Download - Tugas Askep Kelompok II Dermatitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan
organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng
pertahanan terhadap bakteri.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada benda asing.
Dimanapun lokasi timbulnya gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul akan terasa sagat kering, menebal atau
keropong.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat makalah
yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada klien Dermatitis”.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu penyakit Dermatitis, klasifikasi, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan diagnostik,
penatalaksanaan medis dan keperawatan, evaluasi keperawatan Dermatitis?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Dermatitis Kontak?
C. TUJUAN
Tujuan umum
1. Mahasiswa mampu memahami definisi, klasifikasi, etiologi tanda dan
gejala, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan
diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan, serta komplikasi
Dermatitis.
2. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien Dermatitis
Tujuan khusus
a. Mampu Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis
b. Mampu Untuk Membedakan Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis
c. Mampu Untuk Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIK
1. DEFINISI DERMATITIS
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan
gatal).
Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki.
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel,
skuama) dan keluhan gatal (Djuadha, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ).
Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
2. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu
alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta”)
3
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ),
fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis
atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita
mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.
Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah,
berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang
sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami
selulit dan eksim.
3. TANDA DAN GEJALA DERMATITIS
a. Rasa panas dan dingin yang berlebihan pada bagian kulit yang terkena eksima
b. Rasa gatal terutama terasa pada malam hari.
c. Akan tampak lepuhan-lepuhan kecil dan kulit bersisik yang keras pada
permukaan kulit yang akan disertai dengan pembengkakan.
d. Eksim akan sangat cepat sekali penularannya pada kulit yang lain.
e. Eksim dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eksim kering dan eksim basah
f. Eksim kering akan tampak pada kulitnya kering, bersisik, kemerah-merahan,
kadang - kadang bengkak, dan terasa gatal. Sedangkan pada eksim basah
4
kulitnya akan tampak merah, bengkak, melepuh, dan basah, timbul bintil-
bintil yang mengandung air atau nanah yang menimbulkan rasa gatal.
4. KLASI FIKASI DERMATITIS
a. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap
paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu :
Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No
.
Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak
S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Batas tidak begitu jelas
Eritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24
jam, bila iritan di
angkat reaksi akan
segera
Bila sesudah 24 jam
bahan allergen di angkat,
reaksi menetap atau
meluas berhenti.
b. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
5
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural..
c. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
5. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan perdangan pada kulit,baik bagian dermis ataupun
epidermis yang di sebabkan oleh beberapa zat alargen atau zat iritan.Zat tersebut
masuk ke dalam kulit kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang
terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensititasi permulaan terhadap suatu
antigen adalah 5-12 sedangkan reaksi setelah yang terkena berikutnya adalah 12-48
jam. Adapun factor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah
gesekan,tekanan,balutan,macerasi,panas dan dingin,tempat dan luas daerah yang
terkena adanyan penyakit kulit lain.
6
BAGAN PATOFISIOLOGI DERMATITIS
7
6. PATOGENESIS
Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan
sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk
merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan
rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan
leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi
dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan
histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang
akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang
ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi
kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan
mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis
kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami
kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut.
Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun
tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
8
a.Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan
yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada
kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis
atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan
ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi
komplek hapten protein.
b.Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam
kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan
merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang
INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung
beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid
akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya
timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula
yang akan tampak sebagai dermatitis.
7. MANIFESTASI KLINIS DERMATIS
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya
pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan
genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudassehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c. kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
9
d. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
8. PEMERIKSAAN DIANGNOSTIK
a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
9. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
10. PENATALAKSANAAN DERMATITIS
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk
menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan
perlindungan pada kulit
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
2. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan
sistemik
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
10
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak
kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa
topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis
kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan
sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan
fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T,
dengan demikian profilerasi sel T dihambat . Jenis yang dapat diberikan
adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara
tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapiutik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan
fungsi penyaji antigennya . Secara imunologis dan histologis PUVA akan
mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans di
epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan
11
elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF
maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang
jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika
(misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat
proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa
merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi
peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping
sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang
berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya
sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada
konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%, namun tidak
menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti
peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara
topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
12
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
kronik. Jenis-jenisnya adalah .
1. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
2. Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat
proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat
sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
3. Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan
IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta
menghambat ekspresi ICAM-1
4. Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5. FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
13
6. Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
7. Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6
dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.
8. SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin.
Umum
o Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
o Mengatasi hipotermia
o Perbaikan kesadaran umum
o Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
Khusus
pengobatan spesifik tergantung kausa. Umumnya dengan kortikosteroid
dengan dosis awal 40-60 mg prednison/hari. Antibiotika diberikan terutama
untuk kasus-kasus yang eksofoliasinya dalam keadaan lembab untuk
menghindari infeksi.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama Pasien :
Alamat :
Pekerjaan Pasien :
Umur :
Agama/Suku:
Keluhan Utama.
Nyeri
Gelisah
Gatal
Kerusakan intergitas kulit
Pemeriksaan Fisik.
Tekanan Darah :
Nadi :
Pernafasan :
Suhu :
Skala Nyeri :
Riwayat Kesehatan.
15
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
Klien merasa nyeri
Terdapat Vesikel/ bula pada Kulit Klien
Gatal dan Lesi
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya. Penyakit yang sama
Klien Pernah Mengalami Penyakit yang sama sebelumnya
Apakah klien pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
Apakah terdapat keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama
Apakah ada keluarga klien mengalami penyakit Kulit
d) Riwayat Psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
Cara klien menyelesaikan stresor
Perasaan klien saat ini
Respon klien terhdap penyakitnya
Tingkat kecemasaan klien
e) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
16
Pemakaian obat sebelumnya
Klien pernah alergi terhadap obat
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita
kelainan kulit seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut :
a. Ganguan integritas kulit
b. Resiko infeksi
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri dan gatal) yang berhubungan dengan proses
inflamasi
d. riko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen
e. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO NANDA RENCANA KEPERAWATAN
NOC NIC
1 Ganguan integritas kulit
Batasan Karakteriatik :
lapisan kulit (dermis)
Gangguan pada
permukaan kulit
(epidermis)
Invasi dari struktur
tubuh
Faktor-faktor yang
berhubungan
Eksternal (lingkungan)
Outcome yang dianjurkan:
Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa
Penyembuhan Luka :
Tahapan Utama Penyembuhan
Luka : Tahapan Kedua
Luka mulai kering.
P perawatan Kulit : Pengobatan Topikal.
Menghindari penggunaan kasur linen dengan tekstur kasar
Menggunakan obat oles untuk membasahi bibir dan mokosa oral sesuai dengan kebutuhan
Menahan diri dari pemberian panas lokal, jika perlu
Menahan diri dari penggunaan sabun alkali pada kulit
Memutar posisi diam
17
Substansi kimia
Kebasahan
Kelembaban
Internal (somatik)
Defisit kelebaban tubuh
pasien setiap dua jam, berdasarkan jadwal tertentu
Menggunakan antibiotik topical untuk area yang sakit
Menggunakan agen antiimflamasi topical pada area yang sakit
Menggunakan Menggunakan agen antijamur topical untuk area yang sakit
Memeriksa kulit sehari-hari untuk memeriksa resiko kerusakan
Mendokumentasi tingkat kerusakan kulit
Menambahkan kelembaban ke lingkungan dengan sebuah pelembab yang sesuaib. Pengawasan KulitAktifitas :
Memantau area merah dan r
Memantau kudis dan abrasi kulit
Us akar dari kulit Memantau kelainan
kekeringan dan kelembaban kulit
Memantau warna kulit Memantau suhu kulit Mencatat perubahan
kulit atau membrane mukosa Menginstruksikan anggota keluarga/pemberi perawatan tentang tanda-tanda dari kerusakan kulit, jika perlu.
18
2 Resiko infeksi
Faktor Resiko
Penyakit kronik
Mendapatkan
kekebalan yang
tidak adekuat
Pertahanan utama
yang tidak adekuat
Prosedur yang bersifat
menyerang
Hasil yang disarankan :
Integritas diameter jalan masuk.
Status imun Pengetahuan :
Kontrol infeksi Penyembuhan
luka : Tujuan utama
K kontrol Infeksi Batasi jumlah
pengunjung/pembezuk.
Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan benar.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada Gosok kulit pasien dengan alat anti bakteri dengan tepat.
Lakukan terapi antibiotic yang tepat.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim kesehatan.
b. Penyembuhan Luka
Catat karakteristik dari luka.
C cuci /bersihkan dengan sabun antibiotic, sebagai tambahan.
Gunakan obat salap dengan tepat pada kulit / luka jika perlu. Bandingkan dan catat perubahan pada luka pasien.
3 Gangguan citra diri
Batasan karakteristik:
· Respon nonverbal
terhadap perubahan tubuh
yang
actual(contoh:bentuk,strukt
Outcome yang disarankan:
Adaptasi terhadap kemampuan fisik.
Penghargaan diri
Peningkatan Citra DiriAktivitas:
Tentukan harapan gambaran diri pasien berdasarkan tahap perkembangan
Gunakan bimbingan antisipasi untuk
19
ure dan fungsi)
· Respon nonverbal
terhadap penerimaan
perubahan tubuh(contoh
bentuk,struktur dan fungsi)
· Menyembunyikan
bagian tubuh tanpa
disengaja
· Menyembunyikan
bagian tubuh
Faktor yang berhubungan:
· Surgery
mempersiapkan pasien terhadap perubahan tubuh yang dapa diprediksi
Pantau apakah pasien bisa melihat perubahan bagian tubuh
Monitor frekuensi stattment diri yang kritis
Identifikasi budaya pasien,agama,jenis kelamin dan umur.
3. PELAKSNAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan
1. Mengatasi kerusakan integritas kulit
2. Mengatasi hipotermia
3. Meningkatkan konsep diri klien
4. Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
keperawatan
a. Mandikan pasien 2 kali sehari dengan air dingin, gunakan sabun
yangmengandung pelembab. Setelah mandi dan dikeringkan segera oleskan
obat topikal 2 kali sehari pada kelainan kulitnya.
b. Supaya kulit tak menjadi kering, oleskan pelembab 2 kali sehari sehabis
mandi. Walaupun kulit sudah sembuh, pemakaian pelembab tetap dianjurkan
untuk mengatasi kekeringan pada kulit.
c. Hindarkan faktor pencetus
d. Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan
mengendalikan rasa gatal.
20
4. EVALUASI
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
a. Pasien bebas nyeri , gatal.
b. Individu menilai keadaan dirinya terhadap hal – hal yang realistis.
c. Jaringan berangsur pulih
d. Intengritas kulit dapat dipertahankan
e. Pasien dapat mengungkapkan pengertian mengenai proses penyakit,
kemungkinnan komplikasi dan program rehabilitasi.
f. Tidak terjadi infeksi sekunder dan komplikasi.
g. Tidak ada eksudat – purulen disekitar luka.
h. integritas kulit kembali normal.
i. Kerusakan kulit berkurang.
j. Klien tidak cemas lagi.
k. Klien merasa nyaman.
.
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada sebelumnya dapat kita ambil
sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan kulit
epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis efloresensi polimorfik ( eritema, edema,
papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal.
Klasifikasi Dermatitis adalah dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis
numularis dan demertitis soboik.
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu
alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka
(terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
Pemeriksaan penunjang dan lab dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa
medis maupun keperawatan, komlikasi yang mungkin muncul pada penatalaksaan
medis dan keperawatan adalah infeksi.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus, perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik, kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit, resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.
22
B. SARAN
a. Diharapkan kepada para pembaca agar dapat memahami dari isi ASKEP
kami. Dan dapat menambah wawasan para pembaca kami sadar
bahwaASKEP yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan.
b. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit
dermatitis
c. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit
dermatitis secara profesional
d. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentang kebersihan
diri dan pola diet yang baik.
23
24