.
10. Rapat Kerja Daerah dan Cabang diadakan sekurang-
kurangnya dua kali dalam lima tahun dengan wewenang;
a. Menetapkan Rencana Kerja Tahunan di daerahnya;
b. Mengevaluasi pelaksanaan program tahunan dimasing-masing tingkat kepengurusan;
c. Menetapkan keputusan-keputusan yang bersifat penjabaran lebih lanjut pokok-pokok program maupun keputusan-keputusan musyawarah daerah masing-masing.
BAB IX
KONGGRES
Pasal 19
Selain musyawarah-musyawarah sebagaimana yang dimaksud pada BAB VIII Pasal 17 dalam rangkaian MUNAS PERMAPI dapat diselenggarakan Konggres untuk menjalin, membina dan mengembangkan komunikasi timbal balik dan hubungan kerjasama antar Masyarakat Pertanian sejenis anggota PERMAPI yang mempunyai kegiatan, profesi dan fungsi di bidang pertanian, termasuk agribisnis serta pembangunan pedesaan.
BAB X KEUANGAN
Pasal 20
Keuangan Organisasi diperoleh dari : 1. Uang pangkal dan uang iuran anggota, baik
anggota perorangan, maupun organisasi kemasyarakatan dan kelompok.
13
2. Bantuan dan sumbangan yang tidak mengikat. 3. Usaha-usaha lain yang sah.
BAB XI PEMBUBARAN
Pasal 21
1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan melalui
Musyawarah Nasional Luar Biasa yang diadakan khusus untuk itu, yang dihadiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah yang berhak hadir sebagai peserta Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa bersangkutan.
2. Keputusan pembubaran organisasi hanya sah jika
disetujui dengan mufakat bulat atau oleh dua pertiga jumlah suara peserta yang hadir.
3. Dalam hal organisasi bubar, maka kekayaan organisasi
diserahkan kepada masing-masing yang berhak atau Badan-Badan/Lembaga-Lembaga Sosial di Indonesia oleh Tim Likuidasi yang dibentuk oleh Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
BAB XII PENUTUP
Pasal 22
1. Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah dan
ditambah oleh Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
2. Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga diatur dalam Peraturan Organisasi yang ditetapkan oleh DPP.
14
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERMAPI
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1. Yang dapat diterima sebagai Anggota Perorangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut. a. Warga Negara Indonesia yang mempunyai kegiatan di
bidang pertanian-peternakan-perikanan dan pedesaan maupun agribisnis atau yang memperjuangkan kepentingan petani dan penduduk pedesaan maupun kepentingan agribisnis. peneliti dan pemerhati bidang pertanian-perikanan-perikanan dan hutan
b. Telah berumur minimal 17 tahun atau telah kawin; c. Bermoral Pancasila; d. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Program Umum dan mematuhi Peraturan- Peraturan Organisasi PERMAPI;
e. Tidak menjadi anggota organisasi yang azas dan
tujuannya bertentangan dengan azas dan tujuan PERMAPI;
f. Mengajukan permohonan langsung kepada DPP atau
melalui Dewan Pimpinan Daerah PERMAPI atau melalui prosedur khusus yang ditentukan kemudian;
2. Organisasi Kemasyarakatan Kelompok Usaha Tani-Ternak dan Perikanan, Koperasi dan Kelompok/Asosiasi pelaku agribisnis lainnya, dapat diterima sebagai anggota, jika memenuhi ketentuan sebagai berikut;
a. Didirikan oleh Warga Negara Indonesia b. Mempunyai kegiatan profesi dan atau fungsi di
bidang pertanian-peternakan dan perikanan termasuk agribisnis serta pembangunan pedesaan;
c. Menyetujui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan peraturan Organisasi PERMAPI ;
Pasal 2
Masing-masing tingkat kepengurusan dapat membentuk Kelompok Usaha berdasarkan komoditi dan atau usaha agribisnis lainnya.
Pasal 3
1. Seseorang, organisasi kemasyarakatan kelompok
usaha menjadi anggota setelah ditetapkan dan didaftarkan sebagai Anggota PERMAPI .
2. Penetapan dan pendaftaran perorangan sebagai
anggota PERMAPI dilakukan oleh Pengurus di tingkatan lainnya berdasarkan prosedur khusus yang ditentukan kemudian.
15
3. Penetapan dan pendaftaran organisasi kemasyarakatan, Kelompok Usaha, Koperasi dan Kelompok/Asosiasi pelaku agribisnis sebagai anggota PERMAPI dilakukan oleh tingkat kepengurusan PERMAPI sesuai dengan tingkat organisasi kemasyarakatan/kelompok.
4. Organisasi kemasyarakatan, Kelompok Usaha, Koperasi
dan Kelompok/Asosiasi pelaku agribisnis yang sudah terdaftar sebagai anggota PERMAPI, dengan sendirinya menjadi anggota di tingkat kemasyarakatan, koperasi, kelompok usaha dan kepengurusan di wilayah PERMAPI tersebut.
5. Setiap kepengurusan PERMAPI yang telah menerima dan
mendaftarkan anggota, serta wajib memberikan Surat Keterangan dan atau Tanda Keanggotaan kepada setiap anggota.
Pasal 4
1. DPP PERMAPI menetapkan anggota perorangan
menjadi Kader PERMAPI 2. Anggota perorangan yang dapat ditetapkan menjadi
kader PERMAPI harus memenuhi salah satu ketentuan berikut :
a. Pendiri PERMAPI ;
b. Pernah aktif tanpa cacat sebagai pengurus
PERMAPI atau pengurus organisasi kemasyarakatan dan kelompok/asosiasi anggota PERMAPI sekurang-kurangnya satu masa jabatan;
c. Menyelesaikan pengkaderan organisasi dengan baik;
d. Melaksanakan dan atau mengikuti kegiatan
organisasi atau kegiatan organisasi anggota dengan baik sekurang-kurangnya lima tahun tanpa terputus.
3. Setiap Kader berhak mendapat surat Keterangan atau
Tanda Pengenal sebagai kader yang diatur lebih lanjut dengan peraturan organisasi.
Pasal 5
DPP PERMAPI dapat menetapkan dan mengangkat seseorang menjadi Anggota Kehormatan karena jasa-jasanya dibidang pertanian dan pembangunan pedesaan, dan atau terhadap pengembangan PERMAPI.
Pasal 6 1. Setiap anggota perorangan mempunyai hak sebagai
berikut :
a. Hak bicara dan hak suara pada rapat-rapat/musyawarah organisasi sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku;
b. Hak memilih dan dipilih dalam semua jabatan
organisasi;
c. Hak menyampaikan pendapat, dan atau saran-saran baik lisan maupun tertulis kepada pengurus melalui jenjang organisasi;
16
d. Hak mendapat perlindungan/pembelaan, bimbingan dan bantuan dari organisasi.
e. Hak mendapat pendidikan dan latihan dari organisasi.
2. Setiap anggota berkewajiban : a. Mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan-Peraturan Organisasi;
b. Mensukseskan pelaksanaan program umum dan
semua kegiatan organisasi;
c. Menjaga nama baik dan martabat organisasi;
d. Memelihara, mengembangkan dan meningkatkan citra organisasi;
e. Menghadiri pertemuan- pertemuan/ rapat-rapat/
Musyawarah-musyawarah organisasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
f. Membayar uang pangkal dan uang iuran;
g. Memiliki Kartu Tanda Anggota;
h. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh
organisasi. 3. Organisasi kemasyarakatan dan kelompok/koperasi
asosiasi Anggota PERMAPI mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anggota perorangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), diemban oleh Pengurus atau Perwakilan yang mendapat mandate/penugasan dari Pengurus masing-masing organisasi kemasyarakatan dan kelompok, asosiasi Anggota PERMAPI bersangkutan.
4. Hak dan kewajiban Anggota Kehormatan ditetapkan
oleh DPP.
Pasal 7 1. Anggota perorangan berhenti dari keanggotan sejak
yang bersangkutan;
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri, yang dinyatakan secara tertulis dan disampaikan kepada pengurus organisasi dimana dia terdaftar;
c. Diberhentikan untuk sementara dan atau dipecat
sebagai tindakan disiplin organisasi yang dinyatakan secara tertulis oleh pengurus organisasi dimana dia terdaftar;
d. Dinyatakan bersalah secara hukum.
2. Keanggotaan organisasi kemasyarakatan dan
kelompok/koperasi/asosiasi anggota PERMAPI berhenti sejak organisasi kemasyarakatan dan kelompok/koperasi tersebut:
17
a. Bubar, karena membubarkan diri, dibubarkan atau bubar dengan sendirinya;
b. Mengundurkan diri yang dinyatakan secara tertulis dan
disampaikan kepada pengurus organisasi dimana dia terdaftar;
c. Diberhentikan untuk sementara dan atau dipecat sebagai tindakan disiplin organisasi, yang dinyatakan secara tertulis oleh pengurus organisasi dimana dia terdaftar.
3. Organisasi kemasyarakatan dan kelompok, asosiasi anggota PERMAPI dianggap bubar dengan sendirinya jika kepengurusan tertinggi organisasi kemasyarakatan dan kelompok/asosiasi tersebut tidak berfungsi lagi selama lebih dari lima tahun berturut-turut.
Pasal 8
1. Anggota yang lalai memenuhi kewajiban sebagaimana diatur pasal 6 ayat (2) dan ayat (3), atau dengan sengaja melanggar ketentuan pada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi atau dihukum karena terbukti melakukan tindakan disiplin organisasi.
2. Tindakan disiplin yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Pemberhentian sementara dari keanggotaan PERMAPI setinggi-tingginya selama tiga tahun;
c. Pemecatan dari keanggotaan PRMAPI.
3. Tindakan disiplin dikenakan oleh kepengurusan PERMAPI dimana anggota yang bersangkutan terdaftar, dengan ketentuan tindakan disiplin berupa pemberhentian sementara dan atau pemecatan hanya dapat dikenakan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari tingkat kepengurusan yang lebih tinggi, kecuali tindakan disiplin dimaksud dikenakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
4. Atas permohonan yang bersangkutan, lamanya pemberhentian sementara dapat ditinjau kembali oleh kepengurusan yang mengenakan tindakan disiplin tersebut.
5. Anggota dan atau bekas anggota yang dikenakan tindakan indisipliner, berhak mengajukan banding disertai alasan-alasan pembelaan diri.
6. Permintaan banding yang dimaksud pada ayat (5) Pasal ini, diajukan kepada dan diputus oleh :
a. Musyawarah Nasional dalam hal tindakan
indisipliner dikenakan oleh Dewan Pimpinan Pusat atau tindakan disiplin berupa pemecatan, dengan ketentuan permintaan banding diajukan melalui Dewan Pimpinan Pusat selambat-lambatnya satu bulan menjelang Musyawarah Nasional diadakan;
18
b. Dewan Pimpinan setingkat lebih tinggi dari kepengurusan yang memberi persetujuan pengenaan tindakan disiplin dimaksud, dengan ketentuan permintaan banding diajukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan sejak menerima pemberitahuan tentang tindakan disiplin tersebut.
7. Dalam hal masa pemberhentian sementara sudah berakhir
dan atau pemecatan dicabut atau dibatalkan oleh Musyawarah Nasional, keanggotaan yang bersangkutan didaftarkan kembali oleh Dewan Pimpinan yang mengenakan tindakan disiplin tersebut.
BAB II KEPENGURUSAN
Pasal 9
Dewan Pertimbangan Organisasi 1. Dewan Pertimbangan Organisasi dipilih dan
ditetapkan oleh DPP berdasarkan pertimbangan keahlian dan kebutuhandidalam organisasi atas dasar kesediaan yang bersangkutan;
2. Masa kepengurusannya juga sama dengan kepengurusan DPP, DPD dan DPC;
3. Jumlah keanggotaan Dewan Pertimbangan Organisasi di masing-masing tingkatan bervariasi tergantung kebutuhan, dan maksimal 5 orang. Pasal 10 Dewan Pakar
1. Dewan Pakar dipilih dan ditetapkan oleh DPP berdasarkan pertimbangan keahlian dan kebutuhan di dalam organisasi atas dasar kesediaan yang bersangkutan’
2. Masa kepengurusannya juga sama dengan kepengurusan DPP, DPD dan DPC;
3. Jumlah keanggotaan Dewan Pakar di masing-masing tingkatan bervariasi tergantung kebutuhan, dan maksimal 5 orang.
Pasal 11.
DPP, DPD DAN DPC
1. DPP dipilih dan ditetapkan oleh MUNAS untuk masa jabatan lima tahun;
2. DPD dipilih dan ditetapkan oleh MUSDA serta
disyahkan oleh DPP untuk masa jabatan lima tahun; 3. DPC dipilih dan ditetapkan oleh MUSDA serta
disahkan oleh DPP dan DPD untuk masa jabatan lima tahun;
Pasal 12
Untuk dapat dipilih menjadi Dewan Pimpinan harus memenuhi syarat-syarat : 1. Anggota perorangan PERMAPI dan atau anggota
organisasi kemasyarakatan dan kelompok/koperasi/ asosiasi Anggota PERMAPI;
19
2. Dapat membaca dan menulis huruf latin; 3. Telah berumur sekurang-kurangnya 20 tahun; 4. Mampu bekerjasama secara kolektif serta mampu
mengembangkan PERMAPI sebagai organisasi kemasyarakatan tani;
5. Mampu meluangkan waktu dan bersedia aktif dalam tugas
organisasi; 6. Telah aktif dalam kegiatan-kegiatan PERMAPI sekurang-
kurangnya satu tahun.
Pasal 13
Masing-masing Dewan Pimpinan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 diatas bertanggung jawab kepada Musyawarah Organisasi yang memilih dan mengangkatnya.
Pasal 14.
1. Dewan Pimpinan di tiap tingkatan organisasi mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab;
a. Menetapkan kebijaksanaan organisasi di tingkatannya
masing-masing sebagai pelaksana semua Keputusan/Ketetapan Musyawarah Nasional, Keputusan Rapat Kerja Nasional, Keputusan Musyawarah ditingkatnya masing-masing, Keputusan Musyawarah Paripurna Organisasi yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan setingkat lebih tinggi;
b. Menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan program
umum organisasi dan menetapkan program kerja tahunan di masing-masing tingkatan;
c. Mengangkat dan memberhentikan personalia badan
pelaksana kebijakan dan kepengurusan sehari-hari di tingkatannya masing-masing;
d. Membentuk Badan, Lembaga, Komisi dan Kompartemen yang dipandang perlu sebagaimana dimaksud dalam Badan/Lembaga/Komisi/ Kompartemen di tingkatannya masing-masing serta mengangkat dan memberhentikan Pengurus/ Pimpinannya;
e. Melaksanakan tugas dan kewenangan lainnya yang ditentukan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Peraturan Organisasi.
2. Pimpinan Harian di tiap tingkatan organisasi
mempunyai tugas, kewenangan dan tanggung jawab;
a. Memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari, kewenangan dan tanggung jawab Dewan Pimpinan di tingkatannya masing-masing;
b. Mengatur pelaksanaan keputusan yang ditetapkan
Dewan Pimpinan di tingkatannya masing-masing;
20
c. Melaksanakan tugas dan kewajiban lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan di tingkatannya masing-masing sebagai pelaksana Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Peraturan Organisasi.
Pasal 15
Dewan Pimpinan di tiap tingkatan membuat pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab setiap Anggota Pengurus, yang diatur dalam Tata Kerja yang ditetapkan Dewan Pimpinan bersangkutan, dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga ini.
Pasal 16
Dalam hal terjadi kelowongan dalam kepengurusan organisasi sebelum masa jabatan Dewan Pimpinan berakhir, diadakan pengisian lowongan antar waktu dengan ketentuan sebagai berikut: 4. Pengisian lowongan antar waktu jabatan kepengurusan di
tingkat Pusat dilakukan oleh Musyawarah Paripurna Organisasi yang diadakan selambat-lambatnya enam bulan sejak adanya kelowongan tersebut;
5. Pengisian lowongan antar waktu jabatan kepengurusan di
tingkat lainnya, ditetapkan oleh Musyawarah Paripurna Organisasi di tingkatannya masing-masing dan disahkan oleh Dewan Pimpinan setingkat di atasnya;
6. Kecuali di DPP, dalam hal Musyawarah Paripurna Organisasi ditingkat masing-masing tidak dapat mengambil kesepakatan menetapkan pengisian lowongan antar waktu, maka Dewan Pimpinan setingkat lebih tinggi dapat menetapkan pengisian lowongan antar waktu tersebut.
BAB III KOMPARTEMEN
Pasal 17
1. Kompartemen mempunyai tugas, kewenangan dan
tanggung jawab membina dan mengembangkan kegiatan dan atau usaha di bidangnya masing-masing, dalam rangka melaksanakan program PERMAPI dan meningkatkan peranan PERMAPI.
2. Bidang kegiatan atau usaha masing-masing dan
hubungannya dengan pengurus PERMAPI, diatur dalam Anggaran Dasar dan atau Keputusan tentang pembentukan Badan/Lembaga/Komisi/Kompartemen bersangkutan, yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat PERMAPI.
21
BAB IV BADAN PERTIMBANGAN ORGANISASI
Pasal 18.
1. Badan Pertimbangan Organisasi terdiri dari :
a. Unsur Pimpinan Lembaga/Instansi terkait;
b. Tokoh-tokoh Masyarakat/Organisasi Sosial Politik;
c. Pimpinan Organisasi Profesi, Kemasyarakatan dan Adat;
d. Pakar.
2. Badan Pertimbangan Organisasi di Tingkat Pusat,
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Musyawarah Nasional berlangsung dengan jumlah tidak lebih dari 10 (sepuluh) orang.
3. Badan Pertimbangan Organisasi di Tingkat Daerah dan
ditingkat Cabang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang berlangsung, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Tugas, kewajiban dan kewenangan Badan Pertimbangan
Organisasi adalah;
a. Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada DPP, DPD,DPC baik diminta maupun tidak diminta;
b. Membantu pengembangan organisasi dalam rangka
melaksanakan fungsi dan missinya; c. Mengusulkan penyelenggaraan Musyawarah
Paripurna Organisasi ditingkatnya masing-masing; d. Memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap
kebijakan ekstern yang akan dilaksanakan oleh Dewan di Tingkat masing-masing.
BAB V MUSYAWARAH-MUSYAWARAH
Pasal 19
1. Musyawarah Nasional (MUNAS) atau Munas Luar
Biasa (MUNASLUB) diselenggarakan oleh DPP; 2. Peserta Musyawarah Nasional atau Munas Luar Biasa
adalah :
a. Dewan Pimpinan Pusat; b. Dewan Pimpinan Daerah; e. Dewan Pimpinan Cabang;
3. Utusan peserta MUNAS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) butir b sampai e, jumlahnya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat;
22
4. Pendiri, Dewan Pertimbangan Organisasi dan Dewan Pakar diundang sebagai Peninjau;
5. Selain dihadiri Peserta dan Peninjau, Musyawarah
Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat dihadiri oleh Undangan, baik sebagai perorangan maupun mewakili Instansi/Badan/Lembaga, yang ditetapkan dan diundang oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pasal 20
1. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh DPD; 2. Peserta Musyawarah adalah :
a. DPP, yang diwakili oleh perutusannya; b. Dewan Pimpinan Daerah;
3. Musyawarah cabang diselenggarakan oleh Dewan
Pimpinan Cabang (DPC); 4. Peserta Musyawarah Cabang adalah :
a. DPP, yang diwakili oleh perutusannya; b. DPP, yang diwakili oleh perutusannya; c. Dewan Pimpinan Cabang;
5. Utusan Peserta Musyawarah Daerah dan Cabang
sebagaimana dimaksud jumlahnya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan masing-masing yang mengadakan musyawarah;
6. Pengurus DPP PERMAPI, Badan Pertimbangan
Organisasi, Badan/Lembaga/Komisi/Kompartemen tingkat daerah, diundang sebagai peninjau;
7. Selain dihadiri peserta dan peninjau, musyawarah
daerah dan cabang dapat dihadiri oleh undangan, baik sebagai perorangan maupun mewakili instansi/badan/ lembaga, yang ditetapkan dan diundang oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Cabang.
Pasal 21
1. DPP, DPD, DPC dapat membentuk panitia penyelenggara musyawarah masing-masing untuk MUNAS dan MUSDA.
2. Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi dan bekerja hingga dibubarkan oleh dewan pimpinan baru yang dipilih dalam musyawarah bersangkutan.
3. Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban mempertanggung-jawabkan pelaksanaan dan pembiayaan musyawarah kepada dewan pimpinan baru yang dipilih musyawarah bersangkutan.
Pasal 22
1. Musyawarah Kerja di tiap tingkatan organisasi, diselenggarakan oleh dewan pimpinan di tingkatnya masing-masing.
23
2. Peserta Rapat Kerja Nasional adalah :
a. Dewan pimpinan Pusat;
b. Badan Pertimbangan Organisasi Tingkat Pusat;
c. Dewan Pakar di Tingkat Pusat;
d. Dewan Pimpinan Daerah;
e. Perorangan dan Undangan lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
3. Peserta Rapat Kerja di tingkat lainnya, terdiri dari :
a. Yang mewakili Dewan Pimpinan setingkat diatasnya;
b. Dewan Pimpinan ditingkat organisasi bersangkutan;
c. Badan Pertimbangan Organisasi di tingkatnya;
d. Yang mewakili Dewan Pimpinan setingkat dibawahnya;
e. Perorangan dan Undangan lainnya yang ditetapkan
dan diundang oleh Dewan Pimpinan bersangkutan.
Pasal 23
1. Musyawarah Paripurna Organisasi diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan di tingkat Pusat, Daerah dan Cabang.
2. Peserta Musyawarah Paripurna Organisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :
a. Dewan Pimpinan di tingkat Pusat, Daerah dan
Cabang;
b. Badan Pertimbangan Organisasi di tingkat Pusat, Daerah dan Cabang bersangkutan;
c. Badan, Lembaga, Komisi, Kompartemen PERMAPI
di tingkat Pusat, Daerah dan Cabang bersangkutan.
BAB VI RAPAT-RAPAT
Pasal 24
1. Rapat-rapat terdiri dari :
a. Pleno Dewan Pimpinan dimasing-masing Tingkat Kepengurusan;
b. Badan Pertimbangan Organisasi ditingkat masing-masing Kepengurusan;
c. Rapat Kompartemen di masing-masing tingkat kepengurusan.
2. Rapat Pleno Dewan Pimpinan di masing-masing tingkat kepengurusan sekurang-kurangnya diadakan sekali dalam (3) tiga bulan.
3. Rapat Badan Pertimbangan Organisasi di masing-masing tingkat kepengurusan sekurang-kurangnya diadakan sekali dalam (3) tiga bulan.
24
4. Rapat Dewan Pakar dilakukan sesuai keperluan masing-masing.
BAB VII
TATA TERTIB MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 25
Tata Tertib Musyawarah dan Rapat Kerja di tiap tingkatan organisasi di tetapkan oleh musyawarah atau rapat ditingkatan masing-masing sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 26
1. Musyawarah ditiap tingkatan dipimpin oleh Majelis
Pimpinan yang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah atas usul pengurus ditingkatan masing-masing, terdiri dari seorang ketua, dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang anggota;
2. Selain alat kelengkapan Musyawarah seperti dimaksud
pada ayat (1) pasal ini, Musyawarah dapat membentuk alat kelengkapan lainnya sesuai kebutuhan.
Pasal 27
Rincian Peserta, Peninjau dan Undangan pada Musyawarah Organisasi ditetapkan oleh Dewan Pimpinan ditingkatannya masing-masing.
Pasal 28
1. Musyawarah dan rapat-rapat hanya sah jika:
a. Undangan sudah disampaikan sebelumnya kepada
peserta Musyawarah atau Rapat bersangkutan; b. Musyawarah atau rapat mencapai quorum, apabila
dihadiri oleh lebih setengah dari jumlah peserta;
2. Dalam hal quorum tidak tercapai, maka:
a. Munas atau MUNASLUB, MUSDA ditunda paling lama dua puluh empat jam dari waktu yang ditetapkan, setelah itu Musyawarah tersebut dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya sepertiga peserta;
b. Musyawarah Kerja disetiap tingkatan ditunda paling
lama dua belas jam dari waktu yang ditetapkan, setelah itu Musyawarah tersebut dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya sepertiga peserta;
c. Musyawarah Paripurna Organisasi ditunda paling
lama dua jam dari waktu yang ditetapkan, setelah itu Musyawarah Paripurna Organisasi dianggap sah apabila dihadiri sepertiga peserta;
d. Setelah penundaan Musyawarah, apabila yang
hadir tidak mencapai sekurang-kurangnya sepertiga peserta maka Musyawarah batal, dengan ketentuan pada Dewan Pimpinan sesuai tingkatannya diwajibkan menyelenggarakan Musyawarah yang dibatalkan tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan.
25
Pasal 29
Pengaturan lebih lanjut dari Tata Tertib Musyawarah di tiap tingkatan ditetapkan oleh Musyawarah atau rapat di tingkatan masing-masing sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 30
Tertib Acara Musyawarah atau Rapat ditetapkan oleh Musyawarah atau Rapat bersangkutan.
Pasal 31
1. Keputusan Musyawarah atau Rapat diambil atas dasar
musyawarah untuk mufakat; 2. Dalam hal mufakat belum tercapai walaupun sudah
diusahakan dengan sungguh-sungguh, sedang keputusannya yang hendak diambil sangat mendesak, maka keputusan dapat diambil dengan pemungutan suara;
3. Keputusan yang diambil dengan pemungutan suara hanya
sah jika pengambilan keputusan itu dihadiri sekurang-kurangnya separoh dari jumlah peserta yang berhak menggunakan hak suaranya dan keputusan tersebut disetujui oleh separoh dari jumlah suara;
4. Jumlah hak suara masing-masing peserta MUNAS atau
MUNASLUB adalah sebagai berikut:
a. Dewan Pimpinan Pusat mempunyai satu hak suara; b. Masing-masing Dewan Pimpinan Daerah
mempunyai satu hak suara; c. Masing-masing Dewan Pimpinan Cabang
mempunyai satu hak suara ;
5. Jumlah suara masing-masing peserta Musyawarah Daerah dan Cabang adalah sebagai berikut:
a. Dewan Pimpinan mempunyai satu hak suara,
kecuali dalam pemilihan Dewan Pimpinan Daerah, Cabang serta pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara;
b. Dewan Pimpinan Daerah dan Cabang, masing-
masing mempunayai satu hak suara.
Pasal 32
1. Pemilihan Dewan pimpinan di tiap tingkatan dilakukan oleh Musyawarah ditingkatannya masing-masing dengan cara menunjuk formatur yang diberikan mandat penuh untuk menyusun komposisi dan memilih personalia Dewan Pimpinan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Formatur yang dimaksud pada ayat (1) pada pasal ini terdiri dari 3 (tiga) atau 5 (lima) orang ditetapkan oleh Musyawarah terdiri dari seorang ketua dan beberapa Anggota.
26
3 Khusus untuk pemilihan Ketua Umum/Ketua di masing-
masing tingkatan, dilakukan melalui pemilihan secara langsung dan ketua Umum/Ketua terpilih sebagai ketua Formatur.
4. Kecuali untuk pemilihan DPP, formatur didampingi oleh
salah seorang utusan yang mewakili Dewan Pimpinan setingkat lebih tinggi dari tingkat organisasi yang menyelenggarakan Musyawarah tersebut.
5. Keputusan Formatur dilaporkan kepada Musyawarah
bersangkutan untuk disahkan menjadi ketetapan Musyawarah.
Pasal 33
1. Setiap Musyawarah atau Rapat dibuat notulen yang ditandatangani Pimpinan Musyawarah atau Rapat bersangkutan dan disampaikan kepada peserta.
2. Notulen yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dianggap
sah apabila tidak ada yang mengajukan keberatan sekurang-kurangnya dalam dua bulan setelah tanggal notulen tersebut.
3. Keberatan yang dimaksud pada ayat (2) pasal ini diajukan
kepada Dewan pimpinan yang menyelenggarakan Musyawarah atau Rapat, dan harus dibahas dan diambil keputusan pada kesempatan pertama diadakannya rapat Dewan pimpinan bersangkutan.
BAB VIII KEUANGAN
Pasal 34
1 Setiap tahun Dewan Pimpinan disetiap tingkatan
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi.
2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi didasarkan pada prinsip kemandirian dalam rangka pelaksanaan Program Umum.
Pasal 35
1 Setiap Anggota wajib membayar uang pangkal dan
uang iuran bulanan; 2. Besarnya uang pangkal dan uang iuran bulan
ditetapkan oleh DPP; 3. Penggunaan uang pangkal dan uang iuran bulanan
yang diperoleh di masing-masing tingkat sepenuhnya menjadi wewenang tingkatan tersebut;
4. Untuk membiayai kehidupan dan pengembangan
organisasi di semua tingkatan diadakan kegiatan usaha guna mendapatkan dana, dengan jalan :
a. Usaha yang mendapatkan bantuan yang tidak
mengikat; b. Membentuk usaha produktif yang dapat
menghasilkan,
27
5. Ketentuan tentang pelaksanaan ayat (4) pasal ini
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pasal 36
1 Hal-hal yang menyangkut keuangan dan kekayaan Organisasi harus dipertanggungjawabkan oleh Dewan pimpinan kepada Forum Musyawarah sebagaimana dimaksud Pada BAB VIII Pasal 17 Anggaran Dasar.
2. Apabila dianggap perlu pada setiap forum Musyawarah
dapat dibentuk Tim Verifikasi Pertanggungjawaban Keuangan sebagaimana disebut pada ayat (1) pasal ini yang dalam pelaksanaan tugasnya bila diperlukan dapat menggunakan jasa Akuntan Publik.
Pasal 37
Pelepasan dan penghapusan asset organisasi ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat untuk tingkat Pusat, sedangkan ditingkat Daerah, Cabang, Anak Cabang dan Ranting ditetapkan oleh Dewan Pimpinan setingkat diatasnya.
BAB IX
PENUTUP
Pasal 38
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi yang dibuat dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pasal 39
Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Jakarta, 10 Nopember 2015 Herman Rachman