Download - Tutor Modul 1
MODUL 1 REKAM MEDIK
BLOK 19
Terminologi
1. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan keseluruhan gambaran
lengkung gigi maksilla dan mandibula termasuk struktur gigi dan struktur
pendukungnya.
2. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang
memperlihatkan keseluruhan hubungan struktur makasilla dan mandibula
terhadap basis kranium.
Identifikasi Masalah
1. Apa perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti?
2. Selain menanyakan riwayat gigi keluarga, apa lagi yang bisa ditanyakan dalam
anamnesa?
3. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi?
4. Apa saja yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto?
5. Kenapa dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap
Dovi?
6. Apa fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho?
7. Selain rontgen foto, apa pemeriksaan lain yang diperlukan?
8. Apa penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario?
Analisa Masalah
1. Perbedaan antara anamnesa umum dengan anamnesa ortodonti:
Anamnesa umum meliputi CC, PI, PMH, PDH, dan FH.
Anamnesa orto lebih memperhatikan hal-hal seperti kebiasaan buruk
pasien, riwayat pencabutan gigi, dan faktor-faktor penyebab lainnya.
2. Hal lain yang dapat ditanyakan dalam anamnesa:
Kebiasaan buruk pasien.
Pada PDH, tanyakan lebih lanjut mengenai riwayat kehilangan gigi
pasien. Hal ini dapat menjadi penyebab malposisi gigi.
Riwayat penyakit.
3. Prosedur yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kasus Dovi:
Anamnesa umum nama, umur, jenis kelamin.
Analisa lokal keadaan IO dan EO.
Analisa fungsional TMJ, pola pembukaan rahang.
Analisa model sbg acuan diagnosa.
Analisa sefalometri
4. Yang termasuk rekam medik (dokumen) dalam orto:
Lampiraqn odontogram
Foto profil
Rontgen foto
5. Alasan dokter gigi melakukan rontgen sefalometri dan panoramik terhadap
Dovi:
Untuk membantu dokter gigi dalam menentukan diagnosa terhadap kasus
Dovi.
6. Fungsi rontgen sefalo dan panoramic dalam bidang ortho:
Penentuan rencana perawatan;
Sebagai evaluasi;
Melihat keadaan gigi geligi, ex.gigi impaksi, benih gigi ada atau tidak;
Melihat keadaan struktur jaringan keras, ex.adakah pola kerusakan
tulang atau tidak.
7. Selain rontgen foto, pemeriksaan lain yang diperlukan:
Foto profil
Model studi (cetakan rahang pasien)
8. Penyebab gigi Dovi seperti yang diskenario:
Kebiasaan buruk;
Kombinasi rahang dan gigi ibu dan ayah, terjadi disharmonisasi’
Malposisi gigi.
LO II. Analisa Lokal
Ekstra Oral :
1. Bentuk muka : simetris / asimetris
2. Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :
Brahisepali : lebar, persegi
Mesosepali : lonjong / oval
Oligisepali : panjang / sempit
Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100
Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)
Klasifikasi indeks muka :
Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9
Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9
Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9
Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop
> 94,9 : Hiper Leptoprosop
Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)
Klasifikasi indeks kepala :
Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9
Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali
> 84,9 : Hiper Brahisepali
3. Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka
Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis
Gl-Pog
Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-
Pog
Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis
Gl-Pog
4. Profil muka : Menurut Schwarzt dikenal 9 tipe profil muka
Intra oral
Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :
Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan
mulutnya jelek kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek
lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan
mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.
Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
o Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
o Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
o Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan
lingual mahkota gigi (tongue of identation)
o Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah
lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus,
palatoschisis,dll. Dicatat.
Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks
(GI) 15
Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan
mucosa yang inflamasi dan hypertropy.
Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya
(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan
mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu
pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang.
Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan
menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan
yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat
ortodontik.
Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengahn
elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
Pemeriksaan gigi geligi :
o Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien.
Tulislah rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri
keterangan.
o Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi
yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.
LO III. Analisa Fungsional
Freeway space
Freeway space adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam keadaan
posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam
posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik diujung
hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam
keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di
ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak
pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris. Nilai normal
menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan
sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit diposterior sehubungan
dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar dari pada tumpang
gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih
kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.
Pola penutupan rahang
Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi
sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke
muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan
relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis. Sedangkan
yang tidak normal apabila terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula.
Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa
gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam
perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan
displacement mandibula.
Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena
perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan pada
gigi atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada jangka panjang
dapat menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.
Deviasi Mandibula
Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila mandibula
dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan
kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides. Arah path of closure
adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi
mandibula terletak dalam relasi sentrik.
Displacement Mandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan
hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang
displacement dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam beberapa keadaan
displacement terjadi pada fase gigi sulung, kemudian pada saat gigi permanen
erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang
memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat terjadi pada usia
lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan karena
hilangnya posterior akibat pencabutan. Displacement dalam jurusan
transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan silang posterior. Bila
lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacement mandibula
ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila
haltersebut terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior
pada satu sisi. Displacement ke transversal tidak berhubungan dengan
bertambahnya jarak antaroklusal. Adanya gigitan silang unilateral gigi
posterior yang disertai adanya garis median atas dan bawah yang tidak segaris
akan menimbulkan dugaan adanya displacement ke transversal. Keadaan ini
perlu diperiksa dengan seksama dengan memperhatikan pasien pada saat
menutup mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu
diperhatukan adalah letak garis median baik pada possisi istirahat maupun
pada posisi oklusi. Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini,
perlu dilakukan ekspansi regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak
semua gigitan silang unilateral berhubungan dengan dispacement. Kadang-
kadang didapatkan asimetri rahang atas dan bawah. Bila tidak terdapat
displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu
dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya. Displacement ke arah
sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada daerah insisiv. Pada
keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula. Pada kasusu kelas
III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi, mandibula bergeser ke
anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal Displacement ke posterior
kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan perbedaan displacement
mandibula ke posterior yang sering terjadi pada relasi inisisivi kelas II dengan
displacement ke posterior pada pasien dengan gigi yang masih lengkap.
Displacement ke posterior sering terjadi pada pasien yang kehilangan gigi
posterior.
Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi
istirahat. Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi sentris
dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis
median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran
berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisi garis media pada saat
posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan
path of closure.
TMJ
Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya
tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya
menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting tentang
sendi temporomandibulaadalah lebar pembukaan maksimal, yang pada keadaan
normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan. Palpasi pada
otot pengunyahan dan sendi temporomandibula merupakan bagian pemeriksaan rutin
dan perlu dicatat tanda-tanda adanya masalah pada sendi temporomandibula, misalnya
adanya rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan pembukaan Cara pemeriksaaanya
adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk
operator dibagian luar meatus accuticus externus kiri dan kanan penderita dan
penderita diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa
adanya krepitasi saat palpasi bagian luar meatus accustucus evternus atau
bunyinclicking pada saat mandibula memb uka dan menutup mulut BERARTI pola
pergerakan TMJ normal.
LO IV. Analisa Model
Analisis mode lstudi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk
menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan
kelengkapan rencanaperawatan.
Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan
pereawatan. Selain menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat bantu
lain, sepertialat bantu ukur, gambaran radiografisdantabel perkiraan.
Analisis dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan
sistemkomputerisasi, dengankelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada berbaga
ianalisis yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih sangat
bergantung pada kasus.
Macam-macam analisis pada geligi tetap antara lain untuk melihat hubungan
geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal,
dan analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkunggigi dengan rahang
antara lain Nance Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dandiagnostic setup.
Analisis untuk geligi campuran antara lain Analisis gambaran radiografis,
Moyers, dan Tanaka-Johnston.
Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat bantu
yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan teknik
analisis yang tepat untuk setiap kasus.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupunrahang bawah,serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.
Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannyadengan geligi pada rahang lawan
dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Macam-macam Analisis Model Studi
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah
sagital, transversal, dan vertikal.
Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama,
kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III
Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,
dan crossbite anterior.
Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis
median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior.
Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite,
openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.
Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap
ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh
membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada
oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena
ukuran gigi yang tidak sesuai.
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:
jumlah lebar 12 gigi rahang bawah x100
jumlah 12 gigi rahang atas
Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang
akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.
Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan
Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau fosa
kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis
apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur
menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.
Rasio diperoleh dari membagi:
PMBAW x 100
TM
Howes percaya bahwa dalam keadaan normalperbandingan PMBAW
dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan inimenunjukkan bahwa
basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua gigi.
Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti
terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar.
Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar,
maka dapat dilakukan ekspansi premolar.
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan
dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan
apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi
atau (3) ekspansi palatal.
LO V. Analisa Sefalometri dan Panoramic
Analisa chepalometri
Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat
kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi
tentang pola kraniofasial.
Manfaat sefalometri radiografik adalah:
Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan
membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang
berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.
Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).
Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat
dengan tipe fasial.
Ada 2 hal penting yaitu :
(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan
(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk
profil : cembung, lurus atau cekung.
Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan
pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan
ortodontik yang dilakukan.
Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan sefalogram
yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan ortodontik.
Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan
membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut
terbuka dan posisi istirahat.
Penelitian
Alat :
Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari
sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang
berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen).
Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar
pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan.
Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan
sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras dan
dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.
Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:
a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga
objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi
lateral atau antero-posterior.
b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat
berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam
proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini
yaitu Rotating
Kelemahan sefalometrik
Kesalahan sefalometer
Kesalahan sefalometer meliputi:
o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering
dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak cukup,
penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat diatasi
dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.
o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap
film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan pembesaran
semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek semakin kecil
terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan teknik
pemotretan yang benar.
Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan
o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang terlatih
atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi sefalometrik.
Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan pengalaman.
o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena pengukuran 3
dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi perubahan akibat
pertumbuhan dan perawatan.
Analisa Panoramik
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran
tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan
mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari
detail anatomi pada sisi kontralateral.
Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi
ditemukan dalam satu film.
Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi
sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup
seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah.
Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan
diagnosa diantaranya seperti:
Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi
gambaran pada intra-oral.
Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto
rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan
Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan
gigi atau benih gigi.
Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height
Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik :
Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.
Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat
dirangkum meliputi:
Persiapan Alat:
1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan
kedalam tempatnya.
2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan.
5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.
Persiapan pasien
1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris
rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan
jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.
3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada
yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
memegang handel agar tetap seimbang.
5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka
bersentuhan pada tempat dagu.
6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.
7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke
palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam
saat penyinaran.
Persiapan Operator :
1) Operator memakai pakaian pelindung.
2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-
ray ketika waktu penyinaran.
3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak
ada pergerakan.
4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.
Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi
1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter
secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.
2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus
radiopaque.
3) Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter
bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai
70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk
kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.
TAMBAHAN DIAGNOSIS ORTO
Definisi Diagnosa Ortodontik
Menurut Rakosi dkk (1993), diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur sistematis
dalam menentukan kelainan; menemukan kelainan, perencanaan terapi dan
penjabaran indikasi, yang mengarahkan dokter untuk dapat melakukan tindakan.
Pengertian diagnosa adalah mempelajari dan menyimpulkan data mengenai problem
klinis dengan tujuan menentukan ada atau tidaknya keadaan abnormal. (Eka, 2012)
Menurut Salzmann (1950), diagnosa dibedakan atas Diagnosa Medis (Medical
diagnosa) yaitu suatu diagnosa yang menetapkan penyimpangan dari keadaan normal
yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan tindakan medis atau
pengobatan, dan Diagnosa Ortodontik yaitu diagnosa yang menetapkan suatu kelainan
atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit) yang membutuhkan tindakan
rehabilitasi.
Diagnosa ortodonti berbeda dengan diagnosa medis lainnya. Diagnosa medis
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan diagnosa
ortodontik berhubungan dengan kelainan yang berhubungan dengan hal-hal
menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial), terutama kelainan dalam hubungan
gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah (maloklusi). (Eka, 2012)
Dalam diagnosa ortodontik, biasanya digunakan analisa individual untuk
mendapatkan diagnosa yang benar. Informasi yang didapatkan harus objektif, relevan,
dan akurat. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan sistem
orofasial, dan juga harus selektif. Analisa individual akan menunjukkan
perkembangan sistem mastikasi tiap individu, yang oleh Andersen (1931) disebut
‘individual optimum’. Analisa data individual secara sistematis dapat menentukan tipe
dalam kelompok kasus pada diagnosa. Pengelompokan kasus-kasus yang sama ke
dalam kelompok yang lebih besar, selanjutnya akan dibagi ke dalam klasifikasi
berdasarkan tipe-tipe kelainan yang ditemukan. (Rakosi dkk, 1993) Menurut Schwarz
(Iman, 2008), diagnosa ortodontik dapat dibagi menjadi:
1. Diagnosa Biogenetik (Biogenetic diagnosa)
2. Diagnosa Sefalometrik (Cephalometric diagnosa)
3. Diagnosa Gigi geligi (Dental diagnosa)
Diagnosa ortodontik terdiri atas daftar semua aspek menyimpang yang berhubungan
dengan oklusi. Hal ini mendahului rencana perawatan yang dilakukan karena
hubungannya dengan berbagai macam faktor dan dampak pada perawatan dari
diagnosa yang perlu dipertimbangkan. (Heasman, 2003)
Dalam menangani setiap kasus ortodonti, para praktisi harus menyusun rencana
perawatan yang didasarkan pada diagnosa. Menurut Eka (2012), keberhasilan
perawatan ortodonti sangat ditentukan oleh diagnosa, rencana perawatan, dan
mekanoterapi yang tepat. Untuk menetapkan diagnosa, ada prosedur standar yang
mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut menurut Rakosi dkk (1993)
meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra dan ekstra oral, analisa fungsional,
analisa ronsenologis, analisa fotografi, pemeriksaan radiologis, dan analisa model
studi, yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.
Setiap komponen data tersebut memiliki peran yang sama pentingnya dalam
menentukan diagnosa ortodontik (Eka, 2012). Diagnosa dilakukan berdasarkan
pengumpulan informasi secara akurat tentang pasien dari pemeriksaan kasus secara
logis. (Heasman, 2003)
1. Anamnesis
A. Waktu
Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan oklusi sangat
perlu untuk dicatat, seperti bentuk, posisi dan adanya incisivus permanen dan untuk
merencanakan intervensi yang sesuai terhadap abnormalitas yang ditemukan yang
akan mempengaruhi urutan erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama
permanen harus diperiksakan secara rutin sejak umur 8 tahun, dan palpasi dari
kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar umur 10 tahun. Deteksi
awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan waktu yang optimal untuk
perawatan agar dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan
anak-anak pemeriksaannya tertunda sampai gigi permanen telah erupsi.
Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik dasar untuk
pasienya dan merujuk ke spesialis apabila diperlukan. Ketika pertumbuhan gigi
dan/atau oklusal menyimpang dari normal, atau ketika diskrepansi secara signifikan
pada pembentukan dentofasial atau hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut
pasien dan berpengaruh terhadap kesehatan gigi dalam jangka waktu yang lama, hal
tersebut diindikasikan untuk dirujuk. Selain dari data personal, surat rujukan harus
mengandung referensi secara spesifik terhadap:
· Persepsi pasien terhadap masalah
· Catatan kehadiran mereka
· Tingkat kepekaan mereka terhadap kesehatan gigi termasuk orang tuanya (jika
perlu)
· Status kebersihan oral
· Perkiraan prognosis dari gigi terestorasi maupun trauma
Gambaran radiografi terbaru serta cetakan model rahang pasien juga penting
disertakan saat memberikan rujukan.
Pemeriksaan ortodontik meliputi 3 tahap yaitu :
a. Riwayat yang lengkap
b. Pemeriksaan klinis yang sistematik dan mendalam
c. Pengumpulan informasi yang relevan dari evaluasi khusus yang diperlukan
B. Kepentingan perawatan
Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama:
· Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur, tingkat
kepercayaan diri, persepsi diri dan lingkungan terhadap masalah oklusi dan gangguan
perkembangan rahang, kelas sosial, dan keinginan orang tua
· Kesadaran dari dokter gigi
2. Riwayat
Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi:
· Alasan pasien datang ke dokter gigi
· Siapa yang mengajukan tentang perawatan
· Perilaku perawatan
A. Riwayat Kesehatan
Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau orang tuanya,
dan hasil temuannya dikonfirmasi lebih lanjut lewat wawancara di klinik. Beberapa
kondisi kesehatan kemungkinan dapat memberikan pengaruh terhadap perawatan
ortodontik.
B. Riwayat Kesehatan Gigi
Kebiasaan, perluasan, dan frekuensi dari perawatan gigi sebelumnya dengan tingkat
kerjasama pasien harus dicatat, bersamaan dengan perilaku kesehatan gigi pasien
sehari-hari. Riwayat kehilangan gigi awal pada gigi susu serta trauma incisor juga
perlu dicatat. Jika sebelumnya sudah pernah dilakukan perawatan ortodontik, detail
yang berhubungan dengan pencabutan gigi dan tipe alatnya harus diperhatikan.
Apabila perawatannya ditinggalkan, pasien harus ditanya secara hati-hati untuk
alasannya. Untuk pasien anak, pertanyaan tentang perawatan ortodonsia pada saudara
mereka dan kerjasamanya, mugkin dapat membantu menilai tingkat kesadaran
keluarga tentang kesehatan gigi dan akan sangat mendukung apabila ditawarkan
dilakukan perawatan. Disarankan juga untuk menanyakan riwayat tentang sendi TMJ
termasuk nyeri, kelemahan otot maupun kesulitan membuka mulut dan riwayat
apabila pasien menyadari memiliki kebiasaan bruxism.
C. Riwayat Sosial
Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada saat melakukan
perjanjian harus diperhatikan. Akses terhadap transportasi, akan mempermudah
kesadaran orang dewasa untuk menemani pasien anak, bersamaan dengan informasi
yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat memengaruhi
kehadiran juga penting.
3. Pemeriksaan Klinis
Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan umur
pasien dilihat dari tingginya dan tingkat kedewasaannya secara umum. Hal ini juga
dapat memberikan indikasi terhadap potensi tumbuh dimasa mendatang. Apabila
pasien ditemani oleh orang tua, genetik oklusi keluarga juga penting untuk
diperhatikan (misalnya diastema medial). Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk
mencatat dan mengengevaluasi aspek facial, oklusal dan fungsional dari pasien untuk
melengkapi diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral
harus dilakukan.
A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL)
Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek yang sangat penting dan
mempengaruhi hasil perawatan. Aspek-aspek tersebut adalah:
Þ Keadaan gigi-geligi
Þ Kelainan posisi gigi
Þ Kebersihan mulut;
Þ Gusi
Þ Frenulum labial
Þ Lidah;
Þ Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal)
Þ Tonsil (amandel)
Þ Garis tengah (median)
Þ Jarak gigit vertikal
Þ Jarak gigit horisontal
Þ Gigitan silang
Þ Celah antar gigi (diastema)
Þ Kurva Spee
B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONsEN)
Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
menggunakan foto ronsen panoramik. Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik
adalah:
1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-gigi
rahang atas dengan rahang bawah.
2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung. Informasi
perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan
oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk perawatan.
3. Melihat ada tidaknya kelainan patologis.
Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu prosedur dental
diperlukan sebagai langkah awal sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai
struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.
C. ANALISA SEFALOMETRI
Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan frontal. Adapun
kegunaan pemeriksaan sefalometri adalah untuk:
- Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial
- Mendiagnosa kelainan kraniofasial;
- Mempelajari profil wajah;
- Merencanakan perawatan ortodonti;
- Evaluasi hasil perawatan ortodonti;
- Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati;
- Analisa fungsi sendi rahang; dan
- Untuk tujuan penelitian.
D. ANALISA FOTOGRAFI
Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan) dilakukan untuk
menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar wajah dengan kontur jaringan
lunak. Analisa profil dapat menjadi bahanpertimbangan apakah pasien akan
dilakukan prosedur pencabutan gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi
wajah yang simetris atau tidak. Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi
bahan pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu
kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012).
E. ANALISA MODEL STUDI
Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang
atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.
Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan
dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal (Rakosi dkk, 1993).
Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen penting dalam
perawatan ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik
awal dimulainya perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai data
tambahan untuk mendukung hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan
model studi bukan hanya untuk merekam keadaan geligi dan mulut pasien sebelum
perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya perbedaan ukuran, bentuk, dan
kedudukan gigi geligi pada masing-masing rahang serta hubungan antar gigi geligi
rahang atas dengan rahang bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut
lebih memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi.
F. PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI
Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan
hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan
jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin
yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga
dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga
inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil
analisa tidak akurat. Model studi dengan basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan
bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat,
akan memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan untuk dilihat pada saat
menjelaskan kasus kepada pasien. (Proffit, 2000)
- Macam-macam Analisa Model Studi
Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah
sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi:
hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II,
atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain
meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan
crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran
overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.
(Rakosi dkk, 1993)
Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien, dapat ditentukan 4 hal
yang harus dihadapi dalam menentukan rencana perawatan yang optimal, yaitu :
1) Waktu perawatan
2) Tingkat kerumitan perawatan
3) Perkiraankeberhasilan perawatan yang diperoleh, dan
4) Memperhatikan tujuan dan keinginan pasien (orang tua pasien) yang dirawat
ortodonti.
(Eka, 2012)
Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan garis besar dari indeks prioritas perawatan
ortodonti yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama menilai dan memberikan skor
bagi faktor2 oklusi dang gangguan kesehatan rongga mulut, bagian kedua
memberikan skor untuk derajat gangguan estetik yang disebabkan karena malposisi
gigi2 anterior
Tahap penilaian dan perencanaan perawatan ortodonti:
a) Informasi latar belakang
b) Penilaian variasi oklusal
c) Penilaian faktor2 etiologi dan keterbatasan dari perawatan korektif
d) Garis besar tujuan perawatan
e) Rencana perawatan yang terprinci
Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya perawatan ortodonsi:
1. Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural adaptasi dari
mandibula
2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat atau dari
posisi postural adaptasi ke posisi interkuspal
3. Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleksyang
merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula
4. Jika gigi-gigi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lunak
5. Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan faktor
predisposisi dari penyaki periodontal atau penyakit gigi
6. Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi menghalangi
posisi bicara normal
Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data yang cermat
mengenai pasien tersebut serta dilakukan seleksi kasus secara menyeluruh sehingga
diperoleh daftar masalah ortodonti.
Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses yang
sama, namun prosedur dan tujuannya berbeda. Pengumpulan data dan penyusunan
daftar masalah untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah. Pada tahap ini
hendaknya tidak boleh memasukan pendapat atau keputusan pribadi, sebaliknya pada
situasi tersebut diperlukan penilaian berdasarkan fakta. Di lain pihak rencana
perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara ilmiah, tetapi merupakan
kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang dilakukan oleh ortodontis
akan sangat menguntungkan pasien. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat
terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan
suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan.
Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan
ortodontis sendiri, tetapi melibatkan pasien dan orang tuanya. Secara etika pasien
berhak untuk mengontrol apa yang terjadi pada perawatan mereka. Keberhasilan dan
kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu dibicarakan dengan pasien, oleh karena
itu perlu penandatanganan informed consent atau persetujuan perawatan. (Eka, 2012)