Download - Wrap Up Sk-2 Muskuloskeletal B-11
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………….1
Skenario…………………………………………………………………………..2
Kata-kata Sulit………...………………………………………………………….3
Pertanyaan dan Braistorming …....……………………………………………….4
Hipotesa…………………………………………………………………………..6
Sasaran Belajar……..……………………………………………………………..7
LO.I. Memahami dan Menjelaskan Anattomi Tendon Achilles …….........……...8
I.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Tendon Achilles
I.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Tendon Achilles
I.3. Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi pada Tendon Achilles
LO.II. Memahami Dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles………………….13
II.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Ruptur Tendon Achilles
II.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Ruptur Tendon Achilles
II.3. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis Ruptur Tendon Achilles
II.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Ruptur Tendon Achilles
II.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Ruptur Tendon Achilles
II.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Ruptur
Tendon Achilles
II.7. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Ruptur Tendon Achilles
II.8. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Ruptur Tendon Achilles
II.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Ruptur Tendon Achilles
Daftar Pustaka……………………………………………………………………25
1
SKENARIO
Seorang laki-laki atlet splinter berusia 35 tahun datang ke UGD Rumah Sakit
dengan keluhan sulit berjalan dan nyeri sekali di pergelangan kaki kanannya sejak 1
jam yang lalu.
Keluhan dirasakan saat berlari cepat saat latihan, ketika berlari tiba-tiba kaki
kanannya berbunyi “krek” dan laki-laki tersebut berhenti berlari. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum baik dan tanda vital baik. Pada pergelangan kaki
kanan didapatkan nyeri bila ditekan. Pada pemeriksaan tes Simmonds, tidak
didapatkan plantar fleksi kaki kanan.
2
KATA-KATA SULIT
1. Tes Simmonds : tes untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan tendon pada
tulang calcaneus.
2. Plantar flesksi : gerakan meluruskan telapak kaki dari pergelangan kaki.
3
PERTANYAAN
1. Mengapa dirasakan nyeri pada pergelangan kaki?
2. Mengapa perlu dilakukan tes Simmonds?
3. Bagaimana sebaaiknya posisi pergelangan kaki agar dapat menimimalisir
nyeri?
4. Pemeriksaan lain apa yang dapat dilakukan selain tes Simmonds? Apa gold
standard-nya untuk kasus ini?
5. Apa diagnosis dari skenario tersebut?
6. Apa penyebab nyeri pada skenario tesebut?
7. Bagaimana cara melakukan tes Simmonds?
8. Apakah penyakit ini dapat menyebabkan penderita menjadi lumpuh?
9. Apakah hanya gerakan plantar fleksi yang tidak didapatkan pada tes
Simmond? Bagaimana dengan gerakan lain?
10. Mengapa saat penderita berlaki didapatkan bunyi “krek” dan mengapa
penderita tidak bisa berjalan lagi?
11. Bagaimana pertolongan pertama yang harus dilakukan agar tidak
memperparah keadaan pasien?
12. Otot dan sendi apa yang berperan saat berlari?
4
BRAINSTORMING
1. Karena elastisitas pada jaringan menurun yang menyebabkan suplai darah ikut
menurun sehingga pergelangan kaki menjadi kaku dan terjadilah nyeri pada
sendi tersebut.
2. Tes Simmonds perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya Ruptur
pada tendon Achilles. Jika hasilnya positif maka tidak terjadi plantar fleksi.
3. Untuk dapat meminimalisir rasa nyeri pada penderita dapat dilakukan gerakan
plantar fleksi.
4. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan selain Tes Simmonds adalah: MRI,
Rontgen (X-Ray), O’ Brian Test, dan Copelend Test.
5. Diagnosis penyakit yang diderita adalah Ruptur Tendon Achilles.
6. Karena elastisitas pada jaringan menurun yang menyebabkan suplai darah ikut
menurun sehingga pergelangan kaki menjadi kaku dan terjadilah nyeri pada
sendi tersebut.
7. Pasien berbaring dengan tungkai bawah menggantung, pemeriksaan dilakukan
dengan cara menekan betis pasien untuk mengetahui ada tidaknya plantar
fleksi.
8. Apabila penderita tidak diobati maka dapat menyebabkan lumpuh dan bila
terdapat infeksi dapat diamputasi.
9. Gerakan lain yang dapat dilakukan pada tes Simmonds selain plantar fleksi
adalah gerak dorsal fleksi.
10. Karena terjadi ruptur pada Tendon Achilles yang menyebabkan fraktur pada
m. gastrocnemius dan tulang calcaneus sehingga pasien tidak dapat berjalan
lagi.
11. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan balut bidai dan
kompres menggunakan air es, serta istirahat yang cukup
12. Fase mengangkat: m. quadratus femoris dengan art. Coxae
Fase mengayun: m. biceps femoris
Fase berlari: mirip dengan fase berjalan tapi tidak ada double stand
5
HIPOTESA
Ruptur Tendon Achilles disebabkan oleh elastisitas pada jaringan menurun yang
menyebabkan suplai darah ikut menurun sehingga pergelangan kaki menjadi kaku dan
terjadilah nyeri pada sendi tersebut dimana terjadi fraktur pada m. gastrocnemius dan
tulang calcaneus yang menyebabkan tidak dapat berjalan. Pertolongan pertama yang
dapat dilakukan adalah melakukan dengan balut bidai, kompres menggunakan air es,
dan istirahat yang cukup serta memposisikan plantar fleksi untuk menimimalisir
nyeri. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah MRI, Rontgen (X-
Ray), O’ Brian Test, dan Copelend Test dengan salah satunya adalah Tes Simmonds,
yang dapat dilakukan dengan cara pasien berbaring dengan tungkai bawah
menggantung dan menekan betis pasien. Hasil dari pemeriksan ini adalah tidak
ditemukannya plantar fleksi dan dorsal fleksi. Jika ruptur tendon Achilles tidak
diobati, dapat menyebabkan lumpuh dan bila terdapat infeksi dapat diamputasi.
6
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Tendon Achilles
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Tendon Achilles
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Tendon Achilles
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi pada Tendon Achilles
LO.II. Memahami Dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles
II.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Ruptur Tendon Achilles
II.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Ruptur Tendon Achilles
II.3. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis Ruptur Tendon Achilles
II.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Ruptur Tendon Achilles
II.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Ruptur Tendon Achilles
II.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Ruptur
Tendon Achilles
II.7. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Ruptur Tendon Achilles
II.8. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Ruptur Tendon Achilles
II.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Ruptur Tendon Achilles
7
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Tendon Achilles
1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Tendon Achilles
Gambar 1.1: Letak Tendon Achilles
Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Tendon
tersebut berfungsi untuk melekatkan otot Gastrocnemius dengan otot soleus
ke salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu Calcaneus. Tendon
Achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu gastronemius, soleus, dan otot
plantaris kaki. Tendon Achilles adalah tendon yang tertebal dan terkuat pada
tubuh manusia yang panjangnya 15 cm, dimulai dari pertengahan tungkai
bawah. Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah
belakang tulang calcaneus. Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya
yang dihasilkan oleh kontraksi otot terhadap tulang. yang dimulai dari
pertengahan tungkai bawah.
Fungsi tendon diantaranya adalah membawa kekuatan tarik tendon dari
otot ke tulang- tulang, membawa pasukan kompresi ketika membungkus
tulang seperti katrol, menekuk dan meregangkan semua sendi dan otot untuk
menahan tulang. Tanpa tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan
besar di satu bidang dan tidak akan bisa bergerak, karena tendon yang
menghubungkan otot dengan tulang.
8
1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Tendon Achilles
Tendon Achilles tersusun atas > 95% serat kolagen dan < 5% serat
elastin yang merupakan jaringan ikat padat. Tendon terdiri dari struktur yang
berlapis, bersifat lentur dan kuat. Komponen terkecil di dalam struktur tendon
adalah kolagen fibril atau tenosite. Tenosite akan dilapisi oleh serat kolagen.
Beberapa serat kolagen terikat bersama dan membentuk lapisan berikutnya
dalam tendon yaitu fasikel.
Endotenon melingkari fasikel untuk menstabilkan dan mengikat
mereka bersama-sama dalam tendon Achilles. Endotenon tersebut kemudian
diikat bersama oleh lapisan akhir dari tendon, yang disebut peritenon.
Epitenon adalah lapisan interior, paling dekat dengan endotenon yang berisi
pembuluh darah, limfatik, dan suplai saraf. Selanjutnya adalah mesotenon
yang diisi dengan cairan pelumas yang memungkinkan Achilles tendon untuk
bergerak ketika gastrocenemius dan otot soleus di betis kontraksi.
Gambar 1.2.1: Struktur Tendon
Gambar 1.2.2: Sediaan Tendon dilihat dari mikroskop
9
Gambar 1.2.3 Tendon achilles normal Gambar 1.2.4 Ruptur tendon Achilles
1.3. Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi pada Tendon Achilles
Normal: Ketika otot gastrocnemius (di betis) berkontraksi (memendek),
tendon yang melekat dari otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak. Saat
memendek, tendon bergerak ke bawah kaki. Ini adalah tindakan yang
memungkinkan seseorang berdiri di atas jari kakinya sendiri, berlari,
melompat, berjalan normal, dan untuk naik turun tangga (tindakan jinjit).
Pergerakan: Ketika tubuh berada dalam posisi tegak, kaki di sudut yang tepat
ke arah tungkai. Gerakan sendi berasal dari Dorsofleksi dan ekstensi;
dorsofleksi meliputi aproksimasi dorsum kaki ke tungkai depan, sementara
ekstensi tumit ditarik ke atas dan jari-jari kaki menunjuk ke bawah. Kisaran
gerakan bervariasi pada individu yang berbeda, sekitar 50°-90°. Pergerakan
Sumbu transversal terjadi sedikit miring. Malleoli erat merangkul talus di
semua posisi sendi, sehingga setiap sedikit pergerakan derajat dari sisi-ke-sisi
yang mungkin ada, terjadi hanya karena peregangan ligamen dari
syndesmosis talofibular, dan fibula yang sedikit bengkok. Permukaan
artikular superior talus lebih luas di depan daripada di belakang.
Dalam dorsofleksi, ruang yang lebih besar dibutuhkan antara dua
malleoli. Hal tersebut didapat dengan gerakan berputar sedikit keluar dari
ujung bawah fibula dan peregangan ligamen syndesmosis, gerakan lateral ini
dimudahkan dengan sedikit meluncur di tibiofibular artikulasi, dan mungkin
juga oleh fibula yang menekuk. Dari ligamen, deltoideus memiliki kekuatan
sangat besar, terbiasa tahan tekanan seperti proses fraktur. Bagian tengah,
bersama-sama dengan ligamen calcaneofibular, mengikat kuat tulang-tulang
10
tungkai ke kaki, dan menolak pemindahan di segala arah. Serabut anterior dan
posterior membatasi ekstensi dan fleksi kaki masing-masing, dan serat
anterior juga membatasi abduksi.
Posterior ligamentum talofibular membantu dalam melawan
perpindahan calcaneofibular dari kaki belakang, dan memperdalam rongga
untuk penerimaan talus. Talofibular anterior adalah pelindung terhadap
perpindahan kaki ke depan, dan batas perpanjangan sendi. Gerakan inversi
dan eversi kaki, terutama berpengaruh pada sendi tarsal; sendi yang memiliki
jumlah gerak terbesar antara talus dan kalkaneus belakang dan navicular dan
berbentuk kubus di depan. Hal ini sering disebut sendi transversal tarsal, dan
dapat mengganti sendi pergelangan kaki dalam ukuran besar ketika akhirnya
menjadi ankylosed, dengan tarsus sendi subordinat.
Perpanjangan (ekstensi) kaki pada tibia dan fibula dihasilkan oleh
Gastrocnemius, soleus, Plantaris, M. Tibialis posterior, longus Peronæi dan
brevis, M. Fleksor digitorum longus, dan M. Fleksor halusis longus;
dorsofleksi, oleh M. Tibialis anterior, Tertius Peronæus, ekstensor digitorum
longus, dan ekstensor halusis proprius.
Tendo Achilles memiliki origo pada M.gastrocnemius, M.soleus,
M.plantaris dan ber-insersio pada Os.calcaneus sehingga memiliki sumbu
pergerakan pada Articulatio talocrularis. Memiliki sumbu gerak frontal yang
berjalan dari craniomedialis ujung bawah Maleolus medialis sampai
caudolarteralis ujung bawah Maleolus lateralis, membentuk sumbu
transversal 7˚ dan sumbu frontal 13˚. Hal ini memungkinkan gerakan:
1. Dorsoflexi: M.tibialis anterior, M.extensordigitorum longus, M.peroneus
tertius, M.extensor hallucis longus
2. Plantarflexi: M.gastrocnemius, M.soleus, M.plantaris, M.flexor hallucis
longus, M.peroneus longus & brevis, M.tibialis posterior
11
Gambar 1.3 Kinesiologi Tendo Achilles
Articulatio:
a.) Articularis Subtalaris (Talocalcanea)
Tulang: Os. Talus & os. Calcaneus
Jenis sendi: Gliding
Gerak sendi: Geser
Sumbu gerak: Mempunyai sumbu gerak yang berjalan dari posterior
inferior menuju anterosuperior os. Calcaneus
Memperkuat sendi: Ligamentum talocalcaneum laterale, ligamentum
talocacaneum mediale, anterior, posterior & logamentum talocalcaneum
interoseum.
Pada articulatio subtalaris dapat dilihat gerak eversi dimana telapak
kaki bergerak ke lateral, sedangkan gerak inversi bergerak ke medial.
Seringkali istilah inversi & eversi digantikan dengan istilah pronasi dan
supinasi. Eversi 5 derajat terjadi akibat dorsofleksi dan abduksi. Sedangkan
inversi 20 derajat akibat plantarfleksi dan adduksi.
b.) Articularis Talocalcaneonavicularis
Tulang: Os. Talus, Os. Calcaneus & Os. Cuboideum
Jenis sendi: Gliding
Gerak sendi: Geser & Rotasi
Memperkuat sendi: Ligamentum talonaviculare & ligamentum
Calcaneonaviculare
c.) Articularis Calcaneocuboidea
Tulang: Os. Calcaneus & Os. Cuboideum
Jenis sendi: Plana
12
Gerak sendi: Geser & sedikit rotasi
Memperkuat sendi: Ligamentum calcaneocuboideum dorsale at plantare,
ligamentum plantar longum & articulationes tarsometatarsales
2. Memahami Dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles
2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Ruptur Tendon Achilles
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi
kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif
maksimal. (Muttaqin, A. 2011)
2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Ruptur Tendon Achilles
a) Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
b) Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah
c) Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
d) Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
e) Obesitas
2.3. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Ruptur Tendon Achilles
- Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang
pergelangan kaki atau betis seperti adanya rasa sakit pada tendon
Achilles sekitar 1-3 inci di atas tulang tumit. Daerah ini paling sedikit
menerima supplai darah dan mudah sekali mengalami cedera meskipun
oleh sebab yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang menyebabkan
iritasi.
- Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya
kelemahan yang luas pada serat-serat protein kolagen, yang
mengakibatkan robeknya sebagian serat atau seluruh serat tendon.
- Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit
- Tumit tidak bisa digerakan turun naik
- Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di
atas tulang tumit
13
- Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang
pergelangan kaki. Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di
bagian belakang kaki.
- Nyeri bisa berat. Nyeri yang datang secara tiba-tiba selama melakukan
kegiatan, khususnya saat mengubah arah lari atau pada saat lari mendaki.
Atlet mungkin merasakan adanya bagian yang lembek bila meraba daerah
sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya cairan peradangan yang
berkumpul dibawah selaput peritenon.
- Nyeri lokal, bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles
tendon dekat lokasi penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif
semua sangat menyarankan diagnosis.
2.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Ruptur Tendon Achilles
Tendo Achilles ini terdiri dari dua buah tendo yang bergabung yaitu
otot soleus dan otot gastrocnemius. Kumpulan jaringan otot soleus terselip ke
dalam bagian dalam tulang tumit. Di sekeliling kedua tendo tersebut terdapat
suatu lapisan vascular yang amat penting yaitu peritenon yang memelihara
suplai darah pada jaringan tendo. Rupture traumatic tendon Achilles biasanya
terjadi dalam selubung tendo ini akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba
atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga terjadi
kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar
kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban. Karena adanya
penempatan khusus dari masing-masing jaringan tendo maka para atlet
mempunyai kecenderungan menjadi berkaki datar, dan seringkali menarik
tendo soleus in berubang-ulang sehingga dapat meningkatkan cedera pada
tendo soleus tersebut. Para atlet yang mempunyai lengkung kaki tinggi, akan
menarik jaringan gastrocnemius secara terus-menerus sehingga menyebabkan
cedera tendo Achilles menjadi lebih parah dan kompleks.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat
batasan di fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi
bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya
kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons secara
linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang ditempatkan
pada tendon tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara
14
umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban.
Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur
melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa
peringatan, atau akibat tendinitis Achilles. Tampaknya otot betis yang lemah
dapat menyebabkan masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka
dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan
juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin
lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih kuat. Keadaan
kontraksi seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan
mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot
kaki anterior inferior dan otot-otot kaki posterior yang lebih rendah juga dapat
mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki
yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis
kontraksi, kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama
peregangan kuat dari tendon.
2.5. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Ruptur
Tendon Achilles
Dalam mendiagnosis ruptur tendo achilles, ahli bedah kaki dan
pergelangan kaki akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan
cedra terjadi dan apakah pasien tersebut sebelumnya cedera tendo atau gejala
serupa juga dialami. Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan
dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki.
Jika tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang
dalam mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami
kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya
langsung dan dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa
kasus, ahli bedah dapat memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.
15
Pemeriksaan fisik
Dari pergerakan tumit dan otot. Apabila pergerakannya lemah atau tidak
ada pergerakan maka dicurigai tendo Achilles mengalami ruptur.
Thompson test
Pertama kali ditemukan oleh Simmonds dan dipopulerkan oleh
Thompson-Doherty. Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas.
Apabila tendo Achilles normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo
Achilles. Namun apabila terjadi ruptur, maka tidak ada pergerakan.
Gambar 2.5.1 Tes Thompson
Obrien’s Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus dimasukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak
dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti plantar fleksi pertanda
bahwa tendo Achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum tidak bergerak,
menandakan tendo Achilles yang mangalami ruptur. Tidak disarankan untuk
dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.
Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif. Apabila tendo utuh, maka
tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila tendo mengalami ruptur,
tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama sekali.
Maffuli mengevaluasi sensitivitas, spesifisitas dan prediktif dan nilai dari
tes pijat betis, jarak teraba, tes Matles, tes jarum O’Brien dan tes
16
sphygmomanometer tes dari 174 ruptur tendon Achilles lengkap. Semua tes
menunjukan nilai prediksi positif tinggi, namun tes pijat betis (tes Thompson)
dan tes Matles ternyata lebih sensitif (0, 96 dan 0, 88) dibandingkan tes lain.
Pemeriksaan penunjang
Test fleksi Lutut
Pasien diminta untuk aktif melenturkan lutut sampai 90 derajat sambil
berbaring rawan dimeja periksa. Selama gerakan ini, jika kaki pada sisi yang
terkena jatuh ke netral atau dorsofleksi, diagnosis ruptur tendon Achilles dapat
ditegakkan.
Test jarum
Sebuah jarum suntik dimasukkan melalui kulit pada betis, dari medial ke garis
tengah, dan 10 cm proksimal terhadap masuknya tendon. Jarum dimasukkan
dampai ujungnya ada di dalam substansi tendon. Pergelangan kaki kemudian
bergantian melakukan plantar fleksi dan dorsofleksi. Jika, pada dorsofleksi, titik
jarum distal, bagian dari tendon distal jarum dianggaputuh. Jika titik jarum
proksimal, diduga hilangnya kontinuitas antara jarum dan tempat penyisipan dari
tendon.
Tes sphygmomanometer
Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian tengah
sementara pasien berbaring rawan. Manset mengembang hingga 100 milimeter
merkuri (13, 33 kilopascal) dengan kaki di fleksi plantar. Kaki kemudian
dorsofleksi. Jika tekanan naik sampai sekitar140 milimeter merkuri (18,66
kilopascal), unit musculotendinous dianggap menjadi utuh.Namun, jika tekanan
tetap sekitar 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka diagnosis ruptur
tendon Achilles dapat ditegakkan. Menjelaskan pemeriksaan radiologi ruptur
tendon Achilles.
Plain Radiograph
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung robekan tendon
Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Hal
17
ini tidak efektif untuk mengidentifikasi cedera pada jaringan lunak. Sinar-X dibuat
ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar sinar-X
diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda dari padat
(misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang padat (otot misalnya) jaringan ketika
sinar melewati jaringan dan ditangkap di film. Sinar-X umumnya dipakai untuk
mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara jaringan lunak
masih relatif tidak dibedakan di latar belakangnya. Radiografi memiliki peran kecil
dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk
mengesampingkan cedera lain seperti patah tulang kalkanealis.
Gambar 2.5.2 Ruptur tendon Achilles dengan plain radiograph
Ultrasonografi
Gambar 2.5.3 USG ruptur tendon Achilles
18
Dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan adanya
robekan. Bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara
melalui tubuh pasien. Beberapa suara dipantulkan kembali dari ruang antara
cairan interstisial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar yang tercermin
ini dapat dianalisis dan dihitung ke dalam suatu gambar. Gambar-gambar
ditangkap secara nyata dan dapat membantu dalam mendeteksi pergerakan
tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau robek. Perangkat ini
membuat pemeriksaan menjadi sangat mudah untuk menemukan kerusakan
struktural jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis
cedera. Alat modalitas gambar ini tidak mahal, tidak melibatkan radiasi pengion
dan di tangan ultrasonographer ahli, bisa diandalkan.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Dapat digunakan untuk membedakan ruptur tidak lengkap dari degenerasi
tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis,
tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk
menyelaraskan jutaan proton berjalan melalui tubuh. Proton ini kemudian
dibombardir dengan gelombang radio yang merubuhkan beberapa dari proton tsb
keluar dari garis (alignment). Ketika proton kembali mereka (proton)
memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis
oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar tajam penampang silang dari
area penting. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan
lunak untuk foto berkualitas sangat tinggi sehingga mudah untuk teknisi
menemukan robekan dan cedera lainnya.
19
Gambar 2.5.4 MRI ruptur tendon Achilles
Diagnosis Banding
1. Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi
gesekan. Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis
adalah peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya
membatasi gesekan. Dimana Achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit
meluncur turun naik.
2. Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika
berjalan/ berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang
dapat membuat trauma tendon Achilles dan betis.
3. Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon
Achilles yang juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.
2.6. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Ruptur Tendon Achilles
Pengobatan segera yang dilakukan yaitu:
1. Istirahat
2. Kompres es batu dan pengangkatan, tujuannya adalah untuk
meminimalkan pendarahan dalam pembengkakan serta untuk
mencegah bertambah parahnya cedera. Es batu bertujuan mengurangi
peradangan.
20
3. Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik
dan mengangkatnya sampai diatas jantung akan membantu mengurangi
pembengkakan, suatu perban bisa dililitkan secara longgar di sekeliling
kantong es batu.
Pengobatan Konservatif
o Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial,
maupun seluruhnya
o Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan rupture tendo
Achilles
o Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit
agar ujung tendon dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari
pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak
o Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut
selama 4-6 minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi
plantar pada pergelangan kaki
o Fisioterapi
Pembedahan
1. Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini, dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. Melalui
luka tusuk, jahitan melewati ujung distal dan proksimal, yang
diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada equinus maksimal.
Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul,
dan mendorong subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang
perban kering dan steril Setelah itu, pasien menggunakan bantalan gips
yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan selama 4 minggu,
diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan
elevasi tumit rendah. Meskipun operasi perkutan secara tradisional
dipandang memiliki tingkat rerupture tinggi dibandingkan operasi
terbuka, studi menunjukkan bahwa tingkat rerupture keduanya
sebenarnya sama besar. Sekitar 5 dari 100 orang yang melakukan
operasi untuk ruptur tendon Achilles akan rerupture setelah operasi
21
2. Open Surgical Repair
Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan
longitudinal medial. Insisi medial memiliki keuntungan visualisasi
yang lebih baik pada tendon plantaris, serta menghindari cedera pada
saraf Sural. Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya
tingkat komplikasi luka dan adesi. Pada pendekatan ini, dibuat sayatan
sepanjang 3-10 cm. setelah paratenon disayat secara longitudinal,
ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan dengan
menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan
menggunakan nonabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung
dengan teknik cross-stitch. Paratenon harus disambung kembali agar
tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan membatasi
terjadinya komplikasi luka. Setelah operasi, pergelangan kaki
dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan orthosis. Setelah periode
imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikit dalam
orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat
parsial. Imobilisasi biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan.
Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak, berenang,
bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapidengan
mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien
dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu 4 bulan.Tindakan
operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan
memiliki tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture;
peningkatan kekuatan otot pascaoperasi,dan daya tahan, dan
membutuhkan waktu yang lebih singkat agar dapat kembali
beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan konservatif.
Namun, kemungkinan terjadinya komplikasi luka seperti infeksi,
drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit lebih tinggi
daripada tindakan non-operasi.
Setelah kedua jenis operasi, kemungkinan akan mengenakan
gips, boot berjalan, atau perangkat serupa untuk 6-12 minggu. Pada
awalnya, boot diposisikan untuk menjaga kaki menunjuk ke bawah
untuk menyembuhkan tendon. Boot kemudian disesuaikan secara
22
bertahap untuk meletakkan kaki dalam posisi netral (tidak mengarah ke
atas atau bawah). Waktu pemulihan total Anda mungkin akan selama 6
bulan.
Obat-Obatan
Obat hanya diresepkan untuk mengurangi gejala-gejala nyeri.
Obat-obat ini mungkin termasuk
a) Salisilat,salisilamid, dan diflunisal
Digunakan sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi.
Dibsorbsi di lambung lambat, absorbsi melalui kulit cepat,
metabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal.
b) Asetaminofen, Fenasetin
Memiliki efek analgetik dan antipiretik yang cukup tapi hampir
tidak memiliki efek antiinflamasi. Diabsorpsi oral cepat dan
sempurna. T ½: 1-3 jam. Di metabolisme di hati. Toksisitas:
nekrosis hati
c) Pirazolon dan derivatnya
Memiliki efek analgetik dan antipiretik
Diindikasikan sebagai analgetik dan antipiretik yang tidak dapat
diturunkan oleh obat lain. Efek samping obat: agranulositosis,
anemia aplastik, trombositopenia
d) Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
Tidak lagi dianjurkan sebagai antiinflamasi
e) Asam Mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat lebih sering digunakan sebagai analgesik,
antiinflamasi. Efek samping obat: Iritasi lambung, waspada dengan
interaksi terhadap antikoagulan
f) Diklofenak
Diabsorbsi cepat dan lengkap dari saluran cerna. Ikatan protein
99%. T ½: 1-3 jam. Diakumulasi di cairan sinovial. Efek samping
obat: gangguan saluran cerna
g) Ibuprofen, Ketoprofen, dan Naproksen
23
Sebagai analgesik dan antiinflamasi. Ibuprofen juga digunakan
sebagai antipiretik. Menurunkan efek diuresis dan natriuretik
furosemid dan tiazid, alfa dan beta bloker dan katopril.
2.7. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Ruptur Tendon Achilles
Untuk membantu mencegah cedera Achilles tendon, peregangan
Achilles tendon dan otot betis sebelum mengambil bagian dalam kegiatan
fisik. Lakukan latihan peregangan perlahan, peregangan ke titik di mana
seseorang merasa menarik terlihat, tetapi tidak sakit. Tidak bouncing selama
peregangan. Untuk membantu otot dan tendon menyerap tenaga lebih banyak
dan menghindari cedera, cobalah latihan yang memperkuat betis. Contohnya
adalah:
Hindari kegiatan yang menempatkan stres berlebih pada tendon Achilles
Anda, misalnya bukit-berlari dan melompat kegiatan.
Jika anda melihat rasa sakit selama latihan, istirahat.
Jika salah satu latihan atau kegiatan yang menyebabkan Anda sakit terus-
menerus, coba yang lain.
Berdampak tinggi olahraga alternatif, seperti berlari, dengan olahraga-
dampak rendah, seperti berjalan, bersepeda atau berenang.
Menjaga berat badan yang sehat.
Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat atletik di tumit.
2.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Ruptur Tendon Achilles
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. Infeksi adalah
adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan
gejala klinis, masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit,
mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang disebabkan oleh
suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.
2.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Ruptur Tendon Achilles
Kebanyakan orang yang mengalami RTA, tendonnya akan kembali
normal. Jika operasi dilakukan, tedon mungkin menjadi lebih kuat dan kecil
kemungkinannya untuk ruptur lagi dibanding yang memilih pengobatan
konservatif. Biasanya, kegiatan berat seperti berjalan baru bisa dilakukan lagi
24
setelah 6 minggu. Atlite biasanya kembali berolah raga setelah 4-6 minggu
setelah operasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. (2007). Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta:
FKUI
Price, A.S dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putz, R.Pabst. (2002). Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jilid 2. Jakarta:
EGC
Syamsir, HM. (2011). Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: FKUY
Tracy Hodge. (2014). Ruptured Achilles Tendon Prognosi. [online]. Tersedia :
https://books.google.co.id/books/about/
Rupture_of_the_Tendo_Achilles_in_Chicken.html?
id=l6t8MwEACAAJ&redir_esc=y. Diakses pada tanggal 17 September 2015, Jam
20:00.
http://www.ehow.com/facts_5762647_ruptured-achilles-tendon-prognosis.html
http://emedicine.medscape.com/article/85024-treatment . Diakses pada tanggal 17
September 2015
26